PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRASEKOLAH USIA 5-6 TAHUN

  

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

ANAK PRASEKOLAH USIA 5-6 TAHUN

Anifatur Nurjannah, Suryono

  

Bidang Keperawatan, Akademi Keperawatan Pamenang Pare – Kediri

ABSTRAK

  Perkembangan psikososial merupakan perkembangan yang berhubungan dengan perubahan- perubahan perasaan atau emosi kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Pada tahap ini anak sedang mengalami krisis psikososial initiative vs guilt dimana anak lebih banyak bermain. Jika hal ini orang tua terutama ibu tidak mampu memfasilitasi anak untuk berkembang maka anak akan mudah merasa bersalah terhadap dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan psikososial anak prasekolah usia 5-6 tahun.

  Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Populasinya yaitu semua ibu yang mempunyai anak sekolah di TK “Kusuma Mulia” Dusun Bukaan Desa Keling sebanyak 104 ibu.

  Sampel penelitiannya adalah Ibu yang menjemput anaknya sekolah di TK “Kusuma Mulia” Dusun Bukaan Desa Keling. Sampel sebanyak 30 responden dengan teknik Purposif Sampling.

  Hasil penelitian menunjukkan 9 responden (30%) berpengetahuan baik, 13 responden (43%) memiliki pengetahuan cukup dan 8 responden (27%) memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan.

  Hasil penelitian yang membuktikan bahwa ibu yang cukup mengetahui tentang perkembangan anak khususnya perkembangan psikososial lebih banyak namun ibu yang memiliki pengetahuan kurang juga masih ada. Sehingga perlu adanya suatu tindakan penyuluhan yang bisa membantu ibu guna mengetahui tentang perkembangan anak khususnya perkembangan psikososial.

  Kata Kunci : Pengetahuan, Perkembangan Psikososial, Anak Prasekolah

  ABSTRACT Psychosocial development is development that related to get the change in feeling or individual

emotion as well as the change how the individual get relationship with other. At this stage, the child is

getting pychosocial crisis of initiative vs guild where the children play more. If there are parent,

especially the mother isn’t able to facilitate the facilities to their children. So, they would be easy to

feel guilty to words them. The purpose of this research is to knowin g the mother’s ilustration knowledge about psychosocial development of preschool age 5-6 years.

  The designe that used in this research is description. The population is all of the mothers who have

children in the kindergarten “Kusuma mulia” bukaan village keling as much as 104 women. The

research sample was the mother who picked her child up in their school “Kusuma mulia” bukaan

village keling. t sample sizw was 30 respondents with a purposive sampling technique.

  The result showed 9 respondents (30%) get good knowledge, 13 respondents (27%) get sufficent

knowledge, and 8 respondents get less knowledge. It can be influenced by some factors such as age,

education, job and knowledge The result showed that the mother is enough to know about bloming child, especially more

psychosocial to development but the mother who has less knowledge sill exist. So they need an actoin

  Vol. 6 No.2; 1 Juli urnal

  • – 31 Desember 2015
urnal Vol. 6 No.2; 1 Juli

  

extention that can help the mother to know about child development , especially psychosocial

development.

  Keywords : Knowledge, Psychosocial Development, Preschool.

  PENDAHULUAN

  Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematang. Perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan (Markum,dkk). Dalam proses perkembangan tersebut dibagi dalam beberapa tahapan berdasarkan usia. Salah satu tahap perkembangan yang dialami manusia adalah tahap prasekolah yaitu usia 5-6 tahun. Pada tahap ini anak mengalami krisis psikososial yang biasa dinamakan tahap initiative vs guilt (Erik erikson). Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap perkembangan anak khususnya perkembangan psikososial adalah masih kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu sehingga menyebabkan keterlambatan perkembangan anak. Hal ini berarti hilangnya kesempatan anak untuk berhubungan dengan orang lain yang akan menimbulkan ketelantaran pada diri anak untuk menjadi pribadi yang sosial. Namun dalam mengasuh anak harus didasari oleh pengetahuan yang dimiliki ibu. Jika ibu memiliki pengetahuan maka akan tahu bagaimana cara mengasuh anak khususnya dalam perkembangan anak. Seperti yang terjadi di TK kusuma Mulia Dsn. Bukaan Ds. Keling Kec. Kepung kab. kediri terlihat anak kurang mampu bersosialisasi dengan temannya dan lingkungannya, anak lebih cenderung tidak mau berpisah dengan ibunya, anak juga kurang kreatif.

