Faktor Pemilihan Persalinan Dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari – April tahun 2014

(1)

TINDAKAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT

UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2014

SRI WAHYUNI

135102011

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

TAHUN 2014 ABSTRAK Sri Wahyuni

Latar Belakang : Persalinan seksio sesarea yang semakin meningkat, ini semua disebabkan beberapa alasan yang sering diungkapkan pasien mendapatkan kenyamanan pada persalinan seksio sesarea yang direncanakan dan dapat mengurangi rasa ketakutan akan persalinan yang lama serta mungkin berbahaya.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Apa faktor – faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2014.

Metodologi : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian, analisa data dalam penelitian ini adalah univariat dan bersifat deskriptif

Hasil : Hasil penelitian lebih dari setengah responden berumur <20 - 35 tahun 20 orang (51,3%), agama Islam 39 orang (100%), suku Mandailing 12 orang (30,8%), pendidikan SMA 19 orang (48,7%), pekerjaan ibu yang tidak bekerja 23 orang (59%), penghasilan perbulan < Rp 5.000.000 38 orang (97,4%), paritas sekundigravida 21 orang (53,8%). Riwayat persalinan dengan tindakan seksio 25 orang (64,1%), faktor ibu 33 orang (84,6%), gawat janin 37 orang (94,9%), kelainan plasenta 15 orang (38,5%), permintaan ibu 37 orang (94,9%).

Kesimpulan : Yang mempengaruhi ibu memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea adalah riwayat persalinan, faktor ibu, gawat janin, kelainan plasenta dan permintaan ibu. Diharapkan dokter dan bidan memberikan konseling dalam menentukan persalinan sesuai dengan medis.


(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari – April tahun 2014”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis.

3. Dr.dr.M.Fidel Ganis Siregar, M.ked (OG) SpoG.K selaku dosen pembimbing dalam membantu mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Kepala Rumah Sakit Mitra Sejati yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya.

5. Seluruh dosen dan staf program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua ( H.Samsir dan Hj.Lasiyah ) yang tidak hentinya memberikan dukungan doa, semangat, dan material kepada penulis.

7. Seluruh teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(6)

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari apa yang dikatakan sempurna. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah nantinya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis.

Medan, 2013


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 4

C. Tujuan penelitian ... 4

D. Manfaat penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seksio Sesares ... 6

1. Defenisi Seksio Sesarea ... 7

2. Istilah Persalinan Seksio Sesarea ... 8

3. Jenis – jenis Seksio Sesarea Abdominalis ... 8

B. Faktor – Faktor Persalinan Seksio Sesarea dengan Indikasi Medis ... 12

C. Pengambilan Keputusan ... 21

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 24

B. Defenisi Operasional ... 25

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

D. Etikaa Penelitian ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Validitas dan Reliabilita ... 30

G. Pengumpulan Data ... 31


(8)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 33 1. Data Demografi/ Karakteristik Ibu ... 33 2. Faktor – faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea .. 36 B. Pembahasan ... 39 1. Karakteristik Ibu ... 39 2. Faktor – faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea .. 41 3. Keterbatasan penelitian... 47 4. Implikasi institusi rumah sakit/ tenaga medis ... 48 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 49

DAFTER PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No JUDUL TABEL HALAMAN

5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

karakteristik Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 ... 34 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan

Kuisioner Faktor – Faktor Pemilihan Persalinan dengan

Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum ... 35 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Riwayat Persalinan

Seksio Sesarea dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Haji

Medan Tahun 2014 ... 37

5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Ibu dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakaan Seksio Sesare

di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 ... 37

5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gawat Janin dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea

di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 ... 38 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kelainan Plasenta

dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea

di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 ... 38 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Permintaan Ibu dalam

Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Faktor – Faktor Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea


(11)

DAFTAR LAMPIARAN

Lampiran 1 : Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Lembar Content Validity Lampiran 4 : Jadwal Penelitian

Lampiran 5 : Surat izin data penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 6 : Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 7 : Master Tabel

Lampiran 8 : Hasil data Out Put Data Penelitian Lampiran 9 : Lembar Konsultasi


(12)

TAHUN 2014 ABSTRAK Sri Wahyuni

Latar Belakang : Persalinan seksio sesarea yang semakin meningkat, ini semua disebabkan beberapa alasan yang sering diungkapkan pasien mendapatkan kenyamanan pada persalinan seksio sesarea yang direncanakan dan dapat mengurangi rasa ketakutan akan persalinan yang lama serta mungkin berbahaya.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Apa faktor – faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2014.

Metodologi : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian, analisa data dalam penelitian ini adalah univariat dan bersifat deskriptif

Hasil : Hasil penelitian lebih dari setengah responden berumur <20 - 35 tahun 20 orang (51,3%), agama Islam 39 orang (100%), suku Mandailing 12 orang (30,8%), pendidikan SMA 19 orang (48,7%), pekerjaan ibu yang tidak bekerja 23 orang (59%), penghasilan perbulan < Rp 5.000.000 38 orang (97,4%), paritas sekundigravida 21 orang (53,8%). Riwayat persalinan dengan tindakan seksio 25 orang (64,1%), faktor ibu 33 orang (84,6%), gawat janin 37 orang (94,9%), kelainan plasenta 15 orang (38,5%), permintaan ibu 37 orang (94,9%).

Kesimpulan : Yang mempengaruhi ibu memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea adalah riwayat persalinan, faktor ibu, gawat janin, kelainan plasenta dan permintaan ibu. Diharapkan dokter dan bidan memberikan konseling dalam menentukan persalinan sesuai dengan medis.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, indikator kesejahteraan suatu bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian saat persalinan. Makin tinggi angka itu, maka makin rendah kesejahteraan suatu bangsa. Di indonesia angka kematian ibu masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, dan tingkat kesejahteraan masyarakat juga menunjukkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. (Hidaya & Sujiatini, 2010)

Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 500.000 wanita hamil didunia menjadi korban proses reproduksi setiap tahun. Sebagian besar kematian ibu dan bayi terjadi di negara berkembang termasuk indonesia. WHO memperkirakan 15.000 dari sekitar 4,5 juta wanita melahirkan di Indonesia mengalami komplikasi yang menyebabkan kematian.( Hidaya & Sujiatini, 2010) . Menurut penelitian Trisnantoro L, (2011) Angka kematian Ibu (AKI) mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas.Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir memperkirakan Angka Kematian Ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Bahkan WHO, UNICEF,UNFPA, dan

Word Bank memperkirakan angka kematian ibu lebih tinggi, yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup (Prasetyawati, 2012). Sedangkan menurut Bensons dan Pernolls dalam penelitian Annisa, angka kematian ibu yang menjalani persalinan seksio sesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup dan memiliki risiko kematian 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam.

Operasi seksio sesarea telah menjadi bagian kebudayaan manusia sejak zaman dahulu, namun dulu operasi seksio sesarea selalu dipandang sebagai usaha terakhir


(14)

untuk menyelamatkan sang bayi dan kemudian mempertahankan hidup sang ibu. Baru pada abad ke-19, para pekerja medis mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa operasi sesaria dapat digunakan untuk menyelamatkan, baik ibu maupun bayinya.Setelah itu, operasi sesaria semakin sering dilakukan dan semakin tinggi tingkat keberhasilannya, walaupun tetap dipandang sebagai suatu upaya terakhir. Sehingga, operasi sesaria sudah menjadi sesuatu yang umum di masyarakat (Chrissie,2005).

Sejak tahun 1970 hingga 2007, angka persalinan Caesar di Amerika Serikat meningkat dari 4,5 % pada semua persalinan seksio sesarea menjadi 31,8 % (Williams, 2010). Sedangkan di indonesia di dalam penelitian Silvia Aulia (2010), angka kejadian seksio sesarea meningkat pesat, terutama di kota – kota besar. Dalam laporan tahunan bagian obstetric dan ginekologi, disebutkan bahwa angka kejadian persalinan seksio sesaria di rumah sakit pendidikan tahun 2006 adalah 790-3.541 persalinan, dan pada penelitian Gondo dan Sugiharta (2006) di RSUP Sanglah Denpasar, bahwa telah terjadi peningkatan angka persalinan seksio sesaria dari 22,7% pada tahun 2001 menjadi 34,56% pada tahun 2006. Gondo juga melaporkan persentasi sektio seasarea dengan indikasi medis sebesar 65,18%, dan tanpa indikasi medis sebesar 34,82%, sedangkan Dr. Andon Hestiantoro SpoG (K) menjelaskan bahwa angka section cesarea di rumah sakit pemerintah saat ini 11-15%, sementara di rumah sakit swasta dapat mencapai 30-40%. Angka ini merupakan bukti konkret bahwa saat ini seksio sesaria bukan lagi hanya indikasi medis, tetapi banyak faktor bukan medis yang mempengaruhi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya persalinan pervaginam lebih rendah dibandingkan dengan persalinan seksio sesarea yang semakin meningkat, ini semua disebabkan beberapa alasan yang sering diungkapkan pasien mendapatkan kenyamanan pada persalinan seksio sesarea yang direncanakan dan dapat mengurangi rasa ketakutan


(15)

akan persalinan yang lama serta mungkin berbahaya. Abitbol dkk, (1993) menemukan bahwa pilihan pasien seperti ini tetap ada meskipun telah dilakukan konseling antepartum yang ekstensif.Mereka mewawancarai wanita saat pulang dari rumah sakit dan wanita yang dipilih untuk persalinan seksio sesarea berulang 93% dilaporkan memuaskan. Hal ini dibandingkan dengan 53% dari seluruh wanita yang menjalani percobaan persalinan seksio sesarea dan 80% pada wanita yang menjalani percobaan persalinan seksio sesarea tanpa komplikasi. Ini menunjukkan bahwa operasi seksio sesare sudah menjadi sesuatu yang umum.(Williams, 2010).

