Jurnal Ekonomi Moneter Faktor Faktor Yan
FAKTOR – FAKTOR KEBIJAKAN PENERAPAN TINGKAT SUKU
BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)
AYU ANDINI
Mahasiswi jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Email: ayuandini.uinjkt@yahoo.co.id
Pembimbing:
Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si
Abstrak
The aims of this study is to analyze the effect of macro-economic variables
(money supply, inflation rate, and interest rate) to the 9 month Bank Indonesia
Certificates (SBI) interest rate periode august 2010 – may 2013. In this reserach
the writer use secondary data that are quantitative. Data obtained from the
ministry of trade and the official website of Bank Indonesia.
Data are analyzed using multiplier linear regression. The result of this research
indicates that BI Rate variable significantly influence the SBI interest rate, while
other variables ( money supply, and inflation rate) have no significantly influence
on SBI interest rate.
Keywords: inflation rate, money supply, SBI
I.
PENDAHULUAN
Kebijakan moneter adalah bagian
terpenting dari kebijakan makro.
Bagaimana
pada
umumnya
dilakukan
dengan
mempertimbangkan situasi politik,
ekonomi, sosial, dalam mengambil
sebuah keputusan.
Dalam
pelaksanaannya,
kebijakan
moneter
berbeda-beda
dari
strategi
dilakukan
suatu
negara
dengan negara lain, sesuai dengan
tujuan
yang
ingin
dicapai
dan
mekanisme transmisi yang diyakini
berlaku pada perekonomian yang
bersangkutan. Di indonesia sendiri
pun, ada pelaksana yang mengatur
kebijakan moneter tersebut yaitu
Bank Indonesia. Salah satu tugas
Bank Indonesia ialah menetapkan
tingkat suku bunga yang merupakan
instrumen kebijakan moneter dalam
memberikan sinyal positif terhadap
perekonomian.
Fluktuasi yang terjadi pada tingkat
suku bunga SBI sangat tergantung
pada
situasi
sosial,
politik
dan
ekonomi. Suku bunga SBI dinilai
kalangan perbankan relatif tinggi,
karena belum bisa menggerakkan
kegiatan
sektor
ekonomi
keseluruhan.
Tingkat
ditentukan
mekanisme
secara
suku
SBI
pasar,
sehingga BI tak dapat menentukan
besarnya tingkat suku bunga. Oleh
karena itu, pemulihan faktor-faktor
nonekonomis menjadi penentu untuk
menekan tingkat suku bunga. Pada
saat ini banyak tuntutan dari para
pelaku bisnis dan juga ahli ekonomi
yang
menuntut
penguasa
agar
moneter
BI selaku
mempengaruhi
suku bunga karena dengan turunnya
SBI
dapat
meningkatkan
dan
mengembangkan sektor riil.
Sejak
awal
Juli
2005,
BI
menggunakan mekanisme "BI rate"
(suku
bunga
BI),
yaitu
BI
mengumumkan target suku bunga
SBI
yang diinginkan
pelelangan
pada
BI untuk
masa
periode
tertentu. BI rate ini kemudian yang
digunakan sebagai acuan para pelaku
pasar dalam mengikuti pelelangan.
Kenaikan suku bunga yang dilakukan
oleh
bank
Sentral,
maka
akan
direspon oleh para pelaku pasar dan
para
penanam
modal
untuk
memanfaatkan moment tersebut guna
meningkatkan
produksi
menanamkan investasinya.
dan
Seiring dengan itu, akan berdampak
Apabila jumlah produksi berkurang,
juga pada jumlah produksi yang
maka akan melemahkan mata uang
bertambah dan tenaga kerja yang
tersebut.
juga
Kenaikan
akan
semakin
bertambah.
suku
bunga
Akibatnya ekspor bertambah dan
sangatlah dikhawatirkan oleh para
jumlah
kreditur
pengangguran
menurun,
dan
tingkat
penjualan
sehingga devisa yang masuk ke
perumahan yang semakin menurun
negara tersebut semakin menguatkan
karena membuat pajak pinjaman
dollar terhadap mata uang lain.
modal dan kredit perumahan semakin
Demikian pula sebaliknya, bila saja
meningkat, tanpa didukung dalam
suku
produksi
kelancaran produksi dan bisnis yang
karena
menunjang, akan berimbas pada
bunga
industri
menurun,
akan
berkurang
produsen akan membatasi kerugian.
II.
macet.
KERANGKA
TEORITIS
TINJAUAN
DAN
PUSTAKA
maka nilai uang akan merosot dan ini
2.1. Inflasi
Inflasi
kredit
menurut
A.P.
sama dengan kenaikan harga. Jadi
keadaan
menurut Klasik, inflasi berarti terlalu
dimana terjadi kelebihan permintaan
banyak uang beredar atau terlalu
(Excess Demand) terhadap barang-
banyak kredit dibandingkan dengan
barang dalam perekonomian secara
volume
transaksi
keseluruhan.
adalah
membatasi
Lehnerinflasi adalah
Menurut
Teori
klasik inflasi
maka
obatnya
jumlah
uang
beredar dan kredit.
merupakan tingkat harga terutama
Menurut
Teori
ditentukan oleh jumlah uang beredar,
Keynes diasumsikan
bahwa
yang
perekonomian sudah berada pada
dapat
dijelaskan
melalui
hubungan antara nilai uang dengan
tingkat full
jumlah uang, serta nilai uang dan
Keynes
harga. Bila jumlah uang bertambah
berpengaruh
lebih cepat dari pertambahan barang
permintaan
employment. Menurut
kuantitas
uang
terhadap
total,
karena
tidak
tingkat
suatu
perekonomian
dapat
mengalami
Menurut golongan moneteris, inflasi
inflasi walaupun tingkat kuantitas
dapat
uang tetap konstan. Jika uang beredar
menahan
dan
bertambah
kelebihan
permintaan
naik.
maka
harga
akan
Kenaikan harga ini akan
menyebabkan
bertambahnya
diturunkan
dengan
cara
menghilangkan
melalui
kebijakan moneter dan fiskal yang
bersifat
kontraktif,
atau
melalui
permintaan uang untuk transaksi,
kontrol terhadap peningkatan upah
dengan demikian akan menaikkan
serta penghapusan terhadap subsidi
suku bunga. Hal ini akan mencegah
atas nilai tukar valuta asing.
pertambahan
2.2. BI Rate
investasi
permintaan
dan
akan
untuk
melunakkan
tekanan inflasi.
yangmencerminkan sikap atau stance
Analisa Keynes mengenai
inflasi
BI Rate adalah suku bunga kebijakan
permintaan
kebijakan moneteryang ditetapkan
dirumuskan
oleh
bank
Indonesia
dan
berdasarkan konsep inflationary gap.
diumumkankepada publik. Secara
Menurut Keynes, inflasi permintaan
operasional, stance
yang benar-benar penting adalah
moneter dicerminkan oleh penetapan
yang ditimbulkan oleh pengeluran
suku bunga kebijakan (BI Rate) yang
pemerintah, terutama yang berkaitan
diharapkan akan mempengaruhi suku
dengan
bunga pasar uang dan suku bunga
peperangan,
program
kebijakan
investasi yang besar-besaran dalam
deposito
kapital sosial.
perbankan. Perubahan suku bunga ini
Menurut Teori Moneterisme in
dan
suku bunga
kredit
pada akhirnya akan memengaruhi
flasi disebabkan oleh kebijaksanaan
output dan inflasi.
moneter dan fiskal yang ekspansif,
2.3. Jumlah Uang Yang Beredar
sehingga jumlah uang beredar di
Menurut paham klasik, uang tidak
masyarakat
memiliki pengaruh terhadap sektor
sangat
berlebihan.
Kelebihan
uang
beredar
di
riil, tidak ada pengaruhnya terhadap
masyarakat
akan
menyebabkan
tingkat bunga, kesempatan kerja atau
terjadinya
kelebihan
permintaan
barang dan jasa di sektor riil.
pendapatan
nasional.
Pendapatan
nasional ditentukan oleh jumlah dan
kualitas tenaga kerja, jumlah yang
Uang hanya merupakan suatu tudung
dipakai
saja dalam perekonomian.
serta
perubahan
tehnologi.
dari
Tanpa
faktor-faktor
Menurut
Teori
kuantitas
produksi maka pendapatan tidak
Recardo kuat dan lemahnya nilai
akan berubah. Teori ini sebenarnya
uang sangat tergantung dari pada
adalah teori mengenai permintaan
jumlah uang yang beredar. Jika
sekaligus
uang
jumlah uang berubah menjadi 2 kali
beserta interaksi antara keduanya.
lipat maka nilai uang akan menurun
Fokus dari teori tersebut adalah pada
setengah kali dari semula, sebaliknya
hubungan antara penawaran uang
jika jumlah uang kurang hingga
(jumlah uang yang bereda) dengan
setengah, maka nilai uang akan
nilai uang(dengan tingkat harga).
menjadi dua kali lipat. Hal itu terjadi,
Hubungan antara kedua varianel
karena
tersebut dijabarkan lewat konsepsi
menjadi 2 kali lipat maka akan
(teori) mengenai permintaan akan
berpengaruh terhadap harga yang
uang. Perubahan akan jumlah uang
naik menjadi dua kali lipat dan
yang beredar berinteraksi dengan
otomatis nilai akan menurun menjadi
permintaan
akan
setengahnya.
selanjutnya
menentukan
penawaran
akan
uang
dan
akan
bila
Menurut
jumlah
uang
Teori
naik
preferensi
permintaan nilai uang.
liquiditas Keynes menyatakan
Uang,pengaruhnya hanyalah terhada
bahwa permintaan uang dalam arti
p harga harga barang. Bertambahnya
Md/P tergantung pada pendapatan Y
uang beredar akan mengakibatkan
(Output
kenaikan harga saja. Jumlah output
bunga i. Permintaan
yang dihasilkan tidak berubah. Inilah
berhubungan
yang
pendapatan karena dua alasan :
disebut
dengan
classical
dichotomy, merupakan pemisahan
Agregat)
dan
uang
positif
1. Kenaikan
suku
dengan
pendapatan
sector moneter dengan sector riil.
