MAKALAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN BU IKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG PENULISAN
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) tengah fokus terhadap pembangunan infrastruktur di kawasan timur
Indonesia sebagai bentuk pemerataan pembangunan nasional. Minimnya
infrastruktur di kawasan timur Indonesia membuat kawasan tersebut
mengalami kesulitan untuk tumbuh dan berkembang.butuh dana mencapai
Rp12,5 triliun hingga Rp15 triliun untuk membangun infrastruktur di
perbatasan dan jalan, serta menyelesaikan trans Papua. Jalan trans Papua
sepanjang 900 kilometer ditargetkan selesai pada tahun 2018 mendatang.
Ruas jalan trans Papua itu mulai dari Sorong-Manokwari-Nabire-Jayapura
yang saat ini masih terputus-putus. Percepatan pembangunan infrastrktur ini
sangat dibutuhkan agar dapat menjalankan roda perekonomian Papua dan
mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Keadaan geografis di Provinsi Papua merupakan penyebab utama
terhambatnya perkembangan suatu daerah, dimana daerah tersebut menjadi
sulit dijangkau.
Dalam rangka mempercepat pembangunan fisik di wilayah Provinsi

Papua, Pemerintah Provinsi Papua Dinas Pekerjaan Umum bermaksud
membangun/meningkatkan prasarana transportasi darat, khususnya jalan raya
yang sangat berguna untuk menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah
lainnya dan membuka akses daerah yang terpencil terhadap pertumbuhan
perekonomian regional antar wilayah dan antar kabupaten.
Upaya untuk menurunkan biaya distribusi dari satu kabupaten ke
kabupaten lain di wilayah Papua terus dilakukan pemerintah Indonesia melalui
pembangunan infrastuktur jalan raya Trans-Papua. Terdapat 12 ruas jalan yang
jika tersambung semua akan memiliki panjang yang mencapai 4.325 kilometer
(km). Segala upaya dan rencana telah ditungkan dalam dokumen perencanaan
berupa RPJPD, RPJMD, RKPD hingga RENJA SKPD. Namun, fakta di
lapangan menunjukkan bahwa terjadi perlambatan pembangunan dari yang
direncanakan dalam dokumen perencanaan tersebut baik RPJPD, RPJMD

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 1

ataupun RENJA SKPD yang telah dibuat. Contohnya saja di Jalan Trans
Papua Dari Suaga Kabupaten Intan Jaya – Enarotali Kabupaten Paniai Yang
Dikerjakan PT. Lince Romauli Raya Menggunakan APBD Provinsi Papua
2014 Masih Terbengkalai Pembangunannya hingga tahun 2016 ini. Kalaupun

pekerjaan mereka berakhir hingga Desember 2016, harusnya telah ada
realisasi fisik 50 persen yang diselesaikan, tapi kenyataannya tidak ada. Ini
baru satu daerah yang “diketahui” bagaimana dengan daerah lain yang
“tersembunyi” keberadaannya. Akan menjadi kerugian Negara jika anggaran
yang telah dikucurkan buat Papua untuk pembangunan infrastruktur malah
diabaikan akan berapa banyak lagi kerugian yang diderita oleh warga setempat
dalam keadaan terisolasi ini.
Harmonisasi RPJMN dan RPJMD merupakan Ruang Lingkup Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional Undang-Undang Nomor 25/2004. RPJM
Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah
yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan
RPJM Nasional memuat: 1. arah kebijakan keuangan Daerah, 2. strategi
pembangunan Daerah, 3. kebijakan umum, dan 4. program SKPD, lintas
SKPD, dan 5. program kewilayahan. Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN
2015-2019 dilakukan melalui Bilateral Meeting Penyesuaian RPJMD dengan
RPJMN 2015- 2019. Sumber: Pasal 14 Permen PPN 1/2014. Sehingga
harmonisasi antara dokumen perencanaan di daerah maupun nasional harus
dipertanggungjawabkan dan diterapkan. Tujuan Penyesuaian RPJM Daerah
dengan RPJM Nasional 2015- 2019: 1. Menjaga konsistensi dan sinegitas
sasaran dan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMN 20152019 menjadi prioritas dalam RPJMD terkait. 2. Meningkatkan koordinasi dan

kesepahaman dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional
Rencana pembangunan Daerah dikoordinasikan, disinergikan, dan
diharmonisasikan oleh Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan
pembangunan Daerah (sumber: Pasal 260 UU 23/2014). RPJPD, RPJMD, dan
RKPD dapat diubah apabila berdasarkan hasil pengendalian dan evaluasi tidak
sesuai dengan perkembangan keadaan atau penyesuaian terhadap kebijakan
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat Dasar Hukum Perubahan RPJMD

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 2

untuk harmonisasi terhadap RPJMD. Namun, menjadi perhatian saat ini
bahwa urusan infrastruktur di papua pun menjadi perhatian pemerintah pusat
sedangkan saat ini merupakan era desentrlisasi dimana daerah harus mampu
mengurus daerahnya sendri. Dari contoh kasus di Suaga Kabupaten Intan Jaya
tersebut menjadi bukti bahwa dokumen perencanaan hanya lembaranlembaran kertas yang jauh dari realisasi yang diharapkan. Bukan menjadi
keanehan jika perbaikan infrastruktur jalan menjadi perhatian kami untuk
dibuat dalam makalah dengan judul “Merajut Bumi Mutiara Hitam”.
Dengan sejalannya RPJPD, RPJMD dan RENJA SKPD diharapkian
pembangunan ruas jalan ini maka akan menambah dan mempercepat distribusi
hasil-hasil pertanian, perkebunan, kehutanan serta kebutuhan bahan-bahan

pokok pada masyarakat sekitar ruas jalan serta daerah di belakangnya yang
akan berdampak pada peningkatan kehidupan warga Papua.
1.2.

