Kerjasama Antar Daerah untuk Meningkatka

KERJASAMA ANTARDAERAH UNTUK MENINGKATKAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK DI KAWASAN PERBATASAN ¹

Andi Wahyudi & Maria AP. Sari Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III,

Lembaga Administrasi Negara Jl. HM. Ardans, SH. (Ring Road III) Samarinda Email: awahyudi2@yahoo.co.id, sari_anur@yahoo.com

Abstract

This study is aimed to identify regional cooperation models which are implemented by district governments within the framework of regional development, to conduct public service in the border zone, and to evaluate the effectivity of regional cooperation in achieving its goals. This study combines two research methods, i.e. descriptive analysis method with qualitative approach, and evaluation method with formal evaluation approach. Data are collected by conducting Focus Group Discussion (FGD) and supported by secondary data. Results of this study are: (1) implementation of regional cooperation among district governments in East Java and Central Java border zone is applied into regional cooperation boards (BKAD); (2) mutual interest to develop and togetherness in solving problems are basic reasons to make a regional cooperation agreement; (3) regional cooperation effectivity of the border zone is still low, due to sinergity and sincronising problems in development planning among district governments, so they affect cooperation implementation when it comes to technical operational aspects in the sectoral level.

Keywords: regional cooperation, public service, regional development,

border zone.

Intisari

Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi model kerjasama yang diterapkan oleh kabupaten dalam rangka pembangunan daerah dan pelayanan publik di kawasan perbatasan serta mengevaluasi sejauh mana efektivitas kerjasama itu dibandingkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Studi ini menggunakan perpaduan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode evaluasi dengan pendekatan evaluasi formal. Data dikumpulkan melalui FGD dan data- data sekunder. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa (1) praktek

¹ Naskah diterima: 14 Oktober 2011, revisi: 26 November 2011.

283 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 283 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011

Kata kunci: kerjasama antar daerah, pelayanan publik, pembangunan

daerah, kawasan perbatasan.

A. PENDAHULUAN

mobilitas masyarakat juga menjadi Setiap daerah pada dasarnya

lebih mudah. Sehingga masyarakat memiliki potensi dan keterbatasan

memiliki banyak pilihan dalam masing-masing. Keterbatasan

memenuhi kebutuhannya. Namun bagi pemerintah daerah dalam

masyarakat di kawasan perdesaan atau melaksanakan pembangunan dan

yang jauh dari dari kota dan akses yang memberikan pelayanan publik yang

terbatas maka pelayanan publik menjangkau seluruh masyarakat

menjadi sesuatu yang mahal. berpotensi menyebabkan ketimpangan pemerataan hasil pembangunan dan

Sedangkan di kawasan pelayanan publik. Tidak jarang

perbatasan yang sudah relatif dekat masyarakat lebih dekat dan lebih

bahkan menjadi pusat perkotaan yang mudah mengakses daerah lain daripada

telah memiliki prasarana infrastruktur ke ibukotanya sendiri, sehingga

yang lebih bagus serta berbagai berbagai kebutuhan dasarnya

kemudahan ternyata masih menyisakan seringkali juga terpenuhi dari daerah

persoalan lain, walaupun akses dan tetangganya. Dalam rangka

mobilitas masyarakat juga lebih pengembangan kawasan tersebut maka

mudah, dan masyarakat memiliki kerjasama antardaerah (KAD) yang

banyak pilihan dalam memenuhi berbatasan merupakan suatu kebutuhan

kebutuhannya.

untuk menutup keterbatasan yang dimiliki dalam rangka pemerataan hasil

Penelitian yang berkaitan pembangunan dan meningkatkan

dengan persoalan di kawasan pelayanan publik.

perbatasan antardaerah pernah dilakukan oleh Badan Penelitian dan

Di kawasan perkotaan yang Pengembangan (Balitbang) Provinsi telah memiliki prasarana infrastruktur

Jatim bekerja sama dengan Lembaga yang lebih bagus serta berbagai

Penelitian Universitas Airlangga kemudahan maka hal ini tidak terlalu 2 Surabaya. Penelitian tentang

menjadi persoalan, karena akses dan

2 Anonim, 2004, Ringkasan Eksekutif Penelitian tentang Permasalahan Wilayah Perbatasan Kabupaten / Kota di Jawa Timur, Surabaya: Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Lembaga

Penelitian Universitas Airlangga.

Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 284

Permasalahan Wilayah Perbatasan pusat pertumbuhan di wilayah Kabupaten/Kota di Jatim mengambil

perbatasan tersebut berdampak lokus di kawasan perbatasan Kota

terhadap kurangnya penataan dan Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo,

pengembangan wilayah perbatasan; menemukan berbagai persoalan di

2. Munculnya berbagai permasalahan kawasan perbatasan tersebut.

di kawasan perbatasan, dalam dimensi sosial seperti urbanisasi,

Kawasan perbatasan Kota tumbuhnya banyak PKL, serta Surabaya dan Kabupaten Sidorarjo

permukiman padat. Dari dimensi secara fisik merupakan kawasan

ekonomi muncul permasalahan perkotaan, dimana banyak terdapat

padatnya lahan industri, persoalan pusat industri dan aktivitas

perburuhan, berkurangnya lahan perdagangan, serta komunitas

pertanian. Kemudan dari dimensi penduduk yang padat. Di sekitar

lingkungan muncul permasalahan perbatasan ini terdapat kawasan

banjir, permasalahan saluran industri, di antaranya adalah Kawasan

air/sungai, sampah dan limbah Industri Rungkut (Surabaya Industrial

industri, serta pencemaran udara; Estate Rungkut) yang masuk wilayah

3. Pembangunan wilayah perbatasan Kota Surabaya. Di kawasan perbatasan

selama ini masih belum ini juga terdapat Terminal Purabaya di

diorientasikan untuk melengkapi Bungurasih, sebuah terminal angkutan

kekurangan pembangunan di pusat darat yang menampung moda

kota;

