BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah 2.1.1. Definisi Sampah - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah

2.1.1. Definisi Sampah

Menurut American Public Health Association, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Sumarti, 2015). Sampah (waste) juga merupakan sesuatu bahan atau benda tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia (Mubarak, 2009).

Undang-undang RI No.18 tahun 2008, mendefinisikan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut SNI-19-2454-2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Limbah padat atau sampah merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat pada lingkungan. Bentuk, jenis dan komposisi limbah padat sangat dipengaruhi oleh tingkat budaya masyarakat dan kondisi alamnya. Sampah padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang sebagian besar masyarakat dianggap tidak bermanfaat sehingga harus dibuang (Sumarti, 2015).

2.1.2.Sumber-Sumber Sampah

Menurut Sumarti (2015) sumber-sumber sampah antara lain :

a. Sampah yang berasal dari pemukiman penduduk ( domestic wastes ) Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan yang terdapat di desa atau di kota. Misalnya : sisa makanan, bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), atau sampah sisa tumbuhan.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Misalnya : kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, depertemen, perusahaan, dan sebagainya. Misalnya : kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya, umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar (rubbish).

d. Sampah yang berasal dari jalan raya Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas- kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes) Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi. Misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian. Misalnya : jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dansebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari pertambangan, dan jenisnya tergantungan dari jenis usaha pertambangan. Misalnya :batu-batuan, tanah, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini. Misalnya : kotoran- kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai, binatang, dan sebagainya.

2.1.3. Jenis-Jenis Sampah

Kalau kita bicaran tentang sampah, sebenarnya meliputi tiga jenis sampah, yakni : sampah padat, sampah cair, dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Akan tetapi seperti telah dibuatkan batasan di atas, bahwa dalam konteks ini hanya akan dibahas sampah padat. Sampah cair berupa air limbah sedangkan sampah dalam bentuk gas yang menimbulkan polusi udara seperti asap kendaraan, asap pabrik.

Sampah padat (selanjutnya akan disebut sampah saja), dapat dibagi berbagai jenis, yaitu :

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandungan di dalamnya, sampah dibagi menjadi,

yaitu :

a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagianya.

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah

a. Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.

b. Rubbish, yaitu sampah berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik, dan sebagainya, maupun yang tidak mudak terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya.

c. Ashes (abu), yaitu hasil sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.

d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan sebagainya.

e. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.

f. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.

g. Sampah bangkai kendaraan (obandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor dan sebagainya.

h. Sampah pembangunan (construction wastes), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi, beton, bambu, dan sebagainya.

2.1.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sampah

Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi sampah antara lain :

1. Jumlah penduduk Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengolahan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

2. Keadaan sosial ekonomi Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampah pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.

3. Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

2.1.5. Pengaruh Sampah terhadap Kesehatan

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung.

1. Pengaruh langsung Pengaruh langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah seperti sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, karsinogenik, teratogenik, dan lain-lain. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Misalnya, insidensi penyakit kulit meningkat karena adanya bibit penyakit yang hidup dan berkembangbiak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik.

2. Pengaruh tidak langsung Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik. Dilanjutkan secara fakultatif, dan menghasilkan cairan yang 2. Pengaruh tidak langsung Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik. Dilanjutkan secara fakultatif, dan menghasilkan cairan yang

biasanya terdiri atas Ca, Mg, Na, K, Fe, Klorida, Sulfat, Phosfat, Za, Ni, CO 2 ,H 2 O, N 2, NH 3, H 2 S, Asam organik, dan H 2. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah.

2.1.6. Pengolahan Sampah

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu, sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin agar tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengolahan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Sistem pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengolahan sampah antara lain :

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing

rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, harus ada tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut diangkut ke tempat penampungan semetara (TPS) dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA).

Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat yang memproduksi sampah, khusunya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan tempat pembuangan sementara (TPS), maupun tempat pembuangan akhir (TPA).

b. Pemusnaan dan pengolahan Pemusnahan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui

berbagai cara, antara lain :

1. Sanitary landfill Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah. Persyaratan Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan seperti tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, dan alat-alat besar.

2. Dibakar (incenerator) Incineration adalah sistem memusnahkan sampah dengan cara membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).

3. Dijadikan pupuk (composting) Composting adalah pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan an-organik, kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman 3. Dijadikan pupuk (composting) Composting adalah pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan an-organik, kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman

4. Dumping Dumping adalah sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau tempat sampah.

5. Dumping in water Dumping in water adalah sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan banjir.

2.2. Petugas Pengangkut Sampah

Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 menjelaskan bahwa tenaga pengangkut sampah bertugas membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. Mekanisme sistem atau cara pengangkutannya untuk di daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan tempat pembuangan sementara (TPS) maupun tempat pembuangan akhir (TPA).

