TUJUAN DARI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Menu

TUJUAN DARI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Menurut American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan bahwa
tujuan organisasi sektor publik adalah untuk
1. Memberikan infromasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi suberdaya yang dipercayakan kepada
organisasi. (tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management
control)).
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan pegawai
pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan
penggunaan dana publik. (tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability)).
Tujuan dan fungsi Laporan Keuangan sektor publik
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Complaince and stewardship (kepatuhan dan pengelolaan)

Accountability and Retrospective Reporting (akuntabilitas dan pelaporan retrospektif)
Planning and authorization information (perencanaan dan otorisas informasi)
Survival of organisation (kelangsungan organisasi)
Public Relation (hubungan masyarakat)
Source of fact and figures (sumber fakta dan gambaran)

Tujuan laporan keuangan berdasar sektor publik
Berdasarkan SFAC no 4 (Statement of Financial Accounting Concepts), khusus mengenai
tujuan laporan keuangan untuk organisasi nonlaba, adalah:
1) Laporan keuangan organisasi nonlaba hendaknya dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon
pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumbur
daya organisasi
2) Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang
diberikan oleh organisasi nonlaba serta kemampuannya untuk melanjutkan memberi
pelayanan tersebut

1


3) Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer
oganisasi nonlaba atas pelaksananaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek
kingerja lainnya
4) Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan kekayaan
bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa, dan kejadian ekonomi yang
mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut
5) Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran
secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi sumber kekayaan bersih
organisasi non bisnis serta informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi
secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai
kinerja
6) Memberikan

informasi

mengenai

bagainmana


organisasi

memperoleh

dan

membelanjakan kas atau seumber daya kas, mengenai utang dapembayaran kembali
utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat membengaruhi likuiditas organisasi
7) Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam memahami
informasi keuangan yang diberikan
Sementara untuk organisasi pemerintah, tujuan umum akuntansi dan pelaporan keuangan
adalah:
1) Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi,
sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan
(accountability and steward ship)
2) Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi dan ekonomi
3) Kinerja material dan organisasional (managerial and control)
Pemerintah wajib memberikan informasi keuangan yagng digunakan untuk pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan
keuangan untuk mendukung pembuatan ekonomi, sosial , dan politik meliputi informasi yang

digunakan untuk:
a) Membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang ada pada anggaran.
b) Menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi
c) Membantu tingkat kepatuhan terhadap perundangan yang terkait dengan masalah
keuangan dan ketentuan lainnya
d) Membantu dan mengevaluasi efisiensi dan efektifitas.
Hak dan kebutuhan pemakai laporan keuangan
2

Pada dasarnya publik memiliki hak dasar terhadap pemerintah yaitu:
1) Right to know, (hak untuk mengetahui);
a. Mengetahui kebijakan pemerintah
b. Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah
c. Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu
2) Right to be informed (hak untuk diberi informasi), meliputi hak untuk diberi
penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi
perdebatan publik
3) Right to be heard and to be listened to (hak untuk didengar aspirasinya)
Pertanggungjawaban publik mensyaratkan organisasi publik untuk memberikan laporan
keuangan sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan (accountability and

stewardship). Laporan keuangan pemerintah disediakan untuk memberi informasi bagi
berbagai kelompok pemakai. Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah
adalah sebagai berikut.
a) Masyarakat pengguna layanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga, dan
kualitas pelayanan yang diberikan.
b) Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan dan
pengguanaan dana yang diberikan. Publik ingin mengetahui apakah pemerintah
melakukan ketataatan fiskal.
c) Kreditor dan ivestor membutuhkan informasi untuk menghitung tingkat resiko,
likuiditas, dan solvabilitas
d) Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk melakukan
fungsi pengawasan, demi mencegah terjadinya penyelewengan uang negara.
e) Manajer publik membutuhkan informasi keuangan sebagai komponen sitem informasi
manajemen untuk membantu perncanaan dan pengendalian organisasi, pengukuran
kinerja dan membandingkan kinerja organisasi antar periode dan dengan organisasi
lain yang sejenis.
f) Pegawai membutuhkan informasi keuangan atas gaji dan manajemen kompensasi.

KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Komponen-komponen laporan keuangan sektor publik yang lengkap meliputi:

a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca); Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah laporan
keuangan yang menyajikan posisi aktiva, hutang, dan modal pemilik pada satu saat tertentu.

