PENGARUH PEMANGKASAN DAN POSISI KLASTER TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS BENIH BAYAM VAR. “KAKAP HIJAU

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  

PENGARUH PEMANGKASAN DAN POSISI KLASTER TERHADAP

KUALITAS DAN KUANTITAS BENIH BAYAM

Prasodjo Soedomo

  Staf Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Jl. Tangkuban Perahu No.517 Lembang, Kabupaten Bandung Barat (40391),

  Jawa Barat. Telp : 062-222787549, Fax. 062-222786416, 06281220045444, E-mail : soedomo1802@yahoo.com

  

ABSTRACT

Prasojdo Soedomo, 2014. THE EFFECT OF PRUNING AND CLUSTER

POSITION TO SEEDS QUALITY AND QUANTITY OF GREEN

KAKAP commonly consumed in Indonesia is green

  spinach (Amaranthus hibridus. L). Planting the seeds of a distributed way reproduced own of seeds . The theory says the amount of pruning can stimulate of flower coming / fruit out. This experiment aimed to see the effect of pruning on vegetative green spinach to seed production. The experiments were conducted at the Indonesian Vegetable Research Institute (IVEGRI), vegetable farms, Lembang (1250 m asl) in the month of March to September 2012. Use design by randomized complete block design (the field) and completely randomized (CRD) in seeds laboratorium . Using a spits plot design model (split Plot) . The main factor is the position of amaranth flower cluster, consisting of : K1 : Flowers are coming out of the main stem , K2 : flower stems coming out of the secondary , and K3 : Flower stalk coming out of tertiary . Subplot consisted of pruning : P1 = Control without pruning ( 0 ) , P2 = Pruning 1x at 15 days after planting (DAP ) , P3 = 2x Pruning at 15 DAP and 30 DAP , P4 = 3x Pruning at 15 DAP and 30 DAP and 45 DAP . The results showed that1. Pruning plants that would produce plant height, length, number and cluster weight, seed dry weight, 1000 grain weight and seed germination is lower than without pruning.2. Of the parameters mentioned above concluded that the quality and quantity of seeds produced at the main branch is better than the seeds produced in the secondary branch, and then from the resulting secondary branch is better than the tertiary branches.3. Trimming the spinach, do not stimulate increased production of seed.4. Spinach seed production is recommended to be done in a low-land area of a hot climate, with technical irrigation systems are controlled.

  

Key word :Amaranthus hibridus. L (green spinach), pruning, seeds produce,

flowering cluster position.

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  PENDAHULUAN

  Pemangkasan pada tanaman tahunan, sudah umum dilakukan seperti pemangkasan pada tanaman apel dengan tujuan untuk memperbaiki mengaselerasikan bentuk tanaman kaitannya dengan kemampuan sinar yang masuk, sehingga daun-daun yang ada efisien di dalam penghasil photosintat (Robinson, Wu and Lakso. 1993).

  Memperbaiki bentuk kanopy tanaman, dimana sebelumnya didesain dahulu sehingga menarik dipandang dari segala kapasitas fungsi bagian tanaman itu sendiri (Lakso, 1980). Untuk memperbaiki kualitas buah apel (Ystaas, 1992; Schupp, 1992).

  Pemangkasan dan penanaman apel di musim kemarau dengan tujuan untuk menghemat penggunaan fotosintat yang dihasilkan guna meningkatkan laju pertumbuhan tanaman, kualitas gizi buah apel yang dihasilkan (Taylor and Ferree. 1980).

METODE PENELITIAN

  Pada tanaman anggur guna menstimulir keluarnya percabangan baru, dimana menstimulir pertumbuhan tunas-tunas baru, yang pada akhirnya menstimulir pembungaan (Wolf and Poling, 1995.), juga pada anggur membentuk bagian tanaman baru dengan banyak percabangannya guna menstimulir pembungaan (Coombe and Dry. 1992).