Kini tindakan operasi sudah dapat diterima masyarakat, Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan persalinan dengan seksio sesarea, yaitu :panggul sempit dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir sehingga dapat menyebabkan persalinan yang tidak maju, disproporsi cephalopelvik, kontraksi uterus yang tidak efektif, tali pusat janin menumbung, kelainan letak janin di dalam rahim dan defleksi kepala bayi. Indikasi tersebut mendorong keputusan kearah seksio sesarea berdasarkan kegagalan persalinan mencapai dilatasi serviks atau turunnya janin, tanpa mempertimbangkan penyebabnya (Harry dan William, 2010). Bahkan saat ini banyak pasien yang sengaja meminta persalinan dengan jalan operasi, walaupun tanpa alasan medis yang tepat. Alasan – alasan pasien meminta persalinan seksio sesarea adalah 1) untuk menghindari tertjadinya kerusakan pada alat kelamin saat persalinan pervaginam sehingga keharmonisan rumah tangga makin terjamin, 2) menurunkan bahaya pada janin, 3) menghindari ketidakpastian dalam proses persalinan, 4) rasa takut dalam nyeri persalinan, dan rasa tidak nyaman (William, 2010). Selain itu, ada juga alasan pasien memilih persalinan seksio sesarea karena tingkat kemampuan operasi semakin tinggi dan juga teknik anastesi (bius), serta pilihan antibiotik makin luas sehingga bahaya operasi seksio sesarea semakin rendah (Manuaba, 1998). Hal tersebut menyebabkan


(16)

pasien lebih memilih operasi seksio sesarea dari pada persalinan pervaginam. Sehingga permintaan persalinan seksio sesarea semakin meningkat dan diperkirakan telah meningkat 50% pada tahun ini, menyebabkan salah satu masalah terpenting dan kontroversial yang dihadapi oleh bagian kebidanan saat ini (Williams, 2010).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksiosesaria di Rumah Sakit Haji Medan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Apa faktor - faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria di Rumah Sakit Haji Medan?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Apa faktor – factor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria di Rumah Sakit Haji Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui riwayat persalinan seksio sesarea merupakan factor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.

b. Untuk mengetahui faktor ibu merupakan faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea.

c. Untuk mengetahui gawat janin merupakan faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea.

d. Untuk mengetahui kelainan plasenta merupakan faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea.

e. Untuk mengetahui permintaan pasien merupakan faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea.


(17)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Dapat memberikan suatu pengetahuan dalam penyempurnaan pelaksanaan tindakan seksio sesaria pada rumah sakit.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat memberikan bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan khususnya kebidanan untuk penanganan ibu bersalin dengan permintaan tindakan seksio sesaria.

3. Bagi Kebidanan

Dapat memberikan masukan bagi ilmu kebidanan tentang faktor-faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.

4. Bagi peneliti

Dapat menambah informasi bagi peneliti kebidanan tentang faktor – faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.

                   


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba,2009).

Persalinan berlangung secara alamiah, tetapi tetap diperlukan pemantauan khusus karena setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan.Selain itu, selama kehamilan ataupun persalinan dapat terjadi komplikasi yang mungkin dapat terjadi karena kesalahan penolong dalam persalinaan, baik tenaga non-kesehatan seperti dukun ataupun tenaga kesehatan khususnya bidan (Sondakh, 2013).

Persalinan merupakan proses dramatis dari kondisi biologis dan psikologis yang dialami oleh sebagian besar ibu hamil. Sebagian besar wanita menganggap hal tersebut sebagai salah satu hal yang kodrat. Banyak persiapan yang dilakukan sejak awal kehamilan dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi, serta yang akan mendukung lancarnya proses persalinan (Sondakh, 2013). Proses persalinan dapat terbagi menjadi dua yaitu persalinan normal (pervaginam) dan persalinan abnormal (seksio sesarea), dalam bab ini akan membahas tentang persalinan abnormal dengan tindakan seksio sesarea. Dimana kejadian seksio sesarea sudah meningkat dikalangan masyarakat (Williams, 2009).


(19)

A. Seksio Sesarea

1. Defenisi Seksio Sesaria

Seksio sesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau kehamilan >28 minggu (Manuaba,2012)

Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesaria adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar,2012).

2. Istilah Persalinan Seksio Sesaria

Menurut Mochtar (1998) persalinan seksio sesarea memiliki beberapa istilah yaitu:

a. Seksio Sesaria primer (Efektif)

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya : pada panggul sempit ( CV kecil dari 8 cm).

b. Seksio Sesaria Sekunder

Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesaria.

c. Seksio Sesaria ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesaria (previous caesarea section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesaria ulang. d. Seksio Sesaria Histerektomi (Caesarean section hysterectomy)

Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesaria, langsung dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu indikasi.


(20)

e. Operasi Porro (Porro operation)

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya : pada keadaan infeksi rahim yang berat.

3. Jenis – Jenis Operasi Seksio Sesaria Abdominalis

Menurut Harry dan William persalinan seksio sesaria abdominal memilki beberapa jenis yaitu :

1 Insisi Melintang

Insisi melintang segmen bawah uterus memungkinkan kelahiran perabdominam yang aman sekalipun dikerjakan pada saat persalinan dan rongga rahim terinfeksi. Insisi melintang segmen bawah rahim bawah rahim merupakan prosuder pilihan, dengan cara sebagai berikut :

a. Abdomen dibuka dan uterus disingkapkan.

b. Lipatan versicouterina periteoneum (bladder flap) yang terletak dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih didorong ke bawah serta ditarik agar tidak menutupi lapangan pandangan. c. Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang kecil, luka insisi

dilebarkan kesamping dengan jari-jari tangan dan berhenti didekat daerah pembuluh darah uterus.

d. Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh yang lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.

e. Insisi melintang tersebut ditutup dengan jahitan catgut bersambung satu lapis atau dua lapis. Lipatan vesicouterina kemudian dijahit kembali pada dinding


(21)

uterus sehingga seluruh luka insisi terbungkus dan tertutup dari rongga peritoneum generalisata. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.

1) Keuntungan dilakukannya Insisi Melintang yaitu :

a. Insisinya ada pada segmen bawah uterus. Namun demikian, kita harus yakin bahwa tempat insisi ini berada pada segmen bawah yang tipis dan bukannya pada bagian inferior dari segmen atas yang muskuler.

b. Otot tidak dipotong tetapi dipisah ke samping, cara ini mengurangi perdarahan.

c. Insisi jarang terjadi sampai placenta.

d. Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan kembali dibanding segmen atas yang tebal.

e. Keselurahan luka insisi terbungkus oleh lipatan vesicouterina sehingga mengurangi perembasan ke dalam cavum peritonei generalisata.

f. Ruptura jaringan cicatrix yang melintang kurang membahayakan jiwa ibu dan janin karena :

1. Insidensi rupture tersebut lebih rendah.

2. Kejadian ini jarang terjadi sebelum aterm. Dengan demikian pasien sudah dalam pengamatan ketat di rumah sakit.

3. Perdarahan dari segmen bawah yang kurang mengandung pembuluh darah itu lebih sedikit dibandingkan perdarahahan dari corpus.

4. Ruptura bekas insisi melintang yang rendah letaknya kadang – kadang saja diikuti dengan ekspulsi janin atau dengan terpisahnya placenta, sehingga masih ada kesempatan untuk menyelamatkan bayi.


(22)

2). Kerugian dilakukannya Insisi Melintang yaitu :

a. Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti terjadi pada kasus yang bayinya terlalu besar, maka pembuluh darah uterus dapat terobek sehingga menimbulkan perdarahan hebat.

b. Prosedur ini tidak dianjurkan kalau terdapat abnormalitas pada segmen bawah, seperti fibroid atau varices yang luas.

c. Pembedahan sebelumnya atau pelekatan yang padat menghalangi pencapaian segmen bawah akan mempersulit operasi.

d. Kalau segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan melintang sukar dikerjakan.

e. Kadang – kadang vesica urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi sebelumnya sehingga vesica urinaria dapat terluka.