TUJUAN PENULISAN
Adapun ujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana harmonisasi dokumen perencanaan dari
RPJPD Provinsi Papua, RPJMD Provinsi Papua hingga RKPD Dinas
Pekerjaan Umum.
2.

Mengetahui apa yang menjadi penghambat dan pendukung dalam
pembangunan infrastruktur jalan di Papua.

3. Mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah
dalam pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Papua.

1.3.

MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana harmonisasi dokumen perencanaan dari
RPJPD Provinsi Papua, RPJMD Provinsi Papua hingga RKPD Dinas
Pekerjaan Umum.

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 3

2.

Untuk mengetahui apa yang menjadi penghambat dan pendukung
dalam pembangunan infrastruktur jalan di Papua.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah pusat maupun
daerah dalam pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Papua.

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 4

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1.


TEORI PENULISAN

2.1.1 Teori Perencanaan
Uraian tentang pegertian perencanaan dapat ditemui pada banyak buu, baik
yang membahas tentang manajemen maupun di bidang administrasi dan
kepemimpinan. Dengan kata ain uraian tentang pengertian perencanaan berikut
ini, dimaksudkan untuk memberikan dasar dalam menguraikan pengertian
Perencanaan Kepegawaian.
Perencanaan adalah proses pemilihan dan penetapan tujuan, strategi,
metode, anggaran, dan standar (tolak ukur) keberhasilan suatu kegiatan.”
(Nawawi, H. 2003:29).
Pengertian ini menunjukkan bahwa perencanaan merupakan proses atau
rangkaian beberapa kegiatan yang salig berhubungan dalam memilih salah satu di
antara beberapa alternatif tentanng tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah
organisasi/perusahaan. Kemudian memilih strategi dan metode untu mencapai
tujuan tersebut. Dilanjutkan pula dengan menetapkan anggaran unttuk
melaksanaka strategi dan metode tersebut, diiringi dengan memillih dan
menetapkan


kriteria

tolak

ukur

untuk

menilai

tingkat

keberhasilann

organisasi/perusahaan dalam pencapaian tujuannya dengan mengimplementasikan
strategi dan metode yang telah dipilih sebelumnya.Pengertian lain mengatakan
bahwa
Perencanaan adalah proses memilih sejumlah kegiatan untuk ditetapkan
sebagai keputusan tentang suatu pekerjaan yang harus dilakukan, kapan,
bagaimana dan siapa yang melakukannya.” (Nawawi, H. 2003:30).

Pengertian ini mekankan bahwa perencanaan merupakan rangkaian
kegiatan atau proses pembuatan keputusan. Kegiatan pertama yang harus
dilakukan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan di masa datang,
yang berarti juga tidak akan dan tidak boleh melaksanakan pekerjaan lain yang
“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 5

bertolak belakang atau yang berbeda dengan pekerjaan yang telah ditetapkan
sebagai keputusan tersebut. Kegiatan kedua dalam proses pembuatan keputusan
adalah kegiatan menetapkan waktu pelaksanaannya, yang berarti memilih metode
dan tidak akan menggunakan cara atau metode lain agar pelaksanaan pekerjaan
tersebut berlangsung secara efektif dan efisien.

akhirnya kegiatan keempat

dalam proses pembuatan keputusan tersebut adalah menetapkan pegawai yang
tepat

atau

yang


memenuhi

persyaratan

untuk

melaksanakannya,

agar

pekerjaantersebut dilaksanakan secara professional dalam rangka mewujudkan
eksistensi organisasi yang sukses.
Pengertian berikutnya mengatakan bahwa
Perencanaan adalah penerapan pengetahuan tepat guna secara sistematik,
untuk mengontrol dan mengarahkan kecenderungan pperwujudan masa
depan yang diinginkan sebagai tujuan yang akan dicapai.” (Nawawi, H.
2003:31).
Pengertian di atas menekankan bahwa melalui perumusan perencanaan,
kondisi bidang kehidupan tertentu di masa depan dapat dikontrol dan diarahkan

sesuai dengan keinginan manusia. Kondisi itu dirumuskan sebagai tujuan yang
akan dicapai di masa depan, melalui pembuatan perencanaan cara mencapainya
menggunakan atau penerapan pengetahuan tepat guna dalam bidang kehidupan
tersebut secara sistematik (teratur dan tertib). Penggunaan pengetahuan tepat guna
berarti perencanaan tidak bersifat teoritis sehingga tidak dapat diimplementasikan
dalam bidang/aspek-aspek yang dijelajahi suatu perencanaan. Dengan kata lain
perencanaan harus bersifat realistic sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
lingkungan organisasi yang akan melaksanakannya. Perencanaan bukan
merumuskan suatu kondisi ideal di masa depan tanpan perhitungan kemampuan
mencapainya, sehingga menjadi hayalan yang tidak dapat dicapai, karena tidak
didasari pengetahuan tepat guna yang dapat diterapkan secara sistematik.
Pengertian berikut mengatakan bahwa
Perencanaan adalah kegiatan persiapan dengan merumuskan dan
nmenetapkan keputusan tentang langkah-langkah penyelesaian masalah
atau pelaksanaan suatu pekerjaan secara terarah pada satu tujuan.”
(Nawawi, H. 2003:32)

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 6

Perencanaaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat

strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan. Rencana dapat berupa
rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang
tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi.
Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu
organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana
bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan
menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas
dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Perencanaan, adalah kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan dari
sejumlah pilihan mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan
di masa depan guna mencapai tujuan yang diinginkan, serta pemantauan
dan penilaian atas perkembangan hasil pelaksanaannya, yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan
2.1.2 Teori Pembangunan
Hakekat pembangunan adalah proses perubahan yang terus menerus yang
merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah yang ingin dicapai,
selanjutnya untuk memberikan ini S.P. Siagian memberikan defenisi sebagai
berikut :
Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
Negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa.” (Siagian: 13)
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam pembangunan itu sendiri terdapat
inti pokok-pokok pengertian sebagai berikut :
-

Pembangunan adalah merupakan suatu proses, berarti suatu keinginan
yang terus menerus dilaksanakan.
Pembangunan merupakan usaha sadar yang dilakukan.
Pembangunan mengarah kepada modernitas, yang di artikan sebagai cara
hidup yang baru dan lebih baik dari sebelumnya serta kemampuan untuk
lebih menguasai alam lingkungan dalam rangka peningkatan swasembada
dan mengurangi ketergantungan dari pihak lain.
“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 7

-

Pembangunan dilaksanakan secara berorientasi pada pertumbuhan dan
Perubahan.

