INTEGRASI EKONOMI dalam perspektif (1)

INTEGRASI EKONOMI
Latar Belakang Terbentuknya Integrasi Ekonomi
Secara harfiah kata integrasi dapat diartikan sebagai penggabungan. Menurut Tinbergen,
integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas
dengan jalan menghapuskan semua pembatasan-pembatasan (barriers) yang dibuat terhadap
bekerjanya perdagangan bebas dan dengan jalan mengintroduksi semua bentuk-bentuk kerjasama
dan unifikasi. Integrasi dapat dipakai sebagai alat untuk mengakses pasar yang lebih besar,
menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nasional.
Integrasi ekonomi memiliki prinsip dan mekanisme yang sama dengan perdagangan bebas.
Secara teoritis, integrasi ekonomi mengacu pada suatu kebijakan komersial atau kebijakan
perdagangan yang secara diskriminatif menurunkan atau menghapuskan hambatan-hambatan
perdagangan hanya diantara negara-negara anggota yang sepakat akan membentuk suatu integrasi
ekonomi. Semua bentuk hambatan perdagangan baik tarif maupun non tarif sengaja diturunkan
atau bahkan dihapuskan diantara negara anggota. Sedangkan bagi negara-negara yang bukan
anggota, maka pemberlakuan tarif dan non tarif tergantung dari kebijakan negara masing-masing.
Dalam integrasi ekonomi terjadi perlakuan diskriminatif antara negara-negara anggota dengan
negara-negara diluar anggota dalam melakukan perdagangan, sehingga dapat memberikan dampak
kreasi dan dampak diversi bagi negara-negara anggota (Salvatore, 1997). Krugman (1991)
memperkenalkan suatu angapan bahwa secara alami blok perdagangan didasarkan pada
pendekatan geografis yang dapat memberikan efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan bagi
anggotanya.

Griffin dan Pustay (2002), membentuk susunan atau hirarki dari integrasi ekonomi regional
yang mungkin terjadi. Ada lima tingkatan yaitu, kawasan perdagangan bebas, persekutuan pabean,
pasaran bersama, uni ekonomi, dan uni politik.
Secara teoritis Salvatore (1997) menguraikan integrasi ekonomi menjadi beberapa bentuk:

1. Pengaturan perdagangan Preferensial (preferential trade arrangements) dibentuk oleh
negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang
berlangsung diantara mereka dan membedakannya dengan negara-negara yang bukan
anggota.

2. Kawasan perdagangan bebas (free trade area) adalah bentuk integrasi ekonomi yang lebih
tinggi dimana semua hambatan perdagangan baik tarif maupun non-tarif diantara negara-

negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya, namun masing-masing negara anggota
tersebut masih berhak menentukan sendiri apakah tetap mempertahankan atau
menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkan terhadap negara-negara
diluar anggota.

3. Persekutuan Pabean (customs union) mewajibkan semua negara nggota untuk tidak hanya
menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan diantara mereka, namun juga

menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap negara luar yang bukan anggota.

4. Pasar bersama (common market) yaitu suatu bentuk integrasi dimana bukan hanya
perdagangan barang saja yang dibebaskan, namun arus faktor produksi seperti tenaga kerja
dan modal juga dibebaskan dari semua hambatan.

5. Uni Ekonomi (economic union) yaitu dengan menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter
dan fiskal dari masing-masing negara anggota yang berada dalam suatu kawasan atau bagi
negara-negara yang melakukan kesepakatan.

