ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI BERAS MERA

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI BERAS MERAH ORGANIK
(ORYZA NIVARA) DAN BERAS PUTIH ORGANIK (ORYZA SATIVA)
(Studi Kasus di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen)
Susi Naluri, Erlyna Wida Riptanti, Susi Wuri Ani
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457
Email : susi.naluri@yahoo.com Telp : 085642330252

Abstract: This research was compiled based on the results of research that aims to find out the
amount of productivity, costs, revenues, income incurred by farmers organic red rice (Oryza
nivara) and organic white rice (Oryza sativa) of Sukorejo sub-district Sambirejo, Sragen
regency. The basic method in this research is descriptive analytic with implementation
techniques using method survey and census methods. Research done in the Sragen district,
subdistrict of Sambirejo. The determination of sample villages carried out deliberately with
consideration Sukorejo Village is the only village with pure organic farming system. The
number of farmers samples taken as many as 48 farmers. Election of farmer groups, organic
red rice farming is done by the method of census by the number of whole organic red rice
farmers in the village of as many as 18 Sukorejo farmers. Based on the results of the analysis
showed that the average cost of labour (Rp 10.752.579,23/ha/MT), average receipts (Idr
29.102.950,82/ha/MT), average productivity of land (55,97 kw/ha/MT), average earnings (Rp
18.350.371,58/ha/MT), and the average efficiency (2,71) to farming organic red rice. The

average cost of work (Rp 9.724.863,86/ha/mt) average receipts (Rp 26.838.349,10/ha/mt)
average productivity land (54,77 k.w/ha/mt) the average income (Rp 17.113.485,24/ha/mt) and
average efficiency (Rp 2.76) to usahatani white organic rice
Keywords : Organic farming, Organic Rice, red rice, test T (T-test), comparative analysis.
Abstrak: Penelitian ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
besarnya produktivitas, biaya, penerimaan, pendapatan yang dikeluarkan oleh petani beras
merah organik (Oryza nivara) dan beras putih organik (Oryza sativa) di Desa Sukorejo,
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Metode dasar dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan teknik pelaksanaan menggunakan metode survey dan metode sensus. Penelitian
dilakukan di Kabupaten Sragen, Kecamatan Sambirejo. Penentuan desa sampel dilakukan
secara sengaja dengan pertimbangan Desa Sukorejo merupakan satu-satunya desa dengan
sistem pertanian organik murni. Jumlah petani sampel yang diambil sebanyak 48 petani.
Pemilihan kelompok tani usahatani beras merah organik dilakukan dengan metode sensus
dengan jumlah seluruh petani beras merah organik yang ada pada desa Sukorejo yaitu
sebanyak 18 petani. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata biaya
mengusahakan (Rp 10.752.579,23/ha/MT), rata-rata penerimaan (Rp 29.102.950,82/ha/MT),
rata-rata
produktivitas
lahan
(55,97

kw/ha/MT),
rata-rata
pendapatan
(Rp
18.350.371,58/ha/MT), dan rata-rata efisiensi (2,71) untuk usahatani beras merah organik.
Sedangkan rata-rata biaya mengusahakan (Rp 9.724.863,86/ha/MT), rata-rata penerimaan (Rp
26.838.349,10/ha/MT), rata-rata produktivitas lahan (54,77 kw/ha/MT), rata-rata pendapatan
(Rp 17.113.485,24/Ha/MT), dan rata-rata efisiensi (2,76) untuk usahatani beras putih organik.
Kata Kunci: Pertanian Organik, Padi Organik, Beras Merah, Uji T (T-test), Analisis
Komparatif.

PENDAHULUAN

Potensi
pertanian
organik
di
Indonesia sangat besar yang dapat
ditinjau dari kekayaan sumber daya
alam

yang
sangat
melimpah.
Perkembangan
sektor
pertanian
organik juga meningkat setiap tahun,
oleh karena itu perkembangan
pertanian
organik
ini
harus
diprioritaskan
guna
memenuhi
kebutuhan pasar. Di Indonesia luas
lahan pertanian organik sebesar
13.203.643 ha untuk komoditi padi
dengan produksi setiap tahun sebesar
65.756.904

