GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK TERHADAP KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT MH THAMRIN TAHUN 2013

  

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

TERHADAP KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT MH

THAMRIN TAHUN 2013

Nurma Dewi

1 1 Prodi DIII Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin Alamat korespondensi Prodi DIII Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin Jl.Raya Pondok Gede No.23-25 Kramat Jati

  

ABSTRAK

  Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam . Apabila ginjal gagal menjalankan fungsinya maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera dan harus menjaankan hemodialisa 2-3 kali dalam satu minggu, Kunjungan yang terus menerus ke fasilitas mehodialisa sepanjang sisa usia, menjadikan beberapa penderita gagal ginjal tidak patuh dalam menjalankan terapi hemodialisa, disinilah diperlukan tingkat pengetahuan yang baik untuk menjaga agar penderita gagal ginjal dapat terus menjalankan pengobatan sehingga mendapatkan kwalitas hidup yang baik. Hemodialisa bagi penderita gagal ginjal terminal merupakan satu-satunya cara untuk dapat bertahan hidup. Pengobatan lain seperti pencangkokan transpalasi ginjal masih terbatas karena banyak kendala banyak yang harus dihadapi, diantaranya ketersediaan donor ginjal, teknik operasi dan juga perawatan pada waktu pasca operasi. Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka diperlukan sebuah penelitian mengenai hal hal yang berhubungan dengan kepatuhan pasien dapat menjalankan hemodialisa. Salah satunya mencari hubungan pengetahuan pasien gagal ginjal kronik terhadap kepatuhan menjalankan hemodialisa. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit MH Thamrin bulan November-Desember 2013. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa untuk variable pengetahuan sebagian besar yang berpengetahuan sedang sebanyak 20 orang (66,67%) dan sebagian kecil berpengetahun kurang sebanyak 3 orang (10%). Untuk variable kepatuhan menjalankan hemodialisa adalah Sebagian besar patuh sebanyak 18 orang (70,33%) dan sebagian kecil tidak patuh sebanyak 2 orang (29,67%).

  Kata Kunci : Gagal ginjal kronik, Kepatuhan menjalani hemodialisa di rumah sakit

  PENDAHULUAN

  Mempertahankan volume, komposisi dan distrpasiensi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan, dari seluruh mahluk hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, 1979). Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam- basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam (Pearce, 1995). Apabila ginjal gagal menjalankan fungsinya maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera.

  Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik disebut juga dengan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis makin banyak menarik perhatian dan makin banyak dipelajari karena walaupun sudah mencapai tahap gagal ginjal terminal akan tetapi penderita masih dapat hidup panjang dengan kualitas hidup yang cukup baik (Sidabutar, 1992).

  Rahardjo (1996) mengatakan bahwa jumlah penderita gagal ginjal kronis yang menjadi gagal ginjal terminal terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Laporan Sidabutar menunjukkan bahwa di Indonesia jumlah dialisa meningkat secara pasti setiap tahunnya, dari sebanyak 389 kali pada tahun 1980 menjadi 4.487 pada tahun 1986 (Sidabutar dalam Lubis, 1991).

  Yang disebut dengan gagal ginjal terminal adalah keadaan dimana ginjal sudah tidak dapat menjalankan fungsinya lagi. Ginjal tersebut tidak dapat diperbaiki sehingga pengobatan yang paling mungkin dilakukan adalah dengan melakukan cuci darah (yang lebih sering disebut dengan dialisa) setiap jangka waktu tertentu atau tranplantasi (Pearce, 1995). Penderita yang didiagnosa mengalami gagal ginjal terminal akan tetapi tidak menjalani transplantasi maka seumur hidupnya ia akan tergantung pada alat dialisa untuk menggantikan fungsi ginjalnya.

  Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga disebut sebagai terapi pengganti karena berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal (Rahardjo, 1992; Kartono, Darmarini & Roza, 1992). Terapi pengganti yang sering dilakukan adalah hemodialisa dan peritoneal dialisa (Kartono, Darmarini & Roza, 1992). Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama dan merupakan metode perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisa (Peterson, 1995; Kartono, Darmarini & Roza, 1992).

