BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Defenisi Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Defenisi Manajemen Keperawatan Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan

  pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1989).

  Menurut Huber (1996) manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial (Muninjaya, 2004).

  Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

  Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

  Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu diperlukan adanya fungsi- fungsi yang jelas mengenai manajemen. Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

2.1 Planning (perencanaan)

  Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.

  Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

  2.1.1 Tujuan perencanaan Adapun tujuan perencanaan adalah :

  1) Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan baik secara mandiri maupun tim.

  2) Mengurangi dampak perubahan. 3)

  Meminimalkan hasil yang sia-sia, yang tidak efektif dan tidak efisien serta menghindari pengulangan kegagalan.

  4) Menetapkan standar pengontrolan/pengendalian : membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan.

  5) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan. 6) Efektif dalam hal biaya.

2.1.2 Tahapan dalam perencanaan

  Ada empat tahapan dalam perencanaan yaitu : 1) Menetapkan tujuan. 2) Merumuskan keadaan sekarang. 3) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan. 4) Mengembangkan serangkaian kegiatan.

2.1.3 Jenis perencanaan

  Ada dua jenis perencanaan, yaitu : 1)

  Perencanaan strategi Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu organisasi. Perencanaan jangka panjang digunakan untuk mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.

  2) Perencanaan operasional

  Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas, menetapkan prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.

2.1.4 Manfaat perencanaan

  Adapun manfaat perencanaan antara lain : 1)

  Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan lingkungan.

  2) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.

  3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat. 4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan. 5) Memudahkan koordinasi. 6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami. 7) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti. 8) Menghemat waktu dan dana.

2.1.5 Keuntungan perencanaan

  Keuntungan dari perencanaan yaitu : 1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif. 2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai. 3)

  Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan.

  4) Memodifikasi gaya manajemen. 5)

  Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan 6) Meningkatkan keterlibatan anggota.

2.1.6 Kelemahan perencanaan Selain memiliki keuntungan, perencanaan juga memiliki kelemahan.

  Kelemahan perencanaan antara lain : 1)

  Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan berlebihan pada kontribusi kerja.

  2) Cenderung menunda kegiatan. 3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif. 4)

  Kadang-kadang hasil yang lebih baik didaptkan oleh penyelesaian situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat masalah itu terjadi. 5)

  Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak konsisten.

2.1.7 Langkah-langkah dalam perencanaan

  Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah : 1) Pengumpulan data. 2) Analisis lingkungan (SWOT : Strenght, Weakness, Opportunities, Threats). 3)

  Pengorganisasian data : memilih data yang mendukung dan data yang menghambat.

  4) Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target, waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.

  2.2 Organizing (pengorganisasian) Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).

  Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.

  2.2.1 Manfaat pengorganisasian Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan dapat mengetahui Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok, Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya, Pendelegasian wewenang, dan Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.

  2.2.2 Tahapan dalam pengorganisasian 1)

  Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan.

  2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

  3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.

  4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.

5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

  6) Mendelegasikan wewenang

2.2.2.1 Deskripsi peran dan fungsi

  1) Kepala ruang rawat

  Kepala ruang rawat adalah perawat dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman atau kemampuan S.Kp/S.Kep/Ners yang berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah : a) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).

  b) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.

  c) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan.

  d) Membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan pembimbing klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan dengan mengikuti sistem yang sudah ada,

  e) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat. f) Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik keperawatan.

  g) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan klien dan keluarga klien dan tim kesehatan lain, antara laian kepala ruang rawat mengingatkan kembali klien dan keluarga tentang perawat atau tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.

h) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 setiap hari.

  i) Melaksanakan pembinaan terhadap perawat primer (PP) dan perawat asosiet

  (PA) dalam hal implementasi keperawatan profesional termasuk sikap dan tingkah laku. j)

  Bila perawat primer cuti, tugas dan tanggung jawabnya didelegasikan pada perawat primer yang lain atau wakil PP pemula yang ditunjuk tetapi tetap dibawah pengawasan kepala ruang rawat. k)

  Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di ruangan. l)

  Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat. m)

  Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan. n) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan. o) Membuat peta resiko ruang rawat.

