CONTOH ASKEP KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA T

CONTOH ASKEP KEPERAWATAN
LINTAS BUDAYA/TRUNCULTUR
NURSING
Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN
HUBUNGAN BUDAYA MEROKOK DENGAN BRONKITIS KRONIS
Bronkitis
kronik
adalah
inflamasi
luas
jalan
napas
dengan
penyempitan/hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum mukoid,
menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perkusi dan menyebabkan sionasis. Bronkitis
didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu
tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles
mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan terhadap polusi
adalah penyebab utama bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan
terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri,

dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi
bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin
pasti dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan.
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu
rokok.Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara
merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok
berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus
epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
v Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
v Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
v Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
v Pada paru didapatkan suara napas yang kasar.
Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul
kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya virus
merupakan awal dari serangan bronchitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas.
Dokter akan mendiagnosis bronchitis kronis jika pasien mengalami batuk atau
mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau
paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.

Serangan bronchitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun
noninfeksi (terurtama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan
timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema

mukosa, dan bronkopasme. Tidak seperti emfisema, bronchitis lebih memengaruhi jalan
napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronchitis, aliran udara
masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.Pasien dengan bronchitis kronis akan
mengalami:
v Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mucus pada bronchus besar sehingga
meningkatkan produksi mucus.
v Mucus lebih kental
v Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme pembersihan mucus.
Dari paparan diaatas bahwa merokok dan bronkitis telah terbukti
memiliki sambungan. Beberapa komponen kimia dari rokok mengiritasi
lapisan saluran bronkial, sehingga menyebabkan peradangan pada saluran
udara. Hanya beberapa zat beracun dalam sebatang rokok adalah karbon
monoksida, tar, nikotin, ambergris, hidrogen sianida, dan benzena. Apa yang
membuat merokok dan bronkitis yang mematikan pasangan-up adalah
bahwa ketika tongkat menyala, toksisitas zat akan meningkat. Peradangan
pada tabung trakea dan bronkial adalah respon sistem pernafasan untuk

memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh komponen berbahaya dan
racun dari tembakau.
Setelah tabung dari paru-paru terganggu, perokok biasanya menderita
apa yang disebut sebagai “batuk perokok”, yang ditandai dengan batuk
terus-menerus dan nyeri dada konstan. Bahkan orang yang hanya menerima
perokok pasif juga dapat mengembangkan bronkitis karena setiap paparan
kronis asap tembakau sudah bisa melumpuhkan aktivitas ciliary normal dari
saluran bronkial. Perokok yang memiliki bronkitis biasanya memiliki diwarnai
dengan dahak kuning, warna hijau, dan coklat.Kuning dan hijau menandakan
bahwa ada infeksi pada paru-paru dimana warna coklat menunjukkan residu
kimia pada paru-paru kiri dari merokok.
Karena merokok dan bronkitis seperti memiliki hubungan yang kuat
dan penting, salah satu obat yang paling efektif untuk penyakit ini adalah
menghentikan kebiasaan buruk.Tinggal jauh dari asap rokok juga dapat
membantu banyak karena seperti kata mereka, menghirup perokok pasif
lebih berbahaya dibandingkan dengan yang sebenarnya tindakan
merokok. Ada juga beberapa obat yang dapat membantu yang biasanya
dihirup atau digunakan sebagai pengobatan uap. Antibiotik hanya dapat
diambil jika sudah ada infeksi paru-paru tetapi tidak ketika orang tersebut
hanya memiliki bronkitis kronis.


Merokok adalah penyebab paling penting dari bronkitis kronis. Trois
dan rekan misalnya, mempelajari kebiasaan merokok dari perempuan yang
terdaftar dalam studi kesehatan Perawat, studi kohort prospektif yang besar
perempuan amerika, untuk menilai hubungan antara merokok dan
oucurrence bronkitis kronis dan asma.
Antara 74,072 wanita, usia 34 hingga 68 tahun, 671 kasus asma baru
didiagnosa dan 798 kasus bronkitis kronis yang baru didiagnosa. Risiko
relatif dari bronkitis kronis pada dari chigarettes dihisap per hari, dan
meningkat dengan usia. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat bronkitis
kronis pada perokok empat sampai lima kali lebih tinggi daripada mereka
yang bukan perokok.
ASUHAN KEPERAWATAN TRUNSCULTURAL
1. PENGKAJIAN
Pengkajian
adalah
proses
mengumpulkan
data
untuk

mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
“Sunrise Model” yaitu :
a. FAKTOR TEKNOLOGI (TECNOLOGICAL FACTORS)
Teknologi
kesehatan
memungkinkan
individu
untuk
memilih
atau
mendapat
penawaran
menyelesaikan
masalah
dalam
pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan

kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan
dan
pemanfaatan
teknologi
untuk
mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. FAKTOR AGAMA DAN FALSAFAH HIDUP (RELIGIOUS AND PHILOSOPHICAL
FACTORS)
Agama
adalah
suatu
simbol
yang
mengakibatkan
pandangan
yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya

sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. FAKTOR SOSIAL DAN KETERIKATAN KELUARGA (KINSHIP AND SOCIAL
FACTORS)

Perawat
pada
tahap
ini
harus
mengkaji
faktor-faktor
:
nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
d. NILAI-NILAI BUDAYA DAN GAYA HIDUP (CULTURAL VALUE AND LIFE WAYS)
Nilai-nilai

budaya
adalah
sesuatu
yang
dirumuskan
dan
ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan
jabatan
yang
dipegang
oleh
kepala
keluarga,
bahasa
yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan

diri.
e. FAKTOR KEBIJAKAN DAN PERATURAN YANG BERLAKU (POLITICAL AND
LEGAL FACTORS)
Kebijakan
dan
peraturan
rumah
sakit
yang
berlaku
adalah
segala
sesuatu
yang
mempengaruhi
kegiatan
individu
dalam
asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini

adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah
anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. FAKTOR EKONOMI (ECONOMICAL FACTORS)
Klien
yang
dirawat
di
rumah
sakit
memanfaatkan
sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber
biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
g. FAKTOR PENDIDIKAN (EDUCATIONAL FACTORS)
Latar
belakang
pendidikan

klien
adalah
pengalaman
klien
dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa
keperawatan
adalah
respon
klien
sesuai
latar
belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan.
(Giger
and
Davidhizar,
1995).
Terdapat
tiga
diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,gangguan
interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
3. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses
memilih
strategi
yang
tepat
dan
pelaksanaan
adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar,
1995).
Ada
tiga
pedoman
yang
ditawarkan
dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya
yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
4. EVALUASI
Evaluasi
asuhan
keperawatan
transkultural
dilakukan
terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atauberadaptasi dengan
budaya baru yang mungkin sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien.
Referensi :
ü health.learninginfo.org/smoking_bronchitis.htm (terjemahan
dari
bahasa
Inggris).
ü www.chantixsite.net/smoking_and_bronchitis.html( terjemahan dari bahasa
Inggris).
ü Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company
ü Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and
Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
ü http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
ü Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and
Application, USA, Appleton & Lange

ü Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and

Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
ü Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia
ü Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural
Theories,
Research
Companies

I.

and

Practice,

3rd

Ed,

Nursing
USA,

:

Concepts,

Mc-Graw

Hill

KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA
Asuhan Keperawatan Pada Pasien “JP” Terkait dengan Kebiasaan Merokok
Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Mei 2012
Jam
: 13.30

WITA
Tanggal Masuk
035138
Ruangan
No. Kamar
A. Identita Pasien
Nama
“JP”
Jenis
laki
Uaia
Tahun
Status
Kawin
Agama
Hindu
Suku
Indonesia
Pendidikan
SD
Bahasa yang digunakan
Indonesia
Pekerjaan
Rumah Tangga

: 9

No.CM:

Mei 2012

: Mawar
:6
Penanggung
:
“LP”
Kelamin

:

Laki-

Perempuan
: 48 Tahun
Perkawinan

42

:
Sudah Kawin

Sudah

:
Hindu
Bangsa

:

Indonesia
:

Tamat

Tamat SD
: Bali dan Indonesia
:

Petani

Bali dan
Ibu

Alamat
:
Abian
Amlapura
Abian Jero, Amlapura
Diagnosa Medis
: Bronchitis Kronis
Sumber Biaya
: Jamkesmas
Sumber Informasi
: Pasien, Keluarga Pasien, CM
Hubungan dengan pasien:
B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan Masuk Rumah Sakit

