DOCRPIJM 3f3bef787d BAB IVBAB IV RENCANA PROGRAM INVESTASI INF #REV3

4.1. PETUNJUK UMUM

  Dalam menyusun RPIJM Kabupaten Labuhanbatu , sesuai dengan Arahan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, pada lima tahun awal ini, diusahakan perencanaan program ke Cipta Karya-an secara terpadu pada satu kawasan tertentu dimana diusahakan semua sektor ke Cipta Karyaa-an dapat diprogramkan pada kawasan tersebut, agar semua dana dapat terhimpun jadi satu pada kawasan tertentu dengan beberapa sektor kegiatan ( multi sektor, dan multi dana).

4.1.1 MULTI SEKTOR

  Multi sektor dimaksudkan adalah sektor ke Cipta Karyaa-an yaitu :

1. Sektor Air Minum dengan beberapa sub sektornya :

   1.

  Pengadaan SPAM

  Daerah yang mendapat dana bantuan 2. Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) 3. Desa Rawan Air/Desa Terpencil

   2. Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) dengan beberapa sub sektor nya:

  Penyehatan PDAM

   Drainase  Persampahan

  Air Limbah

   3. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dengan beberapa sub sektor nya :

  Penataan Lingkungan Permukiman

   Revitalisasi Kawasan − Kawasan Wisata − Kawasan Bersejarah − Ruang Terbuka Hijau (RTH)

   Program Pembinaan Teknis Bangunan Gedung  4.

  Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan ( RTBL )

   Sektor Pengembangan Permukiman dengan beberapa sub sektor nya :

  Perkotaan

   Perdesaan  − Pulau – pulau terpencil − Kumuh Perdesaan

  Perbaikan Infrastruktur Perdesaan (PIP)

   Agropolitan/Agrominapolitan

    Kawasan Perbatasan

4.1.2 MULTI DANA

  Untuk merealisasikan kegiatan ini dilapangan dengan keterpaduan program, maka keterpaduan dana harus juga di himpun. Untuk ini setiap program disusun berdasarkan kriteria kemampuan masing

  • – masing Pemerintah dan posisi pendanaannya ( Pusat, Propinsi dan Daerah) kalau memungkinkan dana dari masyarakat /swasta. Dengan keterpaduan ini, pelaksanaan pembangunan di daerah dapat di tuntaskan untuk satu kawasan. Walaupun demikian dari uraian diatas tidak tertutup kemungkinan kawasan lain di Kabupaten Labuhanbatu untuk dibuat RPIJM nya. Bila kegiatan tersebut dilihat urgen untuk di programkan maka program tersebut harus masuk dalam RPIJM sehingga pembangunan dapat terlaksana.

4.2. RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

  Sesuai petunjuk umum diatas perencanaan pogram ke Cipta Karyaan pengembangan di usahakan berada di satu kawasan terpadu. Dari hasil identifikasi melalui survey lapangan, wawancara dan diskusi dengan Pemda Kab. Labuhanbatu tentang sarana dan prasarana yang paling prioritas memerlukan penanganan adalah pada kawasan

  • – kawasan strategis namun belum ditangani dengan baik. Untuk itu pada RPIJM yang akan disusun ini akan diuraikan kawasan-kawasan yang memerlukan penanganan diuraikan pada peta analisa kawasan perencanaan berikut ini :

4.2.1 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  4.2.1.1 Petunjuk Umum

  Pengembangan perumahan permukiman di Kota Rantauprapat pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi yang layak huni (liveable),aman, nyaman, damai, sejahtera, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat setempat khususnya bagi desa tertinggal dan terisolir di daerah yang perlu melalui pembangunan prasarana dan sarana dasar dan penyehatan lingkungan perumahan terutama untuk wilayah strategis, cepat tumbuh potensial berkembang optimal untuk menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja di lingkungan yang sehat.

  4.2.1.2 Kondisi Umum

  1. Gambaran Umum

  Dalam merencanakan pengembangan permukiman, terlebih dahulu harus ditinjau mengenai Kasiba yang akan dipilih beserta sarana dan prasarana yang mendukungnya. Kasiba yang akan dipilih terutama harus meninjau RTRW ataupun RUTR wilayah studi.

  Sejak ditetapkannya Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Rantauprapat sebagai pedoman utama bagi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten labuhanbatu, telah terjadi banyak perubahan penggunaan lahan. Ada yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang, ada yang tidak sesuai.

2. Parameter Teknis Wilayah

  Hal-hal yang menjadi parameter teknis wilayah pada sektor pengembangan permukiman di Kabuapaten Labuahanbatu menurut RTRW Kabupaten Labuhanbatu adalah: − Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada; − Ketersediaan air terjamin; − Jumlah penduduk; − Jarak permukiman terhadap pusat akses ekonomi dan sosial;

  − Ketersediaan. jaringan prasarana dan sarana dasar seperti air minum dan listrik; − Kelengkapan prasarana dan sarana pendukung; − Lapangan pekerjaan yang mungkin dapat diperoleh di sekitar lokasi pengembangan permukiman. − Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian yang telah ada/berkembang. − Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah. − Dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung sesuai kebutuhan Kawasan permukiman dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu berada di ibu kota kabupaten dan ibukota kecamatan. Sedangkan untuk kawasan permukiman perdesaan berada di seluruh wilayah kabupaten di luar kawasan permukiman perkotaan.

