ANALISIS DAYA HANTAR LISTRIK KONDUKTIVIT
ANALISIS DAYA HANTAR LISTRIK (KONDUKTIVITAS) MELALUI
PARAMETER BOD DAN COD PADA AIR MINUM ISI ULANG
1
Farhan Radjak 2Nofalia Paputungan
1
Prodi S1 Fisika
2
Prodi S1 Pendidikan Fisika
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jendral Sudirman, No.6 Kota Gorontalo, kode pos 96128.
ABSTRAK
Konduktivitas merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan
arus listrik pada air. Konduktivitas merupakan ekspresi numerik yang
menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik,
dengan satuan µmho/cm atau µSiemens/cm. BOD dan COD adalah parameter
yang menunjukan tingkat pencemaran dari cairan. BOD dan COD dinyatakan
sebagai banyaknya zat (organik maupun anorganik) yang terkandung dalam 1
liter air. Dari penelitian yang dilakukan dengan mengambil 3 sampel air minum
isi ulang yang berbeda, yakni sampel A, B, dan C. Dari grafik terlihat bahwa
hubungan pengaruhnya hanya berlaku untuk sampel A dan C. Dimana semakin
besar kadar BOD dan COD dari air, maka semakin besar pulai nilai
konduktivitas dari air tersebut. Akan tetapi hubungan ini tidak berlaku untuk air
pada sampel B dimana memliki kadar BOD dan COD yang tidak terlalu besar,
tetapi memiliki nilai konduktivitas paling tinggi diantara sampel yang lain.
Sehingga, dapat disimpulkan pengaruh kadar BOD dan COD terhadap nilai
knduktivitas air minum isi ulang tidak terlalu signifikan.
Kata Kunci : Konduktivitas, BOD & COD.
PENDAHULUAN
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan
ekspresi
numerik
yang
menunjukkan
kemampuan
suatu
larutan
untuk
menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL
bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi
total maupun relatifnya (JujuBandung, 2012). Makin tinggi konduktivitas dalam
air, air akan terasa payau sampai asin. (Mahida, 1986).
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan pmho/cm atau pSiemens/cm.
Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmho/cm. Air suling
(aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmho/cm, sedangkan perairan alami
sekitar 20 – 1500 µmho/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh
bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah
tertentu zat organik dalam keadaan aerob. BOD5 merupakan salah satu indikator
pencemaran organik pada suatu perairan. Perairan dengan nilai BOD5 tinggi
mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik
akan distabilkan secara biologik dengan melibatkan mikroba melalui sistem
oksidasi aerobik dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan
kandungan oksigen terlarut di perairan sampai pada tingkat terendah, sehingga
kondisi perairan menjadi anaerobik yang dapat mengakibatkan kematian
organisme akuatik. (Mahida, 1981)
Menurut Mahida (1981) BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran
limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk
menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang
telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 20oC. Nilai BOD
yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air
limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30
ppm.
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air,
dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) (Agnes et all, 2005).
Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling
baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik, baik yang dapat
didekomposisi secara biologis maupun yang tidak. Uji ini disebut dengan uji
COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan oksidan misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik yang terdapat di dalam air.
Banyak zat organik yang tidak mengalami penguraian biologis secara
cepat berdasarkan pengujian BOD lima hari, tetapi senyawa-senyawa organik
tersebut juga menurunkan kualitas air. Bakteri dapat mengoksidasi zat organik
menjadi CO2 dan H2O. Kalium dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi,
sehingga menghasilkan nilal COD yang lebih tinggi dari BOD untuk air yang
sama. Di samping itu bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan
mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sembilan puluh enam
persen hasil uji COD yang selama 10 menit, kira-kira akan setara dengan hasil uji
BOD selama lima hari (Kristianto, 2002).
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu untuk menganalisis ada atau
tidaknya pengaruh kadar BOD dan COD terhadap nilai konduktivitas pada air
minum isi ulang. Hubungan variabel-variabel tersebut akan ditunjukan pada grafik
hasil penelitian dan melalui kajian pustaka materi terkait.
METODE
Lokasi
Penelitian meliputi pengukuran dan pengamatan sampel sepenuhnya
dilaksanakan di Laboratorium Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo.
