PERBEDAAN KEJADIAN MIOMA UTERI PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL DAN BUKAN AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KONTRASEPSI ORAL DAN BUKAN AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Yustin Kurnia

G 0007177

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

commit to user

Skripsi dengan judul : Perbedaan Kejadian Mioma Uteri pada Akseptor Kontrasepsi Oral dan Bukan Akseptor Kontrasepsi Oral

Yustin Kurnia, G0007177, Tahun 2010

Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Rabu, Tanggal 11 Agustus 2010

Pembimbing Utama

Nama : Eriana Melinawati, dr., Sp.OG(K) NIP

: 19700121 200003 2 005 (.................................)

Pembimbing Pendamping

Nama : Heru Priyanto, dr., Sp.OG(K) NIP

: 140 350 794 (.................................)

Penguji Utama

Nama : Dr. Soetrisno, dr., Sp.OG(K) NIP

: 195 30331 198 202 1 003 (.................................)

Anggota Penguji

Nama : Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes. NIP

: 19751129 200812 2 002 (.................................)

Surakarta, ..........................

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., Mkes Prof. Dr. A. A. Subiyanto, dr., MS.

NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003

commit to user

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 9 Oktober 2010

Yustin Kurnia G0007177

commit to user

vi

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Kejadian Mioma Uteri pada Akseptor Kontrasepsi Oral dan Bukan Akseptor Kontrasepsi Oral”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Pelaksanaan dalam menyusun skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat berbagai bimbingan dan bantuan, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Eriana Melinawati, dr., Sp.OG(K) selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, koreksi dan nasehat kepada penulis. 4. Heru Priyanto, dr., Sp.OG(K) selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan banyak bimbingan, dan pengarahan. 5. Dr. Soetrisno, dr., Sp.OG(K) selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan banyak saran, dan juga koreksi bagi penulis. 6. Novi Primadewi, dr., Sp.THT., M.Kes. selaku Penguji Pendamping yang telah berkenan menguji dan memberikan saran yang berarti bagi penulisan skripsi ini. 7. Mas Kidi dan seluruh Staf Skripsi Fakultas Kedokteran yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 8. Segenap Staf Obgyn RSUD Dr. Moewardi Surakarta atas bantuan selama penelitian dan penyusuna skripsi ini. 9. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Surakarta, Oktober 2010 Penulis,

Yustin Kurnia

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Usia Penderita .... 33 Tabel 2. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Paritas ................. 34 Tabel 3. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Indeks Massa

Tubuh ...................................................................................................... 34 Tabel 4. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Riwayat Keluarga .................................................................................................. 35 Tabel 5. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Usia Menarke ..... 35 Tabel 6. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama ... 36 Tabel 7. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Terapi ................. 36 Tabel 8. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Penggunaan

Kontrasepsi Oral ..................................................................................... 37

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 26 Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian............................................................. 31 Gambar 3. Grafik Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Usia

Penderita ............................................................................................. 33 Gambar 4. Grafik Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Penggunaan Kontrasepsi Oral ......................................................... 37

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Surat Ijin Penelitian Lampiran B. Data Dasar Hasil Penelitian Lampiran C. Hasil Analis Statistik dengan SPSS Versi 16 Lampiran D. Kuesioner Penelitian

commit to user iv

Yustin Kurnia, G0007177, 2010. Perbedaan Kejadian Mioma Uteri pada Akseptor Kontrasepsi Oral dan Bukan Akseptor Kontrasepsi Oral, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pada bulan April sampai dengan Mei 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 pasien ginekologi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode April- Mei 2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjadi responden. Data yang didapat dianalisis menggunakan Fisher’s exact test.

Hasil Penelitian: Setelah dilakukan penelitian pada 35 sampel, diketahui sebanyak 22 sampel (62,9%) positif menderita mioma uteri dan 13 sampel (37,1%) tidak menderita mioma uteri. Dari 22 sampel tersebut, 7 sampel (20%) merupakan akseptor kontrasepsi oral dan 15 sampel (42,9%) bukan aksepstor kontrasepsi oral. Sedangkan dari 13 sampel yang tidak menderita mioma uteri, semuanya bukan akseptor kontrasepsi oral.

Simpulan Penelitian: Ada perbedaan yang signifikan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral (p=0,031) dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,359. Hasil perhitungan rasio prevalensi (RP) diketahui RP < 1, sehingga disimpulkan risiko terjadinya mioma uteri menurun dengan penggunaan kontrasepsi oral.

Kata Kunci: mioma uteri, kontrasepsi oral

commit to user v

ABSTRACT

Yustin Kurnia, G0007177, 2010. The Difference of Uterine Myoma Case to the Acceptor of Oral Contraceptive and the Non Acceptor of Oral Contraceptive, Faculty of Medicines, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objective: The aim of this research is to find out the difference of uterine myoma case to the acceptor of oral contraceptive and the non acceptor of oral contraceptive.

