Hubungan antara Tingkat Stres dengan sik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa remaja atau masa adolescence adalah suatu fase tumbuh

kembang yang

dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan
fisik, psikologis, emosional, dan sosial (Ali & Asrori, 2010; Bobak, Lowdermilk, &
Jensen, 2004; Dhamayanti, 2009; Proverawati & Misaroh, 2009). Pertumbuhan dan
perkembangan manusia menjadi dewasa mengalami suatu tahap yang disebut masa
pubertas. Remaja perempuan mengalami masa pubertas lebih cepat dibandingkan lakilaki. Pubertas pada remaja perempuan juga ditandai dengan Menarche yaitu
mendapatkan menstruasi (haid) pertama (Mikrajuddin, 2006).
Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan siklik, yang dimulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004; Cunningham, Gant,
Leveno, Gilstrap, Hauth, & Wenstrom, 2005;nProverawati & Misaroh, 2009). Siklus
menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya
menstruasi periode berikutnya sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara
tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Siklus

menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang
memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari
(Proverawati & Misaroh, 2009)

Gangguan pada siklus menstruasi dipengaruhi oleh gangguan pada fungsi hormon,
kelainan sistemik, stres, kelenjar gondok, dan hormon prolaktin yang berlebihan.
Gangguan pada siklus menstruasi terdiri dari tiga, yaitu: siklus menstruasi pendek yang
disebut juga dengan Polimenore, siklus menstruasi panjang atau oligomenore, dan
amenore jika menstruasi tidak datang dalam 3 bulan berturut-turut (Proverawati &
Misaroh, 2009; Wiknjosastro, 2005; Octaria, 2009 dikutip dari Isnaeni, 2010;)
Stres diketahui sebagai faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus
menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi
selama reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stres melibatkan
sistem hormonal sebagai sistem yang berperan besar pada reproduksi wanita
(Perdanakusuma, 2010).
Dari data beberapa hasil studi menyatakan bahwa prevalensi pada populasi wanita
usia 18-55 tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya dan juga dari hasil
penelitian pelajar lebih sering menunjukkan variasi menstruasi yang bermasalah, seperti
menstruasi tidak teratur. Siklus menstruasi yang abnormal berhubungan dengan stres
psikologi (Nepomnaschy, 2007), dan dari hasil penelitian beberapa studi juga

menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal
bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan beberapa perubahan,
diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus menstruasi yang abnormal (Nevid,2005;
Pinel, 2009; Carlson, 2005; Sriarti, 2008). Dari data beberapa hasil studi dikatakan
bahwa penelitian di Jepang, terdapat 63% siswi mengalami menstruasi tidak teratur
(Yamamoto dkk, 2009). Pada remaja suka mengeluh tentang sekolah, misalkan kegiatan
belajar, banyaknya tugas – tugas, ketakutan menghadapi ujian akhir juga minat terhadap

pendidikan jenjang yang lebih tinggi untuk meraihnya dan lain – lainnya dapat
berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Stres dapat menyebabkan terjadinya penekanan
pada hormon dan dapat menyebabkan kegagalan ovulasi pada wanita sehingga
terjadinya menstruasi (Desti,2010). Faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus
menstruasi dapat di pengaruhi oleh gaya hidup, gizi, usia, dan factor stress.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan timbul pemikiran untuk mengetahui
lebih lanjut dan peniliti tertarik untuk membuktikan kebenaran hasil penelitianpenelitian tersebut di kalangan siswi kelas XII di SMAN . Sebelumnya sudah ada
beberapa penelitian serupa, tetapi perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah subyek penelitian dan waktu penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi

pada siswi kelas XII di SMAN ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat stres
terhadap siklus menstruasi pada siswi kelas XII di SMAN
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui gambaran tingkat stres pada siswi kelas XII IPA di SMA Negeri
b. Mengetahui gambaran tingkat stres pada siswi kelas XII IPS di SMA Negeri

c. Mengetahui gambaran siklus menstruasi pada siswi kelas XII IPA di SMA Negeri
d. Mengetahui gambaran siklus menstruasi pada siswi kelas XII IPS di SMA Negerri
e. Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada siswi kelas
XII IPA di SMA Negeri
f. Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada siswi kelas
XII di SMA Negeri
g. Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada siswi kelas
XII di SMA Negeri
h. Mengetahui hubungan jurusan kelas terhadap tingkat stres pada siswi kelas XII di

