Analisis Sumberdaya Alam dan Pembangunan
LOGO
Analisis Sumberdaya Alam dan
Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan Propinsi NTB
ADDINUL YAKIN (Addy) – Faperta UNRAM
Disampaikan pada Workshop on LECE –SUEZ, Kerjasama
WWW Nusa Tenggara dan Pemda NTB.
Mataram, 21 Juli 2009.
STRUKTUR PRESENTASI
1. PENDAHULUAN
2. KONDISI SUMBERDAYA ALAM STRATEGIS NTB
3. IMPLIKASI SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN DEGRADASI
SDA NTB
4. KONSEP, STRATEGI, DAN SASARAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
5. MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI NTB BERKELANJUTAN
DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN
6. POTENSI BENEFIT EKONOMI PERBAIKAN DAN KONSSERVASI
SDA & LINGKUNGAN NTB
7. PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF
KEBIJAKAN di NTB
8. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
REFERENSI
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
2
1. PENDAHULUAN
Perekonomian NTB masih sangat tergantung pada basis sumberdaya alam,
dimana pada Tahun 2008, 49,5 % masih bekerja di sektor pertanian diikuti
oleh sektor terkait pariwisata (sekitar 36 %). Namun demikian, tingkat
pertumbuhan sektor pertanian relatif rendah (3,61 %) sektor non pertanian
(terutama industri dan terkait pariwisata) relatif lebih tinggi
Kondisi sumberdaya alam dan lingkungan di NTB,semakin mengkhawatirkan,
kalau tidak ditangani maka akan dapat mengancam pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang
Dalam rangka menuju NTB Hijau dan Pengembangan Pariwisata, semangat
PIN (Percepatan, Inovatif, Nilai Tambah) harus disertai oleh daya dukung
sumberdaya alam dan lingkungan yang memadai
Perlu integrasi dan sinergi antara pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan Strategi
dan Kebijakan, serta program yang sesuai dan integratif baik sektor, spasial,
vertikal.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
3
2. KONDISI SUMBERDAYA
ALAM DAN LINGKUNGAN
STRATEGIS NTB
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
4
2.1. KONDISI SUMBERDAYA DAN
LINGKUNGAN HUTAN DAN DAS
1999-2006 di Kawasan Gunung Rinjani telah terjadi
Penurunan tutupan hutan seluas 5.715 ha per tahun (WWF,
2008)
Luas lahan kritis di dalam Kawasan Hutan Pulau Lombok
153.810, 45 ha (32, 45 % dari luas wilayah P Lombok (SK
Gubernur NTB No. 122/2005)
Jumlah lahan kritis di DAS/SWSS di P Lombok mencapai
140, 132 ha.Tingkat bahaya erosi DAS yang tergolong berat
mencapai 85,52 % dari keseluruhan luas DAS. DAS/SWSS
Jelateng dan Dodokan dalam kondisi kritis dan SWSS/DAS
Putih dan Menanga, sangat kritis (SK Gubernur NTB No.
393/2006)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
5
2.1.1. Degradasi Hutan NTB
Tabel 2 Perubahan Luas Tutupan Hutan di Wilayah NTB
No.
Tahun
Degradasi (Ha)
1996
Luas Kawasan Hutan
(Ha)
1.050.522,1281
1
2
2000
996.836,5286
53.685,5995
3
2004
962.745,8252
34.090,7034
4
2008
817.831,2368
144.914,5884
Rata-Rata/
Tahun
Sumber: WWF (2009)
12.076,25
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
6
2.1.2. KONDISI HUTAN DAS DI P LOMBOK
Tabel 3 Katagori Kondisi Daerah Aliran Sungai berdasarkan
Prosentase Luas Hutan dalam DAS di Pulau Lombok
No
Nama
DAS
Luas DAS
(Ha)
Luas Hutan
Dalam DAS
(Ha)
Prosentase
Hutan Dlm
DAS (%)
Katagori
Kondisi
DAS
1 Jelateng
59964.0106
6737.9922
11.24
Sangat
Kritis
2 Dodokan
197480.9951
43583.3467
22.07
Kritis
3 Menanga
97365.6961
25427.4535
26.12
Kritis
4 Putih
95894.6892
41538.5705
43.32
Baik
Sumber : WWF (2009)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
7
2.1.3. Kondisi Hutan DAS di P Sumbawa
Tabel 4 Katagori Kondisi Daerah Aliran Sungai berdasarkan Prosentase
Luas Hutan dalam DAS di Pulau Sumbawa
No. Nama DAS Luas DAS (Ha)
Luas Hutan
Dalam DAS
(Ha)
74974.8661
64013.7927
5707.0793
37214.7611
193105.9876
66751.9545
21295.7687
38292.1145
36701.5456
6973.9217
35371.1116
34696.5730
15514.8530
61232.9681
1 Jereweh
95700.3881
2 Bako
94896.7374
3 Empang
54049.3982
4 Rimba
106428.4873
5 Beh
232835.7428
6 Rea
99933.7634
7 Moyohulu
126337.4257
8 Baka
81394.7856
9 Rhee
96689.8636
10 Sari
43977.3929
11 Parado
151762.7850
12 Bango
88592.5729
13 P. Moyo
33044.7962
14 Hoddo
169689.4839
Addinul Yakin:
Sumber : WWF (2009)
WkshopLECESUEZWWFNTB709
Prosentase
Hutan Dlm
DAS (%)
78.34
67.46
10.56
34.97
82.94
66.80
16.86
47.04
37.96
15.86
23.31
39.16
46.95
36.09
Katagori
Kondisi DAS
Baik
Baik
Sangat Kritis
Baik
Baik
Baik
Sangat Kritis
Baik
Baik
Sangat Kritis
Kritis
Baik
Baik
Baik
8
2.1.4. Kondisi Lahan Kritis di Pulau Lombok
Kategori lahan
kritis
Sangat kritis
Kritis
Agak kritis
Potensial kritis
Baik
Total
Dalam areal
hutan
Luar Areal
Hutan
Pada lahan
pertanian
Total
5952.80
(3,66%)
5500.54
(3,38%)
31609.34
(19,42%)
110741.4
(68,05%)
8938.71
(5,49%)
162.742,79
4125.15
(3,11%)
27243.29
(20,55%)
42530.02
(32,09%)
38408.82
(28,98%)
20236.65
(15,27%)
132.543,93
553.82
(0,36 %)
3836.62
(2,50 %)
9329.51
(6,09%)
42599.74
(27,79%)
96994.28
(63,27%)
153.313,97
10631.77
(2,37%)
36580.45
(8,15%)
83468.87
(18,61%)
191749.96
(42,74%)
1261
(28,12 %)
448.600,69
Sumber: Diolah dari Kimpraswil NTB (2006)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
9
2.2. Kondisi Sumberdaya Air (1)
Dalam kurun 1992-2007 curah hujan di DAS ada yang turun, naik,
dan fluktuatif
Beberapa sungai di Kawasan Gunung Rinjani mengalami
penurunan debit rata-rata 3,8 % per tahun
Kondisi debit sungai di kawasan G Rinjani sekarang sebesar 114,34
juta m3 atau sekitar 5371 m3/kapita/ tahun (menengah), dengan
tingkat pertumbuhan penduduk 1,8 %/tahun, pada tahun 2020
hanya mencapai 4260 m3/kapita/tahun (kurang)
Hasil riset pada beberapa sampel DAS, kisaran indeks pencemaran
dari tercemar sedang hingga berat (WWF, 2008)
Hasil Evaluasi Kondisi Koefisien Regime Sungai (KRS) di WS
Lombok ditemukan bahwa dari 19 DAS ditemukan bahwa 5 DAS (
%) dalam kondisi sedang, dan 14 DAS ( %) dalam kondisi buruk
(Balai Hidrologi, 2007)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
10
Kondisi Sumberdaya Air (2)
Di Kab Sumbawa telah terjadi kehilangan jumlah titik
mata air sebanyak 179, yaitu dari 250 titik menjadi 71
titik mata air. 56 % mempunyai debit kurang dari 5
liter/detik. Aliran mata air sangat kecil, dan debit aliran
menurun mencapai 76,6 %. Kondisi lahan di sekitar
mata air kurang mendukung karena kondisi hutan rusak
atau pengalihan fungsi lahan.
