BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor Pemilihan Persalinan Dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari – April tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,

  tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba,2009).

  Persalinan berlangung secara alamiah, tetapi tetap diperlukan pemantauan khusus karena setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan.Selain itu, selama kehamilan ataupun persalinan dapat terjadi komplikasi yang mungkin dapat terjadi karena kesalahan penolong dalam persalinaan, baik tenaga non-kesehatan seperti dukun ataupun tenaga kesehatan khususnya bidan (Sondakh, 2013).

  Persalinan merupakan proses dramatis dari kondisi biologis dan psikologis yang dialami oleh sebagian besar ibu hamil. Sebagian besar wanita menganggap hal tersebut sebagai salah satu hal yang kodrat. Banyak persiapan yang dilakukan sejak awal kehamilan dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi, serta yang akan mendukung lancarnya proses persalinan (Sondakh, 2013). Proses persalinan dapat terbagi menjadi dua yaitu persalinan normal (pervaginam) dan persalinan abnormal (seksio sesarea), dalam bab ini akan membahas tentang persalinan abnormal dengan tindakan seksio sesarea. Dimana kejadian seksio sesarea sudah meningkat dikalangan masyarakat (Williams, 2009).

A. Seksio Sesarea 1. Defenisi Seksio Sesaria

  Seksio sesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau kehamilan >28 minggu (Manuaba,2012)

  Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesaria adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar,2012).

2. Istilah Persalinan Seksio Sesaria

  Menurut Mochtar (1998) persalinan seksio sesarea memiliki beberapa istilah yaitu: a.

  Seksio Sesaria primer (Efektif) Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya : pada panggul sempit ( CV kecil dari 8 cm).

  b.

  Seksio Sesaria Sekunder Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesaria.

  c.

  Seksio Sesaria ulang (repeat caesarean section) Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesaria (previous caesarea

section ) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesaria ulang.

  d.

  Seksio Sesaria Histerektomi (Caesarean section hysterectomy) Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesaria, langsung dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu indikasi. e.

  Operasi Porro (Porro operation) Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya : pada keadaan infeksi rahim yang berat.

  3. Jenis – Jenis Operasi Seksio Sesaria Abdominalis

  Menurut Harry dan William persalinan seksio sesaria abdominal memilki beberapa jenis yaitu :

  1 Insisi Melintang Insisi melintang segmen bawah uterus memungkinkan kelahiran perabdominam yang aman sekalipun dikerjakan pada saat persalinan dan rongga rahim terinfeksi. Insisi melintang segmen bawah rahim bawah rahim merupakan prosuder pilihan, dengan cara sebagai berikut : a.

  Abdomen dibuka dan uterus disingkapkan.

  b.

  Lipatan versicouterina periteoneum (bladder flap) yang terletak dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih didorong ke bawah serta ditarik agar tidak menutupi lapangan pandangan.

  c.

  Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang kecil, luka insisi dilebarkan kesamping dengan jari-jari tangan dan berhenti didekat daerah pembuluh darah uterus.

  d.

  Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh yang lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.

  e.

  Insisi melintang tersebut ditutup dengan jahitan catgut bersambung satu lapis atau dua lapis. Lipatan vesicouterina kemudian dijahit kembali pada dinding uterus sehingga seluruh luka insisi terbungkus dan tertutup dari rongga peritoneum generalisata. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.

  1) Keuntungan dilakukannya Insisi Melintang yaitu : a.

  Insisinya ada pada segmen bawah uterus. Namun demikian, kita harus yakin bahwa tempat insisi ini berada pada segmen bawah yang tipis dan bukannya pada bagian inferior dari segmen atas yang muskuler.

  b.

  Otot tidak dipotong tetapi dipisah ke samping, cara ini mengurangi perdarahan.

  c.

  Insisi jarang terjadi sampai placenta.

  d.

  Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan kembali dibanding segmen atas yang tebal.

  e.

  Keselurahan luka insisi terbungkus oleh lipatan vesicouterina sehingga mengurangi perembasan ke dalam cavum peritonei generalisata.

  f.