SMA Negeri

D. Manfaat
1. Subjek Penelitian
Mengetahui hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi
2. Diri sendiri
Untuk menambah wawasan tentang ilmu kedokteran khususnya tentang hubungan
tingkat stres terhadap siklus menstruasi serta untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah didapat khususnya ilmu CRP (Commmunity Research
Program)
3. Tempat dilakukan penelitian
Sebagai data yang menggambarkan angka tingkat stres pada remaja kelas XII
di institusi

tersebut, sehingga diharapkan dapat dilakukan cara mengendalikan

dan manajemen stres agar masalah tersebut tidak sampai menyebabkan gangguan
yang lebih lanjut.
4. Pemerintah dan Tenaga Kesehatan
Sebagai sumber informasi bagi pemerintah dan praktisi kesehatan agar lebih

memperhatikan masalah kesehatan psikologis berupa tingkat stres karena
mempunyai dampak terhadap gangguan siklus menstruasi.
5. Masyarakat Umum
Sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sehingga diharapkan
masyarakat dapat mengatasi, mengelola, mengendalikan stres karena dapat
berdampak pada siklus menstruasi.
6. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi bagi siswi SMAN untuk memahami tentang
hubungan tingkat stres dengan perubahan siklus menstruasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Stress
a. Pengertian
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/
beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk
menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai
berupa respons fisiologis, perilaku dan subjektif terhadap stresor, konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres,

semua sebagai suatu sistem (WHO;2003).
Hawari 2001 dalam Sriati mengatakan bahwa stres menurut Hans Selye
merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban
atasnya. Stresor psikososial adalah setiap keadaan/peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa
mengadakan adaptasi/penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak
semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut,
sehingga timbulah keluhan-keluhan antara lain stress (Sriati;2008).
b. Sumber Stress (Stresor)
Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan
reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik yang
menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress reaction acute (reaksi stres
akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa

adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental
yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan
kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam
terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya.
Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar
diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia,

trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan dari
dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif yang menimbulkan frustasi,
kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa
kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu
tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya.
Banyak stresor sosial yang bersifat traumatik yang tak dapat dihindari, seperti
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian,
masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain.
Papero 1997 dalam Sriati menyatakan ada empat variable psikologik yang
dianggap mempengaruhi mekanisme respons stres:
1) Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap
stresor yang mengurangi intensitas respons stres.
2) Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stres yang
tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.
3) Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stressor saat ini dapat
meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres.

4) Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat ansietas
dapat menambah atau mengurangi respons stress (Sriati;2008).
c. Tahapan Stres

Hawari 2001 dalam Sriati mengatakan bahwa Dr. Robert J. an Amberg dalam
penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
1) Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1)Semangat bekerja besar,
berlebihan (over acting) 2)Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
3)Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa
disadari cadangan energi semakin menipis.
2) Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang semula
menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang
dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang
tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk
mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhankeluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap
II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang
seharusnya merasa segar 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang 3) Lekas
merasa lelah menjelang sore hari 4) Sering mengeluh lambung/perut tidak

nyaman (bowel discomfort) 5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya

(berdebardebar) 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang 7) Tidak
bisa santai.
3) Stres tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada stress tahap II, maka akan menunjukkan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: 1) Gangguan
lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag, buang air besar
tidak teratur (diare) 2) Ketegangan otot-otot semakin terasa 3) Perasaan
ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat 4) Gangguan
pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early
insomnia) atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle
insomnia) atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur
(late insomnia) 5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan
serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi
pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya
dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna
menambah suplai energi yang mengalami defisit.
4) Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul: 1) Untuk bertahan sepanjang hari saja
sudah terasa amat sulit 2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan

mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit 3) Yang
semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk

merespons

secara

memadai

(adequate)

4)

