BAB II TINJAUN TEORITIS A. Pengertian Seksio Sesarea - Karakteristik Ibu Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2012

BAB II TINJAUN TEORITIS A. Pengertian Seksio Sesarea Menurut Mochtar 1998; cuningham et al.,2005; sehdev,2005; Gondo

  (dalam buku Sukowati, November 2010) Seksio sesarea adalah kelahiran janin melalui insisi bedah di dinding abdomen (lapratomi) dan dinding uterus (histerektomi). Menurut Bobak dan Jeses, 2004 (dalam buku Sukowati, November 2010) Seksio adalah tindakan untuk melahirkan janin melalui insisi trans abdomen pada uterus. Sedangkan menurut Sukawato (November 2010) seksio sesarea adalah suatu proses persalinan dengan membuat insisi pada bagian uterus melalui dinding abdomen dengan tujuan untuk meminimalkan resiko ibu dan janin yang timbul selama kehamilan atau dalam persalinan serta mempertahankan kehidupan atau kesehatan ibu dan janinya.

  Seksioa Sesarea menurut Leon J. Dunn (dalam buku obstetrics and

  gynecology ) menyebutkan sebagai Caesar section, laparotrachelotomy atau

abdominal delivery . Dalam bukunya ia mengartikannya sebagai persalinan untuk

  melahirka janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan diperut dengan menyayat dinding rahim. Istilah sesarea sendiri berasal dari bahasa latin caesere yang artinya memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Menurut sejarah seksio sesarea, bayi terpaksa dilahirkan melalui cara ini apabila persalinan alami sudah dianggap tidak efektif.

  Seksio sesaria adalah persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wikjosastro,dkk. 2005, hal.133).

  Seksio sesarea berarti bayi yang dikeluarkan dari uterus yang tidak melalui operasi abdomen (Jones, 2002 hal.189)

B. Indikasi Seksio Sesarea

  Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim ibunya. Jadi apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi, menurut buku

  

obstetric and gynecology (didalam buku Kasdu, 2005 hal. 26), ada empat alasan,

  yaitu untuk keselamatan ibu dan janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksi, distosia (persalinan macet) sehingga menghalangi persalinan alami, dan bayi dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan, tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin.

  Kasdu (2005 hal.26) penyebabnya dilakukan operasi pada persalinan sebagai berikut:

1. Faktor Janin

  Tindakan operasi dilakukan karena keadaan janin yaitu:

a. Bayi Terlalu Besar

  Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby) menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia) karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus). Keadaan ini dalam ilmu kedokteran disebut bayi besar objektif. Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya.

  Namun, bisa saja janin dengan ukuran kurang dari 4.000 gram dilahirkan dengan operasi. Dengan berat janin yang diperkirakan sama, tetapi terjadi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda. Misalnya, untuk panggul ibu yang terlalu sempit, berat badan janin 3 kg sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat lewat jalan lahir. Demikian pula pada posisi sungsang dengan berat janin lebih dari 3,6 kg sudah bisa dianggap besar sehingga perlu dilakukan kelahiran dengan operasi. Keadaan ini yang disebut bayi besar relative.

  Selain janin besar, janin dengan berat badan kurang (<2,5 kg), lahir premature, dan dismatur (intrauterine growth retardation) atau pertumbuhan janin terhambat, juga menjadi pertimbangan dilakukan persalinan dengan operasi.

b. Kelainan Letak Bayi

  Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak lintang.

  1). Letak sungsang Sekitar 3-5% atau 3 dari 100 bayi terpaksa lahir dalam posisi sungsang.

  Keadaan janin sungsang. Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala berada dibagian atas rahim, sedangkan yang dimaksud dengan “posisi” adalah keadaan bagian terendah bayi.

  Resiko bayi lahir sungsang pada persalinan alami diperkirakan 4 kali lebih besar dibadingkan lahir dengan letak kepala yang normal. Oleh karena itu, biasanya langkah terakhir untuk mengantisipasi hal terburuk karena persalinan yang te rtahan akibat janin sungsang adalah operasi. Namun, tindakan operasi untuk melahirkan janin sungsang baru dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu poisis janin yang beresiko terjadinya “macet” di tengah proses persalinan.