  Ruptura jaringan cicatrix yang melintang kurang membahayakan jiwa ibu dan janin karena :

  1. Insidensi rupture tersebut lebih rendah.

  2. Kejadian ini jarang terjadi sebelum aterm. Dengan demikian pasien sudah dalam pengamatan ketat di rumah sakit.

  3. Perdarahan dari segmen bawah yang kurang mengandung pembuluh darah itu lebih sedikit dibandingkan perdarahahan dari corpus.

  4. Ruptura bekas insisi melintang yang rendah letaknya kadang – kadang saja diikuti dengan ekspulsi janin atau dengan terpisahnya placenta, sehingga masih ada kesempatan untuk menyelamatkan bayi.

  2). Kerugian dilakukannya Insisi Melintang yaitu : a.

  Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti terjadi pada kasus yang bayinya terlalu besar, maka pembuluh darah uterus dapat terobek sehingga menimbulkan perdarahan hebat.

  b.

  Prosedur ini tidak dianjurkan kalau terdapat abnormalitas pada segmen bawah, seperti fibroid atau varices yang luas.

  c.

  Pembedahan sebelumnya atau pelekatan yang padat menghalangi pencapaian segmen bawah akan mempersulit operasi.

  d.

  Kalau segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan melintang sukar dikerjakan.

  e.

  Kadang – kadang vesica urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi sebelumnya sehingga vesica urinaria dapat terluka.

2 Insisi Membujur

  Insisi Membujur dilakukan dengan cara membuka abdomen dan menyingkirkan uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi. Adapun keuntungan dari inisisi membujur yaitu : a.

  Luka insisi bisa diperlebar ke atas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya besar, pembentukan segmen bawah jelek, ada malposisi janin seperti letak lintang atau kalau ada anomaly janin seperti kehamilan kembar yang menyatu (conjoined twins).

  b.

  Sebagian ahli kebidanan menyukai jenis insisi ini untuk placenta previa.

  Dan terdapat juga kerugian utama pada insisi membujur yang dapat terjadi pendarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya otot, juga sering luka insisi tanpa di kehendaki meluas kesegmen atas sehingga nilai penutupan retroperitoneal yang lengkap akan hilang. Pada jenis operasi seksio sesarea insisi membujur terdapat 3 teknik yaitu : a)

  Seksio sesarea klasik Seksio sesarea klasik memiliki indikasi bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung kemih untuk mencapai segmen bawah rahim, misalnya karena adanya perlekatan – perlekatan akibat pembedahan seksio sesarea yang lalu, atau adanya tumor – tumor di daerah segmen bawah rahim, keadaan janin yang besar dalam letak lintang dan plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan segmen bawah rahim (Hanifa,2005).

  b) Seksio Sesarea Extraperitoneal

  Seksio sesarea extraperitonel dikerjakan untuk mengindari perlunya histerektomi pada kasus – kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal.Ada beberapa metode seksio sesarea extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton.

  Teknik pada prosuder ini relative sulit, sering tanpa sengaja masuk ke dalam cavum peritonei, dan insidensi cedera vesira urinaria meningkat.Perawatan prenatal yang lebih baik, penurunan insidensi kasus yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotic telah mengurangi perlunya.teknik extraperitoneal. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap di simpan sebagai cadangan bagi kasus – kasus tertentu (Harry & William,2010).

  c) Seksio sesarea Histerektomi

  Seksio sesarea histerektomi merupakan seksio sesarea yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus.Kalau mungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap disebut histerektomi total. Akan tetapi, karena pembedahan subtotal lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan subtotal menjadi prosuder pilihan kalau terdapat pendarahan hebat dan pasiennya shock, atau kalau pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus seperti ini, tujuan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.

  B.

  

Faktor – Faktor Yang menyebabkan Ibu Memilih Persalinan dengan

Tindakan Seksio Sesarea

  Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim ibunya. Jadi, apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi menurut buku

  Obstetrics and Gynecology , ada empat alasan, yaitu untuk keselamatan ibu dan

  janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kotraksi, distosia (persalinan macet) sehingga menghalang persalinan alami, dan bayi dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin.Jadi penyebab dilakukannya operasi pada persalinan memiliki beberapa faktor yaitu: a.