Method: This method of research was the observational analysis by using cross sectional design. This research was conducted on April to May 2010 in RSUD Dr. Moewardi Surakarta. The sampling technique of this research was purposive sampling. The samples were 35 patients of gynecology in RSUD Dr. Moewardi Surakarta on April to May 2010 complying with the criteria of inclusion and exclusion for being a respondent. The obtained data was analyzed by using Fisher’s exact test.

Result: From the research, it is found that 22 of 35 samples (63,9%) is positively suffered by uterine myoma and 13 samples of them is negative from the uterine myoma. From those 22 samples, 7 samples (20%) is an acceptor of the oral contraceptive and 15 samples (42,9%) is not the acceptor of oral contraceptive. Meanwhile, the 13 samples who did not suffer from the uterine myoma is not the acceptor of oral contraceptive.

Conclusion: there is a significant difference of uterine myoma case to the acceptor of oral contraceptive and the non acceptor of oral contraceptive (p=0,031) with the contingent coefficient value is 0,359. The result of prevalence ratio (PR) calculation is known that prevalence ratio is less than 1 (PR<1), so that it can be concluded the use of oral contraceptive decreases the risk of uterine myoma.

Keywords: uterine myoma, oral contraceptive.

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid (Mansjoer et al., 2001). Mioma uteri merupakan neoplasma di bidang ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita usia reproduktif, yaitu sekitar 30% dan merupakan penyebab utama morbiditas di

bidang ginekologi (Wise et al. 1 , 2004; Walker, 2002). Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan di Surakarta, belum diketahui data yang memuat mengenai insidensi mioma uteri di Surakarta. Mioma uteri merupakan salah satu permasalahan di bidang ginekologi yang harus diperhatikan karena penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi, antara lain dapat menyebabkan perdarahan hingga anemia, infertilitas, degenerasi ganas, torsi, dan juga dapat menimbulkan komplikasi pada kehamilan (Viviroy, 2008; Wiknjosastro, 2005). Di Amerika Serikat, mioma uteri merupakan alasan utama dilakukannya histerektomi, yaitu kira-kira 200.000 pertahun (Flake et al. , 2003).

Etiologi mioma uteri sangat sedikit diketahui atau belum jelas (Wise et al. , 2004 1 ; Al-Hendy dan Salama, 2006). Namun, pertumbuhan dari tumor

commit to user

estrogen dan progesteron (Al-Hendy dan Salama, 2006). Terdapat faktor risiko terjadinya mioma uteri yang telah diketahui, antara lain usia, hormon endogen, riwayat menarke, riwayat keluarga, indeks masa tubuh, makanan, kehamilan, paritas, kontrasepsi oral, dan kebiasaan merokok.

Dari berbagai faktor risiko yang telah disebutkan di atas, terdapat faktor risiko yang mempunyai asosiasi negatif atau mempunyai efek protektif terhadap terjadinya mioma uteri, salah satunya adalah penggunaan kontrasepsi oral (Faerstein et al., 2001). Kontrasepsi oral adalah salah satu jenis kontrasepsi hormonal atau obat yang digunakan untuk mencegah kehamilan yang diminum secara oral (Evitaphani, 2009). Di Indonesia, jumlah akseptor kontrasepsi oral (pil) sebanyak 31%. Kontrasepsi oral yang paling banyak digunakan adalah kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progesteron (Sirait et al. , 2007). Faktor protektif dari kontrasepsi oral dapat menurunkan risiko kejadian mioma uteri. Sehingga, wanita yang merupakan akseptor kontrasepsi oral mempunyai risiko terkena mioma uteri lebih kecil dibandingkan dengan wanita yang bukan akseptor kontrasepsi oral. Dari uraian di atas, peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral.

commit to user

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : ”Adakah perbedaan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik sampel pasien mioma uteri berdasarkan usia penderita

b. Untuk mengetahui karakteristik sampel pasien mioma uteri berdasarkan paritas

c. Untuk mengetahui karakteristik sampel pasien mioma uteri berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)

d. Untuk mengetahui karakteristik sampel pasien mioma uteri berdasarkan riwayat keluarga

e. Untuk mengetahui karakteristik sampel pasien mioma uteri berdasarkan usia menarke

f. Untuk mengetahui karakteristik sampel pasien mioma uteri berdasarkan keluhan utama

commit to user

berdasarkan penatalaksanaan/terapi

h. Untuk mengetahui perbedaan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral serta mengetahui koefisien kontingensi dan rasio prevalensinya

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis : Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang perbedaan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral dan sebagai sumber data karakteristik sampel pasien mioma uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk tenaga medis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan edukasi pasien yang akan menggunakan kontrasepsi oral

b. Untuk peneliti, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukkan dan acuan bagi penelitian berikutnya yang berhubungan dengan kejadian mioma uteri

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Mioma Uteri

a. Pengertian Mioma Uteri

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berbatas tegas yang berasal dari otot uterus, jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid (Mansjoer et al., 2001).

b. Jenis Mioma Uteri

Klasifikasi mioma berdasarkan Price dan Wilson (2006) berdasarkan lokasinya dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Mioma intramural

Terletak di dalam dinding otot uterus dan dapat merusak bentuk rongga uterus, atau dapat pula menonjol pada permukaan luar.