  Pada tanaman sayuran sudah umum digunakan pemangkasan, seperti pada tomat dengan tujuan untuk mengurangi jumlah bunga yang terbentuk, sehingga menghasilkan tomat dengan buah yang ukurannya besar-besar (Hernandez, and Sanchez, 1992; Rafi, U.M., 1996.), atau mengurangi adanya serangan penyakit layu (Bielinski., Santos and Vallad, 2013), atau menstimulir pembentukkan tunas vegetatif agar ruang daun yang menghasilkan fotosintat lebih luas, sehingga buah yang dihasilkan kualitasnya juga akan lebih baik (Wurster, and Nganga, 1971. ; Zhang, 1999.).

  Menurut Firoz., Rashid., dan Huda (2011) bahwa pemangkasan pada tanaman okra dapat menstimulir terbentuknya pertunasan dan percabangan, dimana makin banyak percabangan, akan menstimulir pertumbuhan bunga-bunga yang keluar.

  Percobaan dilakukan pada bulan Maret September 2012, di Kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman sayuran (Balitsa) di Lembang (1250 m dpl), Kabupaten Bandung Barat. jenis tanah andosol, dengan kisaran temperatur di lapangan antara 14

  25

  o

  C dan nilai rata-ratanya adalah

  20

  o

  C, pada bulan Maret September 2012. Tanah dibajak, dibuatkan bedengan-bedengan dengan ukuran 1,2 x 5,0 m=6,0 m . Jarak tanam 40x30 cm, sehingga jumlah populasi tanaman ada 48 tanman, sebagai

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  border digunakan tanaman jagung, dan 45 HST. Jumlah tanaman yang guna menghindari persilangan dari hidup pada umur 60 HST dalam tanaman bayam liar lainnya. satuan persen, dengan menggunakan

  Digunakan pupuk kandang rumus : dengan dosis 20 ton per hektar dan pupuk buatan (kimia) mengggunakan Mutiara NPK 16:16:16 dengan dosis

  Keterangan : maksimum 300 Kg per hektar, sebab N = Prosentase tanaman yang hidup tanaman diberikan dengan cara dilarutkan dalam drum 150 liter, (%) a = Jumlah tanaman awal yang dimasukkan 4-5 Kg NPK, dicampur ditanam kapur 250 gram, Zeolit 1 Kg dan b = Jumlah tanaman yang mati dilarutkan sampai rata. Sejak umur

  1) Tinggi tanaman pada umur 75 satu minggu setelah tanam, tiap tanaman disiram dengan larutan HST.

  2) Panjang klaster. Diamati pada pupuk. saat yang sudah dipanen, pada

  Parameter yang diamati dalam masing-masing klaster primer, bentuk tersebut, sampai umur 2 skunder dan tertier pada bagian minggu sebelum dipanen bunga masak fisiologis di lapangan. Tiap- atas, tengah dan bawah, masing- masing diambil samplel 3 klaster. tiap plot dipasang mulsa plastik.

  3) Jumlah klaster, dihitung semua Dilubangi sesuai dengan jarak tanam. jumlah klaster yang dihasilkan

  Mengggunakan rancangan acak dari masing-masing batang kelompok (di lapangan) dan acak lengkap (RAL) di laboratorium primer, skunder dan tertier.

  4) Bobot klaster menghitung dengan benih. Menggunakan model cara menimbang seluruh jumlah rancangan petak terpisah (split plot). klaster contoh, pertama ketika

  Faktor utama adalah posisi klaster baru panen dari lapangan. bunga bayam, terdiri dari : K1: Bunga yang ke luar dari batang 5) Berat benih kering, dilakukan dengan cara menimbang benih utama, K2: bunga yang keluar dari yang sudah dikeringkan dalam batang sekunder, dan K3 : Bunga ruang khusus pengering benih. yang keluar dari batang tersier. Anak

  6) Kadar air benih, diukur dengn petak terdiri dari pemangkasan : P1= Kontrol tanpa pangkas (0), P2= menggunakan alat pengukur kadar air benih. Pemangkasan 1x pada umur 15 hari

  7) Bobot 1000 butir benih; setelah setelah tanam (HST), dihitung dari masing-masing

  P3=Pemangkasan 2x pada umur 15 ulangan sebanyak 1000 butir, HST dan 30 HST, P4=Pemangkasan 3x pada umur 15 HST dan 30 HST ditimbang dengan menggunakan

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  timbangan analitik. dengan menggunakan timbangan analitik. Daya kecambah benih (%), dengan metoda menggunakan uji di atas Pencahayaan dengan menggunakan lampun yang tersediadalam alat test tersebut. Umur 6 hari setelah ditanam (hitungan), diamati, dan terakhir pada hari ke 14 (hitungan ke.2).

  HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah tanaman yang hidup

  Pada percobaan ini semua tanaman hidup, karena kondisi di lapangann dibuat sedemikian rupa yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman bayam, seperti sebelum dibuatkan bedengan, tanah diolah dahulu beberapa tahapan, masing- masing plot diberi pupuk kandang cukup banyak dosis 30 ton per hektar, dan pupuk buatan yang diberikan dalam bentuk larutan NPK, dicampur dengan kapur dolomit dan Zeolit. Tiap bedengan diberi mulsa plastik. Dengan pemeliharaan intensif, maka pertumbuhan tanaman mencapai 100 %; Hal ini ditunjang lagi dengan kondisi lapangannya yang memiliki iklim sesuai dengan yang dikehendaki tanaman bayam yaitu kisaran temperatur selama percobaan berlangsung antara 14-25

  C, jenis tanah andosol dengan pH : 5.9 6,1 (Data Klimatologi, Balitsa, 2012).

  Hal ini diperkuat oleh Pinoy (2088) bahwa syarat tumbuh tanaman bayam menghendaki pada kisaran temperatur antara 15-25

  o

  C, pada malam hari tidak boleh di bawah 15

  C, dengan kebutuhan air cukup tinggi, tapi tidak boleh berlebih (tergenang). Hal ini mengakibatkan tanaman tumbuh dengan baik, dan menghasilkan bunga dengan sempurna. Menurut Hauptli (1977) penanaman yang dilakukan pada daerah kering, dengan kondisi tanahnya tidak dapat menahan air, muda terbuang, hal ini mengakibatkan bayam banyak menghasilkan bunga steril. (data tidak ditampilkan, karena semua tumbuh100%).

  Tinggi Tanaman

  Disini untuk tinggi tanaman juga belum menunjukkan data hasil pertumbuhan yang jelas, sebab tanaman baru dipangkas yang terakhir pada umur 45 hari setelah tanam, dengan sendirinya pertumbuhan tanaman tersebut belum optimal. Penentu tinggi tanaman menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi frekuensi jumlah pemangkasan, maka tinggi tanaman semakin rendah (Tabel.1). Hal ini jelas sangat rasional, bahwa tanaman yang tidak dipangkas akan tumbuh lebih tinggi di bandingkan dengan yang dipangkas. Sebab tanaman yang dipangkas, akan mengalami stagnasi dan tinggi tanaman terlebih dahulu

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  28,80 28,80 39,30 38,40

  Karena keterangan tersebut diatas ada dua teori yang menjelasakan sebagai berikut

  Hal ini jelas sekali berdampak terhadap pemanjangan klaster dihasilkan. Sebenarnya hasil data ini bertolak belakang dengan teori dominasi puncak (epical dominance) dimana peristiwa terhambatnya tunas-tunas samping oleh ujung batang (shoot apex). Bila ujung- ujung batang dipotong, karena terhadap tunas-tunas samping hilang, sehingga tunas-tunas itu tumbuh menjadi cabang-cabang yang tumbuh dengan subur (Krishnamoorthy, 1981 dalam Dewani, 1986).

  Pada pemngkasan pertama kali tampak lebih panjang klaster yang terbentuk, akan tetapi pada pemangkasan selanjutnya panjang klaster semakin memendek baik pada posisi bunga primer, sekunder maupun tersier. Hal ini dapat dimengerti, karena pada dasarnya batang dan daun bayam, dan terutama daunnya sebagai sarana penghasil fotosintat guna pertumbuhan bayam termasuk dalam kelompok C2 sampai C4 (Gebauer et al 1987), jika semakin dipangkas, dengan sendirinya luas area daun dan batangnya semakin berkurang, maka fotosintat yang dihasilkan juga semakin berkurang (Rajcan et al, 2002).