  Riwayat dengan persalinan seksio sesarea Riwayat dengan persalinan seksio sesarea adalah wanita yang pernah memiliki riwayat persalinan seksio sesarea (Williams,2013). Pada sebagian besar

  Negara ada kebiasaan yang diperaktikkan akhir-akhir ini yaitu setelah prosedur pembedahan seksio sesarea dikerjakan, maka semua kehamilan yang mendatang harus diakhiri dengan cara yang sama. Bahaya rupture lewat tempat insisi sebelumnya dirasakan terlalu besar. Akan tetapi, pada kondisi tertentu ternyata bisa dilakukan trial of labor dengan kemungkinan persalinan lewat vagina. Kalau upaya ini berhasil, baik morbiditas maternal maupun lamanya rawat tinggal akan berkurang (Harry & Williams,2010).

  Adapun menurut buku Harry dan Williams syarat-syarat trial of labor sebelumnya pernah dilakukan seksio sesarea :

  1. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian cervical bawah uterus (low cervical transverse uterine incision).

  2. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disporporsi.

  3. Indikasi akan kelahiran dan persalinan yang mudah.

  Kontraindikasi untuk trial of labor sebelumnya pernah melakukan persalinan seksio sesarea :

  1. Bekas insisi vertical tipe apapun.

  2. Insisi yang tipenya tidak diketahui 3.

  Pernah seksio sesarea lebih dari satu kali 4. Saran untuk tidak melakukan trial of labor dari dokter bedah yang melaksanakan pembedahan pertama.

  5. Panggul sempit 6.

  Presentasi abnormal, seperti presentasi dahi, bokong atau letak lintang 7. Indikasi medis untuk segera mengakhirin kehamilan, termasuk diabetes, toxemia gravidarum dan plasenta previa.

  b.

  Faktor ibu Kondisi kehamilan bisa pula sebagai penyebab dilakukannya operasi.Misalnya : tidak ada tanda persalinan, pada hal kehamilan harus diakhiri karena alasan janin atau ibunya, ibu menderita eklampsia atau ketuban pecah dini dan ingin dilakukan tindakan sterilisasi. Sebalikya, usia kehamilan belum cukup bulan (25 minggu), tetapi kehamilan harus diakhiri.

  Namun, dari kondisi janin dan ibu tersebut tidak semuanya harus dilakukan persalinan dengan operasi. Tindakan operasi dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu : apabila persalinan pervaginam membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.

  Menurut buku Dini Kasdu ada beberapa faktor ibu yang menyebabkan harus dilakukan operasi seksio sesarea yaitu : 1)

  Usia Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang berisiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklampsia.

  Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga seringkali menyebabkan dokter memutuskan persalinan dengan operasi sesarea.

  2) Tulang Panggul

  Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

  sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan. Tulang – Tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan “jalan” yang harus dilalui ole janin ketika akan lahir seara alami. Bentuk tulang panggul ada empat jenis, yaitu : panggul ginekoid, android, platipeloid dan anthropoid. Jenis panggul yang dapat membantu memudahkan kelahiran bayi adalah jenis panggul ginekoid .Persalinan Sebelumnya dengan operasi sesarea.

  3) Hambatan Jalan Lahir

  Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya : jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor atau kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernapas. Gangguan jalan lahir bisa juga terjadi karena ada mioma atau tumor.Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang bisa disebut distosia.

