View of DEWAN SENGKETAUNTUK MENGHINDARI TERJADINYA SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI
DEWAN SENGKETAUNTUK MENGHINDARI TERJADINYA SENGKETA
PADA PROYEK KONSTRUKSI
Nurcaweda Riztria Adinda
Program Studi Teknik Sipil STT Mandala
ABSTRAK
Sengketa Konstruksi yang terjadi pada suatu kegiatan proyek dapat membawa banyak dampak buruk bagi kelangsungan proyek yang bersangkutan bahkan proyek dapat berhenti total, dan sudah tentu para stakeholders terkait yang kemudian akan menanggung kerugian baik dari segi waktu, biaya, tenaga serta pikiran. Dewan Sengketa (Dispute Board) atau sering disingkat DB merupakan suatu lembaga independen yang telah ditunjuk dari sejak awal tahap proyek, sehingga setiap potensi perselisihan yang muncul dalam suatu proyek dapat dilakukan antisipasi sejak dini oleh DB sebelum perselisihan tersebut berkembang menjadi sebuah sengketa konstruksi yang formal.Namun jika tidak memungkinkan, maka DB akan membantu dan mendampingi para pihak yang bersengketa kepada penyelesaian sengketa konstruksi secara damai (Amicable Settlement)dengan waktu yang cepat dan biaya yang relatifmurah.
ABSTRACT
Constructiondisputesthat occur in aprojectactivitycanbringmanyadverse effectsfor the survival ofthe project and project even stop completely,andof courseall relevant stakeholderswho will thenbear thelossesboth in terms oftime, cost, energy andmind. CouncilDispute(Dispute Board) oroftenabbreviatedDBisanindependent agencythathas beendesignatedfrom the beginningstages ofthe project, so thatany potentialdisputesthatarisewithina project canbe donebyearlyanticipationDBbeforethe disputedeveloped intoaformalconstructiondisputes. Butif not possible, then theDBwillhelpandassistthe parties in disputetoa peacefulsettlement ofconstructiondisputes(Amicable Settlement) witha fast timeanda relatively low cost.
Kata Kunci : Dewan Sengketa, Sengketa Konstruksi, Dispute Board, Dispute Review Board
(DRB), Dispute Ajudication Board (DAB).PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
salah satu bidang industri yang terkena imbas negatif dari berlakunya pasar bebas di Indonesia sejak awal tahun 2005 lalu.Karena dari pasar bebas, melahirkan berbagai perjanjian antar 2 (dua) Negara atau lebih, yang kemudian dapat memicu munculnya perbuatan Wanprestasi (cidera janji) diantara seluruh pelaku konstruksi terkait,Baik pihak Penyedia Jasa (kontraktor) maupun pihak pihak Pengguna Jasa (owner / user). Sedangkan pada klaim konstruksi yang sering dijumpai biasanya berawal dari perbedaan interpretasi masing – masing pelaku konstruksi terhadap pasal – pasal yang tertera dalam kontrak, yang kemudian dapat berkembang dan mengarah kepada sengketa yang lebih serius, Sedangkan setiap sengketa konstruksi yang muncul mengakibatkan pelaksanaan proyek menjadi terhambat dan terlambat, bahkan dapat menimbulkan pembebanan biaya tambahan bagi pihak – pihak yang berselisih, hal ini membuat kerugian yang tidak sedikit bagi para stakeholder terkait, karena selain beban biaya, tetapi juga beban waktu serta pikiran yang harus mereka tanggung dalam waktu yang bersamaan.
Sengketa konstruksi merupakan hal merugikan yang terjadi di setiap proyek konstruksi, karena di setiap perselisihan yang terjadi dapat mengakibatkan munculnya masalah – masalah baru di lapangan diantaranya saja jalannya proses konstruksi yang terhambat, terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian proyek hingga pembengkakan biaya tambahan yang harus ditanggung oleh pihak – pihak yang berselisih, diantaranya pihak owner (pengguna jasa) maupun pihak penyedia jasa (kontraktor). Maka dari itu, penyelesaian sengketa konstruksi perlu ditangani dengan waktu yang cepat serta ekonomis dalam hal biaya tentunya agar tidak malah menambah beban bagi pihak – pihak yang sedang bersengketa.