Ketidakmampuan

untuk

melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari 5) Gangguan pola tidur disertai
dengan mimpi-mimpi yang menegangkan. Seringkali menolak ajakan
(negativism) karena tiada semangat dan kegairahan 6) Daya konsentrasi daya

ingat menurun 7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
5) Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V,
yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kelelahan fisik dan mental
yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion) 2)
Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana 3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder) 4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.
6) Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan
ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan
fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: 1)
Debaran jantung teramat keras 2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap) 3)
Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran 4) Ketiadaan
tenaga untuk hal-hal yang ringan 5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji

maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi
oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional)
organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan
seseorang untuk mengatasinya (Sriati;2008).
d. Respon Terhadap Stresor
1) Respon Fisiologis :
Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan
dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal.
Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu
mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah
pengendaliannya. Sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut
jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke
medulla adrenal. Untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah.
Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF
(corticotropin releasing factor), suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar
hipofisis yang terletak tepat dibawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis
selanjutnya mensekresikan hormon ACTH (adrenocorticotropic hormone),
yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi
pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula
darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan
sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa
melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem
saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight (Sriati;2008).

Secara umum orang yang mengalami stres mengalami sejumlah gangguan
fisik seperti :
a) Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salah satu sistem
tertentu.

Contohnya:

muscle

myopathy

pada

otot

tertentu

mengencang/melemah, tekanan darah naik terjadi kerusakan jantung dan
arteri, sistem pencernaan terjadi maag, diare.
b) Gangguan pada sistem reproduksi. Seperti: amenorhea/ tertahannya
menstruasi, kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang
produksi semen pada pria, kehilangan gairah seks.
c) Gangguan pada sistem pernafasan: asma, bronchitis.
d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, jerawat, dst.
2) Respon Psikologik :
a) Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi, kecemasan, rasa
bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan
pada diri sendiri, serta rasa rendah diri.
b) Terjadi depersonalisasi ; dalam keadaan stres berkepanjangan, seiring
dengan keletihan emosi, ada kecenderungan yang bersangkutan
memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang ‘seseorang’
c) Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula
menurunnya rasa kompeten & rasa sukses
3) Respon Perilaku
a) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering
terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.

b) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan
mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
c) Siswi yang ‘over-stressed’ (stres berat) seringkali banyak membolos atau
tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
e. Penatalaksanaan Stres
Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi
stresor dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis/mental, fisik dan
sosial. Perbaikan diri secara psikis/mental yaitu dengan pengenalan diri lebih
lanjut, penetapan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik.
Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan
memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup.
Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara,
organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk
mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor.
Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain:
1)

Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat
memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak
(sistem limbik). Sebagaimana diketahui system limbik merupakan bagian
otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku
seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) dan
anti depresi (antidepressant).

2)

Pendekatan perilaku;

mengubah perilaku yang menimbulkan stres,

toleransi/adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik
dan nutrisi,serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
3)

Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu, berpikir positif dan sikap
yang

positif,

membekali

diri

dengan

pengetahuan

tentang

stres,

menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi.
4)

Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada 3 macam relaksasi yaitu
relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi
maupun

transendensi/keagamaan

(Yulianti;2004,

Chomaria;2009,

http://digilib.unsri.ac.id.;2009).

2. Menstruasi / Haid
a. Pengertian
Ciri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahan-perubahan siklik pada
alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada wanita ditandai
dengan menstruasi pertama (menarche), uterus dan vagina membesar, buah dada
membesar serta jaringan ikat dan saluran darah bertambah, sifat kelamin sekunder
tampil, lengkung tubuh berkembang, adanya bulu-bulu ketiak dan pubis pelvis
melebar. Dan pada umumnya remaja putri belajar tentang menstruasi dari ibunya
(Liwellyn, 2007).
Menstruasi adalah secret fisiologik darah dan jaringan mukosa serta bersiklus
yang melalui vagina dari uterus tidak hamil, dibawah pengendalian hormone dan