Adapun lokasi pengambilan sampel air diambil dari 3 depot air minum isi ulang
yang berbeda dikawasan sekitar Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian
dilakukan sejak hari senin 13 november 2014 pada pukul 17:00 WITA hingga
selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi 3 sampel air minum isi
ulang dari masing-masing depot yang berbeda. Air yang digunakan adalah air
tanah yang telah mengalami tahapan-tahapan proses pemurnian pada depot
tersebut. Adapun alat yang digunakan yaitu Conductivitymeter sebagai alat
pengukur daya hantar listrik (DHL) dari sampel dan Consentratmeter sebagai alat
pengukur BOD dan COD dari sampel yang diteliti.
Rancangan Penelitian
Pengukuran sampel yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengukuran konduktivitas dan suhu serta pengukuran kadar BOD & COD pada 3
sampel. Pengukuran konduktivitas dan suhu dilakukan sebanyak 5 kali untuk
setiap sampel. Sehingga total pengukuran konduktivitas dilakukaan sebanyak 15
kali. Adapun pengukuran kadar BOD dan COD adalah 1 kali untuk masingmasing sampel, sehingga total keseluruhan pengukuran kadar BOD dan COD
adalah sebanyak 3 kali.
HASIL
Dari pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil yang dilampirkan pada
tabel 1 berikut.
Samp
el
A
B
C
Krata-
Konduktivitas (K)
(mS)
192.
2
179.
2
126.
8
198.
0
184.
5
179.
8
141.
9
191.
5
123.
9
122.
7
191.
4
180.
8
rata
(mS)
188.
8
191.
3
181.
6
168.
72
187.
58
158.
58
Trata-
Suhu (T)
(oC)
30.
0
30.
3
30.
5
29.
9
30.
4
30.
1
30.
0
30.
4
30.
2
rata
(oC)
30.
0
30.
4
30.
2
Tabel 1. Hasil pengukuran sampel air
29.
8
30.
3
30.
1
29.9
4
30.3
6
30.2
2
BO
D
(mg/
l)
CO
D
(mg/
l)
4.3
13.7
0.3
3.9
0.2
1
Dari informasi yang disajikan pada tabel, maka dapat dibuat grafik-grafik sebagai
berikut.
190
185
Konduktivitas (mS)
180
175
170
Sampel A
Sampel B
Sampel C
165
160
155
150
0
1
2
3
4
5
Kadar BOD (mg/l)
Gambar 1. Grafik hubungan kadar BOD terhadap konduktivitas sampel air
sampel air pada suhu 30oC.
.
190
185
Konduktivitas (mS)
180
175
170
Sampel A
Sampel B
Sampel C
165
160
155
150
0
5
10
15
Kadar COD (mg/l)
Gambar 2. Grafik hubungan kadar COD terhadap
konduktivitas sampel air pada suhu 30oC.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh kadar BOD terhadap konduktivitas air
Dari grafik hasil pengukuran pada gambar 1, terlihat bahwa semua
sampel air rata-rata bersuhu 30oC. Pada suhu tersebut, ketiga sampel memiliki
nilai konduktivitas dan kadar BOD yang bervariasi. Terlihat bahwa Sampel B
memiliki nilai konduktivitas yang paling tinggi diantara ketiga sampel yakni
sekitar 187,58 mS atau setara dengan 1,88 x 10 5 µmho. Hal ini berarti air
sampel B memiliki daya hantar listrik lebih bagus dari pada sampel-sampel air
yang lain. Sedangkan kadar BOD terbesar terdapat pada air sampel A, hal ini
berarti air pada sampel A memiliki tingkat pencemaran organik lebih tinggi
dari ketiga sampel air.
Hubungan kedua variabel relatif tidak memperlihatkan hubungan yang
signifikan yang terlihat melalui grafik pada gambar 1. Sampel air yang
memiliki kadar BOD yang tinggi belum tentu memiliki daya hantar listrik
(konduktivitas) yang tinggi. Hal ini dikarenakan konduktivitas suatu benda
hanya dipengaruhi oleh keberadaan ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta
konsentrasi total maupun relative dari benda (JujuBandung, 2012). Oleh
karena Kadar BOD memperlihatkan banyaknya kandungan zat-zat organik
yang terurai pada 1 liter air, maka pengaruhnya terhadap konduktivitas tidak
terlalu signifikan.