Menanggapi semakin banyaknya sengketa konstruksi yang terjadi beberapa an daripada proses Arbitrase dan Litigasi dalam penyelesaian sengketa konstruksi, mengingat Arbitrase yang sempat popular pada era 1980-an karena dianggap lebih cepat dan murah dibandingkan dengan proses Litigasi pada saat itu. Dan pada akhirnya sekitar era 2000-anDewan Sengketa semakin digadang – gadang sebagai dewan penyelesaian sengketa pada proyek konstruksi yang secara independen membantu dalam hal menghindari sengketa dan menyelesaikan sengketa secara lebih efektif dalam hal waktu juga biaya.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan alternative penyelesaian sengketa konstruksi yang lebih efektif dibandingkan Institusi Arbitrase (BANI)
2. Efektifkah Dewan Sengketa (DB) dalam pendektesian awal sengketa sejak dini dalam rangka menghindari terjadinya sengketa konstruksi?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sejauh mana Dewan Sengketa dapat menghindari terjadinya sengketa konstruksi yang terjadi pada suatu kegiatan proyek konstruksi, yakni dengan mendeteksi sejak dini perselisihan yang terjadi, dan juga memungkinkan membantu para pihak yang berselisih melakukan penyelesaian sengketa konstruksi secara win – win solution membahas masalah pada tahap awal, Memecahkan masalah yang berpotensi bencana secara ‘real time' bisa sangat berharga
3
MANFAAT PENELITIAN
Time. Dispute Board P. 2
perangkat yang berasal dari Amerika Serikat, DRB memberikan rekomendasi yang tidak mengikat, kecuali para pihak setuju untuk menerapkannya. Namun, terlepas dari kurangnya efek pengikatan kontrak rekomendasi DRB, Dewan Resolusi Sengketa Foundation (DRBF) merekomendasikan model ini, 3 Morek, Rafal. 2001. Resolving Construction Disputes In Real
Dispute Review Board(DRB),merupakan
Dewan Penyelesaian Sengketa/
Dewan Sengketa terdiri dari 3 (tiga) jenis diantaranya, Dewan Penyelesaian Sengketa atau disingkat DRB dan Dewan Ajudikasi Sengketa disingkat DAB serta Dewan Sengketa Gabungan yang disingkat CDB. Berbagai istilah lain juga telah digunakan diantaranya adalah Dewan Penyelesaian Sengketa, Badan Mediasi Sengketa, Dewan Sengketa Penghindaran dan Dewan Sengketa Konsiliasi. Yang pada dasarnya berdasarkan dari dewan ulasan yang sama dan masing - masing memberikan ajudikasi awal berdasarkan proses tawar - menawar kontrak yang dilakukan antara para pihak. Sedangkan perbedaan diantara ketiganya diantaranya :
.Maka berdasarkan pengertian – sebuah dewan independen yang terdiri dari satu sampai tiga orang, berperan dalam menghindari sengketa dengan mendeteksi sejak dini perselisihan yang terjadi sebelum berkembang menjadi sengketa, karena telah ditunjuk dari sejak awal dibuatnya kontrak pekerjaan dan dimasukkan sebagai bagian dari adminstrasi proyekserta menyelesaikan sengketa dengan waktu cepat dan biaya relatif murah.
International Coopertion Agency) DB manual. Version 1.0 P. 1
apabila sudah terjadi sengketa. Dewan Sengketa sebagai dewan independen yang membantu dalam mendeteksi potensi terjadinya sengketa sejak dari awal kontrak konstruksi serta menghindari penyelesaian sengketa konstruksi melalui proses Arbitrase dan Litigasi yang memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.