  3. Aspek Pendanaan

  Pendanaan untuk segala jenis kegiatan dalam sektor pengembangan permukiman di Kabupaten Labuhanbatu selama ini berasal dari dana APBD Kabupaten Labuhanbatu dan APBD Kota Rantauprapat untuk penanganan biaya di Kota Rantauprapat.

  Namun kemampuan masyarakat setempat sendiri dalam mendukung sarana dan prasarana permukiman hingga saat ini sudah mulai membaik. Hal ini dibuktikan dengan terbangunnya dua buah PERUMNAS di Kabupaten Labuhanbatu khususnya di wilayah studi Kota Rantauprapat, yaitu di Kelurahan Urung Kompas dan di Kelurahan Ujung Bandar.

  4. Aspek Kelembagaan

  Pengelolaan Prasarana dan Sarana Dasar Bidang Permukiman di Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya dan Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah (KIMPRASDA).

  4.2.1.3 Sasaran

  Dalam perencanaan RPIJM Kabupaten Labuhanbatu sasaran untuk sektor pengembangan permukiman adalah diharapkannya suatu Kasiba baru dengan memperhatikan prasarana dan sarana yang memadai baik dari segi SANIMAS maupun akses jalan, sehingga berkurangnya kawasan kumuh yang berada di daerah Kabupaten Labuhanbatu dan meningkatnya standar ekonomi masyarakat setempat serta mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

  4.2.1.4 Permasalahan Pembangunan Permukiman

  Dalam merealisasikan pengurangan jumlah penduduk yang bermukim di kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu juga dihadapkan dengan beberapa masalah antara lain:

   memilih suatu kawasan siap bangun yang baru; Masayarakat menganggap bahwa setiap pembangunan dilingkungannya

  Sudah padatnya kawasan sekitar kota sehingga menyulitkan Pemerintah untuk

   dilakukan oleh pemerintah ; Sulitnya mensosialisasikan hidup sehat, nyaman dan bersih kepada masyarakat

   dengan masyarakat yang bermukim di daerah kumuh yang sebagian besar memiliki sumber daya manusia yang buruk dan tingkat pemikiran serta pendidikan yang rendah; Rendahnya daya beli masyarakat;

   Perumahan dan permukiman tumbuh secara tidak terencana dan berdampak

   pada rendahnya efisiensi kawasan.

  Gambar Kawasan Kumuh Kampung Tempel Kelurahan Rantauprapat Gambar Kawasan Kumuh di Perdesaan

4.2.1.5 Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

  1. Adanya Kawasan Kumuh

  Adapun Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu terkait masalah permukiman yakni tumbuhnya kawasan kumuh legal maupun illegal ditiap kecamatan, dengan kondisi rumah yag tidak layak huni terutama minimnya prasarana dan sarana dasar infrastrukturnya.

  2. Bertambahnya Jumlah Penduduk

  Dalam merealisasikan pengurangan jumlah penduduk yang bermukim di kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu juga dihadapkan dengan beberapa masalah antara lain sudah padatnya kawasan sekitar kota sehingga menyulitkan Pemerintah untuk memilih suatu kawasan siap bangun yang baru. Untuk itu pemerintah merencanakan akan membangun Rusunawa di kawasan padat penduduk.

  3. Adanya Kawasan Starategis Sumber Daya Alam (SDA)

  Selain itu Kabupaten Labuhanbatu memiliki beberapa kecamatan yang sangat berpotensi sebagai kawasan agromarine yaitu pada Kecamatan Panai Tengah, Panai Hilir, dan Panai Hulu namun belum didukung dengan prasarananya. Oleh sebab itu untuk perlu memperhatikan banyak faktor untuk kemajuan kawasan agromarine ini, antara lain potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana dasar serta potensi-potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan akan mampu meningkatkan kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang.

4. Potensi Bencana Alam

  Berdasarkan karateristik fisik wilayah Kabupaten Labuhanbatu, potensi bencana alam yang banyak terjadi adalah banjir. Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Oleh sebab itu perlu adanya penanganan upaya pencegahan terjadinya banjir yaitu dengan memperbaiki saluran drainase pada kawasan perumahan, memperbaiki tanggul-tanggul sungai serta menjaga kebersihan lingkungan permukiman dan sungai.

Tabel 4.1 Desa/Kelurahan Yang Rawan Terjadi Bencana Alam Banjir di Kabupaten Labuhanbatu No Kecamatan Desa / Kelurahan Ket

  1. Bilah Hulu Desa Perbangunan Desa P. Batu Desa Emplasten Desa Pematang Seleng

  2. Pangkatan Desa Tanjung harapan Desa KP. Padang Desa Pangkatan Desa Sennah

  3. Bilah Barat Desa Tanjung Medan Desa Tebing Linggga Hara Desa Tebing Linggga Hara Baru

  4. Bilah Hilir Desa Perkebunan Sennah Daerah rawa Kp Bilah Perkebunan Bilah Desa Negeri Lama Desa Negeri Baru Perkebunan Negeri lama Desa Negeri lama Sebrang Desa Sei Tampang Desa Sidomulyo

  5. Panai Hulu Desa Jawi

  • – Jawi Desa Tanjung Sarang Elang Desa Cinta Makmur Desa Sei Sentosa Desa Ajamu

  No Kecamatan Desa / Kelurahan Ket

  Desa Teluk Sentosa Desa Meranti

  6. Panai Tengah Pinggiran Sei Barumun Desa Pasar Tiga Desa Telaga Suka Desa Sei Nahodaris Desa Sei Rakyat

  7. Panai Hilir Semua desa

  8. Rantau Selatan - Tidak ada

  9. Rantau Utara Kel. Padang Bulan (Lk. Balai Desa dan Musiman Gg. Musholla Musiman Kel. Bina Raga (Lk. Sei Tawar)

  Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

4.2.1.6 Usulan dan Prioritas Program

  Untuk mewujudkan pembangunan prasarana dan sarana permukiman maka pemeritah Kabupaten Labuhanbatu yang menjadi prioritas dalam sector pengembanga dan permukiman ini adalah : 1.

  Penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana 2. (RSH) ; 3. Penataan dan Peremajaan Kawasan Kumuh di Perdesaan maupun di Perkotaan; 4. Peningkatan Kualitas Permukiman; 5. Pembangunan Rusunawa ; 6. Penyediaan prasarana dan sarana dalam Rangka Penanganan Pasca Bencana Alam (banjir).

4.2.2 Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

4.2.2.1 Petunjuk Umum

  Program pengembangan Sejuta Rumah telah dicanangkan Presiden RI pada peringatan Hari Habitat Dunia, yang berlangsung di Denpasar tanggal 9 Oktober 2003. Program ini dimaksudkan sebagai upaya terobosan untuk mengurangi gap (kesenjangan) antara kebutuhan rumah yang semakin besar (backlog) dengan kemampuan kita bersama dalam menyediakan hunian layak bagi setiap keluarga Indonesia. Oleh karena itu, penataan bangunan lingkungan termasuk kedalam salah satu sektor dalam RPIJM Kabupaten Labuhanbatu.

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun dipedesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Sesuai dengan tujuan program yaitu Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. Dalam perencanaan investasi penataan bangunan lingkungan, harus selaras dengan RTRW Kabupaten Labuhanbatu sebagai acuan tata ruang yang sudah berkekuatan hukum.

  Rencana investasi ini terdiri dari: Penyeragaman bentuk bangunan baik dari segi KDB dan KLB;

   Penataan bangunan sesuai dengan pusat pengembangan masing-masing

   wilayah kota; Penyelenggaraan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati

   diri; Penyelenggaraan penataan lingkungan dan revitalisasi kawasan dan bangunan

   agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi; Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan dan

   melestarikan arsitektur dan ciri khas budaya lokal.

4.2.2.2 Kondisi Umum Penataan Bangunan dan Lingkungan

  A. Gambaran Umum Penataan Bangunan dan Gedung

  Kondisi penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Labuhanbatu selama ini telah dilaksanakan melalui proses perizinan, seperti IMB, izin reklame dll. Di Kabupaten Labuhanbatu permasalahan penataan bangunan dihadapkan kepada banyaknya bangunan yang sudah terbangun tidak mengacu pada ketentuan-ketentuan sesuai dengan PP No. 36 Tahun 2005 tentang bangunan gedung maupun mengacu kepada RTRW Kabupaten Labuhanbatu, sehingga banyak sekali bangunan umum dan bangunan negara yang tidak memiliki nilai estetika dan arsitektural, juga tidak menampilkan ciri khas budaya wilayah setempat.

  Pembangunan bangunan gedung juga banyak yang tidak memperhatikan nilai- nilai GSB, KDB maupun KLB. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya ketinggian bangunan di suatu lingkup kelurahan dimana wilayah tersebut merupakan wilayah pusat perdagangan kota.

  Begitu juga dengan terlalu rapatnya garis rumah dengan pinggir jalan yang hanya dibatasi oleh drainase. Tentunya hal ini akan berdampak susahnya pembebasan lahan bagi Pemerintah setempat apabila ingin mengadakan pelebaran jalan.

  Didalam penentuan besaran GSB, pemilahan terjadi untuk daerah terbuka dan tertutup. Maksud daerah tertutup adalah kawasan seperti pusat kota dimana sisi bangunan berdiri sampai batas tanah tanpa adanya garis sempadan samping bangunan. Sedangkan daerah terbuka adalah kawasan dimana bangunan yang didirikan selain memiliki garis sempadan muka bangunan juga garis sempadan samping bangunan dan garis sempadan belakang bangunan. Untuk daerah tertutup tidak berlaku ketentuan lebar GSB adalah setengah lebar jalan ditambah 1 (satu) dan dibulatkan menjadi bilangan genap. GSB daerah tertutup ditentukan sebesar 2 (dua) meter.

B. Penataan Lingkungan

  Dalam perencanaan penataan lingkungan diharapkan tersedianya panduan rancang bangun suatu kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liveable), berjatidiri (imageable), dan produktif (enduring).

  Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu merencanakan mengenai pemberdayaan dan partisipasi masyarakat sehingga bernilai ekonomis dan berpotensi wisata dan tetap menyediakan kawasan hijau sebagai daearah resapan air dan daerah tangkapan gas karbon dioksida di udara (catchment area).

4.2.2.3 Permasalahan Yang Dihadapi

  Pada saat ini permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dalam merealisasikan penataan bangunan dan lingkungan adalah: Banyaknya Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) yang dikeluarkan tidak

   sesuai dengan RTRW dan semakin menggusur lahan hijau; Kondisi masyarakat yang masih banyak yang tertinggal dari segi ekonomi dan

   pendidikan, sehingga masyarakat tidak bersedia ikut program penataan dan revatilisasi mengingat nilai sejarah kekerabatan yang masih tinggi yang diwariskan turun-temurun.

   suatu program penataan bangunan dan lingkungan.