2Insisi Membujur

Insisi Membujur dilakukan dengan cara membuka abdomen dan menyingkirkan uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi. Adapun keuntungan dari inisisi membujur yaitu :

a. Luka insisi bisa diperlebar ke atas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya besar, pembentukan segmen bawah jelek, ada malposisi janin seperti letak lintang atau kalau ada anomaly janin seperti kehamilan kembar yang menyatu (conjoined twins).

b. Sebagian ahli kebidanan menyukai jenis insisi ini untuk placenta previa. Dan terdapat juga kerugian utama pada insisi membujur yang dapat terjadi pendarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya otot, juga sering luka insisi tanpa di kehendaki meluas kesegmen atas sehingga nilai


(23)

penutupan retroperitoneal yang lengkap akan hilang. Pada jenis operasi seksio sesarea insisi membujur terdapat 3 teknik yaitu :

a) Seksio sesarea klasik

Seksio sesarea klasik memiliki indikasi bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung kemih untuk mencapai segmen bawah rahim, misalnya karena adanya perlekatan – perlekatan akibat pembedahan seksio sesarea yang lalu, atau adanya tumor – tumor di daerah segmen bawah rahim, keadaan janin yang besar dalam letak lintang dan plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan segmen bawah rahim (Hanifa,2005).

b) Seksio Sesarea Extraperitoneal

Seksio sesarea extraperitonel dikerjakan untuk mengindari perlunya histerektomi pada kasus – kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal.Ada beberapa metode seksio sesarea extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton.

Teknik pada prosuder ini relative sulit, sering tanpa sengaja masuk ke dalam cavum peritonei, dan insidensi cedera vesira urinaria meningkat.Perawatan prenatal yang lebih baik, penurunan insidensi kasus yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotic telah mengurangi perlunya.teknik extraperitoneal. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap di simpan sebagai cadangan bagi kasus – kasus tertentu (Harry & William,2010). c) Seksio sesarea Histerektomi

Seksio sesarea histerektomi merupakan seksio sesarea yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus.Kalau mungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap disebut histerektomi total. Akan tetapi, karena pembedahan subtotal


(24)

lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan subtotal menjadi prosuder pilihan kalau terdapat pendarahan hebat dan pasiennya shock, atau kalau pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus seperti ini, tujuan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.

B. Faktor – Faktor Yang menyebabkan Ibu Memilih Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea

Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim ibunya. Jadi, apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi menurut buku

Obstetrics and Gynecology, ada empat alasan, yaitu untuk keselamatan ibu dan janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kotraksi, distosia (persalinan macet) sehingga menghalang persalinan alami, dan bayi dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin.Jadi penyebab dilakukannya operasi pada persalinan memiliki beberapa faktor yaitu:

a. Riwayat dengan persalinan seksio sesarea

Riwayat dengan persalinan seksio sesarea adalah wanita yang pernah memiliki riwayat persalinan seksio sesarea (Williams,2013). Pada sebagian besar Negara ada kebiasaan yang diperaktikkan akhir-akhir ini yaitu setelah prosedur pembedahan seksio sesarea dikerjakan, maka semua kehamilan yang mendatang harus diakhiri dengan cara yang sama. Bahaya rupture lewat tempat insisi sebelumnya dirasakan terlalu besar. Akan tetapi, pada kondisi tertentu ternyata bisa dilakukan trial of labor dengan kemungkinan persalinan lewat vagina. Kalau upaya ini berhasil, baik morbiditas maternal maupun lamanya rawat tinggal akan berkurang (Harry & Williams,2010).


(25)

Adapun menurut buku Harry dan Williams syarat-syarat trial of labor

sebelumnya pernah dilakukan seksio sesarea :

1. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian cervical bawah uterus (low cervical transverse uterine incision).

2. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disporporsi. 3. Indikasi akan kelahiran dan persalinan yang mudah.

Kontraindikasi untuk trial of labor sebelumnya pernah melakukan persalinan seksio sesarea :

1. Bekas insisi vertical tipe apapun. 2. Insisi yang tipenya tidak diketahui 3. Pernah seksio sesarea lebih dari satu kali

4. Saran untuk tidak melakukan trial of labor dari dokter bedah yang melaksanakan pembedahan pertama.

5. Panggul sempit

6. Presentasi abnormal, seperti presentasi dahi, bokong atau letak lintang

7. Indikasi medis untuk segera mengakhirin kehamilan, termasuk diabetes, toxemia gravidarum dan plasenta previa.

b. Faktor ibu

Kondisi kehamilan bisa pula sebagai penyebab dilakukannya operasi.Misalnya : tidak ada tanda persalinan, pada hal kehamilan harus diakhiri karena alasan janin atau ibunya, ibu menderita eklampsia atau ketuban pecah dini dan ingin dilakukan tindakan sterilisasi. Sebalikya, usia kehamilan belum cukup bulan (25 minggu), tetapi kehamilan harus diakhiri.

Namun, dari kondisi janin dan ibu tersebut tidak semuanya harus dilakukan persalinan dengan operasi. Tindakan operasi dilakukan dengan beberapa


(26)

pertimbangan, yaitu : apabila persalinan pervaginam membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.

Menurut buku Dini Kasdu ada beberapa faktor ibu yang menyebabkan harus dilakukan operasi seksio sesarea yaitu :

1) Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang berisiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklampsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga seringkali menyebabkan dokter memutuskan persalinan dengan operasi sesarea. 2) Tulang Panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan. Tulang – Tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan “jalan” yang harus dilalui ole janin ketika akan lahir seara alami. Bentuk tulang panggul ada empat jenis, yaitu : panggul ginekoid, android, platipeloid dan anthropoid. Jenis panggul yang dapat membantu memudahkan kelahiran bayi adalah jenis panggul

ginekoid.Persalinan Sebelumnya dengan operasi sesarea. 3) Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya : jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor atau kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernapas. Gangguan jalan lahir


(27)

bisa juga terjadi karena ada mioma atau tumor.Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang bisa disebut distosia.

4) Kelainan Kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lair dengan lancer. Untuk lemahnya kontraksi rahim, biasanya dapat ditolong dengan memberikan infus oksitoksin, tetapi untuk membuat elastisnya leher rahim sulit dilakukan intervensi. Apabila keadaan tidak memungkinkan maka dokter biasanya akan melakukan operasi sesarea.

5) Ketuban Pecah Dini

Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat meyebabkan bayi harus segera dilahirkan.Kondisi ini membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal sedikit atau habis. Apabila air ketuban habissama sekali, pada hal bayi masi belum waktunya lahir, biasanya dokter akan berusaha mengeluarkan bayi dari dalam kandungan,baik melalui kelahiran biasa maupun operasi sesarea. Air ketubanyang peca sebelum waktunya akan membuka rahim sehingga memudakan masuknya bakteri dari vagina. Dengan masuknya bakteri lewat vagina, infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan janin di dalam kandungan. 6) Rasa Takut Kesakitan

Seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Hal ini terjadi karena ketika berkontraksi, otot – otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan menolong


(28)

kepala bayi kea rah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua mereka berpikir melahirkan dengan cara operasi. Namun, bisa pula hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan dokter. Hal ini bisa karena alasan secara psikologi tidak tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan menghambat proses persalinan alami berlangsung.

c. Gawat Janin

Gawat janin ditunjukkan dengan adanya bradycardia berat, irregularitas

denyut jantung janin atau adanya pola deselerasi yang terlambat, kadang-kadang menyebabkan perlunya seksio sesarea darurat.Angka seksio sesarea tinggi pada pasien-pasien yang dimonitor.Hal ini tidak mengherankan karena indikasi utama untuk tindakan monitoring adalah kasus-kasus dengan predisposisi hipoksia janin.Namun demikian, gawat janin bukanlah alasan utama bagi meningkatkan angka seksio sesarea.Permasalahan yang disertai dystocia merupakan indikasi utama bagi persalinan per abdominam.Suatu indikasi seksio sesarea tersebut sebagai intoleransi janin pada persalinan (fetal intolerance of labor).Keadaan ini terlihat pada pasien-pasien yang persalinannya tidak menentu.Stimulasi dengan oxytocin menghasilkan abnormalitas pada frekuensi denyut jantung janin. Dikerjakan seksio sesarea dan dilahirkan bayi normal tanpa gejala kegawatan (Harry & Williams,2010).

Adapun menurut Dini Kasdu beberapa Faktor gawat janin yang menyebabkan persalinan dengan tindakan seksio sesarea, yaitu :


(29)

1) Bayi terlalu besar

Besar bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomial) karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus). Keadaan ini dalam ilmu kedokteraan disebut bayi besar objektif.Apabila dibiarkan terlalu lama dijalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya.

2) Kelainan Letak Bayi a) Letak sungsang

Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala berada di bagian atas rahim, dan pantat berada dibagian bawah rongga rahim, sedangkan yang dimaksud dengan “posisi” adalah keadaan bagian terenda bayi. Risiko bayi lahir sungsang pada persalinan alami perkirakan 4 kali lebih besar dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal.Oleh karena itu, biasanya langkah terakhir untuk mengantisipasi hal terburuk karena persalinan yang tertahan akibat janin sungsang adalah operasi.

b) Letak Lintang

Kelainan lain yang paling sering terjadi adala letak lintang atau miring

(oblique). Letak yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Punggung, dapat berada di depan, belakang atas, maupun bawah. Kelainan letak lintang ini hanya terjadi sebanyak 1%.Letak lintang ini biasanya ditemukan pada perut ibu yang menggantung atau karena adanya kelainan bentuk rahimnya.


