Laporan PKP LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN

Laporan PKP
LAPORAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
(PKP)

PENGGUNAAN MEDIA GUNTING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK QANITAH
KECAMATAN CIPATAT KABUPATEN BANDUNG BARAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional – PAUD 4501
Disusun Oleh :
Nama

: Siti Khodijah

Nim

: 815118466


Pokjar

: BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG

2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia bersifat dinamis dan memiliki dorongan ingin
tahu tentang segala sesuatu, baik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain,
kebendaan, kejadian maupun perbuatan. Sifat dinamis dan rasa ingin tahu merupakan
potensi dasar yang harus dikembangkan secara terarah dan optimal.
Dengan sifat dasar alami setiap manusia, kita bisa melihat dengan nyata
dimana anak-anak begitu sering asyik bermain-main dengan sesuatu benda atau
melakukan sesuatu perbuatan yang dirinya sendiri belum mengetahui manfaat dan
bahayanya. Kondisi ini merupakan indikasi objektif yang membenarkan bahwa setiap
manusia bersifat dinamis dan memiliki rasa ingin tahu, misalnya tentang benda-benda

tajam seperti pisau, silet, cutter, alat mencocok, gunting dan lain-lain.
Gunting sebagai salah satu dari sekian banyak benda tajam sering anak-anak
temukan, baik di rumah maupun di sekolah. Aktivitas yang dilakukan anak-anak
dengan menggunakan gunting, itu sebenarnya suatu gejala awal yang positif dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak, semestinya mendapat respon yang
positif dari guru dan orang tua. Gejala tersebut merupakan modal dasar dan
momentum awal yang baik bagi suatu proses belajar, karena belajar hakikatnya
adalah proses aktivitas yang terencana dan sadar tujuan. Namun demikian kenyataan
yang dilakukan pada umumnya oleh guru dan orang tua justru bersifat kontradiktif
dengan dasar-dasar kependidikan. Umumnya guru TK atau orang tua justru melarang

murid dan anak-anak mereka untuk memegang dan menggunakan gunting, tanpa
memberi penjelasan kepada anaknya. Sikap perilaku tersebut semata-mata hanya
karena kekhawatiran guru dan orang tua yang takut anaknya terluka karena
tergunting, barang-barangnya rusak/berantakan atau mungkin merasa jengkel dengan
segala aktivitas anaknya tersebut. Sikap semacam itu bukan hanya tidak bijaksana,
tetapi juga sekaligus dapat mematikan potensi positif dalam diri anak.
Sebenarnya aktivitas anak merupakan kunci pokok dari suatu kegiatan belajar.
Sementara itu interaksi anak dengan sesuatu benda atau suatu perbuatan yang
dilakukan anak merupakan suatu kegiatan yang dapat direkayasa sedemikian rupa,

sehingga menjadi suatu kegiatan belajar. Seperti halnya kegiatan menggunting.
Dengan demikian sifat dinamis dan rasa ingin tahu anak tentang sesuatu benda atau
perbuatan bisa didesain menjadi suatu proses edukatif. Dalam hal ini anak dapat
diarahkan pada perkembangan motorik.
Sujiono (2007: 1.12), Perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar
untuk terapil menggerakan anggota tubuh. Perkembangan motorik pada anak meliputi
motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan
otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Seperti brrjalan, melompat, berlari, naik sepeda.
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun

balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut jelas
sangat diperlukan anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di
TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik
yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa,
fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Untuk itu
anak TK belajar dari guru tentang berbagai hal termasuk gerakan motorik halus.

Berdasarkan observasi di TK Qanitah anak-anak menunjukkan keterlambatan
dalam keterampilan motorik halusnya, yang ditandai dengan kurang terampilnya
siswa dalam penggunaan media gunting. Ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah
pengelolaan kelas, yaitu penggunaan media dalam menumbuhkembangkan kreativitas
anak dalam meningkatkan keterampilan motorik halusnya.
Pendidikan di TK dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mempunyai
kemampuan menyesuaikan media sesuai dengan karakteristik tujuan anak yang diberi
pembelajaran.
Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan motorik
halusnya, maka guru-guru TK Qanitah akan membantu meningkatkan keterampilan
motorik halus anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerakan halus anak,
meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi,
serta meningkatkan keterampilan tubuh sehingga dapat menunjang pertumbuhan
jasmani yang kuat, sehat dan terampil.