  Panjang Klaster

  Rata-rata 42,60 a 39.38 ab 33,8 bc KK/CV (%) 6,69 7,24 8,94 7,62

  24,3 a 30,7 b 28,6 c 33,9 d

  24,30 30,70 28,60 33,90

  38,40 36,40 49,90 32,80

  dibandingkan dengan yang tidak dipangkas. Jadi, data tinggi tanaman yang berkorelasi terhadap pertumbuhan bunganya belum dapat ditampilkan, karena bunga-bunganya baik pada primer, skunder dan tertier yang diperlakukan pemangkasan belum ada yang keluar. Jadi pada Tabel 1 hanya menampilkan tinggi tanamannya saja (Tabel.1).

  IV 35,40 43,90 42,90 48,20

  II III

  3 I

  2

  1

  Rata-rata

  Ulangan Jumlah pemangkasan

  Tabel1. Pengaruh pemangkasan dan posisi klaster terhadap kualitas dan kuantitas benih bayam Var. tanaman (cm)

  • tunas samping sendiri menghasilkan auxin yang cukup untuk pertumbuhannya.

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  12,66 7,89 4,14

  Jika dilihat morfologis pertumbuhan bunga bayam, antara bagian klaster bunga primer, skunder dan tertier, secara genetik sudah menunjukkan perbedannnya yaitu pada primer jumlah klasternya lebih banyak dibandingkan pada posisi bunga skunder. Bunga skunder, jumlah klasternya akan lebih besar dibandingkan dengan bunga tersier (Costea and Mason, 2001).

  Jadi semakin dipangkas lebih banyak jumlah klasternya semakin menurun, terjadi baik pada posisi bunga primer, sekunder maupun tersier (tabel.3). Hal ini dapat dimengerti, karena pada dasarnya batang dan daun bayam, dan terutama daunnya sebagai sarana penghasil photosintat guna pertumbuhan bayam termasuk dalam C4 tersebut di atas (Mosyakin and Robertson, 1996).

  Semakin dipangkas lebih banyak jumlah klaster semakin menurun, hal ini terjadi baik pada posisi bunga primer, sekunder maupun tersier. Hal ini dapat dimengerti, karena pada dasarnya batang dan daun bayam, dan terutama daunnya sebagai sarana penghasil photosintat guna pertumbuhan bayam termasuk dalamkelompok C2 sampai C4 (Gebauer et al 1987), jika semakin dipangkas, dengan sendirinya luas area daun dan batangnya semakin berkurang, maka photosintat yang dihasilkan juga semakin berkurang (Rajcan et al, 2002).

  Jumlah klaster

  Rata-rata 9,03 b 10,41a 7,49 c 6,52 d KK/CV (%) 8,23 9,24 7,73 6,62

  11,89 a 8,55 b 5.27 c

  7,77 7,26 4,56

  Pertumbuhan auxin dari ujung batang mengakibatkan kandungan auxin pada tunas-tunas samping akan tunas-tunas samping ditentukan, akan terdapat bahwa kandungannya sangat rendah, Maka tunas-tunas samping akan terhambat pertumbuhannya, dengan adanya ujung-ujung batang itu dipotong. Dengan itu tunas-tunas samping akan memperlihatkan pertumbuhan (Denishen, 1958 dalam Dewani, 1986).

  Tabel 2. Pengaruh pemangkasan dan posisi klaster terhadap kualitas dan kuantitas benih bayam terhadap parameter panjang klaster (cm)

  13,23 9,27 4,78

  Skunder Tersier

  3 Primer

  2

  1

  Rata-rata

  Posisi Klaster Jumlah Pemangkasan

  13,88 9,76 7,60

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  botryoides, atau centripetala ),

  Rata-rata 35,31 a 31,50 a 17,52 b 16,90 b KK/CV (%) 8,77 10,16 9,63 9,12

  26,10 a 25,63 a 24,20 a

  16,47 15,67 18,56

  21,73 17,08 13,74

  27,65 34,75 32,10

  38,53 35,01 32,39

  3 Primer Skunder Tersier

  2

  1

  Jumlah Pemangkasan Rata-rata

  Tabel4. Pengaruh pemangkasan dan posisi klaster terhadap kualitas dan kuantitas benih bayam terhadap parameter bobot basah klaster bunga Posisi Klaster

  sehingga bunga yang keluar atau mekarnya lebih dahulu, posisinya berada di bagian tepi menuju ke tengah (centripetal), secara bertahap terus ke pinggir atau ke bawah. (Costea, et al 2001).