Di Kabupaten Dompu, Secara keseluruhan debit mata
air telah mengalami penurunan secara signifikan
dengan rata-rata 58,30 % dan Di Kabupaten
Bimadengan rata-rata 77,90 % (Balai Hidrologi, 2008)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
11
2.3. KECENDRUNGAN DEGRADASI SDA
DAN LINGKUNGAN PERTANIAN
Parameter
Kini dibandingkan dengan
masa lalu
lebih
lebih
baik/banyak jelek/sedikit
4
60
50
32
64
64
Kualitas lahan
Hasil produksi
Hama/penyakit
Gulma
Standar hidup
Tingkat Erosi
Keragaman
hayati
(biological diversity)
8
Kesuburan tanah
14
Esok dibandingkan dengan saat
sekarang
lebih
lebih
baik/banyak
jelek/sedikit
%
5,6
83,3
69,4
55,6
88,9
88,9
68
12
22
40
8
8
%
94,4
16,7
30,6
44,4
11,9
11,1
5
58
48
30
68
62
%
7
80,6
66,7
41,7
94,4
86,1
67
14
24
42
4
10
%
93,0
19,4
33,3
58,3
5,6
13,9
11,1
19,4
64
58
88,9
80,6
2
17
2,8
23,6
70
55
97,2
76,4
Sumber: Yakin (2000)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
12
2.4. KONDISI PESISIR DAN KELAUTAN
Sampai saat ini, serangkaian ancaman seperti pengeboman ikan (blast
fishing), sedimentasi dan polusi, penangkapan berlebihan, dan
pembangunan pariwisata telah merusak kondisi terumbu karang dan
ekosistemnya (Cesar, 1996; Soede, et.al., 1999). Satu survey 1998
menemukan bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan, di mana hanya 5,3 % sangat baik (tutupan terumbu
karang, 76-100 %); 21.7 % baik (51-75 %); 33,5 % cukup baik (26-50 %);
dan 39,5 % jelek (0-25 %) (World Bank, 2003). Mengingat nilai ekonomi,
budaya, sosial, ekologis terumbu karang yang tinggi (Pendleton, 1995)
pada satu sisi dan tingkat degradasi yang semakin parah pada sisi lain
maka pengelolaan terumbu karang berkelanjutan telah menjadi perhatian
kontemporer (Bunce and Gustavson, 1998). Kegiatan pertambangan
karang dan penangkapan ikan dengan bahan peledak masih berlangsung di
Taman Wisata Alam Gili Matra (TWALGM), sehingga telah mengakibatkan
kerusakan lingkungan terumbu karang yang signifikan, meskipun
serangkaian program partisipasi masyarakat dan beberapa kebijakan telah
dikeluarkan (Hidayat, 2003; 2004)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
13
AKAR MASALAH:
Pertumbuhan penduduk
Keserakahan manusia
Kemiskinan
Pendidikan rendah
Akses terbuka
Sumberdaya tersedia terbatas
Industrialisasi dan modernisasi
Kegagalan pasar
Eksternalitas
Kegagalan kelembagaan termasuk lembaga lokal
Kebijakan yang tidak sesuai
Kurangnya penegakan hukum
Virus dan Penyakit
Pengembangan Pariwisata
DAMPAK:
• Penangkapan berlebihan
• Penangkapan dengan metode destruktif (illegal-blast fishing)
•Deforestasi dan Kehilangan keragaman hayati
•Kenaikan Suhu Bumi
•Degradasi fisik ekosistem pesisir utama: terumbu karang, hutan bakau, estuaria, dan pantai berpasir
•Sedimentasi
•Eutropikasi
•Polusi/pencemaran dari industri, limbah domestik, pupuk kimiawi pertanian
• Kerusakan habitat alami
KONSEKUENSI:
•Berkurangnya jenis dan jumlah tangkapan
Berkurangnya Kapasitas ekosistem dan habitat
Berkurangnya turis
Hilangnya keragaman hayati
Berkurangnya benefit
Meningkatnya erosi
Meningkatnya biaya penangkapan
Meningkatnya Biaya sosial dan lingkungan
Gambar 1: Siklus Masalah Degradasi Sumberdaya Perikanan dan Pesisir
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
14
2.5. Kenapa Degradasi Sumberdaya alam
dan Lingkungan Terjadi
Aktivitas Manusia: Legal dan illegal logging/tangkap,
legal (transmigrasi) dan Illegal occupation (pemukiman,
peternakan masyarakat sekitar), Konversi untuk
pertanian/perkebunan, dan bencana (kebakaran,
longsor, dll)
Kenapa manusia cendrung merusak? Masalah: property
rights, policy /governmental failures, market failures,
institusional failurers
Untuk memperbaiki, koreksi semua kegagalan dan
masalah di atas
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
15
3. IMPLIKASI SOSIAL EKONOMI
DARI DEGRADASI LINGKUNGAN
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
16
3.1. IMPLIKASI EKONOMI DEGRADASI
LINGKUNGAN
Biaya sosial dan lingkungan yang tinggi
(pengendalian
banjir,
erosi,
kerusakan
infrastruktur,
kehilangan
hasil
pertanian,
menurunnya wisatawan, dan ekses negatif
lainnya)
Kebijakan sektor terkait (Pertanian, Pariwisata)
akan terancam – Konsep PIN (Pencepatan
Inovatif dan Nilai Tambah) bisa menghadapi
kendala serius
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
17
Produktivitas Lahan Cendrung Menurun
Produktivitas Padi NTB
80
70
60
50
40
Rata-rata
Produksi_Kw/Ha
30
20
10
0
Sumber: BPS NTB (2000, 2008)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
18
3.2. IMPLIKASI LANGSUNG PADA SEKTOR
PERTANIAN DAN SEKTOR LAIN
Ketersediaan Air Menurun mengganggu intensitas tanam
dan produktivitas usahani baik tanaman maupun ternak
Rusaknya Infrastruktur Pertanian, sarana dan prasana
irigasi (saluran, dam, dan sejenis)
Kehilangan hasil pertanian (tanaman dan ternak karena
flooding, erosi, dan sejenis
Kesempatan kerja, pendapatan masyarakat menurun,
rawan sosial-ekonomi dan politik
Bisa menghambat Pertunbuhan Sektor Pariwisata dan
terkait
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
19
Luas Tanah Sawah Untuk 1x Tanam dan 2x Tanam di
Prov NTB (1996-2007)
250,000.00
200,000.00
150,000.00
2x tanam
1x tanam
100,000.00
50,000.00
-
Tahun
Sumber: BPS NTB (2000, 2008)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
20
3.3. ILUSTRASI POTENSI KERUGIAN EKONOMI
Tabel Kehilangan Ekonomi dari Penangkapan Bahan Peledak dan Sedimentasi
selama 20 tahun (Juta US $)
Kehilangan
penerimaan wisata
Blast Fishing
Pendapatan
Kehilangan
perikanan
proteksi
sustainabel yang pesisir
hilang
570
160
Sedimentasi
20
100
0
210
Sumber: World Resource Institute (2002) dalam World Bank (2003)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
21
PERSEPSI NELAYAN TENTANG HASIL
TANGKAPAN LAUT
Kriteria
TANJUNG LUAR
Sangat melimpah
Cukup banyak
Sedang
Kurang
Kurang sekali
JEROWARU
Sangat melimpah
Cukup banyak
Sedang
Kurang
Kurang sekali
SUKARAJA
Sangat melimpah
Cukup banyak
Sedang
Kurang
Kurang sekali
Belakangan
ini
(Desember 1999)
Jumlah
%
Musim Ikan
Di Luar Musim Ikan
Jumlah
%
Jumlah
%
0
1
19
21
0
0
2,4
46,3
21
0
6
17
7
9
0
15,4
43,6
17,9
23,1
0,0
0
0
0
11
30
0
0
0
26,8
73,2
0
0
2
4
0
0
0
33,3
66,7
0
0
1
5
0
0
0
16,7
83,3
0
0
0
0
0
1
4
0
0
0
20
80
0
1
2
1
0
0
25,0
50,0
25,0
0
Addinul Yakin:
0
3
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
100
0 22
WkshopLECESUEZWWFNTB709
Persepsi Nelayan tentang Kelayakan
Ekonomi Usaha Penangkapan
Pendapat Nelayan
(kriteria)
Persentase (%)
TANJUNG JEROWARU SUKARAJA
LUAR
Menguntungkan
Untungnya sedikit
Tidak menguntungkan lagi
Sekedar untuk hidup
Tidak tahu
20,5
38,5
10,3
30,7
0,0
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
0
25
0
75
0
33,3
0
0
66,7
0
23
4. KONSEP, STRATEGI, DAN
SASARAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
24
4.1. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(Sustainable Development-SUSDEV) (1)
KOMITMEN GLOBAL SEJAK Konferensi PBB
1972 dan diperkuat pada UNCED 1992 dalam
Pasal 4 dalam Rio Declaration 1992:
“Untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan, proteksi lingkungan harus
menjadi bagian integral dari proses
pembangunan dan tidak boleh dipisahkan
dengan hal tersebut”
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
25
4.2. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(Sustainable Development)
Brundlant Report in Our Common Future, the final
commission report (1987)
“Sustainable development as development that meets
the needs of the present without compromising the
ability of future generations to meet their own
needs”.
Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
26
4.3 PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
SusDev mensyaratkan interaksi yang harmonis, seimbang,
dan saling ketergantungan antara dimensi-dimensi sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
TIGA PERSPEKTIF SUSDEV:
PERSPEKTIF EKONOMI dimana alokasi dan penggunaan sumberdaya harus
menciptakan efisiensi ekonomi, pertumbuhan, dan stabilitas, dengan
internaslisasi dan kompensasi bagi kerusakan lingkungan
PERSPEKTIF LINGKUNGAN di mana alokasi dan penggunaan sumberdaya
harus menciptakan integritas lingkungan di mana biodiversitas dan fleksibilitas
sumberdaya alam dipertahankan sehingga menjamin produksi barang dan jasa
yang berkualitas sepanjang waktu;
PERSPEKTIF SOSIAL di mana alokasi dan penggunaan sumberdaya harus
mampu menekan kemiskinan, dan mewujudkan keadilan antar generasi tanpa
mengorbankan budaya warisan dengan partisipasi kolektif dari seluruh lapisan
masyarakat;
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
27
4.4. Sasaran Kebijakan bagi Perwujudan Pembangunan
Berkelanjutan ( SADC 1996 dalam UNEP (1999) (1)
Kebutuhan Sustainabilitas ekonomi Sustainablitas Sosial
manusia
(Economic sustainability) sustainability)
Air
Makanan
Kesehatan
Memastikan suplai air
yang
cukup
dan
penggunaannya
yang
efisien bagi pembangunan
pertanian,
industry,
perkotaan dan pedesaan.
Meningkatkan
produksi
dan
produktivitas
pertanian bagi ekspor dan
keamanan
pangan
regional
Meningkatkan produktivitas
melalui
penangangan
kesehatan preventif dan
peningkatan kesehatan dan
keamanan di tempat kerja
(Social Sustainabilitas
lingkungan
(Environmental sustainability)
Memastikan akses yang cukup
bagi mayoritas kaum miskin
pada air bersih baik untuk
keperluan domestic maupun
pertanian skala kecil
Memastikan
perlindungan
yang
memadai
bagi
sumberdaya dan ekosistem
sumber air, perairan dan air
tawar/bersih
Meningkatkan
produktivitas
dan
profitabilitas
dari
pertanian skala kecil dan
memastikan keamanan pangan
rumahtangga
Memperkuat standar udara, air,
dan
suara/bising
bagi
perlindungan kesehatan manusia
dan
memastikan
pelayanan
kesehatan dasar bagi mayoritas
kaum miskin
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
Memastikan penggunaan yang
berkelanjutan dan konservasi
sumberdaya lahan, hutan,
kehidupan liar (wildlife),
perikanan dan air.
Memastikan
perlindungan
sumberdaya biologi, ekosistem
dan sistem pendukung hidup
yang memadai.
28
Sasaran Kebijakan bagi Perwujudan Pembangunan
Berkelanjutan ( SADC 1996 dalam UNEP (1999) (2)
Pemukiman
dan jasa-jasa
Energi
Pendidikan
Pendapatan
Memastikan
suplai Memastikan akses yang cukup
sumberdaya yang cukup terhadap
perumahan
yang
dan
penggunaannya terjangkau,
sanitasi,
dan
yang
efisien
bagi transportasi oleh mayoritas
bangunan dan sistem kaum miskin
transportasi.
Memastikan
suplai Memastikan akses yang cukup
energi yang cukup dan terhadap
energi
yang
penggunaanya
yang terjangkau oleh mayoritas
efisien
bagi kaum
miskin,
terutama
pembangunan
alternatif-alternatif bagi kayu
industry, transportasi bakar.
dan
penggunaan
rumahtangga
Memastikan
Memastikan akses yang cukup
ketersediaan
orang- bagi semua pada pendidikan
orang
terlatih
bagi bagi kehidupan yang sehat dan
semua sektor ekonomi produktif
kunci
Meningkatkan
Mendukung usaha skala kecil
efisiensi
ekonomi, dan penciptaan lapangan
pertumbuhan
dan kerja bagi masyarakat miskin
kesempatan kerja di di sektor informal
sektor formal
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
Memastikan
penggunaan
yang
optimum dan berkelanjutan dari
sumberdaya lahan, hutan, energi, dan
mineral.
Mengurangi dampak lingkungan
lokal, nasional, dan global dari
minyak bumi dan mengembangkan
pembangunan dan penggunaan
alternatif-alternatif
bagi
sumberdaya hutan dan yang
sumberdaya terbarukan lainnya
Mengintegrasikan
lingkungan
dalam
program-program
pendidikan dan informasi publik.