Penanganan sampah berdasarkan Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang “ Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah

Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga” yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Kegiatan Penanganan Sampah” antara lain yaitu :

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

2.3. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Suatu Kesakitan, Kecacatan, Ketidakmampuan, atau Kematian Kepada Manusia

Epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang hubungan antara 3 faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit. Hubungan antara Manusia (host), faktor penyebab (agent), lingkungan (environment) merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (disequilibrium) pada orang Epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang hubungan antara 3 faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit. Hubungan antara Manusia (host), faktor penyebab (agent), lingkungan (environment) merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (disequilibrium) pada orang

Host

Agent Environment

Gambar 2.1. Epidemiological Triad

Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian kepada manusia. Tiga faktor tersebut ecological epidemiological triad yang terdiri atas agen penyakit, manusia dan lingkungannya. Dalam keadaan normal ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain orang disebut sehat (Chandra, 2007).

1. Agen penyakit Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis.Kadang- kadang penyebab untuk penyakit tertentu tidak diketahui,

1. Agen biologis, virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa

2. Agen nutrien, protein, lemak, karbohidarat, vitamin, mineral dan air.

3. Agen fisik, panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya dan kebisingan.

4. Agen kimia, agen kimia dapat bersifat endogenous seperti asidosi, diabetes, atau hiperglikemia, uremia atau bersifat exsogenous, seperti zat kimia alergen, gas, debu, dan lain-lain.

5. Agen mekanis, gesekan, benturan, atau pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh host.

2. Manusia (host) Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit. Faktor tersebut bergantung pada karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara lain:

1. Usia Usia menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita, seperti penyakit smallpox pada usia kanak-kanak, penyakit kanker pada usia pertengahan, dan penyakit arterosklerosis pada usia lanjut.

2. Jenis kelamin (seks) Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan frekuensi penyakit pada perempuan. Sementara itu, penyakit tertentu, seperti risiko kehamilan dan persalinan hanya dijumpai pada perempuan, sedangkan penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.

3. Ras Hubungan antara ras dan penyakit bergantung pada perkembangan adat istiadat dan kebudayaan disamping terhadap penyakit yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti anemia, sickle sell pada ras negro.

4. Genetik Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter, seperti mongolisme , fenilketonuria, buta warna, hemofilia, dan lain-lain.

5. Pekerjaan Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan, keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan lan-lain

6. Nutrisi Gizi buruk mempermudah penderita penyakit infeksi, seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolestrol tinggi dan lain-lain.

7. Status kekebalan Reaksi tubuh terhadap penyakit bergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.

8. Adat Ada beberapa adat istiadat yang dapat menimbulkan penyakit. Misalnya, kebiasaan makan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.

9. Gaya hidup Kebiasaan minum alkohol, narkoba, dan merokok dan menimbulkan gangguan kesehatan.

10. Psikis Faktor kejiwaan seperti stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi insomnia dan lainya.

3. Lingkungan (environment) Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri ari dua bagian, internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut dengan homeostatis, sedangkan lingkungan hidup eksternal merupakan diluar tubuh manusia yang terdiri atas 3 komponen antara lain :

1. Lingkungan fisik Lingkungan fisik bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam proses terjadinya penyakit pada manusia.

2. Lingkungan biologis Lingkungan biologis bersifat biotik atau benda hidup, misalnya tumbuh- tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit-parasit, serangga, dan lain-lain yang berperan sebagai agen penyakit, reservior infeksi, vektor penyakit, dan hospes intermediat .

3. Lingkungan sosial Lingkungan sosial berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi lingkungan sosial melalui berbagai media, seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu, dan sebagainya.

2.4. Jalur Masuk Agens Penyakit ke dalam Tubuh Manusia

Menurut Achmadi (2011) ada beberapa jalur masuk agens penyakit ke dalam tubuh manusia antara lain :

1. Absorpsi melalui pencernaan Pencernaan adalah tempat terpenting dalam persoalan absorpsi bahan beracun.

Banyak bahan beracun masuk melalui makanan atau pangan masuk melalui sistem pencernaan atau gastro intestinal system. Bahan beracun dapat diabsorpsi mulai dari mulut, kerongkongan, usus halus, usus besar dan rectum. Zat berbahaya masuk kedalam tubuh bila manusia makanan dan minuman terkontaminasi oleh bahan berbahaya seperti zat kimia, mikrobiologis, dan lain-lain.

2. Absorpsi melalui kulit Meskipun kulit merupakan pelindung yang efektif untuk tumbuh manusia, bebrapa zat kimia bisa masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit. Masuknya bahan kimia melalui epidermis atau lapisan kulit terluar, atau melalui celah kelenjar keringat, atau folikel rambut. Pada kulit yang cedera (luka, lecet) absorpsi zat kimia ke dalam tubuh menjadi lebih mudah.

3. Absorpsi melalui paru Organ paru sering kali dikaitkan dengan tempat masuknya berbagai bahan kimia melalui udara. Zat kimia yang melayang di udara terhisap melalui lubang hidung atau mulut memasuki sistem pernapasan untuk mencapai alveolus yang merupakan tempat pertukaran gas.