Dengan demikian, belajar melalui benda konkrit seperti media gunting untuk
meningkatkan motorik halus anak dipandang akan lebih efektif. Oleh karena itu
dalam penelitian ini akan diangkat suatu judul “Penggunaan Media Gunting untuk
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak di Tk Qanitah Kecamatan
Cipatat Kabupaten Bandung Barat”


B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka secara umum
pokok permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana penggunaan media gunting
dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah. Mengingat
luasnya permasalahan tersebut maka penulis batasi pada sub-sub masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan
Cipatat Kabupaten Bandung Barat?
2. Bagaimana Efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M di TK
Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat ?
3.

Bagaimana pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?

C. Tujuan Perbaikan

1. Tujuan Secara Umum :

Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gunting dapat meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat.
2. Tujuan Secara Khusus :
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a.

Untuk memperoleh Gambaran kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah

Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
b.
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media gunting dalam pembelajaran 3M
di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?
c.
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gunting dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus anak di TK Qanitah Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat?


D. Manfaat Perbaikan
1. Manfaat Secara Teoritis :
a.

Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guru dalam penggunaan media pembelajaran pada jenjang TK.

b.

Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk menerapkan kemampuan penelitian
ilmiah dalam mengkaji permasalahan di bidang pendidikan pada jenjang TK

2.

Manfaat Secara Praktis :

a.

Bagi Guru, penelitian ini semoga menjadi masukan untuk meningkatkan
kemampuan dalam pemilihan media pembelajaran yang efektif bagi pembelajaran di

tingkat TK.

b.

Bagi Siswa, senantiasa membangkitkan motivasi serta meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa di tingkat TK.

c.

Bagi Lembaga, senantiasa menjadi masukan yang baik dalam pengambilan
kebijakan khususnya dalam kebijakan pengadaan media pembelajaran di tingkat TK.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran
1.

Pengertian Media
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari

“medium”. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs
mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi
proses belajar

2.

Media Pembelajaran
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar

para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan
kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si
belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat
mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya
karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.


Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan
materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian
dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain
yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya
dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif
dengan berbagai sumber balajar yang ada.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu
meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber
belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media
belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar
kepada siswa.
Peran media dalam komunikasi pembelajaran di TK sangat penting artinya
mengingat perkembangan anak saat itu berada pada masa konkrit. Oleh karena itu,
salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah kekonkritan. Dengan demikian
pembelajaran di TK harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat
belajar secara konkret. Prinsip kekonkritan tersebut mengisyaratkan perlunya
digunakan media sebagai saluran penyampai pesan dari guru kepada anak agar pesan
tersebut dapat diserap anak dengan baik. Dengan demikian diharapkan terjadi
perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan dalam pengetahuan, sikap dan
keterampilan.

Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembelajaran akan lebih
berhasil bila anak turut aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan kata lain

yang menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran bukanlah guru melainkan anak. Hal
ini berarti perlunya beragai fasilitas belajar, termasuk media pembelajaran.
Hasil penelitian British Audio-Visual Association menghasilkan temuan bahwa
rata-rata jumlah informasi yang diterima indra adalah :
75 % melalui indra penglihatan
13 % melalui indra pendengaran
6 % melalui indra sentuhan dan perabaan
6 % melalui indra penciuman dan lidah.
Dari data tersebut menunjukan bahwa penggunaan media yang dapat dilihat
(visual) dalam pembelajaran di TK lebih menguntungkan dibandingkan dengan
penyampaian secara verbal. Gunting sebagai salah satu media pembelajaran dapat
digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3. Gunting
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar hal 249 dituliskan
“Gunting” kb 1 alat perkakas untuk memotong kain (rambut dan sebagainya) 2
menggunting kk memotong (memangkas dan sebagainya) dengan memakai gunting.

4.
a.
b.
c.
d.
e.

Langkah-langkah Penggunaan Media Gunting
Guru menyediakan peralatan gunting sesuai dengan jumlah anak
Guru menyediakan lembaran kertas kosong sesuai dengan jumlah anak
Guru menjelaskan kepada anak cara memegang gunting yang benar
Guru menjelaskan kepada anak cara menggunting kertas yang baik dan benar
Guru memeriksa hasil pekerjaan anak dalam menggunting kertas

f.