ton
(BPS,
2011).
Beberapa komoditas prospestik yang
saat ini dikembangkan di Indonesia
dengan
menggunakan
sistem
pertanian organik adalah tanaman
pangan, holtikultura, perkebunan,
tanaman rempah, dan obat serta
peternakan. Indonesia sudah mulai
mengembangkan pertanian untuk
komoditi beras merah (Oryza nivara)
karena mempunyai banyak manfaat
(a) Sebagai sumber seratselenium
yaitu zat yang dapat mereduksi resiko
kanker usus. (b) Menurunkan kadar
kolestrol jahat. (c) Menghambat
radikal bebas pemicu kanker yang

disebabkan oleh radikal bebas. (d)
penghasil vitamin B khususnya
thiamin
yang
berguna
untuk
menyampaikan pesan dari otak ke
tulang saraf belakang.
Beras merah memiliki nilai jual
yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan beras putih dan beras ketan.
Beras ini juga memiliki keunggulan
dan manfaat yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan beras yang lain.
Proses menanam dan waktu panen
beras merah hampir sama dengan
beras putih. Beras merah memiliki
daya tahan terhadap hama yang lebih
tinggi sehingga memiliki prospek


yang lebih baik daripada beras lain
(M. Jihadi hasan, 2009). Meskipun
beras merah memiliki manfaat yang
lebih banyak bila dibandingkan
dengan beras putih, namun beras ini
kurang
diminati
masyarakat
Indonesia. Hal ini dikarenakan
kebiasaan masyarakat yang selalu
mengkonsumsi beras putih sebagai
makanan pokok, selain harga beras
yang
lebih
mahal
sehingga
masyarakat lebih memilih untuk
mengkonsumsi beras putih. Beras
yang menjadi makanan pokok
masyarakat Indonesia adalah jenis

beras putih sehingga sebagian besar
petani Indonesia menanam beras
putih. Hanya beberapa petani
Indonesia yang menanam jenis beras
merah. Salah satu penghasil beras
merah di Sragen adalah di Desa
Sukorejo, Kecamatan Sambirejo,
Kabupaten Sragen.
Semua kecamatan di Kabupaten
Sragen ini memproduksi padi organik
namun
hanya
di
Kecamatan
Sambirejo
yang
benar-benar
menghasilkan padi organik sedangkan
di
kecamatan

lain
hanya
menghasilkan padi semi organik.
Berdasarkan pertimbangan tersebut,
maka
dipilihlah
Kecamatan
Sambirejo sebagai sampel kecamatan
dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini, komoditas
yang diteliti adalah beras putih
organik dan beras merah organik.
Beras merah organik adalah komoditi
baru dalam dunia pertanian yang
diusahakan oleh sedikit petani
sehingga
masih
dalam
pengembangan. Pada umumnya,
biaya usahatani beras merah ataupun

beras putih tidak berbeda jauh, Padi
beras merah biasanya ditanam pada
lahan kering yang tidak memerlukan
aliran air secara terus-menerus

sehingga lebih hemat biaya pengairan
karena padi beras merah ini termasuk
padi gogo. Harga benih beras merah
lebih mahal daripada beras putih
sedangkan perlakuan tanam antara
beras merah organik dan beras putih
organik ini sama(Ali, 2012).
Desa Sukorejo merupakan
satu-satunya desa di Kecamatan
Sambirejo yang memproduksi beras
merah organik di Kabupaten Sragen
yang
masih
dalam
tahap

pengembangan dan masih sedikit
petani yang mengusahakannya karena
pasar untuk beras merah organik ini
sendiri masih sangat kecil.
METODE PENELITIAN
Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif
analitis (Surakhmad, 1994). Teknik
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian survey
untuk usahatani beras putih organik
dan teknik sensus untuk usahatani
beras merah organik.
Metode
Penentuan
Lokasi
Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten

Sragen,
Kecamatan
Sambirejo, Desa Sukorejo karena
merupakan
salah
satu
daerah
penghasil beras organik di Jawa
Tengah. Dan penentuan daerah
sampel dilakukan dengan sengaja
dengan pertimbangan Kabupaten
Sragen
khususnya
Kecamatan
Sambirejo merupakan penghasil padi
organik murni. Pada Kecamatan
Sambirejo terdapat desa Sukorejo
yang merupakan penghasil beras
organik (baik untuk usahatani beras
putih organik maupun usahatani beras
merah organik) yang dalam sistem