meningkatkan
Sektor
dalam perekonomian, yang
moneter
tidak
ada
hubungannya dengan sector riil.
selanjutnya
transaksi
meningkatkan
permintaan atas uang karena
pendapatan digunakan untuk
melakukan
transaksi-
transaksi ini.
pendapat
meningkatkan
permintaan
karena
berharga
jangka
diterbitkan oleh
pendek
Bank
yang
Indonesia
kenaikan
(www.bi.go.id). Dalam hal ini Bank
meningkatkan
Indonesia menggunakan mekanisme
kekayaan individu yang ingin
BIrate (suku bunga Bank Indonesia),
memegang lebih banyak aset,
yaitu Bank Indonesia mengumumkan
salah satunya adalah uang.
target
pendapatan
Biaya
nilai yang harus dibayar oleh Bank
Indonesia kepada investor atas surat
2. Kenaikan
uang
Tingkat Suku Bunga SBI adalah
peluang
memegang
uang
suku
bunga
SBI
yang
diinginkan Bank Indonesia untuk
adalah suku bunga. Sejalan dengan
pelelangan
kenaikan suku bunga, biaya peluang
tertentu.
pada
masa
periode
dari memegang uang meningkat, dan
Menurut
permintaan uang menurun. Menurut
Manurung,
teori preferensi liquiditas, permintaan
Bank Indonesia adalah surat berharga
uang berhubungan positif dengan
atas unjuk dalam Rupiah yang
output agregat dan berhubungan
diterbitkan oleh
negatif dengan suku bunga.
sebagai pengakuan utang berjangka
2.4. Suku Bunga SBI
waktu
SBI
merupakan
salah
satu
mekanisme yang digunakan Bank
Indonesia
kestabilan
untuk
mengontrol
nilai Rupiah.
Dengan
menjual SBI, Bank Indonesia dapat
menyerap
kelebihanuang
primer yang beredar.Tingkat suku
bunga yang berlaku pada setiap
penjualan
SBI
ditentukan
oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem
lelang.
Adler
Haymans
(2003:19)
“Sertifikat
pendek
Bank
dengan
Indonesia
sistem
dikonto”.
2.5. Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran ini,
penulis mengambil acuan pada teori
Keynes. Teori
penentuan tingkat
suku bunga Keynes dikenal dengan
teori liquidity prefence.
Keynes
mengatakan
bahwa
bunga adalah gejala moneter, bunga
adalah
pembayaran
dengan
menggunakan
uang.
Berdasarkan
digunakan
untuk
mempengaruhi
pendapat tersebut, ada pengaruh
jumlah uang beredar di masyarakat
uang terhadap sistem perekonomian
yang
seluruhnya. Dalam buku klasiknya
mempengaruhi inflasi. Ketika Bank
The
Keynes
Sentral ingin meredam laju inflasi,
pandangannya
maka bisa menaikkan tingkat bunga
mengenai penentuan tingkat bunga
SBI untuk menarik dana masyarakat
dalam
untuk
General
Theory,
menjabarkan
jangka
pendek.
Dalam
pada
akhirnya
membeli
SBI
akan
melalui
teorinya ia mengemukakan bahwa
mekanisme operasi pasar terbuka
tingkat bunga menyesuaikan untuk
(OPT). Dengan demikian jumlah
menyeimbangkan
dan
uang beredar akan turun dan inflasi
asset
akan juga turun. (Primawan Wisda
perekonomian yang paling likuid,
Nugroho, Maruto Umar Basuki,
yaitu
2012).
permintaan
penawaran
untuk
uang (Boediono,
1985;
Mankiw, 2000; Mishkin, 2001).
Bank Indonesia melakukan
Variabel tingkat suku bunga SBI
berpengaruh
peningkatan suku bunga SBI yang
Rate.
bertujuan
rate atau
untuk
mengendalikan
BI
positif
Rate
suku
terhadap
sebagai
bunga
BI
policy
kebijakan
pertumbuhan uang beredar, yang
memang lekat dengan tingkat suku
kemudian untuk mengendalikan laju
bunga
inflasi.
operasinya. Yang satu sebagai sinyal,
Kemudian,
setelah
SBI
sebagai
mengalami peningkatan secara terus
sementara
menerus, akhirnya suku bunga SBI
pelaksanaannya. Mekanisme
mulai
penggunaan BI rate dalam operasi
mengalami
Penurunan
suku
penurunan.
bunga
yang
instrumen
satu
sebagai
tersebut
moneter adalah untuk mengarahkan
dilakukan di tengah inflasi yang
agar suku bunga Sertifikat Bank
masih relatif tinggi. (Friska Sari
Indonesia (SBI) bulan yang dilelang
Ronadiba, 2004)
di Operasi Pasar Terbuka (OPT) oleh
Variabel tingkat suku bunga
Bank Indonesia berada di sekitar BI
SBI berpengaruh negatif terhadap
rate. Dengan demikian diharapkan
inflasi. satu instrumen yang bisa
selanjutnya BI rate tersebut akan
mempengaruhi suku bunga Pasar
pula mengikuti jumlah uang beredar.
Uang Antar Bank (PUAB), suku
Meningkatnya tingkat suku bunga
bunga simpanan dan suku bunga
SBI
lainnya termasuk suku bunga kredit.
pengurangan jumlah uang beredar di
Umumnya
masyarakat,
tujuan
bank
sentral
dapat
mengatasi
serta
dalam
mekanisme
melakukan penyesuaian suku bunga
penggunanaan
acuan adalah untuk mencapai tujuan
mengarahkan agar auku bunga SBI
inflasi yang diharapkan.( Fitria Irmi
berada disekitar BI rate sebagai
Triswati, Ika Akbar Wati, 2011)
policy rate dengan begitu kenaikan
BI
rate
untuk
Berdasarkan kondisi tersebut,
harga yang terus – menerus pun akun
apabila suku bunga SBI naik maka
menurun. Sehingga perekonomian
jumlah uang beredar pun akan
Indonesia dapat dikatakan membaik.
menurun dan inflasi pun dapat turun
Gambar 2.0 Kerangka Pemikiran
Inflasi
(X1)
Suku Bunga SBI
BI Rate
(Y)
(X2)
Jumlah Uang
Beredar (M1)
(X3)
III.
METODOLOGI
PENELITIAN
menggunakan alat analisis regresi.
Untuk
memudahkan
pemahaman
A. Ruang Lingkup Penelitian
dalam penelitian perlu ditegaskan
Penelitian
tentang
model
ini
statistika
menggunakan
dengan
variabel-variabel
yang
digunakan. Dalam penelitian ini
menggunakan
satu
variabel
Metode analisis data yang digunakan
dependen (terikat) dan tiga variabel
adalah
independen
Variabel
berganda dengan bantuan software
dependen yang digunakan dalam
SPSS versi 17 for Windows . Untuk
penelitian ini adalah tingkat suku
menghasilkan suatu model yang
bunga Sertifikat Bank Indonesia,
baik, analisis regresi memerlukan
sedangkan variabel independen yang
pengujian asumsi klasik sebelum
digunakan adalah Inflasi, BI rate, dan
melakukan
Jumlah uang yang beredar (M1).
Pengujian asumsi klasik tersebut
Periode
meliputi
(bebas).
yang
digunakan
dalam
model
analisis
pengujian
uji
multikolinearitas,
2010 – Mei 2013. Untuk mendukung
heteroskedastisitas,
variabel
autokorelasi.
ini,
penulis
memperoleh data yang bersumber
hipotesis.
normalitas,
penelitian ini selama periode Agustus
penelitian
regresi
uji
uji
dan
uji
a. Uji Normalitas
dari Kemeterian Perdagangan dan
Menurut Ghozali (2005 : 110) “ uji
Website Bank Indonesia.
normalitas bertujuan untuk menguji
B. Metode yang Digunakan
apakah dalam model regresi, variabel
Metode
yang
pengganggu atau residual memiliki
ini
distribusi normal”. Cara yang dapat
adalah menggunakan analisis regresi
digunakan untuk menguji apakah
linear
dengan
variabel pengganggu atau residual
Ordinary
memiliki distribusi normal adalah
yang
dengan melakukan uji Kolmogorov-
menggunakan data time series pada
Smirnov terhadap model yang diuji.
variabel yang diteliti periode Agustus
Kriteria
2010
Penulis
adalah apabila nilai signifikansi atau
menggunakan alat bantu SPSS 22.0
probabilitas > 0.05, maka residual
(software) for windows.
memiliki
digunakan
analisis
dalam
data
penelitian
berganda
menggunakan
Least
metode
Square
-
Mei
(OLS)
2013.
C. Metode Analisis Data
1. Pengujian
Klasik
Asumsi
apabila
pengambilan
distribusi
nilai
keputusan
normal
signifikansi
dan
atau
probabilitas < 0.05, maka residual
tidak memiliki distribusi normal.