  Beberapa posisi janin sungsang, misalnya bokong dibagian bawah rahim dengan kedua kaki terangkat keatas (kaki di depan wajahnya atau disamping telinga). Posisi sungsang lainnya, yaitu posisi bokong di bawah rahim dengan kaki menekuk atau mungkin disilangkan (seperti duduk bersaling, kaki ditekuk kebadan). Pada posisi ini, persalinan bisa dilakukan secara alami atau seksio sesarea tergantung pada tiga hal, yaitu dokter, kondisi ibu, dan kondisi janin.

  Apabila posisi bokong di bawah rahim dengan satu atau dua kaki menjuntai maka kelahiran bayinya harus dengan seksio sesarea.

  2). Letak Lintang

  Kelainan lain yang paling sering terjadi adalah letak lintang atau miring (oblique). Letak yang demikian menyebabkan proses janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Lalu panggul dapat berada didepan, belakang atas, maupun bawah. Kelainan letak lintang ini hanya terjadi sebanyak 1%. Letak lintang ini biasanya ditemukan pada perut ibu yang menggantung atau karena adanya kelainan bentuk rahimnya.

  Penanganan untuk kelainan letak lintang ini juga sifatnya sangat individual. Apabila dokter memutuskan untuk melakukan tindakan seksio sesarea, sebelumnya ia sudah memperhitungkan sejumlah faktor dengan keselamatan ibu dan bayinya.

  Kelaianan letak janin dapat disebabkan oleh banyaknya faktor baik dari janinnya sendiri maupun keadaan ibu. Di antaranya, adanya tumor di jalan lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plasenta previa, cairan ketuban yang banyak, kehamilan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan persentasi tubuh janin di dalam jalan lahir. Apabila dibiarkan terlalu lama, keadaan kerusakan pada otak janin. Oleh karena itu, harus segera dilakukan operasi untuk mengelurkannya.

c. Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

  Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat oksigen dari ibunya melalui ari-ari dan tali pusat. Apabia terjadi gangguan pada ari-ari (akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim). Serta gangguan pada tali pusat (akibat tali pusat terjepit atau antara tubuh bayi) maka jatah oksigen yang disalurkan ke bayi menjadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena kehabisan napas, kondisi ini biasanya menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.

  Keadaan kekurangan oksigen pada janin dapat diketahui dari bentuk denyut jantungnya yang dapat dilihat pada perekaman alat kordiotografi (CTG) maupun aliran darah tali pusat yang dipantau dengan alat Doppler senografi. Diagnosis gawat janin berdasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Gangguan pada bayi juga dapat diketahui dari adanya kotoran (meconium) adalah air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup buan berwarna agak putih keruh, seperti air cucian beras yang encer. Akan tetapi, jika janin ketuban sehingga warnanya menjadi kehijauan. Apabila proses persalinan jalan keluar satu-satunya.

  d. Janin abnormal

  Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan hidrosefalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan dokter memutuskan dilakukan operasi.

  e. Faktor plasenta

  Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi.

  1). Plasenta previa Salah satu gangguan tali pusat yang sangat dikenal adalah plasenta previa.

  Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Tentu saja, keadaan ini akan mengakibatkan kepala janin tidak bisa turun dan masuk ke jalan lahir. Janin dengan plasenta previa, umumnya juga akan memilih letak sungsang atau letak melintang. Keadaan ini menyulitkan janin lahir secara alami. Sebenarnya, angka kejadian plasenta previa sangat rendah yaitu kurang dari 1%.

  Selain itu, dalam keadaan plasenta previa, posisinya memungkinkan ia lahir dahulu. Padahal, dalam keadaan normal, plasenta keluar setelah janin lahir atau kala tiga. Hal ini membahayakan janin mengingat fungsi plasenta sebagai “teman” janin. Artinya, plasenta sebagai tempat janin mendapat oksigen dan makanan. Bagaimana nasib janin, apabila plasenta keluar dahulu sebelum ia dilahirkan? Apabila tidak dilakukan seksio sesarea pada kelainan plasenta previa, dikhawatirkan terjadi perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi

  (pembuluh-pembuluh darah) dan susunan serabut otot dengan korpus uteri (badan rahim). Hal ini dapat membahayakan ibu. Keadaan vaskularisasi pada tempat menempelnya (implantasi) plasenta previa, menyebabkan serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek.