Memastikan
penggunaan
sumberdaya
alam
yang
berkelanjutan yang dibutuhkan
bagi partumbuhan ekonomi dalam
sektor formal dan informal 29
4.5. PERGESERAN PARADIGMA PEMBANGUNAN DAN
PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Ada Pengakuan yang meningkat pada kompleksitas hubungan antara
Sektor Kehutanan dan peluang-peluang baru untuk pembangunan
pedesaan baik dalam meningkatkan basis produktif maupun memperkuat
fungsi-fungsi jasa lingkungan (Slee and Wiersum, 2001; Elands and
Wiersum, 2001).
Pada masalalu berorientasi pada fungsi produksi sumberdaya alam (hutan,
kelautan) untuk kemajuan ekonomi pedesaan/pesisir (pendapatan,
kesempatan kerja, dan bahan baku), Saat ini, peran sumberdaya alam
(kehutanan, kelautan) telah berubah kepada upaya mempertahankan dan
kembali memulihkan jasa amenitas dan lingkungan menuju wilayah rekreasi
dan kehidupan yang menarik secara lingkungan untuk populasi perkotaan.
Akibatnya perlu penyesuaian pada kebijakan sektor sumberdaya alam dan
pedesaan.
Menuju Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang integratif
antar sektor, wilayah, dan vertikal
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
30
5. POTENSI BENEFIT EKONOMI
PENGELOLAAN SUMBERDAYA
ALAM DAN LINGKUNGAN
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
31
5.1. Valuasi Lingkungan di Asia
Cesar (2002) melaporkan bahwa 93 persen
studi di Asia Selatan dan Asia Tenggara
ditujukan untuk mengestimasi nilai penggunaan
langsung (direct use values) dan hanya sekitar 7
persen yang mengkaji tentang indirect use and
non-use values (Cesar, 2002), sehingga usaha
untuk mengatasi konflik antara konservasi dan
konversi sumberdaya pantai dan kelautan masih
perlu dikembangkan.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
32
Nilai Ekonomi Total
5.2. Total Economic Valuation
Nilai Pengguna
(use values)
Langsung
Tidak langsung
Output & jasa yang
bisa dikonsumsi
langsung
Benefit fungsional
yang dinikmati secara
tidak langsung
Ekstraktif:
Ikan, Budidaya laut,
Perdagangan
akuarium
Obat-obatan
Dukungan biologis pada:
Burung laut, Kura-kura,
Ikan, dan
Ekosistem lainnya
Non –Ekstraktif:
Rekreasi
Pendidikan &
Penelitian
Estetika
Nilai bukan pengguna
(non use values)
Pilihan
Quasi pilihan
Penggunaan
langsung maupun
tidak langsung
masa depan
Informasi baru yang
diharapkan untuk
menghindar
kehilangan yang
tidak bisa diperbaiki
Spesies Habitat, dan
Keragaman Hayati
Masa depan
keberadaan
Menyimpan Nilai
pengguna dan non
pengguna untuk
masa datang
Nilai dari pengetahuan
akan keberlanjutan
eksistensi sumberdaya
(keyakinan moral)
Spesies
Habitat
Gaya hidup
dikaitkan dengan
nilai tradisional
Dari terancamnya
habitat karang
Spesies langka
Spesies karismatik
Nilai astetik
Proteksi fisik pada:
Garis pantai
Navigasi
Ekosistem lainnya
Dukungan kehidupan global:
Penyimpanan karbon
Gambar Kategorisasi nilai ekonomi sumberdaya dan lingkungan terumbu karang
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
33
5.3. Potensi Nilai Ekonomi Kawasan Hutan
Stabilisasi Fungsi-Fungsi hidrologis
Proteksi tanah
Stabilisasi iklim
Konservasi sumberdaya yang diperbaharui
Proteksi sumberdaya genetik
Preservasi stok pemuliaan, jumlah sumber air
Keragaman hayati
Fasilitas Rekreasi dan Pariwisata
Nilai lingkungan (non-markets)
Kesempatan Kerja
Fasilitas pendidikan, riset dan monitoring
Mempertahankan lingkungan hidup berkualitas
Keuntungan dari perlakuan khusus untuk Masyarakat sekitar kawasan
Preservasi Nilai kebanggaan budaya dan tradisional serta warisan regional
Keseimbangan lingkungan alamiah
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
34
5.5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN SDA DAN
LINGKUNGAN BERKELANJUTAN (1)
1. Estimasi Benefit Kawasan Rinjani
Sumber Benefit
Sumber daya air
Sumberdaya kehutanan (hutan
produksi)
Sumberdaya pariwisata(1999)
Total Nilai WTP (jika pasar
tersedia, dengan pembayaran per
RT)
Nilai Total
423
PV selama 10 tahun (milyar
Rp)
15 %
2.774
31
206
286
1876
31
203
771
5157
Besarnya Benefit
(Milyar Rp./tahun)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
35
5.5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN
SDA DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN (2)
2. Analisis Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) tentang wisata pendakian Gunung
Rinjani menunjukkan ekonomi maksimum yang potensial bisa dicapai adalah sebesar
Rp. 5.464.911.352, dengan harga tikat masuk optimum adalah sebesar Rp 159.500.dan tingkat kunjungan optimum sebanyak 34.263 per tahun. Potensial benefit
tersebut adalah jauh lebih besar jika dibandingkan Nilai Ekonomi Wisata
Pendakian Pada Kawasan TNGR Pulau Lombok dengan harga biaya masuk yang
berlaku sekarang, yaitu sebesar Rp 3.106.166.350,-/tahun dengan biaya masuk turis
mancanegara Rp.50.000 dan domestik Rp. 7.500 (Yakin dan Gatut, 2008)
3. Hasil estimasi dengan Travel Cost Method potensi nilai ekonomi jasa rekreasi obyek
wisata alam Joben sebesar Rp 3.031.804.577,00 dalam setahun sehingga kesediaan
membayar setiap pengunjung diperkirakan sebesar Rp 23.372,00; (2) harga biaya
masuk yang optimal bagi pengelola yaitu sebesar Rp 25.000,00 dengan taksiran
pendapatan sebesar Rp 1.407.050.000,00 per tahun. Ini berarti ada kenaikan 6 kali
lipat dari pandapatan pengelola pada harga biaya masuk yang berlaku sekarang
yaitu Rp 2.000,00 yang hanya sebesar Rp 232.680.000,00 per tahun. Dalam hal ini
ada peluang bagi pengelola untuk meningkatkan pendapatan dengan menaikkan
harga biaya masuk ke obyek wisata Joben, tetapi hasil survey menemukan juga
bahwa hanya 44 % responden yang setuju untuk kenaikan tarif dengan kenaikan
yang tidak terlalu besar (Yakin dan Basrun, 2007)..
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
36
5.5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN
SDA DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN (3)
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) telah menciptakan banyak
kesempatan kerja bagi penduduk local dan mampu memberikan kontribusi
sampai sebesar 46,1 persen (Rp. 6.164.940 per tahun) terhadap
pendapatan keluarga (Rp. 14.535. 766) petani sekitar kawasan yang ikut
bekerja dan/atau berusaha pada kegiatan pariwisata tersebut (Yakin, 2002)
Dengan menggunakan jumlah biaya perjalanan wisatawan yang diestimasi
oleh WWF (2001) selama tinggal di Pulau Lombok yaitu sebesar Rp.345
866,- per kapita, dan dengan total kunjungan wisatawan ke kawasan Gili
Indah sebanyak 85140 orang maka potensial nilai ekonomi pariwisata dari
kawasan TWALGM mencapai Rp. 29.447.031.240,- per tahun (Yakin,
2008). Sekarang ini untuk konservasi lingkungan, setiap diver dikenakan
US $5, tetapi sekarang sedang dilakukan penelitian tentang WTP (Choice
Model) untuk fee masuk lingkungan bagi semua pengunjung ke Ketiga Gili.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
37
6. PENGELOLAAN SDA DAN
LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF
KEBIJAKAN DI NTB
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
38
6.1. ISU-ISU PENTING DALAM KEBIJAKAN NTB
Isu SDA dan Lingkungan sudah termuat dengan memadai RPJP Daerah NTB Tahun
2005-2025,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD): 2009-2013
Integrasi Pengelolaan Sumberdaya Air, belum jelas??? Merujuk kepada UU No. 7/2004
tentang Sumberdaya Air: Konservasi Sumberdaya air; pendayagunaan sumberdaya air;
pengendalian daya rusak air: Bagaimana integrasi dengan Kehutanan???
Kebijakan Pertambangan: Hanya Pembinaan, pengawasan, penertiban? Bagaimana
tentang pembukaan tambang baru (Sekotong, Bima ??), Kalau ya bagaimana?
Pengaturan Tata Ruang dalam UU No. 26/2006 sudah memadai: NTB harus memastikan
bahwa apa yang disyaratkan dalam UU tersebut dipenuhi ( misalnya kawasan hutan harus
minimal 30 % dari luas DAS)
RPJMD dan RTRW perlu diadopsi oleh Kabupaten/Kota
Sharing Anggaran Pusat/Propinsi/Kabupaten/Kota
Perlu Komitmen dan kesungguhan PEMDA Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam
implementasinya
Strategi Revenue Generating dari SDA perlu dikembangkan
Sinkronisasi anggaran kaitan dengan PIN, Program Sejuta Sapi, dan sektor lain
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
39
6.2. BEBERAPA STRATEGI KUNCI
Penerapan Pengelolaan sumberdaya alam
Lestari/berkelanjutan (sustainable natural resource
management)
Penetapan kawasan hutan lindung dan strategis, minimal
sesuai Undang-Undang (30%)
Koreksi pasar dengan Memperjelas hak-hak penguasaan/
pemilikan sumberdaya alam ; dan Valuasi Barang Lingkungan
Penegakan Hukum (Law enforcement)
Memperkuat kelembagaan lokal
Mendorong partisipasi masyarakat melalui agroforestry,
konservasi, reboisasi, dan rehabilitasi
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
40
7. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
KEBIJAKAN
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
41
7.1. KESIMPULAN
Degradasi SDA dan Lingkungan NTB sudah mengkhawatirkan dan telah
menimbulkan biaya sosial dan lingkungan yang signifikan
Untuk mendukung Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan NTB, maka Upaya
Konservasi dan pemulihan SDA dan Lingkungan Strategis NTB (Hutan,
Perikanan, Air) merupakan suatu Keharusan
Kebijakan Pembangunan (RPJP) dan Kebijakan RTRW NTB yang ada
belum menginternalisasikan hal-hal tersebut
Belum ada Komitmen yang jelas baik dari sisi program dan Pembiayaan yang
memadai baik Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota
Sinergitas Pembangunan antar sektor dan antar wilayah belum optimal
Perlu Grand Strategy pemulihan SDA alam dan Lingkungan dengan Arah
pembangunan Ekonomi NTB berkelanjutan
Potensi Revenue Generating dari Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Sumberdaya alam dan lingkungan sangat Tinggi
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
42
7.2. IMPLIKASI KEBIJAKAN
Harus ada strategi yang jelas pada pemulihan dan perbaikan
SDA dan Lingkungan (Program, pendanaan, sumberdaya)
Perlu ada program yang sinergi antara target global, nasional,
regional/daerah
Perlu sinkronisasi kebijakan RPJP dan RTRW dan Kebijakan
Fiskal dan Implementasinya, Propinsi – Kabupaten/Kota
Perlu ada mekanisme dan martiks tanggungjawab yang jelas
antara Propinsi dengan Kabupaten/Kota
Perlu menggali dan mengoptimalkan potensi revenue
generating dari jasa sumberdaya alam dan lingkungan
(termasuk karbon kredit), antara lain melalui eco tourism
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
43
Referensi (1)
Balai Hidrologi (2007), Booklet Informasi Kondisi Parameter Hidrologi Lahan . Mataram: Dinas Pemukiman dan Prasarana
Wilayah NTB.
