T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Klinis Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru Di SMP Negeri 2 Pringapusabupaten Semarang T2 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Supervisi Klinis
2.1.1.1 Pengertian Supervisi Klinis
Supervisis

klinis

sebagai

suatu

sistem

instruksional yang menggambarkan perilaku supervisor
yang berhubungan secara langsung dengan guru atau
kelompok

guru


untuk

memberikan

dukungan,

membantu, dan melayani guru untuk meningkatkan
hasil kerja guru dalam mendidik para siswa (Sagala,
2010). Menurut Acheson dan Gall (1987 : 3) yang
dikutip Sagala (2010) supervisi klinis adalah suatu
proses yang interaktif, berkenaan dengan suatu gaya
mengajar yang berbeda. Agar proses supervisi klinis
menjadi efektif, maka antara supervisor dengan guru
bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan memiliki
ide,

emosi

dan


tindakan

untuk

pengembangan

profesional guru dari preservice atau inservise.

2.1.1.2 Karakteristik Supervisi Klinis
Karakteristik mendasar supervisi klinis kajian
Acheson dan Gall (1987 :14) yang dikutip Sagala (2010)
adalah :
9

1.

Meningkatkan kualitas ketrampilan intelektual
dan perilaku mengajar guru secara spesifik


2.

Membantu para guru untuk mengembangkan
ketrampilan menganalisis proses pembelajaran,
terampil dalam mengujicobakan, mengadaptasi
dan memodifikasi kurikulum dan terampil
menggunakan teknik-teknik mengajar.

3.

Meningkatkan kualitas pembelajaran,
untuk merubah kepribadian guru

4.

Perencanaan
dan
analisis
berpusat
pada

pembuatan dan pengujian hipotesis pembelajaran
berdasarkan bukti-bukti hasil observasi

5.

Konferensi berkaitan dengan sejumlah isu-isu
penting mengenai pembelajaran yang relevan bagi
guru yang mendorong untuk berubah

6.

Konferensi sebagai umpan balik menitik beratkan
pada analisis konstruktif dan penguatan terhadap
pola-pola yang gagal

7.

Observasi
itu
didasarkan

bukti,
bukan
berdasarkan nilai subtansial atau nilai keputusan
yang tidak benar

8.

Siklus perencanaan, analisis dan pengamatan
secara berkelanjutan dan bersifat kumulatif

9.

Merupakan proses memberi dan menerima yang
dinamis di mana supervisor dan guru adalah
kolega
yang
meneliti
untuk
menemukan
pemahaman yang saling mengerti bidang

pendidikan

bukan

10. Berpusat pada analisis pembelajaran
11. Guru secara individual memiliki kebebasan dan
tanggung jawab untuk menganalisis dan menilai
isu-isu, meningkatkan kualitas pengajaran dan
mengembangkan gaya mengajar personal guru
12. Proses supervisi dapat diterima, dianalisis dan
dikembangkan lebih banyak sama dengan
keadaan pengajaran yang dapat dilakukannya,
dan

10

13. Seorang supervisor memiliki kebebasan dan
tanggung jawab untuk menganalisis kegiatan
supervisinya dalam hal yang sama dengan
analisis evaluasi guru tentang pembelajarannya.

Berdasarkan kajian Acheson dan Gall dapat
ditegaskan bahwa karakteristis supervisi klinis adalah
untuk memperbaiki cara mengajar, ketrampilan
intelektual, dan bertingkah laku yang spesifik,
pembuatan dan pengujian hipotesis pembelajaran
berdasarkan bukti-bukti hasil observasi yang
dilakukan melalui tahapan siklus.

