PENGARUH ANGKAK DENGAN PENAMBAHAN BEKATUL TERHADAP PENURUNAN PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA Effect Red Mold Rice Adding Rice Bran on Decrease Lipid Profile Male Wistar Rats Hypercholesterolemic

  

PENGARUH ANGKAK DENGAN PENAMBAHAN BEKATUL TERHADAP

PENURUNAN PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN

HIPERKOLESTEROLEMIA

Effect Red Mold Rice Adding Rice Bran on Decrease Lipid Profile Male Wistar

Rats Hypercholesterolemic

  

1*

  1 Irfi Wahyuningrum , Elok Zubaidah

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email: irfiwn.27@gmail.com

  

ABSTRAK

Hiperkolesterolemia ialah keadaan kolesterol dalam darah melebihi batas normal.

  Angkak dengan penambahan bekatul dipercaya mampu menjadi solusi penurun hiperkolesterolemia, disebabkan adanya lovastatin dari metabolit sekunder Monascus

  

purpureus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian angkak dengan

  penambahan bekatul terhadap penurunan profil lipid tikus wistar jantan hiperkolesterolemia yang di uji in vivo. Hasil penelitian pemberian masing-masing jenis angkak setelah 28 hari menunjukkan perlakuan terbaik didapat pada kelompok angkak dengan penambahan bekatul. Kelompok angkak dengan penambahan bekatul memiliki total kolesterol 80.50 mg/dl, trigliserida 46.00 mg/dl, HDL 56.25 mg/dl, dan LDL 15.50 mg/dl. Kelompok angkak memiliki total kolesterol 94.00 mg/dl, trigliserida 63.75 mg/dl, HDL 53.00 mg/dl, dan LDL 19.75 mg/dl. Kelompok angkak pasaran memiliki total kolesterol 83.85 mg/dl, trigliserida 68.00 mg/dl, HDL 51.57 mg/dl, dan LDL 18.50 mg/dl.

  Kata kunci: Angkak, Bekatul, Hiperkolesterolemia, Lovastatin

  

ABSTRACT

Hypercholesterolemic is condition cholesterol in the blood exceeds the normal limit.

  Red mold rice with adding rice bran is trusted and capable to be solution decreasing hypercholesterolemic, it’s causes by lovastatin from secondary metabolism Monascus

  

purpureus. The aims of this research is to know influence red mold rice with adding rice bran

  an reduction hypercholesterolemic lipid profile male wistar rats which tests in vivo. The best experiment from giving each type red mold rice after 28 days showing to red mold rice with adding rice bran group. Group red mold rice with adding rice bran have cholesterol total 80.50 mg/dl, triglycerides 46.00 mg/dl, HDL 56.25 mg/dl, and LDL 15.50 mg/dl. Group red mold rice have cholesterol total 94.00 mg/dl, triglycerides 63.75 mg/dl, HDL 53.00 mg/dl, and LDL 19.75 mg/dl. Group red mold rice market have cholesterol total 83.85 mg/dl, triglycerides 68.00 mg/dl, HDL 51.57 mg/dl, and LDL 18.50 mg/dl.

  Keywords: Red mold rice, Rice bran, Hypercholesterolemic, Lovastatin

PENDAHULUAN

  Hiperkolesterolemia merupakan faktor resiko utama terjadinyan penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke [1]. Hal ini dikarenakan 60% kematian pasien PJK dan stroke diakibatkan oleh aterosklerosis [2]. Aterosklerosis adalah terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh adanya peningkatan kadar Low

  

Density Lipoprotein (LDL) yang memicu proses pembentukan lapisan kolesterol pada pembuluh darah sehingga menyebabkan pembuluh darah mengalami penyempitan atau penyumbatan [3]. Hal tersebut pada akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan kadar LDL sehingga mempengaruhi penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) [4].

  Salah satu produk herbal yang diduga mempunyai pengaruh terhadap profil lipid adalah angkak. Angkak merupakan hasil fermentasi beras dengan menggunakan kapang

  

Monascus purpureus. Penambahan bekatul merupakan salah satu faktor yang dapat

  mempengaruhi hasil metabolit Monascus purpureus selama proses fermentasi angkak untuk meningkatkan kadar lovastatin yang lebih tinggi dibandingkan angkak tanpa penambahan bekatul dan angkak pasaran [5]. Belum diketahui apakah jenis angkak, angkak dengan penambahan bekatul, dan angkak pasaran memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol yang berbeda. Hal tersebut mendasari bahwa perlu adanya penelitian mengenai kemampuan angkak dengan penambahan bekatul, angkak tanpa penambahan bekatul, dan angkak pasaran dalam menurunkan kadar kolesterol total, TG, LDL dan meningkatkan kadar HDL yang diuji pada tikus wistar jantan hiperkolesterolemia.