.Dan Dewan Sengketa sering digambarkan sebagai teknik ‘menghindari perselisihan’ daripada resolusi, Menghindari perselisihan dengan mengidentifikasi, menyelidiki dan 1 Toshihiko, Omoto. 2012. Dispute Board Manual. JICA (Japan
2
. Sedangkan Dewan Sengketa dalam konteks kontrak konstruksi adalah suatu dewan independen yang terdiri dari satu sampai tiga orang, berfungsi membantu para pihak untuk menghindari perselisihan jika memungkinkan, namun jika tidak membantu para pihak ke penyelesaian yang cepat, hemat biaya, dapat diterima, serta menghindari kebutuhan untuk Arbitrase dan Litigasi
1
Dewan Sengketa adalah suatu anggota penting dalam tim kontrak yang membantu para pelaku konstruksi termasuk Engineer untuk mencegah perbedaan pendapat menjadi perselisihan formal
KEPUSTAKAAN
Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan wawasan yang berarti bagi para pelaku jasa konstruksi, agar dapat meningkatkan tingkat profesionalisme dan kinerja para pelaku jasa konstruksi dalam memajukan pembangunan infrastruktur Indonesia.
- – 71 2 Charred, Donald. 2007. Dispute Boards and Construction Contracts. Building Disputes Tribunal. BuildLaw 7 september 2010 P. 1 – 23 dan merupakan track record yang sukses mendukung keberhasilannya sebagai metode yang efektif dalam penyelesaian
Dewan Ajudikasi Sengketa / Dispute Ajudication Board (DAB), merupakan perangkat dariEropa, DAB memiliki keputusan yang mengikat para pihak, kecuali
4 Hingga saat ini Dewan Sengketa (Dispute Board) masih mengalami
menyiapkan pasal – pasal terkait dengan 4 Djoko Kirmanto (Menteri PEKERJAAN UMUM), ‘Mock
Resolution) , yang diatur dengan
Penyelesaian Sengketa (Dispute
(Variation) , dan Penyelesaian Sengketa (Dispute Resolution) . Dan mengenai
Jakarta, dihasilkan rumusan bahwa pasal – pasal dalam kontrak konstruksi harus mencakup tiga aturan dasar diantaranya, Pembagian Resiko (Risk Sharing), Variasi
International Cooperation Agency ) di
perkembangan dan pematangan di Indonesia, dimana seperti dilansir oleh Kementerian PU pada tahun 2012, dalam ‘Mock Dispute Board Seminar’ yang diselenggarakan oleh JICA (Japan
)berkembang pada saat mekanisme penyelesaian perselisihan pada proyek konstruksi melalui jalur pengadilan atau Litigasi dianggap sudah tidak efektif dan efisien lagi, karena memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.Alternative Dispute Resolution (ADR) berdasarkan Pasal 1 Angka 10 Undang – undang No 30 Tahun 1999 adalah suatu lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan. ADR yang paling menonjol berkembang di Indonesia adalah Arbitrase, dua badan (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) dan BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia) yang saat ini telah berganti nama menjadi BASYARNAS (Badan Syariah Nasional). Namun setelah era 2000-an, penyelesaian sengketa konstruksi melalui ADR terutama Arbitrase ini dianggap kurang efektif juga karena memakan biaya yang cukup besar dan biaya yang dikeluarkan dikategorikan sebagai ‘biaya legal’ karena aktivitas dari penyelesaian sengketa melalui Arbitrase adalah merupakan termasuk ‘aktivitas legal’ bukan sebagai aktivitas dari manajemen proyek, sedangkan pembiayaan Dewan Sengketa merupakan ‘biaya manajemen proyek’ (Djoko Kirmanto, 2012) dan karena Dewan Sengketa ditunjuk sejak tahap awal suatu kegiatan proyek yang memungkinkan Dewan Sengketa melakukan monitoring tahapan proyek secara keseluruhan sehingga dikategorikan sebagai ‘aktivitas manajemen proyek’.
secara formal diperdebatkan sesuai dengan persyaratan kontrak untuk p enentuan akhir dari
Resolution
ADR (Alternative Dispute
AWAL PERKEMBANGAN DEWAN SENGKETA DI INDONESIA
International Chamber of Commerce pada tahun 2004 lalu.