  Keterbatasan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk menyelenggarakan

   Dan Semakin banyaknya jumlah penduduk yang memiliki penghasilan di bawah UMR juga menyulitkan pemerintah untuk mengatur kepadatan bangunan, dimana masyarakat yang berpenghasilan rendah tersebut berpotensi untuk menimbulkan suatu kawasan kumuh yang baru. Perda pendukung dalam penataan tentang Bangunan Gedung sebagian

   landasan hukum untuk menilai dan menata bangunan yang tidak layak dan tidak memenuhi syarat belum ada.

   menghambat penataan bangunan dalam skala besar.

  Serta kurangnya dana alokasi pemerintah kabupaten dan kota yang terbatas

4.2.2.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

  A. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Merujuk pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (pasal 9 dan 26) dan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (pasal 6), kota (lingkungan permukiman) seharusnya dirancang menjadi kota yang waspada terhadap bencana. Hal itu bertujuan guna mengantisipasi dan memitigasi berbagai bencana alam seperti banjir, rob, gempa bumi, tsunami, dll., maka dari itu sebuah kota dalam perencanaan ruangnya harus dibangun dengan mengalokasikan lebih banyak ruang terbuka hijau. Hal ini berarti taman atau ruang terbuka hijau harus dapat difungsikan sebagai ruang evakuasi bencana, sekaligus sebagai tempat resapan air dan paru-paru kota. Tidak teraturnya bangunan di Kabupaten Labuhanbatu membuat tidak menariknya kawasan tersebut dan tidak meratanya tata lingkungan dan bangunan sehingga menyebabkan semakin besarnya ketidaknyamanan masyarakat dan semakin bertambahnya kesenjangan sosial.

  Hal ini disebabkan tidak adanya sebuah peraturan yang secara detail mengatur dan mengikat masyarakat maupun pemerintah pengguna bangunan dan lingkungan tersebut untuk mendesain serta membangun suatu bangunan dengan berbagai fungsi.

  Hal ini akan bertambah buruk dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Labuhanbatu dalam kurun waktu lima tahun yang akan datang. Yang berarti kebutuhan akan bangunan dan lingkungan yang juga bertambah.

  B. Pencapaian Penataan Gedung dan Bangunan

  Pencapaian yang diharapkan dari adanya suatu penataan gedung dan bangunan adalah visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan dan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, dengan misi memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri , serasi dan selaras dengan lingkungan, sehingga masyarakat lebih mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

  1. Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Labuhanbatu

  RPJMD Kabupaten Labuhanbatu Periode 2006-2010, Misi 5 Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Aparatur dan Pelayanan Publik. Yaitu dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur dikawasan permukiman di pedesaan, meningkatnya pemenuhan kebutuhan hunian yang layak terutama bagi masyarakat miskin, serta terkendalinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

  Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu, Kebijakan meningkatkan penataan dan penyehatan lingkungan pemukiman serta penyediaan prasarana dan sarana permukiman, dilaksanakan dengan strategi perbaikan dan peningkatan prasarana kesehatan lingkungan permukiman dan pembinaan lingkungan sehat, dengan program pengembangan sarana dan prasarana permukiman. Kebijakan melaksanakan pembangunan di kawasan tertinggal, dilaksanakan dengan strategi peningkatan aksesibilitas kekawasan tertinggal dan meningkatkan sarana dan prasarana kebutuhan dasar, dengan program pengembangan sarana dan prasarana transportasi, program pembangunan perkotaan dan pedesaan, dan program pembangunan kawasan tertinggal.

  2. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  Sasaran (output) dari penataan gedung dan lingkungan adalah: Terbentuknya suatu Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

   Dibuatnya Ruang Terbuka Hijau (RTH), berupa taman kota, hutan kota,

   jalur hijau bantaran jalan dan sungai, dan padang atau bukit rumput;

   Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional dan efisien; Menyelenggarakan penataan lingkungan agar produktif dan berjati diri;

   Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan

   agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi; Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk

   mewujudkan arsitektur perkotaan, dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.

  4.2.2.5 Rekomendasi

  Dalam perencanaan RPIJM, maka untuk lima tahun yang akan datang, yang dibutuhkan oleh Kabupaten Labuhanbatu terutama wilayah studi Kota Rantauprapat adalah sebuah peraturan yang berkekuatan hukum guna mengatur seluruh tipe bangunan yang akan dibuat berdasarkan fungsinya masing-masing, sehingga para masyarakat maupun pemerintah itu sendiri sudah memiliki acuan tata cara maupun persyaratan dalam membangun sebuah bangunan.

  4.2.2.6 Program Yang Diusulkan

A. Usulan Dan Prioritas Program

  Dalam penataan bangunan kota Rantauprapat, program yang diusulkan berupa: − Pengaturan KDB dan KLB bangunan terutama untuk KLB bangunan diatas 2 tingkat; − Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; − Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; − Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung; − Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan

  Permukiman dan Bangunan (PIPPB); − Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); − Bantuan teknis pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH).