4. Ketimpangan pengelolaan dan antar provinsi, yang masuk di wilayah

transportasi dalam kota, antar kota dan

pembangunan wilayah perbatasan Kabupaten Sidoarjo. Tidak jauh dari

berpotensi menyulut konflik antar tempat ini terdapat Bandara

pemerintah daerah yang berbatasan; Internasional Juanda, yang masuk

5. Konflik antardaerah perbatasan wilayah Kabupaten Sidoarjo. Di

berpotensi terjadi karena distribusi kawasan tersebut juga terdapat fasilitas

bagi hasil yang tidak merata, jalan tol yang menghubungakan

maupun perbedaan kebijakan tata wilayah Kabupaten Sidorajo dan Kota

ruang masing-masing daerah di Surabaya, serta berbagai fasilitas

kawasan tersebut. perdagangan. Keterbatasan daerah juga Melihat realitas fisik tersebut

dimiliki oleh DKI Jakarta. Karena maka tidak terdapat kesulitas akses

wilayahnya yang sudah padat dengan masyarakat terhadap fasilitas

wilayah permukiman, industri, transportasi dan perekonomian secara

perdagangan, serta sebagai pusat umum untuk memenuhi kebutuhan

pemerintahan maka DKI Jakarta sehari-hari. Namun ternyata persoalan

memerlukan Bekasi (Jawa Barat) lain muncul di kawasan tersebut. Hasil

sebagai tempat pengelohan sampah penelitian ini menyimpulkan bahwa

terpadu (TPST). Bahkan Pemerintah berbagai permasalahan yang muncul di

DKI Jakarta masih merasa perlu kawasan perbatasan tersebut yaitu:

menjalin kerjasama dengan Kabupaten

1. Akumulasi pembangunan di pusat- Tangerang (Banten) untuk membangun

285 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011

TPST serupa. Tanpa kerjasama dengan 3 Bekasi dan Tangerang maka sulit bagi

Pemerintah DKI Jakarta untuk menampung dan mengolah sampah di wilayahnya sendiri yang dihasilkan oleh warganya.

Jauh dari keramaian kota, keterbatan yang terjadi di kawasan perdesaan memiliki karakteristik yang berbeda. Secara umum, kondisi perdesaan dicirikan oleh minimnya prasarana infrastruktur, sarana transportasi dan akses terhadap pelayanan publik dibandingkan dengan kawasan perkotaan. Oleh karena itu, kawasan perbatasan antardaerah yang berada di perdesaan memiliki permasalahan yang berbeda pula.

Persoalan di kawasan perbatasan yang memiliki karakteristik perdesaan diungkap oleh Siti Zakiyah. Bahwa kondisi umum wilayah perbatasan ini masih terkendala adanya service gap (kesenjangan pelayanan) dimana banyak fungsi pelayanan belum bisa dilaksanakan karena belum adanya lembaga yang menangani. Selain itu, lembaga yang sudah ada masih belum cukup efektif dalam menjalankan tugasnya melayani masyarakat di kawasan perbatasan, sehingga diperlukan penataan kelembagaan untuk menangani wilayah perbatasan dalam rangka percepatan pembangunan dan peningkatan pelayanan publik. 4

Kawasan perbatasan antara Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Tengah (Jateng) merupakan salah satu contoh

kawasan perbatasan yang secara umum memiliki karakteristik perdesaan. Di k a w a s a n t e r s e b u t t e r d a p a t 11 kabupaten. Enam kabupaten masuk wilayah Provinsi Jatim, yaitu Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Magetan, Ponorogo, dan Pacitan. Dan lima kabupaten masuk dalam wilayah Provinsi Jateng, yaitu Rembang, Blora, Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri.

Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi apa dan bagaimana praktek kerjasama antardaerah serta mengevaluasi sejauh mana efektivitas kerjasama tersebut dalam rangka memecahkan persoalan pembangunan dan pelayanan publik di kawasan perbatasan antardaerah serta manfaat yang bisa diperoleh dari kerjasama tersebut, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sampel diambil dari praktek kerjasama yang dilaksanakan antara pemerintah daerah di kawasan perbatasan Jatim dan Jateng. Dari praktek kerjasama di kawasan tersebut diharapkan ada nilai positif yang bisa menjadi contoh bagi daerah lain untuk memenuhi kebutuhan daerah dan masyarakat di kawasan perbatasan, terutama yang berkaitan dengan tugas pemerintah daerah dalam pembangunan dan pelayanan publik.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan perpaduan metode deskriptif dan metode evaluasi. Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif memaparkan berbagai data, informasi dan fenomena yang ada berkaitan dengan kerjasama antardaerah di lokus

3 http://nasional.kompas.com/read/2009/04/03/09111381 diunduh 11 Oktober 2011 4 Siti Zakiyah, Kinerja Pelayanan Publik dan Kebutuhan Penataan Kelembagaan Pengelolaan Wilayah Perbatasan

di Kalimantan, dalam Jurnal Borneo Adminsitrator Vol. 3, No. 1/2007, hal. 760-761.

Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 286 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 286

C. TINJAUAN PUSTAKA

menitikberatkan kreatifitas berpikir Beberapa studi atau penelitian peneliti sebagai alat untuk mengolah

yang berkaitan dengan kerjasama data-data, baik data-data kualitatif

antardaerah telah dilakukan. Antara maupun data-data kuantitatif. 6 lain oleh tim peneliti PKP2A I LAN.

Penelitian yang berjudul Hubungan Metode evaluasi dalam

Kerjasama Pembangunan antar Daerah penelitian ini digunakan pendekatan

ini mengambil lokus di pemerintah evaluasi formal. Menurut William N.

daerah kabupaten/kota di beberapa Dunn, evaluasi formal merupakan

provinsi yaitu Kota Menado (Sulut), pendekatan yang menggunakan

Kota Pontianak (Kalbar), Kota Cirebon metode deskriptif untuk menghasilkan

(Jabar), Kota Jambi (Jambi), Kota informasi yang valid dan cepat

Palembang (Sumsel), Kota Semarang dipercaya mengenai hasil-hasil

(Jateng), Kabupaten Madiun (Jatim), kebijakan atas dasar tujuan dan sasaran

dan Kabupaten Badung (Bali). program kebijakan yang telah

diinformasikan secara formal kepada Penelitian ini bertujuan publik. Tujuan dan sasaran tersebut

mengidentifikasi model-model bisa dilacak dari berbagai peraturan

kerjasama antardaerah yang dapat perundangan, dokumen-dokumen

dikembangkan dalam rangka program serta wawancara dengan

meningkatkan pembangunan dan pihak yang terlibat dalam pembuatan

pelayanan publik. Hasil penelitian ini kebijakan dan administrator. 5 menyimpulkan 6 (enam) model yang

bisa dikembangkan dalam Pengumpulan data dilakukan

penyelenggaraan kerjasama melalui diskusi terbatas dalam forum

antardaerah, yaitu: FGD (focus Group discussion) yang

1. K e r j a s a m a u s a h a d e n g a n melibatkan para pejabat di lingkungan

membentuk kelembagaan baru; Pemerintah Provinsi Jatim dan pakar

2. Kerjasama usaha tanpa membentuk dari perguruan tinggi. Serta didukung

kelembagaan baru; dengan data-data sekunder yang

3. Kerjasama non usaha dengan berkaitan dengan topik penelitian.

membentuk kelembagaan baru; Pengambilan kesimpulan dilakukan

4. Kerjasama non usaha tanpa deng an metode ind uks i, y aitu

membentuk kelembagaan baru penarikan kesimpulan dari fenomena

(fasilitasi pengembangan ekonomi khusus yang ada di beberapa daerah

masyarakat); lokus kemudian dilakukan generalisasi

5. K e r j a s a m a b a n t u a n t e k n i s untuk menilai praktek kerjasama

(technical assistance); antardaerah kawasan perbatasan

6. Kerjasama kepanitiaan bersifat ad- tersebut secara umum.

hoc.