pada keadaan normal timbul kembali, biasanya dalam interval sekitar empat
minggu, kecuali dalam kehamilan dan laktasi selama reproduktif (Danis, 2007).
Menstruasi atau haid ialah pendarahan secara periodic dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.
b. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi matang adalah kejadian berulang-ulang yang melibatkan
hipofisis, hipotalamus, ovarium, dan uterus (Handerson, 2006).
Menstruasi terjadi pada usia sekitar 10-15 tahun yang disebut dengan menarche
(menstruasi petama). Hormone penting yang mengendalikan siklus menstruasi
matur adalah estrogen, progesterone, gonodotropin, dan GnRh (Handerson, 2006).
Pengaruh hormone FSH (Folikel Stimulating Hormone) kedua indung telur
memilih satu sel telur untuk dimatangkan. Sel telur yang matang ini dilapisi
selaput yang sangat tipis, kemudian sel ini akan mendekat permukaan indung
telur, selaput pembungkusnya pecah dan sel telur ke luar. Dan peristiwa ini
disebut ovulasi. Sel telur yang bebas dan menuju rahim dan lebih kurang dalam
seminggu sampai rahim.
Sebelum ovulasi terjadi penebalan dinding rahim jaringan pembuluh darahnya
bertambah, hal ini dimaksudkan untuk memberi makanan bagi calon bayi, bila
tidak terjadi pembuahan persiapan ini tidak terpakai dan dinding rahim menebal
itu akan lepas dan keluar sebagai menstruasi. Satu siklus dihitung dari hari
pertama menstruasi sampai menstruasi berikutnya. Umumnya jarak siklus
menstruasi berkisar dari 15-45 hari, dengan rata-rata 4-6 hari. Darah menstruasi
tidak membeku. Jumlah kehilangan darah

tiap siklus berkisar dari 50-60-ml. pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, ialah
sebagai berikut :
1)

Masa haid selama 2-8 hari, pada waktu endometrium dilepas, sedangkan
hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum).

2)

Masa proliferasi sampai hari ke-14, maka pada waktu endometrium tumbuh
kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari ke12 sampai ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut
ovulasi.

3)

Masa sekresi, pada waktu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang
mengeluarkan progesterone. Dibawah pengaruh progesterone kelenjar
endometrium mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung
glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometriuym berubah
kearah desidua, terutama berada diseputar pembuluh-pembuluh arterial,
sehingga memudahkan adanya nidasi(Ilmu kebidanan, 2004).
Mentruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita

untuk mengandung anak. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai
wanita mencapai umur 45-50 tahun. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28
hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Daur menstruasi tergantung
berbagai hal termasuk kesehatan fisik, emosi,dan nutrisi wanita tersebut. Daur ini
melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interakasi hormone yang
dikeluarkan hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur.
Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses
reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit

atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang
tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat
mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi mereka.
Bahkan saat menstruasi akhirnya dikenali sebagai proses normal, perasaan kotor
dapat tinggal sampai masa dewasa.
c. Pola Menstruasi
Pola menstruasi merupakan serangkaian proses menstruasi yang meliputi
siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi dan dismenorea. Siklus menstruasi
merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi
periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara
tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya.
Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya
10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari,
ada yang 7-8 hari. Setiap hari ganti pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus
menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres,
genetik dan gizi (Wiknjosastro;2005, Octaria;2009).
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh serangkaian hormon yang diproduksi oleh
tubuh yaitu Luteinizing Hormon , Follicle Stimulating Hormone dan estrogen.
Selain itu siklus juga dipengaruhi oleh kondisi psikis sehingga bisa maju dan
mundur. Masa subur ditandai oleh kenaikan luteinizing hormone secara signifikan
sesaat sebelum terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium). Kenaikan LH
akan mendorong sel telur keluar dari ovarium menuju tuba falopi. Didalam tuba
falopi ini bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Masa-masa inilah yang disebut

masa subur, yaitu bila sel telur ada dan siap untuk dibuahi. Sel telur berada dalam
tuba falopi selama kurang lebih 3-4 hari namun hanya sampai umur 2 hari masa
yang paling baik untuk dibuahi, setelah itu mati. LH surge yaitu kenaikan LH
secara tiba-tiba akan mendorong sel telur keluar dari ovarium. Sel telur biasanya
dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan LH.
Beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada bagian perut bawah pada saat
hal ini terjadi. Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap
normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan
endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu.
Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar,
bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.
Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem
fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah
yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan
oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr
per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29
mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0
mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun
(Heffner; 2008).
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi gangguan pola menstruasi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pola menstruasi dalam
Hestiantoro (2009) adalah:

1)

Fungsi hormon terganggu
Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak,
tepatnya di kelenjar hipofisis. System hormonal ini akan mengirim sinyal ke
indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini
terganggu otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.

