BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

  Bab ini akan menguraikan tentang rasio keuangan dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba. Rasio keuangan yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu liquidity, leverage, dan activity. Liquidity pada penelitian ini diproksikan melalui current ratio. Leverage pada penelitian ini diproksikan melalui debt to

  

equity ratio . SedangkanActivity diproksikan melalui total asset turnover.

  Landasan teori yang akan dijabarkan pada penelitian terkait variabel-variabel penelitian diperoleh dari penelitian terdahulu dan referensi yang telah dikembangkan oleh peneliti.

2.1.1 Laba (Profit)

  Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut PSAK Nomor 1 informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI 2007).Analisis laba merupakan salah satu kegiatan yang sangat diperlukan bagi manajemen guna mengambil keputusan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Artinya analisis laba akan banyak membantu manajemen dalam melakukan tindakan apa yang akan diambil ke depan dengan kondisi yang terjadi sekarang atau untuk mengevaluasi apa penyebab turun atau naiknya laba tersebut sehingga target tidak tercapai.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa laba merupakan selisih yang diperoleh perusahaan dari biaya-biaya operasional dan beban perusahaan. Laba sering dijadikan oleh investor sebagai acuan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan tersebut dilihat dari bagaimana laba yang diperoleh suatu perusahaan dari tahun-ketahun. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan laba dari tahun 1 ketahun t biasanya memiliki nilai yang bagus dimata investor.

  Sebaliknya jika suatu perusahaan mengalami fluktuasi dengan terjadinya penurunan laba dari tahun 1 ke tahun t maka perusahaan tersebut akan mendapatkan nilai minus dimata investor. Pembahasan mengenai pertumbuhan laba akan diuraikan dibawah ini.

2.1.2 Pertumbuhan Laba (Profit Growth)

  Rusmanto (2006:6) menjelaskan pertumbuhan laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan untuk menghitung laba dimasa yang akan datang dengan menggunakan laba periode sebelumnya. Pertumbuhan laba adalah perubahan dari persentase kenaikan laba perusahaan yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode tertentu (Taruh:2011). Pertumbuhan laba dalam suatu perusahaan dapat menunjukan bahwa manajemen perusahaan telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien sehingga laba perusahaan dapat bertumbuh. Suatu perusahaan pada tahun tertentu bisa saja mengalami pertumbuhan laba yang cukup pesat dibandingkan dengan rata-rata perusahaan. Akan tetapi untuk tahun berikutnya perusahaan tersebut bisa saja mengalami penurunan laba.

  Dengan alasan bahwa laba yang selalu mengalami kenaikan akan lebih disukai oleh investor, maka berbagai perusahaan melakukan berbagai cara agar perusahaan mengalami kenaikan laba. Namun dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat menjadi rintangan tersendiri bagi perusahaan terutama perusahaan perkebunan yang banyak melalukan ekspor impor untuk dapat mengalami pertumbuhan laba.

  Badan Pusat Statistik di Bulan Mei 2015 mempublikasikan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2015. Perekonomian kita secara

  

year-on-year hanya tumbuh 4,7 persen, terendah dalam lima tahun terakhir.

  Pengeluaran pemerintah yang diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian nyatanya hanya mampu tumbuh sebesar 2,2 persen. Nilai ekspor bersih memang meningkat pesat (35,1 persen), tapi lebih karena disebabkan penurunan impor. Sedangkan pengeluaran rumah tangga dan investasi masing- masing tumbuh sebesar 5,0 persen dan 4,4 persen.

  Sektor perkebunan adalah salah satu sektor yang ikut terpengaruh dengan kondisi ekonomi yang melemah. harga komoditas yang turun, dolar yang melemah, hingga harga sawit atau crude palm oil (CPO) yang juga anjlok adalah dampak yang ditimbulkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional yang dirasakan oleh sektor perkebunan. Beberapa perusahaan perkebunan sawit besar bahwa mengalami penurunan laba yang drastis.