3

b. Laporan Kinerja Keuangan (Laporan Surplus-Defisit); Laporan Kinerja Keuangan
(Laporan Surplus-Defisit) atau Laporan Profit dan Loss adalah laporan keuangan yang
menyajikan pendapatan dan biaya selama periode tertentu.
c. Laporan Perubahan dalam Aktiva/Ekuitas Neto; Laporan Perubahan dalam Aktiva/Ekuitas
Neto menyajikan total surplus/defisit neto untuk suatu periode; pendapatan dan biaya lainnya
yang diakui secara langsung sebagai perubahan dalam aktiva/akuitas neto; dan, setiap
kontribusi oleh, dan kepada, pemilik dalam kapasitasnya pemilik.
d. Laporan Arus Kas; Laporan Arus Kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan
pengeluaran kas selama satu periode tertentu.
e. Kebijakan Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas laporan keuangan
dari entitas harus:
1) Menyajikan informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, dan kebijakan
akuntansi spesifik yang dipilih serta diterapkan terhadap transaksi-transaksi dan peristiwaperistiwa pnting lainnya;
2) Mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh Standar Akuntansi Keuangan Sektor
Publik, yang tidak disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan kinerja keuangan,

laporan arus kas, dan laporan perubahan aktiva/ekuitas neto; dan
3) Menyediakan informasi yang tidak disajikan pada laporan keuangan, namun persyaratan
penyajian wajar tetap diterapkan.
Pada praktiknya, laporan-laporan keuangan yang sangat beragam baik dalam jenis dan istilah
nya disesuaikan dengan setiap lingkungan sektor publik yang beraneka ragam. Dalam
konteks Indonesia, acuan penyusunan laporan keuangan bagi organisasi sektor publik adalah :
1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Laporan
Keuangan Organisasi Nirlaba
2. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang di tuangkan dalam Peraturan
Pemerintahan (PP) Nomor 24 Tahun 2005
Acuan dalam organisasi sektor publik adalah PSAK 45 yang bergerak dalam berbagai sektor
seperti yayasan, LSM, termasuk Intitusi pendidikan , sementara itu acuan kedua (SAP)
menjadi acuan wajib bagi seluruh organ pemerintahan di pusat dan daerah.

4

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK
Pengukuran kinerja dilakukan untuk menilai prestasi manajer dan unit organisasi yang
dipimpinnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan
manager dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekedar

kemampuan menunjukan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi
kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan
efektif. Pusat pertanggungjawaban berperan untuk menciptakan indikator kinerja sebagai
dasar untuk menilai kinerja. Dimilikinya sistem pengukuran kinerja yang handal (reliable)
merupakan salah satu faktor kunci suksesnya organisasi.
A. PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
Sistem pengukuran kinerja sektor adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan
reward and punishment system.
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.
Pertama, Untuk memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk
dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal
ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik
dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan
untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Oleh pihak legislatif, ukuran kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan
biaya pelayanan yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik.

Masyarakat tentu tidak mau terus menerus ditarik pungutan sementara yang mereka
terima tidak ada penignkatan kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu, pemerintah
berkewajiban untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik.
Masyarakat menghendaki pemerintah dapat memberikan banyak pelayanan dengan
biaya yang murah.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator
tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif.
Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih

5

banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk
mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kinerja
non-finansial.
a) Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja
 Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan
bottom up)
 Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang
sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi
 Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level

menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence
 Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individu dan kemampuan kolektif rasional.
b) Manfaat Pengukuran Kinerja
 Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja manajemen.
 Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
 Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki kinerja.
 Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara
obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem
pengukuran kinerja yang telah disepakati.
 Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi.
 Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi
 Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah
 Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif

B. INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA
1. Informasi Finansial
Penilaian kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.
Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan)
antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada:
a. Varians pendapatan (revenue variance)
Analisis Varians (selisih) anggaran pendapatan

6

Analisis varians anggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitung
selisih antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Dalam analisis
selisih anggaran pendapatan, hal utama yang perlu dilakukan oleh pembaca
laporan adalah:
1) Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasinya baik secara
nominal maupun persentase.
2) Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi atau dianggap wajar
3) Menilai signifikan tidaknya selisih tersebut jika dilihat dari total pendapatan
4) Menganalisis penyebab terjadinya selisih anggaran pendapatan
Pemerintah daerah dikatakan memiliki kinerja pendapatan yang baik apabila
mampu memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang dianggarkan.
Sebaliknya apabila realisasi pendapatan dibawah jumlah yang dianggarkan, maka
hal itu dinilai kurang baik. Apabila target pendapatan dapat dicapai bahkan
terlampaui, maka hal itu tidak terlalu mengejutkan karena memang seharusnya
demikian. Tetapi jika target pendapatan tidak tercapai, hal ini butuh penelaahan
lebih lanjut terkait dengan penyebab tidak tercapainya target.

Varian Pendapatan
Varian pendapatan adalah semua penerimaan daerah dalam bentuk
peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan. Berdasarkan UU no.23 tahun 2004 sumber
pendapatan daerah ada 3 yaitu:
1)

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang bersumber dari :
a) Pajak daerah
Pajak daerah adalah semua pendapatan daerah yang berasal dari
sumber ekonomi asli daerah atau pajak. Jenis pajak kabupaten / kota terdiri
dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan, pajak parkir (Halim, 2004:64).