  Kelainan plasenta ada beberapa macam: plasenta letak rendah, yaitu plasenta tidak sampai menutupi (1-2 dari mulut rahim): plasenta previa marginal (ujung plasenta terletak sangat dekat dengan mulut rahim):plasenta previa parsial ( sebagian plasenta menutupi jalan lahir): plasenta previa total (seluruh jalan lahir atau mulut rahim benar-benar tertutup oleh plasenta). Tindakan pada dua jenis kelainan plasenta previa yang terakhir, biasanya dilakukan dengan operasi.

  2). Plasenta lepas (solution plasenta)

  Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Apabila plasenta sudah lepas, sementara janin masih lama lahir atau dalam tahapan tertentu maka operasi harus segera dilakukan. Persalinan dengan operasi oksigen atau keracunan air ketuban.

  Proses terlepasnya ditandai dengan perdarahan yang banyak, yang bisa keluar melalui vagina, tetapi bisa juga tersembunyi didalam rahim. Perdarahan yang tersembunyi ini biasanya dapat membahayakan kondisi ibu karena plasenta sudah terlepas luas dan rahim menegang. Biasanya, ini berkaitan dengan keadaan ibu hamil yang mengalami hipertensi. Operasi ini berkaitan dengan untuk menghentikan perdarahan yang dapat mengancam nyawa ibu. Operasi ini dilakukan pada keadaan plasenta lepas pada janin normal, tetapi pembekuan belum lengkap, gawat janin, atau janin mati yang tidak dapat segera dilahirkan dengan alami, misalnya karena panggul sempit.

  3). Plasenta accrete

  Plasenta merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Hal ini jarang terjadi, tetapi pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (diatas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang meyebabkan menempelnya plasenta.

  Jika plasenta yang menempel sedikit rahim tidak perlu diangkat. Namun, apabila sisa yang menempel di otot rahim banyak maka kemungkinan dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim).

  4). Vasa previa

  Keadaan pembuluh darah diselaput ketuban berada dimulut rahim (osteum uteri) jika pecah dapat menimbulkan perdarahan banyak yang membahayakan janin dan ibunya. Untuk mengurangi resiko pada ibu dan janin maka persalinan dilakukan dengan operasi.

f. Kelainan Tali Pusat

  Berikut ini dua kelainan tali pusat yang bisa terjadi:

  1). Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

  Prolapsus tali pusat adalah keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.

  Prolapsus tali pusat dapat mengancam kehidupan janin (gawat janin). Apabila tali pusat berdenyut. Berarti janin masih hidup dan persalinan masih dapat berlangsung. Pada kala satu (priode pembukaan mulut rahim) akan segera dilakukan seksio sesarea untuk menolong janin. Pada kala dua (pembukaan sudah lengkap) bisa lewat vagina dengan bantuan alat agar lebih cepat lahir.

  Tindakan pembedahan juga akan dilakukan apabila tali pusat sudah turun lebih dahulu sebelum bayi lahir, misalnya akibat pecahnya ketuban sebelum waktunya. Dalam hal ini, persalinan segera harus dilakukan sebelum terjadinya sesuatu yang tidak dirugkan pada bayi misalnya sesak napas karena kekurangan oksigen.

  2). Tindakan tali pusat

  Dalam rahim, tali pusat ikut “berenang” bersama janin dalam kantung ketuban. Ketika janin bergerak, letak dan posisi tali pusat pun biasanya ikut bergerak dan berubah. Kadang akibat gerak janin dalam rahim, letak dan posisi tali pusat membelit tubuh janin, baik dibagian kaki, paha, perut, lengan, atau lehernya. Sebenarnya, lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat terjepit atau terpelintir yang menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke tubuh janin tidak lancar.