pertanianya menggunakan sistem
organik
murni,
berdasarkan
pertimbangan tersebut dipilihlah.
Kecamatan Sambirejo sebagai sampel
kecamatan,
selanjutnya
dari
kecamatan terpilih, yaitu Kecamatan
Sambirejo, kemudian dipilih desa
yang
benar-benar
menggunakan
sistem pertanian organik murni dalam
mengusahakan beras putih organik
dan juga beras merah organik, yaitu
Desa Sukorejo.
Metode
Penentuan
Sampel
Responden
Responden Beras Putih Organik.
Sampel responden yang akan diamati
dalam penelitian ini adalah 30 petani
beras putih. Pengambilan sampel
kelompok tani terpilih dilakukan
secara proporsional, menggunakan
rumus :
……………..…….(1)
Keterangan = Ni : Jumlah sampel
setiap kelompok tani, Nk : Jumlah
populasi petani beras putih organik
dari tiap kelompok tani terpilih,
N : Jumlah populasi beras putih
organik dari seluruh kelompok tani
terpilih, 30 : Jumlah sampel petani
beras putih organik
Responden Beras Merah Organik.
Sampel yang akan diamati dalam
penelitian ini adalah 18 petani beras
merah yaitu merupakan jumlah
seluruh petani beras merah di Desa
Sukorejo. Metode yang digunakan
adalalah sensus yaitu semua populasi
dijadikan
sampel
(Singarimbun,
1989) sehingga yang diamati adalah
seluruh petani beras merah pada desa
tersebut.

Tabel 1. Jumlah Sampel Petani Padi Beras Putih Organik dan Beras Merah
Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen
Kelompok Tani
Beras Putih Organik
Gemah Ripah
Sri Rejeki
Sri Makmur
Margo Rukun I
Margo Rukun II
Jumlah
Beras Merah Organik
Gemah Ripah
Sri Rejeki
Sri Makmur
Margo Rukun I
Margo Rukun II
Jumlah

Populasi

Sampel

72
52
69
83
42
318

7
5
6
8
4
30

18
18

18
18

Sumber : Analisis Data Sekunder
Sumber dan Jenis Data
Data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh
dari wawancara langsung dengan
petani padi beras putih organik dan
beras
putih
organik
dengan
menggunakan
kuesioner.
Data
sekunder diperoleh dari Dinas
Pertanian, BPS, Bapeluh, Petugas
Pertanian, ketua gapoktan dan
instansi lain yang berkaitan dengan
penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan observasi,
wawancara dan pencatatan.
Metode Analisis Data
Analisis biaya, penerimaan, dan
pendapatan usahatani beraas merah
organik dan beras putih organik.
Biaya Mengusahakan TC = Biaya
Saprodi + Biaya TK + Biaya Lainlain (Suratiyah, 2006), Penerimaan
Usahatani TR =Y . Py Keterangan =
TR : Total Revenue (penerimaan),

Y : Yield (jumlah output), Py : Price
Yield (harga output) (Suratiyah,
2006). Pendapatan Usahatani PD =
TR – TC. Keterangan = PD :
Pendapatan Usahatani, TR : Total
Reveneu (Total
Penerimaan) dan
TC:Total
Cost
(Total
Biaya)
(Soekartawi, 2006)
Uji
Membandingkan
Tingkat
Produktivitas. Menurut Mubyarto
(1989) produktivitas yaitu banyaknya
hasil suatu produksi fisik yang dapat
diperoleh dari kesatuan faktor
produksi
(input).
Pengertian
produktivitas
ini
merupakan
penggabungan antara konsep efisiensi
usaha dengan kapasitas tanah, secara
matematis dapat dituliskan dengan
rumus :
…....……..(2)
Untuk menguji hipotesis apakah
tingkat produktivitas usahatani beras
putih lebih besar daripada tingkat
produktivitas usahatani beras merah,
maka dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut : (a) Formula
hipotesis
H0 : Ǫ1 = Ǫ2
H1 : Ǫ1>Ǫ2
Keterangan = Ǫ1 : Rata-rata
produktivitas usahatani beras putih
organik, Ǫ2 : Rata-rata produktivitas
usahatani beras merah organik (b)
Taraf nyata atau tingkat signifikan
α : 5% : 0,05 (c) Uji statistik dengan
menggunakan rumus :