  

BAHAN DAN METODE

Bahan

  Bahan dalam uji in vivo terdiri dari angkak dan angkak dengan penambahan bekatul yang diperoleh dari hasil penelitian, angkak pasaran yang diperoleh dari supermarket kota Malang, tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar jantan umur 2.5 - 3 bulan dengan berat 150-200 g, pakan comfeed PARS, aquades, air minum tikus, telur bebek, minyak kelapa, minyak babi, minyak kambing, asam kolat, tepung terigu, dan sekam yang diperoleh dari fakultas kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

  Alat

  Alat yang digunakan adalah bak plastik, kandang tikus, botol minum tikus, sekam, baskom plastik, beaker glass, rak sampel, timbangan digital, timbangan, profil lipid kit, jarum sonde (force feeding needle), jarum suntik (syringe) merk One Med, sarung tangan, alat bedah (jarum, pinset, gunting dan skapel), tabung valcon 15ml, tabung microtube, micropipet, tip, kuvet, spektrofotometer UV-1700 merk Sumadzu, dan sentrifuse merk Universal Centrifuge.

  Desain Penelitian

  Desain penelitian yang digunakan adalah True Experimental Design : Pre And Post

  

Test Only Control Group Design. Sedangkan pemilihan objek penelitian untuk

  pengelompokan dan pemberian perlakuan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 5 kelompok perlakuan, antara lain : Kontrol negatif (P0) : kelompok tikus normal (kontrol negatif) Kontrol positif (P1) : kelompok tikus hiperkolesterol (kontrol positif) Perlakuan 1 (P2) : kelompok tikus hiperkolesterol dengan pemberian angkak Perlakuan 2 (P3) : kelompok tikus hiperkolesterol dengan pemberian angkak dengan penambahan bekatul Perlakuan 3 (P4) : kelompok tikus hiperkolesterol dengan pemberian angkak pasaran

  Tahapan Penelitian

  Hewan coba dikelompokkan menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang berbeda. Sebelum perlakuan tikus diadaptasikan pada kondisi laboratorium selama 1 minggu dan diberi diet normal (pakan standar). Setelah itu selama 2 minggu dilakukan pemberian pakan kolesterol untuk membuat tikus menjadi hiperkolesterolemia. Setelah itu selama 4 minggu pemberian pakan kolesterol tetap dilakukan disertai pemberian perlakuan angkak dengan metode sonde sesuai dosis yang telah ditentukan.

  Penentuan Besar Dosis Perlakuan

  Dosis angkak yang biasa digunakan oleh manusia adalah 3 x 1 sdm (1 sdm angkak = 10g). Dosis pemakaian untuk tikus dihitung dengan mengkalikan dosis pemakaian pada manusia tersebut dengan faktor konversi manusia ke tikus yaitu 0.0027 g/g BB tikus, sehingga didapat dosis pemakaian untuk tikus dengan berat 150g adalah 0.0027 cc/g BB tikus x 150 g = 0.4 g/ekor/hari. Angkak diberikan dengan cara direbus dengan akuades terlebih dahulu pada setiap dosis pemberian dan setelah itu diberikan dengan cara disonde pada tikus percobaan.

  Pengukuran Kadar Profil Lipid dan Berat Badan

  Pengukuran kadar profil lipid dilakukan pada minggu 1 dan 4. Penimbangan berat badan tikus dilakukan pada minggu ke 1, 2, 3 dan 4.

  Prosedur Analisis

  Data dianalisis statistik menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan apabila menunjukkan perbedaan maka diuji lanjut menggunakan uji beda BNT dengan selang kepercayaan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Intensitas Pigmen Merah Angkak

  Analisis intensitas pigmen merah dilakukan dengan melarutkan 0.05 g serbuk angkak ke dalam 10 mL metanol dan dibaca absorbansimya pada λ 500nm [5]. Hasil analisis intensitas pigmen angkak dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Intensitas Pigmen Merah Serbuk Angkak dengan Penambahan Bekatul

  

Perlakuan Rerata Intensitas Pigmen merah BNT 5%

( λ 500nm)

  Angkak 3.10 b Angkak+bekatul 4.07 c

  0.59 Angkak pasaran 1.53 a

   Keterangan : * Setiap data merupakan rerata dari 3 kali ulangan

  • Angka yang di damping huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata (α=0.05)

  Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan intensitas pigmen merah terendah didapat pada kelompok perlakuan angkak dan angkak pasaran, yaitu 3.10 dan 1.53. Hasil analisis intensitas pigmen merah tertinggi didapat pada kelompok angkak dengan penambahan bekatul, yaitu 4.07. Media fermentasi yang memiliki kandungan vitamin B

  1

  (tiamin) yang cukup dalam pembuatan angkak dengan penambahan bekatul memiliki pengaruh terhadap intensitas pigmen yang dihasilkan. Adapun kandungan vitamin B pada

  1

  bekatul sebesar 2-3

  1 yang

  μg/g [6] [7]. Diduga hal ini berhubungan dengan adanya vitamin B berperan sebagai koenzim untuk mengkatalis konversi piruvat menjadi asetil-KoA, dimana pembentukan pigmen merah angkak melalui jalur poliketida dan membutuhkan asetil-KoA [8].