  2) Ketua tim (perawat primer)

  Perawat primer (PP) adalah perawat lulusan D3 keperawatan dengan pengalaman minimal 4 tahun atau perawat S.Kp/Ners dengan pengalaman minimal 1 tahun. perawat primer dapat bertugas pada pagi, sore, atau malam hari. Namun sebaiknya perawat primer hanya bertugas pada pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari perawat primer akan libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Tugas dan tanggung jawab perawat primer (PP) adalah : a)

  Melakukan kontrak dengan klien atau keluarga pada awal masuk ruangan sehingga tercipta hubunga terapetik. Hubungan ini dibina secara terus menerus pada saat melakukan pengkajaian/tindakan kepada klien/keluarga. Panduan orientasi ini sebaiknya dilaminating dan digantung di kamar klien sehingga setiap saat klien/keluarga dapat membaca kembali.

b) Menghitung tingkat ketergantungan klien/beban kerja.

  c) Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengakjian yang sudah dilakukan perawat primer pada sore, malam atau pada hari libur.

  d) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar rencana perawatan sesuai dengan hasil pengkajian.

  e) Menjelaskan rencana asuhan keperawatan (renpre) yang sudah ditetapkan kepada perawat assosiate di bawah tanggung jawabnya sesuai dengan klien yang dirawat pada saat preconfrence sebagai penanggung jawabnya.

  f) Menetapkan perawat assosiate yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran jaga (shift). Pembagian tugas didasarkan pada jumlah klien, tingkat ketergantung klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP didampingi oleh 2 perawat assosiate, maka semua klien dibagi pada kedua perawat assosiate sebagai penanggung jawabnya. Perawat primer akan membantu dan membimbing perawat assosiate dalam memberikan asuhan keperawatan. Bila perawat primer hanya didampingi oleh 1 perawat assosiate pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab perawat primer adalah sebanyak 20% dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab perawat assosiate. Penetapan ini dimaksudkan agar perawat primer di bawah tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan.

  g) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek pekerjaaan perawat assosiate dalam melakukan tindakan keperawatan apakah sesuai dengan SOP).

h) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh perawat assosiate.

i) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan perawat assosiate.

  j) Mengatur pelaksanaan kolaborasi dan pemeriksaan laboratorium. k)

  Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah tanggung jawabnya bersama dengan perawat assosiate. l)

  Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh perawat assosiate sesuai timnya. m)

  Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari. n) Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap dua hari untuk membahas kondisi perawatan klien (tergantung pada kondisi klien). o)

  Bila perawat primer cuti atau libur, tugas-tugas perawat primer didelegasikan kepada perawat assosiate yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruangan. p) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga. q) Membuat perencanaan pulang.

  3) Perawat pelaksana

  Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana adalah :

  a) Membaca rencana keperawatn yang telah ditetapkan PP

  b) Membina hubungan terapetik dengan klien/keluarga, sebagai kontrak lanjutan yang sudah dilakukan PP.

  c) Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat.

  d) Melakukan tindakan keperawatan pada klien berdasarkan rencana keperawatan.

  e) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikan pada format yang telah disediakan.

  f) Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.

  g) Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.

  h) Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu diselesaikan. i) Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan. j)

  Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga yang dilakukan oleh PP. k) Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya. l) Membantu tim lain yang membutuhkan. m)

  Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.

2.3 Staffing (ketenagaan)

  Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,

  sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.

  Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.

  Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.

  Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.

  Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.

  Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.

  Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas, 1994; loveridge dan cummings, 1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori yaitu : Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam /24 jam, Perawatan intermediet memerlukan 3-4 jam/24 jam, Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.

  Dalam suatu penelitian (1975) tentang jumlah perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada waktu pagi, sore, dan malam hari tergantung tingkat ketergantungan seperti pada uraian di bawah ini :

2.3.1 Minimal care

  Pasien yang menerima asuhan keperawatan minimal adalah Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan, Mampu naik turun tempat tidur, Mampu ambulasi dan berjalan sendiri, Mampu mandi sendiri, Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri), Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan, Status psikologis stabil, Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik, Operasi ringan.