Perjanjian perdagangan preferensial (PTAs) adalah kesepakatan antara dua negara atau
lebih yang mana tarif yang dikenakan pada barang yang diperdagangkan bagi negara anggota lebih
rendah dibanding dengan tarif yang diperdagangkan dengan negara diluar anggota. PTAs dapat
diartikan secara luas meliputi Regional Trading Arrangement (RTAs) yang merupakan kesepakatan
yang dibentuk dalam satu kawasan, kesepakatan perdagangan antar negara-negara berkembang,
kesepakatan perdagangan antar kawasan dan bentuk kesepakatan lainnya yang bertujuan untuk
memperlancar arus barang dan jasa.
Bentuk kesepakatan perdagangan yang telah dibentuk telah mengarah pada perdagangan
bebas, seperti World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) and
South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC), ASEAN Free Trade Area (AFTA), SAARC

Preferential Trading Agreement (SAPTA), Australian and New Zealand yaitu Closer Economic Relation
Trade Agreement (CER), South Pacific Regional Trade and Economic Cooperation Agreement
(SPARTECA), Asian Pacific Economic Cooperation (APEC), European Union (EU), North American Free
Trade Area (NAFTA), Latin American Free Trade Area (LAFTA), European Free Trade Area (EFTA),
Andean Pact, Economic Cooperation Organization (ECO), Southern Common Market (Mercosur) dan
lainnya (Lapipi, 2005).

Secara umum, bentuk kesepakatan perdagangan antara dua negara atau lebih, baik PTAs,
sistem perdagangan multilateral, sistem perdagangan dalam suatu kawasan maupun organisasi
perdagangan dunia memiliki prinsip yang sama yaitu menurunkan atau menghilangkan semua
bentuk hambatan perdagangan, baik tarif maupun non tarif. Cakupan integrasinya mulai dari
integrasi untuk perdagangan barang dan jasa sampai pada pasar tunggal bersama yang meliputi
semua aspek ekonomi, seperti perdagangan barang dan jasa, perdagangan faktor produksi, integrasi
dalam moneter dan integrasi kebijakan ekonomi secara menyeluruh.
Tujuan yang paling mendasar dari integrasi ekonomi ini adalah untuk meningkatkan volume
perdagangan barang dan jasa, meningkatkan mobilitas kapital dan tenaga kerja, meningkatkan
produksi, meningkatkan efisiensi produksi serta meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan.
Pembentukan integrasi ekonomi pada akhirnya akan menciptakan dampak meningkatnya
kesejahteraan negara-negara anggota secara keseluruhan karena akan mengarah pada peningkatan
spesialisasi produksi, yang didasarkan pada keuntungan komparatif (Lapipi, 2005).

Integrasi Ekonomi di ASEAN
Globalisasi ekonomi telah merubah struktur perekonomian dunia secara fundamental.
Demikian pula halnya dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Dewasa ini ASEAN tumbuh
sebagai wadah integrasi ekonomi dengan pasar potensial, yang pengaruhnya berdampak pada
peningkatan kerjasama ekonomi yang semakin luas terutama dengan negara-negara di kawasan
Asia Timur seperti China, Jepang dan Korea Selatan. Integrasi ekonomi ASEAN menghadapi
tantangan besar karena negara-negara ASEAN memiliki sistem ekonomi, pendapatan per kapita,
tingkat pembangunan ekonomi dan institusi serta kondisi sosial yang berbeda dan heterogen.
Perbedaan dan heterogenitas menyebabkan beberapa negara yang tidak memiliki
infrastruktur dan kapasitas institusional yang memadai mengalami kesulitan untuk berintegrasi
dengan negara yang lain. Salah satu kondisi yang berbeda dan heterogen adalah mata uang.
Implikasi dari hal ini adalah, munculah wacana pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
yang merupakan visi ASEAN 2020. MEA bertujuan untuk membentuk suatu pasar tunggal, yang
diarahkan pada penerapan mata uang tunggal (single currency) yang bertujuan untuk menjaga
stabilitas mata uang regional dalam pelaksanaan pasar tunggal di ASEAN, yang rencananya akan
dimulai pada 2015. Rencana munculnya mata uang tunggal tersebut tercetus dalam sebuah sebuah
ASEAN Community yang sudah disepakati menjadi ASEAN vision 2020. ASEAN Community sendiri
yang dimaksudkan akan dibangun berdasarkan tiga pilar, yakni ASEAN Security Community (ASC),
ASEAN Economic Community (AEC) dan ASEAN Socio-Cultur Community (ASCC).