  Adakalanya lilitan tali pusat mengganggu jalannya proses persalinan. Hal ini biasanya terjadi apabila lilitan tali pusat mengganggu turunnya kepala janin (yang sudah waktunya untuk dilahirkan) ke jalan lahirnya, apabila kondisi ini terjadi, ada kemungkinan kepala janin yang seharusnya sudah berada di bagian bawah, tetapi berada pada posisi di atas atau melintang. Jadi, posisi kepala janin tidak dapat masuk ke jalan lahir.

  Pada keadaan ini, adakalanya dokter sudah dapat memperkirkan adanya lilitan tali pusat di tubuh janin sejak usia muda kehamilan. Apabila usia janin sudah sampai pada batas bisa dilahirkan (34-36 minggu), sedang posisi tali pusat masih mengganggu janin maka kemungkinan dokter akan mengambil keputusan untuk melahirkan bayi melalui tindakan seksio sesarea.

g. Bayi kembar (multiple pregnancy)

  Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara seksio sesarea. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Misalnya, lahir premature atau lebih cepat dari waktunya. Seringkali terjadi preeklamasi pada ibu yang hamil kembar karena stress. Selaian itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara alami. Hal ini diakibatkan janin kembar dan cairan ketuban yang berlebihan sehingga membuat janin mengalami kelainan letak. Di samping itu, adanya janin lebih dari satu di dalam rahim, menyebabkan mereka harus saling berbagi tempat. Keadaan ini akan mempengaruhi letak janin. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar di anjurkan dilakukan dirumah sakit karena memungkinakan sewaktu-waktu dapat dilakukan tindakan seksio sesarea tanpa direncanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir secara alami.

2. Faktor Ibu

  Faktor ibu yang menyebabkan dilakukannya tindakan operasi misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim, riwayat kematian prenatal, pernah mengalami trauma persalinan, dan ingin dilakukannya tindakan sterilisasi. Kondisi kehamilan bisa pula sebagai penyebab dilakukan seksio sesarea. Misalnya, tidak ada tanda persalinan, padahal kehamilan harus diakhiri karena alasan janin atau ibunya, ibu menderita eklamsi atau ketuban pecah dini, dan ingin dilakukan tindakan sterilisasi. Sebaiknya, usia kehamilan belum cukup bulan (25 minggu), tetapi kehamilan harus diakhiri.

  Namun, dari kondisi janin dan ibu tersebut tidak semuanya harus dilakukan persalinan dengan operasi. Tindakan seksio sesarea dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu apabila persalinan pervaginam membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.

  Berikut ini, faktor ibu yang menyebabkan janin harus dilahirkan dengan seksio sesarea:

  a. Usia

  Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun keatas. Pada usia ini biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis dan preeklamsi (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga seringkali menyebabkan dokter memutuskan persalinan dengan seksio sesarea.

  b. Tulang panggul Chepalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu

  tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan. Tulang-tulana panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan “jalan” yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.

  Buku obstetrics and gynecologi karangan Peel dan chamberlain, menyebutkan bahwa persalinan yang harus dilakukan dengan operasi karena keadaan panggu sebanyak 21%. Yang menyebabkan keputusan operasi adalah apabila panggul Ibu terlalu sempit dibandingkan ukuran kepala bayi. Kondisi tersebut membuat bayi susah keluar melalui jalan lahir. Panggul sempit ini lebih sering terjadi pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.

  Setiap wanita memiliki bentuk panggul yang berlainan. Bentuk tulang panggul ada empat jenis, yaitu panggul ginekoid, android, patipoid, dan anthropoid. Sebenarnya, bentuk apapun yang dimiliki tidak mempengaruhi besar kecilnya ukuran apnggul sehingga apabila masih dalam kisaran normal janin dapat melaluinya. Namun, umumnya bentuk panggul ginekoid yang akan membantu memudahkan kelahiran bayi.