  2.3.2 Partial care Pasien yang memerlukan bantuan perawat sebagian (partial care) adalah

  Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun tempat tidur, Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan, Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan, Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap), Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut, Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan, Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur.kamar mandi), Post operasi minor (24 jam), Melewati fase akut dari post operasi mayor, Fase awal penyembuhan, Observasi tanda-tanda vital setiap 24 jam, Gangguan emosional ringan.

  2.3.3 Total care Pasien yang menerima asuhan keperawatan total atau maksimal adalah

  Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama, Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong/kursi roda, Membutuhkan latihan pasif, Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi melalui intravena (infus) atau NGT (sonde), Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut, Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan, Dimandikan perawat, Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter, 24 jam post operrasi mayor, Pasien tidak sadar, Pasien dalam keadaan tidak stabil, Observasi TTV setiap kurang dari 1 jam, Perawatan luka bakar, Perawatan kolostomi, Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator), Menggunakan WSD, Irigasi kandung kemih secara terus menerus,

  Menggunakan alat traksi (skeletal traksi), Fraktur atau pasca operasi tulang belakang/leher, Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi.

2.4 Directing (pengarahan)

  Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

  Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

  Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

  Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu :

  2.4.1 Autokratik Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.

  Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

  2.4.1 Demokratis Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.

  Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

  2.4.2 Laissez faire Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

  Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

2.5 Controlling (pengendalian/evaluasi)

  Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).

  Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan- penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

  Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut : a.

  Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.

  b.

  Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

  c.

  Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program. d.

  Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

  e.

  Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik : f. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas g.

  Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera h. Harus memandang ke depan i. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis j. Harus objektif k.

  Harus fleksibel l. Harus menunjukkan pola organisasi m.

  Harus ekonomis n. Harus mudah dimengerti o. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.

  Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.

  Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah: a.

  Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

  b.

  Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

  Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat : a.

  Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.

  b.

  Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya c.

  Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

  d.

  Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.

3. Standar Asuhan keperawatan

  Standar Asuhan Keperawatan (SAK) meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan asuhan keperawatan (Depkes, 2001). Tujuan utama standar asuhan keperawatan ini memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidentifikasi ukuran dan penilaian hasil akhir, dengan demikian standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan (Sitorus, 2005).

3.1 Standar 1 : Pengkajian Keperawatan

  Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhakan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Pengkajian keperawatan terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data, pengorganisasian atau pengelompokan data serta menganalisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

  Komponen pengkajian keperawatan meliputi : a.

  Pengumpulan Data Kriteria : 1) Menggunakan format yang baku. 2) Sistematis. 3) Diisi sesuai item yang tersedia. 4)

  Aktual (baru) 5)

  Abash (valid) b. Pengelompokan Data

  Kriteria : 1)

  Data biologis 2)

  Data psikologis 3)

  Data sosial 4)

  Data spiritual c.

  Perumusan Masalah Kriteria : 1)

  Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

3.2 Standar 2 : Diagnosa Keperawatan

  Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual dan potensial. Proses diagnostik mencakup analisis kritis dan interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.

  Kriteria : 1)

  Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.

  2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat. 3)

  Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

  4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi. 5)

  Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi.

  6) Dapat ditanggulangi oleh perawat.

3.3 Standar 3 : Perencanaan Keperawatan

  Rencana asuhan keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan tertulis mendokumentasikan kebutuhan perawatan kesehatan klien, tujuan, hasil yang diharapkan dan aktifitas dan starategi keperawatan spesifik. Selama perencanaan perawat berkolaborasi dengan klien dan keluarganya juga berkonsultasi dengan tim perawat lainnya, menelaah literatur yang berkaiatan, memodifikasi asuhan dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan klinik (Kusnanto, 2003).

3.4 Standar 4 : Tindakan Keperawatan

  Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa selama implementasi, perawat mengkaji kembali klien, memodifikasi rencana asuhan keperawatan, mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan mengkomunikasikan intervensi.

  Komponen perencanaan keperawatan meliputi: a.

  Prioritas masalah Kriteria: 1)

  Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.

  2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua.

  3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

  b.