4.2.3 RENCANA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (PLP)

4.2.3.1 Sub – Bidang Air Limbah

4.2.3.1.1 Kondisi Umum

  Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka semakin besar pula akan kebutuhan air bersih. Setiap air bersih yang digunakan diasumsikan 80 % merupakan limbah cair. Sistem pengelolaan air limbah dilakukan dengan dua cara yaitu:

  1. Sistem pembuangan air limbah setempat seperti: cubluk, septik tank untuk rumah tangga

2. Sistem pembuangan air limbah terpusat yang dilakukan melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat.

  Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dalam pengelolaan sistem penyaluran air limbah kota, adalah sebagai berikut :

  1. Secara bertahap sistem pembuangan air limbah baik limbah rumah tangga, maupun limbah industri akan di arahkan pada sistem saluran tertutup.

  2. Pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi akan diprioritaskan untuk mendapatkan jaringan pelayanan terlebih dahulu.

  3. Pembangunan kawasan perumahan baru, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta harus disertai dengan pembangunan saluran pembuangan air limbah.

  • – industri yang telah ada maupun yang akan dibangun harus memiliki Waste Water Treatment pada skala tertentu sesuai jenis industrinya.

  4. Industri

  4.2.3.1.2 Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini

  Di Kabupaten Labuhanbatu sebagian besar pembuangan air limbah tinja manusia penduduk sudah menggunakan jamban dari semi permanen sampai permanen untuk pembuangannya, sebagian sudah menggunakan dengan resapan septik tank yang terletak di belakang bangunan rumah.

  Pembangunan dan pengelolaan air limbah terpadu (komunal) di Kabupaten Labuhanbatu diperlukan khususnya untuk lingkungan permukiman padat dengan kondisi kumuh.

  Dari hasil survey ditinjau dari jenis sanitasi di peroleh data bahwa 70% penduduk menggunakan jamban dengan septik tank, 20% jamban dengan riol langsung kesaluran drainase tanpa pengolahan, 10% menggunakan jamban dengan cubluk yang terdapat dipermukiman kumuh.

  Untuk sistem pengolahan air limbah pabrik yang terdapat di kelurahan Pardamean dengan sistem Aerobic yaitu dengan menggunakan kincir untuk memisahkan zat berbahaya yang pembuangan akhir langsung kesungai, sementara untuk rumah sakit pengolahan air limbahnya denagn resapan septik tank.

  1. Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

  Pembuangan air limbah rumah tangga yang berasal dari air sabun, cucian, industri rumah tangga dan kotoran manusia yang pembuangannya langsung ke saluran drainase dapat menimbulkan bau tidak sedap, masyarakat yang menggunakan sumur bor dan sumur gali sebaiknya septik tank berjarak 10 m dari sumur, hal ini dikarenakan apabila sumur berdekatan dengan septik tank maka air meresap dari septi tank akan bercampur dengan air sumur.

  Septik Tank Sumur 10 meter

  Pembuangan limbah pabrik ke sungai yang tidak dikelola yang mengandung bahan kimia berbahaya dapat mencemari air sungai, sementara sebahagian penduduk yang bermukim di daerah pinggir sungai menggunakan air sungai sebagai kebutuhan sehari-hari.

  Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.

  2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

  Sistem pembuangan air limbah di Labuahanbatu pada umumnya menggunakan jamban dengan septik tank, dari data yang diperoleh dari Puskesmas Kota dari jumlah IKK 4665, 90 % sudah mempunyai jamban sementara untuk pengolahannya bahwa 70 % penduduk menggunakan jamban dengan septik tank, 20 % jamban dengan riol langsung ke saluran drainase tanpa pengolahan, 10 % menggunakan cubluk pembuangannya langsung ke sungai. Untuk kawasan perumahan pembangunan septik tank 2 : 1, artinya untuk setiap 2 rumah dibangun 1 septik tank dengan kapasitas 4 m3 .

  Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai masih ada yang melakukan buang air besar (BAB) di sembarang tempat hal ini dikarenakan belum mempunyai jamban, pendapatan masyarakat kategori rendah sehingga tidak mempunyai dana untuk membuat jamban. Untuk itu diperlukan MCK dengan sanitasi air limbah berbasis masyarakat untuk permukiman padat katergori kumuh dan masyarakat yang berada di pinggir sungai.

  Pembuangan Air Limbah di Perdesaan

4.2.3.1.3 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolan Air Limbah

  Di Labuhanbatu sarana pengangkutan truk tinja sebanyak 2 unit mobill truk tinja tetapi hanya 1 yang berfungsi dengan kapasitas 2000 liter dengan pembuatan tahun 1991 kondisi mobil truk tinja ini sendiri masih layak.

  Gambar IV.7 Mobil Truk Tinja Kapasitas 2000 L

  Truk tinja ini melayani air limbah RSU, pertokoan, perkantoran, permukiman penduduk yang berada di perkotaan. Untuk pembuangan limbah tinja berada di Parlayuan Kecamatan Padang Matinggi, ini juga merupakan tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Bak pembuangan air limbah terbuat dari beton dengan kapasitas 12 m3 yang dikelola oleh Dinas Pasar dan Kebersihan dengan biaya retribusi 210.000/lobang. Kabupaten Labuhanbatu belum memiliki pengelolaan lumpur tinja dikarenakan biaya yang ada terbatas dan lahan yang tersedia juga terbatas. Dikota Kabupaten Labuhan terdapat 4 rumah sakit yaitu:

  − RS. Harapan Bunda terletak di Jl. Siringo-ringo, dengan sistem sanitasi septik tank, produksi air limbah 2,65 m3 / hari. − RS. Ibu dan Anak ”Dokter takdir” terletak di Jl. Siringo-ringo, dengan sistem sanitasi septik tank, produksi air limbah 3,05 m3 / hari. − RS. Kasih Ibu terletak di JL. Torpisangmata, dengan sistem sanitasi septik tank, produksi air limbah 2,85 m3 / hari. − RS. Umum di Jl. Dewi Sartika, dengan sistem sanitasi septik tank, produksi air limbah 7,2 m3 / hari.