Selain itu, uji normalitas juga dapat
cut off yang umum dipakai untuk
dilakukan dengan melakukan analisis
menunjukkan
grafik normal probability plot dan
multikolinearitas
grafik histogram. Dasar pengambilan
tolerance 10 (Ghozali, 2005 : 92).
menurut
dalam
Ghozali
uji
normalitas
(2005
:
110)
adanya
adalah
nilai
c. Uji Heteroskedastisitas
sebagai berikut:
Menurut Ghozali (2005 : 105) “uji
1) jika data menyebar disekitar garis
heteroskedastisitas bertujuan menguji
diagonal dan mengikuti arah garis
apakah dalam model regresi terjadi
diagonal atau grafik histogramnya
ketidaksamaan variance dari residual
menunjukkan pola distribusi normal,
satu pengamatan ke pengamatan
maka
yang lain”. Model regresi yang baik
model
regresi
memenuhi
asumsi normalitas dan
adalah
2) jika data menyebar jauh dari
heteroskedastisitas. Cara mendeteksi
diagonal dan / atau tidak mengikuti
ada atau tidaknya heteroskedastisitas
arah garis diagonal atau grafik
adalah dengan melihat grafik plot
histogram tidak menunjukkan pola
antara
distribusi
regresi
normal,
tidak
tidak
nilai
terjadi
prediksi
variabel
maka
model
dependen. Menurut Ghozali (2005 :
memenuhi
asumsi
105)
normalitas.
dasar
menentukan
b. Uji Multikolinearitas
analisis
ada
atau
untuk
tidaknya
heteroskedastisitas yaitu:
Uji multikolinearitas bertujuan untuk
1) jika ada pola tertentu, seperti titik-
menguji
regresi
titik yang ada membentuk pola
ditemukan adanya korelasi antar
tertentu yang teratur (bergelombang,
variabel bebas (independen). Model
melebar
regresi yang baik seharusnya tidak
maka mengindikasikan telah terjadi
terjadi korelasi di antara variabel
heteroskedastisitas,
independen (Ghozali, 2005 : 91).
2) jika tidak ada pola yang jelas,
Multikolinearitas
dideteksi
serta titik-titik menyebar di atas dan
dengan melihat nilai tolerance dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y,
apakah
model
dapat
variance inflation factor (VIF).Nilai
kemudian
menyempit),
maka
tidak
terjadi
2. H0 : ᵦ1 ≠ ᵦ2 ≠ 0 = ada
pengaruh tingkat inflasi, BI
heteroskedastisitas.
rate, dan jumlah uang beredar
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005 : 95) “uji
terhadap tingkat suku bunga
autokorelasi
SBI.
bertujuan
menguji
apakah dalam model regresi linear
Hipotesis penelitian diuji dengan
ada
menggunakan analisis regresi linear
korelasi
antara
kesalahan
pengganggu pada periode t dengan
berganda.
kesalahan pengganggu pada periode
menguji
t-1 (sebelumnya)”. Cara yang dapat
dinyatakan dalam
dilakukan untuk mendeteksi ada atau
secara matematis bentuk persamaan
tidaknya autokorelasi adalah dengan
tersebut adalah sebagai berikut:
melakukan uji Durbin Watson.
Ŷt = β0 + β1X1t-1 + β2X2t-1+
Kriteria untuk penilaian terjadinya
autokorelasi yaitu:
1) nilai D-W lebih kecil dari -2
berarti ada korelasi positif,
2) nilai D-W di antara -2 sampai +2
berarti tidak ada autokorelasi,
3) nilai D-W lebih besar dari +2
berarti ada autokorelasi negatif.
2. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini terdapat dua
macam hipotesis
yang diajukan,
yaitu:
1. H0 : ᵦ1 = ᵦ2 = 0 = tidak ada
pengaruh tingkat inflasi, BI
rate, dan jumlah uang beredar
terhadap tingkat suku bunga
SBI
Model
regresi
hipotesis
untuk
tersebut
bentuk
fungsi
β3X3t-1 + ε
Dimana :
Ŷt = suku bunga SBI 9 bulan
β0 = konstanta
β1, β2, β3, = koefisien regresi
X1 = Inflasi
X2 = BI Rate
X3 = Jumlah Uang Beredar
ε = residual (error)
a. Uji signifikansi simultan
Secara simultan, pengujian hipotesis
dilakukan dengan uji F-test. Menurut
Ghozali (2005 : 84) “uji statistik F
pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel
independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai
pengaruh
secara
bersama-sama
terhadap
variabel
penjelas/
independen
dependen/ terikat”. Uji ini dilakukan
individual
dalam
dengan membandingkan signifikansi
variabel dependen”. Uji ini dilakukan
Fhitung dengan ketentuan:
dengan membandingkan signifikansi
1) jika Fhitung < Ftabel pada α
secara
menerangkan
thitung dengan ketentuan:
0.05, maka H1 ditolak dan
2) jika Fhitung > Ftabel pada α
0.05, maka H1 diterima.
b. Uji signifikansi parsial
Secara parsial, pengujian hipotesis
1) jika thitung < ttabel pada
α 0.05, maka Hi ditolak
dan
2) jika thitung > ttabel pada
α 0.05, maka Hi diterima.
dilakukan dengan uji t-test. Menurut
Ghozali (2005 : 84) “uji statistik t
pada
dasarnya
menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel
D. Operasional Variabel
No
Nama Variabel
Konsep / Teori
Skala
1
Suku Bunga SBI (Y)
Menurut Tajul Khalwaty suku bunga adalah Ratio
instrument konvensional untuk mengendalikan
atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi.
2
Inflasi (X1)
Menurut teori
Keynes,
inflasiberdasarkan Ratio
konsep inflationary gap. inflasi permintaan yang
benar-benar penting adalah yang ditimbulkan
oleh pengeluran pemerintah, terutama yang
berkaitan dengan peperangan, program investasi
yang besar-besaran dalam kapital sosial
3
BI Rate (X2)
Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes Ratio
dikenal dengan teori liquidity prefence. Keynes
mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata
merupakan fenomena moneter yang mana
pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya
tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran
dan permintaan akan uang.
4
Jumlah Uang Yang Beredar (M1) (X3)
IV.
Teori preferensi liquiditasKeynes jumlah uang Ratio
beredar adalah permintaan uang dalam arti Md/P
tergantung pada pendapatan dan suku bunga.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
menguji apakah residual berdistribusi
Sebelum mengenai pembahasan data
normal adalah uji statitstik non
statistik, maka terlebih dahulu
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-
ditentukan banayaknya sampel yang
S) dengan membuat hipotesis:
ingin diteliti. Sampel yang diteliti
H0 : data residual berdistribusi
pada penelitian ini ialah sebanyak 34
normal,
sampel.
Ha : data residual tidak berdistribusi
B. Analisis Data Penelitian
normal.
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Apabila nilai siginifikansi lebih besar
dari 0,025 maka H0 diterima dan Ha
Uji normalitas data bertujuan untuk
ditolak,
menguji apakah variabel residual
signifikansi lebih kecil dari 0,025
berdistribusi normal atau tidak. Uji
maka H0 ditolak dan Ha diterima.
sebaliknya
jika
nilai
statistik yang dapat digunakan untuk
Tabel 4.0
Sumber: Output SPSS, diolah
penulis, 2015
Dari hasil pengolahan data pada
Tabel 1.0 diperoleh besarnya nilai
signifikansi pada 0,149. Nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05
maka H0 diterima yang berarti
data
residual
berdistribusi
normal.
Data
yang
berdistribusi
normal tersebut juga dapat dilihat
melalui grafik histrogram dan grafik
normal p-plot data.
Gambar 4.0
Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2015
Grafik
histogram
pada
Gambar
4.0
menunjukkan pola distribusi normal karena
grafik tidak miring ke kiri maupun miring ke
kanan. Demikian pula hasil uji normalitas
dengan
menggunakan
grafik
Gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 4.1
Sumber: Output SPSS, diolah
penulis, 2015
Dari
gambar
didapatkan
menyebar
4.1
bahwa
di
telah
titik-titik
sekitar
garis
diagonal, walaupun ada sedikit
sebaran
“belok”.
data
Ini
yang
tampak
menunjukkan
bahwa sebaran data tidak sangat
normal, tetapi data masih bisa
dikategorikan memenuhi standard normalitas.
p-plot
pada
b. Uji Multikolonieritas
Tabel 4.1
Hasil dari uji multikolinieritas dapat
dilihat
pada
gejala
tabel
berikut
multikolinearitas
variabel
ini:
antara
independen
yang
diindikasikan dari nilai tolerance
setiap variabel independen lebih
besar atau sama dengan 0,1 dan nilai
VIF lebih kecil atau sama dengan
dari 10. Maka dapat disimpulkan
Sumber:
Output
SPSS,
diolah
penulis, 2015
bahwa analisis lebih lanjut dapat
dilakukan
Dari data pada Tabel 4.1, dapat
dengan
menggunakan
model regresi berganda.
disimpulkan bahwa tidak terjadi
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji
heteroskedastisitas
bertujuan
residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan yang lain. Model regresi
menguji apakah dalam model regresi
yang
baik
adalah
terjadi ketidaksamaan variance dari
heteroskedastisitas.
tidak
terjadi
Gambar 4.2
Sumber: Output SPSS, diolah penulis,
2015
Berdasarkan
grafik
scatterplot
ini,
dapat diketahui bahwa tidak terjadi
permasalahan
heteroskedastisitas
karena telah memenuhi kriteria yang
telah disebutkan di atas. Gambar
menunjukkan bahwa: 1) sebaran data
berada ada di atas dan di bawah angka
nol;
2)
sebaran
data
tidak
mengumpul hanya di bawah atau di
atas angka nol saja; 3) sebaran data
tidak membentuk pola bergelombang
yaitu melebar kemudian menyempit
data hasil penelitian ini data tidak
dan melebar lagi serta dan sebaran
berpola.
pengganggu
d. Uji Autokorelasi
Pengujian
untuk
autokorelasi
menguji
korelasi
bertujuan
apakah
antara
terdapat
kesalahan
dengan
pada
suatu
kesalahan
periode
pengganggu
periode sebelumnya dalam model
regresi.
Tabel 4.2
Dari hasil tabel di atas diketahui
bahwa nilai D-W yang didapat
sebesar 1,441. Dan DL 0,025,
Uji-t dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh suatu
α
2) jika t-hitung > t-tabel, maka
terhadap
H0 ditolak dan Ha diterima
untuk
variabel dependen secara parsial.
α
=
2,5%
signifikansi < 0,025.
Tabel 4.6
Uji Parsial (Uji-t)
atau
Sumber:
SPSS,
Output
diolah
berpengaruh secara signifikan
penulis, 2015
terhadap tingkat suku bunga
Hasil pengujian statistik t pada Tabel
4.6 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengaruh
inflasi
SBI.