2) Mioma subserosa

Terletak tepat di bawah lapisan serosa dan menonjol ke luar dari permukaan uterus. Tumor ini dapat bertangkai dan meluas ke dalam rongga panggul dan abdomen

commit to user

Terletak tepat di bawah lapisan endometrium. Tumor-tumor ini juga dapat bertangkai dan dapat menonjol ke dalam rongga uterus, melalui ostium serviks ke dalam vagina, atau keluar melalui lubang vagina.

c. Epidemiologi

Mioma uteri merupakan neoplasma di bidang ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita usia reproduktif, yaitu sekitar 30% (Wise et al. 1 , 2004). Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39%- 11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosastro, 2005).

d. Etiologi dan Patogenesis

Etiologi mioma uteri sangat sedikit diketahui atau belum jelas (Wise et al., 2004 1 ; Al-Hendy dan Salama, 2006). Namun, pertumbuhan dari tumor tersebut dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan lokal dan hormon steroid, yaitu estrogen dan progesteron (Al-Hendy dan Salama, 2006). Peningkatan estrogen dan progesteron dapat meningkatkan proses mitosis yang menyumbang pada proses pertumbuhan mioma. Selain itu, beberapa kelainan yang melibatkan kromosom 6, 7, 12, dan 14 telah dikenal pasti berkaitan dengan pertumbuhan tumor. Kelainan ini berantisipasi dan menyebabkan perubahan kariotipik yang merupakan hal yang penting dalam

commit to user

peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor (Hadibroto, 2005). Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam miometrium atau sel dari embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Dari manapun asalnya, mioma mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor tersebut dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down- regulation apoptosis dari tumor (Hadibroto, 2005).

e. Faktor Risiko

1) Usia penderita

Mioma uteri ditemukan sekitar 30% pada wanita usia reproduksi (Lauren et al., 2003). Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Wiknjosastro, 2005).

commit to user

Pertumbuhan dari mioma uteri dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan lokal dan hormon steroid, yaitu estrogen dan progesteron (Al-Hendy dan Salama, 2006).

3) Riwayat menarke

Risiko mioma uteri meningkat 25% pada wanita yang menarke pada usia kurang dari 11 tahun (Baird, 2003).

4) Riwayat Keluarga

Abnormalitas kariotip teridentifikasi kira-kira 40% pada operasi pengangkatan mioma uteri. Kemungkinan lebih dari satu jalur genetik (genetic pathways) berperan pada pertumbuhan mioma uteri (Flake et al., 2003).

5) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh mempunyai asosiasi positif dengan risiko terjadinya mioma uteri (Baird et al., 2006).

6) Makanan

Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan hubungan antara makanan dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri (Muzakir, 2008).

commit to user

Kehamilan dapat mempengaruhi mioma karena pengaruh hormon pada kehamilan yang meningkat, salah satunya estrogen, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan mioma dan dapat meningkatkan gejalanya (Somigliana et al., 2007).

8) Paritas

Dari hasil penelitian Walker et al. pada tahun 2001 dan Baird pada tahun 2003 diketahui bahwa wanita dengan nullipara mempunyai risiko terkena mioma uteri lebih tinggi dibandingkan wanita dengan multipara. Paritas menurunkan risiko terkena mioma uteri

sebesar 30% (Wise 1 , 2004).

9) Kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral mempunyai asosiasi negatif dengan peningkatan risiko kejadian mioma uteri. Hal tersebut dikarenakan mekanisme flattening out hormon ovarium dan penurunan unopposed estrogen (Faerstein et al., 2001).

10) Kebiasaan merokok Di dalam studi epidemiologi, diketahui bahwa merokok merupakan faktor protektif terhadap mioma uteri karena merokok menurunkan 20%-50% kejadian mioma uteri. Hal itu disebabkan karena rokok menimbulkan efek anti-estrogen pada hormon endogen (Houston et

al. , 2001; Wise et al. 2 , 2004).

commit to user

Sebagian besar mioma uteri adalah asimtomatik, namun sebagian memunculkan gejala yang sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan, dan komplikasi yang terjadi (Tropeano et al. , 2008). Berdasarkan Faerstein et al. (2001), gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang umumnya terjadi adalah hipermenore, menoragia, dan dapat juga terjadi metroragia.

2) Rasa nyeri

Rasa nyeri bukan gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.

3) Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung pada besar dan tempat mioma uteri. Penekanan kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

commit to user

Hubungan mioma uteri dengan infertilitas belum jelas. Namun, dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas (Hadibroto, 2005).

g. Penegakan Diagnosis

1) Anamnesis

Penderita datang dengan keluhan ada benjolan di perut bagian bawah, rasa berat, perdarahan abnormal, retensio urin, dll (Mansjoer et al., 2001).

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan bimanual didapatkan tumor padat uterus yang sering teraba berbenjol atau bertangkai. Dengan sonde didapatkan kavum uteri lebih luas (Mansjoer et al., 2001).

3) Pemeriksaan penunjang:

a) Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga

dapat dideteksi

dengan Computerized

Tomografi

Scanning (CT Scan) ataupun Magnetic Resonance Image (MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.

b) Hiteroskopi

Untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.

commit to user

Pemeriksaaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.

d) Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

e) Laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.

f) Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin. Digunakan karena bisa membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

(Muzakir, 2008)

h. Gambaran Patologi Anatomi

Gambaran histopatologi mioma uteri adalah sebagai berikut :

1) Gambaran makroskopik

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa putih, padat, berbatas tegas, dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin satu, tapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif (Kumar V. et al., 2007).

commit to user

Pada gambaran mikroskopik mioma uteri terdiri atas berkas-berkas otot polos mengikal, yang menyerupai arsitektur miometrium normal. Sel-sel terdiri atas sel otot yang uniform dengan inti bulat panjang. Mungkin juga ditemukan fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik, degenerasi kistik, dan perdarahan (Kumar V. et al., 2007).

Perubahan-perubahan sekunder pada mioma uteri berdasarkan Muzakir (2008) adalah sebagai berikut :

1) Atropi

Fibromioma menjadi kecil sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan.

2) Degenerasi hialin

Merupakan perubahan sekunder yang terjadi terutama pada penderita yang berusia lanjut, yang dapat meliputi sebagian besar atau sebagian kecil mioma uteri seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

3) Degenerasi kistik Degenerasi kistik dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi

commit to user

atau suatu kehamilan.

4) Degenerasi membatu Degenerasi membatu atau calcareous degeneration, terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

5) Degenerasi merah Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar disertai nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.

commit to user

Penatalaksanaan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor.

1) Konservatif.

Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi. Selain itu, pada penanganan konservatif ini dilakukan monitor Hb dan pemberian zat besi (Muzakir, 2008)

2) Terapi medikamentosa

Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormon (GnRH) agonis memberikan hasil untuk memperbaiki gejala- gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari suatu penelitian multisenter didapati data pada pemberian GnRH agonis selama 6 bulan pada pasien dengan mioma uteri didapati adanya pengurangan volume mioma sebesar 44% (Hadibroto, 2005).

commit to user

Suatu tindakan yang menghambat aliran darah ke uterus dengan cara memasukkan agen emboli ke arteri uterina. Dewasa ini embolisasi arteri uterina pada pasien yang menjalani pembedahan mioma. Arteri uterina yang mensuplai aliran darah ke mioma dihambat secara permanen dengan agen emboli (partikel polivinil alkohol). Dari hasil penelitian diketahui bahwa cara ini dapat mereduksi ukuran mioma uteri 50%-60% dan 85%-95% pasien terbebas dari gejala. Selain itu, dari hasil studi menyatakan bahwa embolisasi arteri uterina lebih efektif dari segi biaya dibandingkan dengan operasi (Tropeano, 2008).

4) Terapi gen

Terapi gen didefinisikan sebagai transfer rentetan DNA esensial atau terapetik ke dalam sel pasien untuk mendapatkan keuntungan klinis. Perubahan ini dapat menghasilkan meningkatkan produksi produk sel yang penting, penghambatan ekspresi gen yang bersangkutan, dan induksi respon imun serta penghancuran sel-sel yang rusak dengan kematian sel yang terprogram. Bentuk gen terapi yang paling sering adalah pembentuk, penggunaan transfer gen untuk menggantikan produk gen yang abnormal atau hilang (Al- Hendy dan Salama, 2006).

commit to user

Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia, nyeri pelvis yang hebat, ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa), gangguan buang air kecil (retensi urin), pertumbuhan mioma setelah menopause, infertilitas, meningkatnya pertumbuhan mioma.

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :

a) Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus. Miomektomi lebih sering dilakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan pada wanita yang masih ingin bereproduksi tetapi belum ada analisis pasti tentang teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan.

b) Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebagian

commit to user

berikut serviks uteri. Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.