Guru memperbaiki beberapa anak yang kurang mampu cara menggunting

g.
h.

kertas yang baik dan benar
Guru membagikan kertas berpola gambar yang sudah disiapkan sebelumnya
Guru memperagakan cara menggunting kertas berpola gambar yang baik dan

benar
i.
Anak mempraktekan cara menggunting kertas berpola gambar seperti yang
j.

telah diperagakan guru
Guru dan anak melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan
k.
Guru memberikan penilaian hasil pekerjaaan anak

5.

Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi

antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.
Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
a.

Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat
dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa
dimanapun berada.

b.

Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan
warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk
menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak
membosankan.

c.

Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa
media guru cenderung bicara satu arah.

d.

Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal
dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi
ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa
akan lebih mudah memahami pelajaran.

e.

Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih
mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa
kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat,
menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan
lebih baik.

f.

Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa
tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas
dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.

g.

Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar

Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk
mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu
pengetahuan.
h.

Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu untuk
memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan
belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain

B. Perkembangan Motorik Halus
1.

Pengertian Perkembangan Motorik Halus
Menurut Nursalam (2005) perkembangan motorik halus adalah “kemampuan

anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak
memerlukan banyak tenaga.”
Sedangkan menurut Moelichatoen (2004) motorik halus adalah “merupakan
kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini
keterampilan bergerak”.

2.

Kemampuan Motorik Halus Anak TK

a. Anak Usia 3-4 Tahun
1)
2)
3)

Menggunting kertas menjadi dua bagian
Mencuci dan mengelap tangan sendiri
Mengaduk cairan dengan sendok

4)
5)
6)
7)
8)
9)

Menuang air dari teko
Memegang garpu dengan cara menggenggam
Membawa sesuatu dengan penjepit
Apabila diberikan gambar kepala badan manusia yang belum lengkap, ia akan
dapat menambahkan paling sedikit dua organ tubuh
Membuka kancing dan melepas ikat pinggang
menggambar lingkaran namun bentuknya masih kasar.
b. Anak Usia 4-5 Tahun

1)
2)
3)
4)
5)
6)

mengikat tali sepatu
memasukan surat ke dalam amplop
memoleskan selai di atas roti
membentuk berbagai objek dengan tanah liat
mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju
memasukan benang ke dalam lubang jarum (Sujiono, 2007:1.15-1.16)
3.

Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Menurut Mudjito (2007: ) mencatat beberapa alasan tentang fungsi

perkembangan motorik halus yaitu :
a.

Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang.

b.

Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpessness (tidak
berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya.

c.

Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah.

4.

Karakter Perkembangan Motorik Halus Anak

Karakter perkembangan motorik halus menurut Walkay dalam Mudjito (2007)
dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus yang paling utama adalah:
a.

Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari
kemampuan gerak halus anak bayi.

b.

Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah
mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung
sempurna.

c.

Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan,
lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.

d.

Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana menggunakan
jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil.

5.

Faktor – Faktor Perkembangan Motorik Anak
Faktor-faktor yang membantu meningkatkan motorik anak yang dapat

dilakukan oleh guru TK adalah :
a.

Menyediakan peralatan atau lingkungan yang memungkinkan anak melatih
keterampilan motoriknya.

b.
c.

Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan.
Aktivitas fisik anak yang bervariasi, yaitu aktivitas fisik untuk bermain dan
bergembira sambil menggerakkan anggota tubuh.

d.

Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang diharapkan sesuai dengan
perkembangannya.

6.

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak TK
Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh
tubuh, sedangkan gerakan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya
dengan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik berkembang sejalan dengan
kematangan syaraf dan otak. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak
sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari
berbagai dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak, otaklah yang berfungsi sebagai
bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan
mental seseorang.
Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan
berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan
itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf pusat yang
mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya
dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik berhubungan dengan
perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam
perkembangan motorik anak, oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik
anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang
mereka lakukan.
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik
kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang

membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Seperti meloncat,
memanjat, berlari, menaiki sepeda, berdiri dengan satu kaki dan sebagainya. Gerakan
motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagin tubuh tertentu saja
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari
tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan
koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai
dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, menggunting dan
sebagainya.
Pengembangan motorik pada anak TK adalah merupakan proses memperoleh
keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Dalam mempelajari
kemampuan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak
juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi
dan berimajinasi.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi,
seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi
tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap
yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan
dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental ( Sujiono, 2007: 1.14).

Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK sudah barang tentu
memerlukan bantuan guru. Disini guru dituntut untuk dapat menjalankan perannya
sebagai guru TK sehingga anak benar-benar dapat berkembang secara optimal.