3) Pengaruh
bunga SBI. Nilai t-hitung
untuk variabel Jumlah Uang
hitung untuk variabel inflasi
Beredar (M1) adalah sebesar
adalah sebesar 0,499 dan tdengan
diketahui
α
=
sebesar
1,989 dan t-tabel dengan α =
2,5%
2,5% diketahui sebesar 2,348.
2,348.
Dengan demikian t-hitung <
Dengan demikian t-hitung <
t-tabel dan nilai signifikansi
t-tabel dan nilai signifikansi
sebesar 0,056. Artinya, H0
sebesar 0,621. Artinya, H0
diterima
dan
H1
diterima
ditolak.
berpengaruh
dan
H1
ditolak.
Bahwa Jumlah Uang Beredar
Bahwa inflasi secara parsial
tidak
Uang
Beredar (M1) terhadap suku
terhadap
suku bunga SBI. Nilai t-
tabel
Jumlah
(M1) secara parsial tidak
secara
berpengaruh secara signifikan
signifikan terhadap tingkat
terhadap tingkat suku bunga
suku bunga SBI.
SBI.
2) Pengaruh BI rate terhadap
hitung untuk variabel BI rate
c. Pembahasan Hasil Analisis
Penelitian
Dari hasil pengujian hipotesis
adalah sebesar 8,438 dan t-
secara simultan, dapat diketahui
tabel
bahwa inflasi, BI rate, jumlah uang
suku bunga SBI. Nilai t-
dengan
diketahui
α
sebesar
=
2,5%
2,348.
yang
beredar
(M1)
berpengaruh
Dengan demikian t-hitung >
secara signifikan terhadap tingkat
t-tabel dan nilai signifikansi
suku bunga SBI. Dari hasil pengujian
sebesar 0,000. Artinya, H0
hipotesis
ditolak
diterima.
diketahui bahwa BI rate berpengaruh
Bahwa BI rate secara parsial
secara signifikan terhadap tingkat
dan
H1
secara
parsial,
dapat
suku bunga SBI. Sementara inflasi
dijelaskan oleh Inflasi, BI Rate, dan
dan jumlah uang yang beredar (M1)
JUB (M1) (variabel independen)
tidak berpengaruh secara signifikan
sebesar 89,4%, sedangkan selebihnya
terhadap tingkat suku bunga SBI.
sebesar 10,6% dijelaskan oleh faktor
Hasil ini mendukung hasil penelitian
– faktor lain diluar penelitian ini.
terdahulu
Kemudian standard error of the
yang
berjudul
“PENGARUH
KONSUMSI,
adalah
sebesar
0,6939
UANG
dimana semakin kecil angka ini akan
INFLASI
membuat model regresi semakin
PENENTUAN
tepat dalam memprediksi tingkat
INVESTASI,
JUMLAH
BEREDAR
DAN
TERHADAP
estimate
KEBIJAKAN SUKU BUNGA SBI
suku bunga SBI.
”. Hasil penelitian tersebut adalah,
Variabel Inflasi sebesar 0,039
variabel Investasi berpengaruh secara
menunjukkan bahwa setiap terjadi
signifikan terhadap suku bunga SBI,
kenaikan satu satuan inflasi akan
sementara itu variabel Konsumsi,
berdampak pada meningkatnya suku
JUB, dan Inflasi tidak berpengaruh
bunga SBI sebesar 0.039 satuan.
secara signifikan terhadap perubahan
Sebaliknya, jika terjadi penurunan
suku bunga SBI.
satu satuan inflasi akan berdampak
Nilai
R
sebesar
0,951
pada menurunnya suku bunga SBI
menunjukkan bahwa korelasi atau
sebesar 0,039 satuan dengan asumsi
hubungan
variabel lain tetap.
SBI
(variabel
mempunyai
tingkat
Variabel BI rate sebesar 4,168
hubungan yang sangat kuat, yaitu
menunjukkan bahwa setiap terjadi
sebesar 95,1%. Nilai R yang sangat
kenaikan satu satuan BI rate akan
kuat ini dapat dilihat dari tabel
berdampak pada meningkatnya suku
sebagai interpretasi dari koefisien
bunga SBI sebesar 4,168 satuan.
korelasi. Nilai Adjusted R Square
Sebaliknya, jika terjadi penurunan
atau koefisien determinasi adalah
satu satuan BI rate akan berdampak
sebesar
dependen)
antara
0,894.
mengidentifikasikan
(variabel
Angka
ini
pada menurunnya suku bunga SBI
bahwa
SBI
sebesar 4,168 satuan dengan asusmsi
dependen)
mampu
variabel lain tetap.
Variabel Jumlah uang beredar
satuan.
Sebaliknya,
jika
terjadi
(M1) sebesar 0,422 menunjukkan
penurunan satu satuan jumlah uang
bahwa setiap terjadi kenaikan satu
beredar
satuan Jumlah uang beredar (M1)
menurunnya suku bunga SBI sebesar
akan berdampak pada meningkatnya
0,422 satuan dengan asumsi variabel
suku bunga SBI sebesar 0,422
lain tetap.
V.
(M1)
berdampak
pada
KESIMPULAN
DAN SARAN
sebesar
A. KESIMPULAN
0,499.
0,039
analisis
menunjukkan bahwa setiap
dan pembahasan yang telah
terjadi kenaikan satu satuan
dipaparkan
sebelumnya,
inflasi akan berdampak pada
penulis
memperoleh
meningkatnya
Berdasarkan
kesimpulan
diambil
hasil
yang
dari
dapat
penelitian
suku
bunga
SBI sebesar 0.039 satuan.
Sebaliknya,
jika
terjadi
mengenai Faktor – Faktor
penurunan satu satuan inflasi
Yang
akan
Mempengaruhi
berdampak
pada
Suku
menurunnya suku bunga SBI
Bunga SBI periode Agustus
sebesar 0,039 satuan dengan
2010 – Mei 2013 adalah
asumsi variabel lain tetap.
Kebijakan
Tingkat
2. Berdasarkan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan
hasil
regresi
hasil
regresi
linier berganda dengan OLS
linier berganda dengan OLS
dijelaskan
dijelaskan
secara
parsial BI Rate berpengaruh
tidak
signifikan terhadap tingkat
berpengaruh secara signifikan
Suku Bunga SBI dengan nilai
terhadap tingkat Suku Bunga
signifikansi sebesar 0,000.
SBI dengan nilai signifikansi
Variabel
parsial
bahwa
Inflasi
bahwa
BI
rate
secara
sebesar
4,168 menunjukkan bahwa
uang
setiap terjadi kenaikan satu
berdampak pada menurunnya
satuan
akan
suku
pada
0,422 satuan dengan asumsi
BI
rate
berdampak
meningkatnya
suku
bunga
SBI sebesar 4,168 satuan.
Sebaliknya,
jika
terjadi
beredar
bunga
sebesar
4. Secara simultan, dari hasil
regresi linier berganda yang
dilakukan
akan
bahwa
pada
SBI
variabel lain tetap.
penurunan satu satuan BI rate
berdampak
(M1)
diperoleh
Inflasi,
BI
hasil
Rate,
menurunnya suku bunga SBI
Jumlah Uang Yang Beredar
sebesar 4,168 satuan dengan
(M1)
asusmsi variabel lain tetap.
signifikan.
3. Berdasarkan
hasil
regresi
berpengaruh
secara
Dengan
nilai
signifikansi sebesar 0,000.
linier berganda dengan OLS
Berdasarkan hasil
dijelaskan
secara
dapat diketahui bahwa F-
parsial Jumlah Uang Beredar
hitung > F-tabel (91,368 >
(M1)
3,542) maka H0 ditolak dan
bahwa
tidak
berpengaruh
seacara signifikan terhadap
Ha
tingkat
Suku
SBI
disimpulkan bahwa Inflasi,
dengan
nilai
signifikansi
BI rate, Jumlah uang beredar
sebesar
0,056.
Bunga
Variabel
diterima.
tersebut
(M1)
Jadi,
berpengaruh
Jumlah uang beredar (M1)
simultan
sebesar 0,422 menunjukkan
suku bunga SBI.
dapat
secara
terhadap
tingkat
bahwa setiap terjadi kenaikan
B. IMPLIASI DAN SARAN
satu
1. Pada penelitian ini, variabel
satuan
beredar
Jumlah
(M1)
berdampak
meningkatnya
suku
uang
akan
Inflasi
tidak
pada
secara
signifikan
bunga
berpengaruh
terhadap
Suku Bunga SBI. Ketika
SBI sebesar 0,422 satuan.
infasi
Sebaliknya,
terjadi
Indonesia dapat melakukan
penurunan satu satuan jumlah
Operasi Pasar Terbuka (OPT)
jika
naik,
maka
Bank
dengan membeli SBI dari
mekanisme penggunaan BI
masyarakat
uang
Rate untuk mengarahkan agar
yang beredar di masayarakat
suku bunga SBI berada di
dapat ditarik oleh BI dan
sekitar BI rate sebagai policy
dapat meredam laju inflasi
rate dengan begitu kenaikan
2. Ketika terjadi inflasi, Bank
harga yang terus – menerus
sehingga
Indonesia
dapat
pun akun menurun. Sehingga
meningkatkan tingkat suku
perekonomian
bunga
dapat dikatakan membaik.
SBI
mengatasi
yang
dapat
jumlah
uang
beredar di masyarakat, serta
DAFTAR PUSTAKA
Khalwaty, Tajul, 2000, Inflasi dan
Solusinya , PT. Gramedia Pustaka
Utama
Mankiw, G. 2000. Teori Makro
Ekonomi. Edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Mishkin, F.S. 2001. The Economics of
Money, Banking, and Financial
Markets.
Edisi
6.