(30)

Penanganan untuk kelahiran letak lintang ini juga sifatnya sangat individual. Apabila dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi, sebelumnya ia sudah memperhitungan sejumlah factor demi keselamatan ibu dan bayinya.

3) Ancaman gawat janin (fetal distress)

Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi.Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang, menguntungkan.Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat oksigen dari ibunya melalui plasenta dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada plasenta ( akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta gangguan pada tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi) maka jata oksigen yang disalurkan kebayi pun jadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena kehabisan napas. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami kerusakn otak, bakan tidak jarang meninggal dalam rahim. Apabila proses persalinan sulit dilakukan melalui vagina maka bedah sesarea merupakan jalan keluar satu – satunya.

4) Bayi Kembar (Multiple Prenancy)

Kelahiran bayi kembar memiliki risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Faktor yang dapat terjadi misalnya : Lahir premature atau lebih cepat dari waktunya, bayi kembar bisa dapat mengalami sungsang atau letak lintang. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan dilakukan di rumah sakit karena kemungkinan sewaktu –waktu dapat dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir secara alami.


(31)

5) Janin Abnormal

Janin sakit atau abnormal.Misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan dokter memutuskan dilakukan operasi.

d. Kelainan plasenta

Ada beberapa menurut Dini Kasdu kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi seksio sesarea, yaitu :

1) Plasenta previa

Posisi plasenta di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Tentu saja, keadaan ini akan mengakibatkan kepala janin tidak bisa turun dan masuk ke jalan lahir. Janin dengan plasenta previa, umumnya juga akan memilih letak sungsang tau letak lintang. Keadaan ini menyulitkan janin lahir secara alami. Kelainan plasenta ada beberapa macam : Plasenta letak rendah, yaitu : Plasenta tidak sampai menutupi (1 -2 dari mulu rahim), plasenta previa marginalis (ujung plasenta terletak sangat dekat dengan mulut rahim), plasenta previa parsial (sebagian plasenta menutupi jalan lahir), plasenta previa totalis (seluruh jalan lahir atau mulut rahim benar – benar tertutup oleh plasenta). Tindakan persalinan pada dua jenis kelainan plasenta previa totalis, biasanya dilakukan dengan operasi.

2) Plasenta lepas ( Solution Placenta)

Plasenta lepas (Solution Placenta) merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.Apabila plasenta sudah lepas, sementara janin masih lama lahir atau dalam keadaan tertentu maka operasi harus segera dilakukan.Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin


(32)

segera lahir sebelum janin mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.

3) Plasenta Accreta

Plasenta accrete merupakan keadaan menempelnya plasenta diotot rahim.Faktor resiko terjadinya plsenta accrete pada ibu yang mengalami persalinan yang berulang, ibu berusia > 35 tahun dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta). 4) Vasa Previa

Vasa Previa adala keadaan pembuluh darah di selaput ketuban berada di mulut rahim (osteum uteri) jika pecah dapat menimbulkan perdarahan banyak yang membahayakan janin dan ibunya.Untuk menguraangi risiko pada ibu dan janin maka persalinan dilakukan dengan operasi.

e. Permintaan pasien

Persalinan seksio sesarea atas permintaan ibu memiliki sejumlah konsep etika yang telah diperdebatkan.Menurut Bewley dan Cockburn, mereka membantah bahwa konsep persalinan sesarea dengan permintaan kurang memilki kepentingan etika dan medik. Ahli lain menyimpulkan bahwa bukti yang ada tidak mendukung permintaan persalinan seksio sesarea yang rutin. Namun, hal tersebut secara etis tidak mendukung keputusan obstetric untuk menyetujui permohonan pasien untuk permintaan pelahiran sesarea.Adapun alasan ibu meminta persalinan dengan seksio sesarea adalah untuk mengindari cedera dasar panggul saat persalinan pervaginam, menurunkan risiko cedera janin, menghindari ketidakpastian dan nyeri persalinan, serta rasa tidak nyaman.

Masa globalisasi dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan tehnologi masyarakat ternyata diikuti


(33)

C. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang paling sulit bagi setiap manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa tujuan koseling yang paling utama adalah pengambilan keputusan.Dalam hal memilih persalinan juga harus sesuai dengan pengambilan keputusan yang baik dan benar.Bukan karena hal tanpa indikasi memilih suatu persalinan.Jadi setiap tenaga kesehatan, baik dokter, bidan dan perawat dalam memberikan konseling harus sesuai dengan indikasi yang jelas. Dalam akhir pertemuan konseling diharapkan klien dapat membuat dan mengambil keputusan (Priyanto,2009).

Setiap individu secara manusiawi dapat dibedakan menjadi beberapa aspek yang masing – masing memiliki perbedaan dalam pengambilan keputusan, sehingga terdapat perbedaan yang tampak di antara karakter – karakter yang tercantum dalm buku Agus Priyanto yaitu :

1. Mempertimbangkan kemauan atau hasrat – hasrat yang ada.

Hasrat – hasrat pada psikis adalah kecenderungan di dalam alam sadar yang menimbulkan motif – motif, yakni daya – daya penggerak untuk berbuat sesuatu demi mencapai tujuan.

2. Pengambilan keputusan.

Setelah mempertimbangkn beberapa waktu untuk menentukan motif pilihan dan hasrat yang akan menjadi aktif, terpilih akan menjadi dasar bagi pengambil tindakan.Beberapa sifat individu dalam pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut :

a. Sifat pengambilan keputusan yang tergesa – gesa.

Individu yang mempunyai karakter ini, dalam mengambil keputusan kurang didukung oleh hasrat dan motif yang kuat. Hal ini disebabkan karena individu


(34)

tersebut kurang memahami pentingnya keputusan dan akibat yang akan didapatkan dari keputusan yang akan diambinya atau individu tersbut orang yang impulsive sehingga kurang berpikir panjang sebelum mengambil keputusandan ingin secepatnya bertindak, bahkan mungkin selalu dilanda rasa khawatir yang berlebihan.

b. Sifat individu yang tidak dapat mengambil keputusan.

Individu yang mempunyai karakter seperti ini tidak akan kunjung berkeputusan dan tidak mempunyai kepastian atau merasa ragu – ragu dalam pengambilan keputusan. Individu ini sangat sulit dalam menentukan pilihan dia ingin kedua – duanya dan tetap berusaha untuk menyatukan alternatife – alternatife yang tidak dapat dipersatukan.

c. Sifat yang hanya mengikuti kehendak sendiri.

Orang ini cenderung tidak mau mengikuti pendapat atau keinginan orang lain. Dia ingin membuktikan bahwa dia mampu berbuat untuk dirinya sendri. Demikian pula dalam mengambil keputusan, dia hanya ingin menolak berdasarkan pertimbangan motif dan hasratnya sendiri, dia hanya ingin menolak pengaruh dari orang lain.

d. Sifat yang tidak mampu berdiri sendiri.

Individu ini cenderung menyerahkan pengambilan keputusan kepada orang lain, dia lebih memilih mengikuti pendapat dan keputusan dari orang lain. Hal ini dilakukan karena takut menanggung risiko dan tanggung jawab, sehingga ini menandakan manifestasi dari kepribadian yang lemah.

   


(35)

BAB III

KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep membahas saling ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Hidayat, 2011).

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Faktor-Faktor Pemilihan

Persalinan dengan Timdakan

Seksio Sesarea

1. Riwayat Persalinan dengan Seksio Sesarea

2. Faktor Ibu 3. Gawat Janin 4. Kelainan Plasenta 5. Permintaan Ibu

Persalinan dengan Tindakan Seksio


(36)

B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Alat Ukur Skala

1. Riwayat dengan Persalinan seksio sesarea Wanita yang pernah memiliki riwayat persalinan seksio sesarea sebelumnya, yang menyebabkan ibu memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea. Wawancara

- Ada bila Jawaban Ya ≥70%. - Tidak ada

bila jawaban Ya <70%

Kusioner Nominal

2. Faktor ibu Keadaan ibu mengalami komplikasi pada kehamilan dan persalinan sehingga dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesarea secepatnya untuk menyelematka n ibu dan janin.

Wawancara - Ada bila Jawaban Ya ≥70%. - Tidak ada

bila jawaban Ya <70%

Kusioner Nominal

3. Gawat janin Keadaan janin yang mengalami komplikasi dan diharuskan untuk dilakukan persalinan secepatnya agar janin dapat diselamatkan. Wawancara -Ada

- Tidak

Kusioner

- Ada bila Jawaban

yang

benar ≥70%. - Tidak bila

jawaban benar <70%


(37)

                            4. Kelainan plasenta Keadaan plasenta Mengalami komplikasi dan dapat menyebabkan kematian pada janin sehingga diharuskan untuk dilakukan persalinan secepatnya agar janin dapat diselamatkan.