2. Pengaruh kadar COD terhadap konduktivitas air
Grafik pada gambar 2 menunjukan bahwa kadar COD terbesar juga
berada pada air sampel A yakni sebesar 13,7 mg/l. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat pencemaran oleh bahan kimia dari air pada sampel C lebih
tinggi dari sampel air yang lain. Sedangkan pengaruhnya terhadap
konduktivitas air juga tidak terlalu signifikan. Berdasarkan grafik diatas,
Kadar COD terbesar pada air sampel A memiliki daya hantar sebesar 168,72
mS lebih besar dari air sampel C yang memiliki kadar COD dan Konduktivitas
yang relatif lebih rendah. Sehingga kita dapat menarik simpulan, semakin
besar kadar COD, maka semakin besar pula daya hantar listrik dari air. Akan
tetapi, pengaruh ini menyimpang pada air sampel B yang memiliki kadar COD
yang lebih rendah dari sampel A, tetapi memiliki daya hantar lebih tinggi dari
sampel A. Oleh karena itu, hubungan keduanya tidak terlalu signifikan.
SIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa semakin besar kadar
BOD dan COD dari sampel air, maka nilai konduktivitas dari sampel air juga
akan semakin besar. Akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk air pada sampel B
yang memiliki kadar BOD dan COD yang lebih rendah, tetapi memiliki
konduktivitas paling besar dari pada sampel-sampel air yang lain. Sehingga
kita dapat menyimpulkan bahwa pengaruh Kadar BOD dan COD terhadap
daya hantar listrik air minum isi ulang tidak terlalu signifikan.
SARAN
Dalam penelitian ini terdapat berbagai macam hambatan dan
kekurangan. Hal itu berupa kesalahan pada alat ukur dan juga kesalahan pada
peneliti yang kurang cermat dan teliti dalam meneliti dan mengamati intrumen
yang digunakan. Oleh karena itu, tindak lanjut bagi pembaca sangat
diperlukan untuk lebih mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
A.R, Agnes, Azizah, R. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN
COLIFORM pada Air Limbah, sebelum dan sesudah pengolahan di RSUD
NGANJUK. Vol. 2 No. 1. (Penerbit Universitas Airlangga)
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. (Yogyakarta : Penerbit Kanisius).
JujuBandung. 2012. Parameter Fisika-Kimia-Biologi Penentu Kualitas Air.
[Internet]
(http://www.jujubandung.wordpress.com/parameter+fisika+kimia+biologi+
penentu+kualitas+air.html diakses pada hari kamis 18 juni 2015 pukul 21:00
WITA).
Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Mahida, U.N. 1981. Water Pollution and Disspossal of Waste Water on Land. Mc
Graw Hill. Publishing Company Limited. Environmental
Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali
Press, Jakarta.
PARAMETER BOD DAN COD PADA AIR MINUM ISI ULANG
1
Farhan Radjak 2Nofalia Paputungan
1
Prodi S1 Fisika
2
Prodi S1 Pendidikan Fisika
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jendral Sudirman, No.6 Kota Gorontalo, kode pos 96128.
ABSTRAK
Konduktivitas merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan
arus listrik pada air. Konduktivitas merupakan ekspresi numerik yang
menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik,
dengan satuan µmho/cm atau µSiemens/cm. BOD dan COD adalah parameter
yang menunjukan tingkat pencemaran dari cairan. BOD dan COD dinyatakan
sebagai banyaknya zat (organik maupun anorganik) yang terkandung dalam 1
liter air. Dari penelitian yang dilakukan dengan mengambil 3 sampel air minum
isi ulang yang berbeda, yakni sampel A, B, dan C. Dari grafik terlihat bahwa
hubungan pengaruhnya hanya berlaku untuk sampel A dan C. Dimana semakin
besar kadar BOD dan COD dari air, maka semakin besar pulai nilai
konduktivitas dari air tersebut. Akan tetapi hubungan ini tidak berlaku untuk air
pada sampel B dimana memliki kadar BOD dan COD yang tidak terlalu besar,
tetapi memiliki nilai konduktivitas paling tinggi diantara sampel yang lain.
Sehingga, dapat disimpulkan pengaruh kadar BOD dan COD terhadap nilai
knduktivitas air minum isi ulang tidak terlalu signifikan.
Kata Kunci : Konduktivitas, BOD & COD.
PENDAHULUAN
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan
ekspresi
numerik
yang
menunjukkan
kemampuan
suatu
larutan
untuk
menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL
bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi
total maupun relatifnya (JujuBandung, 2012). Makin tinggi konduktivitas dalam
air, air akan terasa payau sampai asin. (Mahida, 1986).
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan pmho/cm atau pSiemens/cm.
Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmho/cm. Air suling
(aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmho/cm, sedangkan perairan alami
sekitar 20 – 1500 µmho/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh
bakteri aerob/jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah
tertentu zat organik dalam keadaan aerob. BOD5 merupakan salah satu indikator
pencemaran organik pada suatu perairan. Perairan dengan nilai BOD5 tinggi
mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik
akan distabilkan secara biologik dengan melibatkan mikroba melalui sistem
oksidasi aerobik dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan
kandungan oksigen terlarut di perairan sampai pada tingkat terendah, sehingga
kondisi perairan menjadi anaerobik yang dapat mengakibatkan kematian
organisme akuatik. (Mahida, 1981)
Menurut Mahida (1981) BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran
limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk
menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang
telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 20oC. Nilai BOD
yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air
limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30
ppm.
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air,
dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) (Agnes et all, 2005).
Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling
baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik, baik yang dapat
didekomposisi secara biologis maupun yang tidak. Uji ini disebut dengan uji
COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan oksidan misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik yang terdapat di dalam air.
Banyak zat organik yang tidak mengalami penguraian biologis secara
cepat berdasarkan pengujian BOD lima hari, tetapi senyawa-senyawa organik
tersebut juga menurunkan kualitas air. Bakteri dapat mengoksidasi zat organik
menjadi CO2 dan H2O. Kalium dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi,
sehingga menghasilkan nilal COD yang lebih tinggi dari BOD untuk air yang
sama. Di samping itu bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan
mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sembilan puluh enam
persen hasil uji COD yang selama 10 menit, kira-kira akan setara dengan hasil uji
BOD selama lima hari (Kristianto, 2002).
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu untuk menganalisis ada atau
tidaknya pengaruh kadar BOD dan COD terhadap nilai konduktivitas pada air
minum isi ulang. Hubungan variabel-variabel tersebut akan ditunjukan pada grafik
hasil penelitian dan melalui kajian pustaka materi terkait.
METODE
Lokasi
Penelitian meliputi pengukuran dan pengamatan sampel sepenuhnya
dilaksanakan di Laboratorium Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo.
Adapun lokasi pengambilan sampel air diambil dari 3 depot air minum isi ulang
yang berbeda dikawasan sekitar Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian
dilakukan sejak hari senin 13 november 2014 pada pukul 17:00 WITA hingga
selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi 3 sampel air minum isi
ulang dari masing-masing depot yang berbeda. Air yang digunakan adalah air
tanah yang telah mengalami tahapan-tahapan proses pemurnian pada depot
tersebut. Adapun alat yang digunakan yaitu Conductivitymeter sebagai alat
pengukur daya hantar listrik (DHL) dari sampel dan Consentratmeter sebagai alat
pengukur BOD dan COD dari sampel yang diteliti.
Rancangan Penelitian
Pengukuran sampel yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengukuran konduktivitas dan suhu serta pengukuran kadar BOD & COD pada 3
sampel. Pengukuran konduktivitas dan suhu dilakukan sebanyak 5 kali untuk
setiap sampel. Sehingga total pengukuran konduktivitas dilakukaan sebanyak 15
kali. Adapun pengukuran kadar BOD dan COD adalah 1 kali untuk masingmasing sampel, sehingga total keseluruhan pengukuran kadar BOD dan COD
adalah sebanyak 3 kali.
HASIL
Dari pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil yang dilampirkan pada
tabel 1 berikut.
Samp
el
A
B
C
Krata-
Konduktivitas (K)
(mS)
192.
2
179.
2
126.
8
198.
0
184.
5
179.
8
141.
9
191.
5
123.
9
122.
7
191.
4
180.
8
rata
(mS)
188.
8
191.
3
181.
6
168.
72
187.
58
158.
58
Trata-
Suhu (T)
(oC)
30.
0
30.
3
30.
5
29.
9
30.
4
30.
1
30.
0
30.
4
30.
2
rata
(oC)
30.
0
30.
4
30.
2
Tabel 1. Hasil pengukuran sampel air
29.
8
30.
3
30.
1
29.9
4
30.3
6
30.2
2
BO
D
(mg/
l)
CO
D
(mg/
l)
4.3
13.7
0.3
3.9
0.2
1
Dari informasi yang disajikan pada tabel, maka dapat dibuat grafik-grafik sebagai
berikut.
190
185
Konduktivitas (mS)
180
175
170
Sampel A
Sampel B
Sampel C
165
160
155
150
0
1
2
3
4
5
Kadar BOD (mg/l)
Gambar 1. Grafik hubungan kadar BOD terhadap konduktivitas sampel air
sampel air pada suhu 30oC.
.