  Tabel 3. Pengaruh pemangkasan dan posisi klaster terhadap kualitas dan kuantitas benih bayam terhadap parameter jumlah klaster bunga (klaster)

  Posisi Klaster Jumlah pemangkasan

  Bobot Basah Klaster

  Rata-rata 42,00 b 61,00 a 38,00 b 30,00 b KK/CV (%) 8,23 9,24 7,73 6,62

  19.00 c 44,00 b 65,00 a

  14,00 31,00 45,00

  22,00 37,00 56,00

  18,00 65,00 100,00

  23,00 43,00 59,00

  Skunder Tersier

  3 Primer

  2

  1

  Rata-rata

  Bobot basah klaster disini merupakan bobot kering dari pohon, jadi masih dalam kondisi segar dipanen dari pohon, jadi keringnya karena klaster sudah tua dan mengering dipohon, berubah warna menjadi agak kecoklatan. Dengan posisi klasternya masing-masing. Maka demikian pula untuk bobot klaster akan menghasilkan yang setara dengan keterangan tersebut di atas yaitu semakin dipangkas, maka bobot klasternya semakin berkurang pula. Karena tanaman bayam bersifat menyerbuk silang, dimana posisi tiap individiu bunga majemuknya, pertumbuhan bunganya bersifat bunga majemuk tak berbatas (inflerencentiaracemosa, inflorencia

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  Bobot benih kering

  Dari klaster yang dihasilkan, hasil pengisian klaster tersebut adalah dalam bentuk benih. Jadi jika klasternya berat, maka benih yang dihasilkan juga akan berat yaitu dalam bentuk berat benih kering. Drmikian juga berat benih kering yang dihasilkan semakin posisi bunganya di bawah yaitu berkurang pula berat benih keringnya karena klaster yang terbentuknya adalah terakhir.

  Tadinya dengan dipangkas, diharapkan akan banyak menghasilkan tunas-tunas samping, dimana posisi bunga keluar pada ujung-ujung tunas, semakin banyak tunas, maka rasionalisasinya akan banyak pula bunga yang tumbuh, maka dengan sendirinya bobot benih akan naik pula, akan tetapi kenyataannya bertolak belakang. Sebab menurut Kadereit et al, (2003.) bahwa secara phylogeny tanaman bayam termasuk golong C4, dimana peranan bagian daun yang menghasilkan fotosintat sangat diperlukan guna kualitas bobot klaster dan bobot benihnya itu sendiri, jadi jika daunnya banyak dipangkas, dengan sendirinya bobot yang dihasilkan baik bobot klaster maupun bobot benih kering yang dihasilkan, akan berkurang pula (Tabel.5).

  Tabel 5. Pengaruh pemangkasan dan posisi klaster terhadap kualitas dan kuantitas benih bayam terhadap parameter bobot benih kering var Posisi Klaster

  Jumlah Pemangkasan Rata-rata

  1

  2

  3 Primer Skunder

  Tersier 6,66 4,87 5,76

  5,00 4,57 4,60

  2,99 2,22 2,40

  2,76 2,13 3,20

  Rata-rata 5,76 4,72 b 2,53c 2,70 c KK/CV (%) 7,33 8,41 9,63 7,72

  Bobot 1000 butir benih

  Berat 1000 butir benih menunjukkan bahwa semakin bunga yang tumbuh di atas (bunga primer), semakin tinggi berat 1000 butir benihnya dibandingkan dengan bunga tumbuh dibawahnya (sekunder) demikian juga bunga skunder lebih tinggi dibandingkan bunga yang tumbuh selanjutnya (tersier). Hal ini disebabkan benih yang berasal dari bunga primer adalah bunga-bunga yang pertama kali tumbuh, dimana awal pertumbuhan, semua energi yang dihasilkan hasil fotosintesa