2.1.1.3 Tujuan Supervisi Klinis
Dalam Sagala (2010), Acheson dan Gall (1987 : 1)
mengatakan

tujuan

dari

supervisi

klinis


adalah

pengajaran efektif dengan menyediakan umpan balik,
membantu guru mengembangkan kemampuan dan
strategis, mengevaluasi guru,

membantu guru untuk

berperilaku yang baik sebagai upaya pengembangan
profesional para guru, dengan suatu penekanan pada
peningkatan kecakapan guru dalam mengajar pada
ruangan kelas.
2.1.1.4 Prosedur Supervisi Klinis
a. Proses
Supervisi

klinis

merupakan


suatu

proses

memberi dan menerima yang dinamis. Dalam hal ini
supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan
mencari pengertian bersama yang berhubungan dengan
pendidikan (Sagala, 2010).
Achesom dan Gall (1980) dalam Sagala (2010)
mengemukakan

pada

dasarnya

kegiatan

supervisi
11


klinis terdiri dari tiga fase (1) Planing conference, (2)
Classroom observation, dan (3) Feedback converence.
Model susunan supervisi klinis yang dikemukakan oleh
Acheson dan Gall menjadi rujukan dalam proses
pelaksanaan supervisi klinis.
Selanjutnya berdasarkan kegiatan supervisi klinis
yang dikemukakan Acheson dan Gall, maka prosedur
supervisi

klinis

berlangsung

dalam

suatu

proses

berbentuk siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu :

tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan
tahap pertemuan balikan. Dua dari tiga tahap tersebut
memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor,
yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan balikan
(Bolla, 1984). Tiga tahapan tersebut adalah :
(1)

Tahap Pertemuan
conference)

Pendahuluan

(Planing

Dalam tahap ini supervisor dan guru bersamasama membicarakan rencana ketrampilan yang akan
diobservasi dan dicatat. Suatu komunikasi yang
efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna
mengikat supervisor dan guru partner di dalam
suasana kerjasama yang harmonis. Secara teknis
diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya
pertemuan pendahuluan dengan baik, yaitu :

12

a.

Menciptakan suasana akrab antara supervisor
dengan
guru
sebelum
langkah-langkah
selanjutnya dibicarakan

b.

Mereviu rencana
pelajaran

c.

Merivu komponen ketrampilan yang akan dilatih
dan diamati

pelajaran

serta

tujuan

d.

Memilih atau mengembangkan suatu instrumen
observasi yang akan dipakai untuk merekam
tingkah laku guru yang menjadi perhatian
utamanya

e.

Instrumen observasi yang dipilih atau yang
dikembangkan, dibicarakan bersama antara
guru dan supervisor. Kesepakatan-kesepakatan
tentang
perhatian
utama
serta
cara
perekamannya merupakan semacam kontrak
yang merupakan rambu-rambu yang mengatur
perwujudan peranan kedua belah pihak di
dalam pelaksanaan supervisi klinis yang
bersangkutan.

(2).

Tahapan Pengamatan mengajar (Classroom
observation)

Pada tahap ini guru melatih tingkah laku
mengajar berdasarkan komponen ketrampilan yang
telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan.
Supervisor mengamati dan mencatat atau merekam
secara obyektif, lengkap dan apa adanya tingkah laku
guru ketika mengajar, berdasarkan komponen
ketrampilan yang diminta oleh guru untuk direkam.
Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan
mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi
antara guru dan siswa.
(3).

Tahapan
Pertemuan
converence)

Balikan

(Feedback

Sebelum pertemuan balikan di laksanakan
maka supervisor mengadakan analisis pendahuluan
tentang hasil rekaman observasi yang dibuat sebagai
bahan dalam pembicaraan tahap ini. Pada pertemuan
balikan supervisor hendaknya berusaha menganalisis
dan menginterpretasikan tentang data hasil rekaman
tingkah laku guru waktu mengajar. Langkah-langkah
utama tahap ini adalah :
a.

Menanyakan perasaan guru secara umum atau
kesan umum guru ketika ia mengajar serta
memberi penguatan.

b.

Meriviu tujuan pelajaran

13

c.

Meriviu target
utama guru

d.

Menanyakan perasaan guru tentang jalannya
pelajaran berdasarkan target dan perhatian
utamanya guru.

e.

Menunjukkan data hasil rekaman dan memberi
kesempatan kepada guru menafsirkan data
tersebut.

f.

Bersama mengintepretasi data rekaman.

g.

Menanyakan perasaan guru setelah melihat
rekaman data tersebut.

h.