Wawancara - Ada bila Jawaban Ya ≥70%. - Tidak ada

bila jawaban Ya <70%

Kusioner Nominal

5. Permintaan pasien Pilihan ibu memilih persalinan dengan seksio sesarea karena keinginan pribadi.

Wawancara - Ada bila Jawaban Ya ≥70%. - Tidak ada

bila jawaban Ya <70%


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasidan dilakukan dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan menggambarkan faktor-faktor pemilihan persalinandengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2011).Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memilih persalinan dengan tindakan seksio sesareasebanyak 156 dari Oktober – Desemberdi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2013.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan metode Accidental sampling, Yaitu dengan mengambil sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu, apabila dijumpai ada, maka sampel tersebut diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel utama.

Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria inklusi :

a. Ibu yang melakukan persalinan dengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Haji Medan.


(39)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Medan Jl.Rumah Sakit Haji – Medan Estate di ruangan Fitra. Alasan peneliti memilih Rumah Sakit Umum Haji Medan sebagai tempat penelitian adalah dengan pertimbangan belum pernah ada dilakukan penelitian yang sama di Rumah Sakit tersebut. Selain itu karena Rumah Sakit Umum Haji Medan memiliki populasi yang banyak dengan persalinan seksio sesarea.Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret - April tahun 2014.

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti terjun langsung ke lapangan dimana peneliti berinteraksi langsung kepada ibu. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka peneliti berpegang teguh pada etika penelitian dengan cara peneliti mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian kepada Ketua Jurusan Program Study D-IV Bidan Pendidik untuk memperoleh persetujuan penelitian. Setelah memperoleh surat penelitian tersebut peneliti mengajukan surat permohonan kepada pihak Rumah Sakit lalu peneliti mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian yang dibagikan pada setiap responden dengan tetap menghormati hak setiap responden. Kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada responden bahwa maksud dan tujuan penelitian kepada setiap responden adalah untuk memperoleh informasi tentang faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea. Setelah responden menyatakan bersedia menjadi responden maka peneliti memberikan surat persetujuan responden (informed concent), dan responden akan diminta untuk menandatanganinya. Jika responden menolak atau tidak bersedia manjadi responden maka peneliti tetap menghormati hak dan tidak memaksa responden.


(40)

Selanjutnya peneliti menjelaskan bahwa tidak ada efek negatif yang mengganggu kehidupan responden dimana peneliti tetap menjaga kerahasiaan identitas responden dengan cara tidak mencantumkan nama dan alamat partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner data demografi) dan peneliti hanya menggunakan nama inisial sehingga semua kerahasiaan dapat terjaga dan seluruh informasi yang diperoleh hanya akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sepenuhnya. Peneliti juga menghargai setiap jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden dan tidak menyalahkan jika tertanya pendapat dari responden tidak sesuai.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan kusioner. Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung (Hidayat, 2011). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terpimpin dilakukan berdasarkan pedoman – pedoman berupa kuesioner yang telah direncanakan sebelumnya.Sehingga peneliti tinggal membacakan pertanyaan- pertanyaan tersebut kepada responden.Adapun keuntungan dari wawancara terpimpin yaitu pengumpulan data dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat dan teliti, hasilnya dapat disajikan secara kualitatif dan kuantitatif. Wawancara dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang uniform (Notoadmojo, 2010).

Cara pengisian lembar kusioner menggunakan skala dikotomi dengan mencheeklist (√) kusioner.Data demografi kusioner terdiri dari inisial, umur, suku, pekerjaan, pendidikan terakhir, kehamilan ke-, sumber informasi.Untuk kusioner faktor yang menyebabkan ibu memilih persalinan dengan tindakan


(41)

seksio sesarea disusun sendiri oleh peneliti berpedoman pada tinjauan pustaka. Kusioner diisi dengan peneliti dari hasil wawancara yang dilakukan pada responden.

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar – benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kusioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur. Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur. Kuesioner tersebut diberikan kepada sekelompok responden sebagai sasaran uji coba. Kemudian kuesioner tersebut diberi skors atau nilai jawaban masing-masing sesuai dengan system penilaian yang telah ditetapkan.(Notoadmojo, 2010).

Suatu instrumen penelitian dikatakan valid jika koefisien validitasnya 0,7 atau lebih. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan secara content validity

oleh dosen yang ahli di bidang persalinan Seksio Sesarea dengan Dr.dr.Sarma N.Lumbanraja,SpoG (K) skor CVI (Content Validity Index) sebesar 0,772

2. Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berani menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2010) .

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan kepada 20 orang ibu yang bersalin dengan tindakan seksio sesarea yang sesuai dan sama dengan kriteria


(42)

responden dalam penelitian, kemudian data tersebut diolah menggunakan Program komputer untuk mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach = 0.06

G. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin pelaksanaan penelitian dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian tersebut kepada Rumah Sakit Haji Medan, kemudian setelah mendapatkan izin peneliti melaksanakan pengumpulan data pada responden. Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dari ibu yang memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea.Kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan dan responden bersedia. Setelah semua proses tersebut dilakukan maka peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kusioner terdiri dari 25 pernyataan di berikan kepada responden untuk mengetahui gambaran faktor-faktor ibu memilih persalinan denga tindakan seksio sesarea.

H.Analisa Data

Analisa data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan bantuan computer, tidak ada maknanya tanpa dianalisis.Tujuan dilakukan analisa data untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian dan memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang merupakan konstribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan.


(43)

Analisa menurut Aziz dapat dilakukan setelah semua data telah terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap, pertama Editing peneliti melakukan pemerikasaan kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Peneliti melakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kemudian data yang akan diukur diberi Coding, peneliti memberikan kode angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Setelah itu melakukan Processing, peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam table dan database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kategori. Tahap terakhir dilakukan

Cleaning dan entry yaitu peneliti melakukan pemeriksaan pada semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, dan sebagainya. Setelah itu peneliti melakukan perbaikan atau koreksi.

Analisa data dalam penelitian ini adalah univariat dan bersifat deskriptif yang mana untuk mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna dan dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi persentasenya. Kemudian hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi.


(44)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai “Faktor-faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea di RS Haji Medan Tahun 2014

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di ruang kebidanan di rumah sakit Medan yakni di RS.Haji Medan. Setelah dilakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea di RS Haji Medan Tahun 2014 dari 39 responden telah diperolah hasil penelitian sebagai berikut :

1. Data Demografi/ Karakteristik Ibu

Hasil penelitian terhadap karakteristik umur responden mayoritas 20 - 35 tahun berjumlah 20 orang (76,9%). Kemudian karakteristik agama responden mayoritas Islam berjumlah 39 orang (100%). Karakteristik suku responden mayoritas Mandailing berjumlah 12 orang (30,8%). Karakteristik pendidikan responden mayoritas tingkat pendidikan SMA berjumlah 19 0rang (48,7%). Kemudian karakteristik pekerjaan responden mayoritas ibu yang tidak bekerja 23 orang (59%). Kemudian karakteristik penghasilan perbulan responden mayoritas berpenghasilan <Rp 5.000.000 yaitu berjumlah 38 orang (97,4%). Kemudian karakteristik paritas responden ibu sekundigravida mayoritasberjumlah 21 orang (53,8%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.1 berikut :


(45)

Tabel 5.1.

Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 (n=39)

 

NO Karakteristik F %

1 Umur <20 Tahun 20 – 35 Tahun >35 Tahun 0 20 19 0 51,3 46,7 2 Agama

Islam 39 100

3 Suku Batak Aceh Jawa Minang Melayu Mandeling 3 3 8 2 11 12 7,7 7,7 20,5 5,1 28,1 30,8 4 Pendidikan SD SMA DIII S1 6 19 10 4 15,4 48,7 25,6 10,3 5 Pekerjaan IRT PNS Karyawan Wiraswasta 23 6 4 6 59 15,4 10,4 15,4

6 Penghasilan Perbulan

< Rp 5.000.000

Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000

38 1 97,4 2,6 7 Paritas Primigravida Sekundigravida Multigravida Grandemultigravida 9 21 6 3 23,1 53,8 15,4 7,7

a. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Kusioner Faktor –Faktor Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea.

Hasil penelitian dari pernyataan kusioner yang paling banyak dijawab “YA” oleh responden adalah pertanyaan nomor 9 dengan persentase 89,7% , dan pada pertanyaan nomor 15 dengan persentase 89,7%, sedangkan pertanyaan yang


(46)

paling banyak dijawab ”TIDAK” oleh responden adalah dengan pertanyaan nomor 17 dan nomor 18 dengan persentase 7,7%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.7 berikut :

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden BerdasarkanKuisioner Faktor Faktor Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah

SakitUmum Haji Medan Tahun 2014 (n=39)

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Ya Tidak f % f % 1 Apakah ibu pernah mengalami operasi seksio

sesarea sebelumnya? 17 43,6 22 56.4

2 Menurut ibu, Apakah kehamilan pertama dilakukan operasi seksio sesarea, maka pada kehamilan berikutnya ibu juga harus operasi seksio sesarea?

12 30,8 27 69,2 3 Apakah jarak kehamilan pertama ibu dengan

kehamilan kedua ibu di bawah 2 tahun? 6 15,4 33 84,6

4 Apakah ada bidan atau dokter yang menganjurkan ibu untuk melakukan operasi seksio sesarea pada kehamilan kedua ibu ini?