  Kecamatan Rantau Utara dari jumlah rumah tangga yang mencapai 4.665 jumlah rumah tangga yang jamban dengan septik tank berjumlah 3965 KK yang terdiri dari Kelurahan Rantauprapat, Sirandorung, Siringo-ringo, Kartini, Cendana, Binaraga, Padangbulan, Aek Paing, padang Matinggi, Pulo Padang. Untuk Kecamatan Rantau Selatan dari jumlah rumah tangga yang mencapai 11.177 jumlah rumah tangga yang memiliki jamban dengan septik tank sebanyak 6346 KK yang terdiri dari Kelurahan Urung Kompas, Sioldengan, Bakaran batu, ujung Bandar, Labusona, Perdamean, Sigambal, Dano Bale dan Siderejo. Dari data diatas diperoleh bahwa Kelurahan Sigambal masih banyak yang belum menggunakan septik tank sebagai resapan.

4.2.3.1.4 Permasalahan yang dihadapi

  Dilihat dari kondisi sistem pembuangan air limbah di Kota Rantauprapat masih dijumpai di beberapa kawasan seperti yang ada di Kelurahan Rantauprapat tepatnya di Kampung Tempel masih ada yang menggunakan cubluk dengan pembuangan limbah tinja langsung ke saluran drainase. Penduduk yang bermukim di pinggir sungai belum mempunyasi sistem sanitasi yang layak dan kawasan kumuh, perlu diperhatikan karena masih menggunakan cubluk langsung ke saluran drainase. Walaupun limbah dapat hancur oleh air tetapi dapat menimbulkan bau tidak sedap. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan semakin besar pula jumlah limbah yang ada diperlukan pembangunan sanitasi berbasis masyarakat khususnya untuk kawasan padat kumuh. Permasalahan lain yang dihadapi yaitu kurangnya kesadaran masyarakat pentingnya menggunakan sanitasi yang baik baik lingkungan di kemudian hari.

  A. Sasaran pengelolaan Prasarana dan Sarana Air limbah

  Sasaran pengembangan sistem air limbah adalah untuk mencegah menurunnya kualitas air tanah dangkal, kualitas air permukaan (saluran drainase, anak sungai, sungai) dan gangguan kesehatan masyarakat. Penanganan air limbah rumah tangga masih dapat dilakukan secara setempat dengan sarana seperti septic tank dan cubluk yang dibangun secara swadaya/swakelola masyarakat.

  B. Rumusan Masalah

  Pembangunan dan pengelolaan air limbah belum terarah dan terpadu, masih adanya pembuangan limbah ke saluran drainase dan menyatu dengan air limpasan drainase. Apabila saluran drainase meluap diakibatkan karena curah hujan yang tinggi dan buangan air limbah sementara dimensi saluran tidak bisa menampung volume air maka aka menimbulkan bau karena menyatunya atar air limbah dan air limpasan dan menjadikan lingkungan tidak sehat.

4.2.3.1.5 Analisa Permasalahan Sub – Bidang air Limbah

  A. Analisa Permasalahan

  Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka akan semakin besar pula jumlah limbah yang dihasilkan. Apabila masalah pengelolaan tidak diarahkan maka akan menjadi hal serius di masa yang akan datang. Semakin banyaknya jumlah air limbah yang dihasilkan dilihat lagi sistem pembuangan air limbah menyatu ke saluran drainase diperlukan pembangunan sistem pengelolaan air limbah terpadu. Sistem pembuangan limbah yang perlu ditingkatkan yaitu jamban dan cubluk dengan resapan septik tank dan pembuangan tanah kosong dan sungai.

  B. Alternatif Pemecahan Persoalan

  Penanganan air limbah industri wajib menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang pengawasannya dilakukan oleh Bappedalda Kabupaten Labuhanbatu.

  Pembangunan sepic tank oleh masyarakat perlu dikontrol melalui Izin SIMB (Surat Izin Mendirikan Bangunan) agar untuk efisiensi prasarana dibangun sesuai dengan persyaratan konstruksi yang baik. Fasilitas pengurangan lumpur septic tank berupa truck tinja perlu disiapkan Pemerintah Kabupaten disertai dengan prasaran Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), jalan masuk, dan infrastruktur pendukung lainnya pembangunan IPLT dapat satu lokasi dengan TPA Sampah.

  Berdasarkan Revisi RUTR Kota Rantauprapat sistem penanganan air limbah di Kota Rantauprapat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Sistem Penanganan Air Limbah Untuk kabupaten labuhanbatu No. Penggunaan Lahan Sistem Air Limbah Pembuangan Akhir

  1. Permukiman Septic tank Saluran Drainase, IPLT Saluran Drainase,

  IPLT

  2. Industri Septic tank dan IPAL Sungai

3. Niaga/Perkantoran Septic tank Saluran Drainase, IPLT

  4. Permukiman Miskin (Low Income)

Kepadatan Tinggi MCK, jamban umum Saluran Drainase, IPLT

Kepadatan Rendah Cubluk Modifikasi Bidang Resapan.