Dewan Penyelesaian Sengketa (DRB) dengan Dewan Ajudikasi Sengketa (DAB), yang dibuat oleh
Sengketa Gabungan (CDB), merupakan gabungan dari
satu pihak memberikan pemberitahuan resmi dari sengketa, bahwa penyelesaian akhir dari sengketa melalui Arbitrase atau Litigasi akan ditangguhkan sampai akhir proyek, sedangkan sementara itu keputusan DAB adalah yang mengikat para pihak. Dewan
sengketa melalui proses Arbitrase atau Litigasi .Bahkan jika salah
Dispute Board Seminar’ diakses dari www.pu.go.id/seminar Kontribusi Dispute Board Dalam Penyelesaian Sengketa Kontrak, Pada Tanggal 24 September 2013 AlternatifPenyelesaian Sengketa
(Alternative Dispute Resolution) , dimana
Operasional Dewan Sengketa terdiri dari 2 (dua) tipe yang berbeda, diantaranya :
Dalam tipe menghindari sengketa, dewan sengketa disajikan dokumen kontrak, dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis, serta laporan kemajuan proyek (progress rutin di lapangan). Dengan demikian para anggota dewan sengketa tetap bisa melakukan monitoring secara berkala baik terhadap kontrak, proyek konstruksi yang sedang berlangsung hingga selalu menjaga komunikasi yang baik dengan para pihak terkait pelaksanaan kegiatan proyek konstruksi yang bersangkutan sejak awal
diselesaikan melalui jalur Litigasi. Dan tidak lupa bahwa kontrak pekerjaan harus berdasarkan kontrak FIDIC dikarenakan FIDIC berlaku internasional dan sudah digunakan di beberapa negara.
Dispute Board (DB) maka sengketa harus
termasuk di dalamnya, sehingga apabila terjadi sengketa pada suatu proyek konstruksi dan di dalam pasal – pasal kontraknya tidak menyebutkan mengenai
Resolution) dimana Dispute Board sudah
Dewan sengketa harus menjadi bagian dari administrasi proyek terlebih dahulu yakni dengan menyiapkan pasal – pasal di dalam kontrak yang menyebutkan tentang ADR (Alternative Dispute
(satu) hingga 3 (tiga) orang anggota, yang dipilih baik oleh pihak owner maupun pihak penyedia jasa (kontraktor), dengan syarat bahwa masing – masing anggota dewan sengketa tidak berpihak / bersifat independen dari kedua pihak dan ketua dipilih berdasarkan kesepakatan semua pihak terkait. Dewan penyelesaian sengketa dipilih pada awal kontrak sebelum proyek konstruksi dilaksanakan di lapangan karena dianggap lebih efektif dalam penyelesaian sengketa.
Dewan Sengketa (Dispute Board) termasuk di dalamnya.
1. Menghindari Sengketa sengketa konstruksi sudah terlanjur terjadi) Dewan sengketa (DB) terdiri dari 1
DASAR HUKUM DEWAN SENGKETA
“FIDIC Contract Seminar’ diakses dari www.pu.go.id/seminar FIDIC Contract, pada tanggal 24 September 2013
Umum Indonesia mengenai penyelesaian sengketa pada proyek konstruksi secara aktual yang sedang terjadi saat penelitian ini dilakukan, yang kemudian dari data – data tersebut dapat diperoleh informasi – informasi yang rincidandapat dilakukan identifikasi.
Agency) , serta Kementerian Pekerjaan
Indonesia, Dispute Board Manual from JICA (Japan International Cooperation
Resolution Board Foundation (DRBF) of
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, dimana penelitian memusatkan terhadap data – data yang diperoleh dari Representative Dispute
yang merupakan konsep kontrak internasional.Dimana Dispute Board merupakan bagian dari Standar Persyaratan Umum dari Kontrak FIDIC.
5
FIDIC merupakan federasi internasional ikatan asosiasi dari konsultan insinyur yang mematuhi kode etik dari FIDIC dalam hal menjalankan profesionalisme, independensi, dan kompetensi.Sejauh ini Indonesia belum menggunakan konsep FIDIC dalam hal kontrak – kontrak jasa konstruksi, tetapi para pelaku jasa konstruksi di Indonesia diupayakan untuk mengenal dan memahami akan kontrak FIDIC
METODOLOGI PENELITIAN
5 Hediyanto Husaini (Kepala Badan Pembinaan Konstruksi).
HASIL PENELITIAN
kegiatan, sehingga memungkinkan dewan sengketa selalu bisa mengikuti isu – isu relevan yang bisa saja memilki potensi menjadi sebuah sengketa konstruksi di dapat menerbitkan suatu rekomendasi (bila diperlukan) untuk meredam suatu potensi perselisihan yan terjadi.