  • – 15 jam hemodialisa setiap minggunya yang terbagi dalam dua atau tiga sesi dimana setiap sesi berlangsung antara 3
  • – angka hasil hitungan atau ukuran. Jadi dalam penelitian ini akan mendeskripsikan kondisi variebl variable dalam penelitian yaitu tingkat pengetahuan pasien dengan kepatuhan dalam menejalankan hemodialisa.
Wilayah Puskesmas dan secara objektif di lakukan secara wawancara dengan responden dari para pasin yng menderita gagal ginjal kronik di RS MH Thamrin.

  • – 6 jam (Tierney, McPhee, Papdakis & Schroeder, 1993). Kegiatan ini akan berlangsung terus menerus selama hidupnya.

  Setelah questioner diisi maka dilakukan tabulasi data 3) Kemudian di lakukan analisis data berdasarkan data yang di peroleh.

  Memperbanyak kuesioner 2) Penyebaran questioner kepada responden.

  Setelah di lakukan persiapan penelitian maka di lakukan pelaksanaan penelitian dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1)

  Menentukan waktu untuk melaksanakan penelitian b. Langkah Pelaksanaan

  Melakukan penjajakan kepada responden untuk kemungkinannya di lakukan penelitian 2)

  Langkah Persiapan 1)

  Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data ini di lakukan melalui wawancara dan mengisi kuesioner yang di ajukan kepada responden yang di tujukan pada para pasien yang menderita gagal ginjal kronik di RS. Mh Thamrin melalui langkah: a.

  Populasi penelitian ini adalah pasien penderita gagal ginjal kronik Rumah Sakit MH Thamrin. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 20 sampel dengan prinsip total sampling.

  Desain yang di gunakan penulis adalah deskriptif yaitu metode penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Sedangkan jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu berbentuk angka

  METODE

  Ia mengatakan, tingginya kasus gagal ginjal berpotensi pada tingginya kasus kematian, pasalnya dalam satu tahun cuci darah saja hanya terdapat 70 pasien yang masih bertahan dari total seratus penderita yang berobat ke satu dokter. "Penyebab kematian biasanya karena gagal ginjalnya tidak dapat ditanggulangi dan ditambah dengan serangan jantung, stroke dan sesak napas," jelas Djoko. Djoko menyebutkan, penanganan terhadap pasien gagal ginjal saat ini terkendala dengan tingginya biaya pengobatan, karena biaya pengobtan bagi penderita gagal ginjal mencapai Rp3 juta/bulan. Ini menjadi dilema tersendiri bagi petugas kesehatan dan pemerintah dan keluarga pasien untuk membantu biaya pengobatan," ujarnya. Selain itu, masih sedikitnya ahli penyakit gagal ginjal menjadi tantangan dalam menangani pasien gagal ginjal di Indonesia, karena saat ini dokter spesialis ahli gagal ginjal baru mencapai di bawah 80 orang.(Republika Newsroom, 2008)

  Kasus gagal ginjal di Indonesia setiap tahunnya masih terbilang tinggi, pasalnya masih banyak masyarakat Indonesia tidak menjaga pola makannya dan kesehatan tubuhnya. "Meski belum dilakukan survei secara nasional, tetapi berdasarkan perbandingan data dengan negara lain kasus gagal ginjal di Indonesia tinggi. Di negara Amerika Serikat saja perbandingannya untuk klasifikasi orang dewasa dari sebanyak sepuluh orang satu diantaranya terkena gagal ginjal," kata Konsultan Ginjal dan Hipertensi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, (Unair) Surabaya dan RSU Dr Sutomo, Dr Djoko Santoso Sp PD-KGH, PhD pada Seminar Kesehatan di Kota Sukabumi. Menurut dia, kondisi di Indonesia akan lebih banyak, apalagi banyak orang Indonesia yang tidak bisa menjaga pola makan dan menjaga kesehatannya.

  Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidupnya mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan penderita gagal ginjal terninal yang melakukan Sarason (dalam Sarafino, 1998) mengatakan bahwa perubahan dalam kehidupan merupakan salah satu pemicu terjadinya stres. Sarafino dan Taylor (dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa keadaan stres dapat menghasilkan perubahan, baik secara fisiologis maupun psikologis, yang mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit. Hal ini jelas menunjukkan adanya keadaan stres akan memperburuk kondisi kesehatan penderita dan menurunkan kualitas hidupnya.