Balai Hidrologi (2008), Booklet Mata Air Pulau Sumbawa. Mataram: Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah NTB.
Biro Hukum Setda Provinsi NTB, 2009, Draft Rancangan PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
NOMOR
TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA
TENGGARA BARAT TAHUN 2009 – 2013
BPS (2000, 2008), NTB Dalam Angka. Mataram: BPS
Basuki, Prayitno (2009), Analisis Ekonomi Regional NTB: Mendukung Pencapaian Pembangunan NTB yang Berkelanjutan.
Mataram: WWF Nusa Tenggara Project.
Buttoud, Gerard, 2002. Introduction: Multipurpose management of mountain forests: which approaches? Forest Policy and
Economics 4 (2002) 83–87
Cesar, Herman, 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs. Working paper series. Paris: the World Bank.
Cesar, Herman, 2002. The Biodiversity Benefits of Coral Reef Ecosystem: Values and Markets. Paris: OECD.
Elands, Birgit H.M and K. Freerk Wiersum, 2001. Forestry and rural development in Europe: an explanation of socio-political
discources. Forest Policy and Econmics 3 (2001):5-16.
Fromm, Oliver (2000), Ecological Structure and Functions of Biodiversity as Elements of Its Total Economic Value Environmental
and Resource Economics 16: 303–328.
Hidayat, Aceng (2003), Governance Structure in Coral Reef Management: A Report from Gili Indah Village, West Lombok
Indonesia. A Working Paper presented at Resource Economic Department, Humboldt University of Berlin.
Hidayat, Aceng (2004), Determinats of Institutional Change and Collective Action in Coral Reef Management: Evidences from
Lombok, Indonesia ISTECS JOURNAL, V (2004) 1-13.
Pendleton, Linwood H (1995), ‘Valuing Coral Reef Protection’. Ocean and Coastal Management, Vol.26 No.2, pp. 119-131.
Ruitenbeek, HJ (1999), Blue pricing of undersea treasures – needs and opportunities for environmental economics research on
coral reef management in South East Asia. Paper presented to the 12th Biannual Workshop of the Environmental Economics
Program for South East Asia, Singapore, 11-14 May. IDRC, Singapore.
Soede, C-Pet, H.S.J.Cesar, and J.S. Pet, 1999. An Economic Analysis of Blast Fishing in Indonesian Coral Reefs, Environmental
Conservation 26(2): 83-93.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
44
Referensi (2)
Yakin, Addinul (1998), Optimal Fertilizer Policy on Lombok Rice Agriculture: A Cross Sectional Study. Unpublished M.Ec Thesis
(by Research), Department of Economics, Faculty of Business dan Law, La Trobe University, Bundoora, Victoria, Australia.
Yakin, Addinul (2000a), Implikasi Sosial Ekonomi Pembangunan Hutan Kemasyarakatan dan Prospek Pengelolaan HPH melalui
Koperasi: Kasus di Kabupaten Bima dan Dompu. Majalah Ilmiah Agriteksos Vol. 9(4), Januari 2000.
Yakin, Addinul (2000b), Kebijaksanaan Pemupukan Optimum pada padi sawah dan dampak Pemupukan terhadap stdanar hidup
dan kualitas lingkungan di Kabupaten Lombok Barat. Majalah Ilmiah Agroteksos Vol. 12(5), Desember 2000.
Yakin, Addinul (2001) The Environmental Implications of Technological Changes in Agricultural Practices: An Economic dan
Policy Perspective. Majalah Ilmiah Agroteksos, Vol 13(1),Oktober 2001.
Yakin, Addinul (2002a), Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dalam Perspektif Sosial-Ekonomi dan Lingkungan: Studi Kasus di
Kacamatan Keruak Lombok Timur. Majalah Ilmiah Agrimansion, Vol 3(2), Januari 2002.
Yakin, Addinul (2002b), The Impact of Development of Rinjani Mountain National Park toward the Farmer's Economy in the
Surrounding Area: A case study at the Village of Senaru, District of West Lombok. Majalah Ilmiah Agroteksos, Vol. 12(2),Oktober
2002.
Yakin, Addinul dan Jamal Othman (2003), “Forest Resource dan Policy at the Age of Regional Autonomy in Indonesia” , Paper
yang dipresentasikan pada the 2-day International Seminar on “Sustainable Economic, Business, dan Social Development in an
Era of Globalization”, 13/10/2003-14/10/2003 at Equatorial Hotel, Bangi, Selangor, Malaysia.
Yakin, Addinul (2004), Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Akedemika
Pressindo, Jakarta. Cetakan Kedua.
Yakin, Addinul (2005a), State, Institution, dan Environmental Governance: Special Reference to Indonesia, Malaysia, dan Japan.
Paper dipresentasikan pada Seminar Nasional oleh LIPI Jakarta, 29 Maret 2005.
Yakin, Addinul (2005b), Community Involvement dan Environmental Management of Rinjani National Park, Lombok Island in
Mitsuda dan Sayuti (editors), Sustainable Lombok: The Rich Nature dan Rich People in the 21st Century. Mataram: Universitas
Mataram Press: 93-120.
Yakin, Addinul (2006a), Implementation dan Enforcement of Environmental Policies in Promoting Sustainable Development in
Asia: Learning from Malaysia dan Japan in Power, Purpose, Process, dan Practice in Asia: The Work of API Fellows 2003/2004.
Asian Public Intellectuals Program. Kuala Lumpur, Malaysia: Sasyaz Holdings Sdn. Bhd. Pages: 1-18.
Yakin, Addinul (2006b), Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Hutan dan Tata Pamong Lingkungan di Era Otonomi Daerah. Paper
yang disampaikan pada Seminar Nasional tentang Kehutanan yang diselenggarakan di Hotel Jayakarta, Lombok: 9-11 Juni 2006
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
45
Referensi (3)
Yakin, Addinul (2007), Application of Polluter Pays Principle for Improving Environmental Quality in the Palm Oil Industry of
Malaysia: A Success Story. Vol. (17): 1, April 2007, Agroteksos journal. University of Mataram.
Yakin, Addinul dan Basrun (2007), Valuasi Ekonomi Obyek Wisata Alam Joben pada Kawasan Taman Nasional Gunung
Rinjani: Aplikasi Metode Biaya Perjalanan. Jurnal LEMLIT UNRAM, Pebruari 2007
Yakin, Addinul dan Gatut Panggah Prasetyo (2008), Nilai Ekonomi Wisata Pendakian pada Kawasan Taman Nasional
Gunung Rinjani di Pulau Lombok. Jurnal LEMLIT Unram, Pebruari 2008.
Yakin, Addinul (2007), Dimensi Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Pemanfaatan Sumberdaya dan Lingkungan pada Taman
Wisata Alam Gili Matra, Kabupaten Lombok Barat. Majallah Agroiteksos , Oktober 2007
Yakin, Addinul (2008), Kelembagaan dan Intervensi Kebijakan dalam Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang
Berkelanjutan: Kasus Taman Wisata Alam Laut Gili Matra, Kabupaten Lombok Barat. Majalah Agroteksos (dalam naik cetak)
World Bank (2000). Indonesia: The Challenge of World Bank involvement in Forests. Washington: the World Bank
World Bank (2003). Decentralizing Indonesia: A Regional Public Expenditure Review. Report No. 26191-IND.
WWF (2001, 2002), Resource Economic Valuation of Rinjani Mountain Area. A Report. Mataram: WWF Nusa Tenggara
Project.
WWF(2008), Studi Analisis Hidrologis dan Perubahan Tutupan Lahan Kawasan Gunung Rinjani, Lombok. Mataram: WWF
Nusa Tenggara Project. Kerjasama dengan Pemda NTB, BALITHUT Mataram, dan BAPEDAS Dodokan Moyosari
WWF (2009), Studi Analisis SpasialTutupan Hutan Wilayah Nusa Tenggara Barat (Tahun 1996 – 2008). Draft Laporan
Akhir. Mataram: WWF Nusa Tenggara Project.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
46
Tentang Pemakalah
Addinul Yakin (Addy) adalah Lektor Kepala dengan konsentrasi Ekonomi Sumberdaya dan
Kebijakan Lingkungan di Faperta UNRAM. Pendidikan; Faperta Unram (1986); Graduate Diploma
In Economics, Spesialisasi di bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (1994) dan
Master of Economics (1998) dari La Trobe University Australia dengan AIDAB Scholarship
Australia.Telah menulis banyak artikel dan beberapa buku (terbit dalam dan luar negeri) dan
presentasi paper di Jepang, Australia, Malaysia, dan Phlippines.
Pernah bekerjasama dan berkontribusi dalam berbagai kapasitas dengan banyak lembaga
antara lain: GTZ, WWF, FAO, JICA, ACIAR, ADB, UNEP, USAID, AIDAB, FORD, NIPPON
FOUNDATION, WORLD BANK , LIPI, UNDP, CSEAS, LESTARI, LA TROBE, dan GDN.
Pendiri beberapa Lembaga Riset dan LSM (misalnya, CRESCENT, IRDES, Yayasan PATUA,
Yayasan Fazrul Yakin).
Pernah memperoleh Asian Public Intellectual (API) Fellowship Program dari the Nippon
Foundation, Jepang untuk menjadi Visiting Research fellow di Universiti Kebangsaan Malaysia
(UKM), Selangor (Juli-Desember 2003) serta di Kyoto University, Jepang (Jan-Jun 2004).
Mantan Direktur Program Ekstensi FP Unram (2005-2007), dan PD III FP Unram (2007-20112.
Bisa dihubungi:
Kantor: Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Rumah: Jl. Sapta Pesona No. 48 Mataram 83117. Tel. (0370) 645 221; HP: 081 339 530 987; email: deo2yakin@yahoo.com., addinulkn@gmail.com.. Dan Websites:
http://www.addinulyakin.blogspot.com; https://unram.academia.edu/AddinulYakin
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
47
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
48
Analisis Sumberdaya Alam dan
Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan Propinsi NTB
ADDINUL YAKIN (Addy) – Faperta UNRAM
Disampaikan pada Workshop on LECE –SUEZ, Kerjasama
WWW Nusa Tenggara dan Pemda NTB.