5 Lihat William N. Dunn, 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gama Press , (Terj.), hal. 612- 6 615, edisi kedua. Joni Dawud, et. al., 2003, Hubungan Kerjasama Pembangunan Antar Daerah, Bandung: PKDA I LAN, hal. 126- 146

287 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011

Direktorat Kerjasama tentang pengelolaan dan penataan Pembangunan Sektoral dan Daerah -

KTNGM. Sedangkan pada FKPEB Bappenas melakukan studi dengan

yang melibatkan berbagai stakeholder judul Pengembangan Kerjasama

meliputi pemerintah daerah, Pembangunan Sektoral dan Daerah:

masyarakat, dan swasta. FKPEB Persoalan dan Peluangnya. Studi ini 7 berperan sebagai fasilitator kelompok

menggunakan metode eksplorasi produsen (petani, nelayan dan konsep dan desk study, eksplorasi

pengrajin) dalam mempengaruhi empiris, pengolahan data dan analisis,

proses pembuatan kebijakan agar serta melakukan pendalaman kasus

berpihak kepada pengembangan kerjasama pembangunan sektoral dan

ekonomi lokal, serta memfasilitasi daerah di lapangan, dengan mengambil

peningkatan kompetensi para produsen lokus/sampel kawasan Merapi

agar produknya mampu bersaing di Yo g y a k a r t a , F o r u m K e m i t r a a n

pasar nasional dan internasional. Pembangunan Ekonomi Bali, kawasan Joglo-Semar (Yogyakarta, Solo, dan

Kedua, kerjasama antardaerah Semarang), serta pengembangan

teridenfikasi ada empat kerjasama di kawasan Pawonsari yang melibatkan

beberapa daerah yang melibatkan Kabupaten Pacitan, Wonogiri dan

pemerintah kabupaten/kota dan Wonosari.

provinsi baik dalam lingkup satu provinsi maupun lintas provinsi. Yaitu

Penelitian ini mengidentifikasi (1) pengembangan kawasan segitiga pola kerjasama pembangunan yang

Joglosemar (Jogja, Solo, dan dilakukan oleh pemerintah daerah

Semarang) yang awalnya justru menjadi dua yaitu kerjasama antar

diinisiasi oleh swasta; (2) sektor pada daerah tertentu, dan

pengembangan kawasan Pawonsari kerjasama antardaerah. Pertama,

(Pacitan, Wonogiri, dan Wonosari) kerjasama antar sektor pada daerah

yang meliputi tiga provinsi yaitu Jatim, tertentu terlihat dari dua contoh

Jateng dan Yogyakarta untuk bersama- kerjasama yang terjadi di Kawasan

sama mengembangkan potensi dan Taman Nasional Gunung Merapi

memecahkan permasalahan bersama di (KTNGM) dan Forum Kemitraan

kawasan tersebut; (3) kerjasama Pembangunan Ekonomi Bali

Kabupaten Badung dan Kota Denpasar (FKPEB). Pada KTNGM di Provinsi

dalam pengelolaan pajak hotel dan

D a e r a h I s t i m e w a Yo g y a k a r t a , restoran; (4) pengelolaan program keterlibatan berbagai sektor

transmigrasi di Kalimantan Timur pemerintah seperti Dinas Kehutanan,

bekerjasama dengan pemerintah Dinas Pariwisata, Bappeda, mulai level

daerah pengirim transmigran seperti pemerintah provinsi hingga pemerintah

Jawa Barat, Jatim, dan Bali. kabupaten bahkan sampai tingkat desa dalam mengurus penetapan status

Penelitian ini menyimpulkan hukum dan membuat perencanaan

beberapa hal yaitu pertama,

7 Antonius Tarigan, Kerjasama Antar Daerah (KAD) Untuk Peningkatan Penyelenggaraan Pelayanan Publik Dan Daya Saing Wilayah, dalam http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=161, diunduh 25

Januari 2011.

Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 288 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 288

antar provinsi (Jatim dan Jateng) bagi dilakukan berdasarkan pokok

peningkatan pembangunan daerah dan persoalan yang sedang berkembang,

pelayanan publik di kawasan tersebut. seperti soal sektoral, eksternalitas daerah otonom dan fungsi

D. L A N D A S A N T E O R I D A N

interdependen antardaerah. Kedua,

KEBIJAKAN

tanggapan yang muncul atas pokok Urgensi pelaksanaan kerjasama persoalan tersebut di antaranya: (1)

antar pemerintah daerah didasarkan monitoring perkembangan sektoral dan

atas beberapa pertimbangan yang daerah; (2) analisis kebutuhan

rasional untuk kemajuan bersama dan kerjasama sektoral dan daerah. Ketiga,

karena masing-masing daerah saling berbagai bentuk potensi yang dapat

memerlukan. Yeremias T. Keban 8 dimanfaatkan dalam pelaksanaan

memaparkan setidaknya ada tujuh KPSD antara lain adalah: (1) alasan mengapa pemeritah daerah perlu keterlibatan pihak swasta; (2) menjalin kerjasama dengan pemerintah kesadaran untuk saling bekerja sama; daerah lain, yaitu: (3) inisiator kerjasama sektor dan

1. Pihak-pihak yang bekerjasama daerah. Keempat, terdapat kendala

dapat membentuk kekuatan yang pelaksanaan dan pengembangan lebih besar. Keterbatasan daerah KPSD, yakni: (1) perbedaan bisa tertutup oleh potensi yang kepentingan dan prioritas; (2) besarnya

dimiliki daerah lain, sehingga harapan terhadap pemerintah pusat; (3)

potensi atau kekuatan masing- kuatnya peran pemerintah pusat; (4)

masing daerah dapat disinergikan permasalahan dana; dan (5) dokumen untuk menghadapi ancaman legalitas sebagai payung kerja sama. lingkungan atau permasalahan yang

sulit apabila ditangani sendiri oleh Dari uraian dua penelitian di atas

satu daerah;

terlihat bahwa kedua penelitian

2. Pihak-pihak yang bekerjasama tersebut mengidentifikasi pola-pola

dapat mencapai kemajuan yang hubungan kerjasama antardaerah, lebih tinggi. Terbuka peluang untuk kendala yang dihadapi, dan model transfer kepandaian, ketrampilan, hubungan kerjasama yang berpotensi

dan informasi masing-masing atau bisa diterapkan oleh pemerintah

daerah, sehingga bisa memajukan daerah sebagai alternatif bentuk

atau mengembangkan dirinya dari kerjasama. Sedangkan dalam tulisan hasil belajar bersama; ini, penulis tidak hanya