-

Bahwa modernitas yang dicapai melalui pembangunan itu bersifat
multidimensional.

-

Bahwa kelima hal tersebut di atas ditunjukkan kepada usaha pembinaan
bangsa (Nation Building) yang terus menerus harus silaksanakan dalam
rangka pencapaian tujuan bangsa dan Negara yang telah ditentukan
sebelumnya.

Selanjutnya dijelaskan oleh Bintoro Tjokroamidjojo Bahwa :
Pembangunan adalah suatu proses dinamis, kebijaksanaan harus memberi
peluang kepada kenyataan tetapi harus mengandung kepastian dan
kesinambungan bagi pelaksanaan yang fiktif menuju terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dengan
keridhoan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Pengertian pembangunan seperti yang telah di uraikan pada kutipan tersebut
memberikan kejelasan bahwa pembangunan itu adalah proses kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang di
milik. Semua itu di maksudkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat, baik dari segi kesejahteraan Rohani maupun Jasmani.
Pembangunan sebagai upaya memperbaiki keadaan, dalam arti yang lebih
buruk menjadi baik dikemukakan oleh Kirdi dipoyudo bahwa :
Pembangunan nasional adalah rangkaian usaha secara sadar berencana
untuk memperbaiki keadaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
yang meliputi program-program pembangunan yang dilaksanakan secara
terus-menerus untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.” (Bintoro
Tjokrpamidjojo;3-4)
Selain dilihat sebagai upaya memperbaiki keadaan, pembangunan juga
dapat dilihat sebagai salah satu jalan untuk mengetahui segala potensi kreatif yang
dimiliki oleh masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Jakob Oetama sebagai
berikut :
Pembangunan berusaha menggerakkan dan menguakkan potensi kreatif
yang ada dalam masyarakat. Untuk merangsang potensi kreatif itu maka
pembangunan mempertimbangkan system nilai struktur yaitu hubunganhubungan dan peranan-peranan yang ada dalam masyarakat.” ( Jakob
Oetomo 1984:54 )

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 8

Potensi yang dimiliki masyarakat seringkali terpendam dan untuk
membangkitkan kembali harus melalui pembangunan. Potensi yang telah muncul
melalui pembangunan tersebut sekaligus merupakan salah satu factor yang dapat
memperlancar jalannya roda pembangunan. Potensi-potensi yang dimaksudkan
berupa budaya, ekonomi, nilai dan sebagainya.
2.1.3 Teori Infrastruktur
Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai definisi infrastruktur.
Namun secara Bahasa, dalam kamus besar Bahasa Indonesia infrastruktur dapat
diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana secara umum di ketahui
sebagai fasilitas public seperti rumah sakit, jalan, jembatan, sanitasi, telpon, dsb.
Lebih jauh lagi, dalam ilmu ekonomi infrastruktur merupakan wujud dari public
capital (modal public) yang di bentuk dari investasi yang di lakukan pemerintah.
Infrastruktur dalam penelitian ini meliputi jalan, jembatan, dan sistem saluran
pembangunan (Mankiw,2003 : 38). Familoni (2004 : 16) Menyebut infrastruktur
sebagai basic essential dalam proses pembangunan.
Definisi lainnya mengenai infrastruktur, yaitu bahwa infrastruktur
mengacu pada fasilitas capital fisik dan termasuk pula kerangka kerja organisasi,
pengetahuan dan teknologi yang penting untuk organisasi masyarakat dan
pembangunan ekonomi mereka. Infrastruktur meliputi undang-undang, sistem
pendidikan dan kesehatan public; sistem distribusi dan perrawatan air ;
pengumpulan sampah dan limbah, pengolahan dan pembuangannya ; sistem
keselamatan public, seperti pemadam kebakaran dan keamanan ; sistem
komunikasi, sistem transportasi dan utilitas publik (Tatom 1993 : 24).
Canning dan Pedroni (2004: 11) menyatakan bahwa infrastruktur memiliki
sistem eksternalitas. Berbagai infrastruktur seperti jalan, pendidikan dan
kesehatan memiliki sifat eksternalitas positif memberikan dukungan bahwa
fasilitas yang di berikan oleh berbagai infrastruktur merupakan eksternalitas
positif yang dapat meningkatkan produktivitas semua input dalam proses
produksi. Eksternalitaspositif pada infrastruktur yaitu berupa efek limpahan
(Spillow Effect) dalam bentuk peningkatan produksi perusahaan – perusahaan dan
sector pertanian tanpa harus meningkatkan input modal dan tenaga kerja/ juga

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 9

meningkatkan level teknologi. Dengan dibangunna infrastruktur, tingkat
produktivitas perusahaan dan sector pertanian akan meningkat. Salah satunya
(yang paling nampak) adalah pembangunan jalan (Wyle, 1996 :72)

2.2.

LANDASAN NORMATIF
Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai Suatu proses

perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada
data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan
suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik
(material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan
yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut dapat berpedoman pada beberapa
peraturan di bawah ini :
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah mengamanatkan kepada daerah untuk menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dokumen RPJMD merupakan
penjabaran visi, misi, dan program kepala daerah yang berpedoman kepada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta memperhatikan
RPJM Nasional. Berdasarkan hal tersebut maka Pemerintah Provinsi Papua
bersama para pemangku kepentingan sesuai peran dan kewenangan masingmasing menyusun RPJM Papua Tahun 2012-2016 yang merupakan dokumen
perencanaan lima tahunan daerah; yang memuat strategi, arah kebijakan, dan
program pembangunan daerah berdasarkan kondisi dan potensi daerah di Provinsi
Papua.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4720);
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi
Provinsi Papua.