2.5. Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit

Menurut Maryani (2010) bahwa Riwayat alamiah perjalanan penyakit atau sering disebut sebagai natural history of disease merupakan riwayat alamiah perjalanan penyakit pada manusia yang terdiri atas :

1. Tahap Prepatogenesis Tahap prepatogenesis memiliki ciri-ciri antara lain :

a. Seseorang masih berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka memiliki kemungkinan terkena serangan agen penyakit.

b. Terjadi interaksi antara host, agent dan environment, dimana agent masih berada di luar tubuh host

c. Belum ada tanda-tanda sakit selama daya tahan host masih kuat

2. Tahap Patogenesis

a. Tahap Inkubasi Tahap inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh peka terhadap penyebab penyakit. Tahap inkubasi memiliki ciri-ciri antara lain :

1. Belum tampak tanda-tanda sakit

2. Tiap penyakit memiliki masa inkubasi yang berbeda-beda mulai dari

beberapa jam, hari, minggu, bulan sampai bertahun-tahun.

b. Tahap Dini Tahap dini memiliki ciri-ciri antara lain :

1. Mulai muncul gejala penyakit yang kelihatan ringan

2. Sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan

patologis, walaupun penyakit masih dalam masa sub klinik.

3. Host masih dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari

4. Diagnosa sudah dapat ditegakkan secara dini.

c. Tahap lanjutan Tahap lanjut memiliki ciri-ciri antara lain :

1. Gejala penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis.

2. Penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah untuk ditegakkan.

3. Tahap Pasca Patogenesis/tahap akhir Tahap pasca pathogenesis adalah berakhirnya perjalanan penyakit dimana ada

5 keadaan setelah berakhirnya penyakit antara lain :

1. Sembuh sempurna

2. Sembuh dengan cacat

3. Karier

4. Penyakit berlangsung secara kronik

5. Berakhir kematian.

2.6. Penyakit Akibat Kerja

Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

Sedangkan menurut ILO yang dan WHO, penyakit akibat kerja merupakan aspek/unsur kesehatan yang bertalian dengan lingkungan kerja dan pekerjaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja (Yulianto, 2013).

Diagnosa penyakit akibat kerja adalah landasan terpenting bagi manajemen penyakit yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Secara umum ada lima langkah yang harus diambil guna menegakkan diagnosa suatu penyakit akibat kerja antara lain :

1. Anamnesis tentang riwayat penyakit

2. Pemeriksaan klinis

3. Pemeriksaan laboratorium

4. Pemeriksaan rontgen

5. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja untuk mengukur faktor penyebab penyakit ditempat kerja.

2.7. Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Menurut suma’mur (2009) bahwa penyebab penyakit akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Faktor fisik Faktor fisik yang dapat mengganggu kesehatan manusia atau kerja di antaranya adalah kebisingan, getaran, suhu udara rendah, radiasi.

a. Kebisingan

Kebisingan sebagai suatu suara yang tidak dikehendaki, dan pada tingkat intensitas suara yang tinggi, pemaparannya berulang atau menahun dapat menyebabkan tuli saraf dan sulit untuk disembuhkan.

b. Getaran

Paparan getaran terhadap seluruh tubuh dapat menyebabkan perubahan- perubahan pada struktur tulang (osteoarthristis), pada sendi-sendi tulang belakang, gangguan pencernaan, getaran dengan frekuensi 60-90 Hz dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

c. Radiasi

Radiasi adalah cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium perantara. Contohnya, gelombang radio. Sinyal TV, sinar X, sinar gamma, sinar UV. Gangguan kesehatan yang timbul akibat pemaparan radiasi yang melebihi nilai ambang batas seperti penyakit kulit.

d. Suhu udara rendah

Pemaparan terhadap suhu udara rendah/sangat rendah dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti hipotermia, frosbite terjadi bila seseorang terpapar suhu udara atau kontak dengan benda-benda yang sangat dingin.

2. Faktor Kimia Bahan-bahan yang bersifat kimia dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada pekerja, baik bersifat akut maupun kronis. Bahan-bahan tersebut dalam bentuk gas, uap, fume, kabut, cairan atau larutan, debu.

a. Gas, bahan kimia dalam bentuk gas terpapar pada manusia dan pekerja melalui inhalasi. Gas-gas tersebut dapat menyebabkan terjadinya asfiksia dan iritasi.

b. Uap, bahan kimia dalam bentuk uap yang dapat menyebabkan iritasi dan

sensitasi pada saluran pernafasan (asma).

c. Fume merupakan aerosol zat padat (partikel yang sangat kecil yaitu ukuran dari 1 mikron yang dihasilkan oleh kondensasi uap metal yang dipanaskan dan mengalami proses oksidasi dalam udara. Paparan/inhalasi fume dapat menyebabkan pneumokonioses.

d. Kabut adalah aerosol zat cair (partikel), inhalasi kabut yang dapat

menyebabkan peradangan/inflamasi pada saluran pernapasan.

e. Cairan/larutan, larutan bersifat asam maupun basa kuat yang dapat

menyebabkan kelainan/penyakit kulit.

f. Debu, yang dapat menyebabkan fibrosis paru sedangkan inhalasi debu

organik dapat menyebabkan asma.