2)

Kelainan sistemik
Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bisa mempengaruhi
siklus menstruasinya karena sistem metabolism didalam tubuh tidak bekerja
dengan baik. Wanita penderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi
sistem metabolismenya sehingga siklus menstruasinya tidak teratur.

3)

Cemas
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas
dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi
bahaya (Nanda, 2005). Kecemasan atau ansietas adalah suatu keadaan
aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi (Nevid, 2005). Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman
yang biasanya berupa perasaan gelisah, takut, khawatir yang merupakan
manifestasi dari faktor psikologi dan fisiologi (Mansjoer, 2005). Kecemasan
atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007)
Cemas juga dapat mengganggu sistem metabolisme didalam tubuh, bisa
saja karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah, berat badan turun drastis,

sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolismenya
terganggu, siklus menstruasinya pun ikut terganggu.
4)

Kelenjar gondok
Terganggu fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menjadi penyebab
tidak teraturnya siklus mentruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar
gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid),
pasalnya sistem hormonal tubuh terganggu.

5)

Hormon prolaktin berlebihan
Pada wanita menyusui produksi hormon prolaktin cukup tinggi. Hormon
prolaktin ini sering kali membuat wanita tak kunjung menstruasi karena
memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada kasus ini tidak
masalah, justru sangat baik untuk memberikan kesempatan guna memelihara
organ reproduksinya. Sebaliknya, tidak sedang menyusui, hormon prolaktin
juga bisa tinggi. Biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang
terletak di dalam kepala.

6)

Kelainan fisik (Alat Reproduksi)
Kelainan fisik yang dapat menyebabkan tidak mengalami menstruasi
(aminorea primer) pada wanita adalah:
a) Selaput dara tertutup sehingga perlu operasi untuk membuka selaput dara.
b) Indung telur tidak memproduksi ovum.
c) Tidak mempunyai ovarium

e. Gangguan menstruasi

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan
sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Banyak wanita
yang tidak mengalami kenyamanan fisik selama beberapa hari sebelum
menstruasi mereka datang. Kira–kira setengah dari seluruh wanita menderita
akibat menstruasi. Beberapa gangguan pada menstruasi:
1)

Amenore
Amenore primer adalah tidak terjadinya menarche sampai usia 17 tahun,
dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder. Amenore sekunder
berarti tidak terjadinya menstruasi selama bulan atau lebih pada orang yang
mengalami siklus menstruasi. Amenore merupakan gejala atau bukan suatu
penyakit. Penyebab amenore dapat fisiologik, organik, atau akibat gangguan
perkembangan.

2)

Disminore
Disminore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang
otot uterus. Penyebabnya adalah adanya jumlah prostaglandin F2 yang
berlebihan pada menstruasi yang merangsang hiperaktivitas uterus. Gejalagejalanya antara lain: nyeri (dapat tajam, tumpul, siklik, menetap) dapat
berlangsung dalam beberapa jam sampai 1 hari, mual, diare, sakit kepala, dan
perubahan emosional.
Selain gangguan-gangguan yang disebutkan diatas gangguan-gangguan lain

yang dapat mucul antara lain: payudara yang melunak, putting susu nyeri,
bengkak, mudah tersinggung, keram yang disebabkan kontraksi otot-otot halus
rahim, sakit pada bagian perut tengah, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin

menangis. Dalam bentuk yang berat sering melibatkan depressi dan kemarahan
berat (Dani, 2007). Biasanya gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah
siklus menstruasi tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau
abnormal, termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut,
pusing, mual atau muntah.
Adapun beberapa ganguan menstruasi berdasarkan sebab-sebabnya yaitu
(Prawirohardjo, 2008):
1)

Menurut jumlah perdarahan
a) Hipomenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari
biasanya.
b) Hipermenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari
biasanya (lebih dari 8 hari).

2)

Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan
a) Polimenore
Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau kurang
dari 21 hari.
b) Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari.
c) Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3
bulan berturut-turut.