25 64,1 14 35,9 5 Menurut ibu, Apakah ada bahaya bagi ibu dan

bayi, jika kehamilan kehamilan kedua dilakukan persalinan normal, sedangkan kehamilan pertama ibu operasi seksio sesarea?

20 51,3 19 48,7

6

Apakah persalinan ibu ini, mengalami masalah sehingga dilakukan operasi seksio sesarea, dan masalah apa yang ibu alami?

25 64,1 14 35,9 7 Apakah ibu mempunyai riwayat penyakit

keturunan, seperti jantung atau asma, sehingga harus dilakukan operasi seksio sesarea?

8 20,5 31 74,5 8 Apakah ada bidan atau dokter yang mengatakan

ibu tidak bisa melakukan persalinan normal, karena masalah dari ibu yang menyebabkan?

22 56,4 17 43,6 9 Menurut ibu, jika ada masalah pada ibu dalam

kehamilan atau persalinan ibu harus melakukan operasi seksio sesarea?

35 89,7 4 10,3 10 Apakah ibu merasa takut untuk melakukan

persalinan normal, sehingga memilih persalinan seksio sesarea?

15 38,5 24 61,5 11 Apakah ibu mengalami bahaya pada bayi ibu saat

kehamilan dan persalinan, bahaya apa yang ibu alami?

21 53,8 18 46,2 12 Menurut ibu, jika janin mengalami bahaya pada


(47)

operasi seksio sesarea?

13 Apakah ada bidan atau dokter yang menganjurkan ibu untuk melakukan operasi seksio sesarea, di karenakan keadaan janin yang mengalami masalah?

23 59,0 16 41.0 14 Apakah ibu yakin, dilakukan operasi seksio

sesarea bayi ibu akan selamat? 34 87,2 5 12,8

15 Menurut ibu, operasi seksio sesarea yang ibu lakukan ini untuk meyelamatkan bayi ibu atau tidak?

35 89,7 4 10,3 16 Apakah ibu mengalami kelainan plasenta (ari-ari)

pada masa kehamilan? 5 12,8 34 87,2

17 Apakah kelainan plasenta (ari-ari) yang ibu alami

terjadi pendarahan ? 3 7,7 36 92,3

18 Apakah bidan dokter ada mengatakan ibu mengalami kelainan pada plasenta (ar-ari), sehingga dilakukan operasi seksio sesarea?

3 7,7 36 92,3 19 Menurut ibu, kelainan plasenta (ari-ari) dapat

membahaya ibu dan bayi di dalam kandungan? 13 33,3 26 66,7 20 Menurut ibu, jika mengalami kelainan plasenta

(ari-ari) pada kehamilan menganjurkan ibu untuk operasi seksio sesarea?

18 46,2 21 53,8 21 Apakah ibu menginginkan persalinan seksio

sesarea ini sendiri? 15 38,5 24 61,5

22 Menurut ibu, Apakah melakukan persalinan seksio sesarea harus dengan persetujuan bidan dan

dokter?

29 74,4 10 25,6 23 Apakah permintaan ibu ada dukungan dari

keluarga untuk dilakukan operasi seksio sesarea? 25 64,1 14 35,9 24 Apakah karena ibu takut sakit menghadapi

persalinan normal, ibu lebih memilih melakukan permintaan operasi seksio sesarea pada dokter atau bidan?

9 23,1 30 76,9

25 Apakah bidan dan dokter yang menganjurkan ibu operasi seksio sesarea tanpa ada komplikasi atau bahaya pada ibu dan bayi?

17 43,6 22 56,4

2. Faktor – Faktor Pemilihan Persalinan Dengan Tindakan Seksio Sesarea Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea ada 5 faktor yaitu riwayat persalinan dengan tindakan seksio sesarea , faktor ibu, gawat janin, kelainan plasenta, permintaan ibu.


(48)

b. Riwayat Persalinan dengan Seksio Sesarea

Hasil penelitian dari 39 responden yang memiliki riwayat persalinan dengan tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 25 orang (64,1%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.2 berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi dan Persentase Riwayat Persalinan Seksio Sesarea dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea

di Rumah Sakit Umum Haji Medan (n = 39) Riwayat Persalinan dengan Seksio

Sesarea f %

Ada 25 64,1

Tidak Ada 14 35,9

 

c. Faktor Ibu

Hasil penelitian dari 39 responden yang memilih faktor ibu dalam pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 33 orang (84,6%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.3 berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Ibu dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakaan Seksio Sesare di Rumah Sakit

Umum Haji Medan (n = 39)

Faktor Ibu F %

Ada 33 84,6

Tidak Ada 6 15,4

d. Gawat Janin

Hasil penelitian dari 39 responden yang memilih gawat janin dalampemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 37 orang (94,9%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.4 berikut :


(49)

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi dan Persentase Gawat Janin dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit

Umum Haji Medan (n = 39)

Gawat Janin F %

Ada 37 94,9

Tidak Ada 2 5,1

e. Kelainan Plasenta

Hasil Penelitian dari 39 responden yang memilih kelainan plasenta dalam pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 15 orang (38,5%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.5 berikut :

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi dan Persentase Kelainan Plasenta dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit

Umum Haji Medan (n= 39)

Kelainan Plasenta F %

Ada 15 38,5

Tidak Ada 24 61,5

e. Permintaan Ibu

Hasil Penelitian dari 39 responden yang memilih permintaan ibu dalam pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 37 orang (94,9%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.6 berikut :

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi dan Persentase Permintaan Ibu dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit

Umum Haji Medan (n= 39)

No Permintaan Ibu F %

1 Ada 28 71,8


(50)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa yang paling banyak memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah faktor gawat janin.Faktor gawat janin yaitu pada pertanyaan nomor 12 “Menurut ibu, jika janin mengalami bahaya pada kehamilan dan persalinan, ibu harus melakukan operasi seksio sesarea?Sebanyak 31 responden menjawab “YA” pada pertanyaan tersebut. Salah satu responden menjawab “Karena pukul 02.00 wib saya terus takut, celana dalam saya basah terus, jadi saya dan suami saya pergi kebidan, bidan bilang ketuban saya tinggal sedikit” dan pada pertanyaan nomor 13 “Apakah ada bidan atau dokter yang menganjurkan ibu untuk melakukan operasi seksio sesarea, di karenakan keadaan janin yang mengalami masalah?Sebanyak 23 responden menjawab “YA” pada pertanyaan tersebut. Salah satu responden menjawab “ Bidan saya bilang denyut jantung janin bayi saya agak lemah, jadi saya dianjurkan untuk operasi”.

Ini menunjukkan bahwa gawat janin sangat berpengaruh besar untuk terjadi persalinan dengan tindakan seksio sesarea.

B. Pembahasan 1. Karakteristik Ibu

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa data demografi terdiri dari umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, Paritas.Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden dengan umur 20-30 tahun sebanyak 20 orang. Menurut BKKBN usia reproduktif yang sehat adalah 20-30 tahun. Lebih atau kurang dari usia tersebut merupakan beresiko. Indriati (2006) menambahkan bahwa kehamilan di usia 20-30 tahun adalah usia yang paling tepat bagi wanita untuk mempunyai anak. Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi pengetahuan (Notoadmodjo, 2005), dengan bertambahnya usia seseorang maka


(51)

pengetahuan yang diperolehnya tentang suatu masalah juga akan mengalami pertambahan. Dari hasil usia tersebut, usia ibu dalam rentang usia yang matang.

Kemudian mayoritas responden beragama Islam yaitu sebanyak 39 orang responden.Mayoritas responden dengan suku Mandailing yaitu 12 orang.Kebudayaan merupakan keseluruhan kelakuan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat (Notoatmodjo, 2005).

Sedangkan mayoritas tingkat pendidikan responden SMA yaitu berjumlah 19 orang responden. Pendidikan adalah prasyarat utama untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan menurut Saifuddin Anwar lembaga pendidikan mempengaruhi proses pembentukan sikap. Menurut Robert M. Gagne yang dikutip oleh Suwondo (1998), menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu untuk menerima dan menolak sesuatu. Pendidikan responden yang mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam pembentukan sikap mereka tentang tindakan sectio caesarea.

Kemudian dari hasil penelitian mayoritas responden adalah tidak bekerja. Pekerjaan merupakan salah satu alasan yang mendasari kecenderungan melahirkan dengan tindakan sectio caesareaterutama di kota besar karena para ibu banyak yang bekerja terikat dengan alasan mereka harus bekerja pada jadwal yang telah ditentukan (Bramantyo, 2003).

Sedangkan mayoritas responden berpenghasilan <Rp 5.000.000 sebanyak 38 orang. Menurut Mubarak (2006) penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang, akan tetapi jika seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan fasilitas.


(52)

Kemudian dari hasil penelitian mayoritas responden adalah ibu sekundigravida.Sesuai dengan teori bahwa ibu sekundigravida memilikiriwayat dengan persalinan seksio sesarea yaitu wanita yang pernah memiliki riwayat persalinan seksio sesarea.Pada sebagian besar Negara ada kebiasaan yang diperaktikkan yaitu setelah prosedur pembedahan seksio sesarea dikerjakan, maka semua kehamilan yang mendatang harus diakhiri dengan cara yang sama (Williams,2013).

