LAPORAN TETAP prakti kum karet

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis

yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan
tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini
dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia
dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah Getah
yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica(family
moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena
tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai
penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang
dikebunkan secara besar-besaran. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan
bagian dari sub sektor perkebunan yang merupakan salah satu budidaya yang
strategis mengingat mudahnya tanaman tersebut tumbuh subur di negara kita dan
merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup

internasional maupun nasional. Karet merupakan salah satu hasil perkebunan
terkemuka di Indonesia karena banyak menunjang perokonomian negara yaitu
sebagai bahan yang diekspor dan menjadi sumber devisa negara.
Tanaman karet yang diharapkan tumbuh dengan baik dan menghasilkan
lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Bahan tanaman karet juga perlu
diperhatikan. Bahan tanaman tersebut adalah batang bawah (root stoc), entres atau
batang atas (budwood), dan okulasi (grafting). Persiapan batang bawah adalah
suatu kegiatan untuk memperoleh bibit yang perakarannya kuat dan daya serap
hara yang baik. Persiapan batang atas dilakuan dengan memilih klon karet yang
sesuai rekomendasi berdasarkan tipe iklim di berbagai propinsi. Lahan khusus
klon-klon karet yang akan dijadikan sebagai batang atas sebaiknya dimiliki oleh
setiap perkebunan karet untuk mempermudah kegiatan okulasi.
Penanaman karet dilakukan dengan memungut bibit karet hasil persilangan
alami yang berkecambah di sekitar tanaman karet. Benih yang telah berkecambah
Universitas Sriwijaya
1

2


disebut ‘kongkoak’ (Sunda). Selain dengan ‘kongkoak’, bibit batang bawah juga
dapat disiapkan langsung dengan menanam benih di dalam polybag, yang disebut
dengan istilah ‘tabela’, tanam benih langsung. Pengembangan ‘tabela’
dimaksudkan untuk mempermudah pekaerjaan penyiapan batang bawah dan bibit,
serta dapat mengurangi biaya penyediaan bibit. Cara yang digunakan untuk
menghasilkan bibit unggul karet melalui okulasi selain penyediaan batang bawah
perlu ditanam klon-klon unggul sebagai penghasil mata tunas (entres) di kebun
entres. Klon unggul ini ditanam terpisah dengan kebun produksi dengan identitas
yang jelas dari tiap klon yang dijasdikan mata tunas.

1.2.

Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan karet ini adalah agar mahasiswa

dapat mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman karet yang dimulai dari
pengajiran, pembuatan kebun entres, pembuatan batang bawah,

okulasi, dan


penyadapan tanaman karet.

Universitas Sriwijaya

3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa
kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring
kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan
nama lateks.
Buah karet dengan diameter 3 – 5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga
karet dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3 – 6 ruang. Setiap
ruangan berbentuk setengah bola. Jika sudah tua, buah karet akan pecah dengan
sendirinya menurut ruang-ruangnya dan setiap pecahan akan tumbuh menjadi
individu baru jika jatuh ke tempat yang tepat.

Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :
 Divisi

: Spermatophyta

 Subdivisi : Angiospermae
 Kelas

: Dicotyledonae

 Ordo

: Euphorbiales

 Famili

: Euphorbiaceae

 Genus


: Hevea

 Spesies : Hevea braziliensis

2.2. Morfologi Karet
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15o LS
dan 15o LU. Bila di tanam di luar zone tersebut, sehingga memulai
pertumbuhannya pun lebih lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih
lambat. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya

Universitas Sriwijaya
3

4

tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun
karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kea rah utara.
Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal lateks .
Tanaman karet tergolong mudah diusahakan. Apalagi kondisi Negara

Indonesia yang beriklim tropis, sangat cocok untuk tanaman yang berasal dari
Daratan Amerika Tropis, sekitar Brazil. Hampir di semua daerah di Indonesia,
termasuk daerah yang tergolong kurang subur, karet dapat tumbuh baik dan
menghasilkan lateks. Karena itu, banyak rakyat yang berlomba-lomba membuka
tanahnya untuk dijadikan perkebunan karet. Luas lahan karet yang dimiliki
Indonesia mencapai 2,7-3 juta hektar. Ini merupakan lahan karet yang terluas di
dunia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah serta
swasta. Sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada
umumnya dimiliki oleh rakyat.
2.2.1. Benih
Tanaman karet diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif
menggunakan klon). Benih karet menghasilkan daun yang berturut - turut, salah
satu yang lebih rendah jatuh sesuai umur mereka dan akar utama akan bertambah
panjang. Sistem percabangan tergantung pada klon karet yang berbeda. Biasanya
tanaman karet mudah roboh karena angin.
2.2.2. Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 25 meter. Batang tanaman biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi pada bagian atas. Di
beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring ke arah

timur. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
2.2.3. Daun
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri atas 3 anak
daun yang licin berkilat, tipis, berwarna hijau, panjang 3,5 - 30 cm. Helaian anak
daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong, pangkal sempit dan
tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah,
panjangnya 5 - 35 cm dan lebar 2,5 - 12,5 cm. Daun karet terdiri atas tangkai
utama sepanjang 3 – 20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3 – 10 cm dengan

Universitas Sriwijaya

5

kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak daun yang
berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau
san menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman
tropis, daun – daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk
mengurangi penguapan tanaman
2.2.4. Buah
Pohon karet mulai menghasilkan buah pada usia ± 4 tahun. Setiap buah

terdiri atas tiga atau empat biji, yang jatuh ke tanah ketika buah matang dan
pecah. Setiap tanaman karet menghasilkan 800 biji (1,3 kg) dua kali setahun.
Buah karet dengan diameter 3 – 5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet
dan memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk
setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang.
Setiap ruang terbentuk setengah bola. Bila buah sudah masak, maka akan pecah
dengan sendirinya menurut ruang-ruangannya dan setiap pecahan akan tumbuh
menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang tepat.
2.2.5. Bunga
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap
karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang,
sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah
bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk
“lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga
jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan
tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang
berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan
tepung sari dan putik yang agak lengket.
Bunga karet terdiri atas bunga jantan dan bunga. Pangkal tenda bunga
berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda

4 - 8 mm. Bunga betina berambut vilt (keriting). Ukurannya lebih besar sedikit
daripada bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala
putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga
jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala

Universitas Sriwijaya

6

sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih tinggi daripada yang lain. Paling
ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna.
2.3. Syarat Tumbuh Karet
2.3.1.Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanahtanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut.
Tanah-tanah vulkanis umumnya memilki sifat-sifat fisika yang cukup baik,
terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalamman air tanah, aerasi, dan
drainasenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya sudah kurang baik, karena
kandungan haranya relative rendah. Tanah-tanah alluvial umumnya cukup subur,
tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan
saluran-saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini.Tanah

yang kurang unsur haranya dapat diatasi dengan pemupukan. Yang penting bagi
karet ialah tanah yang gembur dan cukup kedalamnya. Pada tanah dengan
kedalaman dan kegemburannya baik, akar tanaman dapat berkembang dengan
baik, dan pohon tumbuh dengan suburnya, serta produksi dapat diharapkan akan
tinggi. Tanah subur, tetapi lapisan ini sangat dangkal sehingga akar kurang dapat
berkembang, maka hasilnyapun jauh dari harapan. Kedalaman tanah ini paling
sedikit 1-2 meter. Dalam lapisan setebal itu tidak boleh ada lapisan cadas. Cadas
dapat menghambat akar berkembang. Disamping struktur tanah, kandungan air
atau air yang tersedia bagi tanaman dalam tanah harus cukup. Terhadap air karet
mempunyai cukup daya tahan. Karet dapat tumbuh di daerah kering dan tempattempat yang dalam periode tertentu sering ditimpa banjir.
Karet sangat toleran terhadap kemasaman tanah. Tanpa memandang jenisjenis tanah, dapat tumbuh antara 3,5-7,0. Untuk menentukan pH optimum harus
disesuaikan dengan jenis tanah, misalnya pada red basaltic soil pH 4-6 sangat baik
bagi pertumbuhan karet. Selain jenis tanah, klonpun turut memegang peranan
penting dalam menentukan pH optimum. Sebagai contoh pada red basaltic soil PR
107 dan GT 1 tumbuh baik pada pH 4,5 dan 5,5. pH yang terlalu tinggi akan
menyulitkan tanaman menyerap hara, hingga tanaman tumbuh merana. Pada pH
terlalu rendah pengambilan kalium akan terhalang. Oleh karena itu alangkah
baiknya kalau sebelum ditanami pH tanah diperiksa dahulu.Reaksi tanah yang

Universitas Sriwijaya


7

umumnya ditanami karet mempunyai pH antara 3,5 – 7,0 pH tanah dibawah 3,5
atau di atas 7,5 menyebabkan pertumbuhan tanaman yang terhambat. Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut :
o Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih tidak terdapat batu-batuan
o Aerasi dan drainase baik
o Remah, porus dan dapat menahan air
o Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir
o Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 c
o Kandungan unsure hara N, P, dan K cukup dan tidak kekurangan unsure
mikro
o Kemiringan tidak lebih dari 16%
o Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm
Angin yang kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan
pada tanaman karet yang berasal dari klon - klon yang peka terhadap angin
kencang.
2.3.2 Iklim
Karet membutuhkan persediaan air yang cukup bagi pertumbuhannya. Air
diperoleh dari tanah berasal dari hujan. Air hujan sebagian akan diserap oleh
tanah, sebagian diuapkan dan sisanya mengalir di atas permukaan tanah. Jumlah
air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman selain ditentukan oleh jenis tanah juga
oleh curah hujan.Karet membutuhkan curah hujan minimum 1500 mm per tahun
dengan jumlah hari hujan 100-150 hari. Curah hujan optimum bagi karet 25004000 mm. Di beberapa tempat karet masih dapat hidup dengan baik pada curah
hujan 5000-6000 mm. Hujan selain bermanfaat bagi pertumbuhan karet ada
hubungannya dengan pemungutan hasil, terutama jumlah hari hujan sering turun
pada pagi hari. Daerah dengan jumlah hari hujan yang terlalu banyak akan
mengganggu dalam penyadapan, apalagi bila hujan sering turun pada pagi hari.
Oleh karena itu jumlah hari hujan dan waktu hujan turun, sangat penting untuk
diketahui. Khusus mengenai waktu hujan turun ada suatu pengalaman yang cukup
berharga. Bila setelah beberapa hari panas terik, kemudian turun hujan lebat pada
sore hari selama dua sampai tiga jam, keesokan harinya dapat diharapkan
produksi akan tinggi.
Universitas Sriwijaya

8

Iklim lainnya yang perlu diperhatikan ialah angin dimana angin kencang
dapat mematahkan tajuk karet. Di daerah berangin kencang dianjurkan untuk
ditanami penahan angin disekeliling kebun. Angin berpengaruh pula terhadap
kelembaban sekitar tanaman. Angin bertiup akan membawa uap air, menyebabkan
uap air sekitar tanaman menipis. Keadaan demikian mempercepat penguapan dari
tanaman. Penguapan ini akan memperlemah turgor dalam tanaman. Tekanan
turgor yang lemah berpengaruh terhadap keluarnya lateks pada waktu disadap.
Walaupun mungkin tidak berpengaruh nyata, tetapi angin akan berpengaruh
terhadap jumlah produksi yang diperoleh.

2.4. Persiapan Lahan
Tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil
tebas, ngimas, tumbang sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan
dengan jadwal penanaman. Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga
diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin
kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut
antara lain :


pembabatan semak belukar,



penebangan dan penumbangan pohon



merencek dan pemangkasan



pendongkelan akar kayu



penumpukan dan pembakaran serta pembersihan



membajak tanah

Pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round
up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan
pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.
Pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem
minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan
cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara
mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga
kelestarian dan kesuburan tanah.