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 10

2.3.

TULISAN TERDAHULU
Penelitian tentang pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pernah

dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya ini diangkat
oleh Arif Wahyu Kristianto, mahasiswa Institute Teknologi Sepuluh November
dimana Arif mengangkat tesis yang berjudul “Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Pelaksanaan Program
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo Kecamatan
Panceng Kabupaten Gresik tahun 2008)”. Penelitian yang dilakukan Arif
mengemukakan masalah yang berkaitan dengan kapasitas masyarakat dalam
berpartisipasi pada pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan.
Penelitian kedua yang diangkat oleh Benjamin, salah satu staf pengajar
jurusan Sosiologi Fisip Universitas Lampung. Judul penelitian Benjamin yang
diangkat dalam bentuk jurnal ini yaitu “Revitalisasi Pembangunan Desa Melalui
Program

Rural

Infrastruktur

Support

Program

Nasional

Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (RIS PNPM)”. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung
Kabupaten Pesawaran Kecamatan Kedondong tepatnya di Kota Jawa pada tahun
2009, dalam penelitiannya Benjamin mengemukakan tentang penerapan prinsipprinsip good governance dalam pelaksanaan program (RIS PNPM) seperti
mengenai seberapa besar kapasitas masyarakat dalam berpartisipasi, penerapan
transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran oleh OMS. selain itu
penelitian ini juga menyoroti masalah keberlanjutan proyek yang dilaksanakan
oleh kelompok penerima manfaat (KPP) dalam program (RIS PNPM).
Penelitian selanjutnya oleh tim peneliti Pusat Pengembangan Kapasitas
dan Kerjasama FISIPOL UGM melakukan kegiatan riset lapangan pada tanggal 4
hingga 11 Juli 2015 ke Sugapa, ibukota Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua.
Tim peneliti PPKK FISIPOL yang berlatar belakang dari beberapa disiplin ilmu
ini melakukan kajian dan penggalian data untuk menuntaskan lima kegiatan
kerjasama yaitu Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), Revisi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Revisi
Rencana Tata Ruang dan wilayah (RTRW. Eksplorasi selama kurang lebih satu
minggu telah cukup memberikan gambaran untuk tim peneliti menyusun kerangka

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 11

perencanaan pembangunan daerah yang menyeluruh dan sekaligus selaras dengan
perencanaan tata ruang dan wilayah. Tidak dipungkiri bahwa sebagai Daerah
Otonom Baru (DOB) sejak tahun 2009, Intan Jaya masih menghadapi tantangan di
hampir semua sektor. Terdapat lima persoalan utama yang harus segera diatasi
oleh pemerintah daerah. Persoalan tersebut antara lain transportasi, air bersih,
energi, pendidikan dan kesehatan.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
3.1.

KONDISI GEOGRAFIS PROVINSI PAPUA
Provinsi Papua secara geografis terletak antara garis koordinat 10 00’ LU

- 9030’ LS dan 1340 BT-141001’ BT, yang berbatasan dengan Samudra Pasifik
(Sebelah Utara), Laut Arafura (Sebelah Selatan), Papua Barat (Sebelah Barat)
dan Papua Nugini (Sebelah Timur). Provinsi Papua memiliki luas wilayah
317.062 km2 atau 20% dari luas daratan Indonesia. Daratan didominasi oleh
pegunungan dan perbukitan dan juga memiliki pulau yang berjejer di sepanjang
pesisirnya. Di bagian tengah Papua terdapat pegunungan tengah yang membelah
pulau ini menjadi dua yaitu Papua bagian utara dan Papua bagian selatan.
Secara Administratif Provinsi Papua terdiri dari 29 wilayah administratif yaitu 1
Kota Jayapura dan 28 kabupaten yaitu Merauke, Jayawijaya, Jayapura, Paniai,
Puncak Jaya, Nabire, Mimika, Kepulauan Yapen, Biak Numfor, Boven Digoel,
Mappi, Asmat, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Tolikara, Sarmi, Keerom,
Waropen, Supiori, Mamberamo Raya, Nduga, Lani Jaya, Mamberamo Tengah,
Yalimo, Puncak, Dogiyai, Deyiai, Intan Jaya. Di antara daerah tersebut
sebanyak 14 kabupaten (setengahnya) terletak di daerah pegunungan dan 14
kabupaten lainnya terletak di daerah dataran rendah dan pesisir.
Table 3.1 Nama Kabupaten, Ibukota, Luas Wilayah, Jumlah Distrik
Dan Kampung/Kelurahan Di Provinsi Papua
No
No

Kabupaten/Kota

Nama
Ibukota

Jumlah
Distrik

Jumlah

Luas

Kampung/
Kelurahan

Berdasarkan
Bps (Km2)