Menyimpulkan hasil dengan melihat rekaman
apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau
target guru dan apa yang sebenarnya telah
terjadi atau tercapai.

i.

Menentukan bersama-sama atau mendorong
guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu
dilatih atau diperhatikan pada kesempatan
berikutnya.

b.

Kriteria dan Teknik

Dalam

ketrampilan

melaksanakan

serta

proses

perhatian

supervisi

klinis

melalui tiga tahap kegiatan, diperlukan kriteria serta
teknik tertentu, agar proses supervisi klinis dapat
berjalan lancar. Kriteria dan teknik tersebut dijelaskan
oleh Bolla (1984) sebagai berikut :

14

(1)

Kriteria dan Teknik Pertemuan Pendahuluan

a.

Mengadakan pertemuan dengan guru dalam
suasana yang menyenangkan.

b.

Menentukan bersama segi yang harus diamati
selama
pelajaran
berlangsung
dan
cara
mencatat hasil observasi.

c.

Supervisor dapat menanyakan pengalaman
penampilan masa lalu untuk melihat segi-segi
atau sub-ketrampilan yang akan diperbaiki atau
disempurnakan.

(2)

Kriteria dan Teknik Observasi

Fungsi utama observasi adalah berusaha
“menangkap” apa yang terjadi selama pelajaran
berlangsung secara lengkap agar supervisor dan guru
dapat secara tepat mengingat kembali pelajaran atau
bagian
dari
pada
pelajaran
dengan
tujuan
mengadakan analisis yang obyektif. Ide pokok adalah
mencatat apa yang terjadi dan bukan reaksi
supervisor tentang apa yang terjadi. Suatu rekaman
yang disimpan dengan baik akan bermanfaat dalam
analisis dan komentar kemudian.
Hal-hal
yang
harus
hubungan ini adalah :
a.

diperhatikan

dalam

Kelengkapan catatan
Usaha mencatat sebanyak mungkin yang
dikatakan atau dilakukan selama pelajaran
berlangsung. Hasilnya akan merupakan buktibukti dan bagi guru dan supervisor untuk
dikemukakan
pada
waktu
bersama-sama
menganalisis apa yang telah terjadi selama
pelajaran berlangsung. Semakin spesifik yang
digambarkan,
semakin
berarti
analisis
supervisor.

b.

Fokus
Supervisor
harus
memiliki
aspek-aspek
ketrampilan yang akan dicatat. Hal ini
sebaiknya dilakukan dengan pesetujuan guru
sebelumnya
yaitu
di
dalam
pertemuan
pendahuluan,
yang
sebagaimana
telah
dikemukan sebelumnya diwujudkan dalam
bentuk semacam kontrak.

15

c.

Menyesuaikan
observasi
dengan
perkembangan mengajar guru.

periode

Fokus observasi ditujukan kepada aspek-aspek
yang lebih diinginkan guru misalnya, jika guru
mempunyai kesulitan mengadakan transisi
dalam pelajaran, maka hal tersebut merupakan
sesuatu yang perlu difokuskan dalam observasi.

d.

Mencatat komentar
Walaupun proses mencatat harus seobyektif
mungkin, supervisor sering ingin mencatat
komentar-komentarnya agar supaya tidak
terlupakan. Cara yang terbaik untuk melakukan
hal ini adalah dengan memisahkan komentar
dari catatan tentang proses pengajaran. Catatan
ini ditempatkan pada tepi format observasi atau
dengan menggunakan tanda kurung.

e.

Pola mengajar
Sangat bermanfaat untuk mencatat pola tingkah
laku mengajar tertentu dari guru, misalnya
dalam memberikan penguatan atau dalam
mereaksi terhadap pertanyaan siswa untuk
dibicarakan dalam pertemuan balikan.

f.

Membuat guru tidak merasa gelisah.
Untuk
meredakan
atau
menghilangkan
perasaan gelisah guru pada saat observasi,
maka dalam pertemuan pendahuluan supervisor
harus mengatakan secara jelas bahwa yang
akan dicatat hanya hal-hal yang disepakati
tentang apa yang akan diobservasi atau dicatat.