Columbia
University. New York.
http://www.rmol.co/read/2011/10/07/4
1691/BI-Rate-Versus-SBI-Rate
http://vinarefriana.blogspot.com/2013/
06/faktor-faktor-kebijakanpenerapan.html
https://www.academia.edu/8345843/Pe
ngaruh_Kebijakan_BI_Rate_terhada
p_Kondisi_Perekonomian_Indonesia
Indonesia
BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)
AYU ANDINI
Mahasiswi jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Email: ayuandini.uinjkt@yahoo.co.id
Pembimbing:
Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si
Abstrak
The aims of this study is to analyze the effect of macro-economic variables
(money supply, inflation rate, and interest rate) to the 9 month Bank Indonesia
Certificates (SBI) interest rate periode august 2010 – may 2013. In this reserach
the writer use secondary data that are quantitative. Data obtained from the
ministry of trade and the official website of Bank Indonesia.
Data are analyzed using multiplier linear regression. The result of this research
indicates that BI Rate variable significantly influence the SBI interest rate, while
other variables ( money supply, and inflation rate) have no significantly influence
on SBI interest rate.
Keywords: inflation rate, money supply, SBI
I.
PENDAHULUAN
Kebijakan moneter adalah bagian
terpenting dari kebijakan makro.
Bagaimana
pada
umumnya
dilakukan
dengan
mempertimbangkan situasi politik,
ekonomi, sosial, dalam mengambil
sebuah keputusan.
Dalam
pelaksanaannya,
kebijakan
moneter
berbeda-beda
dari
strategi
dilakukan
suatu
negara
dengan negara lain, sesuai dengan
tujuan
yang
ingin
dicapai
dan
mekanisme transmisi yang diyakini
berlaku pada perekonomian yang
bersangkutan. Di indonesia sendiri
pun, ada pelaksana yang mengatur
kebijakan moneter tersebut yaitu
Bank Indonesia. Salah satu tugas
Bank Indonesia ialah menetapkan
tingkat suku bunga yang merupakan
instrumen kebijakan moneter dalam
memberikan sinyal positif terhadap
perekonomian.
Fluktuasi yang terjadi pada tingkat
suku bunga SBI sangat tergantung
pada
situasi
sosial,
politik
dan
ekonomi. Suku bunga SBI dinilai
kalangan perbankan relatif tinggi,
karena belum bisa menggerakkan
kegiatan
sektor
ekonomi
keseluruhan.
Tingkat
ditentukan
mekanisme
secara
suku
SBI
pasar,
sehingga BI tak dapat menentukan
besarnya tingkat suku bunga. Oleh
karena itu, pemulihan faktor-faktor
nonekonomis menjadi penentu untuk
menekan tingkat suku bunga. Pada
saat ini banyak tuntutan dari para
pelaku bisnis dan juga ahli ekonomi
yang
menuntut
penguasa
agar
moneter
BI selaku
mempengaruhi
suku bunga karena dengan turunnya
SBI
dapat
meningkatkan
dan
mengembangkan sektor riil.
Sejak
awal
Juli
2005,
BI
menggunakan mekanisme "BI rate"
(suku
bunga
BI),
yaitu
BI
mengumumkan target suku bunga
SBI
yang diinginkan
pelelangan
pada
BI untuk
masa
periode
tertentu. BI rate ini kemudian yang
digunakan sebagai acuan para pelaku
pasar dalam mengikuti pelelangan.
Kenaikan suku bunga yang dilakukan
oleh
bank
Sentral,
maka
akan
direspon oleh para pelaku pasar dan
para
penanam
modal
untuk
memanfaatkan moment tersebut guna
meningkatkan
produksi
menanamkan investasinya.
dan
Seiring dengan itu, akan berdampak
Apabila jumlah produksi berkurang,
juga pada jumlah produksi yang
maka akan melemahkan mata uang
bertambah dan tenaga kerja yang
tersebut.
juga
Kenaikan
akan
semakin
bertambah.
suku
bunga
Akibatnya ekspor bertambah dan
sangatlah dikhawatirkan oleh para
jumlah
kreditur
pengangguran
menurun,
dan
tingkat
penjualan
sehingga devisa yang masuk ke
perumahan yang semakin menurun
negara tersebut semakin menguatkan
karena membuat pajak pinjaman
dollar terhadap mata uang lain.
modal dan kredit perumahan semakin
Demikian pula sebaliknya, bila saja
meningkat, tanpa didukung dalam
suku
produksi
kelancaran produksi dan bisnis yang
karena
menunjang, akan berimbas pada
bunga
industri
menurun,
akan
berkurang
produsen akan membatasi kerugian.
II.
macet.
KERANGKA
TEORITIS
TINJAUAN
DAN
PUSTAKA
maka nilai uang akan merosot dan ini
2.1. Inflasi
Inflasi
kredit
menurut
A.P.
sama dengan kenaikan harga. Jadi
keadaan
menurut Klasik, inflasi berarti terlalu
dimana terjadi kelebihan permintaan
banyak uang beredar atau terlalu
(Excess Demand) terhadap barang-
banyak kredit dibandingkan dengan
barang dalam perekonomian secara
volume
transaksi
keseluruhan.
adalah
membatasi
Lehnerinflasi adalah
Menurut
Teori
klasik inflasi
maka
obatnya
jumlah
uang
beredar dan kredit.
merupakan tingkat harga terutama
Menurut
Teori
ditentukan oleh jumlah uang beredar,
Keynes diasumsikan
bahwa
yang
perekonomian sudah berada pada
dapat
dijelaskan
melalui
hubungan antara nilai uang dengan
tingkat full
jumlah uang, serta nilai uang dan
Keynes
harga. Bila jumlah uang bertambah
berpengaruh
lebih cepat dari pertambahan barang
permintaan
employment. Menurut
kuantitas
uang
terhadap
total,
karena
tidak
tingkat
suatu
perekonomian
dapat
mengalami
Menurut golongan moneteris, inflasi
inflasi walaupun tingkat kuantitas
dapat
uang tetap konstan. Jika uang beredar
menahan
dan
bertambah
kelebihan
permintaan
naik.
maka
harga
akan
Kenaikan harga ini akan
menyebabkan
bertambahnya
diturunkan
dengan
cara
menghilangkan
melalui
kebijakan moneter dan fiskal yang
bersifat
kontraktif,
atau
melalui
permintaan uang untuk transaksi,
kontrol terhadap peningkatan upah
dengan demikian akan menaikkan
serta penghapusan terhadap subsidi
suku bunga. Hal ini akan mencegah
atas nilai tukar valuta asing.
pertambahan
2.2. BI Rate
investasi
permintaan
dan
akan
untuk
melunakkan
tekanan inflasi.
yangmencerminkan sikap atau stance
Analisa Keynes mengenai
inflasi
BI Rate adalah suku bunga kebijakan
permintaan
kebijakan moneteryang ditetapkan
dirumuskan
oleh
bank
Indonesia
dan
berdasarkan konsep inflationary gap.
diumumkankepada publik. Secara
Menurut Keynes, inflasi permintaan
operasional, stance
yang benar-benar penting adalah
moneter dicerminkan oleh penetapan
yang ditimbulkan oleh pengeluran
suku bunga kebijakan (BI Rate) yang
pemerintah, terutama yang berkaitan
diharapkan akan mempengaruhi suku
dengan
bunga pasar uang dan suku bunga
peperangan,
program
kebijakan
investasi yang besar-besaran dalam
deposito
kapital sosial.
perbankan. Perubahan suku bunga ini
Menurut Teori Moneterisme in
dan
suku bunga
kredit
pada akhirnya akan memengaruhi
flasi disebabkan oleh kebijaksanaan
output dan inflasi.
moneter dan fiskal yang ekspansif,
2.3. Jumlah Uang Yang Beredar
sehingga jumlah uang beredar di
Menurut paham klasik, uang tidak
masyarakat
memiliki pengaruh terhadap sektor
sangat
berlebihan.
Kelebihan
uang
beredar
di
riil, tidak ada pengaruhnya terhadap
masyarakat
akan
menyebabkan
tingkat bunga, kesempatan kerja atau
terjadinya
kelebihan
permintaan
barang dan jasa di sektor riil.
pendapatan
nasional.
Pendapatan
nasional ditentukan oleh jumlah dan
kualitas tenaga kerja, jumlah yang
Uang hanya merupakan suatu tudung
dipakai
saja dalam perekonomian.
serta
perubahan
tehnologi.
dari
Tanpa
faktor-faktor
Menurut
Teori
kuantitas
produksi maka pendapatan tidak
Recardo kuat dan lemahnya nilai
akan berubah. Teori ini sebenarnya
uang sangat tergantung dari pada
adalah teori mengenai permintaan
jumlah uang yang beredar. Jika
sekaligus
uang
jumlah uang berubah menjadi 2 kali
beserta interaksi antara keduanya.
lipat maka nilai uang akan menurun
Fokus dari teori tersebut adalah pada
setengah kali dari semula, sebaliknya
hubungan antara penawaran uang
jika jumlah uang kurang hingga
(jumlah uang yang bereda) dengan
setengah, maka nilai uang akan
nilai uang(dengan tingkat harga).
menjadi dua kali lipat. Hal itu terjadi,
Hubungan antara kedua varianel
karena
tersebut dijabarkan lewat konsepsi
menjadi 2 kali lipat maka akan
(teori) mengenai permintaan akan
berpengaruh terhadap harga yang
uang. Perubahan akan jumlah uang
naik menjadi dua kali lipat dan
yang beredar berinteraksi dengan
otomatis nilai akan menurun menjadi
permintaan
akan
setengahnya.
selanjutnya
menentukan
penawaran
akan
uang
dan
akan
bila
Menurut
jumlah
uang
Teori
naik
preferensi
permintaan nilai uang.
liquiditas Keynes menyatakan
Uang,pengaruhnya hanyalah terhada
bahwa permintaan uang dalam arti
p harga harga barang. Bertambahnya
Md/P tergantung pada pendapatan Y
uang beredar akan mengakibatkan
(Output
kenaikan harga saja. Jumlah output
bunga i. Permintaan
yang dihasilkan tidak berubah. Inilah
berhubungan
yang
pendapatan karena dua alasan :
disebut
dengan
classical
dichotomy, merupakan pemisahan
Agregat)
dan
uang
positif
1. Kenaikan
suku
dengan
pendapatan
sector moneter dengan sector riil.