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 12

1

Merauke

Merauke

20

168

47,406,90

2

Jayawijaya

Wamena

11

117

2 331,19

3

Jayapura

Sentani

19

142

14 390,16

4

Paniai

Enarotali

10

70

20 686,54

5

Puncak Jaya

Mulia

8

67

2 446,50

6

Nabire

Nabire

14

81

4 549,75

7

Mimika

Timika

12

85

2 300,37

8

Kepulauan Yapen

Serui

12

111

4 936,37

9

Biak Numfor

Biak

19

187

13 017,45

10

BovenDigoel

Tanah Merah

20

108

24 665,98

11

Mappi

Keppi

10

137

23 178,45

12

Asmat

Agats

8

147

24 687,57

13

Yahukimo

Dekai

51

518

15 057,90

14

PegununganBintang

Oksibil

34

275

14 655,36

15

Tolikara

Karubaga

35

514

6 149,67

16

Sarmi

Sarmi

10

86

13 965,58

17

Keerom

Arso

7

61

9 015,03

18

Waropen

Botawa

10

69

5 381,47

19

Supiori

Sorendiweri

5

38

634,24

20

Memberamo Raya

Burmeso

8

58

28 034,86

21

Nduga

Kenyam

8

32

5 825,22

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 13

22

Lanny Jaya

Tiom

10

143

3 439,79

23

Memberamo Tengah

Kobakma

5

59

3 384,14

24

Yalimo

Elelim

5

27

3 658,76

25

Puncak

Ilaga

8

80

5 618,84

26

Dogiyai

Kigamani

10

79

4 522,15

27

Deyiai

Tigi

5

30

2 325,88

28

Intan Jaya

Sugapa

6

37

9 336,60

29

Kota Jayapura

Jayapura

5

39

950,38

389

3,619

316 553,07

Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua, 2014

Kondisi geografis Papua sangat unik dibandingkan dengan wilayah
Indonesia lainnya, karena sebagian besar merupakan daerah pegunungan terjal
dengan sarana transportasi yang masih terbatas, keadaan dan keterbatasan tersebut
telah menyulitkan pengembangan perekonomian dan kegiatan masyarakat lainnya
seperti pendidikan dan kesehatan.
Provinsi Papua dengan luas 317.062 kilometer persegi terdiri dari 28
kabupaten dan 1 kota dengan jumlah penduduk 2.851.999 jiwa (BPS, 2010).
Provinsi Papua, kaya akan sumber daya alam seperti mineral (bahan tambang),
hutan, dan kawasan yang heterogen seperti hutan, pegunungan, sungai, danau,
rawa, dan gambut. Melimpahnya sumber daya alam, juga karena kebijakan
desentralisasi fiskal dan ketentuan-ketentuan khusus yang berhubungan dengan
otonomi, menyebabkan tingkat pertumbuhan tahunan Provinsi Papua jauh di atas
rata-rata nasional untuk beberapa tahun, dan dari segi fiskal merupakan provinsi
terkaya kedua di Indonesia. Sektor pertambangan, minyak dan gas (69%)
mendominasi perekonomian di Provinsi Papua, diikuti oleh sektor pertanian
(11%), administrasi pemerintahan (5%), sektor transportasi (4%), sektor
komunikasi (4%), sektor konstruksi (4%), sektor perdagangan (4%) dan lainnya

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 14

(3%).
Namun, pendapatan Provinsi Papua yang besar dan pertumbuhan PDB
yang mengesankan tidak diimbangi dengan kinerja yang memadai dalam
memerangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan manusia. Pada tahun
2013, Provinsi Papua memiliki IPM terendah di Indonesia (66,25) dibandingkan
dengan rata-rata nasional (72,7). Kebijakan nasional untuk memerangi
kemiskinan, telah berhasil menurunkan persentase penduduk yang hidup di bawah
garis kemiskinan dengan persentase penduduk miskin saat ini 27,80% (BPS,
2014), tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap masyarakat Provinsi
Papua yang tetap mencatat tingkat kemiskinan tertinggi, dengan 27,80%
penduduk Provinsi Papua hidup di bawah rata-rata nasional (BPS 2014).
Kegiatan ekonomi hanya terkonsentrasi di beberapa pusat kota, sedangkan
penduduk kurang berinteraksi satu sama lainnya karena kondisi ekstrim topografi
daerah, terlihat pada pola permukiman yang tersebar dan sering hanya
dihubungkan oleh angkutan udara, transportasi laut, atau dengan berjalan kaki.
Selain itu infrastruktur juga terbatas dan terfragmentasi, kesenjangan gender yang
parah dan meluas, HIV menyebar dengan cepat, dan tindak korupsi yang meluas
di seluruh lapisan masyarakat. Tidak mengherankan jika Provinsi Papua tertinggal
dari provinsi-provinsi lain dalam mencapai indikator Tujuan Pembangunan
Milenium (Millenium Development Goals = MDG) dan dengan perkembangan
yang ada mungkin tidak akan mencapai sejumlah tujuan MDGs, khususnya yang
terkait dengan penurunan tingkat kemiskinan dan peningkatan taraf kesehatan.

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 15

Gambar 3.1. Peta Administratif Provinsi Papua
3.1.1. JENIS KAWASAN DI PROVINSI PAPUA


Kawasan Terisolir
Provinsi Papua memiliki karakteristik geografis yang beraneka
ragam, terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa, pesisir, dan pegunungan.
Kawasan Pegunungan Tengah merupakan daerah terisolir, karena secara
umum hampir sebagian besar wilayah ini belum memiliki aksesibilitas
terhadap sumber daya pembangunan, yang menyebabkan terkendalanya
kinerja sektor pengembangan infrastruktur dasar, sektor transportasi,
sektor pendidikan, dan sektor kesehatan; yang menyebabkan rendahnya
pengembangan ekonomi kerakyatan, serta masih tingginya tingkat
kemiskinan. Ada pun kabupaten-kabupaten yang berada di kawasan
pegunungan tengah yang dikategorikan sebagai wilayah terisolir
diantaranya: Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yalimo, Kabupaten
Nduga, Kabupaten Lani Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Kabupaten Puncak, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Memberamo
Tengah,

Kabupaten

Tolikara,

Kabupaten

Puncak

Jaya,

dan

Kabupaten Yahukimo. Kabupaten-kabupaten ini umumnya mempunyai
kondisi topografi maupun geografi yang berbukit terjal, gunung-gunung
serta lembah yang curam, juga dataran ngarai yang sulit ditembus melalui
transportasi darat, sehingga masih sangat mengandalkan tranportasi udara.