(Muzakir, 2008)

j. Komplikasi

1) Komplikasi yang ditimbulkan mioma uteri menurut Viviroy

(2008):

a) Perdarahan sampai terjadi anemia

b) Degenerasi ganas Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari semua sarkoma uterus.

c) Torsi atau putaran tangkai Mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau terputarnya tumor (Price dan Wilson, 2006). Hal itu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.

d) Setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.

e) Perlengketan pascamiomektomi.

f) Terjadi ruptur atau robekan pada rahim.

commit to user

menurut Viviroy (2008), antara lain:

a) Sering terjadi abortus

b) Persalinan prematuritas

c) Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan

infertilitas

d) Subfertil sampai fertil dan kadang-kadang hanya

mempunyai 1 anak saja

e) Terjadi kelainan letak janin dalam rahim

f) Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir

g) Inersia uteri pada kala I dan kala II

h) Atonia uteri setelah pasca persalinan, perdarahan banyak

i) Kelainan letak plasenta j) Plasenta sukar lepas (retensio plasenta) sehingga dapat

terjadi perdarahan.

k. Prognosis

1) Kebanyakan mioma asimtomatis dan tidak memerlukan pengobatan. Pada yang mempunyai gejala, histerektomi merupakan pengobatan tuntas. Miomektomi juga memberikan hasil yang baik, dan histeroskopi miomektomi memberikan hasil yang baik pada mioma submukosal yang simtomatis.

2) Pengobatan menggunakan GnRH mengurangkan kira-kira 40%-60% ukuran tumor selepas 3 bulan pengobatan, namun

commit to user

dihentikan.

3) Mioma selalu berhenti tumbuh atau muncul setelah menopause. (Fahmi, 2009)

2. Kontrasepsi Oral

a. Definisi

Kontrasepsi oral adalah salah satu jenis kontrasepsi hormonal atau obat yang digunakan untuk mencegah kehamilan yang diminum secara oral (Evitaphani, 2009).

b. Macam-Macam Kontrasepsi Oral:

1) Kontrasepsi oral tipe kombinasi

Kontrasepsi oral kombinasi, atau biasa disebut dengan pil pengontrol kehamilan, merupakan sebuah metode pengontrol kehamilan dengan menggunakan kombinasi hormon estrogen dan progesteron (progestin) (Trussel, 2007).

Jenis kontrasepsi oral kombinasi menurut Saifudin (2006), antara lain:

a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

commit to user

mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

2) Kontrasepsi oral tipe sekuensial

Kontrasepsi ini terdiri dari estrogen saja untuk 14-16 hari. Kemudian disusul tablet kombinasi untuk 5-7 hari (Hartanto, 2003).

3) Kontrasepsi oral tipe minipil

Merupakan kontrasepsi hormonal yang microdose progestin saja, terdiri dari 21-22 tablet. Cara penggunaannya sama dengan cara tipe kombinasi, untuk penggunaan satu siklus (Hartanto, 2003; Evitaphani, 2009).

4) Kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama

Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.

c. Mekanisme Kerja

Mekanisme dasar dari pil-oral adalah meniru proses-proses alamiah. Pil-oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesterone oleh ovarium. Pil-oral akan menekan hormon ovarium

commit to user

factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal mempengaruhi:

1) Ovulasi

a) Estrogen menghambat ovulasi melalui efek pada hipotalamus, yang kemudian mengakibatkan supresi pada FSH dan LH kelenjar hipofisis.

b) Progesteron menghambat ovulasi dengan mengganggu fungsi poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan karena modifikasi dari LH dan FSH pada pertengahan siklus yang disebabkan oleh progesteron.

2) Implantasi

a) Kadar estrogen atau progesteron yang berlebihan atau kurang/inadekuat atau keseimbangan estrogen–progesteron yang tidak tepat, menyebabkan pola endometrium yang abnormal sehingga menjadi tidak baik untuk implantasi.

b) Pemberian progesteron eksogen dapat mengganggu kadar puncak FSH dan LH, sehingga meskipun terjadi ovulasi, produksi progesteron yang berkurang dari korpus luteum menyebabkan penghambatan dari implantasi.

commit to user

a) Pada percobaan binatang, transpor gamet/ovum dipercepat oleh estrogen, dan hal ini disebabkan karena efek hormonal sekresi dan peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus.

b) Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan

progesteron sebelum terjadi fertilisasi.

4) Luteolysis

a) Yaitu degenerasi dari korpus luteum, yang menyebabkan penurunan yang cepat dari produksi estrogen dan progesteron oleh

menyebabkan dilepaskannya/dibuangnya jaringan endometrium. Degenerasi dari korpus luteum menyebabkan penurunan kadar progesteron serum dan selanjutnya mencegah implantasi yang normal, merupakan efek yang mungkin disebabkan oleh pemberian estrogen dosis tinggi pasca-senggama.

b) Pemberian jangka lama progesteron menyebabkan fungsi korpus

luteum yang tidak adekuat.

5) Lendir serviks yang kental Dengan pemberian progesteron, lendir serviks menjadi kental sehingga motilitas dan daya penetrasi dari spermatozoa sangat terhambat.