3. Pihak-pihak yang bekerjasama mengidentifikasi praktek hubungan dapat lebih berdaya. Kerjasama kerjasama sama antar daerah, tetapi menghasilkan posisi tawar yang juga menilai sejauh mana efektivitas lebih tinggi dalam rangka praktek atau model kerjasama yang memperjuangkan kepentingannya telah dilakukan oleh pemerintah daerah

8 Yeremias T. Keban, 2009, Kerjasama Antar Pemerintah Daerah dalam Era Otonomi: Isu, Strategis, Bentuk dan Prinsip, Dapat dibuka di situs: http://www.bappenas.go.id/node/48/2258/kerjasama-antar-pemerintah-daerah-

dalam-era-otonomi-oleh-yeremias-t-keban-/, diunduh 25 Januari 2011.

289 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 289 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011

3. Penanganan Tata Ruang; lebih tinggi;

4. Penanggulangan Bencana dan

4. Pihak-pihak yang bekerjasama Penanganan Potensi Konflik; dapat memperkecil atau mencegah

5. Penanganan Kemiskinan dan konflik. Kerjasama berpotensi

Pengurangan Disparitas Wilayah; meningkatkan pengertian dan

6. Peningkatan peran Provinsi sebagai saling membantu masing-masing

fasilitator dan katalisator kerjasama pihak, daerah-daerah yang semula

antardaerah.

bersaing ketat atau sudah terlibat konflik, dapat bersikap lebih toleran

Oleh karena itu, kerjasama dan berusaha mengambil manfaat

antardaerah bisa diterapkan untuk atau belajar dari konflik tersebut;

berbagai isu strategis dan urgen yang

5. M a s i n g - m a s i n g p i h a k l e b i h 10 ada di daerah. Gary D. Taylor merinci merasakan keadilan. Kerjasama

beberapa kemungkinan bentuk yang membuka transparansi antardaerah

bisa diwujudkan dalam kerjasama karena masing-masing memiliki

antardaerah, yaitu: akses yang sama terhadap informasi

1. Handshake Agreement, kerjasama yang dibuat atau digunakan;

antardaerah tanpa dokumen

6. M a s i n g - m a s i n g p i h a k y a n g perjanjian formal. Bentuk bekerjasama akan memelihara

kerjasama didasarkan pada keberlanjutan penanganan bidang-

komitmen dan kepercayaan yang bidang yang dikerjasamakan. Hal

tinggi secara politis antardaerah ini terutama jika pelaksanaan

yang terkait.

kerjasama telah memberikan

2. Fee for service contracts (service manfaat bagi masing-masing

agreements). Wujud kerjasama ini daerah, sehingga sangat terbuka

dimana satu daerah “menjual” satu peluang untuk dilakukan secara

bentuk pelayanan publik atau berkelanjutan;

melayani masyarakat dari daerah

7. Kerjasama dapat menghilangkan lain. Misalnya fasilitas pendidikan, ego daerah. Masing-masing daerah

kesehatan, air bersih, listrik, dan bisa mengurangi ego kedaerahan,

sebagainya, dengan sistem untuk mewujudkan visi memajukan

kompensasi (harga) dan jangka daerah secara bersama-sama.

waktu yang disepakati bersama.

3. Joint Agreements (pengusahaan Beberapa isu strategis yang

bersama). Diperlukan keterlibatan selama ini berpotensi untuk

masing-masing daerah dalam dikerjasamakan antarpemerintah

penyediaan atau pengelolaan daerah diungkapan oleh Antonius

pelayanan publik yang dilakukan Tarigan di antaranya adalah: 9 secara bersama-sama.

1. Peningkatan Pelayanan Publik;2

4. J o i n t l y - f o r m e d a u t h o r i t i e s

2. Pengelolaan Kawasan Perbatasan; (pembentukan otoritas bersama).

10 Antonius Tarigan, op. cit. 11 Gary D. Taylor, sebagaimana dikutip oleh Antonius Tarigan, op. cit. Lihat Denhardt, Janet V. dan Robert B. Denhardt, 2007, The New Public Service: Serving, Not Steering. M.E.

Sharpe, Inc., New York, hal 42-43.

Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 290

Masing-masing daerah bersepakat adalah miliknya. membentuk lembaga yang

4. T h i n k s t r a t e g i c a l l y , a c t diserahkan kepada pihak yang

democratically (berpikir strategis, profesional untuk mengelolanya.

bertindak demokratis). Program dan kebijakan publik bisa efektif dan

Tuntutan masyarakat terhadap tercapai melalui usaha kolektif dan pelayanan publik dan pembangunan

proses kerjasama. senantiasa meningkat seiring dengan

5. Recognize that accountability isn't perkembangan ilmu pengetahuan dan

simple (mengakui bahwa teknologi. Janet V. Denhardt dan

akuntabilitas tidak sederhana). Robert B. Denhardt mengumpulkan 11 Pelayan publik harus lebih penuh

berbagai pandangan para pakar perhatian/atensif daripada pasar. berkaitan tentang kewarganegaraan,

6. Serve rather than steer (lebih komunitas dan masyarakat madani,

melayani daripada mengarahkan). humanisme organisasional dan

Nilai dasar kepemimpinan public administrasi publik baru, dan

adalah membantu masyarakat posmodern. Pemikiran berbagai sudut

mengartikulasikan kebutuhannya pandang tersebut telah membantu

dan sesuai dengan kepentingan merumuskan model pelayanan publik

bersama daripada mengontrol atau baru (new public service). Kompilasi

mengarahkan masyarakat. berbagai pemikiran tersebut adalah:

7. Value people, not just productivity

1. Serve Citizens, Not Customers (nilai masyarakat, bukan hanya (melayani masyarakat, bukan

produktivitas). Organisasi publik pelanggan). Aparatur pemerintah

dan jaringan kerjanya bisa lebih lebih fokus kepada menjalin

berhasil apabila dilakukan melalui hubungan kepercayaan dan

proses kerjasama dan berdasar kerjasama dengan semua

kepemimpinan bersama atas respek masyarakat, bukan dalam

untuk semua masyarakat. pengertian “customer” individual.