Pada dasarnya economis and monetary union (EMU) adalah bagian dari proses integrasi
ekonomi. Negara yang merdeka dapat meng-integrasikan ekonomi mereka untuk mencapai
berbagai manfaat, seperti efisiensi dan ketahanan perekonomian. Integrasi ekonomi dapat dibagi
menjadi enam langkah:
1.

A preferential trading area. Langkah ini diawali dengan cara mengurangi tarif customs (bea masuk)
antara negara-negara tertentu.

2.

A free trade area. Sebuah wilayah perdagangan bebas.

3.

A customs union. Penyatuan customs (bea masuk).

4.

A common market. Sebuah pasar bersama.


5.

Economic and monetary union. Pasar tunggal dengan mata uang dan kebijakan moneter tunggal.

6.

Complete economic integration. Semua hal diatas ditambah dengan harmonisasi kebijakan fiskal
dan lainnya.
Costs and Benefits Economic and monetary union (EMU)
Tujuan dari penyatuan ekonomi dan moneter adalah untuk membuat perekonomian
berfungsi lebih baik, membuka lebih banyak lapangan pekerjaan dan kemakmuran yang lebih besar
bagi negara-negara anggota. Manfaat tersebut meliputi:
Manfaat bagi Konsumen:

 Persaingan yang semakin meningkat. Konsumen bisa berbelanja lebih mudah lintas batas negara serta

membandingkan harga. Konsumen memiliki lebih banyak pilihan karena kompetisi antar toko-toko
dan pemasok semakin meningkat.
 Harga lebih stabil. Pasar tunggal dengan mata uang dan kebijakan moneter tunggal akan membuat


inflasi rendah dan stabil.
 Meminjam lebih mudah dan murah. Inflasi dan suku bunga yang rendah dan stabil membuat setiap

orang lebih mudah dan murah untuk meminjam, misalnya untuk membeli rumah.
 Lebih mudah dan murah melakukan perjalanan. Mata uang tunggal akan menghapuskan biaya

pertukaran mata uang sehingga memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan.

Manfaat bagi pelaku bisnis:
 Suku bunga rendah berarti investasi akan meningkat. Inflasi yang rendah akan membuat suku bunga

juga rendah sehingga memudahkan pelaku bisnis melakukan pinjaman untuk berinvestasi.

 Stabilitas ekonomi mendorong perencanaan jangka panjang. Inflasi dan suku bunga yang tidak stabil

merupakan biaya atau risiko tak terduga bagi pelaku bisnis, hal ini membuat riskan bagi
perusahaan untuk berinvestasi jangka panjang. Stabilitas ekonomi dibawah EMU mengurangi
ketidakpastian dan mendorong investasi jangka panjang bagi perusahaan.
 Risiko rendah mendorong perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara seringkali


menggunakan mata uang yang berfluktuasi, sehingga untuk mengurangi atau mengimbangi risiko
tersebut perusahaan akan menjual dengan harga tinggi di luar negeri. EMU dengan pasar dan mata
uang tunggal akan menghilangkan risiko tersebut.
 Hilangnya biaya nilai tukar akan merangsang perdagangan dan investasi. Mata uang tunggal akan

menghilangkan biaya tukar yang tinggi antar negara ASEAN sehingga akan merangsang
perdagangan dan investasi.
Manfaat bagi ASEAN dan negara-negara Asia lainnya:
 Penghematan bagi pemerintah. Inflasi yang rendah dan stabil berarti pinjaman pemerintah lebih

murah dari pada dimasa lalu karena suku bunga yang juga rendah dan stabil.
 Dampak sosial Inflasi rendah dan stabil. Tingkat inflasi yang tinggi dan volatile dimasa lalu