  2. Kandungan Lovastatin Angkak

  Analisis lovastatin dilakukan dengan melarutkan serbuk angkak pada pelarut etanol 75% dan kemudian hasilnya diukur dengan spektrofotometri pada

  λ 237nm [5]. Hasil analisis kadar lovastatin angkak dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Lovastatin Serbuk Angkak dengan Penambahan Bekatul

  

Perlakuan Rerata Kadar Lovastatin (ppm) BNT 5%

  Angkak 10.53 b Angkak+bekatul 13.01 c

  0.87 Angkak pasaran 9.53 a Keterangan : * Setiap data merupakan rerata dari 3 kali ulangan

  • Angka yang di damping huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata (

  α=0.05) Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan kadar lovastatin terendah ditunjukan pada perlakuan angkak dan angkak pasaran, yaitu dengan nilai 10.53 ppm dan 9.53 ppm. Hasil kadar lovastatin tertinggi didapat pada kelompok angkak dengan penambahan bekatul sebesar 13.01 ppm. Peningkatan kadar lovastatin serbuk angkak dengan media fermentasi yang diperkaya bekatul diduga disebabkan adanya asam amino pada bekatul. Terdapat korelasi antara kadar lovastatin dan intensitas pigmen yang dihasilkan ketika fermentasi angkak. Hal ini disebabkan lovastatin dan pigmen memiliki prekursor yang sama, yaitu poliketida. Poliketida yang terbentuk akan disintesa menjadi lovastatin dan pigmen [9].

  3. Derajat Kecerahan (L*)

  Derajat kecerahan (L*) menyatakan (lightness) dengan rentang nilai 0 hingga 100, nilai 0 menunjukkan warna cenderung hitam atau gelap dan nilai 100 menunjukkan warna cenderung putih atau terang [10]. Hasil analisis derajat kecerahan (L*) angkak dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

  Tabel 3. Rerata Derajat Kecerahan (L*) Serbuk Angkak dengan Penambahan Bekatul

  

Perlakuan Derajat Kecerahan (L*) BNT 5%

  Angkak 40.50 b Angkak+bekatul 39.40 a

  0.87 Angkak pasaran 41.53 c

   Keterangan : * Setiap data merupakan rerata dari 3 kali ulangan

  • Angka yang di damping huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata (α=0.05)

  Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan derajat kecerahan terendah didapat pada angkak dengan penambahan bekatul dengan nilai (L*) 39.40. Hasil derajat kecerahan tertinggi didapat pada kelompok angkak pasaran dan angkak dengan nilai (L*) sebesar 41.53 dan 40.50. Diduga derajat kecerahan memiliki korelasi dengan tingkat intensitas pigmen angkak, dimana intensitas pigmen merah semakin tinggi maka nilai (L*) yang diperoleh semakin rendah. Ketika intensitas pigmen semakin tinggi maka warna akan menjadi lebih pekat sehingga derajat kecerahannya menurun dan sebaliknya, jika intensitas pigmen menurun maka derajat kecerahan meningkat [5]. Kecerahan dipengaruhi oleh kepekatan produk sehingga semakin tinggi kepekatannya maka akan semakin rendah derajat kecerahan pada produk tersebut [11].

  4. Derajat Kemerahan (a*)

  Notasi a* (Redness) memiliki kisaran nilai dari (-80) hingga (+100). Angka tersebut menunjukkan warna dari hijau ke merah [10]. Hasil analisis derajat kemerahan (a*) angkak dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan derajat kemerahan terendah didapat pada kelompok perlakuan angkak dan angkak pasaran, yaitu dengan nilai (a*) sebesar 13.73 dan 12.00. Hasil tertinggi didapat pada kelompok perlakuan angkak dengan penambahan bekatul yaitu dengan nilai (a*) sebesar 15.67. Tingkat kemerahan angkak dengan penambahan bekatul memiliki tingkat kemerahan paling tinggi. Diduga jika intensitas pigmen merah semakin meningkat maka nilai derajat kemerahan (a*) juga semakin tinggi. Ketika pigmen angkak hasil fermentasi meningkat maka kemerahan (a*) akan mengalami peningkatan [12]. Tabel 4. Rerata Derajat Kemerahan (a*) Serbuk Angkak dengan Penambahan Bekatul