3)

Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, di antarannya :
a) Premenstrual tension
Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid, seperti
gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit kepala.
b) Mastadinia
Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi.
c) Mittelschmerz
Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga
disertai dengan perdarahan/ bercak.
d) Dismenorea
Dismenorea merupakan rasa sakit akibat menstruasi yang sangat
menyiksa karena nyerinya luar biasa menyakitkan. Selama dismenorea,
terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga
menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan
merangsang rasa nyeri disaat menstruasi (Robert dan David; 2004).
Dismenorea terbagi menjadi dua, yaitu dismenorea primer dan
dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang
dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenorea
primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan
atau lebih, oleh karena siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama
setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai rasa
nyeri. Rasa nyeri timbul sebelumnya atau bersama-sama dengan

permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun
pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri
adalah kejang berjangkit-jangkit biasanya terbatas pada perut bawah,
tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan
rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare,
iritabilitas, dan sebagainya. Beberapa faktor memegang peranan sebagai
penyebab dismenorea primer antara lain: faktor kejiwaan (emosi labil,
kelelahan), faktor konstitusi (anemia, penyakit menahun, TBC), faktor
obstruksi kanalis servikalis,factor endokrin (peningkatan kadar prostaglandin,hormon steroid seks,kadar vasopresin tinggi) dan faktor alergi.
Sekitar 10% penderita dismenorea primer tidak dapat mengikuti kegiatan
sehari-hari.
Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak
mengalami dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma
submucosa, polip corpus uteri, endometriosis, retroflexio uteri fixata,
gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium
(Andaners;2010, Astika;2010).
Mansjoer (1999) mengatakan beberapa gangguan haid adalah :
1) Premenstrual tension (ketegangan prahaid) Ketegangan pra haid adalah
keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari
sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun
kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.

2) Mastodinia Mastodinia adalah nyeri pada payudara dan pembesaran
payudara sebelum menstruasi.
3) Mittleschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) Mittleschmerz adalah rasa nyeri
saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga disertai dengan
perdarahan/bercak.
4) Dismenore Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid
sampai membuat perempuan tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur.
Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau
pingsan, lekas marah.
f. Fase Menstruasi
Hari pertama haid dianggap sebagai permulaan dari siklus haid, 4 hari pertama
siklus didefinisikan sebagai fase haid sebagai fase haid, dalam fase ini terdapat
gangguan dan perontokankelenjar endometriun dan stroma, infiltrasi leukosit, dan
ekstravasasi sel darah merah.
3. Hubungan Stres dengan Pola Menstruasi
Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya
menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi. Kebanyakan wanita
mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi selama masa reproduksi.
Dalam

pengaruhnya

terhadap

pola

menstruasi,

stres

melibatkan

sistem

neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita
(Sriati;2008).
Insel & Roth 1998 dalam http://digilib.unsri.ac.id mengungkapkan bahwa
berbagai macam perubahan emosi akibat suatu stresor telah dihubungkan dengan

adanya fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi. Beberapa penelitian
menunjukkan stresor seperti meninggalkan keluarga, masuk kuliah, bergabung
dengan militer, atau memulai kerja baru mungkin berhubungan dengan tidak
datangnya menstruasi. Stresor yang membuat satu tuntutan baru bagi suatu pekerjaan,
meningkatkan panjang siklus menstruasi, jadi menunda periode setiap bulannya.
Sebagai tambahan mengenai meninggalkan keluarga atau memulai satu pekerjaan
baru, beberapa penelitian menunjukkan satu hubungan baru meningkatkan
kemungkinan untuk mendapatkan siklus yang lebih panjang.
Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi intergratif
yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan
psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur hipotalamushipofisis-ovarium yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada
keadaan stres terjadi aktivasi pada amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan
menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing
hormone (CRH). Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi GnRH
hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan
terjadi melalui penambahan sekresi opioid endogen. Peningkatan CRH akan
menstimulasi pelepasan endorfin dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam
darah. Endorfin sendiri diketahui merupakan opiat endogen yang peranannya terbukti
dapat mengurangi rasa nyeri. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan
peningkatan pada kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala amenore
hipotalamik menunjukkan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya
peningkatan CRH dan ACTH. Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak

langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres
menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus menstruasinya
normal menjadi oligomenorea, polimenorea atau amenorea. Gejala klinis yang timbul
ini tergantung pada derajat penekanan pada GnRH. Gejala-gejala ini umumnya
bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal apabila stres yang ada bisa
diatasi (http://digilib.unsri.ac.id; 2009).
Tubuh bereaksi saat mengalami stres. Faktor stres ini dapat menurunkan
ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan keadaan stres adalah
adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh
hormon stres yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan
pernafasan meningkat. Disisi lain saat stres, tubuh akan memproduksi hormon
adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat
menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron
bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini
menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga
menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri
ketika menstruasi (Puji;2009).