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  0,8326 b 0,7992 bc 0,8320 b

  Daya kecambah

  Perbedaan visual angka kandungan tinggi rendahnya di dalam benih, pada dasarnya adalah akibat benih yang dipanen memang benar-benar sudah tua di lapangan, atau banyak tercampur dengan benih muda yang belum saatnya dipanen. Atau sebaliknya benih tersebut sudah terlambat dipanen di lapangan, akan tetapi hujan turun, sehingga klaster bunga yang sudah kering, sempat menyerap air juga. Walapun pada akhirnya setelah masuk ke dalam ruang pengering benih, semua menjadi kering lagi. Akan tetapi untuk benih yang belum masak benar, akan terserap kadar benih dalam karbohidrat dan protein biji akan lebih banyak.

  Kandungan air benih dihitung dengan nilai prosentase. Pengukuran kadar air benih menggunakan alat pengukur kadar air di laboratorium benih. Hasil evaluasi, tidak ada yang menunjukkan nilai yang tertinggi atau terendah, secara umum kadar airnya relatif normal dan cukup baik. Sebab setelah bunga tua dipanen dari lapangan hasil benih di lapangan, langsung dimasukkan ke dalam ruang pengering benih. Secara umum semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan (tabel.7).

  Kandungan air benih

  (%) 5,45 6,62 5,86 6,56

  Rata-rata 0,8386 a 0,8344 a 0,7915 b 0,8213 a KK/CV

  0,8690 a 0,7873 b 0,808 a

  disalurkan pada pembentukan bunga awal, akibatnya bunga-bunga ini kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan dengan bunga skunder. Setelah bunga primer terbentuk dengan sempurna, kelebihan fotosintat tersebut dikonsentrasikan untuk pembentukkan bunga skunder, dan seterusnya sampai terakhir pembentukan bunga-bunga tersier. Jadi wajar jika bunga-bunga primer selain posisinya berada di atas dan pertumbuhannya dilakukan pada awal sekali tanaman itu keluar bunga (Tabel.6).

  Tabel 6. Pengaruh pemangkasan dan posisi klaster terhadap kualitas dan butir benih kering (gram) Posisi

  0,9278 a 0,8429 b 0,7325 c

  0,8916 bc 0,7899 bc 0,8342 b

  3 Primer Skunder Tersier

  2

  1

  Rata-rata

  Klaster Jumlah Pemangkasan

  0,8241 b 0,7172 c 0,8333 b

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  Kemampuan daya kecambah yang diuji dalam laboratorium benih secara umum masih rendah. Sebab berdasarkan aturan Kemenetrian Pertanian yang dikeluarkan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura, benih-benih hasil seleksi yang boleh disebar luaskan di atas, viabilitasnya di atas 90%. Sedangkan dalam percobaan ini, semua hasil tesnya masih di bawah 90%. Atau karena bayam pada dasarnya sebagai tanaman sayuran yang bersifat hari pendek, dimana di daerah tropika banyak tumbuh dan dikembangkan di daerah dataran rendah yang beriklim panas (>25

  85,00 82,00 72,00

  Dari percobaan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa :

  Karena temperatur sendiri santat berpengaruh didalam membantu vigor benih maupun daya kecambah benih (Weaver dan Thomas, 1986.)

  Pada tabel. 9 ternyata data yang didapatkan bahwa tanaman bayam yang tanpa dipangkas vigor benihnya jauh lebih baik dibandingakn dengan perlakuan tanaman bayam yang dipangkas.

  Data kecepatan tumbuh benih diperlukan guna mengontrol kualitas benih guna menghasilkan vigor benih itu sendiri. Yaitu kemampuan energi dari benih itu sendiri guna menghasilkan tenaga di dalam pertumbuhannya. Benih dapat tumbuh cepat atau tidaknya tergantung energi yang dimiliki dalam bentuk vigori.