Dewan sengketa melakukan pertemuan rutin di lapangan (site proyek) dengan para pihak terkait baik pihak
owner (pengguna jasa) juga pihak
kontraktor (penyedia jasa) dengan maksud melakukan inspeksi sehinga dewan sengketa memiliki informasi yang sesuai antara laporan dengan di lapangan, selain itu juga dewan sengketa menfasilitasi komunikasi yang baik antara para pihak agar dewan sengketa juga dapat membantu penyelesaian isu – isu di tingkat pekerjaan, karena dewan sengketa memiliki hak untuk memberikan pendapat – pendapat yang bersifat informal untuk menghindari potensi sengketa.
Sedangkan untuk tipe penyelesaian sengketa, Pihak owner (pengguna jasa) dengan pihak kontraktor (penyedia jasa) sama – sama memiliki hak untuk meminta rujukan kepada dewan sengketa, kemudian secara prosedural dewan sengketa akan mengadakan sidang, menghadirkan saksi – saksi, hingga pertanyaan – pertanyaan, serta melakukan pertimbangan dalam waktu terbatas yang sudah disepakati bersama. Kemudian untuk hasil keputusan akhir dari dewan sengketa tergantung pada jenis dewan sengketa apa yang telah disepakati bersama di awal apakah Dewan Penyelesaian Sengketa / Dispute Review
Board (DRB) atau Dewan Sengketa
Ajudikasi / Dispute Ajudication Board (DAB), dimana DRB memberikan rekomendasi yang tidak mengikat sedangkan DAB akan memberikan keputusan yang mengikat antar kedua belah pihak yang berselisih.
Setelah menuai keberhasilan Dewan Sengketa dalam penyelesaian sengketa, kemudian Dewan Resolusi Sengketa Foundation (DBRF) didirikan di
Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mempromosikan proses dan penggunaan dari Dewan Sengketa, juga berfungsi sebagai kolektif dalam menyebarkan meningkatkan proses penyelesaian sengketa. Dari data yang diperoleh dari penggunaan ajudikasi dalam berbagai yuridiksi dan berdasarkan data yang tersedia di DBRF, menunjukkan bahwa
penggunaan prosedur pra-Arbitrase atau pra-Litigasi tersebut diterima dengan baik oleh industri konstruksi dan memberikan margin keberhasilan yang signifikan dalam mengurangi jumlah perselisihan yang harus diselesaikan dengan prosedur pengadilan (Litigasi).
Studi terbaru di Australia menunjukkan bahwa biaya Dewan Sengketa akanproses penyelesaian sengketa yang paling berat sekalipun dapat terselesaikan dengan baik dengan tingkat keberhasilan hamper mencapai 99% tanpa perlu penyelesaian melalui jalur Litigasi ataupun Arbitrase yang notabene membutuhkan biaya yang amat mahal.Hal ini penting karena industri konstruksi memiliki potensi yang besar untuk terjadinya perselisihan dan konflik. sebagai salah satu contoh, di Australia menunjukkan bahwa 50% dari semua biaya legal yang terkait dengan industri konstruksi dikeluarkan sehubungan hal perselisihan. Kita ketahui bahwa dalam hampir 10% biaya dari proyek, antara 8% dan 10% dari total biaya proyek adalah biaya legal. Maka tidaklah mengherankan, apabila proyek – proyek konstruksi memiliki potensi tinggi dalam hal perselisihan.Dikarenakan pengeluaran tambahan dalam jumlah yang sangat besar setiap tahunnya, biaya – biaya yang muncul akibat perselisihan, rusaknya reputasi dan hubungan komersial antar semua pihak, biaya serta waktu yang terbuang percuma.
