KARAKTERISTIK WIRAUSAHA pedagang warungmakanan kaki

KARAKTERISTIK WIRAUSAHA
I.1 Percaya Diri
Rasa percaya diri sering dimaknai dengan rasa kemampuan individu
dalam menyeimbangkan struktur kejiwaan yang ada pada diriindividu tersebut.
Dengan kata lain percaya diri adalah individu mampu mengendalikan gejala
emosional seperti takut dan sebagainya sehingga ia berani memposisikan pada hal
yang seimbang. Berdasarkan berbagai peristiwa dan pengalaman tersebut bisa kita
lihat bahwa gejala-gejala tingkah laku seseorang yang menggambarkan adanya
rasa percaya diri atau tidak (Sears, 2007).
Meistasari (2006), Percaya diri bersal dari bahasa Inggris yakni self
confidence yang artinya percaya pada kemampuan, kekuatan dan penilaian diri
sendiri. Jadi dapat dikatakan behwa penilaian tentang diri sendiri adalah berupa
penilaian yang positif. Penilaian positif inilah yang nanti akan menimbulkan
sebuah motivasi dalam diri individu untuk lebih mau menghargai dirinya.
Pengertian secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang
terhadap gejala aspek kelebihan yang dimiliki oleh individu dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan
hidupnya.
Lindenfield (2007), juga mengatakan bahwasannya kepercayaan diri itu
diawali oleh konsep diri. Menurut Centi (2008), konsep diri adalah gagasan
seseorang tentang dirinya sendiri, yang memberikan gambaran kepada seseorang

mengenai dirinya sendiri. Ada dua macam konsep diri, konsep diri Positif dan
konsep diri Negatif. Konsep diri yang positif terbentuk karena seseorang secara

terus menerus sejak lama menerima umpan balik yang positif berupa pujian dan
penghargaan. Sedangkan konsep diri yang negatif dikaitkan dengan umpan balik
negatif seperti ejekan dan perendahan.
I.2 Berorientasi Pada Tugas Dan Hasil
Menurut Adnyana (2005), Untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan karyawan pihak manajemen harus senantiasa memperhatikan faktorfaktor yang mendorong karyawan bekerja dengan produktif, salah satunya yaitu
memperhatikan kepuasan kerja karyawan. Dengan memperhatikan faktor
kepuasan kerja karyawan maka karyawan dalam bekerja akan senantiasa disertai
dengan perasaan senang dan tidak terpaksa serta mempunyai semangat kerja yang
tinggi.
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaanya.
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan
atau tidak dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka (Handoko,2008).
Karyawan yang mendapatkan kepuasaan kerja akan melaksanakan pekerjaan
dengan lebih baik, karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan
pernah mencapai kematangan psikologi yang akan menyebabkan frustasi.
Karyawan seperti ini akan sering melamun, semangat kerja yang rendah, cepat

bosan dan lelah, emosi tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan (Hasibuan, 2007).
Kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kerja yang
menantang, ganjaran yang pantas, kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja
yang mendukung, kesesuaian pribadi dengan pekerjaan (Robbins,2006).

I.3 Mandiri
Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa
bantuan orang lain, dalam belajar. Yang terpenting dalam belajar mandiri adalah
kemampuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber informasi. Identifikasi
sumber informasi ini dibutuhkan untuk memperlancar proses belajar pada saat
pembelajar membutuhkan bantuan atau dukungan (Burns, 2006).
Menurut Smith (2013), jika seorang wirausahawan kehilangan kendali,
maka dengan cepat akan kehilangan minat dalam usaha. Oleh sebab itu, kunci
kesuksesannya adalah menjadi wirausaha yang mandiri dan percaya diri. Mandiri
dalam berwirausaha sangat erat kaitannya dengan kepercayaan diri. Maka sebagai
pengusaha harus berada dalam kendali dan tidak mengenal lelah dalam mengejar
cita-cita.
Kemampuan remaja untuk mengembangkan kemandirian berkaitan
dengan pengalaman mereka bersama keluarganya. Hubungan yang baik antara

orang tua dan

remaja akan mendukung remaja untuk mandiri, sehingga

perkembangan kemandirian remaja tidak menghasilkan penolakan atas pengaruh
orang tua, justru remaja akan mencari masukan dari orang tua untuk mengambil
keputusan (Irene, 2013).
Menurut Steinberg(2007),kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan
individu dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan
berdasar kehendaknya sendiri. Peningkatan tanggung jawab, kemandirian, dan
menurunnya tingkat ketergantungan remaja terhadap orang tua, adalah
perkembangan yang harus dipenuhi individu pada periode remaja akhir.

I.4 Berinisiatif
Salah satu faktor yang menentukan sebuah kesuksesan adalah inisiatif.
Seorang pemimpin yang berinisiatif tidak akan menunggu sampai sesuatu terjadi;
ia ikut andil dalam membuat sesuatu terjadi. Ia tidak tinggal diam, melainkan
melakukan sesuatu. Itulah salah satu alasan mengapa beberapa orang memilih
untuk mengikuti pemimpin. Salah satu nilai penting yang harus dimiliki oleh
pemimpin adalah inisiatif (Leroy, 2006).