Universitas Sriwijaya

9

Lahan kebun dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam
blok-blok berukuran 10 -20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu
hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama. Jaringan jalan
harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru dan
dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blok-blok tanaman. Pembangunan
jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal
terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh
jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan
suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas
jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
Pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain) dilaksanakan. Luas
penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan
mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada
field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke
saluran pembuangan (outlet drain).
2.4.1. Pengajiran
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang
tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :


Areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 0% - 8%) jarak

tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti
arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m


Areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak

tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung
setiap 1,25 m (penanaman secara kontur). Bahan ajir dapat menggunakan
potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm. Pada setiap titik
pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
2.4.2. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm
bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas
(top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan
di sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet
ditanam. Lahan yang akan ditanami tanaman karet harus disiapkan terlebih dahulu

Universitas Sriwijaya

10

dengan membuat lubang tanam berjarak antar lubang 7 x 3 meter. Pembuatan
lubang tanam dimulai dengan mengajir lubang tanam sesuai jarak yang
dianjurkan. Jika tanah yang disiapkan bentuk teras kontur jarak antar teras 7 meter
ajir yang dipancang pada barisan berjarak 3 meter. Sedangkan pada tanah datar
yang tanpa teras pemancangan dilakukan sesuai system penanamannya dengan
jarak 7 meter kearah utara selatan dan 3 meter kearah timur barat. Perlu
diperhatikan pada tanaman karet yang ditanam pada lokasi kemiringan tanah
dibawah 10 %. harus menggunakan larikan dan pada tanah yang kemiringannya
lebih digunakan teras.

2.5. Pembibitan
Ada beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu mulai dari
pengadaan biji, persemaian biji, persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan
bibit polibag dan penanaman. Pembibitan sangat diperlukan untuk penyiapan dan
penyediaan bibit tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal
pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali dalam setiap satu siklus umur
ekonomis tanaman (20 – 25 tahun).
2.5.1. Seleksi Biji
Benih diperoleh pada saat musim biji yang biasanya terjadi pada bulan
Januari. Benih yang telah diperoleh harus diseleksi untuk mendapat benih
berkualitas baik. Ada dua cara seleksi benih yang biasa digunakan adalah metode
pantul, dimana biji satu persatu dijatuhkan di atas alas yang keras, misal lantai,
lembaran kayu. Biji yang baik adalah biji yang memantul/melenting, sementara
biji yang afkir adalah biji yang menggulir ke samping dengan bunyi hampa.
2.5.2. Persemaian Biji
Persemaian biji bertujuan untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya
seragam dengan cara seleksi dan mengelompokkan bibit yang tumbuh cepat dan
baik serta memisahkan bibit yang tumbuh lambat dan kurang baik. Sebelum
dilakukan persemaian, media persemaian (kimbed) harus dipersiapkan terlebih
dahulu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kimbed,
yaitu :

Universitas Sriwijaya

11

1. Buat bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m, tinggi 0,2 m dan panjang
disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Bedengan dibuat dengan mengarah timur barat.
3. Cangkul tanah di dalam ukuran bedengan tersebut sedalam 40-60 cm, bersihkan
dari sisa-sisa akar dan kotoran lainnya.
4. Permukaan tanah setelah dicangkul halus, dilapisi pasir halus setebal 5-10 cm.
5. Bedengan dibuat diberi atap/naungan miring arah utara selatan dengan tinggi di
sebelah utara 1,5 m dan sebelah selatan 1,2 m.
6. Naungan dibuat dari rumbia, daun kelapa atau plastik.
Setelah kimbed dapat digunakan, persemaian benih (pendederan) dapat segera
dilaksanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama persemaian biji,
yaitu :
1. Jarak antar barisan biji 5 cm dan jarak antar biji dalam barisan 2 cm. Bila
jumlah biji yang dikecambahkan lebih banyak, penanaman biji pada kimbed dapat
lebih rapat.
2. Letakkan biji dengan bagian “perut” yang lebih rata mengarah ke bawah di atas
permukaan pasir dan tekan sampai 3/4bagian biji terbenam.
3. Arah “mata” keluarnya lembaga mengarah ke satu arah.
Pemeliharaan kimbed dilakukan dengan melakukan penyiraman pagi dan
sore. Penyiraman pada pagi hari dilakukan pada pukul 06.00 - 09.00 WIB,
sementara penyiraman pada sore hari dilakukan pada pukul 15.00 - 18.00 WIB.
Biji akan tumbuh menjadi kecambah setelah 10-14 hari. Jika biji tumbuh lebih
dari 14 hari maka biji tersebut diafkir. Pemindahan ke lokasi pembibitan untuk
batang bawah sewaktu kecambah masih pendek dan sebelum membentuk daun
(fase pancing). Kecambah yang telah dicabut dari kimbed harus ditanam di
pembibitan pada hari itu juga.
2.5.3. Persemaian Bibit (Main Nursery)
Bibit dipelihara untuk beberapa bulan sampai tiba saatnya untuk siap
diokulasi. Sebelum pelaksanaan penanaman kecambah yang akan dijadikan bibit
batang bawah, lahan yang akan digunakan sebagai areal pembibitan harus
memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1.Datar atau agak miring sedikit.

Universitas Sriwijaya

12

2.Dekat sumber air dan cukup subur.
3.Dekat areal rencana tanam untuk memudahkan pengangkutan.
4.Bebas sisa-sisa akar dan gulma.
5.Bebas penyakit akar.
6.Drainase baik.
7.Mudah untuk melakukan pengontrolan.
2.5.4. Okulasi
Okulasi merupakan cara pembiakan vegetatif dengan tujuan meningkatkan
sifat tanaman agar lebih baik, sehingga produktivitas menjadi lebih tinggi dan
lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Okulasi dilakukan di Perkebunan Bayah
adalah Brown Budding, yaitu okulasi pada batang yang sudah berwarna coklat
dan berusia 9 – 12 bulan.
Untuk mendapatkan klon yang baik maka dalam pemilihan batang bawah
dan entres harus memenuhi beberapa kriteria. Kriteria batang bawah yang baik
antara lain : 1) berusia 9 – 12 bulan, 2) memiliki lingkaran batang ± 4 cm, dan 3)
daun tua dan tidak gundul. Kriteria entres yang baik antara lain, 1) entres berasal
dari tanaman yang jelas klonnya, 2) tidak terserang hama dan penyakit, 3)
pertumbuhan tanaman lurus ke atas, 4) mempunyai banyak mata tunas, 5) berdaun
banyak dan agak tua, dan 6) kulit berwarna coklat, mudah dikelupas dan tidak
mudah patah.
Berikut langkah-langkah okulasi :
1.Membuat keretan/jendela pada batang bawah.
2.Membersihkan getah dari keretan/jendela
3.Keretan/jendela dibuka dan mata entres dimasukkan
4.Keretan/jendela ditutup dan diikat dengan menggunakan plastik. Pengikatan
keretan/jendela tidak boleh longgar karena mata entres dapat bergeser dan mata
entres dapat membusuk.
Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1.Sifat spesifik dan umur batang bawah dan entres
2.Waktu pelaksanaan
3.Kebersihan
4.Teknik Okulasi