2. Faktor – Faktor Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea a. Riwayat Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 25 orang responden menyatakan bahwa riwayat persalinan dengan tindakan seksio sesarea dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan seksio sesarea.Ini tercantum dalam kusioner yang dilakukan melalui wawancara dengan responden.Pertanyaan nomor 2 “Menurut ibu, Apakah kehamilan pertama dilakukan operasi seksio sesarea, maka pada kehamilan berikutnya ibu juga harus operasi seksio sesarea? Responden menjawab “Ya” dan memberikan alasan “ karena bidan saya bilang bisa terjadi perdarahan

Riwayat dengan persalinan seksio sesarea adalah wanita yang pernah memiliki riwayat persalinan seksio sesarea (Williams,2013). Bahaya rupture lewat tempat insisi sebelumnya dirasakan terlalu besar. Akan tetapi, pada kondisi tertentu ternyata bisa dilakukan trial of labor dengan kemungkinan persalinan lewat vagina. Kalau upaya ini berhasil, baik morbiditas maternal maupun lamanya rawat tinggal akan berkurang (Harry & Williams,2010).

Adapun menurut buku Harry dan Williams syarat-syarat trial of labor


(53)

1. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian cervical bawah uterus (low cervical transverse uterine incision).

2. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disporporsi. 3. Indikasi akan kelahiran dan persalinan yang mudah.

Tetapi banyak ibu yang berpikir takut dan cemas terjadinya rupture uteri, perdarahan dan kelainan lainnya. Ibu lebih memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea karena merasa aman.Sedangkan menurut didalam buku Harry & William (2010) menyatakan indikasi utama seksio sesarea adalah macetnya kemajuan persalinan, gawat janin, dan adanya kecurigaan rupture servik dalam uterus.Jelas tampak apabila sesuai denga syarat dilakukan persalinan pervaginam ibu tersebut tidak dilakukan operasi seksio sesarea.Karena dilandasi rasa cemas dan takut ibu lebih memilih operasi seksio sesarea.

Didalam Buku Harry and William 634 orang pasien yang pernah menjalani satu kali seksio sesarea menunjukkan bahwa 83% dibiarkan menjalani trial of labor dan 17 % menjalani seksio sesarea pada kehamilan yang sekarang. Dari mereka yang menjalani trial of labor, 60% berhasil melahirkan pervaginam sedangkan 40% melahirkan dengan seksio sesarea. Ruptura uteri ditemukan pada 4 kasus (0,5%), 3 pada kelompok trial of labordan 1pada kelompok seksio sesarea. Kematian ibu tidak ada.Jelas tampak apabila kriteria tertentu ditaati, persalinan pervaginam pada ibu yang pernah menjalani seksio sesarea bisa dilaksanakan.Trial of labor tidak boleh dipaksakan terlampu lama bila mana tidak terjadi kemajuan yang baik dalam persalinan.

Ini menunjukkan bahwa riwayat persalinan dengan tindakan seksio sesarea tidak selamanya harus dilakukan lagi dengan persalinan yang sama jika sesuai dengan syarat – syarat Trial of labor.


(54)

b. Faktor Ibu

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa 33 orang responden menyatakan bahwa faktor ibu dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan seksio sesarea.Ini menunjukkan faktor ibu berpengaruh terhadap pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea. Dari beberapa responden menjawab pertanyaan nomor 6 “Apakah persalinan ibu ini, mengalami masalah sehingga dilakukan operasi seksio sesarea, dan masalah apa yang ibu alami?”.Responden menjawab “Ya” dan memberikan alasan “Kata bidan ketuban saya udah merembes dan tidak bisa lagi buat persalinan normal”.Jawaban responden sesuai dengan teori yang terdapat di dalam buku dini kasdu, bahwa ketuban pecah dini adalah penyebab dari faktor ibu melakukan persalinan dengan tindakan seksio sesarea. Mayoritas faktor ibu dengan kasus ketuban pecah dini sebanyak 20 orang.

Faktor ibu yang menyebabkan dilakukan operasi seksio sesarea misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim, riwayat kematian prenatal, pernah mengalami trauma persalinan dan ingin dilakukannya tindakan sterilisasi.Kondisi kehamilan bisa pula sebagai penyebab dilakukannya operasi.Misalnya : tidak ada tanda persalinan, pada hal kehamilan harus diakhiri karena alasan janin atau ibunya, ibu menderita eklampsia atau ketuban pecah dini dan ingin dilakukan tindakan sterilisasi. Sebalikya, usia kehamilan belum cukup bulan (25 minggu), tetapi kehamilan harus diakhiri.

Namun, dari kondisi janin dan ibu tersebut tidak semuanya harus dilakukan persalinan dengan operasi. Tindakan operasi dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu : apabila persalinan pervaginam membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.


(55)

Ini menunjukkan bahwa faktor ibu jika sesuai dengan teori dapat dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesarea, tetapi ada beberapa pertimbangan sebelum melakukan persalinan seksio sesarea jika indikasi tersebut membahayakan keselamatan ibu dan bayinya, bukan untuk kepentingan pribadi. c. Gawat Janin

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa 37 orang responden menyatakan bahwa gawat janin dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan seksio sesarea.Gawat janin berpengaruh terhadap pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea. Dari beberapa responden menjawab pertanyaan nomor 11 “Apakah ibu mengalami bahaya pada bayi ibu saat kehamilan dan persalinan, bahaya apa yang ibu alami?.Dan responden menjawab “Ya” dan memberikan alasan “Dokter bilang bayi saya denyut jantungnya lemah, bisa bahaya jika tidak dioperasi”.Gawat janin ditunjukkan dengan adanya bradycardia berat,

irregularitas denyut jantung janin atau adanya pola deselerasi yang terlambat, kadang-kadang menyebabkan perlunya seksio sesarea darurat.Hal ini tidak mengherankan karena indikasi utama untuk tindakan monitoring adalah kasus-kasus dengan predisposisi hipoksia janin. Mayoritas gawat janin dengan kasus-kasus fetal distress sebanyak 20 orang.

Ini sangat sesuai dengan teori yang terdapat didalam buku Harry & Williams (2010), Permasalahan yang disertai dystocia merupakan indikasi utama bagi persalinan per abdominam.Suatu indikasi seksio sesarea tersebut sebagai intoleransi janin pada persalinan (fetal intolerance of labor).Keadaan ini terlihat pada pasien-pasien yang persalinannya tidak menentu.Stimulasi dengan oxytocin menghasilkan abnormalitas pada frekuensi denyut jantung janin.Dikerjakan seksio sesarea dan dilahirkan bayi normal tanpa gejala kegawatan.


(56)

Dari penelitian Alexander, dkk (2006) dikutip dalam buku Williams (2003) indikasi persaliran seksio sesarea dari gawat janin disebabkan distosia 37%, DJJ tidak stabil 25%, presentasi abnormal 20%, dilakukan pesalinan seksio sesarea jika terjadi gawat janin tersebut.

Ini menunjukkan gawat janin sangat berpengaruh besar terjadinya persalinan seksio sesarea, karena sangat membahayakan bayi tersebut.Persalinan seksio sesarea yang dilakukan dokter – dokter dapat memberikan kesempatan hidup dan kesempatan untuk berkembang secara normal kepada bayi – bayi (Harry and William, 2010).

d. Kelainan Plasenta

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa 15 orang responden menyatakan bahwa kelainan plasenta dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan seksio sesarea.Kelainan plasenta ada beberapa terjadi pada responden sehingga memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea. Dari beberapa responden menjawab pertanyaan nomor 16 “Apakah ibu mengalami kelainan plasenta (ari-ari) pada masa kehamilan?.Responden menjawab “Ya” dan memberikan alasan “Waktu saya bangun tidur pagi-pagi, kok tiba-tiba ada bercak darah di celana dalam saya, ya udah ke dokter USG, Dokter bilang uri-uri saya dibawah”.

Menurut teori kelainan plasenta dapat keadaan pada ibu atau janin dilakukan persalinan dengan operasi seksio sesarea. Dokter harus sudah siap sedia, jika pada pemeriksaan vaginal ditemukan kelainan plasenta (plasenta previa centralis atau partialis ), persalinan seksio sesarea segera dikerjakan, karena dapat membahayakan bayi dan ibunya.

Ini menunjukkan bahwa ada faktor kelainan plasenata dalam pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea, sesuai dengan teori bahwa persalinan


(57)

dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum janin mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.

e. Permintaan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa 28 orang responden menyatakan bahwa permintaan ibu dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan seksio sesarea.Permintaan pasien dalam memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea ada beberapa terjadi dengan responden. Dari pertanyaan nomor 21 “Apakah ibu menginginkan persalinan seksio sesarea ini sendiri?Responden menjawab “Ya” sebanyak 28 orang dengan beberapa alasan “Saya takut sakit, jadi saya dan suami saya juga sepakat untuk operasi ajalah”.