b) Restribusi daerah
7

Restribusi daerah adalah pendapatan yang berasal dari restribusi dari
daerah, yang meliputi restribusi pelayanan kesehatan, restribusi air, restribusi
pertokoan, restribusi kelebihan muatan dan sebagainya (Halim, 2004:64).
c) Bagian laba usaha daerah
Bagian laba usaha daerah adalah pendapatan daerah yang berasal dari
hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
d) Lain-lain pendapatan asli daerah
Lain-lain pendapatan asli daerah adalah pendapatan daerah yang
berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Pendapatan ini berasal dari
hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dan penerimaan jasa
giro, selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, komisi, potongan atau
bentuk lain sebagai akibat dari penjualan oleh daerah.
b. Varians Pengeluaran (expenditure variance)
-

Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk

membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus menerus yang
dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda pemerintahan dan memelihara
hasil-hasil pembangunan. Dengan telah diberikannya kewenangan untuk
mengelolah

daerah, maka belanja rutin

diprioritaskan pada optimalisasi

fungsi dan tugas rutin perangkat daerah. Peningkatan belanja rutin yang
diusulkan oleh setiap pengganggaran harus diikuti dengan penigkatan mutu
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan belanja rutin sedapat
mungkin menerapkan pendekatan anggaran kinerja, hal tersebut bertujuan
untuk memudahkan analisis dan evaluasi hubungan antara kebutuhan dan hasil
serta manfaat yang diperoleh, anggaran belanja rutin meliputi belanja APBD,
belanja kepala daerah dan wakil kepala daerah, belanja sekretaris daerah dan
perangkat lainnya.
-

Varians belanja investasi / modal (capital expenditure variance)
Anggaran belanja investasi adalah anggaran yang disediakan untuk
membiayai

proses

perubahan,

yang

merupakan

perbaikan

dan
8

pembangunan menuju kemajuan yang ingin dicapai. Pengeluaran yang
dianggarkan dalam pengeluaran pembangunan didasarkan atas alokasi
sektor industri, pertanian dan kehutanan, hukum, transportasi, dan lain
sebagainya (Halim, 2004: 223-226).

Analisis Varians Belanja
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih
antara realisasi belanja dengan anggaran. Analisis varians cukup sederhana
namun dapat memberikan informasi yang sangat berarti. Hal penting yang
harus diperhatikan dalam analisis varians ini adalah :
1. Mempertanyakan alasan terjadinya varians. Apakah selisih tersebut
cukup beralasan dan dapat dipertanggungjawabkan?
2. Berapa besarnya varians, apakah jumlahnya signifikan atau tidak ?
3. Berapa tingkat selisih (varians) yang bisa di toleransi?
Terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja merupakan batas
maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah daerah.
Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya
apabila realisasi belanja tidak melebihi yang dianggarkan. Analisis
varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara
realisasi belanja dengan anggaran.
Varians belanja daerah dapat dihitung dngan menggunakan rumus :
Varians = Relisasi Belanja – Anggaran Belanja

Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber
penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level
manajemen paling bawah. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui unit spesifik
mana yang bertanggung jawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat
manajemen yang paling bawah.
Penggunaan analisis varians saja belum cukup untuk mengukur kinerja, karena
dalam analisis varians masih mengandung keterbatasan. Keterbatasan analisis

9

varians diantaranya terkait dengan kesulitan menetapkan signifikansi besarnya
varians.
2. Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. Informasi
nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian
manajemen. Teknik pengukuran kinerja komprehensif yang banyak dikembangkan
oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah balance scorecard.
Balance scorecard adalah pengukuran kinerja perusahaan yang modern dengan
mempertimbangan empat perspektif (yang saling berhubungan) yang merupakan
penerjemahan strategi dan tujuan yang diingin dicapai oleh suatu perusahaan
dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan dimonitor secara berkelanjutan .
Konsep ini dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Dengan

balance scorecard kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek
finansialnya , akan tetapi juga aspek non finansial. Pengukuran dengan metode ini
melibatkan empat aspek, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Perspektif Finansial
Perspektif kepuasan pelanggan
Perspektif efisiensi proses internal
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Financial  Berorientasi pada para pemegang saham
Customer  Bagaimana kita bisa menjadi supplier utama yang paling bernilai bagi
para customer
Internal Bussiness Process  Proses bisnis apa saja yang terbaik yang harus kita
lakukan dalam jangka panjang untuk mencapai tujuan financial dan kepuasan
konsumen
Learning and Growth  Bagaimana kita bisa meningkatkan dan menciptakan
value secara continue terutama dalam hubungannya dengan kemampuan dan
motivasi karyawan

Jenis informasi nonfinansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci.
Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi
sebab kesuksesan organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan, maka
10

variabel ini harus segera disesuaikan. Suatu variabel kunci memiliki karakteristik.
Antara lain:






Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat
Perubahannya tidak dapat diprediksi
Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui
ukuran antara (surrogate). Sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak
dapat diukur secara langsung, akan tetapi dapat dibuat ukuran
antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan, dan demonstrasi dapat
dijadikan variabel kunci.

C. PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA
Variabel kunci adalah variabel yang mengidindikasi faktor – faktor yang
menjadi penyebab kesuksesan organisasi. Untuk melakukan pengukuran kinerja,
variabel kunci yang sudah teridentifikasi tersebut kemudian dikembangkan menjadi
indikator kinerja untuk unit kerja yang bersangkutan. Untuk dapat diketahui tingkatan
capaian kerja, indikator kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja
atau standar kinerja. Tahap terakhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya berupa
feedback, reward and punishment kepada manajer pusat pertanggungjawaban.
Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan
utama organisasi dan indikator kinerja kunci.
Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleseikan preferensi manajerial
dengan memperhatikan variabel-variabel kunci

finansial dan nonfinansial pada

kondisi waktu tertentu. Faktor tersebut harus secara konsisten mengikuti perubahan
yang terjadi dalam organisasi.
Indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap
sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial untuk
melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis, indikator ini dapat digunakan oleh
manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.
Pengembangan Indikator Kinerja
Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas
atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit

11

organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanannya yang diahsilkan.
Penentuan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen berikut;
a. Biaya pelayanan
b. Penggunaan
c. Kualitas dan standar pelayanan
d. Cakupan pelayanan
e. Kepuasan
Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya
biaya per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang
terangkut, biaya per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan
biaya unitnya, karena output yang diahsilkan tidak dapat dikualifikasi atau tidak
ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut dapat
dibuat indikator kinerja proksi. misalnya belanja per kapita (misalnya; belanja per
kapita 1000 penduduk).
Indikator penggunaan pada dasarnya membandingkan antara jumlah
pelayanan yang ditawarkan

dengan permintaan publik. Indikator ini harus

mempertimbangkan preferensi publik, sedangkan pengukurannya biasanya berupa
volume absolut atau presentase tertentu, misalnya presentase penggunaan
kapasitas.
Contoh lain adalah rata-rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan.
Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas
kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.
Indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang paling
sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif.
Penggunaan indikator kualitas dan standar pelayanan harus dilakukan secara hatihati karena kalau terlalu menekankan indikator ini justru dapat menyebabkan
kontra produktif. Contoh indikator kualitas dan standar pelayanan misalnya
perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.
Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat
kebijakan atau peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan
pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara
langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need
assessment) dapat juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun
demikian, dapat juga digunakan indikator proksi misalnya jumlah komplain.
Pembuatan indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama antar unit kerja.

12

D. INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi
pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan
saja, akan tetapi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara
bersama-sama. Bahkan untuk beberapa hal perlu titambahkan pengukuran distribusi
dan cakupan layanan (equity and service coverage). Permasalahan yang sering
dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja adalah sulitnya
mengukur output, karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa output yang
berwujud, akan tetapi lebih banyak berupa intangible output.
Istilah “ukuran kinerja” pada dasarnya berbeda dengan istilah “indikator kinerja”.
Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal
yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Untuk dapat mengukur
kinerja pemerintah, maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar
penilaian kinerja. Mekanisme untuk menentukan indikator kinerja tersebut
memerlukan hal-hal sebagai berikut;
 Sistem perencanaan dan pengendalian
Sistem perencanaan dan pengendalian meliputi proses, prosedur dan struktur
yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan
dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai
komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi,


kewenangan serta tanggungjawab.
Spesifikasi teknis dan standarisasi
Kinerja suatu kegiatan, program dan organisasi diukur dengan menggunakan
spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi



teknis tersebut dijadikan sebagai standar penilaian.
Kompetensi teknis dan profesionalisme
Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi
yang ditetapkan, maka diperlukan personel yang memiliki kompetensi teknis



dan profesional dalam bekerja
Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman
yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar yang terkait dengan
penggunaan suber daya yang menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran
kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan



hukuman.
Mekanisme sumber daya manusia

13

Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi
sifatnya untuk memperbaiki kinerja personal dan organisasi.
Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial
Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk menentukan pilihan
Untuk menunjukan standar kinerja
Untuk menunjukan efektivitas
Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya paling

baik untuk mencapai target sasaran
h. Untuk menunjukan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk
dilakukan penghematan biaya.
Permasalahan teknis yang dihadapi pada saat pengukuran ekonomi, efesiensi, dan
efektivitas (value for money) organisasi adalah bagaimana membandingkan input
dengan output untuk menghasilkan ukuran efesiensi yang memuaskan jika output
yang dihasilkan tidak dapat dinilai dengan harga pasar. Solusi praktis atas masalah
tersebut adalah dengan cara membandingkan input finansial(biaya) dengan output
nonfinansial, misalnya biaya unit (unit cost statistic). Unit cost statistic tersebut dapat
digunakan sebagai benang merah untuk mengukur kinerja. Unit-unit kerja pemerintah
diharapkan dapat menghasilakn sejumlah unit cost statistics yang spesifik untuk unit
kerjanya. Unit cost tersebut misalnya adalah:
Untuk setiap pelayanan:
1. Biaya pelayanan per 1000 penduduk
2. Tenaga kerja per 1000 penduduk
Untuk pelayanan tertentu ditambah dengan ukuran lain, misalnya :
Pendidikan
1. Rasio guru/murid atau dosen/mahasiswa
2. Biaya per siswa
3. Subsidi per siswa/mahasiswa per semester/tahun
Jalanan Umum
1. Biaya pemeliharaan per kilometer/panjang jalan
14

2. Biaya pemeliharaan per kilometer/ukuran lain selain panjang jalan
Perumahan
1. Biaya manajemen dan pemeliharaan per rumah
2. Biaya konstruksi per rumah
Angkutan kereta api
1.
2.
3.
4.