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Informasi Subjek Penelitian
Perbaikan kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Qanitah
Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan
media gunting. Seberapa besar kontribusi yang diberikan dengan media ini, sehingga
akan tercapai kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik bagi anak.
Nama Lokasi

: Taman Kanak-kanak Qanitah

Kelompok

:B

Tema / Sub Tema

: Siklus I Makanan/Macam-macam makanan
Siklus II Pakaian/macam-macam pakaian

Waktu

: Siklus I Tanggal 3 - 7 Oktober 2011
Siklus II Tanggal 10 – 14 Oktober 2011

Jumlah seluruh siswa kelompok B adalah 13 orang, terdiri dari 7 orang anak
laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Kemampuan masing-masing anak di TK
Qanitah berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena memang mereka
datang dari latar belakang yang berbeda seperti latar belakang keluarga dan tempat
tinggal.
Tapi secara umumnya tumbuh kembang semua anak di sekolah terlihat baik,
karena guru memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
perkembangan anak TK.
B. Deskripsi per Siklus
Kegiatan pengembangan ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masingmasing siklus terdiri dari lima hari pembelajaran, 5 SKH, 5 skenario perbaikan dan 5
lembar observasi.
Dalam melaksanakan kegiatan perbaikan perkembangan, disusun secara rinci
yang dimulai dengan membuat perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, lembar
observasi dan lembar refleksi, yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kelebihan dan kelemahan pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada
kegiatan yang akan dilaksanakan berikutnya.

1.

Siklus I

a.

Perencanaan
Perencanaan pada siklus 1 diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran atau
SKH (Satuan Kegiatan Harian).
SKH 1

1)

Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macammacam makanan kesukaan dan bernyanyi “aku anak sehat”.

2)

Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar buah apel, menghubungkan tulisan dengan
gambar dan mengelompokkan gambar macam-macam makanan.

3)

Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.

4)

Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk sate”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.

SKH 2
1)

Pembukaan

Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan
kesukaan dan bertepuk “tepuk kuman”.
2)

Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar es krim, mengurutkan gambar dengan
huruf dan menghitung jumlah makanan.

3)

Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.

4)

Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “buah-buahan (Bahasa Inggris)”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.

SKH 3
1)

Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang makanan
binatang dan bernyanyi individual.
2)

Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar ikan, menghubungkan makanan binatang
dengan tulisannya dan mengelompokkan makanan binatang.

3)

Istirahat

Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4)

Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk ikan”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.

SKH 4
1)

Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macammacam minuman dan bernyanyi “pok ame-ame”.

2)

Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar gelas, menebalkan tulisan macam-macam
minuman dan menghubungkan gambar dengan bilangan.

3)

Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.

4)

Penutup
Di kegiatan akhir anak mendengarkan sajak sederhana “aku sehat”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.

SKH 5

1)

Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang minuman
kesukaan dan menebak judul lagu .

2)

Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar minuman kesukaan dari koran atau
majalah, menghubungkan gambar dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar
minuman.

3)

Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.

4)

Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “kalau kau senang hati”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.

b.

Langkah-langkah perbaikan

1)

Skenario perbaikan SKH 1
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

2)

Skenario perbaikan SKH 2
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu
anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

3)

Skenario perbaikan SKH 3
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

4)

Skenario perbaikan SKH 4
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu
anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

5)

Skenario perbaikan SKH 5
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

c.

Pelaksanaan

1)

Menentukan Penilai 1 dan 2
Penilai 1 adalah Ibu Nani Cahyani, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak Carlim,
S.Ag., dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai dan
ditandatangani oleh kepala sekolah TK Qanitah yang beralamat di Kp. Kiara RT 01
RW 12 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

2)

Tugas Penilai 1 dan 2
Tugas penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1
dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi dan
menyerahkan APKG 1 dan 2 kepada Praktikan.

Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1
dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi,
menyerahkan APKG 1 dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.

3)

Tugas Supervisor
Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai
rancangan satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar
observasi, refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing
dan memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai
praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.

d.

Prosedur Kegiatan Pengembangan
Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan penjelasan
tentang gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak menggunting
gambar yang telah disediakan guru juga yang di ambil dari koran dan majalah
dengan mengutamakan proses pelaksanaan pembelajaran dari pada melihat hasil
akhir.

e.

Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pembelajaran pada siklus 1 dan
2 menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak,
menetapkan instrumen penilaian dan data observasi

f.