  Jumlah anak yang mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan makin bertambah, di Amerika terdapat 1 dari 100 balita mengalami penyimpangan perkembangan, di Asia

  0,25% balita yang mengalami penyimpangan perkembangan, ditemukan 5% dari jumlah balita yang mengalami penyimpangan perkembangan di Indonesia (Ario, 2012). RSCM (data departemen rehabilitasi medik) 2006, dari 1.125 jumlah kunjungan pasien anak, 10,13% anak mengalami gangguan perkembangan. Data RSUD. Dr. Soetomo, tahun 2010 dari 38.377 total kunjungan pasien anak di poli anak, 2,6% mengalami gangguan perkembangan, sedangkan pada tahun 2011 dari 37.960 total kunjungan pasien anak di poli anak 2,22% mengalami gangguan perkembangan, sementara di Dinas Kesehatan tingkat I Propinsi Jawa Timur 2008 untuk deteksi tumbuh kembang balita di Jawa Timur di tetapkan 80% tetapi cakupan diperiksa 40-59% dan mengalami perkembangan tidak optimal sebanyak 0,14%, sedangkan di Kabupaten Kediri yang memiliki balita dan anak prasekolah sebanyak 125.728, yang dilakukan deteksi dini hanya 50.689 balita dan anak prasekolah. Hal ini menunjukkan bahwa belum dilakukan deteksi dengan tepat sehingga tidak bisa diketahui jumlah anak dengan kelainan tumbuh kembang yang sesungguhnya (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan di TK Kusuma Mulia Bukaan Keling Kepung Kediri melalui bertanya langsung pada ibu didapatkan data 12 anak mengalami gangguan perkembangan dari 45 anak. Dan berdasarkan hasil wawancara dari salah satu guru TK, orang tua muridkhususnya ibu mempunyai tingkat pendidikan yang relatif rendah.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan perkembangan anak adalah karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu. Kebanyakan ibu hanya sekolah lulusan SD atau SMP. Selain itu ibu juga kurang mensosialisakan anak agar mau bermain bersama teman-temannya

  • – 31 Desember 2015

METODE PENELITIAN

  Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner. Pengolahan data dengan teknik coding, scoring dan tabulating; sedangkan analisis data dilakukan secara deskriptif.

  Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 30 orang responden.

  atau sebelumnya anak mengalami pengalaman sosial awal mereka kurang menyenangkan sehingga anak kurang berminat untuk melakukan hubungan dengan orang lain. Sehingga akan membawa dampak bagi si anak dalam proses perkembangannya. Jika hal ini terus terjadi maka hilangnya kesempatan anak untuk berhubungan dengan orang lain dan menimbulkan ketelantaran dalam kesempatan belajar menjadi pribadi yang sosial. Ketelantaran ini mungkin disebabkan karena kurangnya waktu ibu dan keluarga lainnya dalam kebersamaan yang mana ibu dan keluarga lainnya sibuk bekerja untuk mencari nafkah. Sehingga, anak kekurangan rangsangan yang memotivasinya untuk menjadi bagian dari kelompok keluarga. Jika dibiarkan anak akan menjadi tumbuh dewasa dan mungkin anak akan tidak mudah untuk bersosialisasi dengan orang lain.