  

Perlakuan Derajat Kemerahan (a*) BNT 5%

  Angkak 13.73 b Angkak+bekatul 15.67 c

  1.19 Angkak pasaran 12.00 a Keterangan : * Setiap data merupakan rerata dari 3 kali ulangan

  • Angka yang di damping huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata (α=0.05)

  

5. Pengaruh Pemberian Angkak dengan Penambahan Bekatul Terhadap Kadar Total

Kolesterol Serum Darah Tikus

  Kolesterol merupakan senyawa utama penyebab kondisi hiperkolesterol. Total kolesterol darah adalah jumlah kolesterol yang terlarut dalam plasma darah [13]. Hasil uji lanjut rerata kadar total kolesterol dapat dilihat pada Tabel 5.

  Tabel 5. Rerata Kadar Total Kolesterol Serum Darah Tikus Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pemberian Angkak pada Tikus Hiperkolesterol

  Kadar Total Kolesterol Serum (mg/dl) Perlakuan Hari Hari % Ke-0 BNT 5% Ke-28 BNT 5% Perubahan

  Kontrol negatif 81.50 a 83.05 1.90 a Kontrol positif 210.43 c 237.60 12.91 b

  3.79

  3.92 Angkak 194.56 b 94.00 -51.69 c Angkak+bekatul 195.65 b 80.50 -58.86 d Angkak pasaran 196.25 b 83.85 -57.27 d

  Keterangan: (-)= penurunan (+)= kenaikan

  • Angka yang di damping huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata (

  α=0.05) Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan penurunan kadar total kolesterol terendah hari ke-28 didapat pada kelompok pemberian angkak dan angkak pasaran. Jenis angkak dan angkak pasaran mampu menurunkan kadar total kolesterol karena adanya kandungan lovastatin, walaupun penurunan tersebut tidak sebesar pada kelompok pemberian angkak dengan penambahan bekatul. Diduga hal ini disebabkan dengan tidak adanya penambahan bekatul pada angkak dan angkak pasaran, sehingga menyebabkan kurangnya sumber mikronutrien yang dapat dimanfaatkan oleh Monascus purpureus dalam pembentukan metabolit sekundernya.

  Penurunan kadar total kolesterol tertinggi hari ke-28 didapat pada kelompok pemberian angkak dengan penambahan bekatul. Diduga hal ini disebabkan adanya penambahan bekatul sehingga didapat kandungan lovastatin yang lebih tinggi. Lovastatin adalah senyawa statin yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase (Hydroxy-methyl-glutaryl Coenzyme A), yaitu enzim di hati yang berperan pada jalur sintesis kolesterol [14]. Mekanisme kerja lovastatin dengan cara sebagai berikut, ketika lovastatin tersedia dalam jumlah yang cukup untuk berkompetisi dengan HMG-CoA yang merupakan substrat HMG-Coa reduktase, maka HMG-CoA reduktase akan berikatan dengan lovastatin sehingga akan mencegah pembentukan kolesterol di dalam hati [15] [16]. Ketika HMG-CoA reduktase terhambat, maka akan menurunkan kadar total kolesterol plasma. Diduga menurunnya kadar total kolesterol dalam plasma akan menimbulkan perubahan yang berkaitan dengan potensi lovastatin, yaitu dengan cara meningkatkan kecepatan katabolisme LDL sehingga mengurangi simpanan LDL plasma yang berpengaruh terhadap penurunan kadar total kolesterol. Hal tersebut didukung oleh literatur yang menyatakan bahwa penderita kolesterol yang diberi lovastatin mampu menurunkan kadar kolesterol hingga 30% [17].

  

6. Pengaruh Pemberian Angkak dengan Penambahan Bekatul Terhadap Kadar

Trigliserida Serum Darah Tikus

  Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis yang kemudian masuk ke dalam plasma dalam dua bentuk yaitu sebagai kilomikron (yang berasal dari penyerapan usus setelah konsumsi lemak) dan sebagai very low density lipoprotein (VLDL) yang dibentuk oleh hati [18]. Hasil uji lanjut rerata kadar trigliserida dapat dilihat pada Tabel 6.