Menurut Bewley dan Cockburn, mereka membantah bahwa konsep persalinan sesarea dengan permintaan kurang memilki kepentingan etika dan medik. Ahli lain menyimpulkan bahwa bukti yang ada tidak mendukung permintaan persalinan seksio sesarea yang rutin. Namun, hal tersebut secara etis tidak mendukung keputusan obstetric untuk menyetujui permohonan pasien untuk permintaan persalinan sesarea.Adapun alasan ibu meminta persalinan dengan seksio sesarea adalah untuk mengindari cedera dasar panggul saat persalinan pervaginam, menurunkan risiko cedera janin, menghindari ketidakpastian dan nyeri persalinan, serta rasa tidak nyaman.Sesuai juga dengan teori didalam buku Manuanba (2012) alasann-alasan memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea sangat beragam dari keluarga antara lainnya :

a). Sedih melihat istri menderita terlalu lama

b). Ingin segera melihat anaknya lahiruntuk melihat dunia

c). Untuk meningkatkan kehormatan keluarganya dalam kehidupan rumah tangga, karena liang senggama tetap utuh.


(58)

d). Keluarga merasa berhak menentukan “cara bagaimana persalinan dilakukan serta dapat memilih dokter yang menanganinya.

Ini menunjukkan faktot permintaan ibu dalam pemilihan persalinan seksio sesarea sangat semakin banyak. Masa globalisasi dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan tehnologi masyarakat ternyata diikuti dengan makin meningkatnya permintaan persalinan dengan jalan seksio sesarea.

Berdasarkan pengertian adalah kewajiban dokter atau rumah sakit untuk memenuhi permintaan ibu setelah memberikan “informed consent”. Inti

informedconsent tetap menyatakan bahwa persalinan secara normal mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan operasi seksio sesarea. Bila keluarga tetap dengan keputusannya, maka rumah sakit atau dokternya harus memilikipermintaan, karena itu merupakan hak asasi manusia yang dilindungi oleh ketetapan hukum dan undang-undang.

3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang peneliti temukan adalah tidak dilakukan uji reliabilitas, sedangkan menurut Notoadmojo (2010) reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berani menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Selain itu, keterbatasan peneliti yang tidak bisa selalu berada di tempat penelitian sehingga peneliti sulit untuk terus bertemu dengan responden dikarena menunggu responden membaik.


(59)

4. Implikasi untuk Institusi Rumah Sakit/ Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian menggambarkan bahwa persalinan seksio sesarea di Rumah Sakit baik negri atau swasta sudah sangat meningkat, dengan persalinan sesuai indikasi dan tanpa indikasi.Bagi Rumah Sakit dan Tenaga Medis seharusnya lebih mengutamakan persalinan pervaginam dari pada persalinan seksio sesarea, bisa dilakukan persalinan seksio sesarea jika untuk menyelamatkan ibu dan bayinya, bukan untuk tujuan pribadi.Sebagai Tenaga Medis sebelumnya memberikan pilihan dan informasi kepada pasien yang ingin bersalin tentang resiko dari kedua persalinan, baik persalinan pervaginam dan persalinan seksio sesarea. Setelah memberikan informasi yang sesuai, maka pasien berhak untuk memilih persalinan seperti apa, bukan karena paksaan,sesuai dengan keadaan pasien tersebut.


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal Maret sampai Mei 2014 mengenai faktor-faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sasarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan melibabatkan 39 responden dapat disimpulkan bahwa :

a. Mayoritas responden memiliki umur dalam rentang 25-30 tahun, beragama islam, suku Mandailing, tingkat pendidikan SMA, berpenghasilan < Rp 5.000.000, responden merupakan ibu rumah tangga, ibu sekundigravida. b. Dari hasil penelitian didapatkan faktor -faktor pemilihan persalinan dengan

tindakan seksio sesarea disebabkan riwayat persalinan dengan seksio sesarea 64,1%.

c. Dari hasil penelitian didapatkan faktor -faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea disebabkan oleh faktor ibu 84,6%.

d. Dari hasil penelitian didapatkan faktor -faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea disebabkan oleh gawat janin 94,9%.

e. Dari hasil penelitian didapatkan faktor -faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea disebabkan oleh kelainan plasenta 38,5%,.

f. Dari hasil penelitian didapatkan faktor -faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea permintaan ibu 71,8%.

2. Saran

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapakan hasil ini bisa dijadikan tambahan ilmu tentang faktor-pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea dipendidikan DIV Bidan Pendidik.


(61)

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan untuk memberikan bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan khususnya kebidanan untuk penanganan ibu bersalin dengan permintaan tindakan seksio sesaria dan tanpa indikasi medis.

c. Bagi Kebidanan

Bagi praktek kebidanan diharapkan agar adanya penyuluhan dan konseling dari bidan bagi ibu sebelum persalinan agar menentukan pilihan secara matang dalam mengambil suatu tindakan persalinan sesuai dengan medis.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea agar dilakukan juga di rumah sakit swasta maupun pemerintah.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Abrahams,Peter.(2010). Panduan Kesehatan Dalam Kehamilan. Jakarta : Karisma. Annisa, Silvia Aulia, et al.(2010). Faktor-Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesarea

Di RSUD Dr. Adjidarmo Lebak Pada Bulan Oktober-Desember 2010.

http : //www.perpus.FKIK.uinjkrt.ca.id/ pada tanggal 5 November 2013. Cunningham, Gary.(2009). Obstetric Williams.Jakarta : EGC

Gallagher-Mundy, Chrissie.(2005). Pemulihan Pascaoperasi Caesarea.Jakarta : Erlangga.

Hidayat, A. Aziz Alimul.(2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, Asri dan Sujiatini. 2010. AsuhanKebidanan Persalinan. Yogyakarta : Muha Medika

Intan Salfariani, M., & Nasution, S. S.(2012). Faktor Pemilihan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di Rsu Bunda Thamrin Medan.

http : //www.jurnal.usu.co.id/. pada tanggal 22 Oktober 2013.

Kasdu, Dini.(2003). Operasi Caesarea Masalah dan Solusinya.Jakarta : Puspa Swara.

Manuaba, Ida Bagus.(2012). Teknik Operasi Obstetri dan Keluarga Berencana.Jakarta : CV.Trans Info Media.

Manuaba, Ida Bagus.(2005). Memahami Kesehatan Reproduki Wanita. Jakarta : Arcan

Mundakir.(2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Musbikin,Imam.(2006). Persiapan Menghadapi Persalinan. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, S.(2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Renika Cipta (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Oxorn, Harry dan William.(2010). Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica (YEM).


(1)

 

 

Pertanyaan 18 Kelainan plasenta

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 36 92.3 92.3 92.3

Ya 3 7.7 7.7 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pertanyaan 19 Kelainan plasenta

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 26 66.7 66.7 66.7

Ya 13 33.3 33.3 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pertanyaan 20 Kelainan plasenta

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 21 53.8 53.8 53.8

Ya 18 46.2 46.2 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pertanyaan 21 Permintaan Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 24 61.5 61.5 61.5

Ya 15 38.5 38.5 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pertanyaan 22 Permntaan Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 10 25.6 25.6 25.6

Ya 29 74.4 74.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pertanyaan 23 Permintaan Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 14 35.9 35.9 35.9

Ya 25 64.1 64.1 100.0

Total 39 100.0 100.0


(2)

 

Pertanyaan 24 Permintaan Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 30 76.9 76.9 76.9

Ya 9 23.1 23.1 100.0

Total 39 100.0 100.0

Pertanyaan 25 Permintaan Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 22 56.4 56.4 56.4

Ya 17 43.6 43.6 100.0

Total 39 100.0 100.0


(3)

 

 

Frequencies

Statistics Riwayat Persalinan dengan Tindakan

Seksio Sesarea Faktor Ibu Gawat Janin Kelainan Plasenta PermintaanIbu

N Valid 39 39 39 39 39

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Riwayat Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada 14 35.9 35.9 35.9

Ada 25 64.1 64.1 100.0

Total 39 100.0 100.0

Faktor Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada 6 15.4 15.4 15.4

Ada 33 84.6 84.6 100.0

Total 39 100.0 100.0

Gawat Janin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada 2 5.1 5.1 5.1

Ada 37 94.9 94.9 100.0

Total 39 100.0 100.0

Kelainan Plasenta

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada 24 61.5 61.5 61.5

Ada 15 38.5 38.5 100.0

Total 39 100.0 100.0


(4)

 

PermintaanIbu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak ada 11 28.2 28.2 28.2

Ada 28 71.8 71.8 100.0


(5)

Lampiran 9

 

 


(6)

Lampiran 10

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI :

Nama :

SRI

WAHYUNI

Tempat/Tanggal Lahir

: Simpang Empat, 01 Oktober 1992

Jenis Kelamin

: Perempuan

Anak Ke

: 2 dari 2 bersaudara

Agama :

Islam

Alamat

: Dusun XVIII Kec. Simpang Empat

Kab.Asahan

Nama Ayah

: H. Samsir

Nama Ibu

: Hj. Lasiyah

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1999 – 2004

: SD Negeri 010028 Simpang Empat

Kab.Asahan

Tahun 2004 – 2007

: SMP Negeri 1 Simpang Empat

Kab. Asahan

Tahun 2007 – 2010

: SMA Negeri 1 Simpang Empat

Kab. Asahan

Tahun 2010 – 2013

: Mengikuti Pendidikan di Akademi

Kebidanan DELI HUSADA

Delitua.