  Sebagian pasien hemodialisa dirawat di rumah sakit atau unit dialisa dimana mereka menjadi pasien rawat jalan (Michael, 1986). Sebagian besar pasien membutuhkan 12

  Menurut Ketua Yayasan Peduli Ginjal (dalam kes1128.shtml), Dr. Rully MA Roesli, sistem dialisa bagi penderita gagal ginjal terminal merupakan satu-satunya cara untuk dapat bertahan hidup. Pengobatan lain seperti pencangkokan transpalasi ginjal masih terbatas karena banyak kendala banyak yang harus dihadapi, diantaranya ketersediaan donor ginjal, teknik operasi dan juga perawatan pada waktu pasca operasi.

  Sumber Data Penelitian menggunakan data primer yang di peroleh dari hasil pengisian kuesioner yang di berikan kepada responden, dengan responden penelitian yaitu para Ibu yang ad mempunyai bayi dan anak di

  Instrumen Penelitian Instrumen yang di gunakan adalah dengan memberikan sejumlah pertanyaan tertutup berupa kuesioner yang akan di berikan kepada para pasien yang menderita gagal ginjal kronik di RS MH Thamrin dan Rumah Sakit yang sebelumnya telah bersedia menjadi responden . pertanyaan yang di berikan terbagi atas 2 tingkat yakni untuk tingkat pengetahuan dan pemahaman.

  Kuesioner yang di gunakan kedalam penelitian ini menggunakan skala Guttman yang merupakan skala kumulatif, skala ini di lakukan untuk skala yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Skala guttman yang di gunakan adalah jawaban untuk pertanyaan benar dan salah. Jika jawaban benar di beri nilai 1 dan jika jawaban salah di beri nilai 0.

  Prosedur Penelitian a.

  Persiapan 1) Mencari masalah untuk di angkat dalam penelitian

  2) Membuat judul berdasarkan masalah 3) Melakukan studi pendahuluan 4) Membuat rancangan proposal penelitian 5) Membuat kuesioner penelitian 6) Melakukan proses bimbingan/konsultasi b.

  Pelaksanaan 1) Melakukan uji validitas kuesioner 2) Melakukan perbaikan kuesioner 3) Mendapatkan sampel 4) Menyebarkan kuesioner 5) Menarik kembali kuesioner 6) Memeriksa kelengkapan kuesioner c. Penyelesaian 1)

  Melakukan pengolahan dan analisa data 2) Menarik kesimpulan 3) Membuat laporan hasil penelitian 4) Menyajikan hasil pengolahan data 5) Mempresentasikan/publikasi hasil penelitian

  Teknik Analisa Data

  Analisa yang di lakukan oleh peneliti yaitu analisa deskriptif yang artinya suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik serta menyajikannya dalam bentuk persentase.(Nursalam,2003). Untuk mendapatkan deskripsi tentang pengethuan klien terhadap hal-hal yang harus di lakukan dengan mengatagorikan responden menjadi beberapa tingkatan pengetahuan.

  Setelah di dapatkan nilai dari semua item, maka tingkat pengetahuan responden dapat di ketahui dengan menggunakan rumus distribusi proposi. P=X/Nx100% Keterangan: P=Persentase jawaban responden X= Jumlah jawaban responden N= Jumlah nilai maksimal jawaban responden Setelah di tabulasi selanjutnya di interprestasikan dengan menggunakan skala :

  1. Apabila 0 % :Tak seorangpun dari responden Apabila 1 – 5 % :Sebagian hampir tidak ada 3.

  Apabila 6 – 24 % :Sebagian kecil 4. Apabila 25 – 49 % :Kurang dari setengahnya 5. Apabila 50 % :setengahnya 6. Apabila 51 – % :Lebih dari setengahnya 7. Apabila 75 – 89 % :Sebagian besar 8. Apabila 90 – 99 % :Hampir seluruhnya 9. Apabila 100 % :Seluruhnya

  Setelah menafsirkan setiap tahap pengetahuan di lakukan mencari rata – rata persentase kmudian di lakukan klarifikasi dimana: Baik : bila di dapatkan hasil 76 – 100 % Cukup : bila di dapatkan 60 – 75 % Kurang : bila di dapatkan hasil kurang dari 60 %. (Arikunto, 2002)

  HASIL

  Dalam analisa ini peneliti menjelaskan secara deskiptif mengenai variable yang terdiri dari responden seperti : pengetahuan serta hasil analisa data ini sesuai dengan variable penelitian yang dilakukan di RS MH Thamrin pada November-Desember 2013. Data-data ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi

  Distribus Tingkat Pengetahun Klien Gagal Ginjal Tentang Hemodialisa Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan klien dalam hemodialisa. Sebagian besar yang berpengetahuan sedang sebanyak 20 orang (66,67%) dan sebagian kecil berpengetahun kurang sebanyak 3 orang (10%). Hal ini dapat dilihat pada table 1

  

Tabel 1

Distribusi Tingkat Pengetahuan Klien Dalam Hemodialisa

Di RS MH Thamrin

Karakteristik Frekuensi ( N ) Persen %

  BAIK 10 65.67 % SEDANG 5 24,33 % KURANG 5 10 %

  TOTAL 20 100%

Distribus Tingkat Pengetahun Klien Gagal Ginjal sebanyak 18 orang (70,33%) dan sebagian kecil tidak

Tentang Hemodialisa patuh sebanyak 2 orang (29,67%). Hal ini dapat

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dilihat pada table 2 klien dalam hemodialisa. Sebagian besar patuh

  

Tabel 2

Distribusi Tingkat Pengetahuan Klien Dalam Hemodialisa

Di RS MH Thamrin

  

Karakteristik Frekuensi ( N ) Persen %

  PATUH 18 70.33 % TIDAK PATUH 2 29.67 %

  TOTAL 20 100%

PEMBAHASAN mengenai gambaran Tingkat Pengetahuan Klien

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Dalam Kepatuhan Melakukan Hemodialisa Di RS MH diperoleh dari data dengan cara menyebarkan kuesioner Thamrin sebagai berikut : kepada 20 klien. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam 1.

  Berdasarkan karateristik distribusi klien dalam melakukan pembahasan. gambaran Tingkat Pengetahuan Klien Dalam Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan klien Hemodialisa Sebagian besar yang berpengetahuan baik dalam gambaran Tingkat Pengetahuan Klien Dalam sebanyak 20 orang (65,67%) dan sebagian kecil Kepatuhan Melakukan Hemodialisa Sebagian besar yang berpengetahun kurang sebanyak 3 orang (10%). berpengetahuan baik sebanyak 20 orang (65,67%) dan 2.

  Berdasarkan karateristik distribusi klien dalam sebagian kecil berpengetahun kurang sebanyak 3 orang gambaran Tingkat Kepatuhan Klien Dalam (10%).

  Melakukan Hemodialisa Sebagian besar patuh 18 Jadi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan orang ( 70,33 % ) dan sebagian kecil tidak patuh 2 ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap oarng ( 29,67% ) suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan Saran dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan

  1. Bagi Pasien seseoarang (overt behavior). Menururt peneliti pasien a.

  Agar tetap selalu memeperhatikan kesehatan dengan gagal ginjal kronik menyerahkan sepenuhnya b.

  Agar selalu patuh untuk melakukan therapi penyakit tersebut dalam pengobatan dan perawatan dari hemodialisa sesuai jadwal dokter dan perwat serta melakukan therapi hemodialisa.

  2. Bagi peneliti selanjutnya Perawat yang sering berinterksi dengan pasien memiliki Perlu dilakukana pneelitian lebih lanjut tentng tanggung jawab penuh dalm proses penyampaian informasi penyakit GGK dengan sampel yang lebih mengenai kejadian GGK tersebut serta perawat berperan besar,sehingga mendapatkan hasil yang lebih aktif dalam pelaksanannya bagi pasien dalam membantu melaksanakan proses therapi hemodialisa. DAFTAR PUSTAKA

  PENUTUP Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Suatu

  Kesimpulan praktek. Bina Aksara. Jakarta

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai

  • (2006). Prosedur Penelitian Suatu

  gambaran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

  Pendekatan Praktek , Rineka Cipta, Jakarta

  62

  • (2010). Metodologi Penelitian
  • (2003). Pendidikan dan Perilaku
  • (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu

  63 Doenges Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Kowalak, dkk.

  2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:EGC. Notoatmodjo, S. (2007). Metodologi Penelitian

  Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

  Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

  Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

  Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta Smeltzer Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

  & Sudarth edisi 8 vol 2. Jakarta: EGC. Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

  Jilid 1 Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. Suharyanto Toto dan Abdul Madjid.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

  Sistem Perkemihan. Jakarta. TIM. Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.