  Tabel 6. Rerata Kadar Trigliserida Serum Darah Tikus Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pemberian Angkak pada Tikus Hiperkolesterol

  Kadar Trigliserida Serum (mg/dl) Perlakuan Hari Hari % Ke-0 BNT 5% Ke-28 BNT 5% Perubahan

  Kontrol negatif 90.00 a 80.25 -10.83 a Kontrol positif 149.00 d 181.75 21.98 b

  3.50

  6.73 Angkak 145.30 c 63.75 -56.13 d Angkak+bekatul 142.00 c 46.00 -67.61 e Angkak pasaran 136.25 b 68.00 -50.09 c

  Keterangan: (-)= penurunan (+)= kenaikan

  • Angka yang di damping huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata (

  α=0.05) Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan penurunan kadar trigliserida terendah hari ke-28 didapat pada kelompok pemberian angkak dan angkak pasaran. Diduga hal ini disebabkan dengan tidak adanya penambahan bekatul pada angkak dan angkak pasaran, sehingga menyebabkan kurangnya sumber mikronutrien yang dapat dimanfaatkan oleh

  Monascus purpureus dalam pembentukan metabolit sekundernya.

  Penurunan kadar trigliserida tertinggi hari ke-28 didapat pada kelompok pemberian angkak dengan penambahan bekatul. Diduga hal ini disebabkan adanya penambahan bekatul sehingga didapat kandungan lovastatin yang lebih tinggi dibandingkan angkak dan angkak pasaran. Lovastatin adalah senyawa statin yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase [14]. Mekanisme kerja lovastatin dengan cara sebagai berikut, ketika lovastatin tersedia dalam jumlah yang cukup untuk berkompetisi dengan HMG-CoA yang merupakan substrat HMG-Coa reduktase, maka HMG-CoA reduktase akan berikatan dengan lovastatin sehingga akan mencegah pembentukan kolesterol di dalam hati [15] [16]. Ketika HMG-CoA reduktase terhambat, maka akan menurunkan kadar trigliserida pada plasma. Diduga menurunnya kadar trigliserida dalam plasma akan menimbulkan perubahan yang berkaitan dengan potensi lovastatin, yaitu dengan cara meningkatkan kecepatan katabolisme LDL sehingga mengurangi simpanan LDL plasma yang berpengaruh terhadap penurunan kadar trigliserida.

7. Pengaruh Pemberian Angkak dengan Penambahan Bekatul Terhadap Kadar High

  Density Lipoprotein (HDL) Serum Darah Tikus High Density Lipoprotein bertugas mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di

  dalam aliran darah. Makin tinggi kadar HDL, maka makin besar kapasitasnya untuk mengangkut kolesterol dan mencegah terjadinya penyumbatan dalam pembuluh dalam darah [19]. Jika hal tersebut terjadi, maka akan memiliki dampak dalam mencegah terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Hasil uji lanjut rerata kadar HDL dapat dilihat pada Tabel 7.

  Tabel 7. Rerata Kadar HDL Serum Darah Tikus Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pemberian Angkak pada Tikus Hiperkolesterol

  Kadar HDL Serum (mg/dl) Perlakuan Hari Hari % Ke-0 BNT 5% Ke-28 BNT 5% Perubahan

  Kontrol negatif 43.00 c 47.25 9.88 a Kontrol positif 35.50 b 26.25 -26.06 b

  2.83

  3.17 Angkak 32.00 a 53.00 65.63 c Angkak+bekatul 32.50 a 56.25 74.42 d Angkak pasaran 33.50 a 51.75 54.48 c

  Keterangan: (-)= penurunan (+)= kenaikan

  • Angka yang di damping huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata (α=0.05)

  Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan peningkatan kadar HDL terendah hari ke-28 didapat pada kelompok perlakuan pemberian angkak dan angkak pasaran. Diduga hal ini disebabkan dengan tidak adanya penambahan bekatul pada angkak dan angkak pasaran, sehingga menyebabkan kurangnya sumber mikronutrien yang dapat dimanfaatkan oleh Monascus purpureus dalam pembentukan metabolit sekundernya.

  Peningkatan kadar HDL tertinggi hari ke-28 didapat pada kelompok pemberian angkak dengan penambahan bekatul. Diduga hal ini disebabkan adanya penambahan bekatul sehingga didapat kandungan lovastatin yang lebih tinggi. Pencampuran dengan bekatul merupakan salah satu cara meningkatkan kadar lovastatin selama proses fermentasi angkak [5]. Lovastatin adalah senyawa statin yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase [14]. Mekanisme kerja lovastatin dengan cara sebagai berikut, ketika lovastatin tersedia dalam jumlah yang cukup untuk berkompetisi dengan HMG-CoA yang merupakan substrat HMG-Coa reduktase, maka HMG-CoA reduktase akan berikatan dengan lovastatin sehingga akan mencegah pembentukan kolesterol di dalam hati [15] [16]. Selain bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase, diduga lovastatin bekerja dengan cara meningkatkan kerja reseptor LDL sehingga mempengaruhi kenaikan kadar HDL dalam plasma.