Kawasan Pedesaan
Kawasan perdesaan di Provinsi Papua adalah daerah yang berada
di luar perkotaan, namun tidak digolongkan ke dalam kawasan terisolir, di
mana kondisi prasarana dan sarana infrastruktur baik jalan/jembatan,
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lainnya masih sangat tertinggal
dan membutuhkan perhatian yang tinggi dari pemerintah. Kondisi
perdesaan di Provinsi Papua memiliki karakteristik geografis yang
beraneka ragam, terdiri dari dataran rendah, rawa-rawa, pesisir, dan
pegunungan. Dibandingkan dengan daerah pesisir, kawasan pegunungan

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 16

tengah di Provinsi Papua merupakan daerah perdesaan yang hingga saat
ini masih sangat sulit dijangkau dan sebagian besar mengandalkan moda
transportasi udara dan sungai untuk mencapainya. Adapun kawasan
perdesaan, melingkupi Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura,
Kabupaten

Sarmi,

Kabupaten

Waropen,

Kabupaten

Nabire,

Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Asmat,
Kabupaten Mappi, Kabupaten Mimika, Kabupaten Biak, Kabupaten
Supiori, Kabupaten Kep. Yapen, Kabupaten Mamberamo Raya,
Kabupaten Paniai, Kabupaten Dogiyai, dan Kabupaten Deiyai.


Kawasan Perkotaan
Gambaran umum kawasan Perkotaan di Provinsi Papua dengan
topografi Provinsi Papua yang begitu beragam kawasan pantai, kawasan
pegunungan dan lembah, mempunyai karakteristik tersendiri meliputi
karakteristik geografis yang beraneka ragam, terdiri dari dataran rendah,
rawa-rawa, pesisir, dan pegunungan. Adapun kawasan perkotaan di
Provinsi Papua, meliputi 29 kabupaten/kota yang sekaligus menjadi
ibukota kabupaten. Jika dipandang dari sisi kependudukan, komposisi
penduduk di kawasan ini bersifat sangat heterogen dan dari sisi
penghidupan, yang sudah lebih maju dipandang dari aspek sosial, budaya,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan ketersediaan infrastruktur umum.



Kawasan Strategis
Pembangunan Kawasan strategis adalah pembangunan yang
difokuskan pada lokasi yang memiliki potensi sumber daya alam
(backward linkages) dan sumber daya manusia terampil, yang didukung
infrastruktur wilayah yang mendukung investasi yang berbasis potensi
ekonomi lokal dan membuka pasar domestik dan internasional (forward
linkages). Kawasan strategis di Provinsi Papua adalah: Kabupaten
Jayapura, Kabupaten Mimika, Kabupaten Merauke dan Kabupaten
Biak.

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 17

3.2.

DOKUMEN PERENCANAAN (RPJPD PROVINSI PAPUA 20052025)
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan RPJP, RPJM dan

RKPD. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Papua
merupakan hasil integrasi dari Perencanaan Pembangunan Nasional yang disusun
secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap dinamika
lingkungan, baik skala internasional, nasional, maupun regional. Keterkaitan antar
dokumen perencanaan pembangunan dari tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota yang berada di wilayah Papua dapat dilihat pada gambar berikut
ini.

Gambar 3.2 Keterkaitan Antar Dokumen Perencaaan
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar di atas, secara hierarki, RPJPD Provinsi
Papua disusun berdasarkan RPJP Nasional dan menjadi acuan bagi penyusunan
RPJPD kabupaten/kota di seluruh wilayah Provinsi Papua. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua merupakan penjelmaan dari visi, misi,
dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD
Provinsi Papua dengan memperhatikan RPJM Nasional. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua mengurutkan arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, dan
program kewilayahan dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif. Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan penjabaran dari

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 18

RPJMD dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan
mendorong

partisipasi

masyarakat. Atas

dokumen-dokumen

perencanaan

dimaksud, SKPD menyusun dokumen perencanaan jangka menengah dan tahunan
dalam bentuk Renstra SKPD dan Renja SKPD.
Penyusunan RPJPD Provinsi Papua antara lain didasarkan pada kajian
aspek tata ruang yang ada. Selanjutnya, visi dan misi pembangunan jangka
panjang ikut menentukan perencanaan tata ruang wilayah provinsi. Sasaran dan
arah pembangunan jangka panjang harus dapat diterjemahkan ke dalam
perencanaan tata ruang. Berikut ini diagram alur yang memperlihatkan kedudukan
RTRW Provinsi Papua dalam kerangka sistem perencanaan pembangunan
nasional. Pada gambar di bawah tampak jelas bahwa peran RPJPD sangat penting
dalam kaitannya dengan RTRW provinsi dan kedudukannya bagi perencanaan
jangka panjang (RPJPD dan RTRW) kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua.
Kedua dokumen tersebut menjadi salah satu rujukan utama penyusunan RPJMD.

Gambar 3.3 Hubungan RPJPD dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Papua dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
3.3.

RINGKASAN DOKUMEN (analisis RPJPD dan RPJMD Provinsi Papua)

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 19

RPJPD Provinsi Papua 2005-2025 ini merupakan merupakan hasil
integrasi dari Perencanaan Pembangunan Nasional yang disusun secara sistematis,
terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap dinamika lingkungan, baik
skala internasional, nasional, maupun regional.
Adapun visi, misi dan hal-hal penting yang terdapat dalam RPJPD
Provinsi Papua 2005-2025 sebagai berikut
 Visi dan Misi
VISI
Berpijak pada kondisi Provinsi Papua saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahun mendatang serta memperhitungkan modal dasar yang dimiliki
oleh Provinsi Papua, maka Visi Pembangunan Daerah Tahun 2005-2025 adalah :
PAPUA YANG MANDIRI
SECARA SOSIAL,BUDAYA, EKONOMI, DAN POLITIK

visi tersebut menekankan bahwa pada akhir periode RPJPD tahun 2025, ingin
diwujudkan kemandirian secara sosial, kemandirian secara budaya, kemandirian
secara ekonomi, dan kemandirian secara politik bagi Provinsi Papua dengan tetap
mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan. Untuk lebih mudahnya, wujud
“Papua yang Mandiri” di tiap bidang dapat dilihat dalam gambar di bawah