Refleksi
Setelah melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pengembangan penelitian
meninjau kembali apa saja kelemahan dan kekuatan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan dan apa saja hal-hal yang perlu diperbaiki selanjutnya. Hasil refleksi
dari skenario perbaikan 1-5 kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan setelah
melaksanakan :



Skenario perbaikan 1

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahaya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum bisa memegang gunting dengan benar.



Skenario perbaikan 2

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.



Skenario perbaikan 3

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan
melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting
bentuk.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.



Skenario perbaikan 4

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.



Skenario perbaikan 5

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau koran.

Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran teradapat
kekuatan dan kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan
pembelajaran yang menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan
tindakan perbaikan pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat disimpulkan :

Kekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat
kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan
pengembangan pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai, dan
merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran
dan anak merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Kelemahan diri : selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang

2). Inti

tidak membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran
dengan menggunakan media gunting sering dilakukan.

2.

Siklus II

a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II diawali dengan membuat perencanaan pembelajaran
atau SKH (Satuan Kegiatan Harian).
SKH 6
1). Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang macammacam jenis pakaian dan bermain tepuk “tepuk polisi”.

Di kegiatan ini anak menggunting gambar baju, menghubungkan gambar macammacam pakaian dengan tulisannya dan mengelompokkan gambar macam-macam
pakaian.
3). Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4). Penutup
Di kegiatan akhir anak bernyanyi “polingga”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam
dan pulang.

SKH 7
1)

Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian untuk
bekerja dan bertepuk “tepuk dokter”.

2)

Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar jenis-jenis pakaian untuk bekerja,
menebalkan tulisan dan menghitung gambar pakaian.

3)

Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.

4)

Penutup

Di kegiatan akhir anak bernyanyi “pak pilot”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan salam
dan pulang.

SKH 8
1)

Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang pakaian
daerah dan bernyanyi “senggol dendang”.

2)

Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar pakaian adat,menulis huruf depan gambar
dan menyebutkan urutan bilangan dengan gambar.

3)

Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.
4)

Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kabayan”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.

SKH 9
1)

Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang baju boneka
dan bernyanyi “abdi gaduh boneka”.

2)

Inti
Di kegiatan ini anak menggunting gambar boneka, menebalkan tulisan minuman dan
mengelompokkan gambar dengan bilangan.

3)

Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.

4)

Penutup
Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk badut”, evaluasi, berdo’a, mengucapkan
salam dan pulang.

SKH 10
1)

Pembukaan
Diawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bercakap-cakap tentang asal mula
pakaian dan bernyanyi kelompok.

2)

Inti
Di kegiatan ini anak menggunting kain, menghubungkan gambar dengan tulisannya
dan mengurutkan gambar dengan angka.

3)

Istirahat
Anak-anak sebelum makan cuci tangan dan berdo’a dulu, kemudian bermain
bersama.

4)

Penutup

Di kegiatan akhir anak bermain tepuk “tepuk kupu-kupu”, evaluasi, berdo’a,
mengucapkan salam dan pulang.

b.

Langkah-langkah perbaikan

1)

Skenario perbaikan SKH 6
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu
anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

2)

Skenario perbaikan SKH 7
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

3)

Skenario perbaikan SKH 8
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu
anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

4)

Skenario perbaikan SKH 9
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu

anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

5)

Skenario perbaikan SKH 10
Guru memberikan penjelasan tentang manfaat gunting dengan menggunakan
bahasa yang jelas dan sederhana, menggunakan alat peraga, memberikan penjelasan
tentang bahaya gunting, cara memegang gunting, memberikan contoh cara
menggunting, memberi kesempatan anak untuk bertanya, meminta anak untuk
berhati-hati menggunakan gunting, meminta anak untuk memegang gunting,
menyuruh anak untuk menggunting gambar, melihat proses menggunting, membantu
anak yang belum bisa menggunting, memberikan penilaian, mengajak anak untuk
menceritakan proses menggunting dan menyimpan kembali gunting ke tempat
semula.

c.