8. Pengaruh Pemberian Angkak dengan Penambahan Bekatul Terhadap Kadar Low

  Density Lipoprotein (LDL) Serum Darah Tikus

  LDL adalah lipoprotein yang merupakan gabungan molekul lemak dan protein yang disintesa di hati, dimana hampir 45% terdiri dari kolesterol, sehingga berpengaruh terhadap penyakit jantung koroner [19]. Hasil uji lanjut rerata kadar LDL dapat dilihat pada Tabel 8.

  Tabel 8. Rerata Kadar LDL Serum Darah Tikus Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pemberian Angkak pada Tikus Hiperkolesterol

  Kadar LDL Serum (mg/dl) Perlakuan Hari Hari % Ke-0 BNT 5% Ke-28 BNT 5% Perubahan

  Kontrol negatif 20.50 a 19.75 -3.66 a Kontrol positif 145.13 c 175.00 20.58 b

  2.92

  3.55 Angkak 133.50 b 19.75 -85.21 c Angkak+bekatul 135.00 b 15.50 -88.52 d Angkak pasaran 135.50 b 18.50 -86.32 c

  Keterangan: (-)= penurunan (+)= kenaikan

  • Angka yang di damping huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata

  (α=0.05) Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan penurunan kadar LDL terendah hari ke- 28 didapat pada kelompok perlakuan pemberian angkak dan angkak pasaran. Diduga hal ini disebabkan dengan tidak adanya penambahan bekatul pada angkak dan angkak pasaran, sehingga menyebabkan kurangnya sumber mikronutrien yang dapat dimanfaatkan oleh

  Monascus purpureus dalam pembentukan metabolit sekundernya.

  Penurunan kadar LDL tertinggi hari ke-28 didapat pada kelompok pemberian angkak dengan penambahan bekatul. Diduga hal ini disebabkan adanya penambahan bekatul sehingga didapat kandungan lovastatin yang lebih tinggi. Pencampuran dengan bekatul merupakan salah satu cara meningkatkan kadar lovastatin selama proses fermentasi angkak [5]. Lovastatin adalah senyawa statin yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase [14]. Mekanisme kerja lovastatin dengan cara sebagai berikut, ketika lovastatin tersedia dalam jumlah yang cukup untuk berkompetisi dengan HMG-CoA yang merupakan substrat HMG-Coa reduktase, maka HMG-CoA reduktase akan berikatan dengan lovastatin sehingga akan mencegah pembentukan kolesterol di dalam hati [15] [16]. Ketika HMG-CoA reduktase terhambat, maka akan menurunkan kadar LDL plasma. Diduga menurunnya kadar LDL dalam plasma akan menimbulkan perubahan yang berkaitan dengan potensi lovastatin, yaitu dengan cara meningkatkan kecepatan katabolisme LDL sehingga mengurangi simpanan LDL dalam plasma. Selain bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase, diduga lovastatin bekerja dengan cara meningkatkan kerja reseptor LDL sehingga mempengaruhi penurunan kadar LDL dalam plasma.

  9. Perubahan Berat Badan Tikus Wistar Jantan

  Tujuan penentuan berat badan adalah mengetahui pengaruh pemberian pakan tinggi kolesterol terhadap perubahan berat badan selama pemeliharaan hewan percobaan. Hasil rerata perubahan berat badan dapat dilihat pada Tabel 9.

  Tabel 9. Rerata Nilai Berat Badan Tikus Percobaan

  Nilai Rerata Berat Badan Perlakuan (gram)

  Kontrol negatif 164.25 Kontrol positif 168.25

  Angkak 162.25 Angkak+bekatul 160.25 Angkak pasaran 163.25

  Peningkatan berat badan didapat pada kelompok tikus kontrol negatif dan kontrol positif. Diduga hal tersebut dipengaruhi oleh banyaknya asupan pakan yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi kenaikan berat badan. Semakin sedikit aktifitas yang dilakukan oleh tubuh akan menyebabkan kebutuhan kalori menjadi berkurang [20]. Diduga jika jumlah kalori yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah kalori yang keluar maka dapat menyebabkan penumpukan energi di dalam tubuh berupa lemak yang dapat menyebabkan berat badan menjadi meningkat. Penurunan berat badan didapat pada kelompok tikus dengan pemberian angkak, angkak+bekatul, dan angkak pasaran. Asupan pakan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 40 gram/ekor/hari. Diduga pada ketiga kelompok tersebut tikus mengalami stress sehingga mempengaruhi penurunan berat badan tikus.