  Tujuan asuhan keperawatan

  Kriteria: 1) Spesifik. 2) Bisa diukur. 3) Bisa dicapai. 4) Realistik. 5) Ada batas waktu.

  c.

  Rencana tindakan Kriteria: 1) Disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan. 2) Melibatkan pasien/keluarga. 3) Mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/keluarga. 4) Menentukan alternative tindakan yang tepat. 5)

  Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.

  6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien. 7)

  Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti.

3.5 Standar 5 : Evaluasi Keperawatan

  Menurut Depkes (2001), kriteria proses dalam evaluasi keperawatan adalah menyusun perencanaan evaluasi dari hasil intervensi secara komperehensif, tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat, bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

  Kriteria :

  a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.

  b) Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan.

  c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.

  d) Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan.

  e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

3.6 Standar 6 : Catatan Asuhan Keperawatan

  Catatan asuhan keperawatan adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam catatan asuhan keperawatan ini pencatatan yang dilakukan harus sesuai dengan yang dikerjakan dan yang ditulis dengan jelas sehingga dapat digunakan antar tim kesehatan.

B. Analisis Ruang Rawat 1.

  Pengkajian Pengkajian sistem manajemen di ruangan RB1 dilakukan dengan analisa situasi pada tanggal 11-15 Juni 2012 melalui metode :

1.1 Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, CI dan beberapa perawat pelaksana.

  1.2 Observasi dilakukan mahasiswa Profesi Ners pada shift pagi, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

  1.3 Penyebaran kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan pada tanggal 11-15 Juni 2012 kepada 10 orang pasien di ruang RB1-Onkologi (kuesioner tingkat kepuasan pasien), 21 bidan/perawat (kepuasan kerja bidan/perawat dan kepemimpinan kepala ruangan). Hal ini untuk mengidentifikasi unsur man, methode, money dan material pada sistem manajemen ruang rawat RB1. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data. Gambaran umum Ruang Rawat Inap Rindu B1 (RB1) merupakan ruang rawat inap obgin/kebidanan. RB1 mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 52 tempat tidur dengan pembagian empat ruangan, diantaranya ruangan Obstetri, Ginekologi, Onkologi dan VK.

2. Analisa Situasi Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data.

  Gambaran hasil analisa situasi rungan di RB1 dideskripsikan sebagai berikut :

2.1 Man

  1. Staffing

2.1.1.1 Penghitungan kebutuhan tenaga perawat

  Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan RB 1 Obgyn pada tanggal

  14 Juni 2012 diperoleh data rata-rata jumlah pasien di ruangan RB 1 Obgyn sebanyak 40 orang dimana jumlah tempat tidur di ruangan tersebut sebanyak 52 buah. Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai BOR :

  BOR = Jumlah pasien yang dirawat/hari X 100% Jumlah tempat tidur

  = 40 X 100 % = 76,92 %

  52 Tabel 2.2 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-

  

Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Depkes (2002)

  No Kategori Rata-rata Rata-rata jam Total jumlah perawatan/hari perawatan/hari pasien/hari

  1. Askep Minimal

  20

  2

  40

  2. Askep Sedang 10 3,08 30,8

  3. Askep Agak Berat 7 4,15 29,05

  4. Askep Maksimal 3 6,16 18,48 Total 40 118,33

  1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :

  Jumlah total perawatan = 118,33 = 16,90 orang Jam efektif perawat

  7 2) Jumlah Hari Libur (loss day) :

  (Jumlah hari minggu/tahun+cuti+hari besar) X jumlah perawat Jumlah hari kerja efektif

  (52+12+14) X16,90 = 4,60 286

  3) Pekerjaan Non Keperawatan (Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur) X 25% (16,90 + 4,60) x 25% = 5,37orang

  4) Jumlah Kebutuhan Perawat Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non keperawatan 16,90 + 4,60 + 5,37 = 26,87 (27orang) Maka, jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-Obgin menurut Depkes adalah 27 orang + 1 orang kepala ruangan = 28 orang. Dapat disimpulkan bahwa ruangan rawat inap RB1 kekurangan tenaga kerja sebanyak 5 orang.