4.2.3.1.6 Rekomendasi

  Penanganan air limbah terkait juga dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat oleh karena itu analisis kebutuhan juga harus mempertimbangkan faktor ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka analisis kebutuhan yang diperlukan adalah :

   Perbaikan jaringan air limbah terutama untuk pembuangan air limbah pada kawasan perkotaan, ini juga menghindari terjadinya buangan air limbah pada saluran drainase.

   Jaringan air limbah

   Untuk peningkatan pelayanan air limbah dimasa mendatang, penambahan armada diperlukan mengingat sampai saat ini untuk pelayanan air limbah masih dilayani oleh 1 (satu) unit mobil penyedot.

   Kendaraan pengangkut tinja

   Semakin meningkatnya jumlah penduduk serta jumlah limbah yang di buang untuk menghindari terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh limbah maka tersedianya instalasi pengolahan limbah terpadu yang dapat dimanfaatkan secara optimal menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan.

   Pembanguna IPLT

4.2.3.1.7 Sistem Prasarana Yang Diusulkan

  A. Usulan dan Perioritas Program

  Usulan dan prioritas program pengolahan air limbah antara lain:

  1. Pengolahan air limbah disusun berdasarkan masterplan;

  2. Pembangunan prasarana dan sarana berbasis masyarakat terutama untuk kawasan kumuh dan berpendapatan rendah (miskin);

  3. Peningkatan pelayanan air limbah untuk kawasan RSH dan masyarakat berpenghasilan rendah;

  4. Pembangunan IPLT yang baru yang terletak di Kelurahan Aek Paing.

  B. Pembiayaan Pengelolaan

  Untuk mendukung pengembangan sanitasi limbah pemerintah Kabupaten Labuhanbatu pendanaannya berasal dari pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat.

4.2.3.2 SUB – BIDANG PERSAMPAHAN

4.2.3.2.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan

A. Umum

  Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no.18 Tahun 2008 Tentang Persampahan, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

  Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

1. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Labuhanbatu

  Berdasarkan RTRW Strategi pengembangan sistem infrastruktur pengendali banjir, drainase, irigasi dan persampahan, yaitu: Pengembangan jaringan infrastruktur pendukung di pusat-pusat

   sekunder dan tersier di seluruh wilayah Sumatera Utara dalam upaya untuk mendukung perkembangan ekonomi wilayah dan di wilayah- wilayah rawan banjir; Memperluas skala pelayanan infrastruktur dalam upaya untuk

   mendesentralisasi perkembangan wilayah dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

  Berdasarkan Renstra Kabupaten Labuhanbatu dalam arah kebijakan, strategi dan program dalam bidang lingkungan hidup, yaitu: Kebijakan meningkatkan pencegahan, pengendalian kerusakan maupun pencemaranlingkungan hidup, dilaksanakan dengan strategi meningkatkan pengetahuan masyarakat dan meningkatkan pengawasan terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan. Berdasarkan Keputusan Dirjen PU Cipta Karya tentang Program Pengurangan Timbulan Sampah, yaitu:

  a. Target : − Pengurangan volume sampah sejak dari sumber melalui peningkatan upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan pembuatan kompos dengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala kota,

  − Target disesuaikan dengan kondisi daerah namun tetap mengacu pada target nasional (tahun 2010 sebesar 20 %).

  b.

  Strategi Pendekatan: Kampanye dan gerakan moral, uji coba dan replikasi, c.

  Penanganan: Penyediaan dan pelatihan fasilitator, pelaksanaan replikasi kegiatan pengurangan sampah secara bertahap, d.

  Kontribusi Daerah: dukungan penyediaan prasarana dan sarana pengolahan sampah serta pemberian insentif bagi pihak-pihak yang berhasil melakukan pengurangan sampah.

  4.2.3.2.2 Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Sampah Saat Ini

  Pada saat ini penanganan sampah di Kabupaten Labuhanbatu ditangani oleh Dinas Pasar dan Kebersihan untuk penanganan di Kabupaten Labuhanbatu. Instansi tersebut mengumpulkan sampah dengan pola door to door, yaitu mengangkat sampah dari pintu ke pintu rumah tangga yang terlebih dahulu sudah dikumpulkan di dalam tong sampah maupun bin sampah dan bak-bak sampah yang kemudian di masukkan ke dalam dump truk yang selanjutnya diangkut ke TPA di Parlayuan Kelurahan Padang Matinggi. Pengangkutan sampah ke TPA dilakukan setiap harinya. Truk yang beroperasi mulai dari jam 08.00 WIB

  • – 14.00 WIB. TPA itu sendiri masih menggunakan pola pengolahan dengan sistem open dumping. Dampak negative yang timbul dari system pengolahan sampah yang ada pada saat ini adalah tidak tertanganinya timbunan sampah dalam jangka panjang apabila pengolahan masih menggunakan system open dumping.

  

Gambar

TPA Parlayuan Dengan System

Open Dumping

A. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada (Aspek Teknis)

  Sistem pengelolaan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu saat ini meliputi:

  1. Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

  Sumber sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga per hari adalah 4-6 Liter, angka tersebut dihitung dari kapasitas tong sampah yang disediakan. Cakupan pelayanan yang terlayani oleh Dinas Pasar dan Kebersihan sudah mencakup seluruh pasar yang ada di Kabupaten Labuhanbatu, sedangkan untuk cakupan pelayanan Badan Pengelola Kawasan Kota Rantauprapat sudah melayani seluruh wilayah pusat kota dan 50 % wilayah pinggiran kota.