Mataram, 21 Juli 2009.
STRUKTUR PRESENTASI
1. PENDAHULUAN
2. KONDISI SUMBERDAYA ALAM STRATEGIS NTB
3. IMPLIKASI SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN DEGRADASI
SDA NTB
4. KONSEP, STRATEGI, DAN SASARAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
5. MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI NTB BERKELANJUTAN
DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN
6. POTENSI BENEFIT EKONOMI PERBAIKAN DAN KONSSERVASI
SDA & LINGKUNGAN NTB
7. PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF
KEBIJAKAN di NTB
8. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
REFERENSI
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
2
1. PENDAHULUAN
Perekonomian NTB masih sangat tergantung pada basis sumberdaya alam,
dimana pada Tahun 2008, 49,5 % masih bekerja di sektor pertanian diikuti
oleh sektor terkait pariwisata (sekitar 36 %). Namun demikian, tingkat
pertumbuhan sektor pertanian relatif rendah (3,61 %) sektor non pertanian
(terutama industri dan terkait pariwisata) relatif lebih tinggi
Kondisi sumberdaya alam dan lingkungan di NTB,semakin mengkhawatirkan,
kalau tidak ditangani maka akan dapat mengancam pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang
Dalam rangka menuju NTB Hijau dan Pengembangan Pariwisata, semangat
PIN (Percepatan, Inovatif, Nilai Tambah) harus disertai oleh daya dukung
sumberdaya alam dan lingkungan yang memadai
Perlu integrasi dan sinergi antara pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan Strategi
dan Kebijakan, serta program yang sesuai dan integratif baik sektor, spasial,
vertikal.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
3
2. KONDISI SUMBERDAYA
ALAM DAN LINGKUNGAN
STRATEGIS NTB
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
4
2.1. KONDISI SUMBERDAYA DAN
LINGKUNGAN HUTAN DAN DAS
1999-2006 di Kawasan Gunung Rinjani telah terjadi
Penurunan tutupan hutan seluas 5.715 ha per tahun (WWF,
2008)
Luas lahan kritis di dalam Kawasan Hutan Pulau Lombok
153.810, 45 ha (32, 45 % dari luas wilayah P Lombok (SK
Gubernur NTB No. 122/2005)
Jumlah lahan kritis di DAS/SWSS di P Lombok mencapai
140, 132 ha.Tingkat bahaya erosi DAS yang tergolong berat
mencapai 85,52 % dari keseluruhan luas DAS. DAS/SWSS
Jelateng dan Dodokan dalam kondisi kritis dan SWSS/DAS
Putih dan Menanga, sangat kritis (SK Gubernur NTB No.
393/2006)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
5
2.1.1. Degradasi Hutan NTB
Tabel 2 Perubahan Luas Tutupan Hutan di Wilayah NTB
No.
Tahun
Degradasi (Ha)
1996
Luas Kawasan Hutan
(Ha)
1.050.522,1281
1
2
2000
996.836,5286
53.685,5995
3
2004
962.745,8252
34.090,7034
4
2008
817.831,2368
144.914,5884
Rata-Rata/
Tahun
Sumber: WWF (2009)
12.076,25
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
6
2.1.2. KONDISI HUTAN DAS DI P LOMBOK
Tabel 3 Katagori Kondisi Daerah Aliran Sungai berdasarkan
Prosentase Luas Hutan dalam DAS di Pulau Lombok
No
Nama
DAS
Luas DAS
(Ha)
Luas Hutan
Dalam DAS
(Ha)
Prosentase
Hutan Dlm
DAS (%)
Katagori
Kondisi
DAS
1 Jelateng
59964.0106
6737.9922
11.24
Sangat
Kritis
2 Dodokan
197480.9951
43583.3467
22.07
Kritis
3 Menanga
97365.6961
25427.4535
26.12
Kritis
4 Putih
95894.6892
41538.5705
43.32
Baik
Sumber : WWF (2009)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
7
2.1.3. Kondisi Hutan DAS di P Sumbawa
Tabel 4 Katagori Kondisi Daerah Aliran Sungai berdasarkan Prosentase
Luas Hutan dalam DAS di Pulau Sumbawa
No. Nama DAS Luas DAS (Ha)
Luas Hutan
Dalam DAS
(Ha)
74974.8661
64013.7927
5707.0793
37214.7611
193105.9876
66751.9545
21295.7687
38292.1145
36701.5456
6973.9217
35371.1116
34696.5730
15514.8530
61232.9681
1 Jereweh
95700.3881
2 Bako
94896.7374
3 Empang
54049.3982
4 Rimba
106428.4873
5 Beh
232835.7428
6 Rea
99933.7634
7 Moyohulu
126337.4257
8 Baka
81394.7856
9 Rhee
96689.8636
10 Sari
43977.3929
11 Parado
151762.7850
12 Bango
88592.5729
13 P. Moyo
33044.7962
14 Hoddo
169689.4839
Addinul Yakin:
Sumber : WWF (2009)
WkshopLECESUEZWWFNTB709
Prosentase
Hutan Dlm
DAS (%)
78.34
67.46
10.56
34.97
82.94
66.80
16.86
47.04
37.96
15.86
23.31
39.16
46.95
36.09
Katagori
Kondisi DAS
Baik
Baik
Sangat Kritis
Baik
Baik
Baik
Sangat Kritis
Baik
Baik
Sangat Kritis
Kritis
Baik
Baik
Baik
8
2.1.4. Kondisi Lahan Kritis di Pulau Lombok
Kategori lahan
kritis
Sangat kritis
Kritis
Agak kritis
Potensial kritis
Baik
Total
Dalam areal
hutan
Luar Areal
Hutan
Pada lahan
pertanian
Total
5952.80
(3,66%)
5500.54
(3,38%)
31609.34
(19,42%)
110741.4
(68,05%)
8938.71
(5,49%)
162.742,79
4125.15
(3,11%)
27243.29
(20,55%)
42530.02
(32,09%)
38408.82
(28,98%)
20236.65
(15,27%)
132.543,93
553.82
(0,36 %)
3836.62
(2,50 %)
9329.51
(6,09%)
42599.74
(27,79%)
96994.28
(63,27%)
153.313,97
10631.77
(2,37%)
36580.45
(8,15%)
83468.87
(18,61%)
191749.96
(42,74%)
1261
(28,12 %)
448.600,69
Sumber: Diolah dari Kimpraswil NTB (2006)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
9
2.2. Kondisi Sumberdaya Air (1)
Dalam kurun 1992-2007 curah hujan di DAS ada yang turun, naik,
dan fluktuatif
Beberapa sungai di Kawasan Gunung Rinjani mengalami
penurunan debit rata-rata 3,8 % per tahun
Kondisi debit sungai di kawasan G Rinjani sekarang sebesar 114,34
juta m3 atau sekitar 5371 m3/kapita/ tahun (menengah), dengan
tingkat pertumbuhan penduduk 1,8 %/tahun, pada tahun 2020
hanya mencapai 4260 m3/kapita/tahun (kurang)
Hasil riset pada beberapa sampel DAS, kisaran indeks pencemaran
dari tercemar sedang hingga berat (WWF, 2008)
Hasil Evaluasi Kondisi Koefisien Regime Sungai (KRS) di WS
Lombok ditemukan bahwa dari 19 DAS ditemukan bahwa 5 DAS (
%) dalam kondisi sedang, dan 14 DAS ( %) dalam kondisi buruk
(Balai Hidrologi, 2007)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
10
Kondisi Sumberdaya Air (2)
Di Kab Sumbawa telah terjadi kehilangan jumlah titik
mata air sebanyak 179, yaitu dari 250 titik menjadi 71
titik mata air. 56 % mempunyai debit kurang dari 5
liter/detik. Aliran mata air sangat kecil, dan debit aliran
menurun mencapai 76,6 %. Kondisi lahan di sekitar
mata air kurang mendukung karena kondisi hutan rusak
atau pengalihan fungsi lahan.