6 6 Morek, Rafal. 2001. The Costs Savings. Dispute Board P. 7 Seperti telah dipaparkan sebelumnya mengenai beberapa kelemahan pada pelaksanaan Dispute Board , kita sebagai para pelaku konstruksi Sengketa dalam suatu kegiatan proyek konstruksi dapat membawa banyak dampak yang positif bagi kelangsungan hidup proyek (Project Life Cycle) sampai pada terjaganya komunikasi serta hubungan yang baik antar semua pihak terkait. Dan apabila hal itu diakumulasikan dalam bentuk nilai ataupun Rupiah maka sangat jelas tak terhitung. Disimpulkan
bahwa Dispute Board (Dewan Sengketa) merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa terbaik.
Board sebagai alternative penyelesaian
walaupun kontrak konstruksi di Indonesia saat ini belum menggunakan kontrak FIDIC tetapi dengan adanya pemberlakuan kesepakatan pasar terbuka yang sudah di depan mata yang memungkinkan pesaing asing masuk ke dalam sektor konstruksi nasional, melalui GATT(General
Internationale Des Ingenieurs Conseils) ,
sengketa dan kontrak konstruksi berdasarkan kepada kontrak FIDIC maka penyelesaian sengketa dapat diselesaikan sebaiknya para pelaku jasa konstruksi di Indonesia sudah mengenal dan memahami betul akan FIDIC (Federation
7 KESIMPULAN
Dispute Board Seminar’ diakses dari www.pu.go.id/seminar Kontribusi Dispute Board Dalam Penyelesaian Sengketa Kontrak, Pada Tanggal 24 September 2013
New York : McGraww – Hill
16 Issue 4P. 17 – 18
London : Thomas Telford 5. Hardjomuljadi, Sarwono. 2012. The Development of The Dispute Board For Constructon Contracts in Indonesia. Dispute Resolution Board Foundation Forum. Volume
4. Owen, Gwyn. 2007. Dispute Boards : Procedures and Parctice.
23
Building Disputes Tribunal. BuildLaw 7 september 2010P. 1 –
3. Charred, Donald. 2007. Dispute Boards and Construction Contracts.
2. Matyas, R.M. 1995. Construction Dispute Review Board Manual.
Dewan Sengketa (Dispute Board) bersifat internasional, sehingga hanya proyek konstruksi yang di dalam klausulkontraknya terdapat Dispute 7 Djoko Kirmanto (Menteri PEKERJAAN UMUM), ‘Mock
Strategi Klaim Konstruksi Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract. Jakarta : Pola Grade
DAFTAR PUSTAKA 1. Hardjomuljadi, Sarwono. 2006.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa sebaiknya terjadinya sengketa pada suatu proyek konstruksi se-dapat mungkin dihindari karena selain akan memberi dampak buruk bagi kelangsungan proyek tetapi juga akan menimbulkan ketidakefisien-an dalam hal waktu dan biaya. Setiap potensi sengketa yang muncul dapat dideteksi sejak dini melalui Dewan Sengketa (Dispute Board) sehingga potensi – potensi sengketa tersebut tidak akan berkembang menjadi sebuah sengketa konstruksi yang normatif, kompleks, dan merugikan banyak pihak tentunya.
Cooperation) serta AFTA(Asean Free Trade Area) , dan lain – lain. Maka tidak
APEC(Asia Pasific Economic
Agreement on Tariffs and Trade) ,
SARAN
menutup kemungkinan lambat laun kontrak konstruksi di Indonesia akan mengacu kepada konsep kontrak internasional FIDIC.
6. Buyse, William. 2012. Efficiency of Dispute Boards & Enforceability of DAB Decisions. Dispute Resolution Board Foundation
22
7. Toshihiko, Omoto. 2012. Dispute Board Manual. JICA DB manual.
Version 1.0 P. 1 – 71
8. Gerber, Paula. 1998. Pro and Cons of DRBs. Construction Dispute Review Boards. Australasian Dispute Resolution Juornal February P. 16
9. Website Resmi Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia : www.pu.go.id/seminar
RIWAYAT PENULIS
N. R. Adinda, mahasiswi Pascasarjana
Universitas Katolik Parahyangan Magister Teknik Sipil Jurusan Manajemen Konstruksi. Saat ini menjadi Laboran pada beberapa mata kuliah praktikum di STT Mandala.