Persentase keterlambatan waktu dari jadwal pemberangkatan
Presentase keterlambatan waktu sampai ditempat tujuan
Presentase kereta api yang batal diberangkatkan
Jumlah kecelakaan kereta api

Ukuran-ukuran statistik tersebut dapat digunakan oleh masyarakat pembaca
anggaran dan laporan keuangan pemerintah yang ukan ahli dibidang manajemen
keuangan publik sebagai dasar untuk menilai kinerja pemerintah dalam memberikan
pelayanan publik. Indikator kinerja yang terbentuk unit cost statistics dapat digunakan
untuk membandingkan kinerja unit kerja lain yang sejenis.
Bagi pemerintah, angka-angka statistik tersebut dapat digunakan untuk
membandingkan kinerja, menilai tingkat efisiensi dan efektifitas unit kerja serta untuk
mengetahui

sebab-sebab

inefesiensi

dan

ketidakefektivan

unit

kerja

yang

berssangkutan. Unit cost statistics sebagai bentuk indikator kinerja tidak saja
berfungsi sebagai benang merah untuk mengukur kinerja, akan tetapi juga mendorong
untuk dilakukannya investigasi lebih detail atas hasil yang dicapai oleh suatu unit
kerja. Indikator kinerja dapat juuga diggunakan untuk membandingkan kinerja unit
kerja tertentu dengan rata-rata nasional atau regional untuk jenis pelayanan yang
sama.
E. PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Kinerja pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa ini
adalah: ekonomi, efesiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik. Tujuan
yang dikehendaki oleh masyarakat mencangkup pertanggungjawaban mengenai
pelaksanaan value for money, yaitu ekonomis (hemat) dalam pengadaan dan alokasi
sumberdaya, efesien ( berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti
penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil
guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.

15

Agar dalam menilai kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif, maka
diperlukan indikator kinerja. Indikator kinerja tanf ideal harus terkait pada efisiensi
biaya dan kualitas pelayanan. Sementara itu, kualitas terkait dengan kesesuaian
dengan maksud dan tujuan, konsistensi, dan kepuasan publik. Kepuasan masyarakat
dalam konteks tersebut dapat dikaitkan dengan semakin rendahnya complaint dari
maasyarakat.
F. PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY
Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai
pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Hal ini tidak berarti bahwa suatu indikator
akan memberikan ukuran pencapaian program yang definitif. Indikator value for
money dibagi menjadi dua bagian yakni: (1) indikator alokasi biaya (ekonomi dan
efisiensi), dan (2) indikator kualitas pelayanan (efektivitas).
Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun
eksternal. Pihak internal dapat menggunakannya dalam rangka meningkatkan
kuantitas dan kualitas pelayanan serta efisiensi biaya. Dengan kata lain, indikator
kinerja berperan untuk menunjukkan, memberi indikasi atau memfokuskan perhatian
pada bidang yang relevan dilakukan tindakan perbaikan.
Pihak eksternal dapat menggunakan indikator kinerja sebagai kontrol dan
sekaligus sebagai informasi dalam rangka mengukur tingkat akuntabilitas publik.
Pembuatan dan penggunaan indikator kinerja tersebut dapat membantu setiap pelaku
utama dalam proses pengeluaran publik. Indikator kinerja akan membantu para
manajer publik untuk memonitor pencapaian program dan mengidentifikasi masalah
yang penting.
Selain itu indikator kinerja juga akan membantu pemerintah dalam proses
pengambilan keputusan anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran. Indikator
kinerja memudahkan bagi DPR/DPRD dalam mengkaji dan mengawasi alokasi dan
penggunaan anggaran, khususnya melalui proses pembahasan pada sidang-sidang
dewan.
Tiga Pokok Bahasan dalam indikator Value For Money
Sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa value for money merupakan inti
pengukuran kinerja pada unit-unit kerja pemerintah. Pengembangan indikator kinerja
sebaiknya memusatkan perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi, efisiensi dan
efektivitas program dan kegiatan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai konsep value
for money atau dikenal dengan 3E.
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input). Dengan
kata lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat
16

kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less). Pengertian
ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang mencangkup juga
pengelolaan secara hati-hati atau cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu
kegiatan operasional dikatakan ekonomis bila dapat menghilangkan atau mengurangi
biaya yang tidak perlu. Dengan demikian, pada hakekatnya ada pengertian yang
serupa antara efisiensi dengan ekonomi, karena kedua-duanya menghendaki
penghapusan atau penurunan biaya (cost reduction). Terjadinya peningkatan biaya
mestinya terkait dengan peningkatan manfaat yang lebih besar.
Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep

produktivitas.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output
yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan
operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu
dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya
(spending well). Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan
sumber daya oleh suatu unit organisasi (misalnya: staf, upah, biaya administratif) dan
keluaran yang dihasilkan. Indikator tersebut memberikan informasi tentang konversi
masukan menjadi keluaran (yaitu: efisiensi dari proses internal).
Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan
atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional

dikatakan

efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending
wisely). Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak
(outcome) dari keluaran (outcome) program dalam mencapai tujuan program.
Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau
sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa ketiga pokok bahasan dalam value for
money sangat terkait satu dengan lainnya. Ekonomi membahas mengenai masukan
(input), efisiensi membahas masukan (input) dan keluaran (output), dan efektivitas
membahas mengenai keluaran (output) dan dampak (outcome). Hubungan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

17

Indikator Efektivitas Biaya (Cost-Effectiveness)
Indikator efisiensi dan efektivitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena di
satu pihak, mungkin pelaksanaannya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien
akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai dengan target yang diharapkan.
Sedang di pihak lain, sebua program dapat dikatak efektif dalam mencapai tujuan,
tetapi mungkin dicapai dengan cara yang tidak ekonomis dan efisien. Jika suatu
program efektif dan efisien maka program tersebut dapat dikatakan cost-effectiveness.
Indikator efektivitas biaya merupakan kombinasi informasi efisiensi dan efektivitas
dan memberikan ukuran kinerja bottom line yang dalam sektor publik analog dengan
pelayanan masyarakat.
G. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Pengukuran Ekonomi
Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan
pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan.
Ekonomi merupakan ukuran relatif. Pertanyaan sehubungan dengan pengukuran
ekonomi adalah:
a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar dari pada biaya organisasi lain yang sejenis
yang dapat diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal?
Pengukuran Efisiensi
Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money. Efisiensi
diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output dibanding
input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Efisiensi = Output/Input
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Unit
A adalah lebih efisien dibandingkan unit B, unit A lebih efisien tahun ini
18

dibandingkan tahun lalu, dan seterusnya. Karena efisiensi diukur dengan
membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan
dengan cara:
1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama
2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar dari pada proporsi
peningkatan input.
3. Menurunkan input pada tingkatan ouput yang sama
4. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar dari pada proporsi penurunan
output.
Penyebut atau input sekunder seringkali diukur dalam bentuk satuan mata uang.
Pembilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah uang ataupun satuan fisik.
Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua
yaitu efisiensi alokasi , efisiensi teknis atau manajerial. Efisiensi alokasi terkait
dengan kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas
optimal. Efisiensi teknis (manajerial) terkait dengan kemampuan mendayagunakan
sumber daya input pada tingkat output tertentu.
Pengukuran Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat
adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah
dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada
yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau
kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat.
Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil
tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur
kualitas output dan dampak yang dihasilkan (Smith, 1996). Pengukuran outcome
memiliki dua peran, yaitu peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait
19

dengan penilaian kinerja masa lalu. Sedangkan peran prospektif terkait dengan
perencanaan kinerja di masa yang akan datang.
Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome digunakan untuk mengarahkan
keputusan alokasi sumber daya publik. Analisis retrospektif memberikan bukti
terhadap praktik yang baik. Bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan
target dimasa yang akan datang dan mendorong untuk menggunakan praktik terbaik,
atau dapat juga bukti tersebut digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam
menentukan program mana yang perlu dilaksanakan dan metode terbaik mana yang
perlu digunakan untuk melaksanakan program tersebut.
Estimasi Indikator Kinerja
Suatu unit organisasi perlu melakukan estimasi untuk menentukan target
kinerja yang ingin dicapai pada periode mendatang. Penentuan target tersebut
didasarakan pada perkembangan cakupan pelayanan atau indikator kinerja. Estimasi
dapat dilakukan dengan menggunakan:
1. Kinerja tahun lalu
Kinerja unit tahun lalu dapat digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator
kinerja. Hal tersebut merupakan perbandingan bagi unit tersebut

untuk melihat

seberapa kinerja yang telah dilakukan. Alasan lainnya karena terdapatnya time lag
antara aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak (outcome) yang timbul dari
aktivitas tersebut. Hal ini terjadi karena dampak dari aktivitas yang dilakukan dalam
tahun ini baru dapat dirasakan beberapa tahun kemudian.