H0 : x1 = x2
H1 : x1> x2
Keterangan = x1 : Rata-rata
pendapatan usahatani beras merah
organik, x2 : Rata-rata pendapatan
usahatani beras putih organik (b)
Taraf nyata atau tingkat signifikan α:
5% : 0,05, (c) Uji statistik dengan
menggunakan rumus :
….....(4)

thitung:

thitung :
Keterangan

…..(3)
Keterangan =
: Rata-rata
produktivitas usahatani beras merah,
: Rata-rata produktivitas usahatani
beras putih, S12 : Varian produktivitas
usahatani beras merah, S22 : Varian
produktivitas usahatani beras putih, n1
: Jumlah petani sampel usahatani
beras merah, n2 :Jumlah petani sampel
usahatani beras putih, (d) Kriteria
pengujian jika thitung ≤ ttabel, maka
hipotesis
(Ho)
diterima.
Jadi
produktivitas usahatani beras putih
organik lebih kecil atau sama dengan
produktivitas usahatani beras merah
organik, Jika thitung > ttabel,, maka
hipotesis
(Ho)
ditolak.
Jadi
produktivitas usahatani beras putih
organik lebih besar dari produktivitas
usahatani beras merah organik (e)
Kesimpulan pengujian merupakan
penerimaan atau penolakan H0
(Hasan, I, 2003 : 153)
Uji
Membandingkan
Tingkat
Pendapatan. Untuk menguji hipotesis
apakah tingkat pendapatanusahatani
beras merah lebih besar daripada
tingkat pendapatan usahatani beras
putih, maka dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut (a) Formula
hipotesis

=

: Rata-rata
pendapatan usahatani beras merah,
: Rata-rata pendapatan usahatani
beras putih, S12 : Varian pendapatan
usahatani beras merah, S22 : Varian
pendapatan usahatani beras putih, n1 :
Jumlah petani sampel usahatani beras
merah, n2 : Jumlah petani sampel
usahatani beras putih (d) Kriteria
pengujia jika thitung ≤ ttabel, maka
hipotesis
(Ho)
diterima.
Jadi
pendapatan usahatani beras merah
organik lebih kecil atau sama dengan
pendapatan usahatani beras putih
organik, Jika thitung > ttabel, maka
hipotesis
(Ho)
ditolak.
Jadi
pendapatan usahatani beras merah
organik
lebih
besar
daripada
pendapatan usahatani beras putih
organik (e) Kesimpulan pengujian
merupakan
penerimaan
atau
penolakan H0 (Hasan, I, 2003 : 153)
Uji
Membandingkan
Tingkat
Efisiensi. Untuk mengetahui tingkat
efisiensi dituliskan dengan rumus :
R/C ratio = Penerimaan
Total Biaya................(5)
Kriteria = R/C < 1 maka, usahatani
tidak efisien, R/C = 1 maka, usahatani
impas, R/C > 1 maka, usahatani telah
efisien (Soekartawi, 2006).

Untuk menguji hipotesis apakah
tingkat efisiensi usahatani beras
merah lebih besar daripada tingkat
efisiensi usahatani beras putih, maka
dilakukan denga tahapan sebagai
berikut. (a) Formula hipotesis
H0 : ε1 = ε2
H1 : ε1 > ε2
: Efisiensi usahatani
Keterangan =
beras merah organik,
: Efisiensi
usahatani beras putih organik, (b)
Taraf nyata atau tingkat signifikan α :
5%: 0,05 (c) Uji statistik dengan
menggunakan rumus :

thitung:

merah, S22 :Varian efisiensi usahatani
beras putih, n1 : Jumlah petani sampel
usahatani beras merah, n2 : Jumlah
petani sampel usahatani beras putih
(d) Kriteria pengujian, Jika thitung ≤
ttabel, maka hipotesis (Ho) diterima.
Jadi efisiensi usahatani beras merah
organik lebih kecil atau sama dengan
efisiensi usahatani beras putih
organik, Jika thitung > ttabel, maka
hipotesis (Ho) ditolak. Jadi efisien
usahatani beras merah organik lebih
besar
dibandingkan
efisiensi
usahatani beras putih organik (e)
Kesimpulan pengujian merupakan
penerimaan atau penolakan H0
(Hasan, 2003 : 153)

……..(6)

: Rata-rata efisiensi
Keterangan =
usahatani beras merah,
:Rata-rata
efisiensi usahatani beras putih,
S12:Varian efisiensi usahatani beras
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tabel 2. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Beras Merah Organik dan Beras
Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten
Sragen MT III Tahun 2012
No