Gambar 3.4 Keterhubungan 4 (Empat) Elemen Pokok Visi
Visi tersebut memberi pesan yang jelas bahwa berbagai permasalahan
dan isu strategis pembangunan daerah di masa lalu dan masa datang akan
terpecahkan manakala kemandirian secara sosial, budaya, ekonomi, dan politik
dapat terwujud yang pada akhirnya akan menghantarkan pada kehidupan dan

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 20

kesejahteraan masyarakat Papua yang lebih baik. Papua yang mandiri adalah
masyarakat Papua yang mampu mewujudkan kualitas kehidupan yang lebih
baik dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, berbasis aset
alam dan kearifan lokal setiap daerah.
MISI
Misi

pembangunan

jangka

panjang

adalah

komitmen

untuk

menyelenggarakan serangkaian pembangunan yang memenuhi perspektif
pemangku kepentingan pembangunan Provinsi Papua guna menjamin
tercapainya visi pembangunan jangka panjang daerah.
Dalam mewujudkan visi pembangunan Provinsi Papua, ditempuh melalui
5 (lima) misi pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Kemandirian Sosial;
2. Mewujudkan Kemandirian Budaya;
Lima3.misi
di atas dicetuskan
sebagai
panduan
pengembangan
arah
Mewujudkan
Kemandirian
Ekonomi
danutama
Pengembangan
Wilayah;
4. Mewujudkan
Kemandirian
Politik;
kebijakan pembangunan
jangka
panjang untuk
menjamin tercapainya visi daerah
Mewujudkan
Masyarakat Asli Papua.
sebagaimana5.telah
dijelaskan Kemandirian
di sub-bab sebelumnya.
1. Mewujudkan Kemandirian Sosial adalah meningkatkan kualitas hidup
Masyarakat Papua yang sehat, cerdas, berbahagia, dan berinovasi tinggi
untuk penguasaan, pemanfaatan, pengembangan, dan penciptaan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pembangunan yang adil dan merata .
Tujuan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah agar semua orang dapat mengembangkan diri dan
berkontribusi sesuai minat dan bakatnya masing-masing, untuk peningkatan
kualitas hidup masyarakat.
2. Mewujudkan Kemandirian Budaya adalah pengembangan kelembagaan
adat, agama, dan perempuan, terintegrasi ke dalam sistem formal;
pengembangan jati diri masyarakat dan kebanggaan menjadi orang Papua;
serta peningkatan budaya berprestasi dan inovatif.

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 21

3. Mewujudkan Kemandirian Ekonomi adalah peningkatan pemenuhan
kecukupan kebutuhan dan kualitas hidup masyarakat Papua yang berbasis
pada kekuatan lokal; peningkatan pembangunan infrastruktur yang
membantu memenuhi kecukupan kebutuhan secara lokal; pemenuhan
kebutuhan berbasis aset alam lokal secara berkelanjutan pengelolaan dan
penataan ruang dan wilayah yang dirancang berdasarkan daya dukung serta
peruntukan ruang yang telah disepakati bersama; tercapainya peningkatan
dan pemerataan akses dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat; pengelolaan aset alam secara mandiri,
berkelanjutan dan bertanggungjawab.
4. Mewujudkan Kemandirian Politik adalah peningkatan peran masyarakat
yang demokratis; Peningkatan kualitas aparatur sebagai fasilitator/ mediator
pembangunan; Peningkatan kesadaran dan komitmen masyarakat dalam
menjaga keutuhan bangsa berdasarkan hukum; implementasi kelembagaan
dan hukum adat ke dalam sistem formal.
5. Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Asli Papua adalah suatu kondisi di
mana masyarakat asli Papua berperan utama dalam kepemimpinan dan
pelaksanaan pembangunan di Papua, hingga pembangunan di Papua
berjalan berdasarkan jati diri masyarakat asli Papua. Kemandirian ini
terwujud secara merata di semua kampung dan di tingkat provinsi melalui
kerjasama yang harmonis dan demokratis di antara seluruh masyarakat adat
dari semua kampung. Kemandirian masyarakat asli Papua tercermin dari
kemampuan masyarakat asli Papua untuk menentukan sendiri arah
pembangunan

Papua

dan

berperan

utama

pada

berbagai

sektor

pembangunan. Kemandirian Masyarakat Asli Papua diwujudkan melalui
pengakuan terhadap nilai serta hak adat masyarakat asli Papua serta
berbagai aktivitas percepatan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi masyarakat asli Papua dalam peningkatan kualitas hidup dan
kemampuan mengambil peran dalam pembangunan, berbagai inovasi
affirmative action bagi masyarakat asli Papua, pengembangan IPTEK

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 22

berbasis budaya asli Papua dan sumberdaya lokal, sehingga mudah
diterapkan oleh masyarakat asli Papua di kampung-kampung, serta
merealisasikan kewenangan, peran dan tanggung jawab orang asli Papua
dalam pengambilan keputusan untuk mengatur dan mengurus diri sendiri
dalam kerangka NKRI.
RPJMD sebagai dokumen perencanaan lima tahunan merupakan penjabaran
RPJPD yang memiliki kurun waktu 20 tahun. RPJMD selanjutnya dijabarkan
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan perencanaan
tahunan dan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Pemerintah Provinsi Papua
RPJMD Provinsi Papua 2013-2018 merupakan dokumen perencanaan
pembangunan 5 (lima) tahun ke depan. Dengan demikian, substansi materi di
dalamnya harus mengacu dan mengarah bagi terwujudnya tujuan pembangunan
yang telah ditetapkan dan diselaraskan dengan tujuan dan arah pembangunan
Provinsi Papua yang tertuang dalam dokumen perencanaan lainnya termasuk
dalam kebijakan pemanfaatan ruang, baik kebijakan struktur ruang maupun pola
ruang. Hubungan antar dokumen perencanaan dapat dilihat melalui gambar
berikut :