2. Expert Judgment
Ini digunakan karena kinerja tahun lalu akan sangat berpengaruh terhadap
kinerja selanjutnya. Teknik ini menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam
menestimasi indikator kinerja. Expert judgment biasanya digunakan untuk
melakukan estimasi kinerja. Selain penggunaanya yang sederhana, dari segi biaya
juga tidak terlalu mahal. Namun demikian kelemahannya adalah bahwa teknik ini
sangat tergantung pada pandangan subyektif para pengambil keputusan.
Disamping itu dampak adanya pencapaian tujuan kinerja tidak secara otomatis

20

dapat dikatakan bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja. Kadang
keberhasilan suatu unit kerja akan mempengaruhi kinerja unit lain.
3. Trend
Trend digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh
waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.
Y= a +bt
Keteranga:
Y= Indikator kinerja
a= indikaotr kinerja automous
t= time lag
4. Regresi
Y= a + b1X1 + b2X2 + e
Y= a + b1X1 +b2X2 + e
Dengan menggunakan rumus regresi sederhana dapat dilakukan estimasi unit
kerja. Hal ini dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabelvariabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen (kinerja unit).

Pertimabangan dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah pertama dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
adalah memahami operasi dengan menganalisis kegiatan dan program yang akan
dilaksanakan. Secara garis besar terdapat dua jenis tindakan kebijakan yaitu input dan
proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber daya input untuk
dikonservasi menjadi output melalui satu atau beberapa proses konservasi dan
operasi.
Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu: keluaran (output), akibat (tujuan fungsional) dan
dampak (outcome), dan distribusi manfaat. Keluaran yang diproduksi diharapkan
akan memberikan sejumlah akibat dan dampak positif (beberapa mungkin
menghasilkan hasil negatif) terhadap tujuan program. Pengaruh neto dari akibat dan
dampak yang positif dan negatif dinamakan outcome program.
Apabila ukuran numerik outcome tidak tersedia dan ukuran efektivitas suatu program
yang dapat di kuantifikasi tidak ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja
antara (surrogate). Karena ukuran pengganti tersebut tidak dapat mengukur secara
tepat pencapaian program, maka ukuran tersebut harus digunakan denganhati-hati.
Terlalu banyak perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan
perilaku disfungsional pada manajer dan pengambil keputusan.

21

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PEMERINTAH
Cita cita pemerintah daerah atau K/L adalah bahwa tak ada mata anggaran tak direalisasi,
alokasi anggaran tepat waktu, efektif dan efisien, Laporan Realisasi Anggaran nircacat atau
nirtemuan BPK, dan Laporan Keuangan siap saji tepat waktu, LK siap audit dan dipastikan
memeroleh opini WTP dari BPK.
A. Dasar Umum Pengendalian
Dasar umum pengendalian adalah tujuan pendirian, sasaran tahunan, dan entitas
pemerintah. Semua jenis organisasi kepemerintahan, misalnya pendirian sebuah Pemda
baru, pasti mempunyai maksud pendirian organisasi, yang kemudian menjadi tujuan
organisasi yang tak mungkin dicapai oleh Pemda lama sebelum pemekaran. Tujuan
tersebut memerlukan strategi, program, dan aktivitas utama. Lalu, pelaksanaan strategi,
program, dan aktivitas untuk mencapai tujuan membutuhkan pengendalian manajemen,
agar tujuan tercapai secara ekonomis, efektif, dan efisien.
B. Aktivitas Pengendalian Manajemen Pemerintah
Aktivitas pengendalian manajemen pemerintah meliputi :
1. Perencanaan

: RKAKL, RAPBN/RAPBD

2. Koordinasi

: Program bantuan sosial lintas K/L dan Pemda

3. Komunikasi

: Telaah RAPBN oleh Kementerian Keuangan, pelaporan
laporan kinerja

4. Pengambilan keputusan

: Pilihan pelaksana proyek, alokasi dana saat bencana alam

5. Motivasi

: Preferensi atau pengutamaan bantuan Pemerintah Pusat
kepada Pemda yang berhasil memeroleh opini WTP BPK lebih
dahulu.
22

6. Pengendalian
7. Penilaian kinerja entitas

: LAKIP atau laporan kinerja lain. Apabila salah satu aktivitas
pengendalian manajemen tersebut di atas tidak memadai, maka
tujuan berisiko tak tercapai atau tercapai kebetulan dengan
susah payah, berdarah-darah dan penuh pemborosan.

Sistem pengendalian manajemen kepemerintahan didukung:
1. Struktur organisasi yang mengakomodasi sistem pengendalian;
2. Manajemen SDM
3. Lingkungan pendukung dan penyubur sistem pengendalian
C. Jenis Pengendalian Manajemen Pemerintah
Tiga jenis pengendalian manajemen pemerintah yaitu
1.. Preventif,
Pengendalian preventif berbentuk sistem kendali mutu proses dan hasil perumusan
strategi, pengendalian agar sasaran, program dan rencana strategis lain dipastikan
tercapai.
2. Operasional
Pengendalian operasional berbentuk pengawasan realisasi anggaran agar efektif dan
efisien, pengendalian tiap program, kegiatan, tahap kemajuan atau tahap selesai,
pengawasan kualitas proses dan hasil, ditutup dengan pengendalian realisasi
APBN/APBD.
3. Kinerja
Pengendalian kinerja adalah pengukuran hasil dibanding tolok ukur kinerja
D. Pusat Pertanggungjawaban

