Sumber Pengetahuan Teori Kebenaran dan

Sumber Pengetahuan, Teori Kebenaran dan Pemikiran Ilmiah
UTS Filsafat Sains

Oleh

: Dedy A Bilaut

Nim

: 11010210008

Prodi : Fisika

Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan Surya
2011

Bab 1
Pendahuluan
1.1 Pengantar

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk

memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan
melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia
membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku
di alam itu dapat dimengerti.
Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta,
kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu
pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas
fenomena tersebut. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam
hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan
tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam
struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan
intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak
terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri.
Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.
Pada penulisan karya ilmiah sederhana ini, penulis penulis mencoba memaparkan sekilas
tentang sumber pengetahuan rasionalis dan empiris, teori kebenaran korespondensi,
koherensi dan paragmatis dan juga hubungan antara teori-teori kebenaran dengan sumber
kebenaran. Penulis juga menjelaskan bagaimana sifat-sifat pemikiran ilmiah sehubungan
dengan sumber pengetahuan dan teori-teori kebenaran.


1.2 Rumusan Masalah
Dalam masalah ini ada beberapa masalah yang dibahas, agar permbahasan dalam karya tulis
ini tidak lari jauh dari judulnya ada baiknya kita merumuskan masalah-masalah yang
dibahas yaitu antara lain:
1. Pengertian- pengertian sumber pengetahuan
2. Pengertian-pengertian teori kebenaran
3. Hubungan antara sumber pengetahuan dan teori kebenaran.
4. Hubungan antara pemikiran ilmiah dengan sumber-sumber pengetahuan dan juga teoriteori kebenaran.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun penulis membuat tulisan ini yaitu:
1. Agar penulis mampu mengerti akan setiap paham-paham sumber pengetahuan
2. Agar penulis dapat mengerti akan teori-teori kebenaran
3. Agar penulis dapat menjelaskan hubungan antara sumber pengetahuan dan teor kebenaran
4. Agar penulis dapat mengerti tentang pemikiran ilmiah sehubungan dengan sumber
pengetahuan dan teori kebenaran
5. Sebagai tugas UTS Filsafat Sains
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam menulis karya ilmiah ini adalah dengan
menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan memberikan gambaran-gambaran tentang
materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui media masa/internet.


Bab 2
Pembahasan
2.1 Sumber Pengetahuan
Pengetahun yang ada pada diri kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang
merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber
pengetahuan yaitu paham rasionalisme dan paham empirisme.
1. Paham Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar
diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap
objek.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman
indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat
bekerja , tetapi sampainya manusia pada kebenaran adalah semata-mata akal. Laporan indera menurut
rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, bahkan ini memungkinkan dipertimbangkan oleh akal
dalam pengalaman berfikir. Akal mengatur bahan tersebut sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan
yang benar. Jadi fungsi panca indera hanyalah untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan
akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak dalam ide, jika
kebenaran mengandung makna yang mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk kepada

kenyataan, kebenaran hanya dapat ada dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi
saja.
Paham rasionalisme mempunyai kelemahan, seperti mengenai kriteria untuk mengetahui akan
kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya tetapi menurut orang
lain tidak. Jadi masalah utama yang dihadapi oleh kaum rasionalisme adalah evaluasi dari kebenaran
premis-premis ini semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak.
2. Paham Empirisme
Berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahun melalui pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman
inderawi.
Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik dan masuk
ke dalam medan internasional, walaupun masih sangat sederhana. Indera menghubungkan manusia
dengan hal – hal konkret material.

Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut perbedaan
indera dan terbatas pada sesnsibilitas organ-organ tertentu. “Bagaiman orang bisa mengetahui es itu
dingin ?” Seorang empiris akan mengatakan, “karena saya merasakan hal itu atau karena seorang
ilmuwan telah merasakan seperti itu”. Dalam pernyataan tersebut ada tiga unsur yang perlu, yaitu yang
mengetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu dingin. Bagaimana
dia mengetahui es itu dingin ? Dengan menyentuh langsung dengan alat peraba. Dengan kata lain,

seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh lewat pengalaman-pengalaman
inderawi yang sesuai.
Adapun kelemahan dari paham empirisme ini antara lain, indera manusia itu terbatas, benda
yang kelihatan dari jauh kecil bisa saja sebenarnya besar saat dilehat dari dekat. Indera manusia itu
menipu, misalnya ada orang yang sakit malaria akan merasakan gula pahit, atausuhu udara akan terasa
dingin. Hal ini menyebabkan paham empirisme dari tiap-tiap orang yang berbeda. Empirisme itu lemah
karena keterbatasan indera, misalnya saat melihat banyak sapi mata manusia tidak dapat melihat
keseluruhan badan sapi sekaligus, begitu juga sapi tidak dapat memperlihatkan badannya sekaligus.