  Dalam artikel yang ditulis oleh Muhamad Edy Sofyan pada harian nasional yang berjudul “Laba Emiten Sawit Grup Salim Terpangkas” . 30 Oktober 2015, dilaporkan bahwa Emiten sawit yang dikendalikan Grup Salim, yaitu PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum/LSIP), membukukan penurunan laba bersih masing-masing sebesar 86,9 persen dan 33,47 persen hingga kuartal III- 2015. Penurunan disebabkan oleh pelemahan harga komoditas dan peningkatan beban.

  Berdasarkan laporan keuangan per September 2015, Salim Ivomas membukukan laba bersih sebesar Rp 74,37 miliar, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 568,13 miliar. Penurunan itu diiringi dengan tertekannya penjualan sebesar 6,59 persen, dari Rp 10,77 triliun menjadi Rp 10,06 triliun. Akibatnya, laba kotor perseroan turun 21,2 persen, dari Rp 2,88 triliun menjadi Rp 2,27 triliun. Selain itu, beban keuangan perseroan juga meningkat signifikan sebesar 76,4 persen, dari Rp 547,68 miliar menjadi Rp 966,19 miliar. Pada penelitian ini akan dijabarkan tentang bagaimana pengukuran pertumbuhan laba dan faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba.

  .

2.1.3 Pengukuran Pertumbuhan Laba

  Menurut (Yohanas, 2014) pertumbuhan laba yang terus-menerus meningkat dari tahun ke tahun dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja dari suatu perusahaan juga baik, karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi pertumbuhan laba yang dicapai perusahaan mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan.

  Adapun pertumbuhan laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba relatif. Pertumbuhan laba biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.

  − −1

  Profit Growth=

  −1

  Keterangan : NI : Net Income (laba bersih) periode t

  t

  NI : Net Income (laba bersih) pada periode t-1

  t-1

  Laba perusahaan dipengaruhi oleh perusahaan-perusahaan komponen yang ada dalam laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan pajak penghasilan, perubahan beban bunga, maupun perubahan pos-pos luar biasa, dan lain-lain. Perubahan laba juga dipengaruhi faktor-faktor dari luar seperti peningkatan harga akibat inflasi, kebebasan manajemen (managerial disrection) yang memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan metode penyusutan yang diperkirakan dapat meningkatkan laba.

2.1.4 Rasio Keuangan

  Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba, menurut beberapa penelitian terdahulu rasio keuangan adalah rasio yang dapat digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba. Rasio keuangan merupakan perbandingan-perbandingan angka-angka dari perkiraan-perkiraan yang terdapat di neraca dan laporan laba rugi. Perbandingan antara satu perkiraan dengan perkiraan yang lain harus saling berhubungan sehingga hasilnya dapat diinterpretasikan untuk mengetahui kondisi keuangan dan kinerja perusahaan baik, maka hasil perhitungan rasio keuangan harus dibandingkan dengan rata-rata industri. Menurut Sulfida(2010), analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Rasio keuangan dapat dihitung dari isi informasi keuangan dalam laporan keuangan sehingga menunjukkan kekuatan perusahaan.

  Analisis rasio adalah berorientasi dengan masa depan, artinya bahwa dengan analisis rasio dapat digunakan sebagai alat untuk meramalkan keadaan keuangan serta hasil usaha dimasa yang akan datang. Analisa rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pihak pemerintah, dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan juga bermanfaat dala memprediksi laba perusahaan. Selain itu rasio keuangan digunkan untuk memutuskan apakah akan membeli saham perusahaan, untuk meminjam uang, atau memprediksi kekuatan perusahaan di masa depan.