Jero

Istri

Pasien dirawat di rumas sakit karena mengeluh nyeri perut bagian kanan, tembus
sampai kebelakang, nyeri hilang timbul, mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu
disertai batuk berdahak.
b. Keluhan Utama
Saat pengkajian, pasien mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak (+), penggunaan otot
bantu nafas (+), pernafasan cuping hidung (+), RR= 28 kali permenit.
c. KronologisKeluhan
Sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan tembus
kebelakang, nyeri hilang timbul, dan pasien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang
lalu, batuk (+), dahak (+). Pasien sempat berobat ke pengobatan tradisional namun
tidak ada perubahan sehinnga keluarga pasien membawa pasien ke IRD Rumah Sakit
Daerah Karangasem, dan dari IRD, pasien disuruh untuk dirawat inap di rumah sakit.
Tanggal 9 Mei 2012 pasien dirawat inap di ruang mawar No.6 Rumah Sakit Daerah
Karangasem dengan diagnosa medis Bronchitis kronis dengan terapi dari dokter:
ü RL 20 tetes/menit
ü Pemberian oksigen melalui kanula nasal 4 liter/menit
ü Ketorolak 3×1 ampul
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi dengan jenis obat.
b. Riwayat Kecelakaan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat kecelakaan seperti
kecelakaan dalam bekerja ataupun kecelakaan dalam berkendara.
c. Riwayat dirawat di Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya dengan keluhan yang sama dan kali ini merupakan riwayat masuk rumah
sakit untuk kedua kalinya.

d.

Riwayat Pemakaian Obat

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien juga mengonsumsi obat selain obat yang
diresepkan oleh dokter yaitu obat berupa air (tirta) serta minyak yang berwarna coklat
yang dioleskan di bagian perutnya yang didapat dari pengobatan tradisional.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit yang dialami pasien.
C. Data-Bio-Psiko-Sosial
a. Bernapas
Saat pengkajian, pasien mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak (+), penggunaan otot
bantu nafas (+), pernafasan cuping hidung (+), RR= 28 kali permenit.
b. Makan dan Minum
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam hal makan dan minum, tetapi
pasien mengaku punya kebiasaan jarang mencuci tangan sebelum makan dikarenakan
didaerahnya merupakan daerah yang kering dan sulit untuk mencari air serta
mempunyai kebiasaan merokok semenjak selesai bekerja menjadi sopis truk di Jawa
yaitu dari tahun 1999, sehari mampu menghabiskan 2 bungkus rokok ( 2 ×20 batang )
serta mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol karena di desanya merupakan
penghasil minuman beralkohol yakni tuak dan arak karangasem.
c. Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami gangguan dalam hal BAB dan
BAK. Pasien BAB sekali dalam sehari.
d. Gerak Aktivitas
Pasien mengatakan belum mampu ke kamar mandi sendiri karena keadaannya yng
lemas, dan mengaku pegal pada kakinya karena encok sebab sebelum masuk rumah
sakit pasien bekerja keras dalam menggarap kebun dan sapinya.
e. Istirahat Tidur
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien kesulitan tidur karena sesak, jumlah tidur 5
jam. Tetapi sebelum sakit pasien tidur dengan teratur yakni tidur mulai jam 22.00
sampai jam 05.00 WITA ( jumlah tidur 7 jam ).
f. Pengaturan Suhu Tubuh
Pasien tidak ada keluhan panas, suhu tubuhnya 37 0 C.
g. Kebersihan Diri
Pasien tidak mampu mandi sendiri, pasien tampak kotor, kumis serta jenggot panjang,
kulit penuh dengan tato. Tetapi sebelum sakit pasien memang jarang mandi hal ini