2. Seek the Public Interest (mencari Dalam kaitannya dengan kepentingan publik). Memberikan

pelayanan publik, secara umum tugas kontribusi kepada masyarakat

suatu negara adalah memberikan secara kolektif melalui penciptaan

pelayanan bagi warga negaranya, kepentingan dan tanggung jawab

bahkan pelayanan menjadi tugas bersama.

terpenting dalam penyelenggaraan

3. V a l u e c i t i z e n s h i p o v e r pemerintahan negara. Pelayanan enterpreneurship (nilai

publik, sebagimana tertuang pada Pasal kewarganegaraan di atas

1 UU No. 25 Tahun 2009, adalah kewirausahaan). Kepentingan

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam publik yang lebih baik

rangka pemenuhan kebutuhan dikembangkan oleh aparat dan

pelayanan sesuai dengan peraturan komitmen untuk memberikan

perundang-undangan bagi setiap warga kontribusi kepada masyarakat

negara dan penduduk atas barang, jasa, daripada manajer usaha yang

dan/atau pelayanan administratif yang bertindak seolah-olah uang publik

disediakan oleh penyelenggara

291 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 291 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011

Berbagai landasan regulasi atau daerah dapat mengadakan kerjasama kebijakan yang bisa digunakan

dengan daerah lain yang didasarkan pemerintah daerah untuk menjalin

pada pertimbangan efisiensi dan kerjasama antardaerah dalam rangka

efektivitas kerjasama antardaerah yang peningkatan pembangunan dan

bertetangga.

penyelenggaraan pelayanan publik telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Beberapa pasal dalam UU No. Mulai dari terdahulu hingga terbaru

32 Tahun 2004 secara eksplisit adalah:

mengatur tentang hubungan

1. Permendagri No 6 Tahun 1975 antardaerah. Pasal 2 ayat (4) tentang Kerjasama Antar Daerah;

menyatakan bahwa pemerintahan

2. Kepmendagri Nomor 275 Tahun daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki

1982 tentang Pedoman Kerjasama hubungan dengan pemerintah (pusat) Pembangunan Antar Daerah;

dan dengan pemerintahan daerah

3. SE-Mendagri No 193/1652/PUOD lainnya. Hubungan tersebut, kemudian tanggal 26 April 1993 tentang Tata

dijelaskan pada ayat (5) meliputi Cara Pembentukan Hubungan

hubungan wewenang, keuangan, Kerjasama Antar Propinsi (Sister

pelayanan umum, pemanfaatan sumber Province) dan Antar Kota (Sister

daya alam, dan sumber daya lainnya. City) Dalam dan Luar Negeri;

Pada Pasal 195 ayat (1)

4. SE-Mendagri No 114/4538/PUOD dinyatakan bahwa kerjasama tanggal 4 Desember 1993 tentang

antardaerah dilakukan dalam rangka Petunjuk Pelaksana Mengenai

meningkatkan kesejahteraan rakyat Kerjasama Antar Daerah;

dan didasarkan pada pertimbangan

5. Undang-undang Nomor 32 Tahun efisiensi dan efektifitas dalam 2004 tentang Pemerintahan Daerah

pelayanan publik, sinergi, dan saling dan;

menguntungkan. Bahkan Pasal 196 ayat (2) lebih tegas menyatakan bahwa

6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 kewajiban daerah dalam mengelola

Tahun 2007 tentang Kerjasama pelayanan publik secara bersama Antar Daerah.

dengan daerah sekitranya adalah untuk

7. Permendagri No. 22 Tahun 2009 menciptakan efisiensi. tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah.

Pengaturan lebih lanjut tentang hubungan kerja sama antardaerah UU No. 32 Tahun 2004 tentang

tersebut tertuang dalam PP No. 50 Pemerintahan Daerah memberikan

Tahun 2007 tentang Tata Cara peluang untuk dilaksanakannya

Pelaksanaan Kerja Sama Daerah. kerjasama pembangunan, baik dengan

Kerjasama daerah, menurut PP No. 50 sesama pemerintah daerah maupun

Tahun 2007, adalah kesepakatan antara dengan pihak ketiga (publik dan juga

gubernur dengan gubernur atau

Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 292 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 292

Pemerintah provinsi dalam kerjasama antardaerah memiliki peran penting, hal ini diperkuat dengan terbitnya PP No. 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi, sebagaimana telah diubah dengan PP No. 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi.

Berdasarkan Pasal 3 PP No. 19 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 23 Tahun 2011, gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan. Antara lain adalah melakukan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan instansi vertikal, dan antar instansi vertikal di wilayah provinsi yang bersangkutan; Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan;

Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antar pemerintahan daerah kabupaten / kota di wilayah provinsi yang bersangkutan; Koordinasi dalam penyusunan, pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi dalam rangka sinkronisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) kabupaten dan kota agar mengacu pada RPJPD, RPJMD, dan RKPD provinsi serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) serta kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah; Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota; serta pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota.

Berkaitan dengan pelaksanaan kerjasama antardaerah maka gubernur berperan penting dalam mengkoordinasikan kerjasama antar kabupaten/kota di wilayah provinsinya dalam rangka sinkronisasi pembangunan di daerah. Berbagai regulasi tersebut bisa menjadi pedoman bagi daerah dalam melaksanakan kerjasama antardaerah dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan daerah dan pelayanan publik yang lebih baik.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembangunan wilayah perbatasan antardaerah merupakan

293 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 293 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011

keseluruhan. Pembangunan kawasan perbatasan antar provinsi maupun antar

1. Bentuk Kerjasama

kabupaten/kota merupakan Kerjasama antar kabupaten di perwujudan pengelolaan ruang wilayah

kawasan perbatasan Jatim dan Jateng regional sebagai satu kesatuan

terwujud dalam dua badan kerjasama geografi, politik, ekonomi, sosial,

antardaerah (BKAD) dengan dukungan budaya dan pertahanan keamanan. Hal

fasilitasi dari Pemerintah Provinsi ini yang dipandang perlu untuk

Jatim dan Jateng. Pertama adalah diimplementasikan dalam tindakan

BKAD Karismapawirogo yang nyata oleh beberapa pemerintah

meliputi 7 kabupaten di kawasan kabupaten di kawasan perbatasan Jatim

perbatasan wilayah tengah dan selatan. dan Jateng.