  Apabila kinerja keuangan perusahaan baik maka pertumbuhan laba meningkat, dan sebaliknya kinerja perusahaan tidak baik maka pertumbuhan laba menurun. Dalam hal ini pertumbuhan laba merupakan peningkatan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Analisis rasio keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Dalam sebuah artikel internasional oleh Jagetia (1996) berjudul “Ratio Analysis in Evaluation of

  

Financial Health of a Company ”. Pada artikel ini dinyatakan bahwa rasio

  keuangan sering mengalami under rated namun demikian dapat membantu memberikan gambaran keuangan perusahaan. Jagetia juga menyimpulkan bahwa analisis rasio keuangan seharusnya tidak ditunjukkan diawal melainkan ditunjukkan diawal.

2.1.5 Rasio Likuditas (Liquidity Ratio)

  Menurut Kasmir (2009:145) rasio likuiditas berguna untuk mengetahui kemapuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban/utang pada saat ditagih atau jatuh tempo. Dari beberapa jenis rasio likuiditas, rasio lancar (current ratio) adalah rasio yang paling sering digunakan oleh investor dan beberapa penelitian terdahulu dalam melihat rasio likuiditas. Oleh sebab itu pada penelitian ini, rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

  

current ratio . Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

  Apabila current ratio rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kekurangan modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya penggunaan kas dengan sebaik mungkin. Adapun formula yang digunakan untuk menghitung current ratio yaitu :

  Current Ratio = x 100 %

  Semakin besar rasio ini berarti semakin likuid perusahaan. Rasio saat ini membantu investor dan kreditur memahami likuiditas perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat melunasi kewajiban jangka pendek. Sebuah rasio lancar lebih tinggi selalu lebih menguntungkan daripada rasio lancar lebih rendah karena menunjukkan perusahaan dapat lebih mudah melakukan pembayaran utang jangka pendek.

2.1.6 Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

  Rasio solvabilitas (leverage ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Suatu perusahaan dikatakan solvable apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang-utangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih dari kecil daripada jumlah utangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvable.

  Dari beberapa rasio solvabilitas, debt to equity ratio adalah rasio yang paling sering digunakan oleh sebab itu debt to equity ratio yang digunakan memproksikan rasio solvabilitas. Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rumus untuk menghitung debt to equity ratio menurut yaitu :

  Debt to Equity Ratio = x 100 %

  Semakin tinggi Debt to equity ratio semakin aman posisi perusahaan dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang besar untuk mencari pinjaman maka perusahaan mempunyai kesempatan yang tinggi untuk memperoleh laba dengan memanfaatkan secara optimal pinjaman tersebut dalam kegiatan usahanya. Tetapi jika pinjaman tidak digunakan seoptimal mungkin maka semakin besar jumlah modal pinjaman perusahaan akan menyebabkan penurunan laba.

2.1.7 Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

  Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (perusahaan, persediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

  Dari beberapa jenis rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perputaran total aset (total assets turnover). Total aset turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aset tetap dalam satu periode. Rumus untuk menghitung total

  assets turnover menurut Kasmir (2009 : 186) Total Asset Turnover = x 100 %

  Semakin besar rasio ini berarti semakin efektif pengelolaan seluruh aset yang dimiliki perusahaan.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Ismail (2010), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Properti yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” dengan variabel penelitian diproksikan debt to asset

  

ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), net worth to sales (NWS) dan

  pertumbuhan laba. Hasilnya menunjukkan bahwa secara Secara simultan variabel debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER) dan net worth to

  

sales (NWS) berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba. Secara

  parsial debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER) dan net income to sales (NIS) tidak berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan.

  Sinaga (2011), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI Tahun 2006-2008”. Variabel penelitian diproksikan melalui Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on

  

Equity dan Gross Profit Margin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

  simultan Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Equity dan

  

Gross Profit Margin berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial,

  

Current Ratio, Total Asset Turnover tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan laba.

  Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) berjudul “Pengaruh Financial Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Pemoderasi”. Dengan variabel penelitian diproksikan melalui Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Operating

  

Profit Margin (OPM), Gross Profit Margin (GPM), Working Capital to Total

Assets (WCTA), dan Return On Assets (ROA) terhadap pertumbuhan laba. Hasil

  penelitian menunjukkan secara simultan hasil analisis regresi menunjukan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Operating Profit

  

Margin (OPM), dan Return On Assets (ROA) secara parsial berpengaruh positif

  signifikan terhadap partumbuhan laba. Sedangkan variabel Gross Profit Margin (GPM), dan Working Capital to Total Assets (WCTA) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan property and real estate. Sedangkan analisis variabel moderating menunjukan bahwa pengungkakan Corporate Social

  

Responsibility (CSR) tidak mampu memoderasi hubungan antara ROA terhadap

pertumbuhan laba.

  Penelitian yang dilakukan oleh Riska (2013) berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei)” dengan variabel penelitian yaitu Current Ratio

  

(CR), Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI) , dan Debt to Equity

Ratio (DER) mempengaruhi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Otomotif yang

  Terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan DER terhadap pertumbuhan laba Untuk menguji pengaruh Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil Fhitung = 10,645 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,574 dengan nilai p value (sig SPSS) = 0,000 < 0,05 menunjukkan secara berganda/bersama-sama CR (X1), ROE (X2), ROI (X3) dan DER (X4) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba Y.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  Secara simultan Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Equity dan Gross Profit Margin berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

  Gross Profit Margin (GPM), dan Working Capital to Total Assets (WCTA)

  berpengaruh positif signifikan terhadap partumbuhan laba. Sedangkan variabel

  Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Operating Profit Margin (OPM), dan Return On Assets (ROA) secara parsial

  Secara simultan hasil analisis regresi menunjukan bahwa variabel Debt to

  Capital to Total Assets (WCTA), dan Return On

  (GPM), Working

  Ratio (CR), Operating Profit Margin (OPM), Gross Profit Margin

  (DER), Current

  Handayani (2012) Debt to Equity Ratio

  Secara parsial, Current Ratio, Total Asset Turnover tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba.

  Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Equity dan Gross Profit Margin

  Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  (DER) dan net income to sales (NIS) tidak berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan. Sinaga (2011)

  asset ratio (DAR), debt to equity ratio

  dan net worth to sales (NWS) berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial debt to

  ratio (DAR), debt to equity ratio (DER)

  Secara simultan variabel debt to asset

  (NWS) dan pertumbuhan laba.

  equity ratio (DER), net worth to sales

  (DAR), debt to

  Debt to asset ratio

  Ismail (2010)

  tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

  Assets (ROA) laba pada perusahaan property and real

  terhadap estate. Sedangkan analisis variabel pertumbuhan laba. moderating menunjukan bahwa pengungkakan Corporate Social

  Responsibility (CSR) tidak mampu

  memoderasi hubungan antara ROA terhadap pertumbuhan laba Riska Current Ratio (CR), Secara simultan menunjukkan bahwa ada

  (2013) Return On Equity pengaruh signifikan DER terhadap (ROE), Return On pertumbuhan laba (Y). 5. Untuk menguji Investment (ROI), pengaruh Current Ratio (CR), Return On dan Debt to Equity Equity (ROE), Return On Investment Ratio (DER) (ROI), dan Debt to Equity Ratio (DER) mempengaruhi terhadap Pertumbuhan Laba pada Pertumbuhan Laba Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia. Hasil Fhitung = Otomotif yang 10,645 lebih besar dari Ftabel sebesar Terdaftar di Bursa 2,574 dengan nilai p value (sig SPSS) = Efek Indonesia. 0,000 < 0,05 menunjukkan secara berganda/bersama-sama CR (X1), ROE

  (X2), ROI (X3) dan DER (X4) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba Y.