2.2 Teori kebenaran klasik

1.Teori Kebenaran Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan
adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang
dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara
arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat
suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori
empiris pengetahuan.
2. Teori Kebenaran Koherensi
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau

konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataanpernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa
kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling
berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.
Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan
antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila
konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui

kebenarannya. Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi
sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan
atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan
apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan
antara dua hal dan merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang
hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter,
pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari strukturasi sifat-sifat
manusia dan hubungan-hubungan yang tersembunyi dalam kepribadiannya.
3. Teori Kebenaran Paragmatis
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh
referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung
kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu
pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Teori Pragmatis memandang bahwa

“kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional
dalam kehidupan praktis”; dengan kata lain, “suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu
mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia”. Pragmatisme menantang segala
otoritanianisme, intelektualisme dan rasionalisme. Bagi mereka ujian kebenaran adalah manfaat
(utility), kemungkinan dikerjakan (workability) atau akibat yang memuaskan (Titus, 1987:241),
Sehingga dapat dikatakan bahwa pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar
ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu
membawa manfaat bagi hidup praktis dalam kehidupan manusia. Kata kunci teori ini adalah: kegunaan
(utility), dapat dikerjakan (workability), akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory
consequencies). Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa suatu proposisi benar dilihat dari realisasi
proposisi itu. Jadi, benar-tidaknya tergantung pada konsekuensi, kebenaran suatu pernyataan diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis, sepanjang
proposisi itu berlaku atau memuaskan. Menurut teori pragmatis, “kebenaran suatu pernyataan diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu
pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis bagi kehidupan manusia” . Pragmatisme memang benar untuk menegaskan karakter praktis dari
kebenaran, pengetahuan, dan kapasitas kognitif manusia. Tapi bukan berarti teori ini merupakan teori
yang terbaik dari keseluruhan teori.


2.3 Hubungang Sumber Pengetahuan dengan Teori Kebenaran

➢ Sumber Pegetahuan Rasionalis dengan Teori Kebenaran Korespondensi
Sesuai dengan pengertian dari paham rasionalisme dan teori kebenaran korespondensi dimana
paham rasionalisme yaitu paham yang menganggap bahwa pengetahuan yang benar itu dapat
dipastikan dengan bantuan akal manusia, sedangkan teori kebenaran korespondensi yaitu teori
yang menganggap bahwa kebenaran itu berdasarkan kesesuaian atau kesepadanan antara
pernyataan-pernyataan sebuah pikiran dengan kenyataan. Dari pengertian itu dapat dilihat
bahwa antara teori kebenaran dan sumber pengetahuan ini sama-sama menggunakan akal untuk
mengkaji, apakah yang dikaji itu benar atau keliru. Untuk mendapat pengetahuan yang benar
mereka yang menganut paham rasionals berpikir dengan akal mereka, apakah sesuatu yang
dipikir itu sesuai dengan objek yang dikaji atau tidak.
➢ Sumber Pengetahuan Rasionalis dengan Teori Kebenaran Koherensi
Hubungan antara Sumber pengetahuan rasionalis dengan teori kebenaran koherensi sangat
dekat. Para penganut paham rasionalis menggunakan teori kebenaran koherensi dalam produk
pengetahuannya, sebab teori kebenaran koherensi berpandangan bahwa suatu peryataan
dikataan benar apabila terdapat kesesuaian antara pernyataan satu dengan pernyataan lain atau
antara pernyataan yang baru dengan pernyataan lama yang dianggap benar. Sebab sesuatu
adalah anggota dari suatu sistem yang unsur-unsurnya berhubungan scara logis, Teori dan
paham ini berhubungan karena untuk mendapat suatu pengetahuan yang benar maka diperlukan