Universitas Sriwijaya

13

Pemeriksaan dilakukan dengan menggores sedikit jendela okulasi, bila
berwarna hijau segar, maka okulasi tersebut dinyatakan berhasil. Setelah okulasi
dibuka, pemotongan batang bawah harus dilakukan dengan tujuan pangalihan
transport unsur hara dari cabang atas ke mata tunas dan digunakan untuk
pertumbuhan mata tunas. Pemotongan dilakukan dengan arah potongan miring ±
40º dengan bagian yang lebih tinggi terletak di atas mata okulasi. Pembongkaran
tanaman induk dilakukan dilakukan ± 10 hari setelah pemotongan atau ketika
mata tunas mulai tumbuh dengan ukuran 0.3 – 0.5 cm. pembongkaran dilakukan
dengan dicangkul sampai terlihat akar tunggang dan dilakukan pemotongan dan
pencabutan. Selanjutnya benih berupa bibit hasil okulasi dapat segera ditanam
dalam media dalam polibag.
2.5.5. Bibit Polibag
Bibit hasil okulasi dipindahkan kepolybag bertujuan untuk memudahkan
saat bibit akan ditanam dilahan, teknisnya dilakukan pembongkaran dengan
cangkul pada bibit okulasian. Akar tunggang dipotong dan disakan 20 – 25 cm
kemudian dioles rootone yang merupakan zat perangsang tumbuh akar.
Bibit ditanam pada polybag berukuran 40 x 25 cm dengan media tanah dan pupuk
kandang perbandingan 2 : 1, bagian bawah polybag diberi lubang – lubang yang
berfungsi mengalirkan kelebihan air pada polybag. Bibit ditata dengan posisi mata
tunas saling berlawanan arah sehingga nantinya saat tunas sudah besar memiliki
ruang tumbuh dan tidak mengganggu satu sama lain. Bibit omti dalam polybag
berumur + 5 bulan dan berpayung dua siap untuk ditanam
Berikut kegiatan pemeliharaan benih polibag :
1. Penyiraman, penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore.
2. Penyiangan, dilakukan untuk membersihkan polibag dari gulma dengan cara
manual.
3. Pemupukan, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dengan dosis
5 gram / polybag.
4. Pengendalian hama penyakit, penyakit yang umum menyerang benih dalam
polibag adalah penyakit mealdow, pengendalian biasanya dilakukan dengan
pemberian belerang.

Universitas Sriwijaya

14

5. Pewiwilan, kegiatan ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan tunas utama
dengan cara membuang tunas liar/tunas palsu.

2.6. Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit tepat ditengah lubang
kemudian ditimbun dengan tanah galian bagian bawah terlebih dahulu kemudian
tanah bagian atas.Pemadatan perlu dilakukan secara bertahap sampai batang
tanaman cukup kokoh dan tidak goyang.Bila menggunakan bibit polibag,tanah
yang dipadatkan cukup bagian pinggirnya saja.

2.7. Pemeliharaan
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
2.7.1. Penyulaman
Persentase kematian bibit yang dapat ditolerir dalam budidaya karet adalah
sebesar 5%. Karenanya, diperlukan penyulaman untuk mengganti bibit yang mati
tersebut. Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 – 2 tahun
karena saat itu sudah ada kepastian tanaman yang hidup dan yang mati, dan
menggunakan bibit stum tiggi berumur 1 – 2 tahun agar tanaman dapat seragam.
Sebelum penyulaman dilakukan perlu diketahui penyebab kematian bibit. Jika
disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah harus diberi fungisida. Pelaksanaan
penyulaman dilaksanakan pagi hari pukul 06.00 – 09.00 atau sore hari pukul
15.00 – 17.00, saat cuaca tidak terlalu panas agar mengurangi resiko kematian.
2.7.2. Penyiangan
Tujuan dari penyiangan dalam budidaya karet yaitu untuk membebaskan
tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Oleh karena itu,
kegiatan pnyiangan sebenarnya bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika
pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu perkembangan tanaman karet. Pada
umumnya penyiangan dilakukan 3 kali dalam setahun untuk menghemat tenaga
dan biaya.

Universitas Sriwijaya

15

Dua cara penyiangan dalam budidaya karet, yaitu dengan cara manual dan
kimiawi. Secara manual adalah menggunakan alat penyiangan, seperti cangkul
atau parang. Sedangkan cara kimiawi dengan menyemprotkan herbisida atau
bahan kimia pemberantas gulma, gunakan herbisida yang sesuai dengan jenis
gulma yang akan dikendalikan agar hasilnya efektif. Disamping itu, harus
diperhatikan dosis dan frekuensi penyemprotan agar tidak terjadi pemborosan.
2.7.3. Pemupukan
Tujuan dilakukan pemupukan yaitu untuk memacu pertumbuhan tanaman
muda dan mempercepat matang sadap, sehingga panen sadap dapat dilakukan
secepatnya, kegiatan pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu manual circle
dan chemical strip weeding. Pada cara pertama atau manual circle, lubang dibuat
melingkari tanaman dengan jarak disesuaikan dengan umur tanaman. Hal ini
disebabkan karena perakaran tanaman semakin berambah