meningkatkan
Sektor
dalam perekonomian, yang
moneter
tidak
ada
hubungannya dengan sector riil.
selanjutnya
transaksi
meningkatkan
permintaan atas uang karena
pendapatan digunakan untuk
melakukan
transaksi-
transaksi ini.
pendapat
meningkatkan
permintaan
karena
berharga
jangka
diterbitkan oleh
pendek
Bank
yang
Indonesia
kenaikan
(www.bi.go.id). Dalam hal ini Bank
meningkatkan
Indonesia menggunakan mekanisme
kekayaan individu yang ingin
BIrate (suku bunga Bank Indonesia),
memegang lebih banyak aset,
yaitu Bank Indonesia mengumumkan
salah satunya adalah uang.
target
pendapatan
Biaya
nilai yang harus dibayar oleh Bank
Indonesia kepada investor atas surat
2. Kenaikan
uang
Tingkat Suku Bunga SBI adalah
peluang
memegang
uang
suku
bunga
SBI
yang
diinginkan Bank Indonesia untuk
adalah suku bunga. Sejalan dengan
pelelangan
kenaikan suku bunga, biaya peluang
tertentu.
pada
masa
periode
dari memegang uang meningkat, dan
Menurut
permintaan uang menurun. Menurut
Manurung,
teori preferensi liquiditas, permintaan
Bank Indonesia adalah surat berharga
uang berhubungan positif dengan
atas unjuk dalam Rupiah yang
output agregat dan berhubungan
diterbitkan oleh
negatif dengan suku bunga.
sebagai pengakuan utang berjangka
2.4. Suku Bunga SBI
waktu
SBI
merupakan
salah
satu
mekanisme yang digunakan Bank
Indonesia
kestabilan
untuk
mengontrol
nilai Rupiah.
Dengan
menjual SBI, Bank Indonesia dapat
menyerap
kelebihanuang
primer yang beredar.Tingkat suku
bunga yang berlaku pada setiap
penjualan
SBI
ditentukan
oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem
lelang.
Adler
Haymans
(2003:19)
“Sertifikat
pendek
Bank
dengan
Indonesia
sistem
dikonto”.
2.5. Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran ini,
penulis mengambil acuan pada teori
Keynes. Teori
penentuan tingkat
suku bunga Keynes dikenal dengan
teori liquidity prefence.
Keynes
mengatakan
bahwa
bunga adalah gejala moneter, bunga
adalah
pembayaran
dengan
menggunakan
uang.
Berdasarkan
digunakan
untuk
mempengaruhi
pendapat tersebut, ada pengaruh
jumlah uang beredar di masyarakat
uang terhadap sistem perekonomian
yang
seluruhnya. Dalam buku klasiknya
mempengaruhi inflasi. Ketika Bank
The
Keynes
Sentral ingin meredam laju inflasi,
pandangannya
maka bisa menaikkan tingkat bunga
mengenai penentuan tingkat bunga
SBI untuk menarik dana masyarakat
dalam
untuk
General
Theory,
menjabarkan
jangka
pendek.
Dalam
pada
akhirnya
membeli
SBI
akan
melalui
teorinya ia mengemukakan bahwa
mekanisme operasi pasar terbuka
tingkat bunga menyesuaikan untuk
(OPT). Dengan demikian jumlah
menyeimbangkan
dan
uang beredar akan turun dan inflasi
asset
akan juga turun. (Primawan Wisda
perekonomian yang paling likuid,
Nugroho, Maruto Umar Basuki,
yaitu
2012).
permintaan
penawaran
untuk
uang (Boediono,
1985;
Mankiw, 2000; Mishkin, 2001).
Bank Indonesia melakukan
Variabel tingkat suku bunga SBI
berpengaruh
peningkatan suku bunga SBI yang
Rate.
bertujuan
rate atau
untuk
mengendalikan
BI
positif
Rate
suku
terhadap
sebagai
bunga
BI
policy
kebijakan
pertumbuhan uang beredar, yang
memang lekat dengan tingkat suku
kemudian untuk mengendalikan laju
bunga
inflasi.
operasinya. Yang satu sebagai sinyal,
Kemudian,
setelah
SBI
sebagai
mengalami peningkatan secara terus
sementara
menerus, akhirnya suku bunga SBI
pelaksanaannya. Mekanisme
mulai
penggunaan BI rate dalam operasi
mengalami
Penurunan
suku
penurunan.
bunga
yang
instrumen
satu
sebagai
tersebut
moneter adalah untuk mengarahkan
dilakukan di tengah inflasi yang
agar suku bunga Sertifikat Bank
masih relatif tinggi. (Friska Sari
Indonesia (SBI) bulan yang dilelang
Ronadiba, 2004)
di Operasi Pasar Terbuka (OPT) oleh
Variabel tingkat suku bunga
Bank Indonesia berada di sekitar BI
SBI berpengaruh negatif terhadap
rate. Dengan demikian diharapkan
inflasi. satu instrumen yang bisa
selanjutnya BI rate tersebut akan
mempengaruhi suku bunga Pasar
pula mengikuti jumlah uang beredar.
Uang Antar Bank (PUAB), suku
Meningkatnya tingkat suku bunga
bunga simpanan dan suku bunga
SBI
lainnya termasuk suku bunga kredit.
pengurangan jumlah uang beredar di
Umumnya
masyarakat,
tujuan
bank
sentral
dapat
mengatasi
serta
dalam
mekanisme
melakukan penyesuaian suku bunga
penggunanaan
acuan adalah untuk mencapai tujuan
mengarahkan agar auku bunga SBI
inflasi yang diharapkan.( Fitria Irmi
berada disekitar BI rate sebagai
Triswati, Ika Akbar Wati, 2011)
policy rate dengan begitu kenaikan
BI
rate
untuk
Berdasarkan kondisi tersebut,
harga yang terus – menerus pun akun
apabila suku bunga SBI naik maka
menurun. Sehingga perekonomian
jumlah uang beredar pun akan
Indonesia dapat dikatakan membaik.
menurun dan inflasi pun dapat turun
Gambar 2.0 Kerangka Pemikiran
Inflasi
(X1)
Suku Bunga SBI
BI Rate
(Y)
(X2)
Jumlah Uang
Beredar (M1)
(X3)
III.
METODOLOGI
PENELITIAN
menggunakan alat analisis regresi.
Untuk
memudahkan
pemahaman
A. Ruang Lingkup Penelitian
dalam penelitian perlu ditegaskan
Penelitian
tentang
model
ini
statistika
menggunakan
dengan
variabel-variabel
yang
digunakan. Dalam penelitian ini
menggunakan
satu
variabel
Metode analisis data yang digunakan
dependen (terikat) dan tiga variabel
adalah
independen
Variabel
berganda dengan bantuan software
dependen yang digunakan dalam
SPSS versi 17 for Windows . Untuk
penelitian ini adalah tingkat suku
menghasilkan suatu model yang
bunga Sertifikat Bank Indonesia,
baik, analisis regresi memerlukan
sedangkan variabel independen yang
pengujian asumsi klasik sebelum
digunakan adalah Inflasi, BI rate, dan
melakukan
Jumlah uang yang beredar (M1).
Pengujian asumsi klasik tersebut
Periode
meliputi
(bebas).
yang
digunakan
dalam
model
analisis
pengujian
uji
multikolinearitas,
2010 – Mei 2013. Untuk mendukung
heteroskedastisitas,
variabel
autokorelasi.
ini,
penulis
memperoleh data yang bersumber
hipotesis.
normalitas,
penelitian ini selama periode Agustus
penelitian
regresi
uji
uji
dan
uji
a. Uji Normalitas
dari Kemeterian Perdagangan dan
Menurut Ghozali (2005 : 110) “ uji
Website Bank Indonesia.
normalitas bertujuan untuk menguji
B. Metode yang Digunakan
apakah dalam model regresi, variabel
Metode
yang
pengganggu atau residual memiliki
ini
distribusi normal”. Cara yang dapat
adalah menggunakan analisis regresi
digunakan untuk menguji apakah
linear
dengan
variabel pengganggu atau residual
Ordinary
memiliki distribusi normal adalah
yang
dengan melakukan uji Kolmogorov-
menggunakan data time series pada
Smirnov terhadap model yang diuji.
variabel yang diteliti periode Agustus
Kriteria
2010
Penulis
adalah apabila nilai signifikansi atau
menggunakan alat bantu SPSS 22.0
probabilitas > 0.05, maka residual
(software) for windows.
memiliki
digunakan
analisis
dalam
data
penelitian
berganda
menggunakan
Least
metode
Square
-
Mei
(OLS)
2013.
C. Metode Analisis Data
1. Pengujian
Klasik
Asumsi
apabila
pengambilan
distribusi
nilai
keputusan
normal
signifikansi
dan
atau
probabilitas < 0.05, maka residual
tidak memiliki distribusi normal.
Selain itu, uji normalitas juga dapat
cut off yang umum dipakai untuk
dilakukan dengan melakukan analisis
menunjukkan
grafik normal probability plot dan
multikolinearitas
grafik histogram. Dasar pengambilan
tolerance 10 (Ghozali, 2005 : 92).
menurut
dalam
Ghozali
uji
normalitas
(2005
:
110)
adanya
adalah
nilai
c. Uji Heteroskedastisitas
sebagai berikut:
Menurut Ghozali (2005 : 105) “uji
1) jika data menyebar disekitar garis
heteroskedastisitas bertujuan menguji
diagonal dan mengikuti arah garis
apakah dalam model regresi terjadi
diagonal atau grafik histogramnya
ketidaksamaan variance dari residual
menunjukkan pola distribusi normal,
satu pengamatan ke pengamatan
maka
yang lain”. Model regresi yang baik
model
regresi
memenuhi
asumsi normalitas dan
adalah
2) jika data menyebar jauh dari
heteroskedastisitas. Cara mendeteksi
diagonal dan / atau tidak mengikuti
ada atau tidaknya heteroskedastisitas
arah garis diagonal atau grafik
adalah dengan melihat grafik plot
histogram tidak menunjukkan pola
antara
distribusi
regresi
normal,
tidak
tidak
nilai
terjadi
prediksi
variabel
maka
model
dependen. Menurut Ghozali (2005 :
memenuhi
asumsi
105)
normalitas.
dasar
menentukan
b. Uji Multikolinearitas
analisis
ada
atau
untuk
tidaknya
heteroskedastisitas yaitu:
Uji multikolinearitas bertujuan untuk
1) jika ada pola tertentu, seperti titik-
menguji
regresi
titik yang ada membentuk pola
ditemukan adanya korelasi antar
tertentu yang teratur (bergelombang,
variabel bebas (independen). Model
melebar
regresi yang baik seharusnya tidak
maka mengindikasikan telah terjadi
terjadi korelasi di antara variabel
heteroskedastisitas,
independen (Ghozali, 2005 : 91).