(Hartanto, 2003)

commit to user

dan Bukan Akseptor Kontrasepsi Oral

Etiologi mioma uteri sangat sedikit diketahui atau belum jelas (Wise et al., 2004 1 ; Al-Hendy dan Salama, 2006). Namun, perkembangan atau pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan peningkatan paparan hormon ovarium, yaitu estrogen dan progesteron. Telah diketahui terdapat banyak faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya mioma uteri, salah satunya adalah penggunaan kontrasepsi oral. Hubungan antara risiko terjadinya mioma dengan penggunaan kontrasepsi oral sebenarnya belum jelas. Namun, dari hasil penelitian Faerstein et al. pada tahun 2001, didapatkan asosiasi negatif antara penggunaan kontrasepsi oral dengan risiko terjadinya mioma uteri. Sehingga, akseptor kontrasepsi oral mempunyai risiko terkena mioma lebih kecil jika dibandingkan dengan wanita yang bukan akseptor kontrasepsi oral. Hal tersebut akan menyebabkan perbedaan angka kejadian mioma di antara wanita yang merupakan akseptor kontrasepsi oral dan yang bukan akseptor kontrasepsi oral.

Menurunnya risiko kejadian mioma uteri oleh kontrasepsi oral diinterpretasikan karena tidak adanya paparan unopposed estrogen pada uterus dari fase proliferasi menstruasi fisiologi. Unopposed estrogen adalah estrogen tanpa progesteron atau sangat sedikit progesteron. Unopposed estrogen ini mempercepat pertumbuhan mioma uteri (Goldman, 2008). Interpretasi alternatif adalah bahwa efek perlindungan

commit to user

penggunaan kontrasepsi oral dapat menurunkan paparan miometrium dari hormon ini (Faerstein et al., 2001). Telah diketahui bahwa terjadinya mioma uteri dimulai dari mutasi somatik miosit normal. Terjadinya proses mitotik tersebut dipacu oleh hormon ovarium, yaitu estrogen dan progesteron. Dengan menurunnya paparan hormon ovarium karena flattening out hormon ovarium dan penurunan unopposed estrogen pada miometrium, maka proses mutasi somatik miosit normal menjadi berkurang. Sehingga, risiko terjadinya mioma uteri juga menurun.

commit to user

C. Hipotesis

Ada perbedaan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Kontrasepsi Oral

↓ Unopposed estrogen

↓ Paparan hormon

ovarium pada

miometrium

↓ Mutasi somatik

↓ Miosit normal yang

bermutasi

↓ Mioma uteri

Variabel luar: genetis, hormon endogen, makanan

Flattening out hormon ovarium

commit to user

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini sering juga disebut penelitian transversal sebab variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2004).

B. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi Jalan Kolonel Sutarto no: 132 Surakarta. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010.

C. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien Ginekologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode April-Mei 2010.

D. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel dalam penelitian ini adalah Pasien Ginekologi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode April-Mei 2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjadi responden. Teknik sampling penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

commit to user

Besar sampel pada penelitian cross sectional diperoleh dengan menggunakan rumus: (Arief, 2004)

n= Z α 2 . p. q

Keterangan: p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada

populasi q : 1-p Z α : nilai statistik Z α pada kurve normal standar pada tingkat

kemaknaan

d : presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi

populasi Pada penelitian ini, peneliti memperkirakan p sebesar 10% dan taraf kesalahan yang ditentukan adalah 5%. Maka, dengan rumus di atas, jumlah sampel minimal dalam penelitian ini diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

n= Z α 2 . p. q

= (1,96) 2 . 0,1. 0,9

(0,1) 2

= 34,57 ≈ 35

commit to user

subjek.

F. Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi :

a. Pasien Ginekologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode April-

Mei 2010 yang menderita tumor jinak ginekologi

b. Pasien berumur lebih dari 30 tahun

c. Pasien menarke pada usia > 11 tahun

d. Pasien bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi :

a. Penderita dengan diagnosis ganda

b. Akseptor kontrasepsi suntik 1 bulanan

c. Pasien sedang hamil

d. Pasien merokok

e. Pasien obesitas (IMT > 25)

f. Pasien nullipara

g. Pasien menopause

G. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

: akseptor kontrasepsi oral

2. Variabel terikat

: mioma uteri

3. Variabel luar : genetis, hormon endogen, dan makanan

commit to user

Mioma uteri

: skala nominal

Akseptor kontrasepsi oral

: skala nominal

I. Definisi Operasional

1. Mioma uteri Mioma uteri merupakan variabel terikat. Yang dimaksud mioma uteri dalam penelitian ini adalah seorang wanita yang telah didiagnosis oleh dokter menderita mioma uteri di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan April-Mei 2010. Variabel terikat ini dikategorikan menjadi:

a. Ya, hasil diagnosis positif mioma uteri/penderita mioma uteri

b. Tidak, bukan penderita mioma uteri

2. Akseptor kontrasepsi oral Akseptor kontrasepsi oral merupakan variabel bebas. Yang dimaksud akseptor kontrasepsi oral dalam penelitian ini adalah wanita yang menggunakan alat kontrasepsi berupa pil oral kombinasi. Sedangkan yang dimaksud bukan akseptor kontrasepsi oral adalah wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral kombinasi atau menggunakan kontrasepsi selain kontrasepsi oral kombinasi (kecuali akseptor kontrasepsi suntik 1 bulanan). Variabel bebas ini dikategorikan menjadi:

a. Ya, saat ini merupakan akseptor kontrasepsi oral.

b. Tidak, saat ini bukan akseptor kontrasepsi oral.

commit to user

K. Instrumentasi Penelitian

1. Rekam medis pasien

2. Cek list (kuesioner)

Kontrasepsi oral (-)

Wanita dengan tumor

jinak ginekologi di RSUD Dr. Moewardi

Mioma uteri (+)

Mioma uteri (-)

Kontrasepsi oral (+)

Kontrasepsi

oral (-)

Kontrasepsi

oral (+)

Analisis Data

Uji Fisher’s

exact test

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian

commit to user

1. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner dan data sekunder dari rekam medis. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan April-Mei 2010. Data sekunder diambil dengan melihat rekam medik pasien mioma uteri April-Mei 2010.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Peneliti mengajukan ijin pada Direktur RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

b. Setelah mendapatkan ijin, peneliti melakukan penelitian dengan wawancara kepada subjek dan mengisi cek list berdasarkan keterangan dari subjek.

c. Selain itu, peneliti juga mengamati rekam medik pasien mioma uteri

sebagai data sekunder.

M. Analisis Data

Data mengenai variabel-variabel yang diteliti yaitu kejadian mioma uteri dan akseptor kontrasepsi oral ditampilkan secara deskriptif dengan persen. Pengujian hipotesis untuk mengetahui hubungan antara kejadian mioma uteri dengan penggunaan kontrasepsi oral digunakan uji Fisher’s exact test dengan taraf kesalahan 5%. Analisis data tersebut menggunakan program komputer SPSS 16.

commit to user

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan April hingga Mei 2010. Sampel penelitian berjumlah 35 orang yang terdiri dari 22 orang pasien mioma uteri dan 13 orang pasien bukan penderita mioma uteri. Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Usia Penderita

Usia (th)

Jumlah Kejadian

Persen (%) 30-40

30-40 th 40-50 th > 50 th

Usia Penderita

Mioma Uteri +

Gambar 3. Grafik Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Usia

Penderita

commit to user

30-40 tahun sebanyak 3 orang (13,64%), berusia 40-50 tahun sebanyak 18 orang (81,81%), dan yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 1 orang (4,55 %).

Tabel 2. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Paritas Paritas

Jumlah Kejadian

Persen (%) Primipara

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 22 sampel pasien mioma, semua sampel multipara (100%).

Tabel 3. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

IMT

Jumlah Kejadian

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 22 sampel pasien mioma, semua sampel mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 18-25 (100%).

commit to user

Riwayat Keluarga Mioma Uteri Jumlah Kejadian Persen (%) Ya

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 22 sampel pasien mioma, semua sampel (100%) tidak ada yang mempunyai riwayat keluarga yang menderita mioma uteri.

Tabel 5. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Usia Menarke

Usia Menarke (th)

Jumlah Kejadian

Persen (%) 11-14

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 22 sampel pasien mioma, sebanyak 15 orang (68,18%) menarke pada usia lebih dari 14 tahun dan sebanyak 7 orang (31,82%) menarke pada usia antara 11-14 tahun.

commit to user

Keluhan Utama Jumlah Kejadian Persen (%) Massa di abdomen

15 68,18

Perdarahan abnormal

6 27,27

Nyeri abdomen

1 4,55

Efek tekanan

Infertilitas dan abortus

Jumlah

22 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 22 sampel pasien mioma, keluhan utama yang paling banyak adalah massa di abdomen, yaitu sebanyak 15 orang (68,18%), selanjutnya perdarahan abnormal sebanyak 6 orang (27,27%), dan nyeri abdomen sebanyak 1 orang (4,55%).

Tabel 7. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Terapi Terapi

Jumlah Kejadian

Persen (%) Observasi

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 22 sampel pasien mioma, sebanyak 4 orang (18,2%) menjalani terapi mioma uteri dengan observasi, sedangkan pasien

commit to user

orang (40,9%).