luas seiring

bertambahnya umurnya. Untuk tanaman berumur 3 – 5 bulan, lubang melingkari
tanaman dengan jarak 20 – 30 cm, 6 – 10 bulan dengan jarak 20 – 45 cm, 11 – 20
bulan dengan jarak 40 – 60 cm, dan lebih dari 48 bulan dengan jarak 50 – 120 cm.
lubang dibuat dengan kedalaman 5 – 10, kemudian pupuk ditaburkan ke dalamnya
dan ditutup dengan tanah.
Pada cara kedua atau chemical strip weeding, pupuk diletakkan pada jarak 1
– 1,5 meter dari barisan tanaman. Caranya sama, yaitu tanah digali sedalam 5 – 10
cm, kemudian pupuk dimasukkan ke dalamnya dan ditutup dengan tanah.
Pemupukan tanaman karet sebaiknya tidak dilakukan pada pertengahan
musim hujan, karena pupuk mudah tercuci air hujan. Idealnya, pemupukan
dilakukan pada pergantian musim hujan ke musim kemarau. Sementara itu, jenis
pupuk yang digunakan tergantung pada jenis tanahnya.
2.7.4. Seleksi dan Penjarangan
Idealnya dalam suatu areal perkebunan karet terdiri atas tanaman yang
seluruhnya dalam keadaan sehat dan baik, terutama menjelang penyadapan. Oleh
karena itu, tanaman yang sakit harus ditebang dan dibongkar sampai akar –
akarnya agar penyakit tersebut tidak menyebar ke tanaman yang sehat.
Dengan asumsi yang hidup 95%, maka dari 476 benih yang ditanam dalam
satu hektar akan terdapat 452 pohon menjelang penyadapan. Jika dari 452 pohon

Universitas Sriwijaya

16

tersebut 5% diantaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman sehat, dari 425 tanaman
sehat akan dapat disadap 400 pohon.
2.7.5. Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah berfungsi untuk menahan erosi, dan mempercepat
matang sadap, tanaman penutup tanah harus dipelihara dengan pemupukan dan
pemangkasan, pupuk yang digunakan sebaiknya kompos yang telah matang
dengan dosis 4 – 5 ton/hektar. Cara pemberiannya dengan ditaburkan ke sela –
sela tanaman. Jika pertumbuhan tanaman penutup tanah terlalu pesat perlu
dikendalikan dengan cara pemangkasan. Alat yang dipakai untuk pemangkasan
cukup parang atau sabit.
2.7.6. Pemeliharaan Tanaman Masa Produksi (TM)
Setelah menginjak umur lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet
sering disebut dengan komposisi II. Pemeliharaan tanaman selama masa produksi
dimaksudkan agar kondisi tanaman dalam keadaan baik, produksi tetap, bahkan
meningkat sesuai dengan umur tanaman, dan masa produktifnya semakin panjang.
Tanpa perawatan yang baik, kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk,
produktivitasnya menurun, dan masa produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman
pada masa produksi ini hanya meliputi penyiangan, pemupukan dan peremajaan.
2.7.6.1. Penyiangan
Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan
penyiangan pada masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan perumbuhan
gulma agar tidak mengganggu tanaman utama. Penyiangan biasa dilakukan secara
manual, kimiawi, atau gabungan dari keduanya. Cara manual atau mekanis adalah
pemberantasan gulma menggunakan peralatan, seperti cangkul parang atau sabit.
Pemberantasan gulma secara manual hanya memungkinkan jika areal perkebunan
karet tidak terlalu luas.
Jika areal karet sangat luas pemberantasan gulma yang paling efektif adalah
secara kimiawi menggunakan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma,
baik kontak maupun sistemik. Herbisida kontak memberantas gulma dengan cara
kontak langsung dengan gulmanya. Sedangkan herbisida sistemik memberantas
gulma dengan cara zat aktifnya terserap ke dalam gulma. Penggunaan herbisida

Universitas Sriwijaya

17

harus bijaksana, artinya, harus sesuai dengan dosis dan frekuensi yang telah
ditetapkan.
2.7.6.2. Pemupukan
Tanaman karet dilakukan pemupukan sejak tanam sampai tanaman tidak
berproduksi lagi. Tanpa pemupukan produksi karet tidak akan maksimal. Jika
pada masa sebelum disadap semua tanaman karet harus dipupuk, pada masa
setelah sadap pemupukan harus dilakukan secara selektif, artinya hanya tanaman
yang produksi lateksnya bagus saja yang dipupuk. Langkah ini untuk menghindari
pemborosan.
Pemupukan tanaman karet sama dengan masa sebelum produksi, yaitu
pupuk dimasukkan kedalam lubang yang digali melingkar dengan jarak 1 – 1,5
meter dari pohon. Dapat juga pupuk dimasukkan ke dalam alur berbentuk garis
dengan jarak 1,5 meter dari pohon. Sebelum pemupukan dilakukan pastikan tanah
sudah bebas dari gulma. Jika pada sebelum produksi dilakukan pemupukan sekali
dalam setahun, sedangkan pemupukan tanaman karet pada masa produksi
dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu pada pergantian musim. Dosis pupuk
disesuaikan dengan jenis tanah tempat karet dibudidayakan.
Penggunaan pupuk tunggal memberikan kesan tidak praktis karena
harus mencampurkan paling tidak tiga jenis pupuk. Sekarang di pasaran banyak
pupuk majemuk lengkap yang lebih praktis.
2.7.6.3. Peremajaan
Setelah bertahun – tahun disadap lateksnya, tanaman karet akan memasuki
fase menua yang ditandai dengan menurunnya produksi lateks. Bila terus
dipelihara dan disadap hasil lateks yang diperoleh tidak akan menguntungkan
secara ekonomi, sehingga perlu dilakukan peremajaan. Kegiatan peremajaan karet
dimulai dengan pembongkaran pohon – pohon tua.