meningkatkan kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin. Sekarang inflasi yang stabil dan
rendah, yang kurang mampu lebih terlindungi dari perbedaan daya beli.
 Lebih tahan terhadap guncangan dari luar. Ukuran dan kekuatan ekonomi kawasan ASEAN yang besar

membuatnya lebih tahan terhadap guncangan-guncangan ekonomi.
 Integrasi keuangan meningkat. Mata uang tunggal membuat lebih mudah dan efisien investasi untuk


bergerak di sekitar kawasan ASEAN. Ukuran pasar keuangan kawasan ASEAN yang luas membuat
modal yang tersedia untuk investasi lebih besar dan memungkinkan investor untuk menyebar
risiko lebih luas. Dan untuk warga, biaya mengirim uang ke negara lain kawasan ASEAN akan
berkurang drastis.
 Mendukung perdagangan internasional. Mata uang tunggal kawasan ASEAN semakin banyak

digunakan untuk transaksi perdagangan internasional karena kekuatan dan ketersediaan. Hal ini
memungkinkan mengurangi risiko kerugian yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang global, dan
membuat perdagangan lebih mudah bagi mitra dagang.
Selain manfaat diatas dan mungkin masih banyak manfaat lainnya dari integrasi ekonomi di
ASEAN, terdapat juga beberapa biaya, meliputi:


Biaya kerusakan dalam efisiensi ekonomi mikro, setidaknya sementara. Biaya pertukaran ke mata
uang baru dapat bervariasi dan dapat meliputi biaya administrasi, biaya hukum, biaya psikologis,

dan biaya lainnya. Keadaan khusus terutama diterapkan ketika negara-negara anggota salah
memilih nilai tukar paritas nominal. Hal ini akan menyebabkan daya saing negara anggota menjadi
lebih rendah atau lebih tinggi dibandingkan dengan daya saing negara-negara anggota lain.



Kesempatan bagi negara-negara untuk menjaga stabilitas makroekonomi mereka menurun, karena
nantinya akan menjadi tanggung jawab Bank Sentral bersama.



Akan sulit menyatukan berbagai macam kepentingan. ASEAN dengan latar belakang ekonomi,
sosial budaya, bahasa maupun sejarah yang berbeda-beda akan sangat sulit mewujudkan integritas
ekonomi tanpa adanya kerjasama dan kerja keras serta perencanaan yang matang.
Optimum Currency Area (OCA) Theory
Hal utama yang mendasari tentang mata uang tunggal adalah teori Optimum Currency Area
(OCA). Teori OCA berasal dari artikel yang ditulis oleh ekonom Mundell (1961), McKinnon (1963),
dan Kenen (1969). Artikel tersebut memperdebatkan tentang nilai tukar tetap dan fleksibel. Pada
masa itu dibawah sistem Bretton Woods nilai tukar tetap, pilihan nilai tukar dipandang sebagai
masalah teoritis dari pada praktis. Teori OCA terus mengalami perkembangan, salah satunya adalah
oleh Tamim Bayoumi dan Barry Eichengreen. Dalam paper nya mereka membuat suatu estimasi
yang menghasilkan OCA indeks.
OCA indeks merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat apakah
penyatuan moneter lebih atau kurang diinginkan. OCA indeks mengukur tingkat goncangan output,

jadi jika suatu negara dimana siklus bisnis simetris dan output nasional bergerak bersama maka
nilai ukuran ini akan menjadi kecil. Selanjutnya OCA indeks melihat perbedaan komposisi
komoditas ekspor kedua negara dengan alasan bahwa goncangan akan lebih simetris ketika kedua
negara memiliki keunggulan komparatif dalam sektor ekspor yang sama. OCA indeks juga
menggunakan data perdagangan bilateral, rata-rata nilai ekspor ke negara mitra, termasuk GDP
yang diukur dalam USD.