  10. Perubahan Asupan Pakan Tikus Wistar Jantan

  Pemberian pakan pada penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap adaptasi pakan normal. Tahap kedua yaitu peningkatan kadar kolesterol pada kelompok perlakuan dengan pemberian pakan tinggi kolesterol. Tahap ini dilakukan dengan cara tikus diberi pakan tinggi kolesterol yang diberikan secara ad-libitum. Semua kelompok tikus pada tahap ini mengkonsumsi pakan yang sama kecuali kontrol negatif yang hanya diberi pakan normal. Hasil rerata perubahan asupan pakan dapat dilihat pada Tabel 10.

  Tabel 10. Rerata Nilai Pakan Tikus Percobaan

  Nilai Rerata Pakan Perlakuan (gram)

  Kontrol negatif

  28.50 Kontrol positif

  30.25 Angkak

  25.00 Angkak+bekatul

  24.00 Angkak pasaran

  27.00 Peningkatan asupan pakan pada kelompok tikus kontrol negatif diduga karena pakan standar memiliki rasa dan aroma yang disukai oleh tikus. Selain itu, tingkat konsumsi pakan diduga dipengaruhi oleh kebutuhan energi tikus sesuai tingkat aktifitas atau pergerakan tikus di dalam kandang. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh kecukupan kebutuhan energi dari tikus [21]. Peningkatan asupan pakan pada kelompok tikus kontrol positif disebabkan oleh adanya pemberian pakan hiperkolesterol yang mengandung 30% lemak hewani. Salah satu sifat lemak adalah meningkatkan rasa lezat pada makanan. Diduga pakan yang mengandung lemak memberikan rasa lezat, sehingga total konsumsi pakan tikus pada masa peningkatan kolesterol lebih tinggi.

  Penurunan asupan pakan pada kelompok tikus dengan pemberian angkak, angkak+bekatul, dan angkak pasaran diduga pemberian angkak dengan cara disonde pada tikus untuk menurunkan kadar kolesterol menyebabkan ketidaknyamanan pada mulut dan kerongkongan tikus, sehingga mempengaruhi nafsu makan tikus.

  

SIMPULAN

  Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penambahan bekatul yang ditambahkan dalam media fermentas i angkak berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap hasil intensitas pigmen sebesar 4.07, kadar lovastatin sebesar 13.0, derajat kecerahan (L*) sebesar 39.40, dan derajat kemerahan (a*) sebesar 15.67.

  Hasil penelitian perlakuan terbaik didapatkan pada pemberian angkak dengan penambahan bekatul (α=0.05) terhadap rerata perubahan penurunan kadar total kolesterol yaitu sebesar 80.50 mg/dl, trigliserida sebesar 46.00 mg/dl, LDL sebesar 15.50 mg/dl dan kenaikan HDL sebesar 56.25 mg/dl.

  DAFTAR PUSTAKA 1) National Pharmacy and Therapeutics Commite (NPTC). 2014. Dyslipidemia.

   Tanggal akses 20 Desember 2014. 2) Florence. 2014. Rentan Terserang Penyakit Kardiovaskuler. Lip.umpo.ac.id. Tanggal akses 15 Desember 2014.

  3) Nurtamin, T. 2014. Potensi Curcumin Mencegah Aterosklerosis. Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo. Sulawesi Tenggara. Tanggal akses 10 November 2014.

  4) Reiner et al. 2011. Dyslipidaemias and Atherosclerosis. Department of Pharmacological Science. University Milan. Journal of European Atherosclerosis Society and Cardiology 32(14): 1769-818.

  5) Zubaidah dan Dewi. 2014. Produksi Pigmen Angkak Tinggi Lovastatin pada media Beras IR36. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.1 p.28-38.

  6) Faria and Bassinelo. 2012. Nutrisional Composition Rice Bran Submitted to Different Stabilization Procedure. Faculty Pharmaceutical Sciences. University Sao Paulo.

  Brazilian Journal of Pharmaceutical Science vol.48 no.4.

  7) Rosniyana et al., 2007. The Physico-Chemical Properties and Nutrisional Composition of Rice Bran Produce at Different Milling Degress Rice. Journal of Agriculture and Food.Science 35(1):99-105.