  Kecepatan tumbuh benih

  Rata-rata 77,67 ab 83,67 a 79,67 ab 74,67 b KK/CV (%) 8,14 7,45 8,43 8,45

  79,00 66,00 79,00

  88,00 80,00 83,00

  o C).

  79,00 75,00 79,00

  3 Rimer Skunder Tersier

  2

  1

  Jumlah pemangkasan Rata-rata

  (%) Posisi Klaster

  C (Weaver and Thomas, 1986.). Tabel 8. Pengaruh pemangkasan dan posisi klaster terhadap kualitas dan kuantitas benih bayam terhadap parameter daya berkecambah benih var

  o

  Maka jika ditanam di daerah dataran tinggi yang berillim basah, akibat kandungan protein dan minyak pada bijinya cukup tinggi, maka kandungan airnya juga masih tetap akan tinggi (tabel.8). Disisi lain daya kecambah benih akan berjalan baik, apabila temperatur dimana media tumbuh itu sendiri cukup hangat yaitu di atas 25

KESIMPULAN DAN SARAN

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  Dewani, M. 1986. : Pengaruh pemangkasan pucuk terhadap beberapa sifat agronomi empat varietas kacang sapu (Vigna

  cultures at diff erent levels of

  retrofl exus L. (C4 plant) in

  Biomass production and nitrate metabolism of Atriplex hortensis L. (C3 plant) and Amaranthus

  Gebauer G, Schuhmacher MI, Krstic B, Rehder H & Ziegler H. 1987.

  S. Huda., 2011. Effect of alley size and hedgerow pruning interval on phenology and yield of okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench] in hill slope. Bangladesh J. Agril. Res. 36(1) : 143-150.

  Proyek Pengembangan Ilmu dan Teknologi. Dir. Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Brawijaya, Malang. Firoz., Z.A., M. H. Rashid., and M.

  radiata (L) Wilczek). Kerjasama

  1) Pemangkasan tanaman yang justru menghasilkan tinggi tanaman, panjang, jumlah dan berat klaster, erat kering biji, bobot 1000 butir dan biji kecambah lebih rendah dibandingkan dengan pemangkasan. 2) Dari parameter tersebut di atas disimpulkan bahwa kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan pada cabang utama lebih baik dibandingkan dengan benih yang dihasilkan pada cabang sekunder, dan selanjutnya dari cabang skunder yang dihasilkan lebih baik dari pada cabang tersier. 3) Pemangkasan pada bayam, tidak menstimulir peningkatan produksi benih.

  4) Produksi benih bayam dianjurkan untuk dilakukan di daerah dataran rendah yang beriklim panas, dengan sistim irigasi teknis yang terkontrol.

  Amaranthus hybridus

  Waines. 2001. Preliminary results toward a revision of the

  1283):254-281. Costea, M., A. Sanders, and G.

  Costea, M and De Mason, D, 2001. : Stem morphology and anatomy in Amaranthus. L (Amaranthaceae)- Taxonomy significance journal of the Torrey Botanical Society.

  Viticulture Volume 2 Practices. Winetitles. Adelaide, Australia.

  Coombe, B.G. and P.R. Dry. 1992.

  Vegetable and Small Fruit Crops: Does Shoot Pruning Improve Tomato Yield and Reduce Bacterial Spot Infestation . This document is HS1180, one of a series of the Horticultural Sciences Department, UF/IFAS Extension. Publication date July 2010. Reviewed September 2013.

  DAFTAR PUSTAKA : Bielinski M. Santos and Gary E. Vallad, 2013. : Cultural Practices for

  species complex (Amaranthaceae). Sida 19: 931-974

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  Mosyakin & Robertson (1996). New infrageneric taxa and combinations in Amaranthus (Martirosyan DM, Miroshnichenko LA, Kulakova SN, et al. 2007. : Amaranth oil application for coronary heart disease and hypertension. Lipids Health Dis. P;6:1. National Academy of Sciences,

  Lakso. 1993. The influence of orchard system and pruning severity on yield, light interception, conversion efficiency, partitioning index and

  Robinson, T.L., J. Wu nsche and A.