B. Kerangka Teori
Stresor

Stressor
fisik

Stressor Psikologis

Stressor sosial

Tingkat Stress

Respon
Psikologik

Sistem
Pernapasan dan
Kardiovaskular

Respon Fisiologis

Gangguan
Tidur

Faktor yang mempengaruhi ganguan
menstruasi :
1. Cemas
2. Aktifitas fisik
3. Fungsi hormon terganggu
4. Kelainan sistemik
5. Hormon prolaktin berlebihan
6. Kelainan fisik (alat reproduksi)
7. Kelenjar gondok

Sistem
Endokrin
dan
Reproduksi

Respon Perilaku

Sistem
Pencernaan
dan
Perkemihan

Siklus
Menstruasi
Gangguan menstruasi
1. Menurut Jumlah Perdarahan
a) Hipomenorea
b) Hipermenorea
2. Menurut Siklus atau Durasi
Perdarahan.
a) Polimenore
b) Oligomenorea
c) Amenorea
3. Gangguan lain yang berhubungan
dengan menstruasi, diantaranya:
a) Premenstrual tension
b) Mastadinia.
c) Mittelschmerz
d) Dismenorea

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variable bebas

Variabel terikat

Stress
Stress

Siklus Menstruasi

Faktor yang mempengaruhi
ganguan menstruasi :
1. Cemas
2. Aktifitas fisik
3. Fungsi hormon terganggu
4. Kelainan sistemik
5. Hormon prolaktin berlebihan
6. Kelainan fisik (alat reproduksi)
7. Kelenjar gondok

Keterangan

:
: di teliti
: tidak di teliti

B. Hipotesis Penelitian
Riyanto (2011, h. 84) mengemukakan bahwa hipotesis merupakan pernyataan
sementara yang perlu diuji kebenarannya.

Untuk menguji kebenaran hipotesis

digunakan pengujian hipotesis. Hipotesis di dalam penelitian berarti jawaban sementara
penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut, dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori dan belum
menggunakan fakta atau data. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka

hipotesis dapat disimpulkan benar atau salah, diterima atau ditolak. Hipotesis pada
penelitian ini adalah :
H0 : Tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada
siswi SMAN.
Ha : Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada siswi
SMAN.
C. Variable Penelitian
Menurut Riyanto (2011, h. 68) variabel merupakan suatu sifat yang akan diukur
atau diamati yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010, h. 3) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
1. Variabel Independent
Variabel independent merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain,
artinya apabila variabel independent berubah maka akan mengakibatkan perubahan
variabel lain (Riyanto 2011, h. 71). Variabel independent pada penelitian ini adalah
tingkat stres.
2. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, artinya
variabel dependent berubah akibat perubahan pada variabel bebas (Riyanto 2011, h.
72). Variabel dependent pada penelitian adalah siklus menstruasi pada siswi SMAN.

D. Definisi Operasional

Tabel.3.1
Identifikasi Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran.
N
o
1.

Tingkat stres

2.

Siklus Menstruasi

Variable

Definisi
Operasional
Respon tubuh
yang spesifik
berupa respon
fisiologis,
psikologis
maupun perilaku
terhadap stresor
yang dialami

Cara
Pengukuran
Menggunakan
kuesioner
Depression
Anxiety Stress
Scale 42
(DASS 42)

Jarak waktu
sejak hari
pertama
menstruasi
sampai
datangnya
menstruasi
berikutnya

Menggunakan
kuesioner
sebanyak 1
soal

E. Desain penelitian

Hasil Ukur

Skala

Dalam penelitian
ini terdapat
sejumlah 14
pertanyaan yang
terdapat dalam
item nomor 1, 6,
8, 11, 12, 14, 18,
22, 27, 29, 32, 33,
35 dan 39
(kuesioner DASS
42 terlampir;
lampiran 2).
Jumlah
kuesioner
sebanyak 45
pernyataan.