2) jika tidak ada pola yang jelas,
Multikolinearitas
dideteksi
serta titik-titik menyebar di atas dan
dengan melihat nilai tolerance dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y,
apakah
model
dapat
variance inflation factor (VIF).Nilai
kemudian
menyempit),
maka
tidak
terjadi
2. H0 : ᵦ1 ≠ ᵦ2 ≠ 0 = ada
pengaruh tingkat inflasi, BI
heteroskedastisitas.
rate, dan jumlah uang beredar
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005 : 95) “uji
terhadap tingkat suku bunga
autokorelasi
SBI.
bertujuan
menguji
apakah dalam model regresi linear
Hipotesis penelitian diuji dengan
ada
menggunakan analisis regresi linear
korelasi
antara
kesalahan
pengganggu pada periode t dengan
berganda.
kesalahan pengganggu pada periode
menguji
t-1 (sebelumnya)”. Cara yang dapat
dinyatakan dalam
dilakukan untuk mendeteksi ada atau
secara matematis bentuk persamaan
tidaknya autokorelasi adalah dengan
tersebut adalah sebagai berikut:
melakukan uji Durbin Watson.
Ŷt = β0 + β1X1t-1 + β2X2t-1+
Kriteria untuk penilaian terjadinya
autokorelasi yaitu:
1) nilai D-W lebih kecil dari -2
berarti ada korelasi positif,
2) nilai D-W di antara -2 sampai +2
berarti tidak ada autokorelasi,
3) nilai D-W lebih besar dari +2
berarti ada autokorelasi negatif.
2. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini terdapat dua
macam hipotesis
yang diajukan,
yaitu:
1. H0 : ᵦ1 = ᵦ2 = 0 = tidak ada
pengaruh tingkat inflasi, BI
rate, dan jumlah uang beredar
terhadap tingkat suku bunga
SBI
Model
regresi
hipotesis
untuk
tersebut
bentuk
fungsi
β3X3t-1 + ε
Dimana :
Ŷt = suku bunga SBI 9 bulan
β0 = konstanta
β1, β2, β3, = koefisien regresi
X1 = Inflasi
X2 = BI Rate
X3 = Jumlah Uang Beredar
ε = residual (error)
a. Uji signifikansi simultan
Secara simultan, pengujian hipotesis
dilakukan dengan uji F-test. Menurut
Ghozali (2005 : 84) “uji statistik F
pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel
independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai
pengaruh
secara
bersama-sama
terhadap
variabel
penjelas/
independen
dependen/ terikat”. Uji ini dilakukan
individual
dalam
dengan membandingkan signifikansi
variabel dependen”. Uji ini dilakukan
Fhitung dengan ketentuan:
dengan membandingkan signifikansi
1) jika Fhitung < Ftabel pada α
secara
menerangkan
thitung dengan ketentuan:
0.05, maka H1 ditolak dan
2) jika Fhitung > Ftabel pada α
0.05, maka H1 diterima.
b. Uji signifikansi parsial
Secara parsial, pengujian hipotesis
1) jika thitung < ttabel pada
α 0.05, maka Hi ditolak
dan
2) jika thitung > ttabel pada
α 0.05, maka Hi diterima.
dilakukan dengan uji t-test. Menurut
Ghozali (2005 : 84) “uji statistik t
pada
dasarnya
menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel
D. Operasional Variabel
No
Nama Variabel
Konsep / Teori
Skala
1
Suku Bunga SBI (Y)
Menurut Tajul Khalwaty suku bunga adalah Ratio
instrument konvensional untuk mengendalikan
atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi.
2
Inflasi (X1)
Menurut teori
Keynes,
inflasiberdasarkan Ratio
konsep inflationary gap. inflasi permintaan yang
benar-benar penting adalah yang ditimbulkan
oleh pengeluran pemerintah, terutama yang
berkaitan dengan peperangan, program investasi
yang besar-besaran dalam kapital sosial
3
BI Rate (X2)
Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes Ratio
dikenal dengan teori liquidity prefence. Keynes
mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata
merupakan fenomena moneter yang mana
pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya
tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran
dan permintaan akan uang.
4
Jumlah Uang Yang Beredar (M1) (X3)
IV.
Teori preferensi liquiditasKeynes jumlah uang Ratio
beredar adalah permintaan uang dalam arti Md/P
tergantung pada pendapatan dan suku bunga.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
menguji apakah residual berdistribusi
Sebelum mengenai pembahasan data
normal adalah uji statitstik non
statistik, maka terlebih dahulu
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-
ditentukan banayaknya sampel yang
S) dengan membuat hipotesis:
ingin diteliti. Sampel yang diteliti
H0 : data residual berdistribusi
pada penelitian ini ialah sebanyak 34
normal,
sampel.
Ha : data residual tidak berdistribusi
B. Analisis Data Penelitian
normal.
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Apabila nilai siginifikansi lebih besar
dari 0,025 maka H0 diterima dan Ha
Uji normalitas data bertujuan untuk
ditolak,
menguji apakah variabel residual
signifikansi lebih kecil dari 0,025
berdistribusi normal atau tidak. Uji
maka H0 ditolak dan Ha diterima.
sebaliknya
jika
nilai
statistik yang dapat digunakan untuk
Tabel 4.0
Sumber: Output SPSS, diolah
penulis, 2015
Dari hasil pengolahan data pada
Tabel 1.0 diperoleh besarnya nilai
signifikansi pada 0,149. Nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05
maka H0 diterima yang berarti
data
residual
berdistribusi
normal.
Data
yang
berdistribusi
normal tersebut juga dapat dilihat
melalui grafik histrogram dan grafik
normal p-plot data.
Gambar 4.0
Sumber: Output SPSS, diolah penulis, 2015
Grafik
histogram
pada
Gambar
4.0
menunjukkan pola distribusi normal karena
grafik tidak miring ke kiri maupun miring ke
kanan. Demikian pula hasil uji normalitas
dengan
menggunakan
grafik
Gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 4.1
Sumber: Output SPSS, diolah
penulis, 2015
Dari
gambar
didapatkan
menyebar
4.1
bahwa
di
telah
titik-titik
sekitar
garis
diagonal, walaupun ada sedikit
sebaran
“belok”.
data
Ini
yang
tampak
menunjukkan
bahwa sebaran data tidak sangat
normal, tetapi data masih bisa
dikategorikan memenuhi standard normalitas.
p-plot
pada
b. Uji Multikolonieritas
Tabel 4.1
Hasil dari uji multikolinieritas dapat
dilihat
pada
gejala
tabel
berikut
multikolinearitas
variabel
ini:
antara
independen
yang
diindikasikan dari nilai tolerance
setiap variabel independen lebih
besar atau sama dengan 0,1 dan nilai
VIF lebih kecil atau sama dengan
dari 10. Maka dapat disimpulkan
Sumber:
Output
SPSS,
diolah
penulis, 2015
bahwa analisis lebih lanjut dapat
dilakukan
Dari data pada Tabel 4.1, dapat
dengan
menggunakan
model regresi berganda.
disimpulkan bahwa tidak terjadi
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji
heteroskedastisitas
bertujuan
residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan yang lain. Model regresi
menguji apakah dalam model regresi
yang
baik
adalah
terjadi ketidaksamaan variance dari
heteroskedastisitas.
tidak
terjadi
Gambar 4.2
Sumber: Output SPSS, diolah penulis,
2015
Berdasarkan
grafik
scatterplot
ini,
dapat diketahui bahwa tidak terjadi
permasalahan
heteroskedastisitas
karena telah memenuhi kriteria yang
telah disebutkan di atas. Gambar
menunjukkan bahwa: 1) sebaran data
berada ada di atas dan di bawah angka
nol;
2)
sebaran
data
tidak
mengumpul hanya di bawah atau di
atas angka nol saja; 3) sebaran data
tidak membentuk pola bergelombang
yaitu melebar kemudian menyempit
data hasil penelitian ini data tidak
dan melebar lagi serta dan sebaran
berpola.
pengganggu
d. Uji Autokorelasi
Pengujian
untuk
autokorelasi
menguji
korelasi
bertujuan
apakah
antara
terdapat
kesalahan
dengan
pada
suatu
kesalahan
periode
pengganggu
periode sebelumnya dalam model
regresi.
Tabel 4.2
Dari hasil tabel di atas diketahui
bahwa nilai D-W yang didapat
sebesar 1,441. Dan DL 0,025,
Uji-t dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh suatu
α
2) jika t-hitung > t-tabel, maka
terhadap
H0 ditolak dan Ha diterima
untuk
variabel dependen secara parsial.
α
=
2,5%
signifikansi < 0,025.
Tabel 4.6
Uji Parsial (Uji-t)
atau
Sumber:
SPSS,
Output
diolah
berpengaruh secara signifikan
penulis, 2015
terhadap tingkat suku bunga
Hasil pengujian statistik t pada Tabel
4.6 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengaruh
inflasi
SBI.