Uraian

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jumlah petani responden (orang)
Rata-rata umur petani (tahun)
Rata-rata pendidikan petani (tahun)
Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang)
Rata-rata status kepemilikan lahan
Rata-rata luas lahan sawah yang digarap (Ha)
Rata-rata pengalaman mengelola padi organik
di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten
Sragen (tahun)

Sumber : Analisis Data Primer

Beras
Merah

Beras
Putih

18
51,28
7,50
5
Hak milik
0,17

30
49
7,80
4
Hak milik
0,39

5

13

Rata-rata umur sampel petani
beras merah organik dan beras putih
organik masih tergolong dalam umur
produktif (14-65 tahun). Petani yang
tergolong dalam umur produktif lebih
memiliki semangat kerja yang tinggi
dan didukung dengan tenaga yang
masih mumpuni untuk melakukan
kegiatan usahatani. Petani pada usia
produktif, sangat mungkin untuk
meningkatkan
kemampuan
usahataninya, dalam mengadopsi
teknologi baru, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan produksi dan
pendapatan usahatani.
Tingkat pendidikan rata-rata
petani beras merah organik dan beras
putih organik masih tergolong rendah
yaitu sekitar 7 tahun. Tingkat
pendidikan merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi
petani dalam mengambil keputusan
terkait dengan kegiatan usahatani
yang sedang dijalankan dan dapat
mempengaruhi dalam mengakses
informasi dan teknologi baru di
bidang pertanian.
Rata-rata jumlah anggota
keluarga petani beras merah organik
dan beras putih organik adalah 4
orang. Tidak semua anggota keluarga
petani sampel memiliki kemampuan
untuk
menjalankan
usahatani.
Kemampuan dan pengetahuan dalam
menjalankan usahatani setiap anggota
keluarga juga berbeda-beda sehingga
secara langsung berpengaruh terhadap
penggunaan tenaga kerja luar atau
buruh tani. Penggunaan tenaga kerja
luar dalam jumlah tertentu akan
mempengaruhi pendapatan rumah
tangga petani.

Luas rata-rata sawah garapan
petani padi beras putih organik lebih
tinggi daripada beras putih organik,
yaitu 0,39 ha untuk beras merha
organik dan 0,17 ha untuk beras
merah organik ini karena setiap lahan
yang dimiliki oleh setiap petani 75 %
lahannya untuk ditanami beras putih
organik dan 25% lahannya untuk
ditanami beras merah organik
Semakin luas area sawah petani
meningkatkan pendapatan sehingga
mereka lebih terbuka menerima
teknologi
baru
yang
mampu
meningkatkan produksi usahatani.
Rata-rata
pengalaman
mengelola usahatani beras putih
organik lebih tinggi daripada beras
merah
organik.
petani
mulai
menanam beras putih organik pada
tahun 200 dan Petani di Desa
Sukorejo mulai menanam varietas
beras merah organik pada tahun 2008.
Petani beras merah juga merupakan
petani
beras
putih
organik.
Pengalaman dalam menjalankan
usahatani dapat berpengaruh terhadap
pengambilan
keputusan
petani
terhadap teknologi dan inovasi yang
baru. Petani dengan pengalaman
usahatani yang cukup lama, lebih sulit
dalam menerima tekologi dan inovasi
baru
yang
ditawarkan
oleh
pemerintah karena lebih percaya
terhadap pengalaman berusahatani
yang telah dijalankan selama ini.

Biaya Usahatani
Tabel 3. Rata-Rata Biaya Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih di
Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III
Tahun 2012
No Jenis Biaya

Beras Merah
%
Per Ha

Biaya Sarana
1.
3.550.229,51
Produksi
a. Benih
339.344,26
b. Pupuk Kandang 2.231.311,48
c. Pestisida
889.573,77
Biaya Tenaga
2.
6.970.491,80
Kerja
a. TK Dalam
3.331.147,54
b. TK Luar
2.832.786,89
c. TK Mesin
- Traktor
573.770,49
- mesin perontok
232.786,89
3. Biaya Lain-lain
231.857,92
a. Penyusutan
132.513,66
b. Pajak tanah
99.344,26
Biaya
Mengusahakan
10.752.579,23
Sumber : Analisis Data Primer
Biaya Mengusahakan pada
usahatani beras merah lebih besar
daripada beras putih organik. Hal ini
disebabkan harga benih beras merah
organik lebih mahal daripada beras
putih organik. Namun pada dasarnya
penggunaan biaya usahatani padi
beras merah organik dan beras putih
organik sama. harga benih beras
merah yang lebih mahal ini karena
kandungan yang dimiliki oleh beras
merah organik ini lebih banyak
daripada beras putih organik
Biaya usahatani beras organik
terdiri dari biaya sarana produksi,
biaya tenaga kerja, biaya lain-lain.
Pengeluaran terbesar dari kedua
usahatani tersebut adalah biaya tenaga
kerja yaitu sekitar 74,46% untuk
usahatani beras merah organik dan