  Panggul sempit dapat diperkirakan dari pemeriksaan dalam , pemeriksaan USG, atau pengukuran panggul dengan CT acan, MRI, atau sinar x (rontgen). namun, panggul yang sempit kadang baru diketahui pada saat kontraksi sudah terjadi dan kepala bayi berada dala m jalan lahir, yaitu setelah beberpa waktu berlangsung pembukaan mulut rahim tidak mengalami kemajuan. Masalah serupa, yaitu letak atau sumbu bayi dengan sumbu panggul tidak searah, miring, atau melintang sehingga bayi tidak mungkin lahir lewat jalan lahir bisaa.

  Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul pertolongan juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga sering harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang beakang), penyakit polio, rakhitis, atau mengalami kecelakaan atau patah panggul. Keainan bentuk panggul ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan terakhir yang biasanya cukup tinggi.

  c. Persalinan sebelumnya dengan seksio sesarea

  Sebenarnya, persalinan melalui seksio sesarea tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara seksio sesarea atau tidak. Apabila ada indikasi yang mengharuskan dilakukannya seksio sesarea, seperti bayi terlalu besar, panggul terlau sempit, atau janin lahir yang tidak mau membuka, seksio sesarea bisa saja dilakukan. umumnya seksio sesarea akan dilakukan lagi pada persalinan kedua apabila seksio sesarea sebelumnya menggunakan sayatan vertical (corporal) namun, seksio sesarea kedua bisa terjadi jika pada seksio sesarea sebelumnya dengan tekhnik sayatan melintang, tetapi ada hambatan pada persalinan pervagina, seperti janin tidak maju, tidak dapat lewat panggul, atau letak lintang. Berdasarkan penelitian, kasus persalinan dengan seksio sesarea terulang kembali sebanyak 11%, sedangkan mungkin akan terjadi perobekan dibekas sayatan dinding rahim terdahulu berkisar antara 1,2-1,8%.

  d. Faktor hambatan jalan lahir

  Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembentukan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas. Gangguan jalan lahir bisa juga terjadi karena ada miom atau tumor, keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang bisa disebut distosia.

  e. kelainan kontraksi rahim

  Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar. Untuk lemahnya kontraksi rahim, biasanya dapat ditolong dengan memberikan infus oksitosin, tetapi untuk membuat elastisnya leher rahim sulit dilakukan intervensi. Apabila keadaan tidak memungkinkan maka dokter akan melakukan seksio sesarea.

f. Ketuban pecah dini

  Robekan kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. kondisi ini membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban adalah cairan yang mengelilingi jalan dalam rahim.

  Apabila air ketuban habis sama sekali, padahal bayi masih belum waktunya lahir, biasanya dokter akan berusaha mengelaurkan bayi dari dalam kandungan, baik melalui kelahiran bisaa maupun seksio sesarea. Air ketuban yang pecah sebelum waktunya akan membuka rahim sehingga memudahkan masuknya bakteri dari vagina. Dengan masuknya bakteri lewat vagina, infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan janin didalam kandungan.

  Pecahnya kantung ketuban pada kehamilan tidak disadari penyebabnya. Namun, biasanya hal ini terjadi sesudah trauma. Misalnya, setelah terjauh, perut terbentur sesuatu, atau sesudah senggama. Selain itu, kantung ketuban mungkin saja pecah karena adanya kelemahan pada selaput kantung ketuban itu sendiri, atau bisa juga karena serviks inkompeten, yakni kelenturan leher rahim hilang sehingga sulit menahan kehamilan, dan akibat hubungan seks selain kehamilan. Namun, dapat pula disebabkan oleh kantung ketuban itu sendiri yang kelebihan cairan. Sebagian besar kasus polihidramnion terjadi karena janin mengalami kesulitan atau gangguan dalam menelan, seperti sumbatan pada tenggorokan janin dan kelainan genetik, seperti spina bifida (kelainan tulang belakang) atau meningocele (gangguan selaput otak), diabetes meletus yang diderita ibu, serta anemia.