  4) Kelainan Kontraksi Rahim

  Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine

  action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada

  proses persalinan menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lair dengan lancer. Untuk lemahnya kontraksi rahim, biasanya dapat ditolong dengan memberikan infus oksitoksin, tetapi untuk membuat elastisnya leher rahim sulit dilakukan intervensi. Apabila keadaan tidak memungkinkan maka dokter biasanya akan melakukan operasi sesarea. 5)

  Ketuban Pecah Dini Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat meyebabkan bayi harus segera dilahirkan.Kondisi ini membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal sedikit atau habis. Apabila air ketuban habissama sekali, pada hal bayi masi belum waktunya lahir, biasanya dokter akan berusaha mengeluarkan bayi dari dalam kandungan,baik melalui kelahiran biasa maupun operasi sesarea. Air ketubanyang peca sebelum waktunya akan membuka rahim sehingga memudakan masuknya bakteri dari vagina. Dengan masuknya bakteri lewat vagina, infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan janin di dalam kandungan. 6)

  Rasa Takut Kesakitan Seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Hal ini terjadi karena ketika berkontraksi, otot – otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan menolong kepala bayi kea rah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua mereka berpikir melahirkan dengan cara operasi.

  Namun, bisa pula hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan dokter. Hal ini bisa karena alasan secara psikologi tidak tahan melahirkan dengan sakit.

  Kecemasan yang berlebihan juga akan menghambat proses persalinan alami berlangsung.

  c.

  Gawat Janin Gawat janin ditunjukkan dengan adanya bradycardia berat, irregularitas denyut jantung janin atau adanya pola deselerasi yang terlambat, kadang-kadang menyebabkan perlunya seksio sesarea darurat.Angka seksio sesarea tinggi pada pasien-pasien yang dimonitor.Hal ini tidak mengherankan karena indikasi utama untuk tindakan monitoring adalah kasus-kasus dengan predisposisi hipoksia janin.Namun demikian, gawat janin bukanlah alasan utama bagi meningkatkan angka seksio sesarea.Permasalahan yang disertai dystocia merupakan indikasi utama bagi persalinan per abdominam.Suatu indikasi seksio sesarea tersebut sebagai intoleransi janin pada persalinan (fetal intolerance of labor).Keadaan ini terlihat pada pasien-pasien yang persalinannya tidak menentu.Stimulasi dengan oxytocin menghasilkan abnormalitas pada frekuensi denyut jantung janin. Dikerjakan seksio sesarea dan dilahirkan bayi normal tanpa gejala kegawatan (Harry & Williams,2010).

  Adapun menurut Dini Kasdu beberapa Faktor gawat janin yang menyebabkan persalinan dengan tindakan seksio sesarea, yaitu :

  1) Bayi terlalu besar

  Besar bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomial) karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus). Keadaan ini dalam ilmu kedokteraan disebut bayi besar objektif.Apabila dibiarkan terlalu lama dijalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya. 2)

  Kelainan Letak Bayi

  a) Letak sungsang

  Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala berada di bagian atas rahim, dan pantat berada dibagian bawah rongga rahim, sedangkan yang dimaksud dengan “posisi” adalah keadaan bagian terenda bayi. Risiko bayi lahir sungsang pada persalinan alami perkirakan 4 kali lebih besar dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal.Oleh karena itu, biasanya langkah terakhir untuk mengantisipasi hal terburuk karena persalinan yang tertahan akibat janin sungsang adalah operasi.

  b) Letak Lintang

  Kelainan lain yang paling sering terjadi adala letak lintang atau miring

  (oblique) . Letak yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan

  arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Punggung, dapat berada di depan, belakang atas, maupun bawah. Kelainan letak lintang ini hanya terjadi sebanyak 1%.Letak lintang ini biasanya ditemukan pada perut ibu yang menggantung atau karena adanya kelainan bentuk rahimnya.

  Penanganan untuk kelahiran letak lintang ini juga sifatnya sangat individual. Apabila dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi, sebelumnya ia sudah memperhitungan sejumlah factor demi keselamatan ibu dan bayinya.

  3) Ancaman gawat janin (fetal distress)

  Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi.Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang, menguntungkan.Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat oksigen dari ibunya melalui plasenta dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada plasenta ( akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta gangguan pada tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi) maka jata oksigen yang disalurkan kebayi pun jadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena kehabisan napas. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami kerusakn otak, bakan tidak jarang meninggal dalam rahim. Apabila proses persalinan sulit dilakukan melalui vagina maka bedah sesarea merupakan jalan keluar satu – satunya. 4)

  Bayi Kembar (Multiple Prenancy) Kelahiran bayi kembar memiliki risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Faktor yang dapat terjadi misalnya : Lahir premature atau lebih cepat dari waktunya, bayi kembar bisa dapat mengalami sungsang atau letak lintang. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan dilakukan di rumah sakit karena kemungkinan sewaktu –waktu dapat dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir secara alami.