Tabel 2.3 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap RB1-

  

Obgin berdasarkan kategori asuhan keperawatan menurut Douglas (1975)

No Kategori Rata-rata Jumlah Kebutuhan Perawat pasien/hari Pagi Siang Malam

  1. Minimal 20 0,17x20=3,4 0,14x20=2,8 0,10x20=2 care/mandiri

  2. Partial Care 17 0,27x17=4,59 0,15x17=2,55 0,07x17=1,19

  3. Total Care 3 0,36x3=1,08 0,30x3=0,9 0,20x3=0,6 Jumlah 40 9,07 (9 6,25 (6 3,79 (4 perawat) perawat) perawat)

  Jumlah kebutuhan perawat/hari = 9+6+4 = 19 orang Faktor libur dan cuti = 25%X 19 = 4,75 = 5 perawat

  Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien menurut Douglas adalah : P+S+M+L+ 1 Karu+ 2 Ka.Group = 19+5+1+2 = 27 perawat

  Dapat disimpulkan berdasarkan ketergantungan pasien menurut Douglas, ruangan RB1 kekurangan tenaga kerja sebanyak 4 orang. Pendistribusian tenaga keperawatan yang ada di ruangan RB1 berdasarkan dinas RB1 sebagai berikut : Pagi : 8-10 orang Sore : 3 orang Malam : 3 orang Libur/cuti : 2 orang

  Adapun jadwal dinas pegawai di ruangan RB 1 disusun sekali sebulan oleh Kepala Ruangan. Setiap hari dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore dan malam. Pembagian jam kerja adalah : Pagi : 08.00-14.15 WIB Sore : 14.15-20.15 WIB Malam : 20.15-08.15 WIB

  Dalam pengaturan jadwal pegawai, apabila setiap pegawai yang masuk dinas malam selama 3 hari maka pegawai tersebut akan libur selama 3 hari dan apabila pegawai ingin izin maka digantikan dengan mengurangi hari libur dari dinas malam pegawai tersebut dan tidak mendapatkan uang makan. Untuk pengaturan jadwal cuti, dengan cara diundi pada akhir tahun dan hanya 2 orang pegawai/bulan. Sedangkan pengaturan jadwal bagi pegawai yang melanjutkan tugas belajar, maka pegawai tersebut diliburkan dari tugasnya sampai pegawai tersebut menyelesaikan pendidikannya.

  Pegawai di ruangan RB1 diperbolehkan melanjutkan tugas belajar dalam pengembangan ilmu dengan criteria telah memilki lama masa kerja minimal 5 tahun, kemudian pegawai tersebut membuat surat permohonan ke bidang pendidikan dan pelatihan dan apabila telah mendapat izin maka diperbolehkan untuk melanjutkan tugas belajar tersebut. Penyusunan Jadwal dinas pegawai tidak berdasarkan kriteria tertentu dan tidak berdasarkan kepada tingkat ketergantungan pasien, hal ini karena keterbatasan tenaga perawat di ruangan RB1, sehingga pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh kepala ruangan yaitu shift pagi 8-10 orang dan paling banyak 12 orang, shift sore 3 orang dan shift malam 3 orang.

  Kepala Group akan melakukan pertemuan dengan perawat/bidan pelaksana setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan bed to bed, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Perawat/ bidan akan mendampingi pasien pada saat visite dokter. Dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan pada tanggal 11-15 Juni 2012 terhadap 10 orang pasien didapatkan data bahwa tingkat kepuasan pasien dalam menerima pelayanan keperawatan/kebidanan diketahui bahwa 4,8 % pasien puas terhadap pelayanan yang diberikan di ruangan khusunya pelayanan di ruang onkologi dan 95,2 % cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan . Namun sebanyak 80% dari 10 responden menyatakan bahwa perawat/ bidan jarang mengunjungi pasien di ruangan dan akan lebih sering kontak dengan mahasiswa yang sedang praktek dan pelayanan yang diberikan tidak tepat waktu.