(3)

Kriteria dan Teknik Balikan

Fungsi balikan dalam hubungannya dengan
supervisi klinis adalah untuk menolong guru
mempertimbangkan perubahan atau lebih tepat
peningkatan dalam tingkah laku mengajar. Balikan
merupakan suatu informasi kepada guru tentang

16

bagaimana guru mempengaruhi siswanya dalam
kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai maksud
tersebut, maka balikan harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut :
a.

Lebih bersikap deskriptif daripada evaluatif
Balikan hendaknya lebih deskriptif daripada
evaluatif karenanya memberikan gambaran yang
terperinci tentang penampilan guru selama
mengajar, bukan menilai penampilan guru.
Gambaran yang terperinci akan membantu guru
menyadari
kemampuannya
tanpa
merasa
dihakimi, sehingga muncul keinginan untuk
meningkatkan
kemampuannya.
Lagi
pula
dengan menghindari bahasa yang lebih bersifat
evaluatif akan terkurangi reaksi atau sikap
defentif guru.

b.

Bersifat spesifik
Kurang tepat apabila kepada seorang guru
dikatakan bahwa cara ia memberi penguatan
kurang tepat, sebab dengan cara demikian guru
belum/tidak mengetahui
dalam segi apa ia
memberi penguatan secara tidak tepat misalnya
apakah penguatan verbal, gerakan badan atau
lainnya.

c.

Memenuhi kebutuhan baik supervisor maupun
guru
Balikan tidak akan bermanfaat apabila ia hanya
memenuhi
kebutuhan
supervisor
sebagai
pemberi balikan dan mengabaikan kebutuhan
guru sebagai penerima balikan tersebut.

d.

Ditujukan untuk tingkah laku guru yang dapat
dikendalikannya.
Seorang guru akan mengalami frustasi apabila
ia diingatkan tentang sesuatu kekurangan yang
berada di luar
kemampuannya untuk
mengatasi atau memecahkannya, misalnya
supervisor menegur karena tubuhnya yang
pendek sehingga ia sukar menguasai kelas
dengan baik. Untuk hal ini tentu guru tidak
dapat berbuat apa-apa.

17

e.

Isi balikan merupakan permintaan guru dan
bukan yang diada-adakan oleh supervisor.

f.

Tepat waktunya.
Balikan akan lebih bermanfaat apabila segera
diberikan sesudah pelaksanaan mengajar.

g.

Harus terkomunikasikan secara jelas kepada
guru. Untuk melakukan hal ini maka guru
diminta untuk mengatakan kembali apa yang
menjadi target serta perhatian utamanya guna
dibandingkan dengan yang dimaksud oleh
supervisor.

h.

Apabila balikan itu diberikan oleh kelompok,
maka guru dan supervisor harus mempunyai
kesempatan untuk mencocokkannya dengan
yang diberikan oleh kelompok untuk menguji
ketepatan balikan tersebut. Dengan demikian
dapat diketahui apakah balikan tersebut
merupakan kesan satu orang atau merupakan
kesan orang lain juga.

i.

Harus dapat menolong guru memperhatikan
kelebihan-kelebihannya untuk mengembangkan
gaya mengajarnya sendiri. Dalam hal ini perlu
diberi penguatan untuk cara mengajar yang
efektif tersebut.

j.

Hendaknya dimulai dengan menunjukkan
keunggulan-keunggulan atau segi-segi yang
kuat, baru kemudian mendiskusikan segi-segi
yang menimbulkan masalah baginya.

k.

Data balikan dalam bentuk instrumen observasi
harus disimpan dengan baik oleh supervisor dan
merupakan catatan mengenai perkembangan
ketrampilan mengajar guru, seperti kartu status
pasien bagi seorang dokter yang sewaktu-waktu
dapat digunakan bila diperlukan.

Dari sebelas kriteria tersebut dapat disimpulkan
bahwa balikan merupakan suatu cara dan alat untuk
memberikan pertolongan . Ia merupakan mekanisme
yang bersifat korektif bagi guru untuk melihat sampai
seberapa jauh penampilan tingkah lakunya di dalam
mengajar sesuai dengan yang diinginkannya. Ia juga

18

merupakan suatu sarana dalam menetapkan identitas
seseorang karena secara tidak langsung pertanyaan :
“Siapakah sebenarnya saya ini ?”