190
185
Konduktivitas (mS)
180
175
170
Sampel A
Sampel B
Sampel C
165
160
155
150
0
5
10
15
Kadar COD (mg/l)
Gambar 2. Grafik hubungan kadar COD terhadap
konduktivitas sampel air pada suhu 30oC.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh kadar BOD terhadap konduktivitas air
Dari grafik hasil pengukuran pada gambar 1, terlihat bahwa semua
sampel air rata-rata bersuhu 30oC. Pada suhu tersebut, ketiga sampel memiliki
nilai konduktivitas dan kadar BOD yang bervariasi. Terlihat bahwa Sampel B
memiliki nilai konduktivitas yang paling tinggi diantara ketiga sampel yakni
sekitar 187,58 mS atau setara dengan 1,88 x 10 5 µmho. Hal ini berarti air
sampel B memiliki daya hantar listrik lebih bagus dari pada sampel-sampel air
yang lain. Sedangkan kadar BOD terbesar terdapat pada air sampel A, hal ini
berarti air pada sampel A memiliki tingkat pencemaran organik lebih tinggi
dari ketiga sampel air.
Hubungan kedua variabel relatif tidak memperlihatkan hubungan yang
signifikan yang terlihat melalui grafik pada gambar 1. Sampel air yang
memiliki kadar BOD yang tinggi belum tentu memiliki daya hantar listrik
(konduktivitas) yang tinggi. Hal ini dikarenakan konduktivitas suatu benda
hanya dipengaruhi oleh keberadaan ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta
konsentrasi total maupun relative dari benda (JujuBandung, 2012). Oleh
karena Kadar BOD memperlihatkan banyaknya kandungan zat-zat organik
yang terurai pada 1 liter air, maka pengaruhnya terhadap konduktivitas tidak
terlalu signifikan.
2. Pengaruh kadar COD terhadap konduktivitas air
Grafik pada gambar 2 menunjukan bahwa kadar COD terbesar juga
berada pada air sampel A yakni sebesar 13,7 mg/l. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat pencemaran oleh bahan kimia dari air pada sampel C lebih
tinggi dari sampel air yang lain. Sedangkan pengaruhnya terhadap
konduktivitas air juga tidak terlalu signifikan. Berdasarkan grafik diatas,
Kadar COD terbesar pada air sampel A memiliki daya hantar sebesar 168,72
mS lebih besar dari air sampel C yang memiliki kadar COD dan Konduktivitas
yang relatif lebih rendah. Sehingga kita dapat menarik simpulan, semakin
besar kadar COD, maka semakin besar pula daya hantar listrik dari air. Akan
tetapi, pengaruh ini menyimpang pada air sampel B yang memiliki kadar COD
yang lebih rendah dari sampel A, tetapi memiliki daya hantar lebih tinggi dari
sampel A. Oleh karena itu, hubungan keduanya tidak terlalu signifikan.
SIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa semakin besar kadar
BOD dan COD dari sampel air, maka nilai konduktivitas dari sampel air juga
akan semakin besar. Akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk air pada sampel B
yang memiliki kadar BOD dan COD yang lebih rendah, tetapi memiliki
konduktivitas paling besar dari pada sampel-sampel air yang lain. Sehingga
kita dapat menyimpulkan bahwa pengaruh Kadar BOD dan COD terhadap
daya hantar listrik air minum isi ulang tidak terlalu signifikan.
SARAN
Dalam penelitian ini terdapat berbagai macam hambatan dan
kekurangan. Hal itu berupa kesalahan pada alat ukur dan juga kesalahan pada
peneliti yang kurang cermat dan teliti dalam meneliti dan mengamati intrumen
yang digunakan. Oleh karena itu, tindak lanjut bagi pembaca sangat
diperlukan untuk lebih mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
A.R, Agnes, Azizah, R. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN
COLIFORM pada Air Limbah, sebelum dan sesudah pengolahan di RSUD
NGANJUK. Vol. 2 No. 1. (Penerbit Universitas Airlangga)
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. (Yogyakarta : Penerbit Kanisius).
JujuBandung. 2012. Parameter Fisika-Kimia-Biologi Penentu Kualitas Air.
[Internet]
(http://www.jujubandung.wordpress.com/parameter+fisika+kimia+biologi+
penentu+kualitas+air.html diakses pada hari kamis 18 juni 2015 pukul 21:00
WITA).
Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Mahida, U.N. 1981. Water Pollution and Disspossal of Waste Water on Land. Mc
Graw Hill. Publishing Company Limited. Environmental
Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali
Press, Jakarta.