2. Faktor Biologi Faktor biologi (virus, jamur, bakteri, parasit, dan lain-lain) dapat menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja.

3. Faktor Psikologis Faktor psikologis dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada tenaga kerja di antaranya hubungan yang kurang baik antar pekerja, pekerja dengan atasan, perasaan khawatir berlebihan, perasaan tidak aman dan selalu dibayangi rasa takut dalam menjalankan pekerjaan.

2.8. Kulit

2.8.1. Definisi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terbesar dan salah satu yang terpenting. Struktur kulit yang kompleks memberi banyak fungsi perlindungan bagi anatomi internal tubuh. Setiap inci kulit mengandung jutaan sel dan ratusan kelenjar keringat, kelenjar minyak (sebasea), pembuluh darah, dan ujung saraf (Dingwall, 2014). Kulit merupakan organ yang rawan terhadap kelainan yang disebabkan oleh iritan juga salah satu tempat yang paling rawan untuk mengalami trauma akibat iritan (Prianto & Sumantri, 2007).

2.8.2. Fungsi Kulit

Kulit yang sehat dan utuh memenuhi tujuan berikut agar dapat melindungi organ internal dari infeksi dan pemajanan zat yang berbahaya (Subowo, 2009). Fungsi utama kulit adalah sebagai proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengatur suhu tubuh, pembentuk pigmen, pembentuk vitamin D, keratinisasi (Djuanda, 2010).

a. Kulit berfungsi sebagai proteksi Kulit menjaga bagian dalam tubuh dari gangguan fisik, mekanis, kimiawi, gangguan infeksi luar terutama kuman, bakteri dan jamur. Bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit, dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung dari gangguan fisik. Stratum korneum yang impermiabel, keasaman kulit hasil dari ekskresi keringan dan sebum, keasaman kulit pada pH 5 − 6,5 sehingga berperan sebagai pelindung dari gangguan kimiawi, infeksi, bakteri dan jamur.

b. Kulit berfungsi sebagai absorpsi Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi

cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui saluran kelenjar.

c. Kulit berfungsi sebagai ekskresi Menghasilkan kelenjar keringat dan kelenjar sebasae berperan mengeluarkan

zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh.

d. Kulit berfungsi sebagai persepsi Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan-

badan ruffini di dermis dan subkutis berperan terhadap rangsangan panas. Badan- badan krause yang terletak di dermis berperan terhadap dingin.

e. Kulit berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat

nutrisi yang cukup baik. Pada kulit bayi biasanya dinding pembuluh darah belum nutrisi yang cukup baik. Pada kulit bayi biasanya dinding pembuluh darah belum

f. Kulit berfungsi membentuk pigmen Sel pembentuk pigmen adalah melanosit yang berperan melindungi tubuh

terhadap pengaruh sinar ultraviolet.

g. Kulit berfungsi sebagai keratinisasi menghasilkan keratin yang akan melapisi permukaan luar epidermis sebagai

stratum corneum, sebagai pembungkus yang melindungi alat-alat dalam, mencegah kontak dengan bahan berbahaya dari luar.

h. Kulit berfungsi sebagai pembentuk Vitamin D Pembentukan vitamin D dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan

bantuan sinar matahari. Kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan proses tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masit tetap diperlukan.

2.8.3. Anatomi Kulit ( Membran Kutan )

Gambar 2.2. Struktur Kulit

2.9. Penyakit Kulit ( Dermatosis )

Penyakit kulit (dermatosis) merupakan keadaan patologik kulit sebagai akibat adanya kontak dengan bahan- bahan yang berhubungan dengan lingkungan atau tempat kerja. Penyakit kulit merupakan penyakit akibat kerja yang paling sering ditemukan, kira-kira 40% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit. Di negara maju, penyakit kulit ini ditemukan lebih dari 90% dari seluruh kasus penyakit kulit akibat kerja. Walaupun tidak menyebabkan kematian, tetapi penyakit kulit sangat menggangu bagi kenyamanan penderitanya. Oleh sebab itu penyakit kulit (dermatosis) merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya penurunan produktivitas (Harrianto, 2009).