22,95

Beras Putih
Per Ha

%

3.435.769,56

24,51

3,60
18,76
0,59
74,46

245.915,74
2.315.133,28
874.720,55

2,79
20,86
0,86

6.110.490,11

73,36

36,64
31,10

2.593.293,21
2.772.141,01

32,49
33,09

4,36
2,36
2,59
1,57

464.746,35
280.409,54
178.604,18
78.002,29
100.601,89

5,32
2,46
2,13
1,01
1,12

1,02
100,00

9,724.863,86

100,00

73,36% untuk usahatani beras putih
organik. Besarnya biaya tenaga kerja
yang dikeluarkan tergantung dari
besarnya penggunaan tenaga kerja,
penggunaan antara beras merah
organik dengan beras putih organik
sebenarnya tidak acuan khusus
tergantung dari apa yang dibutuhkan
oleh
petani
untuk
kebutuhan
lahannya. Biaya tenaga kerja meliputi
biaya tenaga kerja dalam, tenaga kerja
luar, dan tenaga kerja mesin. biaya
tenaga kerja mesin ini dihitung
berdasarkan biaya sewa yang
dikeluarkan petani untuk menyewa
tenaga kerja mesin ini.
Biaya terbesar kedua baik
usahatani beras merah organik
maupun beras putih organik adalah
biaya sarana produksi. Biaya sarana

produksi yang digunakan meliputi
biaya benih, pupuk kandang, dan
pestisida. Besarnya biaya sebesar
22,95% untuk usahatani beras merah
organik dan 24,51% untuk biaya
beras putih organik. Petani disana
menggunakan pupuk organik dan
pestisida organik dari pembelian.
Komponen biaya yang terkecil
adalah biaya lain-lain yang terdiri dari
biaya penyusutan dan pajak tanah
yaitu sebesar 2,59% untuk biaya
usahatani beras merah organik dan
2,13 % untuk biaya usahatani beras
putih organik. Rata-rata biaya
mengusahakan usahatani padi beras
merah organik per hektar sebesar Rp
10.752.579,23 dan rata-rata biaya
mengusahakan pada usahatani padi
beras putih organik sebesar Rp
9,724.863,86. Biaya mengusahakan
pada usahatani beras merah organik

ini lebih besar karena harga benih
beras merah organik memang lebih
mahal daripada beras putih organik
yaitu Rp 7.500,00 untuk harga benih
beras merah organik dan Rp 6.500,00
untuk harga benih beras putih
organik. biaya pengairan untuk
usahatani
di
Desa
Sukorejo,
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten
Sragen adalah gratis karena di Desa
Sukorejo ini terdapat tujuh sumber
mata air yang dapat digunakan irigasi
pengairan uuntuk mengairi sawahsawah petani di Desa Sukorejo.

Penerimaan Usahatani
Tabel 4. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih
Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT
III Tahun 2012
No
1
2
3

Uraian
Produksi Gabah (Kw)
Harga (Rp/Kw)
Penerimaan (Rp)

Beras Merah
Per Ha
55,97
520.000,00
29.102.950,82

Beras Putih
Per Ha
54,77
490.000,00
26.838.349,10

Sumber : Analisis Data Primer
Rata-rata produksi gabah
kering panen padi beras merah
organik varietas thailand sebesar
55,97 kw/ha sedangkan produksi
gabah kering panen pada usahatani
padi beras putih organik varietas
menthik sebesar 54,77 kw/ha. Ratarata harga gabah kering panen pada
usahatani padi beras merah organik
adalah Rp 520.000,00 per kwintal dan
untuk beras putih organik Rp
490.000,00 per kwintal. Perbedaan

harga gabah tersebut dikarenakan
perbedaan varietas beras dari
keduanya yaitu beras merah organik
dan beras putih organik. Beras merah
organik memiliki harga jual yang
lebih tinggi dari beras putih organik
karena manfaat yang dimiliki beras
merah organik lebih banyak daripada
beras putih organik.
Rata-rata penerimaan pada
usahatani padi beras merah organik
dan beras putih organik menunjukkan

nilai yang berbeda. Hal ini
dipengaruhi oleh harga dari kedua
varietas yang memang berbeda. Ratarata penerimaan usahatani padi beras
merah
organik
sebesar
Rp
29.102.950,82 per hektar dan

penerimaan usahatani padi beras putih
organik sebesar Rp 26.838.349,10 per
hektar. Selisih pemerimaan antara
kedua usahatani juga tidak berbeda
jauh yaitu Rp 2.264.601,72 per hekt