Pelaksanaan

1)

Menentukan Penilai 1 dan 2
Penilai 1 adalah Ibu Nani Cahyani, S.Pd, dan penilai 2 adalah Bapak Carlim,
S.Ag., dengan menggunakan surat pernyataan kesediaan berperan menjadi penilai dan

ditandatangani oleh kepala sekolah TK Qanitah yang beralamat di Kp. Kiara RT 01
RW 12 Desa Mandalawangi Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

2)

Tugas Penilai 1 dan 2
Tugas penilai 1 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1
dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi dan
menyerahkan APKG 1 dan 2 kepada Praktikan.
Tugas penilai 2 adalah mempelajari buku panduan PKP, mempelajari APKG 1
dan 2, menilai SKH, menilai skenario perbaikan, mengisi lembar observasi,
menyerahkan APKG 1 dan 2, dan menilai PKP bersama Supervisor.

3)

Tugas Supervisor
Memberikan orientasi PKP, membimbing dan memberikan supevisi, menilai
rancangan satu siklus dalam tiap siklus, mereview SKH, skenario perbaikan, lembar
observasi, refleksi dan mereview hasil APKG 1 dan 2, menilai simulasi, membimbing
dan memberi masukan terhadap laporan PKP, menilai laporan, merekapitulasi nilai
praktek dan menyerahkan rekapitulasi nilai praktek dan laporan PKP ke UPBJJ UT.

d.

Prosedur Kegiatan Pengembangan
Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan pejelasan
tentang gunting, mengenal bentuk, cara memegang, dan menyuruh anak menggunting
gambar yang telah disediakan guru juga yang di ambil dari koran dan majalah
dengan mengutamakan proses dari pada hasil akhir.

e.

Pengamatan/Pengumpulan data/instrumen
Dalam melaksanakan perbaikan pengembangan pada siklus 1 dan 2
menggunakan pengumpulan data melalui hasil karya atau penugasan kepada anak,
menetapkan instrumen penilaian dan data observasi.

f.

Refleksi
Setelah

melaksanakan

perbaikan

dalam

kegiatan

pembelajaran

dan

pengembangan, peneliti melakukan refleksi diri apakah selama melaksanakan
perbaikan pengembangan memiliki kelebihan atau kekurangan untuk diperbaiki
selanjutnya.


Skenario perbaikan 6

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan : gunting masih ada anak yang belum bisa memegang dengan benar.



Skenario perbaikan 7

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunakan gunting dengan benar.



Skenario perbaikan 8

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang cara menggunakan, memegang dan
melaksanakan kegiatan menggunting sehingga anak menjadi tahu menggunting
bentuk.
Kelemahan: masih ada anak yang belum bisa menggunting gambar dengan benar.



Skenario perbaikan 9

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar pola.



Skenario perbaikan 10

Kekuatan : dengan memberikan penjelasan tentang manfaat, bentuk, cara menggunakan dan
bahayanya gunting, sehingga anak menjadi tahu bahwa gunting selain berguna juga
berbahaya.
Kelemahan : masih ada anak yang belum rapi dalam menggunting gambar dari majalah atau koran.
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran terdapat kekuatan
dan kelemahan diri. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kegiatan pembelajaran
yang menggunakan media gunting, sehingga setelah melaksanakan tindakan
perbaikan pengembangan dalam rancangan satu siklus, dapat disimpulkan :

Kekuatan diri : sebelum membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, terlebih dahulu melihat
kemampuan dan karakteristik anak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan
pengembangan pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil yang sesuai, dan
merupakan tantangan baru bagi peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran
dan anak merasa senang dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Kelemahan diri : selain memberikan penjelasan peneliti juga harus dapat memberikan kegiatan yang
tidak membosankan bagi anak, melaksanakan kegiatan pengembangan pembelajaran
dengan menggunakan media gunting sering dilakukan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Per Siklus

Berdasarkan temuan-temuan dari kegiatan perbaikan yang dilakukan selama 2
siklus yang terdiri dari 10 kali tampilan di kelas, baik yang berkaitan dengan
perolehan hasil belajar anak maupun peneliti serta temuan-temuan pengamatan teman
sejawat yang berkaitan dengan pelaksanaan perbaikan pengembangan diperoleh data
sebagai berikut :
1. Siklus I
a.
Hasil Belajar Anak
Siklus I saya laksanakan dari tanggal 3 – 7 Oktober

2011. Dari siklus I

diperoleh data hasil belajar siswa dengan menggunakan media gunting sebagai
berikut :
Tabel : 1
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-1

Siklus I
Nilai

Frekuensi

Prosentase
(%)

Keterangan



2

15,38

Baik



3

23,08

Sedang

O

8

61,54

Kurang

Jumlah
13
Sumber : Data Hasil Observasi

100

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik yaitu berjumlah 2 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan
kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 8 orang anak.
Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak
dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik baru 15,38 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 2
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-2