2.3 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

  Current Ratio (X1) H1

  Debt to Equity Ratio Profit Growth

H2 (X2) (Y) H3

  Total Asset Turnover (X3) H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

  4.2.1 Antara Current RatioBerpengaruhTerhadap Pengaruh Pertumbuhan Laba Current ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dalam melunasi liabilitas jangka pendek perusahaan melalui aset lancar perusahaan.

  Pertumbuhan laba adalah salah satu pengukur kinerja keuangan perusahaan.

  

Current ratio perusahaan yang tinggi menunjukkan bahwa suatu perusahaan

  likuid dan mempunyai pendanaan yang baik. Pendanaan perusahaan yang baik dapat berdampak pada perusahaan dapat memanfaatkan dana perusahaan yang ada untuk peningkatan produktivitas perusahaan yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan laba perusahaan.

  H

  1 : Current Ratio secara parsialberpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba

  4.2.2 Pengaruh Antara Debt to Equity Ratio BerpengaruhTerhadap Pertumbuhan Laba Debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan antara

  pendanaan eksternal perusahaan yaitu liabilitas dan pendanaan internal perusahaan yaitu modal perusahaan. Debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan tingginya resiko perusahaan karena perusahaan memiliki sumber pendanaan eksternal yang besar. Namun disisi lain perusahaan dapat memanfaatkan pendanaan eksternal yang diperoleh perusahaan untuk investasi dan memaksimalkan operasional perusahaan. Perusahaan juga dapat memanfaatkan pendanaan eksternal tersebut untuk memaksimalkan produksi perusahaan yang pada akhirnya dapat berdampak pada pertumbuhan laba perusahaan.

  H : Debt to equity ratio secara parsial berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba

  2

  4.2.3 Pengaruh Antara Total Asset Turnover BerpengaruhTerhadap Pertumbuhan Laba Total asset turnover adalah rasio yang dapat digunakan untuk

  mengukur efektivitas pemanfaatan aset perusahaan. Total asset turnover yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan dengan baik seluruh aset perusahaan untuk menunjang operasional perusahaan. Jika perusahaan mampu memanfaatkan dengan baik total asset turnover perusahaan tersebut untuk kegiatan operasional perusahaan maka optimalisasi kegiatan operasional perusahaan akan dapat meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan. Hal ini dikarenakan operasional perusahaan akan berpengaruh terhadap kinerja penjualan perusahaan.

  H

  

3 : Total Asset Turnover secara parsial berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba

  4.2.4 Pengaruh Antara Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Total

Asset TurnoverBerpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba

Current ratio, debt to equity ratio, dan total asset turnover adalah

  bagian dari rasio keuangan. Weston (1995 : 225) menyatakan bahwa “analisis rasio keuangan memberikan kerangka hubungan antar pos-pos neraca dan perhitungan laba rugi, memungkinkaan seseorang menelusuri sejarah suatu perusahaan dan menilai posisi keuangannya saat ini, serta menungkinkan bagi manajer keuangan memperkirakan reaksi kreditur atau keadaan keuangan perusahaan”. Dengan demikian salah satu manfaat rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba yang merupakan keadaan keuangan perusahaan. H

  

4 :Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Total Asset Turnover secara

simultanberpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Determinan Minat Individu dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Aktual Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Teknologi Pada Bank Syariah di Kota Binjai Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016

0 1 37

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Determinan Minat Individu dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Aktual Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Teknologi Pada Bank Syariah di Kota Binjai Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016

0 0 10

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan Kota Medan - Tata cara Pelaksanaan Penagihan / Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Tata cara Pelaksanaan Penagihan / Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori - Analisis Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Sumatera Utara

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Sumatera Utara

0 0 15

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor HCSR-04 - Rancang Bangun Alat Ukur Ketebalan Kayu Menggunakan Tampilan LCD Berbasis Arduino

0 3 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Definisi Sampah - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

0 0 52

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

0 0 9

Lampiran ii Data Current Ratio Tahun 2010 No Kode Nama Perusahaan

0 0 26