Ordinal

Ordinal

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang memuat tentang struktur dan
strategi penelitian untuk menjawab masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian obsevasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk
mempelajari hubungan antara stres dengan pola menstruasi. Penelitian cross sectional
disebut juga penelitian tranversal sebab variabel bebas (faktor risiko) dan variabel
tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman;2009).
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.19 Populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswi Sekolah Menengah Atas Negeri.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswi Sekolah Menengah Atas Negeri
yang mengalami menstruasi, dengan tekhnik pengambilan sampel non probability
sampling yaitu dengan teknik purposive sampling adalah merupakan teknik sampling
dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini tidak memberikan peluang yang sama dari
setiap anggota populasi, yang bertujuan tidak untuk generalisasi yang berasas pada
probabilitas yang tidak sama.18 Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus Slovin

G. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 19 februari sampai dengan tanggal 23
februari 2016.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri.
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa rekomendasi dari institusinya
untuk pihak lain dengan cara mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga
tempat penelitian yang dituju oleh peneliti. Setelah mendapat persetujuan, barulah
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti yang memenuhi
kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila subjek
menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi
lembar tersebut diberikan kode atau inisial.
3. Confendiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu
yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

I. Alat Pengumpulan Data

Alat dan bahan untuk penelitian ini merupakan data primer yang diambil melalui 2
kuisioner, yaitu :
1.

Kuisioner siklus menstruasi
Kuisioner ini berisikan tentang pertanyaan mengenai siklus menstruasi. Pada
saat itu juga responden menjawab pertanyaan yang ada dalam kuisioner dan
dikembalikan hari itu juga.

2.

Kuisioner Depression Anxiety Stress Scale 24 (DASS 24)
Kuisioner DASS adalah 24 butir ukuran kuantitatif untuk mengukur kondisi
emosional negatif depresi, kecemasan dan stres. Dalam penelitian ini peneliti hanya
memilih kuisioner yang mengukur tentang stres. Skala peringkat pada DASS 24
adalah sebagai berikut:
a. Tidak berlaku untuk saya sama sekali = 0.
b. Diterapkan pada saya untuk beberapa derajat, atau
beberapa waktu = 1.
c. Diterapkan kepada saya ke tingkat yang cukup, atau
bagian yang baik dari waktu = 2.
d. Diterapkan pada saya sangat banyak, atau sebagian
besar waktu = 3.

J. Teknik Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
Setelah data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan ulang kelengkapan format
kuisioner dan mengecek kembali kemungkinan kesalahan pengisian.

b. Koding
Setiap jawaban dikonversi ke dalam angka-angka sesuai dengan format kode yang
telah disiapkan untuk mempermudah dalam pengolahan data berikutnya.
c. Tabulasi
Penyajian data dalam bentuk tabel yang diolah dengan menggunakan komputer.
2. Analisis Data
Data yang akan dikumpulkan terlebih dahulu diedit baik pada waktu dilapangan
maupun pada saat memasukkan data ke dalam komputer. Hal ini dimaksudkan untuk
menilai kebenaran data. Setelah itu dilakukan koding kemudian data dimasukkan
kedalam tabel sesuai dengan tujuan penelitian dan diolah secara elektronik dengan
menggunakan program komputer Microsoft Office Excel versi 2007. Kemudian data
dianalisa melalui persentase dan perhitungan jumlah dengan cara menggunakan
analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variable yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA
Sriati A., (2007), Tinjauan Tentang Stress (on line). Fakultas IlmuKeperawatan Jatinagor.
Http://www.recaucesunpad.ac.id, diakses 15 Mei 2014

Sriati Aat. 2008. Tinjauan tentang stress. http://www.akademik.unsri.ac.id /.../TINJAUAN
%20TENTANG%20STRES.pdf ... Di unduh pada tanggal 7 Desember 2009
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. Hal:103-14, 204-05
Zulhita Ryanti. 2006. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Haid Pada
Mahasiswi D IV Kebidanan di Universitas Sebelas Maret. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Yulianti Devi. 2004. Manajemen Stres. Jakarta: ECG. Hal 26-110
Hawari D., (2008), Stres, Cemas, dan Depresi. FKUI; Jakarta.