  Berbagai upaya dapat dilakukan dalam mengoptimalkan perkembangan anak terutama ibu karena sesuai peran ibu salah satunya sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknyadan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial (Effendy, 2004).Cara pengasuhan yang dilakukan orang tua dalam keluarga erat kaitannya dengan persepsi orang tua terhadap nilai anak (Primisasiki, 2007). Dengan adanya masalah diatas diharapkan ibu bisa memberikan kesempatan pada anak untuk bermain dengan teman-temannya agar anak bisa belajar keterampilan dan bersosialisasi. Jika hal ini diterapkan individu akan mampu mengontrol diri dan lingkungannya. Anak mulai memahami perbedaannya dengan orang lain. Karena hal ini, maka timbul inisiatif pada diri anak untuk belajar mencapai tujuannya.

  Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang perkembangan psikososial anak. Waktu penelitian dilakukan Pada tanggal 10 April 2014 Adapun tempat penelitian di TK Kusuma Mulia Dsn. Bukaan Ds. Keling Kec. Kepung Kab. Kediri.

  Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak sekolah di TK Kusuma Mulia Dsn. Bukaan Ds. Keling Kec. Kepung Kab. Kediri sebanyak 104 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  urnal Vol. 6 No.2; 1 Juli

  Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan psikososial anak prasekolah usia 5-6 tahun di TK Kusuma Mulia Dusun Bukaan Desa Keling Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri; dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut.

  No Kriteria Jumlah Presentase

  1 Baik 9 30%

  2 Cukup 13 43%

  3 Kurang 8 27% Total 30 100%

  Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi dari 30 responden yang diteliti diperoleh hasil perhitungan dan penilaian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan psikososial anak prasekolah usia 5-6 tahun di TK Kusuma Mulia Dusun Bukaan Desa Keling Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, 9 responden (30%) berpengetahuan baik,

  Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik membuat suatu penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan psikososial anak prasekolah usia 5-6 tahun di TK “Kusuma Mulia” Dsn. Bukaan Ds. Keling Kec. Kepung Kab. Kediri.

  • – 31 Desember 2015
urnal Vol. 6 No.2; 1 Juli

  13 responden (43%) memiliki pengetahuan cukup dan 8 responden (27%) memiliki pengetahuan yang kurang.

  Pengetahuan “tahu” diartikan sebagai hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan akan membentuk outcome dari proses belajar, Notoadmodjo (2012). Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan. Pendidikan dapat memberikan pengaruh terhadap wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan distribusi presentase responden berdasarkan usia dari 30 responden yang diteliti didapatkan hasil paling banyak sebesar 17 responden (56%) berusia 30-39 tahun dan paling sedikit 5 reponden (17%) berusia lebih dari 40 tahun.

  Semakin cukup umur tingkat kematangan seseorang akan lebih baik dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

  Usia responden ini termasuk kategori dewasa sehingga sudah banyak pengalaman berkaitan dengan perkembangan psikososial anak prasekolah. Sesuai dengan teori yang ada dijelasakan bahwa faktor pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan seseorang. Melalui pengalaman yang didapat maka seseorang dapat mengambil sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini pada akhirnya menjadi sumber pengetahuan baru bagi seseorang. Dari Pengetahuan atau kognitif akan membentuk tindakan seseorang (over behavior) atau membentuk outcome dari proses belajar (Notoatmodjo, 2007). Sama halnya dengan hasil penelitian ini mengingat banyaknya pengalaman responden tentang perkembangan psikososial anak prasekolah. Sehingga orang tua terutama ibu lebih baik lagi dalam mengasuh atau memberikan pendidikan pada anak.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hasil distribusi presentase responden berdasarkan pendidikan dari 30 responden yang diteliti didapatkan hasil paling banyak 15 responden (50%) berpendidikan SLTP dan paling sedikit 7 responden (23%) berpendidikan SMA.

  Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang dalam mengasuh anak. Cara pengasuhan yang dilakukan orang tua dalam keluarga erat kaitannya dengan persepsi orang tua terhadap menilai anak (Primisasiki, 2007). Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuanya (Wied Hary, 1996). Maka seseorang akan lebih tahu bagaimana cara mengasuh anak dan memfasilitasi anak untuk berkembang.