  2.1.1.2 Gambaran tenaga perawat di ruangan RB 1 Obgyn Ruangan RB1 memiliki 23 tenaga baik bidan/perawat yang terdiri dari

  DIV Kebidanan/SST 2 orang, DIII Kebidanan 10 orang, DIII Keperawatan 3 orang, DI Kebidanan 7 orang dan 1 orang SMA . Terdiri dari 1 kepala ruangan, 2 kepala tim, CI 1 orang, TU 2 orang dan perawat pelaksana 17 orang.

TABEL 2.1 DAFTAR NAMA TENAGA DI RUANG RB1-OBGIN RSUP HAM

  18. Ameria A, AMKeb

  III/a DI/Bidan PP II

  14. Resliana, AMKeb

  III/a DIII/AMKeb PP II

  15. Rotua Ida Simamora

  II/d DI/Bidan PP 1

  16. Itona L. Manik, SST

  II/d DIV/SST PP II

  17. Eni Syahputri, AMKeb

  II/d DIII/AMKeb PP II

  II/d DIII/AMKeb PP II

  III/a DIV/SST CI

  19. Lasmaria, AMKeb

  II/d DIII/AMKeb PP II

  20. Hartanta, AMKeb

  II/d DIII/AMKeb PP I

  21. Arie Siswana, AMKeb

  II/c DIII/AMKeb PP I

  22. Nurleli DIII/AMK PP I

  23. Tumpak Meha

  II/b SMA Tata Usaha Berdasarkan wawancara dengan Karu RB 1 Obgyn, tenaga bidan/perawat di ruangan RB1 memiliki lama masa kerja yang berbeda-beda yaitu

  13. Sabarati Karo-Karo

  12. Sumi Ariani, SST

  

No Nama Golongan Pendidikan Jabatan

  III/c DI/Bidan PP II

  1. Rosmahasa, AMKeb

  III/d DIII/AMKeb Karu

  2. Kristina Ginting, AMK

  III/d DIII/AMK Katim II

  3. T. Sy. Amelia, AMK

  III/c DIII/AMK Katim I

  4. Sri Ulina, AMKeb

  III/c DIII/AMKeb PP I

  5. Pulung

  6. Nahemia

  III/b DI/Bidan PP II

  III/b DI/Bidan PP I

  7. Purnama, AMKeb

  III/b DIII/AMKeb Tata Usaha

  8. Ikut Muli

  III/b DI/Bidan PP I

  9. Ritha Panjaitan

  III/b DI/Bidan PP I

  10. Nursahjan Hrp, AMKeb

  III/b DIII/AMKeb PP I

  11. Arihta Ginting

  17 orang telah memiliki lama masa kerja > 15 tahun dan 6 orang dengan lama masa kerja < 15 tahun. Perawat/Bidan diberikan izin dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan formal dengan biaya sendiri dan pendidikan non formal atau pelatihan. Adapun pelatihan yang pernah diikuti oleh perawat/bidan di Ruangan RB 1 Obgyn yaitu pelatihan EKG, WSD, RJP, K3RS, Infeksi

  Nosokomial, Kebutuhan Dasar, Kemoterapi, IMD. Sedangkan, pelatihan yang pernah diikuti oleh Kepala Ruangan RB1 diantaranya pelatihan PONEK, perinatologi, audit keperawatan RS, manajemen bangsal, kode etik keperawatan dan kebidanan, PPGD dan KB.

  Berdasarkan hasil dari wawancara dengan Karu, didapatkan hasil bahwa di ruangan RB 1 Obgyn tidak pernah merencanakan pertemuan khusus dengan perawat Saat ini Karu dan perawat jarang melaksanakan konferensi sebelum melayani pasien disebabkan oleh beban tugas yang diberikan kepada Karu.

  Perawat hanya berkumpul di pagi hari untuk pembagian tugas yang dipimpin oleh Katim, jika Katim tidak ada maka pembagian tugas dilakukan oleh perawat yang lebih senior. Karu selalu menegur pegawainya yang tidak datang tepat waktu.