akal untuk menghubungkan gagasan gagasan yang logis dan sistematik.
➢ Sumber Pengetahuan Rasionalis dengan Teori Kebenaran Paragmatis
Teori kebenaran paragmatis yaitu teori yang berpendapat bahwa segala sesuatu yang dianggap
benar yaitu sesuatu yang bermanfaat praktis dalam kehiidupan manusia. Teori pragmatis
berangkatnya dari pemikiran tentang 'berpikir'. Fungsi dari berpikir bukan saja untuk
menangkap kenyataan tertentu, melainkan membentuk ide tertentu demi memuaskan kebutuhan
atau kepentingan manusia. Jadi disini untuk mendapat pengetahuan yang benar diperlukan akal
agar dapat menelaah sebenarnya apa yang dipikirkan itu bermanfaat bagi kehidupan manusia
atau malah merguikan manusia.
➢ Sumber Pengetahuan Empiris dengan Teori Kebenaran Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi berhubungan erat dan juga sangat ditekankan oleh aliran
empirisisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan inderawi sebagai sumber utama

pengetahuan manusia. Suatu ide, konsep, atau teori yang benar, harus mengungkapkan relaitas
yang sebenarnya. Kebenaran terjadi pada pengetahuan. Pengetahuan terbukti benar dan menjadi
benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan pengetahuan itu. Oleh karena
itu, bagi teori ini, mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok bagi kegiatan ilmiah. Dalam
mengungkapkan realitas itu, kebenaran akan muncul dengan sendirinya ketika apa yang
dinyatakan sebagai benar memang sesuai dengan kenyataan. Teori ini sangat menghargai
pengamatan, percobaan atau pengujian empiris untuk mengungkapkan kenyataan yang

sebenarnya. Sehubungan dengan itu, teori ini lebih mengutamakan cara kerja dan pengetahuan
aposteriori, yaitu pengetahuan yang terungkap hanya melalui dan setelah pengalaman dan
percobaan empiris. Percobaan empiris disini maksudnya adalah percobaan dimana hal-hal yang
kita ketahui semuanya itu berawal dari pengamatan, yang dilakukan dengan bantuan indera bik
mata, telinga, kulit, hidung,dan lidah. Misalnya saat kita mencicipi gula maka lidah kita akan
merasa bahwa yang ada dalam mulut itu adalah manis, dan itu adalah benar karena sesuai
dengan kenyataannya.
➢ Sumber Pengetahuan Empiris dengan Teori Kebenaran Koherensi
Menurut paham empiris pengetauan berasal dari pengalaman-pengalaman inderawi, jika
dihubungkan dengan teori kebenaran koherensi yang menganggap bahwa sesuatu itu benar
perdasarkan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang sudah pasti kebenarannya maka
hubungannya yaitu disaat seseorang ingin memastikan sesuatu yang dikajinya itu benar atau
tidak ia harus membandingkan dengan pernyataan-pernyataan atau kebenaran-keberaran yang
sudah ada sebelumnya yang didapat melalui pengalaman-pengalaman inderawi.
➢ Sumber Pengetahuan Empiris dengan Teori Paragmatis
Agar seseorang mengetahui sesuatu itu benar sesuai dengan teori paragmatis, teori yang
menyatakan bahwa suatu hal dikatakan benar dikur dari apakah hal itu berguna bagi manusia
atau tidak. Bagi mereka yang menganut paham empiris dan ingin mengecek suatu kebenaran
menggunakan teori paragmatis akan lebih mudah karena mereka langsung mengetahuinya
dengan tindakan nyata. Misalnya efek rumah kaca yang menyebabkan rusaknya lapisan ozon

sehingga suhu di bumi semakin panas, hal ini tentu merugikan manusia. Dari sini kita dapat
melihat berdasarkan paham kaum empiris bahwa sejak tahun belakangan ini pembangunan
rumah kaca memang semakin bertambah banyak dan juga suhu di bumi semakin memanas.