  5) Janin Abnormal

  Janin sakit atau abnormal.Misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan dokter memutuskan dilakukan operasi.

  d.

  Kelainan plasenta Ada beberapa menurut Dini Kasdu kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi seksio sesarea, yaitu :

  1) Plasenta previa

  Posisi plasenta di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Tentu saja, keadaan ini akan mengakibatkan kepala janin tidak bisa turun dan masuk ke jalan lahir. Janin dengan plasenta previa, umumnya juga akan memilih letak sungsang tau letak lintang. Keadaan ini menyulitkan janin lahir secara alami. Kelainan plasenta ada beberapa macam : Plasenta letak rendah, yaitu : Plasenta tidak sampai menutupi (1 -2 dari mulu rahim), plasenta previa marginalis (ujung plasenta terletak sangat dekat dengan mulut rahim), plasenta previa parsial (sebagian plasenta menutupi jalan lahir), plasenta previa totalis (seluruh jalan lahir atau mulut rahim benar – benar tertutup oleh plasenta). Tindakan persalinan pada dua jenis kelainan plasenta previa totalis, biasanya dilakukan dengan operasi.

  2) Plasenta lepas ( Solution Placenta)

  Plasenta lepas (Solution Placenta) merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.Apabila plasenta sudah lepas, sementara janin masih lama lahir atau dalam keadaan tertentu maka operasi harus segera dilakukan.Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum janin mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.

  3) Plasenta Accreta

  Plasenta accrete merupakan keadaan menempelnya plasenta diotot rahim.Faktor resiko terjadinya plsenta accrete pada ibu yang mengalami persalinan yang berulang, ibu berusia > 35 tahun dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta).

  4) Vasa Previa

  Vasa Previa adala keadaan pembuluh darah di selaput ketuban berada di mulut rahim (osteum uteri) jika pecah dapat menimbulkan perdarahan banyak yang membahayakan janin dan ibunya.Untuk menguraangi risiko pada ibu dan janin maka persalinan dilakukan dengan operasi.

  e.

  Permintaan pasien Persalinan seksio sesarea atas permintaan ibu memiliki sejumlah konsep etika yang telah diperdebatkan.Menurut Bewley dan Cockburn, mereka membantah bahwa konsep persalinan sesarea dengan permintaan kurang memilki kepentingan etika dan medik. Ahli lain menyimpulkan bahwa bukti yang ada tidak mendukung permintaan persalinan seksio sesarea yang rutin. Namun, hal tersebut secara etis tidak mendukung keputusan obstetric untuk menyetujui permohonan pasien untuk permintaan pelahiran sesarea.Adapun alasan ibu meminta persalinan dengan seksio sesarea adalah untuk mengindari cedera dasar panggul saat persalinan pervaginam, menurunkan risiko cedera janin, menghindari ketidakpastian dan nyeri persalinan, serta rasa tidak nyaman.

  Masa globalisasi dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan tehnologi masyarakat ternyata diikuti

C. Pengambilan Keputusan

  Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang paling sulit bagi setiap manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa tujuan koseling yang paling utama adalah pengambilan keputusan.Dalam hal memilih persalinan juga harus sesuai dengan pengambilan keputusan yang baik dan benar.Bukan karena hal tanpa indikasi memilih suatu persalinan.Jadi setiap tenaga kesehatan, baik dokter, bidan dan perawat dalam memberikan konseling harus sesuai dengan indikasi yang jelas. Dalam akhir pertemuan konseling diharapkan klien dapat membuat dan mengambil keputusan (Priyanto,2009).