2.1.1.3 Pengadaan tenaga perawat

  Perekrutan pegawai di ruangan RB 1 Obgyn dilakukan secara sentral melalui seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang dilakukan Kemenkes dan Ujian dari Rumah Sakit untuk tenaga honorer. Kepala Ruangan RB 1 Obgyn memberitahukan kepada Kapokja Lantai I Instalasi Rindu B mengenai kekurangan tenaga kerja di ruangan RB 1 Obgyn kemudian Kapokja melaporkan kepada Waka Instalasi dan ditindaklanjutkan kepada kepala instalasi dan diteruskan kepada bidang keperawatan.

  Tenaga keperawatan yang lulus seleksi akan mengikuti orientasi di semua ruangan selama 3 bulan. Untuk tenaga keperawatan baru di Instalasi Rindu B dilakukan training dengan mengikuti pelatihan kompetensi, dan mengikuti jadwal dinas seperti biasa dengan didampingi oleh perawat senior. Orientasi yang diberikan meliputi Struktur organisasi Instalasi Rindu B, Prosedur Kerja, Disiplin dan Peraturan Kerja, Sistem penugasan dan jadwal dinas, Sarana dan prasarana yang ada, Penjelasan mengenai kebijakan dan prosedur kerja rumah sakit dan bidang keperawatan.

  Adapun kriteria pegawai yang ditempatkan di Ruangan RB 1 Obgyn adalah minimal pendidikan D3 Keperawatan atau D3 Kebidanan, sudah mendapat orientasi selama 3 bulan dan orientasi berbasis kompetensi dasar keperawatan atau kebidanan.

  2. Organizing Adapun gambaran struktur organisasi di ruangan RB1 yang etrdiri dari 1 orang Kepala Ruangan, 2 orang Kepala Group, 1 orang CI, 2 orang tata usaha, dan

  17 orang perawat/bidan pelaksana.

   Kepala Ruangan ( Rosmahasa, AMKeb ) CI RB 1 Tata Usaha ( Sumi Ariani, SST) (Purnama Am,Keb) (Tumpak Meha) Ka. Group I Ka. Group II Onkologi

  VK/Obstetri/Ginekologi Kristina Ginting, AMK (T. Sy Amelia, AMK) Nursahjan Hrp, AMKeb Resliana, AMKeb Sri Ulina, AMKeb Ameria , AMKeb Hartanta, AMKeb Eny Syahputri, AMKeb Arie Siswana, AMKeb Itona, SST Ritha Panjaitan Lasmaria, AMKeb Nahemia Sabarati Karo-Karo Ikut Muli Pulung Rotua Ida Simamora Arihta Ginting Nurleli, AMK Skema 1. Struktur Organisasi Ruangan Rindu B1 Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan bahwa metode penugasan yang digunakan di ruangan RB1 adalah metode tim dengan 2 tim yang dipimpin oleh masing-masing Kepala Group atau Kepala Tim dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan. Namun dalam pelaksanaannya menurut hasil observasi, masih dilakukan dengan metode fungsional, disebabkan kekurangan tenaga dalam pelaksanaannya.

  Deskripsi kerja masing-masing pegawai di ruangan RB1 sudah jelas, tetapi dalam pelaksanaannya karena kekurangan tenaga kerja dan beban kerja tinggi, sehingga kinerja dari perawat/bidan sulit dinilai karena adanya tugas yang merangkap. Pendelegasian tugas dilakukan dengan jelas, apabila Kepala Ruangan tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada salah satu Kepala Group dan apabila Kepala Group yang tidak hadir, pendelegasian dilakukan kepada perawat/bidan yang paling senior.

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Endokrin : Diabetes Melitus di Ruangan Rindu A1 RSUP H. Adam Malik Medan

20 134 152

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

8 80 167

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi a. Defenisi dan Manfaat - Asuhan Keperawatan pada Tn.J dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 1 37

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 54

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

0 1 51

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien : Pencegahan Komplikasi Diabetik dengan Foot Exercise (Senam Kaki) di Ruangan Rindu A2 RSUP H. Adam Malik Medan

0 5 53

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Konsep Dasar Manajemen - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan : Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Med

0 0 76

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi - Asuhan Keperawatan pada Tn. H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 30

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi - Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 27

b. Directing - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 50