  Penanganan ketuban pecah dini memang masih kontoversial. Apabila janin sudah dianggap matang dan ketuban pecah dini maka ada dua cara untuk menanganingya. Pertama, dokter mungkin akan mempercepat persalinan karena khawatir akan terjadi infeksi pada ibu dan janinnya. Semakin lama bayi berada dalam rahim maka akan semakin besar kemungkinan terjadi infeksi. Dengan, baik melalui persalinan bisaa maupun seksio sesarea. Kedua dokter akan dilakukan, sekitar 60-70% bayi-bayi yang kehamilannya mengalami pecah ketuban dini akan lahir dengan sendirinya paling lama 2x24 jam. Apabila bayi tidak lahir juga lewat waktu itu, barulah dokter melakukan tindakan yaitu seksio sesarea.

g. Rasa takut kesakitan

  Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mules disertai rasa sakit dipinggang dan pangkal paha yang semakin kuat. Hal ini terjadi karena ketika berkontrkasi, otot- otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua mereka berfikir melahirkan dengan cara seksio sesarea.

  Melahirkan dengan seksio sesarea dapat dilakukan atas permintaan pasien. Terutama, jika merasa tidak siap menghadapi proses kelahiran karena ketakutan akan rasa sakit yang akan dialaminya. Namun sifatnya ini sangat individual mengingat rasa sakit yang akan dialami setiap orang juga akan dianggap dengan sikap dan cara berfikir yang berbeda. selain itu, lingkungan juga berpengaruh terhadap terbentuknya sikap dalam menjalani proses persalinan.

  Namun, dapat pula hal ini dilakukan berdasrakan pertimbangan dokter. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berebihan juga akan menghambat proses persalinan alami yang berlangsung.

C. Umur Ibu

  Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun (Chaniago,2002). Menurut Elisabeth yang dikutip nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

  Tahun pembagian umur berdasarkan psikologi perkembangan (Hurlock,2002) bahwa masa dewasa terbagi atas: a.

  Masa dewasa dini, berlangsung antara usia 18-40 tahun b. Masa dewasa madya, berlangsung antara usia 41-60 tahun c. Masa lanjut usia, berlangsubg antara usia >61 Usia ibu dapat mempengaruhi pada kelangsungan kehamilan dan persalinan. Usia ibu yang baik untuk hamil dan bersalin adalah 20 tahun – 35 tahun, sedangkan usia ibu yang beresiko untuk hamil dan bersalin adalah kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu yang muda merupakan faktor resiko untuk terjadinya abortus, partus prematurus, BBLR, dan lain-lain. karena perkembangan organ tubuh reproduksi yang belum optimal, kematangan emosi dan kejiwaan yang kurang, serta fungsi fisiologi yang belum optimal sehingga lebih sering terjadi komplikasi yang tidak diinginkan dalam kehamilan dan dimana pada usia muda lebih memilih seksio sesarea (Manuaba 2006).

  Menurut Kasdu (2005, hal 26) iIbu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun keatas. Pada usia ini biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis dan preeklamsi (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga seringkali menyebabkan dokter memutuskan persalinan dengan seksio sesarea.

D. Graviditas dan Paritas (Menurut Hakim, 2010)

  Seorang gravida adalah seseorang wanita hamil. Istilah gravida menunjukkan adanya kehamilan tanpa mengingat umur kehamilannya. Seoarang primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Seorang scundigravida adlah seorang wanita untuk kedua kalinya. Seorang multigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk kedua kalinya. Para adalah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas (mampu hidup). Sedangkan paritas adalah jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah melahirkan tanpa mengingat jumlah anaknya. Kelahiran kembar tiga hanya dihitung satu paritas. Seoarang primi para adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir. Seoarang multipara adalah seoarang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas validitas. Seorang pertureint adalah seoarng wanita yang sedang dalam persalinan.

  Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya adalah primigravida dan disebut gravida 1, para 0. Apabila terjadi abortus sebelum batas viabilitas tercapai ia tetap seorang gravid 1 para0. Apabila ia melahirkan janin yang telah mencapai batas viabilitas maka ia menjadi seorang primipara, tanpa mgengingat bayinya hidup atau mati. Ia sekarang gravid 1 para 1. Dalam kehamilannya kedua ia adalah gravid 2 para1. Setelah melahirkan bayinya yang kedua ia adalah gravid 2 para 2.