Di Kabupaten Dompu, Secara keseluruhan debit mata
air telah mengalami penurunan secara signifikan
dengan rata-rata 58,30 % dan Di Kabupaten
Bimadengan rata-rata 77,90 % (Balai Hidrologi, 2008)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
11
2.3. KECENDRUNGAN DEGRADASI SDA
DAN LINGKUNGAN PERTANIAN
Parameter
Kini dibandingkan dengan
masa lalu
lebih
lebih
baik/banyak jelek/sedikit
4
60
50
32
64
64
Kualitas lahan
Hasil produksi
Hama/penyakit
Gulma
Standar hidup
Tingkat Erosi
Keragaman
hayati
(biological diversity)
8
Kesuburan tanah
14
Esok dibandingkan dengan saat
sekarang
lebih
lebih
baik/banyak
jelek/sedikit
%
5,6
83,3
69,4
55,6
88,9
88,9
68
12
22
40
8
8
%
94,4
16,7
30,6
44,4
11,9
11,1
5
58
48
30
68
62
%
7
80,6
66,7
41,7
94,4
86,1
67
14
24
42
4
10
%
93,0
19,4
33,3
58,3
5,6
13,9
11,1
19,4
64
58
88,9
80,6
2
17
2,8
23,6
70
55
97,2
76,4
Sumber: Yakin (2000)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
12
2.4. KONDISI PESISIR DAN KELAUTAN
Sampai saat ini, serangkaian ancaman seperti pengeboman ikan (blast
fishing), sedimentasi dan polusi, penangkapan berlebihan, dan
pembangunan pariwisata telah merusak kondisi terumbu karang dan
ekosistemnya (Cesar, 1996; Soede, et.al., 1999). Satu survey 1998
menemukan bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan, di mana hanya 5,3 % sangat baik (tutupan terumbu
karang, 76-100 %); 21.7 % baik (51-75 %); 33,5 % cukup baik (26-50 %);
dan 39,5 % jelek (0-25 %) (World Bank, 2003). Mengingat nilai ekonomi,
budaya, sosial, ekologis terumbu karang yang tinggi (Pendleton, 1995)
pada satu sisi dan tingkat degradasi yang semakin parah pada sisi lain
maka pengelolaan terumbu karang berkelanjutan telah menjadi perhatian
kontemporer (Bunce and Gustavson, 1998). Kegiatan pertambangan
karang dan penangkapan ikan dengan bahan peledak masih berlangsung di
Taman Wisata Alam Gili Matra (TWALGM), sehingga telah mengakibatkan
kerusakan lingkungan terumbu karang yang signifikan, meskipun
serangkaian program partisipasi masyarakat dan beberapa kebijakan telah
dikeluarkan (Hidayat, 2003; 2004)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
13
AKAR MASALAH:
Pertumbuhan penduduk
Keserakahan manusia
Kemiskinan
Pendidikan rendah
Akses terbuka
Sumberdaya tersedia terbatas
Industrialisasi dan modernisasi
Kegagalan pasar
Eksternalitas
Kegagalan kelembagaan termasuk lembaga lokal
Kebijakan yang tidak sesuai
Kurangnya penegakan hukum
Virus dan Penyakit
Pengembangan Pariwisata
DAMPAK:
• Penangkapan berlebihan
• Penangkapan dengan metode destruktif (illegal-blast fishing)
•Deforestasi dan Kehilangan keragaman hayati
•Kenaikan Suhu Bumi
•Degradasi fisik ekosistem pesisir utama: terumbu karang, hutan bakau, estuaria, dan pantai berpasir
•Sedimentasi
•Eutropikasi
•Polusi/pencemaran dari industri, limbah domestik, pupuk kimiawi pertanian
• Kerusakan habitat alami
KONSEKUENSI:
•Berkurangnya jenis dan jumlah tangkapan
Berkurangnya Kapasitas ekosistem dan habitat
Berkurangnya turis
Hilangnya keragaman hayati
Berkurangnya benefit
Meningkatnya erosi
Meningkatnya biaya penangkapan
Meningkatnya Biaya sosial dan lingkungan
Gambar 1: Siklus Masalah Degradasi Sumberdaya Perikanan dan Pesisir
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
14
2.5. Kenapa Degradasi Sumberdaya alam
dan Lingkungan Terjadi
Aktivitas Manusia: Legal dan illegal logging/tangkap,
legal (transmigrasi) dan Illegal occupation (pemukiman,
peternakan masyarakat sekitar), Konversi untuk
pertanian/perkebunan, dan bencana (kebakaran,
longsor, dll)
Kenapa manusia cendrung merusak? Masalah: property
rights, policy /governmental failures, market failures,
institusional failurers
Untuk memperbaiki, koreksi semua kegagalan dan
masalah di atas
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
15
3. IMPLIKASI SOSIAL EKONOMI
DARI DEGRADASI LINGKUNGAN
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
16
3.1. IMPLIKASI EKONOMI DEGRADASI
LINGKUNGAN
Biaya sosial dan lingkungan yang tinggi
(pengendalian
banjir,
erosi,
kerusakan
infrastruktur,
kehilangan
hasil
pertanian,
menurunnya wisatawan, dan ekses negatif
lainnya)
Kebijakan sektor terkait (Pertanian, Pariwisata)
akan terancam – Konsep PIN (Pencepatan
Inovatif dan Nilai Tambah) bisa menghadapi
kendala serius
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
17
Produktivitas Lahan Cendrung Menurun
Produktivitas Padi NTB
80
70
60
50
40
Rata-rata
Produksi_Kw/Ha
30
20
10
0
Sumber: BPS NTB (2000, 2008)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
18
3.2. IMPLIKASI LANGSUNG PADA SEKTOR
PERTANIAN DAN SEKTOR LAIN
Ketersediaan Air Menurun mengganggu intensitas tanam
dan produktivitas usahani baik tanaman maupun ternak
Rusaknya Infrastruktur Pertanian, sarana dan prasana
irigasi (saluran, dam, dan sejenis)
Kehilangan hasil pertanian (tanaman dan ternak karena
flooding, erosi, dan sejenis
Kesempatan kerja, pendapatan masyarakat menurun,
rawan sosial-ekonomi dan politik
Bisa menghambat Pertunbuhan Sektor Pariwisata dan
terkait
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
19
Luas Tanah Sawah Untuk 1x Tanam dan 2x Tanam di
Prov NTB (1996-2007)
250,000.00
200,000.00
150,000.00
2x tanam
1x tanam
100,000.00
50,000.00
-
Tahun
Sumber: BPS NTB (2000, 2008)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
20
3.3. ILUSTRASI POTENSI KERUGIAN EKONOMI
Tabel Kehilangan Ekonomi dari Penangkapan Bahan Peledak dan Sedimentasi
selama 20 tahun (Juta US $)
Kehilangan
penerimaan wisata
Blast Fishing
Pendapatan
Kehilangan
perikanan
proteksi
sustainabel yang pesisir
hilang
570
160
Sedimentasi
20
100
0
210
Sumber: World Resource Institute (2002) dalam World Bank (2003)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
21
PERSEPSI NELAYAN TENTANG HASIL
TANGKAPAN LAUT
Kriteria
TANJUNG LUAR
Sangat melimpah
Cukup banyak
Sedang
Kurang
Kurang sekali
JEROWARU
Sangat melimpah
Cukup banyak
Sedang
Kurang
Kurang sekali
SUKARAJA
Sangat melimpah
Cukup banyak
Sedang
Kurang
Kurang sekali
Belakangan
ini
(Desember 1999)
Jumlah
%
Musim Ikan
Di Luar Musim Ikan
Jumlah
%
Jumlah
%
0
1
19
21
0
0
2,4
46,3
21
0
6
17
7
9
0
15,4
43,6
17,9
23,1
0,0
0
0
0
11
30
0
0
0
26,8
73,2
0
0
2
4
0
0
0
33,3
66,7
0
0
1
5
0
0
0
16,7
83,3
0
0
0
0
0
1
4
0
0
0
20
80
0
1
2
1
0
0
25,0
50,0
25,0
0
Addinul Yakin:
0
3
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
100
0 22
WkshopLECESUEZWWFNTB709
Persepsi Nelayan tentang Kelayakan
Ekonomi Usaha Penangkapan
Pendapat Nelayan
(kriteria)
Persentase (%)
TANJUNG JEROWARU SUKARAJA
LUAR
Menguntungkan
Untungnya sedikit
Tidak menguntungkan lagi
Sekedar untuk hidup
Tidak tahu
20,5
38,5
10,3
30,7
0,0
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
0
25
0
75
0
33,3
0
0
66,7
0
23
4. KONSEP, STRATEGI, DAN
SASARAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
24
4.1. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(Sustainable Development-SUSDEV) (1)
KOMITMEN GLOBAL SEJAK Konferensi PBB
1972 dan diperkuat pada UNCED 1992 dalam
Pasal 4 dalam Rio Declaration 1992:
“Untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan, proteksi lingkungan harus
menjadi bagian integral dari proses
pembangunan dan tidak boleh dipisahkan
dengan hal tersebut”
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
25
4.2. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(Sustainable Development)
Brundlant Report in Our Common Future, the final
commission report (1987)
“Sustainable development as development that meets
the needs of the present without compromising the
ability of future generations to meet their own
needs”.
Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
26
4.3 PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
SusDev mensyaratkan interaksi yang harmonis, seimbang,
dan saling ketergantungan antara dimensi-dimensi sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
TIGA PERSPEKTIF SUSDEV:
PERSPEKTIF EKONOMI dimana alokasi dan penggunaan sumberdaya harus
menciptakan efisiensi ekonomi, pertumbuhan, dan stabilitas, dengan
internaslisasi dan kompensasi bagi kerusakan lingkungan
PERSPEKTIF LINGKUNGAN di mana alokasi dan penggunaan sumberdaya
harus menciptakan integritas lingkungan di mana biodiversitas dan fleksibilitas
sumberdaya alam dipertahankan sehingga menjamin produksi barang dan jasa
yang berkualitas sepanjang waktu;
PERSPEKTIF SOSIAL di mana alokasi dan penggunaan sumberdaya harus
mampu menekan kemiskinan, dan mewujudkan keadilan antar generasi tanpa
mengorbankan budaya warisan dengan partisipasi kolektif dari seluruh lapisan
masyarakat;
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
27
4.4. Sasaran Kebijakan bagi Perwujudan Pembangunan
Berkelanjutan ( SADC 1996 dalam UNEP (1999) (1)
Kebutuhan Sustainabilitas ekonomi Sustainablitas Sosial
manusia
(Economic sustainability) sustainability)
Air
Makanan
Kesehatan
Memastikan suplai air
yang
cukup
dan
penggunaannya
yang
efisien bagi pembangunan
pertanian,
industry,
perkotaan dan pedesaan.
Meningkatkan
produksi
dan
produktivitas
pertanian bagi ekspor dan
keamanan
pangan
regional
Meningkatkan produktivitas
melalui
penangangan
kesehatan preventif dan
peningkatan kesehatan dan
keamanan di tempat kerja
(Social Sustainabilitas
lingkungan
(Environmental sustainability)
Memastikan akses yang cukup
bagi mayoritas kaum miskin
pada air bersih baik untuk
keperluan domestic maupun
pertanian skala kecil
Memastikan
perlindungan
yang
memadai
bagi
sumberdaya dan ekosistem
sumber air, perairan dan air
tawar/bersih
Meningkatkan
produktivitas
dan
profitabilitas
dari
pertanian skala kecil dan
memastikan keamanan pangan
rumahtangga
Memperkuat standar udara, air,
dan
suara/bising
bagi
perlindungan kesehatan manusia
dan
memastikan
pelayanan
kesehatan dasar bagi mayoritas
kaum miskin
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
Memastikan penggunaan yang
berkelanjutan dan konservasi
sumberdaya lahan, hutan,
kehidupan liar (wildlife),
perikanan dan air.
Memastikan
perlindungan
sumberdaya biologi, ekosistem
dan sistem pendukung hidup
yang memadai.
28
Sasaran Kebijakan bagi Perwujudan Pembangunan
Berkelanjutan ( SADC 1996 dalam UNEP (1999) (2)
Pemukiman
dan jasa-jasa
Energi
Pendidikan
Pendapatan
Memastikan
suplai Memastikan akses yang cukup
sumberdaya yang cukup terhadap
perumahan
yang
dan
penggunaannya terjangkau,
sanitasi,
dan
yang
efisien
bagi transportasi oleh mayoritas
bangunan dan sistem kaum miskin
transportasi.
Memastikan
suplai Memastikan akses yang cukup
energi yang cukup dan terhadap
energi
yang
penggunaanya
yang terjangkau oleh mayoritas
efisien
bagi kaum
miskin,
terutama
pembangunan
alternatif-alternatif bagi kayu
industry, transportasi bakar.
dan
penggunaan
rumahtangga
Memastikan
Memastikan akses yang cukup
ketersediaan
orang- bagi semua pada pendidikan
orang
terlatih
bagi bagi kehidupan yang sehat dan
semua sektor ekonomi produktif
kunci
Meningkatkan
Mendukung usaha skala kecil
efisiensi
ekonomi, dan penciptaan lapangan
pertumbuhan
dan kerja bagi masyarakat miskin
kesempatan kerja di di sektor informal
sektor formal
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
Memastikan
penggunaan
yang
optimum dan berkelanjutan dari
sumberdaya lahan, hutan, energi, dan
mineral.
Mengurangi dampak lingkungan
lokal, nasional, dan global dari
minyak bumi dan mengembangkan
pembangunan dan penggunaan
alternatif-alternatif
bagi
sumberdaya hutan dan yang
sumberdaya terbarukan lainnya
Mengintegrasikan
lingkungan
dalam
program-program
pendidikan dan informasi publik.