dikarenakan di daerahnya merupakan daerah yang kering dan sulih mencari sumber
air.
h. Data Sosial
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya baik-baik saja, pasien selalu
ditunngu oleh istrinya di rumah sakit.
i.
Rasa Aman dan Nyaman
Pasien mengeluh nyeri pada kakinya karena rematik, merasa gelisah dan cemas
karena pasien khawatir terhadap hewan ternaknya yang tidak dapat beliau urus
sehingga anaknya yang mengurus hewan ternaknya selama beliau sakit.
j.
Komunikasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan lancar walaupun dengan tubuh yang lemas,
pasien dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Bali madya dan terkadang
menggunakan bahasa Indonesia.
k. Beribadah
Pasien beragama Hindu, pasien percaya yakin akan agamanya, serta pasien percaya
bahwa penyakitnya murni karena masalah medis yaitu karena kebiasaannya merokok
yang sehari mampu menghabiska 2 bungkus sehari.
l.
Prestasi dan Produktivitas
Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani dan berternak sapi, namun sebelumnya
sempat menjadi sopir truk di Jawa tetapi sudah selesai karena pasien tidak kuat
merantau.
m. Belajar
Pasien mengetahui penyebab penyakitnya yakni kebiasaan merokok, yang sehari
mampu menghabiskan 2 bungkus rokok.
n. Rekreasi
Pasien dalam mengisi waktu luangnya selama di rumah sakit hanya dengan ngobrol
dengan keluarganya, tetapi sebelum sakit pasien tidak pernah berlibur karena keadaan
ekonomi yang kurang serta kesibukannya sebagai petani dan berternak sapi sehinnga
tidak ada waktu untuk pasien berekreasi.
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 10 Mei 2012
No

Pemeriksaan

Satuan

1

WBC

11.1 k/ul

2

NEU

8.99 .81.1 %N

3

LYM

2.03 18.3 %I

4

MONO

017 .152 %N

5

EOS

019 .174 %E

6

RBC

5.05 N/dl

7

NGB

15.6 q/dl

8

HCT

42.4 %

9

MCT

30.8 pq

10

MCHC

36.7 q/dl

II.
Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No

1

Hari/Tanggal/Jam

Data

Data Standar
Normal

Ds:
Pasien mengeluh
sesak
nafas,
lemas, dan
khawatir tentang
ternak
sapinya
yang tidak ada
yang
mengurus
serta
pasien
memaksa
untukü Tidak ada keluhan
pulang paksa dari sesak
rumah sakit danü Lemas (-)
mengaku
ü Tidak
merasa
mempunyai
khawatir
kebiasaan
ü Tidak ada keinginan
merokok
untuk pulang paksa
Do:
ü Tidak
mempunyai
ü Pasien
tampak kebiasaan merokok
gelisah
ü Gelisah (-)
Kamis
ü Batuk ( +)
ü Batuk (-)
10 Mei 2012 ü Dahak (+)
ü Dahak (-)
Pkl. 14.00 WITA ü RR= 27 kali/menit. ü RR= 20 kali/menit

b. Analisis Masalah

Masalah Kep.

Ketidakefektifa
n bersihan
jalan nafas
sehingga tidak
mampu
berktivitas
dalam
berternak dan
bertani

1.

P: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu berktivitas dalam
beternak dan bertani
E: Berhubungan dengan kebiasaan merokok.
S: Pasien mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir tentang ternak sapinya yang

tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit
dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok,pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak
(+), RR= 27 kali/menit
Proses Terjadinya:
Kurangnya kesadaran akan bahaya merokok sehingga pasien mengalami sesak nafas
yang merupakan dampak dari penyakitnya sehingga tidak mampu melakukan aktivitas
berternak dan bertani.
Akibat jika tidak ditanggulangi:
Pasien akan terganggu aktivitas sehari-harinya karena tidak mampu beraktivitas akibat
sesak nafasnya dan memperlambat proses penyembuhan
c. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu beraktivitas dalam
beternak dan bertani berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien
mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus
serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai
kebiasaan merokok, pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit
III.
Intervensi/Perencanaan
a. Prioritas
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu beraktivitas dalam
beternak dan bertani berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien
mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus
serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai
kebiasaan merokok, pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit
b. Rencana Asuhan Keperawatan Pada Pasien “JP”
N
o

Hari/Tgl/
Jam

1

Kamis
10 Mei
2012
Pkl. 14.00
WITA

Diagnosa
Keperawata
n

Tujuan/
outcome

Interven
si

Rasional
Ketidakefektif Setelah
ü Anjurkan ü Mengencer
kan dahak
an
bersihan diberikan
minum
sehingga
jalan
nafas askep 2 x air
dahak
mudah
sehingga tidak 24
jam hangat
keluar
mampu
diharapkan ü Berikan