23

Sistem pengendalian manajemen terfokus pada unit organisasi dan atau pusat tanggung
jawab. Pusat pertanggungjawaban adalah basis perencanaan, koordinasi, komunikasi,
pengambilan keputusan, motivasi, pengendalian, dan penilaian kinerja.
Tujuan pembentukan pusat-tanggung jawab adalah membentuk basis satuan/unit
perencanaan, koordinasi, komunikasi, pengambilan keputusan, motivasi, pengendalian, dan
penilaian kinerja, serta membentuk basis pemetaan piramida sub-tujuan dan tupoksi
berpuncak pada tujuan Pemda atau K/L, menjadi sarana pembangunan keharmonisan
berbagai sasaran (goal-congruence, critical path, bottle neck), dan sarana dasar kerjasama
antar berbagai pusat-pusat tanggung jawab, menjadi sarana delegasi wewenang.
Pusat tanggung jawab adalah satuan atau unit 3E, merupakan satuan pengendalian
anggaran, hubungan input dan output yang terkendali.
Pengendalian anggaran meliputi:
1. Pengukuran layanan atau output versus target layanan atau tolok ukur output;
2. Rupiah realisasi mata anggaran versus anggaran; dan
3. Penjelasan dan pertanggungjawaban penyimpangan keduanya
E. Proses Pengendalian manajemen

1. Mengubah rencana menjadi aksi-tindakan
1. Buat rencana kerja Pemda, bukan sekedar jatah anggaran bagi Pemda
2. Rencana Kerja bersasaran atau harus efektif, bukan sekedar pelaksana
anggaran dan hasil terserah nanti
3. Membangun obsesi pada hasil organisasi, bukan fokus hanya pada
pengeluaran
4. Membuat segala hal menjadi tindakan nyata

2. Penilaian Kinerja
24

Membangun sistem penilaian kinerja real time dan obyektif. Membangun sistem imbalan,
teguran, peringatan, sanksi merupakan kegiatan penuh sepanjang hari.
3. Pengendalian Akuntansi
1. Catatan realisasi anggaran dibandingkan secara real time dengan APBD/APBN
untuk mengetahui sisa anggaran setiap saat.
2. Pengendalian akuntansi mencakupi jurnal, buku besar, dan buku pembantu buku
besar merupakan sarana pengendalian terpenting
3. Akuntansi terkendali apabila laporan keuangan selesai tepat waktu, laporan
keuangan memperoleh opini WTP dari BPK, dan di dalamnya termasuk laporan
realisasi anggaran yang mulus tanpa cacat
4. Seluruh belanja tahun berjalan dilakukan sesuai rencana dan mencapai hasil yang
diharapkan secara efisien

PENUTUP
25

Tujuan utama dari pelaporan akuntansi sektor publik adalah menyajikan kegiatan
operasi yang dilakukan pemerintah dalam rangka mensejahterakan dan melayani masyarakat.
Dalam penyajian laporannya, pemerintah dituntut untuk transparan dan terbuka berhubungan
dengan kegiatan yang telah, saat ini, dan akan dilakukan
Pada praktiknya, laporan-laporan keuangan yang sangat beragam baik dalam jenis dan
istilah nya disesuaikan dengan setiap lingkungan sektor publik yang beraneka ragam. Dalam
konteks Indonesia, acuan penyusunan laporan keuangan bagi organisasi sektor publik PSAK
45 dan SAP.
Sistem pengukuran kinerja sektor adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian
organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment
system. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki
kinerja pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan,
serta untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik.
Inti pengukurn kinerja pemerintah adalah value for money. Kinerja pemerintah harus
diukur dari sisi input, output, dan outcome. Tujuan pengukuran value for money yaitu
mengukur tingkat keekonomisan dalam alokasi sumber daya, efisiensi dalam penggunaan
sumber daya dan hasil yang maksimal, serta efektivitas dalam penggunaan sumber daya.
Jadi sistem pengendalian manajemen sektor publik terdiri perencanaan, penilaian, dan
pengendalian. Semuanya itu diterapkan agar terciptanya kondisi kepemerintahan yang tertib
dan teratur, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah.

26

DAFTAR PUSTAKA

Muindro, Renyowijoyo. 2013. Akuntansi Sektor Publik, Organisasi Nonlaba Edisi 3. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.
Mulyadi. 1999. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipat ganda
Kinerja Perusahaan, Edisi satu. Yogyakarta : Adiya Media.
Nordiawan, Deddi & Hertianti, Ayuningtyas. 2010. Akuntansi Sektor Publik, Edisi dua.
Jakarta: Salemba Empat.
http://puslit.perta.ac.id/journals/acounting
http://journal.feunmul.in/ojs/index.php/publikasi_ilmiah/article/download/77/72
http://directory.umm.ac.id/Data%2520Elmu/doc/revisian_baru_pak.doc
http://journal.feunmul.in/ojs/index.php/publikasi_ilmiah/article/download/77/72
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/