Menurut Wollfock (2008), Inisiatif adalah kemampuan individu dalam
menghasilkan sesuatu yang baru atau asli atau suatu pemecahan masalah. Menurut
Suryana

(2006),

mengungkapkan

bahwa

Inisiatif

adalah

kemampuan

mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan
menemukan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan
peluang


(thinking

new

things).

Menurut

Utami

Munandar

(2008),

mengungkapkan bahwa Inisiatif adalah kemampuan berdasarkan data atau
informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban dari suatu
masalah, dimana penekananya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keragaman jawaban.
I.5 Berfikir Kedepan
Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu

untuk menginterprestasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat
penilaian. Berpikir kritis adalah suatu cara yang sistematis untuk membuat dan
membentuk fikiran seseorang, sehingga dapat berfungsi dengan penuh
tujuan/manfaat dan akurat/tepat. Berpikir kritis merupakan cara berpikir yang

teratur, terstruktur, komprehensif, didasarkan pada standar intelektual, dan
didasarkan pada pertimbangan/alasan yang baik. (Strander, 2009).
Pemimpin yang cerdas memiliki pemikiran atau ide-ide atau analisa
yang mampu membuat pencerahan intelektual pada anggotanya. Pemimpin
merangsang

kreativitas

bawahan

dan mendorong

untuk

menemukan


pendekatan-pendekatan yang baru dalam menyelesaikan masalah dengan
menggunakan presepektif yang berbeda atau baru (Damajanti, 2006)
Berpikir ke depan diperlukan bagi wirausahawan, selalu ingat bahwa
yang kita hadapi adalah masa depan, karena itu buat prediksi tentang kondisi masa
depan yang terkait dengan usaha dalam memajukannya. Orang yang mempunyai
karakter wirausaha selalu berfikir bagaimana situasi dan kondisi di masa depan.
Meskipun tetap menggunakan pengalaman masa lalu sebagai referensinya.
Berdasarkan prediksi tersebut mereka mencari peluang untuk memajukan
usahanya. (Sahulata, 2007).
Pandangan yang jauh ke depan, membuat wirausaha tidak cepat puas
dengan karsa dan karya yang sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu
mempersiapkan dengan mencari suatu peluang. Orang yang memiliki perspertif
dan pandangan ke masa depan akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya.
Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
dengan yang sudah ada sekarang. Meskipun dengan risiko yang mungkin terjadi,
ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan.
Seorang wirausahawan juga harus berpikir jauh ke depan terutama dalam

kelangsungan dalam memajukan usahanya(Ahmady, 2013).


DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, Ngurah, dan Yohanes Sukrislismono., 2005. To Be Word Class Service
Proses Metamorfosis PLN Distribusi Bali. Penerbit Jala. Denpasar.
Ahmady, Noor., 2013. Pesantren dan Kewirausahaan (Peran Pesantren Sidogiri
Pasuruan dalam Mencetak Wirausaha Muda Mandiri). Executive Summary.
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya.
Burns, Anne., 2005. Collaborative Action Research for English Language
Teachers. Cambridge University Press. Cambridge.
Centi, J.P., 2005. Mengapa Rendah Diri. Kanisius. Yogyakarta.
Damajanti. 2006. Pengembangan Kepemimpinan Mahasiswa. Airlangga. Jakarta.
Handoko, T.H., 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE
Press. Yogyakarta.
Hasibuan,SP,M., 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia.Bumi Aksara. Jakarta.
Irene, L., 2013.
Perbedaan Tingkat Kemandirian dan Penyesuaian Diri
Mahasiswa Perantauan Suku Batak Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Jurnal
Psikologi. Vol. 01. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Leroy, Eims., 2006. Be The Leader You Were Meant To Be. SP Publications, Inc.,
Illinois.

Lindenfield, Gael., 2007. Mendidik Anak Agar Percaya Diri. Arcan. Jakarta.
Meistasari, MT., 2006. Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Bina Putra
Aksara. Jakarta
Robbins dan Judge., 2008. Psikologi Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Sahulata, Welmintje. 2007. “Program Magang Kerja Bidang Studi Sebagai Upaya
Untuk Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa Jurusan PKK”. Seminar
Internasional. Peran LPTK dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi Di
Indonesia. APTEKINDO.
Sears, D.O., 2007. Psikologi Sosial. Airlangga. Jakarta.
Smith. 2013. Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Karakteristik
Wirausaha. Skripsi. Fakultas Ilmu Ekonomi Dan Bisnis. UNDIP.
Semarang.
Steinberg, L., 2005. Adolescence. Sixth edition. McGraw-Hill. New York.
Strander. 2009. Konsep Dasar Berfikir. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Suryana., 2006. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Salemba Empat. Jakarta
Utami. Munandar. 2008. INISIATIF & MOTIVAS. fokusmedia. Bandung
Wollfock. 2008. Manajemen publik. PT Grasindo. Jakarta.