2.10. Penyebab Penyakit Kulit (Dermatosis)

Penyakit kulit dapat disebabkan oleh organisme yang berada di lingkungan berasal dari makhluk hidup (bakteri, virus, jamur, cacing, serangga dan lain-lain), bahan kimia dan faktor fisik (tegangan, gesekan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari). Beberapa penyebab penyakit kulit antara lain :

1. Infeksi Virus

a. Herpes Zoster (HZ) Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela- zoster. Gejala berupa gatal/rasa nyeri pada dermatom yang disertai panas, malaise dan nyeri kepala, setelah 1-2 hari akan timbul vesikula di atas kulit yang eritematus. Isi vesikel a. Herpes Zoster (HZ) Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela- zoster. Gejala berupa gatal/rasa nyeri pada dermatom yang disertai panas, malaise dan nyeri kepala, setelah 1-2 hari akan timbul vesikula di atas kulit yang eritematus. Isi vesikel

b. Moluskum Kontagiosum Moluskum Kontagiosum adalah kelainan kulit berupa papule miliar yang disebabkan oleh virus pox yang sering terjadi pada anak-anak. Kelainan pada kulit sering terjadi pada kepala, leher, wajah, badan.Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak sedangkan pada orang dewasa lebih sering terjadi dari hubungan seksual yang terinfeksi virus. Media penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan terinfeksi dan secara tidak langsung kulit dengan benda/ tempat yang terkontaminasi seperti kolamrenang, kontak saat olahraga, misalnya gulat, proses pembedahan (tangan seorang ahli bedah yang terkena moluskum kontagiosum), proses tato (jarang), hubungan seksual. Penyakit ini menyebardengan cepat pada suatu komunitas yang padat dengan higienitas yang kurang.

Gejala berupa papuler miliar yang berbentuk kubah dan ditengah ada lekukan dan menyebar. Sehingga bila dipijat akan mengeluarkan massa putih seperti nasi, dan biasanya pada anak-anak terdapat di daerah wajah, badan sedangkan pada orang dewasa terdjadi di daerah peringital dan perianal.

2. Infeksi Jamur

a. Dermatofitosis (tinea, ringworm) atau kurap Dermatofitosis (tinea, ringworm) atau kurap adalah infeksi jamur dermatofit yang menyerang epidermis dengan spesies superfisialis (kuku dan a. Dermatofitosis (tinea, ringworm) atau kurap Dermatofitosis (tinea, ringworm) atau kurap adalah infeksi jamur dermatofit yang menyerang epidermis dengan spesies superfisialis (kuku dan

a) Tinea Pedis/kurap pada kaki Infeksi dermatofit pada kaki, mengenai sela jari kaki dan telapak kaki. Faktor yang beresiko terjadinya tinea pedis/kurap pada kaki yaitu kaki yang selalu basah, baik oleh air maupun oleh keringat seperti sepatu tertutup dan memakai kaos kaki.

Gejala berbentuk intertriginosa berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari, berbentuk hiperkeratosis berupa penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki dan berbentuk vesikuler subakut berupa kelainan-kelainan yang timbul yang di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama yang melingkar.

b) Tinea unguium/jamur pada kuku Tinea Unguium adalah infeksi jamur dermatofit yang menyerang kuku. Kebersihan pribadi merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terjadinya jamur pada kuku, seperti pemakaian kaos kaki untuk waktu yang lama, alas kaki yang digunakan oleh banyak orang, berjalan tanpa alas kaki, tidak mengeringkan kaki setelah mandi, serta lingkungan yang lembab dan basah dapat mempermudah terjangkitnya penyakit ini.

Gejala yang tampak diskromia unguium (perubahan warna kuku), onikolisis (lepasnya lempeng kuku dari dasar kuku), hipertropia unguium (penebalan pada lempeng kuku). Tinea unguium lebih sering menyerang kuku kaki daripada kuku tangan. Penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit.

c) Tinea Korporis/kurap pada badan Infeksi dermatofit pada wajah, tubuh (termasuk punggung tangan dan kaki). Faktor yang mempengaruhi terjadinya tinea korporis/ kurap adalah orang yang kurang peduli terhadap kebersihan diri dan banyak bekerja di tempat yang panas sehingga banyak mengeluarkan keringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi.

Gejala berupa rasa gatal, bagian tepi lesi lebih aktif (tanda peradangan) tampak lebih jelas dari pada bagian tengah. Lesi berbentuk plakat anular dengan sisik pada bagian tepi dan bagian tengah tampak lebih bersih.

d) Tinea kapatis/kurap pada kulit kepala Infeksi dermatofit pada kulit kepala, alis dan bulu mata. Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak. penyakit ini bisa menyebabkan terbentuknya ruam merah bersisik yang kadang terasa gatal atau menyebabkan kerontokan pada rambut. Kebersihan salah satu faktor yang memperberat terjadinya tinea kpatis.

Gejala gatal ringan/sangat, rambut keabuan, kusut serta dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Dengan kondisi yang berat akan disertai dengan radang yang hebat bersifat Gejala gatal ringan/sangat, rambut keabuan, kusut serta dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Dengan kondisi yang berat akan disertai dengan radang yang hebat bersifat

b. Pitiriasis Versikolor/ Panu Pitiriasis Versikolor/panu adalah infeksi jamur superfisialis kronik yang menyerang lapisan stratum korneum disebabkan oleh Malassezia furfur. Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak, namun bisa juga terjadi pada orang dewasa dengan gejala gatal saat berkeringat. Pitiriasis versikolor pada umumnya terdapat pada bagian dada, punggung, leher, lengan atas, selangkangan dan bisa ditemukan pada daerah muka.