Dan yang kedua adalah BKAD Ratubangnegoro yang meliputi 4

Regionalisasi pengembangan kabupaten di kawasan perbatasan kawasan berkaitan dengan pelaksanaan

wilayah utara.

kerjasama antardaerah bisa dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu

a. Karismapawirogo

pendekatan spasial dan manajerial. BKAD Karismapawirogo Pendekatan spasial menekankan pada adalah lembaga pelaksana kerjasama penentuan wilayah yang dijadikan antar kabupaten yang meliputi kawasan strategis yang diatur dalam Kabupaten Karanganyar, Kabupaten RTRW. Sedangkan pendekatan Wo n o g i r i , K a b u p a t e n S r a g e n , manajerial bisa dilakukan dalam Kabupaten Magetan, Kabupaten bentuk kerjasama riil antar pemerintah Pacitan, Kabupaten Ngawi, dan daerah (government to government / G Kabupaten Ponorogo. Nama to G) dan antar pelaku usaha (business

12 Karismapawirogo merupakan akronim to business / B to B). dari potongan nama-nama kabupaten

tersebut, yang secara geografis berada Berkaitan dengan pelaksanaan

di kawasan perbatasan Jatim dan Jateng kerjasama antar kabupaten di kawasan

wilayah tengah dan selatan. Dimana perbatasan Jatim dan Jateng,

Kabupaten Pacitan (Jatim) dan perumusan konsep kerjasama tersebut

Kabupaten Wonogiri (Jateng) berada dilakukan oleh Bappeda, sebagai unit

pada posisi paling selatan yang yang bertanggung jawab dalam urusan

memiliki potensi pantai dan laut. perencanaan dan koordinasi

Awal terbentuknya BKAD pembangunan daerah. Selanjutnya

Karismapawirogo didahului dengan persoalan teknis operasional dan

Kesepakatan Kerjasama antar tujuh realisasi pelaksanaan kerjasama

kabupaten yang ditandatangani oleh menjadi kewenangan SKPD masing-

12 FGD Kajian Pola Hubungan Kerja antar Provinsi di Kalimantan, Bappeda Provinsi Jatim, Surabaya, 28 Juni 2011. Kajian tersebut mengambil lokus utama di regional Kalimantan dan Jawa Timur merupakan salah satu 13 sampel yang diambil sebagai lokus pembanding di luar regional Kalimantan. Ibid.

Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 294 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 294

perdagangan, penanaman modal, Wonogiri. Kemudian kesepakatan

ketenagakerjaan, pendidikan dan bersama ini ditindaklanjuti dengan

kebudayaan, sosial, tata ruang dan penerbitan Keputusan Bersama tujuh

batas wilayah, pekerjaan umum, bupati pada 31 Desember 2008.

perhubungan, lingkungan hidup, Penandatanganan kedua dokumen pada

pariwisata, perikanan dan kelautan, tanggal yang sama tersebut

trantibum, pertanian, dan bidang lain mencerminkan bahwa sudah adanya

sesuai dengan kebutuhan daerah. kesepahaman dan persiapan jauh hari sebelumnya berkaitan dengan rencana

Dalam rangka menjalankan kerjasama di kawasan tersebut.

organisasi dan program kerja/kegiatan BKAD maka dipilih koordinator untuk

Ruang lingkup kerjasama masa kerja selama 2 tahun. Kabupaten BKAD Karismapawirogo meliputi

Karanganyar mendapatkan tugas bidang-bidang baik yang berkaitan

sebagai koordinator pertama periode dengan pembangunan daerah dan

2009-2011. Kelembagaan BKAD pelayanan publik, yaitu: kesehatan,

Karismapawirogo adalah sebagai pertambangan dan energi, kehutanan

berikut:

BUPATI Se-Karismapawirogo

SEKRETARIAT BKAD SUB SEKRETARIAT Karismapawirogo bergilir setiap 2

(Bag. Pem/Kerjasama)

tahun

TIM SEKRETARIAT: Koord. : Sekda Wakil

: Asisten Pemerintahan Wakil : Kepala Bappeda

Sekretaris : Kabag. Pem ANGGOTA BAKD Karismapawirogo Umum / Kerjasama Anggota : Menyesuaikan

Sumber: Memory Serah Terima Koordinator BKAD Karismapawirogo 12 Mei 2009 – 12 Mei 2011, 2011

Gambar 1. Bagan BKAD Karismapawirogo

Program kerja tahun 2009-2011 diantaranya menyiapkan perangkat merupakan program kerja

organisasi dan identifikasi kepengurusan yang pertama. Oleh

permasalahan yang dihadapi oleh karena itu, program/ kegiatan pada

masing-masing kebupaten di kawasan masa kepengurusan tersebut

perbatasan tersebut.

295 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011

Berdasarkan laporan apa saja yang dimiliki oleh masing- kepengurusan yang pertama (2009-

masing kabupaten serta permasalaan 2011), beberapa program/kegiatan

apa yang dihadapi. Identifikasi dan telah dilaksanakan sepanjang 2009

14 pemaparan potensi masing-masing hingga 2011. Program/kegiatan yang daerah secara bersama dalam forum telah dilaksanakan selama tahun 2009

adalah: Karismapawirogo bisa direspon oleh

1. P e m e t a a n ( m a p p i n g ) daerah lain yang memiliki potensi dan potensi/wilayah karismapawirogo;

permasalahan yang sama, maupun

2. Penjodohan/kemitraan (matching) yang memiliki potensi lain yang bisa UMKM dengan pengusaha besar;

menutupi keterbatasan daerah lain.

3. Perjanjian kerjasama bidang Macthing potensi antardaerah bisa kesehatan;

membawa sinergi untuk kemajuan

4. L a u n c h i n g B K A D bersama, tentunya apabila Karismapawirogo.

ditindaklanjuti dengan kegiatan yang Pemetaan potensi wilayah

nyata. Sebagaimana dinyatakan oleh

merupakan upaya untuk mengenali Yeremias T. Keban bahwa kekuatan kondisi lingkungan internal sebagai

antardaerah bisa disinergikan untuk menghadapi permasalahan bersama

persyaratan utama dalam perumusan dalam rangka mencapai kemajuan

kebijakan ke depan. Karena dengan kegiatan tersebut akan terlihat potensi

bersama yang lebih tinggi.

Tabel 1. Potensi Daerah Karismapawirogo

No. Potensi Karanganyar Wonogiri Sragen Magetan Pacitan Ngawi Ponorogo

1. Pertambangan -

2. Pariwisata/ √ √ √

budaya 3. Peternakan

√ - √ 7. Industri/

perdagangan

Sumber: Karismapawirogo Explore, 2010

Selain identifikasi potensi, lingkup dan jumlah yang sedikit, upaya upaya yang dilakukan untuk

ini setidaknya bisa memberikan bukti mempertemukan UMKM dengan

awal dan harapan akan perusahaan besar merupakan langkah

keberlangsungan model kerjasama yang bisa segera dimanfaatkan oleh

kawasan perbatasan untuk jangka masyarakat. Walaupun masih dalam

waktu ke depan.