  8) Danuri, H. 2008. Optimizing Angkak Pigment and Lovastatin Production by Monascus purpureus. Journal of Bioscience 15(2): 61-66. 9) Triana et al., 2014. Analisis Citrin, Lovastatin, dan Pigmen Angkak Hasil Fermentasi Beras IR 42. Lipi Issn 2089-3582. 10) Sutresno, A. 2014. Efek Suplementasi Angkak dan Proses Mixing Terhadap Karakteristik Fisiko Kimia Roti Kukus. Thesis. Universitas Katolik Soegijaprana. Semarang. 11) Nurika, Irnia. 2011. Stabilitas Warna Bubuk Pewarna dari Ekstrak Angkak terhadap Beberapa Pengaruh Fisika dan Kimia. Jurnal Teknologi Pertanian vol. 3(1):67-77. 12) Kumari, M. 2009. Monascus purpureus in a Relation to Statin and Sterol Production and Mutational Analysis. Thesis Doctor. University of Mysore. India. 13) Murray et al., 2006. Biokimia Harper. 27

  th ed. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

  14) Adam, John. 2010. Dislipidemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Internal Publishing. Jakarta. 15) Musselman et al., 2012. A Review and Update of Red Yeast Rice. Journal of Evidence- Based Complementary and Alternnative Medicine 17:33-9. 16) Saniah. 2014. Pengaruh Pemberian Angkak Terhadap Kadar Kolesterol LDL dan HDL Wanita Dislipidemia. Thesis. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang. 17) Patakova, Petra. 2013. Monascus Secondary Metabolites: Production and Biological Activity. Journal of Industrial Microbiology and Biotechnology 40:169-181. 18) Gani et al., 2013. Profil Lipida Plasma Tikus Wistar yang Hiperkolesterolemia Pada Pemberian Gedi Merah (Abelmoschus manihot L.). Jurnal MIPA UNSRAT 44-49.

  Jurusan Kimia. Manado.

  19) Zewinger el al., 2014. HDL Cholesterol Is not Associated with Lower Mortality in Patiens with Kidney Dysfungsion. Clinic Epidemology. Searland University Hospital. pubmed. Diakses tanggal 14 November 2014. 20) Boyle, M and S, Long. 2010. Personal Nutrition. USA: Wadsworth. 21) Wresdiyati et al., 2006. Profil Imunohistokimia Super Oksida Dismutase (SOD) pada Jaringan Hati Tikus dengan Kondisi Hiperkolesterolemia. Hayati 13(3):85-89.

Dokumen yang terkait

PENGARUH JENIS PETIS DAN PROPORSI KACANG TANAH : PETIS TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK PEMBUATAN BUMBU TAHU TEK INSTAN The Effect of Petis Types and Proportion Peanut: Petis on Physical, Chemical and Organoleptic Characteristics of Tahu Tek I

0 0 9

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG AMPAS TAHU DAN JENIS KOAGULAN PADA PEMBUATAN TAHU BERSERAT The Effect of Addition Solid Waste of Tofu and Coagulant Type in The Manufacture of Fibrous Tofu

0 0 8

ORGANOLEPTIK DAN KARAKTERISTIK FISIK KEFIR ROSELLA MERAH (Hibiscus sabdariffa L.) DARI TEH ROSELLA MERAH DI PASARAN Organoleptic and Physical Characteristic of Red Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Kefir from Red Rosella Tea in The Market

0 0 8

FAKTOR PENGARUH EKSTRAKSI CINCAU HITAM (Mesona palustris BL) SKALA PILOT PLANT: KAJIAN PUSTAKA Influence Factor of Black Cincau (Mesona palustris BL) Extraction in Pilot Plant Scale: A Review

1 1 8

POTENSI ANGKAK KO-KULTUR Saccharomyces cerevisiae TINGGI LOVASTATIN SEBAGAI AGEN TERAPI TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA The Potential of High Lovastatin Co-Culture Angkak S. cerevisiae as Therapy Agent for Wistar with Hypercholesterolemia

0 0 10

PEMANFAATAN WHEY DALAM PEMBUATAN CASPIAN SEA YOGURT DENGAN MENGGUNAKAN ISOLAT Lactobacillus cremoris DAN Acetobacter orientalis Whey Utilization for Making of Caspian Sea Yogurt Using Isolate Lactobacillus cremoris and Acetobacter orientalis

0 1 10

PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN LAMA PEMANASAN TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) Influence of The Concentration of Citric Acid and Time Heating to The Chemical and Organoleptical Characteristic of T

0 0 10

PENGARUH PROPORSI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN ASAM JAWA (Tamarindus indica) TERHADAP KARAKTERISTIK LEATHER KUNYIT ASAM Effect Proportion of Turmeric (Curcuma longa L.) and Tamarind (Tamarindus indica) on Leather Tamarind-Turmeric Characteristic

0 0 12

UJI SIFAT FISIKO KIMIA DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN SARI BIJI KECIPIR DENGAN PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN

0 0 10

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN TEBU PRAGILING DAN PEMBERIAN KONSENTRASI ANTIINVERSI TERHADAP KUALITAS NIRA DAN RENDEMEN SEMENTARA Effect of Storage Conditions and Antiinverse Concentration on Juice Sugar Cane Quality and Yield While

0 0 11