Gejala berupa lesi bulat kecil-kecil perifolikuler di sekitar folikel rambut namun bisa saja semakin meluas dan menyatu menjadi konfluen (bertumpuk- tumpuk). Keluhan yang di alami penderita mulanya adanya bercak/ macula berwarna putih serta kemerahan dan kecoklatan bila tidak diobati segera.

3. Infeksi Bakteri

a. Impetigo/korengan Impetigo adalah penyakit infeksi pada kulit yang superfisial dan menular.

Impentigo disebabkan oleh bakteri staphylococcus dan streptococcus. Jenis impetigo kontagiosa sering terjadi pada anak-anak, sedangkan impetigo bulosa. Lesi yang terjadi berawal dari pustula (lepuhan kecil berisi nanah) pada semua umur pada bagian tubuh seperti muka, telapak tangan dan telapak kaki.

b. Selulitis Selulitis disebabkan bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus. Selulitis sering terjadi pada tungkai kaki, disebabkan karena adanya kerusakan pada kulit sehingga bakteri masuk dan berkembang biak. Selulitis menyebabkan kemerahan dan peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak merah disertai nyeri dan terdapat vesikula yang mengeluarkan pus (nanah).

c. Bisul/furunkel Bisul/furunkel adalah infeksi kulit disebabkan staphylococcus aureus, yang

terjadi pada muka, leher, lengan, pergelangan tangan, jari-jari tangan, pantat. Infeksi ini berawal dari benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah, lalu berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau kuning (pustula).

d. Borok/ karbunkel Borok/karbunkel adalah infeksi kulit yang disebabkan staphylococcus aureus. Borok/karbunkel merupakan sekumpulan bisul atau folikel rambut yang terasa sangat nyeri dan menyebabkan pengelupasan pada kulit yang luas serta pembentukan jaringan parut.

4. Parasit Pada Penyakit Kulit Scabies Scabies adalah penyakit kulit menular yang ditandai dengan keluhan utama

gatal terutama dimalam hari yang disebabkan Sarcoptes scabiei var hominis. Infestasinya terjadi dengan kontak kulit ke kulit atau bisa juga menular melalui pakaian, tempat duduk, tempat tidur bersama. Gejala awal tidak muncul sampai si penderita mengalami hipersensitivitas terhadap sekresi atau kotoran tungau tersebut.

Daerah tubuh yang sering terjadi di sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan, siku, ketiak, daerah mamae, daerah pusar.

5. Dermatitis Kontak Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon

terhadap pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan bahan/ substansi kimiawi di lingkungan tempat kerja (Djuanda, 2010).

Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2010)

1. Dermatitis Kontak Akibat Iritasi Dermatitis kontak akibat iritasi merupakan peradangan kulit akibat kontak langsung dengan bahan yang menyebabkan iritasi. Dermatitis kontak akibat iritasi merupakan jenis yang paling umum dijumpai di antara penyakit kulit akibat kerja. Dermatitis kontak iritasi akut dapat terjadi saat paparan pertama dengan bahan- bahan iritan.

2. Dermatitis Kontak Alergi Dermatitis kontak alergi adalah suatu proses peradangan kulit akibat kontak dengan substansi eksternal, tetapi berbeda dengan dermatitis kontak akibat iritasi, kelainan kulit ini diakibatkan oleh suatu proses immunologis. Sensitisasi adalah syarat utama sebelum terjadi dermatitis kontak alergi. Seseorang yang 2. Dermatitis Kontak Alergi Dermatitis kontak alergi adalah suatu proses peradangan kulit akibat kontak dengan substansi eksternal, tetapi berbeda dengan dermatitis kontak akibat iritasi, kelainan kulit ini diakibatkan oleh suatu proses immunologis. Sensitisasi adalah syarat utama sebelum terjadi dermatitis kontak alergi. Seseorang yang

3. Dermatitis Seboroik/Ketombe Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit yang biasanya terjadi pada kulit kepala dan area tubuh yang berminyak, seperti punggung, wajah, serta dada bagian atas. Gangguan pada rambut seperti dermatitis seboroik yang paling umum dikenal sebagai ketombe dengan gejala gatal pada kulit kepala, kulit berwarna merah, berketombe, dan bersisik. Penyebab pasti terjadinya dermatitis seboroik masih belum diketahui, namun kemungkinan berkaitan dengan jamur malassezia yang terdapat pada pelepasan minyak di permukaan kulit.

2.11. Personal Hygiene/Kebersihan Pribadi

Personal hygiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa terpenuhi dan termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang spesifik. Personal hygiene yang baik akan memperkecil pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan mencegah seseorang terkena penyakit. Personal hygiene atau kebersihan diri diperlukan untuk kenyamanan, keamanan, dan kesehatan seseorang juga langkah awal mewujudkan kesehatan diri (Saryono, 2011).

Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkit suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan yang buruk. Personal hygiene yang tidak baik akan memudahkan tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkit suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan yang buruk. Personal hygiene yang tidak baik akan memudahkan tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut,

2.11.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Personal Hygiene

Personal Hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :

1. Budaya, budaya mempengaruhi kebersihan diri seseorang, contohnya orang Eropa, umumnya mandi sekali seminggu karena cuaca di Eropa dingin.

2. Pengetahuan, tingkat pengetahuan mempengaruhi bagaimana personal hygiene seseorang. Bagi individu yang mempunyai pengetahuan personal hygiene yang baik akan melakukan kebersihan diri yang optimal.

3. Lingkungan pekerjaan, lingkungan pekerjaan mempengaruhi seseorang untuk lebih dalam kebersihan diri.

4. Ekonomi, status ekonomi mempengaruhi tingkat personal hygiene yang Digunakan.

5. Pilihan pribadi, tiap individu memiliki pilihan tersendiri kapan dia ingin memotong rambut, menggunting kuku atau keinginan untuk mandi 2 kali sehari atau tidak mandi.

2.11.2. Jenis-jenis Personal Hygiene/Kebersihan Diri

Adapun jenis-jenis personal hygiene /kebersihan diri anatara lain :

a. Kebersihan kulit Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit terdiri dari 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis atau subkutan. Tipe kulit seiring usia sebagai berikut :

1. Kulit bayi Bayi memiliki kulit yang lebih tipis, kelenjar keringat bayi mulai berfungsi pada usia 1 tahun.

2. Kulit anak Pertumbuhan anak mulai resisten terhadap cidera dan infeksi., karena kulit mulai menebal.

3. Kulit Remaja Kelenjar sebasae meningkat pada masa ini, sehingga pada usia ini banyak memiliki permasalahan pada kulitnya.

4. Kulit lansia Kulit lansia menjadi lebih tipis, kering, tidak elastis dan keriput.

Masalah-masalah yang terjadi pada kulit, adapun masalah yang terjadi pada kulit antara lain:

1. Kulit kering yaitu disebabkan kurang cairan lebih terlihat pada kulit tangan, lengan, kaki dan wajah.

2. Jerawat yaitu erupsi kulit papulopostular terlihat pada wajah, punggung, leher dan bahu.

3. Hirsutisme yaitu pertumbuhan rambut badan dan muka yang berlebihan terutama pada wanita.

4. Ruam kulit yaitu terjadi karena paparan matahari berlebihan, pelembab atau reaksi alergi.

5. Dermatitis kontak yaitu inflamasi kulit ditandai dengan eritema, pruritus, nyeri, dan lesi bersisik.

6. Abrasi yaitu lapisan epidermis hancur atau terpotong sehingga terjadi perdarahan lokal dan mengeluarkan cairan serosa.

7. Dermatomikosis yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit.

b. Kebersihan tangan, kaki dan kuku Permasalahan pad kaki dan kuku disebabkan karena salah pemotongan kuku, menggunakan alas kaki yang terlalu sempit, dan terpapar dengan zat kimia yang tajam. Sedangkan bagian tangan merupakan organ tubuh yang paling sering berhubungan dengan mulut dan hidung. Masalah-masalah yang terjadi pada kaki dan tangan antara lain :

1. Kalus yaitu bagian epidermis mengeras, terjadi pada area permukaan kaki atau telapak tangan.

2. Katimumul terjadi akibat tekanan dari sepatu dan friksi, terjadi di area jari kaki.

3. Plantar wart yaitu luka menjamur pada tumit kaki karena virus papiloma.

4. Tinea pedis yaitu jamur pada kaki.

5. Fissura sering terjadi pada diatara jari kaki disebabkan oleh kulit yang kering dan pecah-pecah.

6. Ingrown toenail disebabkan karena salah pemotongan kuku dan dapat menimbulkan nyeri.

c. Kebersihan mulut Mukosa mulut normalnya berwarna pink dan basah. Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. Masalah yang terjadi pada mulut antara lain:

1. Karies gigi yaitu tumbuhnya lubang akibat kerusakan email gigi yang berhubungan dengan kekurangan kalsium.

2. Plak yaitu plak yang melekat pada gigi.

3. Penyakit periodontol yaitu penyakit jaringan sekitar gigi.

4. Halitosis yaitu bau nafas yang disebabkan oleh intake makanan tertentu dan infeksi.

5. Keilosis yaitu timbuknya bibir retak.

6. Stomatotitis yaitu sariawan yang disebabkan oleh defisiensi vitamin, infeksi bakteri atau virus.

7. Glositis yaitu peradangan lidah yang disebabkan infeksi atau cedera.

8. Gingginvitis yaitu peradangan gusi akibat hygiene mulut yang buruk.

d. Kebersihan Rambut Karakteristik rambut dapat dipengaruhi oleh stress, emosional, obat-obatan, infeksi atau penyakit tertentu. Personal hygiene rambut sangat diperlukan agar terhindar dari penyakit. Pemakaian sampo secara teratur sangat baik untuk menjaga kebersihan rambut. Masalah yang terjadi pada rambut antara lain :

1. Ketombe yaitu pelepasan kulit kepala yang disertai rasa gatal, dapat disebabkan karena pemakaian sampo yang tidak teratur.