Siklus I
Nilai

Frekuensi

Prosentase
(%)

Keterangan



3

23,08

Baik



4

30,77

Sedang

O

6

46,15

Kurang

Jumlah
13
Sumber : Data Hasil Observasi

100

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik yaitu berjumlah 3 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan
kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 6 orang anak.
Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak
dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik baru 23,08 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 3
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-3

Siklus I
Nilai


4

Prosentase
(%)
30,77



4

30,77

Frekuensi

Keterangan

Sedang

Baik

O

5

38,46

Kurang

Jumlah
13
100
Sumber : Data Hasil Observasi
Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik yaitu berjumlah 4 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan
kategori sedang 4 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak.
Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak
dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik baru 30,77 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.
Tabel : 4
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-4

Siklus I
Nilai

Frekuensi

Prosentase
(%)

Keterangan



5

38,46

Baik



3

23,08

Sedang

O

5

38,46

Kurang

Jumlah
13
Sumber : Data Hasil Observasi

100

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik yaitu berjumlah 5 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan
kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 5 orang anak.
Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak
dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.

Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik baru 38,46 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

Tabel : 5
Tabel Data Hasil Belajar Anak Siklus I Tampilan ke-5

Sikulus I
Nilai

Frekuensi

Prosentase
(%)

Keterangan



6

46,15

Baik



3

23,08

Sedang

O

4

30,77

Kurang

Jumlah
13
Sumber : Data Hasil Observasi

100

Dari tabel di atas terlihat bahwa anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik yaitu berjumlah 6 orang anak, jumlah anak yang berhasil menggunting dengan
kategori sedang 3 orang anak dan sisanya anak yang kurang berjumlah 4 orang anak.
Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa anak dalam hal ini jumlah anak
dalam pencapaian hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan guru.
Dilihat dari jumlah prosentase anak yang berhasil menggunting dengan kategori
baik baru 46,15 %. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran belum berhasil.

b. Tampilan Guru Dalam Pembelajaran

Data hasil observasi Siklus I yang dilakukan observer terhadap penampilan
guru dalam

pembelajaran dengan mengunakan gunting untuk meningkatkan

kemampuan motorik halus anak dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel : 6
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 1

Aspek yang Diamati
Kemunculan
ya

Frekuensi

Prosentase
(%)

13
2

87

Jumlah
15
Sumber : Data Hasil Observasi

100

tidak

Komentar

13

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati
oleh observer dalam lembar observasi 13 aspek menunjukan kemunculan ya dan 2
aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru
masih belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 87 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 7
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 2

Aspek yang Diamati
Kemunculan
Ya

Frekuensi

Prosentase
(%)

14
1

93

Jumlah
15
Sumber : Data Hasil Observasi

100

Tidak

Komentar

7

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati
oleh observer dalam lembar observasi 14 aspek menunjukan kemunculan ya dan 1
aspek sisanya menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya bahwa penampilan guru
masih belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 93 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.

Tabel : 8
Data Hasil Observasi Tentang Peanampilan Guru Siklus I Tampilan 3

Aspek yang Diamati
Tampilan

Prosentase
(%)

Komentar

15
0

100

2

Jumlah
15
Sumber : Data Hasil Observasi

100

ya
tidak

Frekuensi

0

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati
oleh observer dalam lembar observasi 15 aspek menunjukan kemunculan ya dan 0
aspek sisanya atau tidak ada aspek yang menunjukan kemunculan tidak . Ini artinya
bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Namun

demikian masih ada 2 komentar yang merupan kekurangan yang ditunjukan oleh guru
dalam pembelajaran.
Dilihat dari jumlah prosentase aspek kemunculan ya sebesar 100 %. Hal ini
menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik.
Tabel : 9
Data Hasil Observasi Tentang Penampilan Guru Siklus I Tampilan 4

Aspek yang Diamati
Tampilan
Ya

Frekuensi

Prosentase
(%)

Komentar

15

100

1

0

Tidak

0

Jumlah
15
Sumber : Data Hasil Observasi

100

Dari Tabel di atas diketahui bahwa penampilan guru dari 15 aspek yang diamati
oleh observer dalam lembar observasi semua aspek menunjukan kemunculan ya. Ini
artinya bahwa penampilan guru sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Namun demikian masih ada 1 komentar yang merupan kekurangan yang ditu