Memastikan
penggunaan
sumberdaya
alam
yang
berkelanjutan yang dibutuhkan
bagi partumbuhan ekonomi dalam
sektor formal dan informal 29
4.5. PERGESERAN PARADIGMA PEMBANGUNAN DAN
PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Ada Pengakuan yang meningkat pada kompleksitas hubungan antara
Sektor Kehutanan dan peluang-peluang baru untuk pembangunan
pedesaan baik dalam meningkatkan basis produktif maupun memperkuat
fungsi-fungsi jasa lingkungan (Slee and Wiersum, 2001; Elands and
Wiersum, 2001).
Pada masalalu berorientasi pada fungsi produksi sumberdaya alam (hutan,
kelautan) untuk kemajuan ekonomi pedesaan/pesisir (pendapatan,
kesempatan kerja, dan bahan baku), Saat ini, peran sumberdaya alam
(kehutanan, kelautan) telah berubah kepada upaya mempertahankan dan
kembali memulihkan jasa amenitas dan lingkungan menuju wilayah rekreasi
dan kehidupan yang menarik secara lingkungan untuk populasi perkotaan.
Akibatnya perlu penyesuaian pada kebijakan sektor sumberdaya alam dan
pedesaan.
Menuju Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang integratif
antar sektor, wilayah, dan vertikal
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
30
5. POTENSI BENEFIT EKONOMI
PENGELOLAAN SUMBERDAYA
ALAM DAN LINGKUNGAN
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
31
5.1. Valuasi Lingkungan di Asia
Cesar (2002) melaporkan bahwa 93 persen
studi di Asia Selatan dan Asia Tenggara
ditujukan untuk mengestimasi nilai penggunaan
langsung (direct use values) dan hanya sekitar 7
persen yang mengkaji tentang indirect use and
non-use values (Cesar, 2002), sehingga usaha
untuk mengatasi konflik antara konservasi dan
konversi sumberdaya pantai dan kelautan masih
perlu dikembangkan.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
32
Nilai Ekonomi Total
5.2. Total Economic Valuation
Nilai Pengguna
(use values)
Langsung
Tidak langsung
Output & jasa yang
bisa dikonsumsi
langsung
Benefit fungsional
yang dinikmati secara
tidak langsung
Ekstraktif:
Ikan, Budidaya laut,
Perdagangan
akuarium
Obat-obatan
Dukungan biologis pada:
Burung laut, Kura-kura,
Ikan, dan
Ekosistem lainnya
Non –Ekstraktif:
Rekreasi
Pendidikan &
Penelitian
Estetika
Nilai bukan pengguna
(non use values)
Pilihan
Quasi pilihan
Penggunaan
langsung maupun
tidak langsung
masa depan
Informasi baru yang
diharapkan untuk
menghindar
kehilangan yang
tidak bisa diperbaiki
Spesies Habitat, dan
Keragaman Hayati
Masa depan
keberadaan
Menyimpan Nilai
pengguna dan non
pengguna untuk
masa datang
Nilai dari pengetahuan
akan keberlanjutan
eksistensi sumberdaya
(keyakinan moral)
Spesies
Habitat
Gaya hidup
dikaitkan dengan
nilai tradisional
Dari terancamnya
habitat karang
Spesies langka
Spesies karismatik
Nilai astetik
Proteksi fisik pada:
Garis pantai
Navigasi
Ekosistem lainnya
Dukungan kehidupan global:
Penyimpanan karbon
Gambar Kategorisasi nilai ekonomi sumberdaya dan lingkungan terumbu karang
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
33
5.3. Potensi Nilai Ekonomi Kawasan Hutan
Stabilisasi Fungsi-Fungsi hidrologis
Proteksi tanah
Stabilisasi iklim
Konservasi sumberdaya yang diperbaharui
Proteksi sumberdaya genetik
Preservasi stok pemuliaan, jumlah sumber air
Keragaman hayati
Fasilitas Rekreasi dan Pariwisata
Nilai lingkungan (non-markets)
Kesempatan Kerja
Fasilitas pendidikan, riset dan monitoring
Mempertahankan lingkungan hidup berkualitas
Keuntungan dari perlakuan khusus untuk Masyarakat sekitar kawasan
Preservasi Nilai kebanggaan budaya dan tradisional serta warisan regional
Keseimbangan lingkungan alamiah
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
34
5.5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN SDA DAN
LINGKUNGAN BERKELANJUTAN (1)
1. Estimasi Benefit Kawasan Rinjani
Sumber Benefit
Sumber daya air
Sumberdaya kehutanan (hutan
produksi)
Sumberdaya pariwisata(1999)
Total Nilai WTP (jika pasar
tersedia, dengan pembayaran per
RT)
Nilai Total
423
PV selama 10 tahun (milyar
Rp)
15 %
2.774
31
206
286
1876
31
203
771
5157
Besarnya Benefit
(Milyar Rp./tahun)
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
35
5.5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN
SDA DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN (2)
2. Analisis Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) tentang wisata pendakian Gunung
Rinjani menunjukkan ekonomi maksimum yang potensial bisa dicapai adalah sebesar
Rp. 5.464.911.352, dengan harga tikat masuk optimum adalah sebesar Rp 159.500.dan tingkat kunjungan optimum sebanyak 34.263 per tahun. Potensial benefit
tersebut adalah jauh lebih besar jika dibandingkan Nilai Ekonomi Wisata
Pendakian Pada Kawasan TNGR Pulau Lombok dengan harga biaya masuk yang
berlaku sekarang, yaitu sebesar Rp 3.106.166.350,-/tahun dengan biaya masuk turis
mancanegara Rp.50.000 dan domestik Rp. 7.500 (Yakin dan Gatut, 2008)
3. Hasil estimasi dengan Travel Cost Method potensi nilai ekonomi jasa rekreasi obyek
wisata alam Joben sebesar Rp 3.031.804.577,00 dalam setahun sehingga kesediaan
membayar setiap pengunjung diperkirakan sebesar Rp 23.372,00; (2) harga biaya
masuk yang optimal bagi pengelola yaitu sebesar Rp 25.000,00 dengan taksiran
pendapatan sebesar Rp 1.407.050.000,00 per tahun. Ini berarti ada kenaikan 6 kali
lipat dari pandapatan pengelola pada harga biaya masuk yang berlaku sekarang
yaitu Rp 2.000,00 yang hanya sebesar Rp 232.680.000,00 per tahun. Dalam hal ini
ada peluang bagi pengelola untuk meningkatkan pendapatan dengan menaikkan
harga biaya masuk ke obyek wisata Joben, tetapi hasil survey menemukan juga
bahwa hanya 44 % responden yang setuju untuk kenaikan tarif dengan kenaikan
yang tidak terlalu besar (Yakin dan Basrun, 2007)..
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
36
5.5. POTENSI BENEFIT EKONOMI PENGELOLAAN
SDA DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN (3)
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) telah menciptakan banyak
kesempatan kerja bagi penduduk local dan mampu memberikan kontribusi
sampai sebesar 46,1 persen (Rp. 6.164.940 per tahun) terhadap
pendapatan keluarga (Rp. 14.535. 766) petani sekitar kawasan yang ikut
bekerja dan/atau berusaha pada kegiatan pariwisata tersebut (Yakin, 2002)
Dengan menggunakan jumlah biaya perjalanan wisatawan yang diestimasi
oleh WWF (2001) selama tinggal di Pulau Lombok yaitu sebesar Rp.345
866,- per kapita, dan dengan total kunjungan wisatawan ke kawasan Gili
Indah sebanyak 85140 orang maka potensial nilai ekonomi pariwisata dari
kawasan TWALGM mencapai Rp. 29.447.031.240,- per tahun (Yakin,
2008). Sekarang ini untuk konservasi lingkungan, setiap diver dikenakan
US $5, tetapi sekarang sedang dilakukan penelitian tentang WTP (Choice
Model) untuk fee masuk lingkungan bagi semua pengunjung ke Ketiga Gili.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
37
6. PENGELOLAAN SDA DAN
LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF
KEBIJAKAN DI NTB
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
38
6.1. ISU-ISU PENTING DALAM KEBIJAKAN NTB
Isu SDA dan Lingkungan sudah termuat dengan memadai RPJP Daerah NTB Tahun
2005-2025,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD): 2009-2013
Integrasi Pengelolaan Sumberdaya Air, belum jelas??? Merujuk kepada UU No. 7/2004
tentang Sumberdaya Air: Konservasi Sumberdaya air; pendayagunaan sumberdaya air;
pengendalian daya rusak air: Bagaimana integrasi dengan Kehutanan???
Kebijakan Pertambangan: Hanya Pembinaan, pengawasan, penertiban? Bagaimana
tentang pembukaan tambang baru (Sekotong, Bima ??), Kalau ya bagaimana?
Pengaturan Tata Ruang dalam UU No. 26/2006 sudah memadai: NTB harus memastikan
bahwa apa yang disyaratkan dalam UU tersebut dipenuhi ( misalnya kawasan hutan harus
minimal 30 % dari luas DAS)
RPJMD dan RTRW perlu diadopsi oleh Kabupaten/Kota
Sharing Anggaran Pusat/Propinsi/Kabupaten/Kota
Perlu Komitmen dan kesungguhan PEMDA Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam
implementasinya
Strategi Revenue Generating dari SDA perlu dikembangkan
Sinkronisasi anggaran kaitan dengan PIN, Program Sejuta Sapi, dan sektor lain
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
39
6.2. BEBERAPA STRATEGI KUNCI
Penerapan Pengelolaan sumberdaya alam
Lestari/berkelanjutan (sustainable natural resource
management)
Penetapan kawasan hutan lindung dan strategis, minimal
sesuai Undang-Undang (30%)
Koreksi pasar dengan Memperjelas hak-hak penguasaan/
pemilikan sumberdaya alam ; dan Valuasi Barang Lingkungan
Penegakan Hukum (Law enforcement)
Memperkuat kelembagaan lokal
Mendorong partisipasi masyarakat melalui agroforestry,
konservasi, reboisasi, dan rehabilitasi
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
40
7. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
KEBIJAKAN
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
41
7.1. KESIMPULAN
Degradasi SDA dan Lingkungan NTB sudah mengkhawatirkan dan telah
menimbulkan biaya sosial dan lingkungan yang signifikan
Untuk mendukung Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan NTB, maka Upaya
Konservasi dan pemulihan SDA dan Lingkungan Strategis NTB (Hutan,
Perikanan, Air) merupakan suatu Keharusan
Kebijakan Pembangunan (RPJP) dan Kebijakan RTRW NTB yang ada
belum menginternalisasikan hal-hal tersebut
Belum ada Komitmen yang jelas baik dari sisi program dan Pembiayaan yang
memadai baik Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota
Sinergitas Pembangunan antar sektor dan antar wilayah belum optimal
Perlu Grand Strategy pemulihan SDA alam dan Lingkungan dengan Arah
pembangunan Ekonomi NTB berkelanjutan
Potensi Revenue Generating dari Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Sumberdaya alam dan lingkungan sangat Tinggi
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
42
7.2. IMPLIKASI KEBIJAKAN
Harus ada strategi yang jelas pada pemulihan dan perbaikan
SDA dan Lingkungan (Program, pendanaan, sumberdaya)
Perlu ada program yang sinergi antara target global, nasional,
regional/daerah
Perlu sinkronisasi kebijakan RPJP dan RTRW dan Kebijakan
Fiskal dan Implementasinya, Propinsi – Kabupaten/Kota
Perlu ada mekanisme dan martiks tanggungjawab yang jelas
antara Propinsi dengan Kabupaten/Kota
Perlu menggali dan mengoptimalkan potensi revenue
generating dari jasa sumberdaya alam dan lingkungan
(termasuk karbon kredit), antara lain melalui eco tourism
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
43
Referensi (1)
Balai Hidrologi (2007), Booklet Informasi Kondisi Parameter Hidrologi Lahan . Mataram: Dinas Pemukiman dan Prasarana
Wilayah NTB.