  Sebagian responden berpendidikan rendah sehingga sulit untuk memahami tentang perilaku anak. Kebanyakan orang tua terutama ibu menganggap anak yang perilaku yang aktif itu merupakan anak yang nakal sementara anak yang pendiam merupakan anak yang baik. Jika perilaku anak yang aktif dilarang maka anak menjadi kurang kreatif dan munculnya perasaan bersalah. Jika hal ini dibiarkan, anak akan sulit untuk berkembang.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hasil distribusi presentase responden berdasarkan pekerjaan dari 30 responden yang diteliti didapatkan hasil paling banyak 16 responden (53%) bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) dan paling sedikit 6 responden (17%) pekerjaan swasta.

  • – 31 Desember 2015

  1.Kediri

  Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rhineka Cipta

  Pemula . Ed.Revisi

  Keperawatan Anak.Jakata:EGC Tamsuri, Anas.(2008). Riset Keperawatan Bagi

  (download: 1 November 2013) Supartini, Yupi.(2004).Buku Ajar Konsep

  1 November 20013 pukul 07.00 wib) Sunny.(2009).Perkembangan Anak Usia Prasekolah.

  Rilia, Dessy.(2013).Perkembangan Psikososial Masa Anak-anak Awal (Usia 3-6 Tahun). www.wordpress.com (download:

  Nursalam.dkk.(2003).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan). Jakarta: Salemba Medika

  Nurihsan, Achmad Juntika & Syamsu Yusuf LN.(2008).Teori Kepribadian.Ed.2.Bandung: PT Remaja Posdakarya

  Notoatmodjo, Soekidjo.(2012). Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rhineka Cipta

  Effendi.(2004).Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

  urnal Vol. 6 No.2; 1 Juli

  Cipta Desmita.(2010).Psikologi Perkembangan. Ed.6.Bandung: PT Remaja Posdakarya

  Pendekatan Praktik . Jakarta :Rhineka

  Arikunto, Suharsini.(2006). Prosedur Penelitian

  KEPUSTAKAAN

  Berdasarkan hasil penelitian gambaran pengetahuan ibu tentang perkembangan psikososial anak prasekolah usia 5-6 tahun di TK “Kusuma Mulia” Dsn. Bukaan Desa Keling Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri dapat disimpulkan bahwa identifikasi pengetahuan ibu tentang perkembangan psikososial anak prasekolah usia 5-6 tahun. Dari 30 responden yang diteliti diperoleh hasil perhitungan dan penilaian 9 responden (30%) berpengetahuan baik, 13 responden (43%) memiliki pengetahuan cukup dan 8 responden (27%) memiliki pengetahuan yang kurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang perkembangan psikososial anak prasekolah usia 5-6 tahun masih dalam kategori kurang.

  SIMPULAN

  Untuk langkah selanjutnya perlu diadakan penyuluhan untuk orang tua terutama ibu tentang perkembangan anak khususnya perkembangan psikososial anak pada masa prasekolah yaitu usia 5-6 tahun. Sehingga ibu dapat mengetahui bagaimana memfasilitasi anak untuk berkembang khususnya perkembangan psikososial anak pada masa prasekolah yaitu usia 5-6 tahun dan ibu tidak salah lagi dalam mempersepsikan atau menilai perilaku anak.

  Secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi (Notoadmodjo, 2003). Sehingga ibu yang sebelumnya kurang mengetahui menjadi tahu bagaimana cara memfasilitasi anak untuk berkembang khususnya dalam perkembangan psikososial anak. Ditinjau dari pekerjaan, responden yang bekerja memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan responden yang hanya sebagai ibu rumah tangga dan petani. Orang tua yang bekerja sebagai swasta memiliki status ekonomi yang lebih baik sehingga lebih mudah dalam memfasilitasi anak dalam proses perkembangan khususnya perkembangan psikososial anak.

  • – 31 Desember 2015