  Seorang pasien dengan dua abortus dan belum pernah melahirkan janin yang telah mencapai batas viabilitas adalah gravid 2, para 0. Kalau ia hamil lahi maka ia adalah gravid 3 para 0. Apabila kemudian ia melahirkan bayi yang telah mencapai batas viabilitas maka ia adalah gravid 3, para 1. Kehamilan ganda tidak berarti paritasnya lebih dari satu. Seorang wanita yang melahirkan kembar tiga dan telah mencapai batas viabilitas pada kehamilannya yang pertama adalah gravida1, para1.

  Gravida juga sangat berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan dan nifas. Jika ibu yang multigravida dapat meningkatkan gangguan his pada masa nifas, post partum haemogeria, plasenta previa dan solusio plasenta sehingga Ibu yang memilih seksio sesarea untuk kesalamatan Ibu dan anaknya.

E. Tingkat Pendidikan

  Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh prilaku pendidikan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan diartikan sebagai proses kegiatan mengubahperilaku individukearah kedewasaan dan kematangan (Sumaatmadja,2002)

  Maka menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, maupun masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik.

  Menurut (Notoadmodjo, 2007) tujuan pendidikan yaitu: 1.

  Mengubah pengetahuan atau pengertian, pendapat dan konsep-konsep.

2. Mengubah sikap dan persepsi 3.

  Mengubah tingkah laku, kebisaaaan yang bar

1. Jenis-jenis pendidikan menurut (Notoadmodjo, 2002) sebagai berikut:

  a. Pendidikan informal Pendidikan formal adalah pendidikan yang berada didalam kelaurga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai moral dan keterampilan.

  b. pendidikan formal Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melaui kegiatan mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.

  Adapun jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan formal yaitu: 1). Pendidikan umum

  Pendidikan umum merupakan pendidikan yang menutamakan pengetahuan dan peningkatan ketermpilan peserta didik yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.

  Pendidikan umum inimenjadi dasar pengetahuan dn keterampiln bagi tiap individu untuk dapat mampu menikmati hidup dimasyarakat dimanapun kita berada. Pendidikan disekolah dasar (SD), di sekolah menengah pertama (SMP), dan disekolah menengah umu (SMU).

  2). Pendidikan kejurusan Merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat berkerja dalam bidang tertentu yaitu dalam perguruan tinggi (PT)

  3). Pendidikan keagamaan Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan, pengetahuan tentang ajaran agama yang bersangkutan dengan agama.

  4). Pendidikan akademik Merupakan pendidikan yang diarahkan terencana pada pengawasan ilmu pengetahuan.

  5). Pendidikan professional Merupakan pendidikan yangdiarahkan terutama pada kersiapan paada keahlian tertentu.

2. Tingkat pendidikan

  Menurut (Ahmad, 2005) tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang sudah ditentukan oleh ilmu yang dikelompokkan menjadi 2 katagori: a.

  Rendah Apabila tingkat pendidikan itu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP atau sederajat.

  b.

  Tinggi Jika tingkat pendidikan itu tamat SMA maupun perguruan tinggi.

  Maka orang yang berpengetahuan lebih tinggi akan berfikir rasional, sebaliknya orang yang ratar belakangnya berpengathuan rendah lebih banyak menggunakan perasaan dari pada rasio pendidikan kesehatan menghubungkan kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat untuk menghindari masalah dalam kesehatan. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi berorientasi pada tingkat prefentif tahu lebih banyak tentang masalah kesehatan. Mereka memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih baik berorintasi pada tingkat perfentif atau lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin rendah kematian bayi (Thomas, 2005)

F. Sosial Ekonomi

  Sosial ekonomi adalah suatu konsep dan mengukur sosial ekonomi keluarga harus melalui variabel-variabel pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan (Notoatmodjo, 2003)

  Keadaan ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam mengatasi berbagai masalah tersebut. kemiskinan adalah merupakan suatu keadaan yang dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. Salah satu dari kurangnya kerja adalah rendahnya pendapatan (Hartono, 2010).