2.8. Panen
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan
tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh
lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan

Universitas Sriwijaya

18

berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet dengan
ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet
untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab
itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut.
Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang.
Lateks mengandung beragam jenis protein katena lateks adalah cairan
sitiplasma, protein ini termasuk enzim-enzim yang berperan dalam sintesis
molekul karet.Sebagian protein hilang sewaktu pemekatan lateks yaitu karena
pengendapan dan karena terbuang dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam
lateks pekat kurang lebih adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada
permukaan karet (60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks
pekat tersebut.
Sebab jika kulit batang karet (balam) basah, getah akan luber keluar dari
jalur (pelat) yang dibentuk oleh tarikan pahat. Jika hujan pagi, berarti hari libur
para penyadap karet (penakok). Sedang musuh yang paling ditakutkan adalah
hujan turun saat ngangkit (mengumpulkan getah dari sayak atau mangkuk
penampung). Hasil memutari pohon-pohon karet satu kebun bisa jadi tanpa hasil
jika air hujan meluberi sayak (tempurung penampung) cairan getah karet. Namun
musuh yang paling dibenci para penyadap karet adalah harga getah/lateks “jatuh”
sedang harga kebutuhan sehari-hari meninggi.
Stimulan karet memang sangat menguntungkan bagi para petani atau
perkebunan karet, hal ini dikarenakan tanaman karet yang telah diberi stimulan
tersebut dapat menghasilkan getah / latek yang banyak karena stimulan tersebut
merangsang enzim dan mempercepat metabolisme penghasil latek yang terdapat
pada tanaman karet. Dalam penggunaan stimulan pada tanaman karet tergantung
dari jenis tanaman karetnya. Ada tanaman karet yang memproduksi latek dalam
jumlah banyak apabila diberi stimulan dan ada juga getah karet yang resisten
terhadap pemberian stimulan. Namun dari kegiatan Fieldtrip yang telah
dilaksanakan kemarin rata-rata tanaman karet peka terhadap pemberian stimulan,
hal ini dapat diketahui pada saat dilapang yang mana pada setiap tanaman karet
semua terdapat alat untuk memasukkan stimulan tersebut.

Universitas Sriwijaya

19

Penyadapan merupakan suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar
lateks yang terdapat di dalam tanaman karet keluar. Penyadapan dapat dilakukan
sekitar umur 4,5-6 tahun tergantung pada klon dan lingkungan. Tahapan
penyadapan sesuai aturan, diantaranya :
2.8.1. Menentukan matang sadap
Matang sadap pohon. Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap
pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya
tanpa menyebabkan ganguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman.
Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan lilit batang. Untuk umur
tidak dapat dijadikan pedoman menentukan matang sadap. Pengukuran lilit batang
terhadap pohon yang sudah masuk matang sapad dapat dilakukan dengan :
A. Lilit batang 45 cm atau lebih.
B. Ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi).
Matang sadap kebun. Apabila pada kebun, jumlah tanaman matang sadap sudah
mencapai >60%. Misalkan, jarak tanam 6 x 3 m (555 pohon/ha), maka pohon
matang sadapnya sudah mencapai 333 pohon/ha.
2.8.2. Teknis Pelaksanaan Buka Sadap
A. Dilakukan pada pohon dan kebun yang sudah matang sadap
B. Ditetapkan berdasarkan:
a. Tinggi bukaan sadap
b. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap
c. Panjang irisan sadap
d. Letak bidang sadap
C. Penggambaran bidang sadap:
a.

Tanaman okulasi 130 cm dpo

b.

Tanaman seedling 100 cm

c.

Arah: dari kiri atas ke kanan bawah, alasannya: Pembuluh lateks posisinya

dari kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 3.7° dengan bidang datar.
Sudut kemiringan sadap.
a.

Bidang sadap bawah: 30°-40° terhadap bidang datar.

b.

Bidang sadap atas : 45°.

Universitas Sriwijaya

20

2.8.3. Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap
Pemasangan talang dan mangkuk sadap dilakukan setelah penggambaran
bidang sadap. Pemasangannya diletakkan di bawah ujung irisan sadap bagian
bawah. Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang ±8 cm.
Talang sadap dipasang pada jarak 5 - 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah,
tepat di atas garis sandar depan yang juga berfungsi sebagai parit untuk aliran
lateks. Pemasangan talang sadap di bagian ini bertujuan supaya tidak mengganggu
pelaksanaan penyadapan, lateks dapat mengalir dengan baik, dan tidak terlalu
banyak meninggalkan getah bekuan pada batang.
Mangkuk sadap umumnya terbuat dari tanah liat, plastik atau aluminium.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan mangkuk adalah harus
mudah dipakai, mudah dibersihkan, dapat dipergunakan dalam jangka waktu
lama, ekonomis dan mudah didapat.
Mangkuk sadap dipasang pada jarak 15 cm - 20 cm di bawah talang sadap.
Pemasangan mangkuk sadap di posisi ini bertujuan supaya lateks dapat mengalir
sampai ke mangkuk dengan baik, dan penyadap tidak mengalami kesulitan
mengambilnya sewaktu pengumpulan lateks.
2.8.4. Kedalaman Irisan Sadap dan ketebalan irisan sadap
Kedalaman irisan sadap dianjurkan 1-1,5 mm dari kambium. Hal ini
dikarenakan di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks, semakin ke dalam
semakin banyak, jangan sampai terjadi kerusakan kambium agar kulit pulihan
dapat terbentuk dengan baik dan lamanya penyadapat berkisar 25-30 tahun.
Ketebalan sadap dianjurkan sebesar 1,5-2,0 mm setiap penyadapan.
Menurut Sapta Bina Usaha Tani Karet, 2003 menyatakan bahwa :
a.
1.

Frekuensi Penyadapan
Frekuensi penyadapan: jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka

waktu tertentu.
2.

Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan panjang irisan dan

intensitas penyadapan.
3.

Panjang irisan: ½ S (spiral)

4.

Frekuensi penyadapan:

- Tahun pertama: d/3 (3 hari sekali).

Universitas Sriwijaya

21

- Tahun selanjutnya: d/2 (2 hari sekali) panjang irisan dan frekuensi penyadapan
bebas.
b.

Waktu Penyadapan

Sebaiknya penyadapan dilakukan Jam 5.00-7.30 pagi hari, dengan dasar
pemikirannya:
- Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan
turgor sel.
- Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian
menurun bila hari semakin siang.
- Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup
terang.
Pengolahan karet ini mepertimbangkan bahan baku. Bahan baku dalam
pengolahan karet adalah lateks yang belum mengalami pra koagulasi. Lateks
merupakan cairan yang berbentuk koloid berwarna putih kekuning-kuningan yang
dihasilkan oleh pohon karet. Menurut Oktaviana, 2009 menyatakan bahwa ciriciri lateks yang digunakan untuk menghasilkan lembaran slab yang baik, yaitu :
a.