2.4 Sifat-sifat Pemikiran Ilmiah Sehubungan dengan Sumber-sumber pengetahuan dan Teoriteori Klasik

Definisi berpikir ilmiah dari tiap tiap filsuf berbeda-beda tetapi hampir sama. Berfikir ilmiah
adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis artinya masuk akal, sedangkan empiris artinya,d ibahas
secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan defenisi itu disampaikan oleh
(Hillway,1956). Berpikir merupakan kegiatan (akal) untuk memperoleh pengetahuan yang benar.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan (akal) yang menggabungkan induksi dan deduksi, itu menurut (Jujun
S. Suriasumantri,Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,). Jadi
berpikir ilmiah itu dapat didefinisikan berpikir dengan menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan
prinsip-prinsip ilmu pengethuan). Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran semuanya itu dilakukan dengan menggunakan prosedur-prosedur
yang tepat..
Dari defenisi-defenisi diatas dapat dilihat bahwa dalam berpikir ilmiah pemikiran kita harus
sesuai/cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang tidak didukung oleh pengujian empiris atau
teori-teori yang tidak sesuai kenyataan yang dilihat/dialami oleh indera manusia pemikiran tersebut
tidak dapat disebut pemikiran ilmiah. Dalam berpikir ilmiah pemikiran kitapun harus konsisten dengan
teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi antara pemikiran ilmiah kita
dengan teori-teori sebelumnya.
Untuk mendapat pengetahuan yang benar seseorang hendaknya menggunakan metode
pemikiran ilmiah, pemikiran yang memperhatikan paham-paham sumber pengetahuan dan teori-teori
klasik kebenaran.

Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa pokok bahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
Semua sumber kebenaran, teori kebenaran dan kaitannya dengan pengetahuan ilmiah ada dan
dipraktekan dalam kehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai dan makna dalam
tiap-tiap kehidupan manusia, dan tiap orang juga selalu mempunyai paham-paham yang berbeda dan
teori-teori yeng berbeda untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Teori kebenaran korespondensi
memiliki hubungan erat dengan fakta dan empiris sedangkan teori koherensi berkaitan erat dengan
fakta-fakta koherensi yang bersifat rasional dan postivistik yang mengabaikan hal-hal non fisik
paragmatis fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak performatif bila pemegeng otoritasnya benar.
Sumber kebenaran rasional yaitu paham yang menekankan bahwa akal adalah dasar
pengetahuan, Sedangkan paham empiris yaitu paham yang menakankan bahwa kebenaran itu berasal
dari pengalaman inderawi.
Teori kebenaran korespondensi yaitu kesepadanan antara apa yang diketahui dan yang dilihat,
teori kebenaran koherensi yaitu benartidaknya diketahui berdasarkan pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang sudah pasti kebenanya. Untuk teori kebenaran Paragmatis yaitu kebenaran yang
menggunakan nilai fungsi sesuatu menjadi tolaj ukur kebenaran. Sesuatu akan dianggap benar jika
bermanfaat dalam kehidupan manusia dan sebaliknya salah/keliru jika merugikan manusia.
Dalam penulisan ini juga dapat ditarik kesempulan bahwa hubungan pemikiran ilmiah dengan
sumber pengetahuan dan teori kebenaran yaitu dalam berpikir secara ilmiah digunakan ke-2 paham dan
ke-3 teori klasik kebenaran, agar hasil atau ide/pemikiran yang didapat logis dan empiris.

3.2 Saran
Dari karya penulisan karya ilmiah yangsederhana ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
kita semua yang membacannya. Dalam penulisan ini juga penulis merasa bahwa karya tulis ini masih
jauh dari kesempurnaan, masih banyak kekurangan dari berbagaui sisi. Jadi penulis mohon kritik dan
saran yang membangun agar kedepannya penulis dapat membuat karya tulis yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Suriasumantri, Jujun S. (1998). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cetakan ke-11. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
http://alphamicky-alpha.blogspot.com/2011/11/paham-pemikiean-dalam-filsafat.html
http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/dualisme-empirisme-rasionalisme.html
http://coretantintadwi.wordpress.com/2011/03/11/teori-kebenaran-ilmiah-tugas-makul-filsafat-ilmu
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/01/trori-kebenaran.html
http://filsafat.kompasiana.com/2011/03/26/rasionalisme-empirisme-dan-kritisme
http://galeriilmiah.wordpress.com/2012/03/27/definisi-berpikir-ilmiah

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24