Pendapatan Usahatani
Tabel 5. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih
Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT
III Tahun 2012
No
1
2
3

Uraian
Penerimaan (Rp)
BiayaMengusahakan
Pendapatan

Beras Merah
Per Ha
29.102.950,82
10.752.579,23
18.350.365,58

Beras Putih
Per Ha
26.838.349,10
9,724.863,86
17.113.485,24

Sumber : Analisis Data Primer
Pendapatan petani diperoleh
dari penerimaan dikurangi dengan
biaya
mengusahakan.
Rata-rata
pendapatan usahatani padi beras
merah organik sebesar adalah Rp
18.350.365,58/ha sedangkan rata-rata

pendapatan usahatani padi beras putih
organik sebesar Rp 17.113.485,24/ha.
Selisih pendapatan antara kedua
usahatani
tersebut
adalah
Rp
1.236.880,34
per
hektar

Produktivitas Usahatani
Tabel 6. Rata-Rata Produktivitas Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih
Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen
MT III Tahun 2012
No
1
2
3

Uraian
Produksi (Kw)
Luas areal (Ha)
Produktivitas Lahan (Kw/Ha)

Beras Merah
9,48
0,17
55,97

Beras Putih
21,23
0,39
54,77

Sumber : Analisis Data Primer
Rata-rata petani beras merah
organik memiliki lahan yang lebih
kecil (0,17ha) dibanding petani beras
putih organik (0,39ha). Produksi ratarata gabah kering panen untuk petani
beras merah organik yaitu sebesar
9,48 kwintal, sedangkan rata-rata
produksi
gabah
kering
panen

usahatani beras putih organik yaitu
sebesar 21,23 kwintal. Produktivitas
lahan dipengaruhi oleh luas areal dan
rata-rata hasil produksi. Produktivitas
usahatani padi beras merah organik
sebesar 55,97 kw/ha lebih tinggi
daripada produktivitas usahatani
beras putih organik yaitu 54,77 kw/ha

Efisiensi Usahatani
Tabel 7. Rata-Rata Efisiensi Usahatani Beras Merah Organik dan Beras Putih
Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen MT
III Tahun 2012
No
1
2
3.

Uraian
Penerimaan (Rp)
Biaya Mengusahakan (Rp)
Efisiensi

Beras Merah
Per Ha
29.102.950,82
10.752.579,23
2,71

Beras
Putih
Per Ha
26.838.349,10
9,724.863,86
2,76

Sumber : Analisis Data Primer
Usahatani padi beras merah
organik dan beras putih organik telah
mencapai efisiensi usahatani yang
ditunjukkan dari nilai perbandingan
penerimaan dan biaya mengusahakan.
Nilai R/C Ratio menunjukkan hasil
lebih dari satu, yaitu 2,71 dan 2,76.
Nilai R/C Ratio kedua usahatani padi

sawah tersebut dapat diartikan bahwa
setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan oleh
petani
beras
merah
organik
memberikan penerimaan sebesar Rp
2,71 dan setiap Rp 1,00 yang
dikeluarkan oleh petani beras putih
organik
akan
memberikan
penerimaan Rp 2,76.

Tabel 8. Perbandingan Produktivitas, Pendapatan, dan Efisiensi Usahatani Beras
Merah Organik dan Beras Putih Organik di Desa Sukorejo, Kecamatan
Sambirejo, Kabupaten Sragen MT III Tahun 2012
Uraian
Produktivitas (Kw/Ha)
Pendapatan (Rp)
Efisiensi

t-hitung
- 0,41
0,97
- 0,35

t-tabel
1,68
1,68
1,68

Sumber : Analisis Data Primer
Uji
perbandingan
(t-test)
terhadap produktivitas usahatani
beras merah organik dan beras putih
organik yang memberikan nilai thitung (-0,41) lebih kecil daripada
nilai t-tabel (1,68) sehingga hipotesis
yang diajukan (H1) ditolak dan
hipotesis
(H0)
diterima
yang
menyatakan bahwa produktivitas
beras putih organik lebih kecil atau
sama dengan produktivitas usahatani
beras merah organik di Desa
Sukorejo, Kecamatan Sambirejo,
Kabupaten Sragen.
Uji statistik memberikan nilai
t-hitung (0,97) lebih kecil dari t-tabel