  Setiap individu secara manusiawi dapat dibedakan menjadi beberapa aspek yang masing – masing memiliki perbedaan dalam pengambilan keputusan, sehingga terdapat perbedaan yang tampak di antara karakter – karakter yang tercantum dalm buku Agus Priyanto yaitu :

  1. Mempertimbangkan kemauan atau hasrat – hasrat yang ada.

  Hasrat – hasrat pada psikis adalah kecenderungan di dalam alam sadar yang menimbulkan motif – motif, yakni daya – daya penggerak untuk berbuat sesuatu demi mencapai tujuan.

  2. Pengambilan keputusan.

  Setelah mempertimbangkn beberapa waktu untuk menentukan motif pilihan dan hasrat yang akan menjadi aktif, terpilih akan menjadi dasar bagi pengambil tindakan.Beberapa sifat individu dalam pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut : a.

  Sifat pengambilan keputusan yang tergesa – gesa.

  Individu yang mempunyai karakter ini, dalam mengambil keputusan kurang didukung oleh hasrat dan motif yang kuat. Hal ini disebabkan karena individu tersebut kurang memahami pentingnya keputusan dan akibat yang akan didapatkan dari keputusan yang akan diambinya atau individu tersbut orang yang impulsive sehingga kurang berpikir panjang sebelum mengambil keputusandan ingin secepatnya bertindak, bahkan mungkin selalu dilanda rasa khawatir yang berlebihan.

  b.

  Sifat individu yang tidak dapat mengambil keputusan.

  Individu yang mempunyai karakter seperti ini tidak akan kunjung berkeputusan dan tidak mempunyai kepastian atau merasa ragu – ragu dalam pengambilan keputusan. Individu ini sangat sulit dalam menentukan pilihan dia ingin kedua – duanya dan tetap berusaha untuk menyatukan alternatife – alternatife yang tidak dapat dipersatukan.

  c.

  Sifat yang hanya mengikuti kehendak sendiri.

  Orang ini cenderung tidak mau mengikuti pendapat atau keinginan orang lain. Dia ingin membuktikan bahwa dia mampu berbuat untuk dirinya sendri. Demikian pula dalam mengambil keputusan, dia hanya ingin menolak berdasarkan pertimbangan motif dan hasratnya sendiri, dia hanya ingin menolak pengaruh dari orang lain.

  d.

  Sifat yang tidak mampu berdiri sendiri.

  Individu ini cenderung menyerahkan pengambilan keputusan kepada orang lain, dia lebih memilih mengikuti pendapat dan keputusan dari orang lain. Hal ini dilakukan karena takut menanggung risiko dan tanggung jawab, sehingga ini menandakan manifestasi dari kepribadian yang lemah.

     

Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2012

5 77 65

Faktor Pemilihan Persalinan Dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari – April tahun 2014

2 56 96

Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Pematang Siantar Tahun 2001-2002

0 28 92

Luaran Bayi Pada Persalinan Seksio Sesaria Darurat Di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan Periode Januari – Maret 2008

1 40 48

Gambaran Tingkat Keberhasilan Persalinan Pervaginam Pada Ibu-Ibu Hamil Dengan Riwayat Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan Tahun 2007-2009

1 43 57

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Penilaian Usia Kehamilan - Penilaian Usia Kehamilan Bayi yang Dilahirkan Secara Seksio Sesarea Menggunakan Skor Ballard di Rumah Sakit Muhammadiyah Medan Periode Tahun 2013 sampai April 2014

0 0 21

BAB II TINJAUN TEORITIS A. Pengertian Seksio Sesarea - Karakteristik Ibu Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2012

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman - Pengalaman Ibu Primipara Post Seksio Sesarea dengan Preeklampsia Berat di RSU Muhammadiyah Medan Tahun 2014

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Penilaian Usia Kehamilan - Penilaian Usia Kehamilan Bayi yang Dilahirkan Secara Seksio Sesarea Menggunakan Skor Ballard di Rumah Sakit Muhammadiyah Medan Periode Tahun 2013 sampai April 2014

0 0 21

Faktor Pemilihan Persalinan Dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari – April tahun 2014

0 0 33