14 Kastono DS., 2011, Memory Serah Terima Koordinator BKAD Karismapawirogo 12 Mei 2009 – 12 Mei 2011, 15 Karanganyar: BKAD Karismapawirogo Yeremias T. Keban, loc.cit.

Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 296

6. Temu bisnis/matching. kerjasama telah ditandatangani oleh para kepala dinas dari tujuh kabupaten

Di bidang kesehatan, perjanjian

Dalam operasionalisasi se-Karismapawirogo bertempat di

organisasi, BKAD Karismapawirogo Kota Batu pada 23 Oktober 2009.

memiliki mekanisme yang secara Dalam perjanjian tersebut disepakati

hirarkis mencerminkan peran yang bahwa ruang lingkup kerjasama

bersangkutan dalam organisasi. Bupati meliputi:

se-wilayah Karismapawirogo berperan

1. Peningkatan mutu pelayanan pada level perumusan kebijakan kesehatan;

organisasi. Dari kebijakan tersebut,

2. Penanganan dan penanggulangan kemudian diderivasikan oleh penyakit yang berpotensi

Koordinator BKAD atau di tingkat menimbulkan kejadian luar biasa

Sekretariat ke dalam strategi. (KLB) dan/atau wabah;

Selanjutnya Sub Sekretariat dan pokja-

3. Penanganan kesehatan masyarakat pokja merumuskan program dan miskin;

melakukan koordinasi dengan pihak

4. Kegiatan bidang lain yang sesuai terkait yang relevan dengan program dengan kebutuhan.

tersebut. Implementasi program berada pada level forum stakeholder, SKPD,

Kemudian program/kegiatan dan asosiasi yang terkait dengan yang telah dilaksanakan selama 2010

program tersebut. sebagian masih berkaitan dengan p e n a t a a n o rg a n i s a s i , m i s a l n y a pencetakan buku profil organisasi Karismapawirogo. Selain itu, pada tahun tersebut telah melangkah pada pembuatan perjanjian di berbagai bidang dan promosi bersama potensi daerah dalam suatu pameran. Berdasarkan laporan kepengurusan yang pertama, beberapa program/kegiatan yang telah dilaksanakan pada 2010 selengkapnya adalah:

1. P e n a n d a t a n g a n a n p e r j a n j i a n kerjasama bidang penanaman modal;

2. P e n a n d a t a n g a n a n p e r j a n j i a n kerjasama bidang pariwisata, seni dan budaya;

3. P e n y e l e n g g a r a a n p a m e r a n bersama;

4. P e n c e t a k a n b u k u p r o f i l Karismapawirogo;

5. Studi pengalaman ke luar Jawa;

297 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011

Bupati se- Karismapawirogo

Asosiasi, Kadin,

Strategi Forum-forum

Koordinator/ Sekretariat

BKAD Karismapawirogo

Pokja-pokja BKAD:

Akademisi

Modal Sub Sekretariat

- Pokja Penanaman

- Pokja Kesehatan Program & Bappeda, SKPD

BKAD Kabupaten - Pokja Pariwisata &

Koordinasi

Rencana Program Kerja

Forum-forum stakeholder, SKPD, Asosiasi terkait di

Implementasi Sumber: Memory Serah Terima Koordinator BKAD Karismapawirogo 12 Mei 2009 – 12 Mei 2011, 2011

Kabupaten se-Karismapawirogo

Gambar 2. Mekanisme Kerja BKAD Karismapawirogo

b. Ratubangnegoro

selatan dari kedua kabupaten BKAD Ratubangnegoro

sebelumnya, yang sebagian merupakan wadah kerjasama

wilayahnya memiliki potensi hutan dan antardaerah yang meliputi Kabupaten

minyak dan gas bumi (migas). Dengan Blora, Kabupaten Tuban, Kabupaten

potensi dan kondisi geografis seperti Rembang, dan Kabupaten Bojonegoro.

itu maka mobilitas dan aktivitas Penggunaan nama Ratubangnegoro

masyarakat antar empat kabupaten merupakan akronim yang diambil dari

tersebut seringkali melewati batas- potongan nama empat kabupaten

batas wilayah administratif kabupaten tersebut. Kabupaten Tuban dan

bahkan provinsi. Bojonegoro masuk wilayah Provinsi Jatim, sedangkan Kabupaten Blora dan

Hal ini tentu saja memunculkan Rembang masuk wilayah Provinsi

konsekuensi di berbagai aspek, dimana Jateng.

setiap denyut nadi kehidupan masyarakat, pemerintah dan pelaku

Keempat kabupaten tersebut dunia usaha pada daerah kabupaten berada di kawasan perbatasan Jatim

yang berbatasan tersebut akan saling dan Jateng wilayah utara, dimana

mempengaruhi dan memiliki dampak K a b u p a t e n Tu b a n ( J a t i m ) d a n

sosio ekonomi maupun Kabupaten Rembang (Jateng) memiliki

ekologi/lingkungan. kawasan pantai utara (pantura) dan

Jika dilihat dari arah dilalui jalur lalu lintas antar provinsi di

pengembangan wilayahnya, kawasan pantura Jawa. Sedangkan

Kabupaten Bojonegoro termasuk kabupaten Bojonegoro (Jatim) dan

wilayah cluster yang berkembang, Kabupaten Blora berada di posisi

(dikarenakan adanya embrio kegiatan

Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 298 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 298

wilayah pengembangan wilayah. Sedangkan perkotaan

Gerbangkertasusila plus. Bojonegoro sendiri diarahkan untuk pengembangan pusat kegiatan

Letak geografis yang perdagangan, jasa serta kegiatan

berdampingan, membuat daerah yang produksi pertanian dengan peningkatan

berbatasan tersebut memiliki potensi hasil-hasil pertanian (agroindustri)

daerah yang kurang lebih sama. serta pengembangan industri

Kabupaten Bojonegoro yang pengolahan minyak bumi. Sedangkan

berbatasan dengan Kabupaten Blora untuk Kabupaten Tuban,

sama-sama memiliki potensi di bidang pengembangan wilayahnya diarahkan

pariwisata/budaya, perminyakan serta sebagai pusat aktivitas jasa dan

pertanian. Sedangkan Kabupaten perdagangan sehingga perlu

Tuban yang berbatasan dengan dikembangkan kegiatan industri yang

Kabupaten Rembang memiliki meliputi industri kecil, pertanian,

kesamaan potensi khusunya di bidang agroindustri dan pertambangan.

pasriwisata/budaya, pertanian, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten

kelautan dan perikanan.