  Development of redroot pigweed is infl uenced by light spectral quality and quantity. Crop. Sci. 42: 1930 1936. Rafi, U.M., 1996. Stem pruning and spacing and spacing effect on the yield of tomato. ARC-AVRDC Training Report. Kasetsart University, Bangkok, Thailand: ARC-AVRDC, pp: 168-173.

  Rajcan I, Alikhani MA, Swanton CJ &Tollenaar M. 2002.

  Environmenttal Business. www.aguasolara.com

  Amaranth or Kultivars. Star-up Material for young SMEs. Biogas, fertilizer & Water Plants.

  Amaranth modern prospects for an ancient crop (Nat. Acad. Press Washington DC) 1984, 43. Amaranthaceae). Ann. Bot. Fennici 33: 275-281. Pinoy, 2088. : Production Guide On

  nitrogen supply. Oecologia 72: 303 314 Hauptli

  H. 1977: Agronomic potential and breeding strategy for grain amaranths. In Maxatawny, PA, Rodale Research Center, Rodale Press, Emmaus.

  Summer pruning of apple and peach trees. Hort. Rev. 9:351-371. Mika,

  Lakso, A.N. 1980. Correlations of fisheye photography to canopy structure, light climate, and biological responses to light in apple trees. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 105(1):43-46. Marini, R.P. and J.A. Barden. 1987.

  Freitag H. 2003. : Phylogeny of Amaranthaceae and Chenopodiaceae and the evolution of C-4 photosynthesis. Int J Plant Sci.;164:959 986.

  Shiozaki. 1989. Effect of summer pruning on the next season s shoot growth of young apple trees. J. Japan. Soc. Hort. Sci. 58(3):491-497. Kadereit G, Borsch T, Weising K,

  hydroponics culture in a basic greenhouse. Revista Chapping, 74: 23-25. Kikuchi, T., T. Asada, and Y.

  esculentum Mill) growing in

  Sanchez, 1992. Response to planting distance and pruning system in tomatoes (Lycopersicon

  Hernandez, G.V.M. and D.P.

  A. 1986a. Physiological responses of fruit trees to pruning. Hort. Rev.8:337-378.

JURNAL AGRIJATI VOL 26 NO 1, AGUSTUS 2014

  leaf area index. Acta Hort. 349: 123- 127

  Sergei, L., Mosyakin and Robertson, K.R, 1996. : New infra generic taxa and combinationin amaranthus (Amaranthaceae). Am. Bot. Fennici. 33:275-281.

  Sauer, J. D. 1967b. The grain amaranths and their relatives: A revised taxonomic and geographic survey. Ann. Missouri Bot. Gard. 54: 103-137. Saure, M.C. 1990. External control of anthocyanin formation in apple.

  Sci. Hort. 42:181-218 Schupp, J.R. 1992. Effect of root pruning and summer pruning on growth, yield, quality, and fruit maturity of McIntosh apple trees.

  Acta Hort. 322:173-175. Wolf, T.K. and E.B. Poling, 1995.

  The Mid-Atlantic Winegrape Cooperative Extension Service. Taylor, B.H. and D.C. Ferree. 1986.

  The influence of summer pruning and fruit cropping on the carbohydrate, nitrogen, and nutrient composition of apple trees. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 111(3):342-346. Weber, E. 1987, : Seed source for grain amaranth, Amaranth grain production guide. Rodale Research Center, Rodale Press, Inc.

  Weaver SE & Thomas G. 1986.

  Germination responses to temperature of atrazine-resistant and -susceptible biotypes of two pigweed (Amaranthus) species.

  Weed Sci.

  34: 865 870. Wurster, R.T. and S. Nganga, 1971.

  The effect of staking and pruning on the yield and quality of fresh market tomatoes in East Africa. Acta Hort. (ISHS), 21: 110-115. Ystaas, J. 1992. Effects of summer pruning on yield, fruit size, and fruit quality of the apple cultivar Summerred . Acta Hort. 322:277-282. Zhang, Y.W., 1999. Spacing and Prunning Effect on Tomato Yield.

  AVRDC J, 156:1-5.