2.1.1.5

Peranan

dan

Kualifikasi

Seorang

Supervisor
a.

Peranan Supervisor

Menurut Bolla (1984) peranan seorang supervisor
adalah menciptakan kerja sama yang memungkinkan
pertumbuhan keahlian dan kepribadian orang yang
diajak bekerja sama. Agar dapat memainkan peranan
seperti tersebut di atas, seorang supervisor diharapkan
mampu melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a.

Mendiagnosis dan menilai
Dalam hal ini supervisor membantu guru untuk
mendiagnosis
dan
menilai
kebutuhankebutuhannya
dalam
bentuk
kekurangankekurangan yang dirasakan.

b.

Merencanakan
Membantu guru dalam merencanakan tujuan
dan
sasaran
berdasarkan
pengalamanpengalaman yang dimilikinya, memilih strategi,
serta menyediakan sumber-sumber baik berupa
material
maupun
sumber
manusia
yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.

c.

Memberi motivasi
Membantu guru dalam menciptakan dan menjaga
suasana kerja sama bagi kepentingan kedua
belah pihak.

d.

Memberi penghargaan dan melaporkan kemajuan
Tugas seorang supervisor di samping membantu
guru adalah menyimpan dan menyediakan data
kemajuan
guru,
kemudian
memberikan
penguatan/ penghargaan, serta memberitahukan
kemajuan mereka.

19

b.

Kualifikasi Supervisor

Menurut Bolla (1984) seorang supervisor yang
baik harus memiliki beberapa syarat berikut :

20

a.

Mempunyai keyakinan bahwa guru memiliki
kemampuan atau potensi untuk memecahkan
masalahnya
sendiri
dan
mengembangkan
dirinya.

b.

Berkeyakinan
bahwa
guru
mempunyai
kebebasan untuk memilih dan bertindak
mencapai tujuan yang diinginkannya.

c.

Memiliki kemampuan untuk menanyakan
kepada orang lain dan dirinya sendiri tentang
asumsi dasar serta keyakinan akan dirinya.

d.

Mempunyai komitmen dan kemauan untuk
membuat rekan gurunya merasa penting,
dihargai, dan maju.

e.

Memiliki kemauan dan kemampuan untuk
dapat membina hubungan yang akrab serta
hangat dengan semua orang tanpa pandang
bulu.

f.

Memiliki kemampuan untuk mendengarkan
serta
keinginan
untuk
memanfaatkan
pengalaman-pengalaman guru sebagai sumber
untuk membuatnya berusaha mencapai tujuan.

g.

Memiliki antusiasme dan keyakinan akan
supervisi klinis sebagai proses kegiatan yang
terus-menerus untuk melayani pertumbuhan,
dan perkembangan pribadi serta profesi guru.

h.

Memiliki ketrampilan di dalam berkomunikasi,
mengobservasi, dan menganalisis tingkah laku
guru ketika mengajar.

i.

Mempunyai
suatu
komitmen
untuk
mengembangkan
dirinya
sendiri
serta
berkeinginan keras untuk terus memperdalam
bidang supervisi.

2.1.2 Kinerja Mengajar Guru
Mengajar adalah salah satu dari sekian profesi
yang paling terlihat dan signifikan di dunia. Sebagai
suatu profesi, mengajar merupakan dasar kemajuan di
negara manapun, sehingga guru begitu penting dalam
fungsi sistem pendidikan yang efektif serta peningkatan
kualitas proses pembelajaran. Pekerjaan menjadi guru
memiliki banyak tuntutan serta banyak tantangan.
Para

guru

dituntut

untuk

bisa

menjadi

sumber

intelektual, emosional, serta secara fisik untuk bisa
efektif di dalam kelas (Hanif, 2004).
Begitu pentingnya profesi guru, sehingga ada
tuntutan di dalam kinerja guru. Ada banyak sumber
evaluasi kinerja guru, contohnya oleh kepala sekolah,
rekan kerja atau siswa. Penilaian kinerja guru oleh para
siswa merupakan teknik yang paling umum digunakan,
karena siswa berada pada posisi yang unik untuk
menilai hal-hal yang relevan dengan pengajaran yang
kompeten,