kebiasaan
beraktivitas
merokok
dalam
pasien
beternak dan berkurang
bertani
dan
berhubungan
mampu
dengan
beraktivita
kebiasaan
s
dalam
merokok
beternak
ditandai
dan bertani
dengan pasien dengan
mengeluh
outcome:
sesak
nafas,ü Tidak
ada
lemas,
dan keluhan
khawatir
sesak
ternak
ü Lemas (-)
posisi
sapinya tidakü Tidak
semi
ü Memudahk
ada
yang merasa
fowler
an
mengurus
khawatir ü Bantu
drainase
serta
pasienü Tidak
ada pasien
dahak
memaksa
keinginan
untuk
ü Membantu
untuk
untuk pulang untuk
berhenti
paksa
dari pulang
merokok berhenti
merokok
rumah
sakit paksa
dengan ü HE tentang
dan mengakuü Tidak
membata bahaya
mempunyai
mempunya si asupan merokok
dapat
kebiasaan
i kebiasaan rokok
menyadar
merokok,
merokok
pasien
kan pasien
pasien tampakü Gelisah (-) ü Berikan
dan dapat
menghilan
gelisah, batukü Batuk (-)
HE
gkan
(+),
dahakü Dahak (-)
tentang
kebiasaan
(+), RR= 27ü RR= 20 kali/ bahaya
merokokn
kali/menit
menit
merokok ya.
1. Implementasi
No

Hari/
Tanggal/ Jam

No.
Dx.

Implementasi

Evaluasi Pormatif

ü Pasien

1

Kamis
10 Mei 2012
Pkl. 14.00
WITA
Pkl. 15.00
WITA
Pkl. 17.00
WITA
Pkl.19.00WITA
Pkl. 20.00
WITA
Pkl. 22.00
WITA
Jumat
11 Mei 2012
Pkl. 09,00
WITA
Pkl. 13.00
WITA

1
1
1
1
1
1
1
1

mau mengikuti
untuk minum air hangat
dan keluarga mau ikut
serta
dalam
mengingatkan pasien
ü Pasien
tampak
lebih
nyaman dan nafasnya
lebih lancer
ü Pasien
sedikit-sedikit
mau
melupakan
ü Menganjurkan minum air kebiasaan merokoknya
hangat
ü Pasien
mau
ü Memberikan
posisi semi mendengarkan
HE
fowler
tentang bahaya merokok
ü Membantu
pasien untuk yang diberikan
berhenti merokok denganü Pasien mau mengikuti
membatasi asupan rokok untuk minum air hangat
pasien
dan keluarga mau ikut
ü Memberikan
HE tentang serta
dalam
bahaya merokok
mengingatkan pasien
ü Menganjurkan minum airü Pasien
tampak
lebih
hangat
nyaman dan nafasnya
ü Memberikan
posisi semi lebih lancer
fowler
ü Pasien
sedikit-sedikit
ü Membantu
pasien untuk mau
melupakan
berhenti merokok dengan kebiasaan merokoknya
membatasi asupan rokokü Pasien
mau
pasien
mendengarkan
HE
ü Memberikan
HE tentang tentang bahaya merokok
bahaya merokok
yang diberikan

2. Evaluasi

No.
1

Hari/
Tanggal/
Jam
Sabtu
12 Mei 2012

No. Dx.
1

Evaluasi Sumatif
S:
ü Pasien masih mengeluh sesak dan

Pataf

Pkl. 14.00

khawatir dengan kondisinya sehingga
tidak mampu beraktivitas sebagai
petani
O:
ü Batuk (+)
ü Gelisah (+)
ü Keinginan Merokok (+)
A: Masalah belum tercapai
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4
Amlapura, 18 Mei 2012
Mahasiswa,
( I Putu Juniartha Semara Putra)
NIM: P07120011014

semaraputraadjoezt.blogspot.com

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

"REPRESENTASI BUDAYA JEPANG DALAM FILM MEMOIRS OF A GEISHA"(Analisis Semiotika pada Film Memoirs Of a Geisha Karya Rob Marshall)

11 75 2

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

BUDAYA KEMISKINAN BURUH NELAYAN DESA KILENSARI KECAMATAN PANARUKAN KABUPATEN SITUBONDO

2 53 6

BUDAYA PESTA GILING PADA MASYARAKAT DI SEKITAR PABRIK GULA DJATIROTO DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI

0 24 9

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA TENAGA KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

6 92 18

ABSTRAK PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA AKUNTAN PENDIDIK (DOSEN AKUNTANSI)

14 74 125

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGONTROLAN LAMPU LALU LINTAS BERBASIS WEB MENGGUNAKAN WIRELESS LAN

0 2 6