2. Alopesia atau kehilangan rambut, dapat disebabkan penggunaan alat pelurus rambut, pengikat rambut dan pemakaia produk pembersih rambut yang tidak cocok.

3. Pediculosis capitis yaitu kutu pada rambut, penderita akan merasa gatal

sekali saat kutu menghisap dan akan timbul bintik hemoragik.

2.12. Alat Pelindung Diri (APD)

Tahapan dalam pelaksanaan kerja, pekerja harus menjaga diri dari kecelakaaan dan penyakit akibat kerja. Ketentuan mengenai alat pelindung diri diatur oleh pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970 yaitu instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins 2/M/ BW/ BK/ 1984 tentang Pengesahan Alat Pelindung Diri. Jenis alat pelindung diri menurut ketentuan tentang pengesahan, pengawasan, dan penggunaan meliputi alat pelindung kepala, alat pelindung telinga, alat pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian kerja, sarung tangan, alat pelindung kaki, sabuk pengamanan, dan lain-lain (Suma’mur, 2009).

2.12.1. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri mempunyai jenis yang beraneka ragam dan digolongkan menurut bagian tubuh yang dilindungi, adapun jenis alat pelindung diri sebagai berikut:

1. Alat pelindung untuk kepala seperti pengikat rambut, penutup kepala, topi dengan jenis topi pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, tutup kepala.

2. Alat pelindung untuk mata seperti kaca mata pelindung (protective goggles).

3. Alat pelindung untuk muka seperti pelindung muka (face shields).

4. Alat pelindung tangan dan jari seperti sarung tangan (sarung tangan dengan ibu jari terpisah, sarung tangan biasa (gloves), pelindung telapak tangan (hand pad ), dan sarung tangan yang menutupi pergelangan tangan sampai lengan (sleeve).

5. Alat pelindung untuk kaki seperti sepatu pengaman (safety shoes).

6. Alat pelindung untuk alat pernafasan seperti respirator, masker, alat bantu pernafasan.

7. Alat pelindung untuk telingan seperti sumbat telinga, tutup telinga.

8. Alat pelindung untuk tubuh seperti pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja tahan panas, pakaian kerja tahan dingin, pakaian kerja lainnya.

2.12.2. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)

Pemakaian alat pelindung diri (APD) yang tidak tepat dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit bagi tenaga kerja yang memakainya, karena mereka tidak Pemakaian alat pelindung diri (APD) yang tidak tepat dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit bagi tenaga kerja yang memakainya, karena mereka tidak

1. Harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh pekerja.

2. Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Harus dapat dipakai sacara fleksibel.

4. Bentuknya harus cukup menarik.

5. Tidak mudah rusak.

6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya.

7. Suku cadangnya harus mudah di peroleh sehingga pemeliharaan alat pelindung diri dapat di lakukan dengan mudah.

8. Memenuhi ketentuan standar yang ada.

9. Pemeliharaannya mudah.

10. Tidak membatasi gerak.

11. Rasa “tidak nyaman “ yang tidak berlebihan, namun di harapkan masih dalam batas toleransi.

Tabel 2.1. Alat Pelindung Diri (APD) Menurut Faktor Bahaya dan Bagian

Tubuh yang Perlu Dilindungi

Bagian tubuh yang perlu Faktor bahaya

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Minat Individu dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Aktual Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Teknologi Pada Bank Syariah di Kota Binjai Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Determinan Minat Individu dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Aktual Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Teknologi Pada Bank Syariah di Kota Binjai Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016

0 1 37

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Determinan Minat Individu dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Aktual Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Teknologi Pada Bank Syariah di Kota Binjai Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016

0 0 10

ABSTRAK ANALISIS DETERMINAN MINAT INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU AKTUAL PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI BERBASIS TEKNOLOGI PADA BANK SYARIAH DI KOTA BINJAI DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2016

0 0 12

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan Kota Medan - Tata cara Pelaksanaan Penagihan / Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Tata cara Pelaksanaan Penagihan / Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan

0 0 14

LAMPIRAN Lampiran 1 Data Realisasi DAK KabKota Provinsi Sumatera Utara ( Miliar Rupiah) Kabupaten Kota Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori - Analisis Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Sumatera Utara

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Sumatera Utara

0 0 15

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor HCSR-04 - Rancang Bangun Alat Ukur Ketebalan Kayu Menggunakan Tampilan LCD Berbasis Arduino

0 3 18