seperti

kemampuan

gaya

pengelolaan

mengajar,
dan

ketepatan

sebagainya

,

(Scriven,

1996) dalam Hanif (2004). Alemoni (1981) dalam Hanif
(2004) mendukung penilaian siswa terhadap kinerja
guru,

karena

siswa

merupakan

sumber

utama

informasi tentang pembelajaran dan lingkungan kelas,
termasuk

kemampuan

guru,

kompetensi,

serta

faktor-faktor

yang

ketrampilan dalam komunikasi.
Menurut
menentukan

Hanif
kinerja

(2004)
guru

adalah

ketrampilan

mengajar, ketrampilan pengelolaan, kedisiplinan dan
21

keberaturan, serta kemampuan interpersonal. Pada
dasarnya

ada

6

faktor

penilaian

kinerja

yang

berdasarkan pada tinjauan literatur serta opini penilai.
Fator-faktor

ini

dikatagorikan

sebagai

kualitas

mengajar, gaya mengajar, kemampuan tentang mata
pelajaran, ketrampilan pengelolaan, kedisiplinan dan
keberaturan, dan ketrampilan interpersonal. Namun
dalam

penelitian

secara

analisis

empiris

hanya

memperlihatkan 4 faktor saja yang berkaitan dengan
kualitas

mengajar,

gaya

mengajar,

pengetahuan

tentang mata pelajaran, dan ketrampilan mengajar.
Empat faktor inilah yang merupakan kinerja mengajar
guru.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala
kinerja mengajar guru dari instrumen penelitian kinerja
guru yang dilakukan oleh Hanif (2004). Skala Performa
Kerja Guru (SPKG) atau kinerja guru yang dibuat oleh
Hanif (2004) terdapat 25 item yang sudah teruji
validitas dan reliabilitasnya. Instrumen ini penulis
gunakan untuk mengetahui skala kinerja mengajar
guru yang menjadi observasi penulis. Dari instrumen
skala kinerja dari penelitian Hanif (2004), penulis
hanya mengambil skala kinerja mengajar sebanyak 15
item yang hanya mengukur kinerja mengajar guru.

2.2 Kerangka Pemikiran
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya
kepala sekolah harus melakukan pengelolaan dan
22

pembinaan

sekolah

melalui

kegiatan

administrasi,

manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung
pada kemampuannya. Sehubungan dengan itu, kepala
sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi,
membangun,

mengkoreksi,

dan

mencari

inisiatif

terhadap jalannya seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di lingkungan sekolah.
Untuk

meningkatkan

kualitas

pembelajaran

seorang kepala sekolah harus mampu meningkatkan
kinerja mengajar guru. Kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin

sekolah

harus

mampu

memberikan

pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru
tergerak untuk melaksanakan tugasnya secara efektif,
sehingga kinerja mengajar mereka akan lebih baik.
Kinerja mengajar guru dapat meningkat jika ada
program dari kepala sekolah untuk selalu memantau
dan mengevaluasi pelaksanaan pembelajarannya. Oleh
karena itu pendekatan supervisi klinis secara terencana
dan terprogram merupakan langkah yang tepat untuk
dilakukan.
Berdasarkan pemikiran tersebut, dibuat kerangka
pemikiran sebagai berikut :

23

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Peningkatan Kinerja Mengajar
Guru Melalui Pelaksanaan Supervisi Klinis

2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan

masalah

penelitian,

di

mana

rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat

pertanyaan.

Dikatakan

sementara

karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang

relevan,

belum

didasarkan

pada

fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data
(Sugiyono, 2013).

24

Berdasarkan kerangka berpikir yang penulis buat,
maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ho

= supervisi

klinis

dapat

meningkatkan

secara signifikan kinerja mengajar guru
Ha

= supervisi klinis tidak dapat meningkatkan
secara signifikan kinerja mengajar guru

25

26