Tabel 8. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Penggunaan

Kontrasepsi Oral Kriteria

Kontrasepsi Oral (+) Kontrasepsi Oral (-) Jumlah Mioma

7 (20%)

15 (42,9%)

22 (62,9%) Tidak Mioma

Mioma Uteri + Mioma Uteri -

Kontrasepsi Oral - Kontrasepsi Oral +

Tabel 8 dan grafik 4 menunjukkan bahwa jumlah sampel pasien yang menderita mioma uteri sebanyak 22 orang (62,9%) yang terdiri dari 7 orang yang menggunakan kontrasepsi oral (20% dari total sampel) dan 15 orang yang tidak memakai kontrasepsi oral (42,9% dari total sampel). Sedangkan sampel yang

Gambar 4. Grafik Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan

Penggunaan Kontrasepsi Oral

commit to user

menggunakan kontrasepsi oral. Data hasil penelitian diolah dengan SPSS 16. Hasil analisis Fisher’s exact test menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna/ signifikan secara statistik kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral dengan p=0,031 (p<0,05). Hasil analisis koefisien kontingensi diperoleh nilai sebesar 0,359 atau 35,9%. Rasio prevalensi pada penelitian ini adalah 0,682 (RP<1) dengan interval kepercayaan 95% antara 0,513-0,907. Sehingga, dapat dinyatakan bahwa risiko mioma uteri menurun dengan penggunaan kontrasepsi oral.

commit to user

PEMBAHASAN

Penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral.

A. Hasil Penelitian

Jumlah responden yang didapatkan pada penelitian ini 47 orang. Namun, responden yang memenuhi kriteria restriksi sebagai sampel pada penelitian ini berjumlah 35 sampel yang terdiri dari 22 kasus positif menderita mioma uteri (62,9%) dan 13 kasus yang tidak menderita mioma uteri (37,1%). Dari 22 kasus positif mioma uteri tersebut, diketahui sebanyak

7 orang yang menggunakan kontrasepsi oral (20% dari total sampel) dan 15 orang yang tidak menggunakan kontrasepsi oral (42,9% dari total sampel). Sedangkan dari 13 kasus yang bukan penderita mioma uteri, semuanya tidak menggunakan kontrasepsi oral (37,1%).

Pada penelitian ini, akan dibahas mengenai distribusi sampel pasien mioma uteri dan perbedaan kejadian mioma uteri pada akseptor kontrasepsi oral dan bukan akseptor kontrasepsi oral.

commit to user

Dari gambar 3, dapat dilihat pola angka kejadian mioma uteri berdasarkan umur. Kejadian mioma uteri sedikit terjadi pada usia 30-40 tahun, lalu meningkat secara tajam pada usia antara 40-50 tahun atau pada usia premenopause, dan menurun secara tajam pada usia >50 tahun atau pada usia-usia menopause. Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah distribusi sampel berusia antara 30-40 tahun sebanyak 3 orang (13,64%), sampel yang berusia 40-50 tahun atau pada usia premenopause sebanyak

18 orang (81,81%), dan yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 1 orang (4,55 %). Hal ini sesuai dengan penelitian Chen et al. (2001) yang menyatakan bahwa kejadian mioma uteri paling banyak pada wanita usia di atas 40 tahun atau pada saat usia premenopause. Dan angka kejadian mioma uteri akan menurun pada usia menopause karena menurunnya produksi hormon estrogen.

2. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Paritas

Dari tabel 2, didapatan data bahwa keseluruhan sampel pasien mioma uteri (100%) adalah multipara. Data ini tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan pasien mioma uteri lebih banyak pada multipara daripada primipara. Penelitian Muzakir di RSUD Arifin Ahmad, didapatkan data sebagian besar sampel adalah multipara, yaitu 84% sedangkan pasien primipara hanya berjumlah 16%. Sedangkan penelitian Marino et al. (2004), didapatkan data jumlah

commit to user

primipara.

3. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan IMT

Dari tabel 3, distribusi sampel pasien mioma uteri berdasarkan indeks massa tubuh atau IMT didapatkan data 100% atau keseluruhan sampel mempunyai IMT antara 18-25. Indeks massa tubuh mempunyai asosiasi positif dengan risiko terjadinya mioma uteri (Baird et al., 2006). Semakin besar IMT, angka kejadian mioma uteri semakin meningkat. Hal ini mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatease di jaringan lemak. Hasilnya, terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh, sehingga paparan hormon estrogen pada miometrium semakin besar dan prevalensi terjadinya mioma uteri akan meningkat (Parker, 2007).

4. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Riwayat Keluarga

Dari tabel 4, distribusi sampel pasien mioma uteri berdasarkan riwayat keluarga, diperoleh hasil 100% sampel tidak mempunyai riwayat keluarga yang menderita mioma uteri. Wanita yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri, mempunyai faktor risiko yang lebih besar menderita mioma uteri dibandingkan wanita yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Muzakir, 2008).

5. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri BerdasarkanUsia Menarke

commit to user