Balai Hidrologi (2008), Booklet Mata Air Pulau Sumbawa. Mataram: Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah NTB.
Biro Hukum Setda Provinsi NTB, 2009, Draft Rancangan PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
NOMOR
TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA
TENGGARA BARAT TAHUN 2009 – 2013
BPS (2000, 2008), NTB Dalam Angka. Mataram: BPS
Basuki, Prayitno (2009), Analisis Ekonomi Regional NTB: Mendukung Pencapaian Pembangunan NTB yang Berkelanjutan.
Mataram: WWF Nusa Tenggara Project.
Buttoud, Gerard, 2002. Introduction: Multipurpose management of mountain forests: which approaches? Forest Policy and
Economics 4 (2002) 83–87
Cesar, Herman, 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs. Working paper series. Paris: the World Bank.
Cesar, Herman, 2002. The Biodiversity Benefits of Coral Reef Ecosystem: Values and Markets. Paris: OECD.
Elands, Birgit H.M and K. Freerk Wiersum, 2001. Forestry and rural development in Europe: an explanation of socio-political
discources. Forest Policy and Econmics 3 (2001):5-16.
Fromm, Oliver (2000), Ecological Structure and Functions of Biodiversity as Elements of Its Total Economic Value Environmental
and Resource Economics 16: 303–328.
Hidayat, Aceng (2003), Governance Structure in Coral Reef Management: A Report from Gili Indah Village, West Lombok
Indonesia. A Working Paper presented at Resource Economic Department, Humboldt University of Berlin.
Hidayat, Aceng (2004), Determinats of Institutional Change and Collective Action in Coral Reef Management: Evidences from
Lombok, Indonesia ISTECS JOURNAL, V (2004) 1-13.
Pendleton, Linwood H (1995), ‘Valuing Coral Reef Protection’. Ocean and Coastal Management, Vol.26 No.2, pp. 119-131.
Ruitenbeek, HJ (1999), Blue pricing of undersea treasures – needs and opportunities for environmental economics research on
coral reef management in South East Asia. Paper presented to the 12th Biannual Workshop of the Environmental Economics
Program for South East Asia, Singapore, 11-14 May. IDRC, Singapore.
Soede, C-Pet, H.S.J.Cesar, and J.S. Pet, 1999. An Economic Analysis of Blast Fishing in Indonesian Coral Reefs, Environmental
Conservation 26(2): 83-93.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
44
Referensi (2)
Yakin, Addinul (1998), Optimal Fertilizer Policy on Lombok Rice Agriculture: A Cross Sectional Study. Unpublished M.Ec Thesis
(by Research), Department of Economics, Faculty of Business dan Law, La Trobe University, Bundoora, Victoria, Australia.
Yakin, Addinul (2000a), Implikasi Sosial Ekonomi Pembangunan Hutan Kemasyarakatan dan Prospek Pengelolaan HPH melalui
Koperasi: Kasus di Kabupaten Bima dan Dompu. Majalah Ilmiah Agriteksos Vol. 9(4), Januari 2000.
Yakin, Addinul (2000b), Kebijaksanaan Pemupukan Optimum pada padi sawah dan dampak Pemupukan terhadap stdanar hidup
dan kualitas lingkungan di Kabupaten Lombok Barat. Majalah Ilmiah Agroteksos Vol. 12(5), Desember 2000.
Yakin, Addinul (2001) The Environmental Implications of Technological Changes in Agricultural Practices: An Economic dan
Policy Perspective. Majalah Ilmiah Agroteksos, Vol 13(1),Oktober 2001.
Yakin, Addinul (2002a), Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dalam Perspektif Sosial-Ekonomi dan Lingkungan: Studi Kasus di
Kacamatan Keruak Lombok Timur. Majalah Ilmiah Agrimansion, Vol 3(2), Januari 2002.
Yakin, Addinul (2002b), The Impact of Development of Rinjani Mountain National Park toward the Farmer's Economy in the
Surrounding Area: A case study at the Village of Senaru, District of West Lombok. Majalah Ilmiah Agroteksos, Vol. 12(2),Oktober
2002.
Yakin, Addinul dan Jamal Othman (2003), “Forest Resource dan Policy at the Age of Regional Autonomy in Indonesia” , Paper
yang dipresentasikan pada the 2-day International Seminar on “Sustainable Economic, Business, dan Social Development in an
Era of Globalization”, 13/10/2003-14/10/2003 at Equatorial Hotel, Bangi, Selangor, Malaysia.
Yakin, Addinul (2004), Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Akedemika
Pressindo, Jakarta. Cetakan Kedua.
Yakin, Addinul (2005a), State, Institution, dan Environmental Governance: Special Reference to Indonesia, Malaysia, dan Japan.
Paper dipresentasikan pada Seminar Nasional oleh LIPI Jakarta, 29 Maret 2005.
Yakin, Addinul (2005b), Community Involvement dan Environmental Management of Rinjani National Park, Lombok Island in
Mitsuda dan Sayuti (editors), Sustainable Lombok: The Rich Nature dan Rich People in the 21st Century. Mataram: Universitas
Mataram Press: 93-120.
Yakin, Addinul (2006a), Implementation dan Enforcement of Environmental Policies in Promoting Sustainable Development in
Asia: Learning from Malaysia dan Japan in Power, Purpose, Process, dan Practice in Asia: The Work of API Fellows 2003/2004.
Asian Public Intellectuals Program. Kuala Lumpur, Malaysia: Sasyaz Holdings Sdn. Bhd. Pages: 1-18.
Yakin, Addinul (2006b), Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Hutan dan Tata Pamong Lingkungan di Era Otonomi Daerah. Paper
yang disampaikan pada Seminar Nasional tentang Kehutanan yang diselenggarakan di Hotel Jayakarta, Lombok: 9-11 Juni 2006
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
45
Referensi (3)
Yakin, Addinul (2007), Application of Polluter Pays Principle for Improving Environmental Quality in the Palm Oil Industry of
Malaysia: A Success Story. Vol. (17): 1, April 2007, Agroteksos journal. University of Mataram.
Yakin, Addinul dan Basrun (2007), Valuasi Ekonomi Obyek Wisata Alam Joben pada Kawasan Taman Nasional Gunung
Rinjani: Aplikasi Metode Biaya Perjalanan. Jurnal LEMLIT UNRAM, Pebruari 2007
Yakin, Addinul dan Gatut Panggah Prasetyo (2008), Nilai Ekonomi Wisata Pendakian pada Kawasan Taman Nasional
Gunung Rinjani di Pulau Lombok. Jurnal LEMLIT Unram, Pebruari 2008.
Yakin, Addinul (2007), Dimensi Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Pemanfaatan Sumberdaya dan Lingkungan pada Taman
Wisata Alam Gili Matra, Kabupaten Lombok Barat. Majallah Agroiteksos , Oktober 2007
Yakin, Addinul (2008), Kelembagaan dan Intervensi Kebijakan dalam Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang
Berkelanjutan: Kasus Taman Wisata Alam Laut Gili Matra, Kabupaten Lombok Barat. Majalah Agroteksos (dalam naik cetak)
World Bank (2000). Indonesia: The Challenge of World Bank involvement in Forests. Washington: the World Bank
World Bank (2003). Decentralizing Indonesia: A Regional Public Expenditure Review. Report No. 26191-IND.
WWF (2001, 2002), Resource Economic Valuation of Rinjani Mountain Area. A Report. Mataram: WWF Nusa Tenggara
Project.
WWF(2008), Studi Analisis Hidrologis dan Perubahan Tutupan Lahan Kawasan Gunung Rinjani, Lombok. Mataram: WWF
Nusa Tenggara Project. Kerjasama dengan Pemda NTB, BALITHUT Mataram, dan BAPEDAS Dodokan Moyosari
WWF (2009), Studi Analisis SpasialTutupan Hutan Wilayah Nusa Tenggara Barat (Tahun 1996 – 2008). Draft Laporan
Akhir. Mataram: WWF Nusa Tenggara Project.
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
46
Tentang Pemakalah
Addinul Yakin (Addy) adalah Lektor Kepala dengan konsentrasi Ekonomi Sumberdaya dan
Kebijakan Lingkungan di Faperta UNRAM. Pendidikan; Faperta Unram (1986); Graduate Diploma
In Economics, Spesialisasi di bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (1994) dan
Master of Economics (1998) dari La Trobe University Australia dengan AIDAB Scholarship
Australia.Telah menulis banyak artikel dan beberapa buku (terbit dalam dan luar negeri) dan
presentasi paper di Jepang, Australia, Malaysia, dan Phlippines.
Pernah bekerjasama dan berkontribusi dalam berbagai kapasitas dengan banyak lembaga
antara lain: GTZ, WWF, FAO, JICA, ACIAR, ADB, UNEP, USAID, AIDAB, FORD, NIPPON
FOUNDATION, WORLD BANK , LIPI, UNDP, CSEAS, LESTARI, LA TROBE, dan GDN.
Pendiri beberapa Lembaga Riset dan LSM (misalnya, CRESCENT, IRDES, Yayasan PATUA,
Yayasan Fazrul Yakin).
Pernah memperoleh Asian Public Intellectual (API) Fellowship Program dari the Nippon
Foundation, Jepang untuk menjadi Visiting Research fellow di Universiti Kebangsaan Malaysia
(UKM), Selangor (Juli-Desember 2003) serta di Kyoto University, Jepang (Jan-Jun 2004).
Mantan Direktur Program Ekstensi FP Unram (2005-2007), dan PD III FP Unram (2007-20112.
Bisa dihubungi:
Kantor: Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Rumah: Jl. Sapta Pesona No. 48 Mataram 83117. Tel. (0370) 645 221; HP: 081 339 530 987; email: deo2yakin@yahoo.com., addinulkn@gmail.com.. Dan Websites:
http://www.addinulyakin.blogspot.com; https://unram.academia.edu/AddinulYakin
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
47
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Addinul Yakin:
WkshopLECESUEZWWFNTB709
48