(1,68). Dapat diambil kesimpulan
bahwa hipotesis yang diajukan (H1)
ditolak dan hipotesis (H0) diterima
yang
menyatakan
pendapatan
usahatani beras merah organik lebih
kecil daripada pendapatan usahatani
beras putih organik di Desa Sukorejo,
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten
Sragen.
Uji
perbandingan
(t-test)
terhadap efisiensi usahatani beras
merah organik dan beras putih
organik memberikan nilai t-hitung (0,35) lebih kecil daripada nilai t-tabel
(1,68). Berdasarkan hasil tersebut
maka hipotesis yang diajukan (H1)

ditolak dan hipotesis (H0) diterima
yang menyatakan bahwa efisiensi
beras merah organik lebih kecil
daripada efisiensi beras putih organik
di Desa Sukorejo, Kecamatan
Sambirejo, Kabupaten Sragen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
usahatani beras merah organik dan
beras putih organik di Desa Sukorejo,
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten
Sragen dapat diambil kesimpulan
sebagai
berikut
(1)
Biaya,
penerimaan,
dan
pendapatan
usahatani beras merah organik dan
beras putih organik di Desa Sukorejo,
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten
Sragen yaitu sebesar a) Biaya
mengusahakan pada usahatani beras
merah
organik
sebesar
Rp
10.752.579,23/ha/MT
dan biaya
mengusahakan pada usahatani beras
putih
organik
sebesar
Rp
9.724.863,86/ha/MT. b) Penerimaan
usahatani beras merah organik adalah
sebesar Rp 29.102.950,82/ha/MT dan
penerimaan pada usahatani beras
putih
organik
Rp
26.838.349,10/ha/MT. c) Pendapatan
yang diperoleh dari usahatani beras
merah
organik
sebesar
Rp
18.350.371,58/ha/MT dan pendapatan
usahatani beras putih organik sebesar
Rp 17.113.485,24/ha/MT. (2) Hasil
uji t-test menunjukan produktivitas
beras putih organik sama dengan
produktivitas usahatani beras merah
organikdi Desa Sukorejo, Kecamatan
Sambirejo, Kabupaten Sragen. (3)
Hasil
uji
t-test
menunjukan
pendapatan petani dari usahatani
beras merah organik sama dengan
pendapatan usahatani beras putih
organik di Desa Sukorejo, Kecamatan

Sambirejo, Kabupaten Sragen. (4)
Hasil uji t-test menunjukan Efisiensi
beras merah organik sama dengan
efisiensi beras putih organik di Desa
Sukorejo, Kecamatan Sambirejo,
Kabupaten Sragen.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka
saran yang dapat diberikan bagi setiap
petani padi sawah di Desa Sukorejo,
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten
Sragen, sebaiknya penggunaan pupuk
organik dan pestisida organik itu
bukan berasal dari pembelian tetapi
dari hasil membuat sendiri. Pupuk
organik bisa dibuat dari limbah
tumbuhan atau hewan dan pestisisda
organik bisa dibuat dari bahan aktif
tumbuhan.
Sehingga
akan
menurunkan biaya produksi dan
mampu meningkatkan nilai R/C ratio.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2011. www.bps.go.id. Diakses
tanggal 26 September 2012
Hasan, Iqbal. 2003. Analisis Data
Penelitian dengan Statistik.
Bumi Aksara. Jakarta
Ken Suratiyah. 2006.
Ilmu
Usahatani. Penebar Swadaya.
Jakarta
Muhammad, Jihadi Hasan. 2009.
Prospek Beras Merah di
Indonesia.http://pertanian.unt
ag.smd.ac.id. Diakses pada
tanggal 26 September 2012
Singarimbun dan Sofian Effendi.
1989.
Metode Penelitian
Survai. LP3ES. Jakarta.
Soekartawi.
2006.
Analisis
Usahatani. UI Pess. Jakarta
Surakhmad,
Winarno.
1994.
Pengantar Penelitian Ilmiah.
Bandung.