Tabel 2. Potensi Daerah Ratubangnegoro

No. Potensi

Bojonegoro

Tuban Rembang Blora

1. Pertambangan -

2. Pariwisata/budaya

3. √ Perminyakan √ - - 4. Peternakan

Sumber: Biro Administrasi Kerjasama Sekretaris Provinsi Jawa Timur

Oleh karena itu, dalam rangka kehutanan dan perkebunan, percepatan dan perwujudan

perindustrian dan perdagangan, pelaksanaan kerjasama bidang

penanaman modal, ketenagakerjaan, pemerintahan dan pembangunan, pada

pendidikan dan kebudayaan, sosial,

6 Juli 2006 Bupati Bojonegoro, Bupati penataan ruang, pekerjaan umum, Tuban, Bupati Blora dan Bupati

perhubungan, lingkungan hidup, Rembang membuat kesepakatan

pariwisata serta bidang-bidang lain bersama dalam rangka kerjasama

sesuai kebutuhan daerah. Biaya yang pembangunan daerah yang bertujuan

timbul dari pelaksanaan kerjasama untuk mensinergikan program-

tersebut dibebankan pada APBD empat program pembangunan dan dapat

kabupaten, sehingga pelaksanaan memberikan manfaat yang sebesar-

kegiatannya harus terlebih dahulu besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

mendapat persetujuan dari DPRD Kerjasama tersebut meliputi bidang

masing-masing kabupaten. kesehatan, pertambangan dan energi,

299 Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011

Kerjasama regionalisasi yang masukan dan saran kepada BKAD diwujudkan dalam BKAD

terhadap pelaksanaan kerjasama Ratubangnegoro tersebut terbentuk

antardaerah.

pada 21 september 2010, dimana BKAD Ratubangnegoro memiliki

Masa jabatan kepengurusan tugas mengkoordinasikan,

BKAD serta Sekretariat BKAD merencanakan dan memfasilitasi

dilaksanakan secara bergiliran selama kerjasama antardaerah wilayah

2 (dua) tahun sekali, dengan urutan Ratubangnegoro. Dalam

sebagai berikut: (1) Pemerintah melaksanakan tugasnya BKAD

Kabupaten Blora; (2) Pemerintah membentuk sekretariat bersama untuk

Kabupaten Tuban; (3) Pemerintah memudahkan perencanaan,

Kabupaten Rembang, dan; (4) pengelolaan, monitoring dan evaluasi

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. atas pelaksanaan kerjasama

Adapun susunan kepengurusannya antardaerah, serta memberikan

adalah sebagai berikut: Tabel 3. Susunan Kepengurusan BKAD dan Sekretariat BKAD Ratubangnegoro

Jabatan dalam No. Jabatan Organik

Jabatan dalam BKAD

Sekretariat BKAD

- 2. Wakil Bupati

1. Bupati Ketua

Wakil Ketua

3. Sekretaris Daerah Sekretaris

Ketua

Wakil ketua kerjasama daerah 5. Kepala Bappeda

4. Asisten yang membidangi Anggota

Anggota 6. Kepala Bagian yang Anggota

Sekretaris membidangi kerjasama daerah 7. Kepala Bagian Hukum

Anggota Anggota 8. Kepala SKPD yang membidangi Anggota

Anggota Keuangan

9. Kepala SKPD yang membidangi Anggota Anggota Pengelolaan Aset Daerah

Anggota Sumber: Biro Kerjasama Provinsi Jawa Timur

10. Kepala Inspektorat Daerah

Anggota

3. Investasi pariwisata; program/kegiatan yang dibuat melalui

Ada beberapa rencana

4. Upaya penyelesaian sengketa kerjasama tersebut, antara lain sebagai

perbatasan pada daerah berikut:

penambangan pasir kwarsa

1. Pembangunan infrastruktur seperti diwilayah Kec. Bancar (Tuban) pembangunan jembatan Biting dan

dengan Kec. Sarang (Rembang); Giyanti yang menggunakan dana

5. Pengembangan kapasitas pabrik sharing antara Kabupaten Blora dan

gula mini, yang mana bahan baku Kabupaten Bojonegoro;

tanaman tebunya ditanam di

2. Penataan rest area di kawasan wilayah perbatasan Kabupaten perbatasan Rembang dan Tuban;

Tuban dan Bojonegoro; serta

Jurnal Borneo Administrator Vol. 7 No. 3 Tahun 2011 300

6. Tata pengaturan dan pengelolaan air Pemerintahan dan Pembangunan pada daerah aliran sungai (DAS)

Bojonegoro melakukan rapat kordinasi Bengawan Solo (pada musim

sebagai upaya fasilitasi pelaksanaan kemarau) yang pengelolaannya

kerjasama antardaerah bidang digunakan untuk irigasi persawahan

pemerintahan dan pembangunan maupun bahan baku air bersih.

kabupaten wilayah Ratubangnegoro pada 27 April 2011. Fasilitasi ini

Salah satu dasar pelaksanaan diharapkan dapat menjadi percepatan kerjasama BKAD Ratubangnegoro

pelaksanaan kerjasama bidang adalah Keputusan Bersama Gubernur

pemerintahan dan pembangunan Jateng dengan Gubernur Jatim Nomor

daerah perbatasan Jatim dan Jateng

01 Tahun 2001 dan Nomor 42 Tahun dalam wilayah Ratubangnegoro. 2009 tentang Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi

Tujuan dari kegiatan fasilitasi ini Jawa Timur. Keputusan bersama ini

adalah untuk mempertemukan kepala dibuat dengan pertimbangan bahwa

SKPD Bidang Pembangunan di kedua provinsi memerlukan

kabupaten wilayah Ratubangnegoro, kebersamaan dalam pelaksanaan

dengan Kepala SKPD Provinsi Jatim pemerintahan, pembangunan dan

dan Jateng, guna melakukan kemasyarakatan secara terpadu, serasi

pembicaraan awal atau penjajakan dan seimbang sehingga dapat

untuk merencanakan perjanjian memberikan manfaat yang sebesar-

kerjasama bidang pembangunan sesuai besarnya bagi kesejahteraan rakyat di

dengan bidang tugasnya masing- kedua provinsi.

masing. Selain itu fasilitasi ini juga dilakukan dengan maksud untuk

Kerjasama ini meliputi aspek melakukan evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan,

kerjasama bidang penanaman modal pengendalian dan evaluasi yang