Berbau segar atau langu wengur.

b.

Mempunyai KKK (Kader Karet Kering) yang tinggi yaitu 20% - 25%.

c.

Tidak mengandung kotoran, yaitu kotoran dari benda lain yang tercampur

dalam lateks, msalnya tatal kayu, daun, tanah, dan lain-lain.
d.

Tidak terdapat bintik-bintik gumpalan karet atau terjadi proses pra koagulasi.

Mempunyai pH antara 6,5 – 7,0.
Pada proses penyadapan lateks dilakukan dengan pelukaan kulit batang
karet. Di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks, semakin ke dalam semakin
banyak. Namun, dalam aplikasinya jangan sampai terjadi kerusakan kambium
agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik. Sehingga lamanya penyadapan
dalpat berlangsung selama 25–30 tahun.
Penyadapan karet bila melukai pohon/kambium akan mengakibatkan
kerusakan pada kulit. Kerusakan ini disebabkan kerukan cambium akan
menyebabkan proses transportasi dari akar yang berupa air dan hara maupun dari
daun yang berupa hasil fotosintesis kebagian tanaman lainnya tidak dapat berjalan

Universitas Sriwijaya

22

dengan baik. Dengan demikian pada tanaman yang luka akan sulit mendapatkan
bahan-bahan atau enzim yang dapat menutup luka yang telah terjadi.

2.9. Pasca Panen
2.9.1. Lateks Kebun
Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk
mendapatkan hasil bokar yang baik. Untuk dapat mencapai hasil karet yang
bermutu tinggi, maka kebersihan dalam bekerja merupakan syarat paling utama
yang harus diperhatikan seperti kebersihan peralatan yang digunakan dan
kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran.
Penurunan mutu biasanya terjadi disebabkan oleh proses prakoagulasi.
Prakoagulasi akan menjadi masalah dalam proses pengolahan sit asap atau sit
angin dan krep (crepe), sedangkan dalam pengolahan karet remah tidak menjadi
masalah.
Prakoagulasi pada lateks dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim, iklim, budidaya tanaman dan jenis
klon, pengangkutan, serta adanya kontaminasi kotoran dari luar. Untuk mencegah
terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Alat-alat
penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat; (b) Lateks
harus segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak goncangan; (c) Lateks
tidak boleh terkena sinar matahari langsung; dan (d) Dapat menggunakan anti
koagulan seperti amonia (NH3) atau natrium sulfit (Na2SO3).
Dalam Penanganan lateks kebun agar melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pembersihan Bidang Sadap
Sebelum penyadapan dimulai, bagian kulit pohon yang akan disadap
hendaknya dibersihkan dahulu. Jika penyadapan dilakukan tiap dua hari sekali
pekerjaan membersihkan ini dapat dilakukan seperlunya saja.
b. Pengumpulan lateks
Pengumpulan lateks di kebun pada umumnya dilakukan 4-5 jam setelah
penyadapan pertama. Lateks dalam mangkuk sadap dituangkan ke dalam ember
atau bedeng dan sisa lateks dibersihkan dengan menggunakan sudip. Sudip terbuat

Universitas Sriwijaya

23

dari kayu yang dibungkus dengan selembar karet ban dalam. Bentuk sudip dibuat
sedemikian rupa sehingga dengan sekali gerak sisa lateks dalam mangkuk tersapu
bersih. Sudip harus dibersihkan dan diperiksa secara teratur serta harus
diperbaharui pada waktu tertentu.
Ember-ember pengumpul lateks yang terbaik ialah ember-ember yang
dibuat dari aluminium atau bejana-bejana yang dilapisi timah putih dan memakai
tutup. Ember-ember dari email lebih murah tapi lebih cepat aus. Untuk mencegah
bergoncangnya lateks dalam ember kadang-kadang para penyadap meletakkan
daun-daun di atas permukaan lateks. Hal ini tidak diperbolehkan karena lateks
akan tercemar. Penggunaan drum besi bekas untuk pengumpulan lateks tidak
diperkenankan. meskipun drum tersebut setiap pemakaiannya selalu dicuci.
Ember/wadah pengumpul lateks agar dihindarkan dari sinar matahari, karena suhu
yang tinggi mempercepat terjadinya prakoagulasi.
c. Pengawetan lateks
Salah satu bentuk bahan olah karet adalah lateks cair, yang akan
diproduksi menjadi bentuk lateks pekat sebagai bahan baku industri. Untuk
mendapatkan lateks tetap cair sampai di tempat pengolahan lateks pekat, lateks
kebun perlu diawetkan karena lateks kebun akan menggumpal dalam beberapa
jam setelah dikumpulkan. Waktu yang diperlukan untuk pengumpalan alami ini
bergantung pada suhu sekitarnya dan kemantapan lateks itu sendiri.
Sampai saat ini amoniak merupakan pengawet lateks yang masih
digunakan dan dipilih sebagai pengawet baku. Amoniak dapat diperoleh dalam
dua bentuk, yaitu gas atau larutan 20%. Untuk kebutuhan dalam jumlah sedikit,
umumnya digunakan larutan amonia 2,5 % per liter lateks. Kelemahan
penggunaan amoniak adalah mudah menguap, sehingga bila dibiarkan terbuka
akan cepat menurun kadarnya dan pada proses penggumpalan diperlukan asam
format (semut) yang lebih banyak. Selain itu, untuk pengawetan lateks dapat juga
digunakan Natrium sulfit. Natrium sulfit diperdagangkan dalam bentuk serbuk
putih berkadar 90% - 98%. Natrium sulfit bersifat higroskopis dan mudah
teroksidasi oleh udara. Oleh karena itu bahan ini harus disimpan dalam botol
tertutup rapat serta diletakkan di tempat kering dan dingin. Dosis pemakaiannya
adalah 5 - 10 ml larutan Natrium sulfit 10% untuk setiap liter lateks. Amonia atau