  2. Sistem Prasarana Persampahan

  Prasarana yang ada untuk sistem persampahan Kabupaten Labuhanbatu berupa TPS berjumlah 14 untuk daerah pusat kota tidak termasuk beberapa TPS liar. 8 (delapan) buah TPS adalah berupa tanah terbuka, 2 (dua) TPS berupa bin, dan 2 (dua) TPS berupa bak pasangan batu bata. Untuk TPS daerah pasar terdapat 4 (empat) buah bin yang 2 (dua) bin terdapat di pasar lama dan pasar baru Rantauprapat.

  Untuk pembuangan akhir (TPA) berlokasi di Parlayuan, TPA ini menampung sampah dari wilayah Kota Rantauprapat termasuk pasar lama dan pasar baru, juga menampung sampah yang berasal dari Pekan Merbau, Pasar Aek Nabara dan ruko di sekitarnya, Pasar Negeri Lama, Pekan Ajamu dan Pekan Tanjung Halaban. TPA ini menampung sampah

  18 – 24 m3/hari. Sarana persampahan yang disediakan oleh Badan Pengelola Kawasan Kota Rantauprapat dan Dinas Pasar dan Kebersihan berupa tong sampah berjumlah 200 unit, gerobak sampah bejumlah 2 (dua) unit, container 24 unit, dump truck 6 (enam) unit, arm roll truck 5 (lima) unit, dan 1 (satu) buah compactor truck. Untuk lebih jelas mengenai inventarisasi prasarana dan sarana persampahan.

  Tabel. 4.3 Prasarana dan Sarana Persampahan Kabupaten Labuhanbatu Pengelolaan Volume Tahun No Prasarana dan Satuan Kapasitas Kondisi Ket. (unit) Pengadaan Sarana

  1. Pewadahan 75%baik,

  a. Bin/Tong Sampah m3 200 0,4 - 0,6 2006-2007 25%rusak dan hilang

  2. Pengumpulan

  a. Gerobak sampah m3 2 1,3 2008 Baik

  b. Becak sampah

  c. Gerobak motor -

- - -

  d. Dan lain-lain

  • - - - -

3. Penampungan Sementara

  a. Transfer depo - - - -

  b. Container m3

  24 7 2007 Baik

  c. Pasangan batu m3

  2 2 2008 Baik

  d. Bak kayu - - - - e.Tanah terbuka

  10

  3 Baik

- m2

  f. dll

  • - - - -

4. Pengangkutan

  a. Dump truck m3

  6 8 2006-2007 Baik

  b. Arm Roll Truck m3

  5 9 2006-2008 Baik

  c. Truck

  • - - - -

  • d. Compactor truck - - -

  e. Loader unit 1 2008 Sewa

5. Pengolahan

  a. Pengomposan

  • - - - -

  • b. Daur ulang

  c. Pembakaran

  • - - - -

  d. Dll

  • - - - -

  Sumber : Hasil Analisa Konsultan

3. Pola Penanganan Sampah Pola penanganan sampah bervariasi untuk rumah tangga dan pasar.

  Untuk penanganan sampah rumah tangga dimulai dari pewadahan melalui tong sampah kemudian pengumpulan ke dalam dump truck lalu pengangkutan ke TPA. Sampah rumah tangga juga sering dibuang langsung ke TPS lalu diangkut oleh dum truck ke TPA. Sedangkan untuk sampah yang bersumber dari pasar, pengumpulan disediakan arm roll truck yang kemudian diangkut ke TPA.

  Gambar Bagan 1.1 Diagram Sistem Pengelolaan Sampah Kabupaten Labuhanbatu PLAZA, HOTEL PASAR RUMAH PENDUDUK TONG SAMPAH T P S

  (Bin, Amroll, Pas, Bata) Diangkut oleh Pewadahan

TRUCK SAMPAH

  Diangkut ke

  Pengangkutan T P A

  = Pembuangan Akhir open dumping Diolah dengan Sistem menggunakan loader

4.2.3.2.3 Permasalahan Yang Dihadapi

A. Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah

  Dalam penyediaan prasarana sampah terutama untuk penyediaan TPA diharapkan dapat disediakan lahan baru, khususnya untuk lahan pengganti TPA Parlayuan. Hal ini mengingat umur TPA yang sudah lebih dari 10 tahun menyebabkan daya tampung sudah tidak memungkinkan lagi untuk 5 (lima) tahun yang akan datang. Dan juga diharapkan agar dibuatnya sistem pengolahan komposter di lahan TPA baru tersebut.

  Untuk sasaran sarana persampahan, diharapkan penyediaan loader untuk TPA yang lebih baik, mengingat pada saat ini loader sudah dalam keadaan rusak.

  Juga diharapkan agar pelayanan pengangkutan sampah di Kabupaten Labuhanbatu lebih merata dan menjangkau daerah pinggiran kota termasuk daerah yang belum terlayani oleh pengangkutan sampah.

  Dari hasil proyeksi produksi sampah berdasarkan jenis fasilitas di Kota Rantauprapat, diketahui bahwa pada tahun 2010 adalah jumlah sampah dengan produksi terendah yaitu sebesar 63 m3/l/hari, sedangkan sampah produksi sampah terbesar berada di tahun 2012 yaitu sebesa 33.722 m3/l/hari.