3) Pengaruh
bunga SBI. Nilai t-hitung
untuk variabel Jumlah Uang
hitung untuk variabel inflasi
Beredar (M1) adalah sebesar
adalah sebesar 0,499 dan tdengan
diketahui
α
=
sebesar
1,989 dan t-tabel dengan α =
2,5%
2,5% diketahui sebesar 2,348.
2,348.
Dengan demikian t-hitung <
Dengan demikian t-hitung <
t-tabel dan nilai signifikansi
t-tabel dan nilai signifikansi
sebesar 0,056. Artinya, H0
sebesar 0,621. Artinya, H0
diterima
dan
H1
diterima
ditolak.
berpengaruh
dan
H1
ditolak.
Bahwa Jumlah Uang Beredar
Bahwa inflasi secara parsial
tidak
Uang
Beredar (M1) terhadap suku
terhadap
suku bunga SBI. Nilai t-
tabel
Jumlah
(M1) secara parsial tidak
secara
berpengaruh secara signifikan
signifikan terhadap tingkat
terhadap tingkat suku bunga
suku bunga SBI.
SBI.
2) Pengaruh BI rate terhadap
hitung untuk variabel BI rate
c. Pembahasan Hasil Analisis
Penelitian
Dari hasil pengujian hipotesis
adalah sebesar 8,438 dan t-
secara simultan, dapat diketahui
tabel
bahwa inflasi, BI rate, jumlah uang
suku bunga SBI. Nilai t-
dengan
diketahui
α
sebesar
=
2,5%
2,348.
yang
beredar
(M1)
berpengaruh
Dengan demikian t-hitung >
secara signifikan terhadap tingkat
t-tabel dan nilai signifikansi
suku bunga SBI. Dari hasil pengujian
sebesar 0,000. Artinya, H0
hipotesis
ditolak
diterima.
diketahui bahwa BI rate berpengaruh
Bahwa BI rate secara parsial
secara signifikan terhadap tingkat
dan
H1
secara
parsial,
dapat
suku bunga SBI. Sementara inflasi
dijelaskan oleh Inflasi, BI Rate, dan
dan jumlah uang yang beredar (M1)
JUB (M1) (variabel independen)
tidak berpengaruh secara signifikan
sebesar 89,4%, sedangkan selebihnya
terhadap tingkat suku bunga SBI.
sebesar 10,6% dijelaskan oleh faktor
Hasil ini mendukung hasil penelitian
– faktor lain diluar penelitian ini.
terdahulu
Kemudian standard error of the
yang
berjudul
“PENGARUH
KONSUMSI,
adalah
sebesar
0,6939
UANG
dimana semakin kecil angka ini akan
INFLASI
membuat model regresi semakin
PENENTUAN
tepat dalam memprediksi tingkat
INVESTASI,
JUMLAH
BEREDAR
DAN
TERHADAP
estimate
KEBIJAKAN SUKU BUNGA SBI
suku bunga SBI.
”. Hasil penelitian tersebut adalah,
Variabel Inflasi sebesar 0,039
variabel Investasi berpengaruh secara
menunjukkan bahwa setiap terjadi
signifikan terhadap suku bunga SBI,
kenaikan satu satuan inflasi akan
sementara itu variabel Konsumsi,
berdampak pada meningkatnya suku
JUB, dan Inflasi tidak berpengaruh
bunga SBI sebesar 0.039 satuan.
secara signifikan terhadap perubahan
Sebaliknya, jika terjadi penurunan
suku bunga SBI.
satu satuan inflasi akan berdampak
Nilai
R
sebesar
0,951
pada menurunnya suku bunga SBI
menunjukkan bahwa korelasi atau
sebesar 0,039 satuan dengan asumsi
hubungan
variabel lain tetap.
SBI
(variabel
mempunyai
tingkat
Variabel BI rate sebesar 4,168
hubungan yang sangat kuat, yaitu
menunjukkan bahwa setiap terjadi
sebesar 95,1%. Nilai R yang sangat
kenaikan satu satuan BI rate akan
kuat ini dapat dilihat dari tabel
berdampak pada meningkatnya suku
sebagai interpretasi dari koefisien
bunga SBI sebesar 4,168 satuan.
korelasi. Nilai Adjusted R Square
Sebaliknya, jika terjadi penurunan
atau koefisien determinasi adalah
satu satuan BI rate akan berdampak
sebesar
dependen)
antara
0,894.
mengidentifikasikan
(variabel
Angka
ini
pada menurunnya suku bunga SBI
bahwa
SBI
sebesar 4,168 satuan dengan asusmsi
dependen)
mampu
variabel lain tetap.
Variabel Jumlah uang beredar
satuan.
Sebaliknya,
jika
terjadi
(M1) sebesar 0,422 menunjukkan
penurunan satu satuan jumlah uang
bahwa setiap terjadi kenaikan satu
beredar
satuan Jumlah uang beredar (M1)
menurunnya suku bunga SBI sebesar
akan berdampak pada meningkatnya
0,422 satuan dengan asumsi variabel
suku bunga SBI sebesar 0,422
lain tetap.
V.
(M1)
berdampak
pada
KESIMPULAN
DAN SARAN
sebesar
A. KESIMPULAN
0,499.
0,039
analisis
menunjukkan bahwa setiap
dan pembahasan yang telah
terjadi kenaikan satu satuan
dipaparkan
sebelumnya,
inflasi akan berdampak pada
penulis
memperoleh
meningkatnya
Berdasarkan
kesimpulan
diambil
hasil
yang
dari
dapat
penelitian
suku
bunga
SBI sebesar 0.039 satuan.
Sebaliknya,
jika
terjadi
mengenai Faktor – Faktor
penurunan satu satuan inflasi
Yang
akan
Mempengaruhi
berdampak
pada
Suku
menurunnya suku bunga SBI
Bunga SBI periode Agustus
sebesar 0,039 satuan dengan
2010 – Mei 2013 adalah
asumsi variabel lain tetap.
Kebijakan
Tingkat
2. Berdasarkan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan
hasil
regresi
hasil
regresi
linier berganda dengan OLS
linier berganda dengan OLS
dijelaskan
dijelaskan
secara
parsial BI Rate berpengaruh
tidak
signifikan terhadap tingkat
berpengaruh secara signifikan
Suku Bunga SBI dengan nilai
terhadap tingkat Suku Bunga
signifikansi sebesar 0,000.
SBI dengan nilai signifikansi
Variabel
parsial
bahwa
Inflasi
bahwa
BI
rate
secara
sebesar
4,168 menunjukkan bahwa
uang
setiap terjadi kenaikan satu
berdampak pada menurunnya
satuan
akan
suku
pada
0,422 satuan dengan asumsi
BI
rate
berdampak
meningkatnya
suku
bunga
SBI sebesar 4,168 satuan.
Sebaliknya,
jika
terjadi
beredar
bunga
sebesar
4. Secara simultan, dari hasil
regresi linier berganda yang
dilakukan
akan
bahwa
pada
SBI
variabel lain tetap.
penurunan satu satuan BI rate
berdampak
(M1)
diperoleh
Inflasi,
BI
hasil
Rate,
menurunnya suku bunga SBI
Jumlah Uang Yang Beredar
sebesar 4,168 satuan dengan
(M1)
asusmsi variabel lain tetap.
signifikan.
3. Berdasarkan
hasil
regresi
berpengaruh
secara
Dengan
nilai
signifikansi sebesar 0,000.
linier berganda dengan OLS
Berdasarkan hasil
dijelaskan
secara
dapat diketahui bahwa F-
parsial Jumlah Uang Beredar
hitung > F-tabel (91,368 >
(M1)
3,542) maka H0 ditolak dan
bahwa
tidak
berpengaruh
seacara signifikan terhadap
Ha
tingkat
Suku
SBI
disimpulkan bahwa Inflasi,
dengan
nilai
signifikansi
BI rate, Jumlah uang beredar
sebesar
0,056.
Bunga
Variabel
diterima.
tersebut
(M1)
Jadi,
berpengaruh
Jumlah uang beredar (M1)
simultan
sebesar 0,422 menunjukkan
suku bunga SBI.
dapat
secara
terhadap
tingkat
bahwa setiap terjadi kenaikan
B. IMPLIASI DAN SARAN
satu
1. Pada penelitian ini, variabel
satuan
beredar
Jumlah
(M1)
berdampak
meningkatnya
suku
uang
akan
Inflasi
tidak
pada
secara
signifikan
bunga
berpengaruh
terhadap
Suku Bunga SBI. Ketika
SBI sebesar 0,422 satuan.
infasi
Sebaliknya,
terjadi
Indonesia dapat melakukan
penurunan satu satuan jumlah
Operasi Pasar Terbuka (OPT)
jika
naik,
maka
Bank
dengan membeli SBI dari
mekanisme penggunaan BI
masyarakat
uang
Rate untuk mengarahkan agar
yang beredar di masayarakat
suku bunga SBI berada di
dapat ditarik oleh BI dan
sekitar BI rate sebagai policy
dapat meredam laju inflasi
rate dengan begitu kenaikan
2. Ketika terjadi inflasi, Bank
harga yang terus – menerus
sehingga
Indonesia
dapat
pun akun menurun. Sehingga
meningkatkan tingkat suku
perekonomian
bunga
dapat dikatakan membaik.
SBI
mengatasi
yang
dapat
jumlah
uang
beredar di masyarakat, serta
DAFTAR PUSTAKA
Khalwaty, Tajul, 2000, Inflasi dan
Solusinya , PT. Gramedia Pustaka
Utama
Mankiw, G. 2000. Teori Makro
Ekonomi. Edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Mishkin, F.S. 2001. The Economics of
Money, Banking, and Financial
Markets.
Edisi
6.
Columbia
University. New York.
http://www.rmol.co/read/2011/10/07/4
1691/BI-Rate-Versus-SBI-Rate
http://vinarefriana.blogspot.com/2013/
06/faktor-faktor-kebijakanpenerapan.html
https://www.academia.edu/8345843/Pe
ngaruh_Kebijakan_BI_Rate_terhada
p_Kondisi_Perekonomian_Indonesia
Indonesia