Universitas Sriwijaya

24

natrium sulfit sedapat mungkin ditambahkan ke dalam mangkuk lateks, semakin
cepat akan semakin baik.
d. Pengangkutan lateks
Lateks kebun yang sudah dibubuhi amoniak dituangkan melalui tabung
atau pipa ke dalam tangki pengangkut. Tangki dilengkapi dengan penyaring 40
mesh yang ukurannya sesuai lubang masuk. Tangki pengangkut diletakkan dalam
truk. Selain tangki pengangkut lateks, prakoagulump dan skrep yang telah
terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam suatu tempat lalu diangkut menuju
pabrik.
Lateks yang telah dibubuhi amoniak bereaksi alkalis tidak diperbolehkan
kontak dengan benda yang terbuat dari tembaga, kuningan, seng dan sebagainya
karena latek beramoniak akan bereaksi dengan logam tersebut. Penyaring lateks
juga sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. Tangki lateks terbuat dari besi lunak
(mild steel) dan dianjurkan dilapisi dengan lilin untuk mengurangi melekatnya
lateks pada sisi-sisi dan alas tangki. Dengan pelapisan lilin juga memudahkan
pembersihkan karena film karet yang melekat dapat dikuliti dengan mudah.
2.9.2. Lump
Lump mangkuk adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara
alamiah dalam mangkuk. Pada musim penghujan, untuk mempercepat proses
pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau pembeku asap cair ke
dalam mangkuk. Keuntungan pembuatan lump mangkuk :
a.

Tenaga kerja relatif lebih sedikit

b. Tidak ada resiko prakoagulasi
c.

Penanganannya mudah dan praktis.

Kerugian pembuatan lump mangkuk, diantaranya:
a.Masih ada kemungkinan terjadi manipulasi berat yang dilakukan dengan jalan
menambahkan bahan-bahan non-karet
b.Teknik pengukuran KKK yang akurat tidak mudah, karena tingkat kebersihan
dan pemeraman lump mangkuk yang beraneka ragam
c.Terjadi penurunan mutu terutama nilai PRI dan laju vulkanisasi akibat
penyimpanan yang tidak memenuhi syarat
d.Tidak dapat dihasilkan karet remah dengan mutu prima.

Universitas Sriwijaya

25

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Waktu praktikum dilaksanakan pada bulan September sampai dengan
November 2015 pada pukul 14.30 – selesai WIB. Bertempat di Lahan Percobaan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya pertanian Universitas
Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan
Alat- alat yang digunakan pada praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet
ini adalah : 1). Sepatu boot, 2) Penggaris, 3) Meteran, 4) Tali Rafia, 5) Ajir
anakan, 6) Ajir induk, 7) Cangkul, 8) Parang, 9) Karung, 10) Pisau okulasi, 11)
Ember, 12) kayu, 13) Atap daun, dan lain-lain.
Bahan- bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1) Biji karet, 2)
Air, 3) Tanah, 4) Bibit okulasi, 5) Bibit dalam polybag berpayungdua, 6) Mata
okulasi, dan lain-lain.

3.3. Cara Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum pengelolaan perkebunan karet ini
antara lain sebagai berikut :
3.3.1. Praktikum Pemeliharaan Kebun Entres
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan seperti tali dan meteran
2. Tentukanlah pohon entres yang akan diamati
3. Pada batang tersebut, tentukanlah jarak 1 meter yang akan diamati.
4. Hitunglah jumlah mata entres pada jarak satu meter tersebut.
5. Catatlah hasil yang didapatkan di lembar pengamatan
3.3.2. Okulasi
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Tentukanlah lokasi kebun batang bawah
Universitas Sriwijaya
25
25

26

3. Tentukanlah pohon karet yang akan di okulasi
4. Buatlah jendela okulasi
5. Ambillah mata tunas yang akan ditempelkan
6. Tempelkan mata tunas tersebut ke jendela okulasi
7. Tutup dengan plastic okulasi
8. Amati setelah 1-2 minggu, bila hasil okulasi berwarna hijau berarti okulasi
berhasil.
3.3.3.Penentuan jarak tanam (Pengajiran)
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan seperti ajir, tali, cangkul, dsb.
2. Tancapkanlah ajir indukan di sisi barat lahan
3. Tancapkanlah ajir anakan sesuai sejajar dengan ajir induk.
4. Kondisi jarak tanam harus lurus 4 penjuru mata angina.
3.3.4. Penanaman Karet
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Buatlah lubang tanam karet sesuai dengan letak ajir anakan.
3. Lubang tanam di buat dengan kedalaman 40 cm x 40 cm x 40 cm.
4. Cangkul lah tanah dengan memisahkan bagian top soil dan sub soil.
5. Tanam lah bibit dalam polybag yang telah disiapkan.
6. Tutup kembali lubang tanam dengan memasukkan top soil terlebih dahulu
kemudian padatkan.
3.3.5. Pemeliharaan TBM karet
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Tentukanlah lokasi lahan karet yang akan diamati
3. Pilihlah satu batang karet yang akan dilakukan praktek pemeliharaan TBM
4. Bersihkanlah lahan disekitar pohon tersebut dari gulma sejauh 1m x 1 m
5. Beri tanda pengenalpada pohon tersebut
3.3.6. Pemeliharaan TM karet
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Tentukanlah lokasi lahan karet yang akan diamati
3. Pilihlah satu batang karet yang akan dilakukan praktek pemeliharaan TM
4. Bersihkanlah lahan disekitar pohon tersebut dari gulma sejauh 1m x 1 m

Universitas Sriwijaya

27

5. Beri tanda pengenalpada pohon tersebut
1.3.7. Pembuatan Mal Sadap
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Tentukanlah lokasi lahan karet yang akan diamati
3. Pilihlah satu batang karet yang akan dilakukan praktek pembuatan mal sadap
4. Bersihkanlah lahan disekitar pohon tersebut dari gulma sejauh 1m x 1 m
5. Beri tanda pengenalpada pohon tersebut

Universitas Sriwijaya

28

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1.Pemeliharaan Kebun Entres
Tabel 4.1. Pengamatan Mata Entres di Kebun Percobaan
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama Pengamat
Febrina Monalisa
Prisna Meilivia
Ricky Oktaviano
Bina Raman