Gambar 3.5 Hubungan Antar Dokumen RPJMD dengan Dokumen
Perencanaan Lainnya Isu Strategis

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 23

Sesuai dengan yang tercantum dalam RPJPD Papua 2005-2025, RPJMD
periode ketiga 2013-2018 penekanan pembangunannya ditujukan untuk lebih
memantapkan pembangunan Provinsi Papua secara menyeluruh di berbagai
bidang dengan menekankan pada upaya-upaya pencapaian daya saing yang
tinggi dan kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber
daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus
meningkat.
Visi RPJM Daerah Papua 2013-2018 adalah ”PAPUA BANGKIT,
MANDIRI, DAN SEJAHTERA DISELIMUTI DENGAN PRINSIP KASIH
MENEMBUS PERBEDAAN.” Dalam mewujudkan visi tersebut, Provinsi
Papua berfokus pada lima misi, yaitu:
1. Mewujudkan suasana aman, tentram, dan nyaman bagi seluruh
masyarakat di papua dalam kedaulatan NKRI.
2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa serta penguatan otonomi khusus.
3. Mewujudkan sumberdaya manusia papua yang sehat, berprestasi dan
berakhlak mulia.
4. Pengembangan dan peningkatan taraf ekonomi masyarakat yang
berbasis potensi lokal.
5. Percepatan konektivitas pembangunan infrastruktur dan konektivitas
antara kawasan dan antar daerah dengan mengedepankan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan poin misi ke-5, percepatan konektivitas infrastruktur antar daerah
masih menjadi prioritas rencana pembangunan sehingga baik di RPJPD maupun
RPJMD terdapat penekanan pada perbaikan infrastruktur jalan.
Pemerintah Provinsi Papua untuk waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang
menghadapi permasalahan dan tantangan baik yang bersifat lokal (daerah),
nasional, maupun global. Dalam kondisi Provinsi Papua saat ini, ada berbagai
hal yang dapat menjadi dasar perencanaan pembangunan khususnya belajar
dari kegagalan pembangunan di daerah lain dan dengan tekad untuk mencapai
keberhasilan pembangunan jangka panjang yang tetap menjaga kelestarian
lingkungan Papua.

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 24

Berdasarkan kondisi dan situasi yang berkembang di Provinsi Papua
hingga saat ini, tim penulis mengangat isu strategis terkait Permasalahan
Pembangunan insfrastruktur jalan di Provinsi Papua,
Infrastruktur transportasi berupa jalan, jembatan, pelabuhan udara,
pelabuhan laut/sungai merupakan kunci untuk membuka keterisolasian suatu
wilayah untuk mendukung terjadinya pembangunan wilayah. Selain itu,
infrastruktur pendukung seperti listrik, air bersih, dan telekomunikasi juga sangat
diperlukan untuk mendukung kegiatan atau aktivitas masyarakat di berbagai
bidang.
Permasalahan di bidang infrastruktur yang dihadapi oleh pemerintah maupun
masyarakat Papua antara lain adalah:
1.

Jaringan jalan masih terbatas dan belum menjangkau hingga ke pusat-pusat
permukiman masyarakat.

2.

Jaringan transportasi darat, udara, maupun laut/sungai belum mencukupi
untuk mendorong kegiatan ekonomi lokal serta kebutuhan pelayanan
pendidikan dan kesehatan.

3.

Fasilitas listrik, air bersih, dan telekomunikasi belum menjangkau seluruh
wilayah.

4.

Panjang jalan dengan kondisi baik masih rendah.

5.

Indeks kemahalan yang sangat tinggi untuk membangun infrastruktur karena
sumber material masih harus didatangkan dari luar Papua.



Program Kerja (Program Pekerjaan Umum;Infrastruktur Jalan)
a)

penyediaan 750.000 unit rumah rakyat sehat dan layak huni;

b)

pembangunan dan pengembangan infrastruktur makro;

c)

pembangunan irigasi dan pencetakan sawah;

d)

peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan air bersih di seluruh
wilayah;

e)
f)

pembangunan dan peningkatan lapangan udara;
peningkatan frekuensi penerbangan udara perintis;

g) pembangunan dan Peningkatan Dermaga Sungai;
h) pembangunan pusat logistik (logistic center);

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 25

i) pembangunan dan peningkatan pelabuhan laut;
j) pembangunan pelabuhan perikanan;
k) penyediaan sumber energi alternatif terbarukan (PLTMH, PLTS);
l) peningkatan jaringan distribusi PLN;
m) pembangunan PLTA Memberamo;
n) pembangunan PLTA Sungai Yawei di Urumuka;
o) pemanfaatan potensi sumberdaya mineral bagi kesejahteraan masyarakat
p) peningkatan

aksesibilitas

komunikasi

di

wilayah

terisolir/terpencil/perbatasan negara;
q) peningkatan keterjangkauan informasi seluler melalui kerjasama operator
seluler (swasta);
r) peningkatan pelayanan melalui pemberian izin kepada swasta di bidang
penerbangan.
BAB IV
ANALISIS
4.1.

ASPEK TEORI
Perencanaan pembangunan merupakan tugas pokok dalam administrasi
atau manajemen pembanguan. Perencanaan diperlukan karena kebutuhan
pembangunan lebih besar daripada sumber daya yang tersedia. Melalui
perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan
efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya
yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada. Ginandjar Kartasasmita
(1997 : 48).
UU RI No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN mengatur tentang ruang
lingkup perencanaan pembangunan terdiri dari :
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk 20 tahun;
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk

5

tahun; dan
c. Rencana Kerja Pemerintah untuk 1 tahun.
Rencana pembangunan memuat arahan kebijakan pembangunan yang
dijadikan acuan bagi pelaksanaan pembangunan, baik ditingkat Nasional
maupun Daerah sedangkan daerah menyusun RPJPD dan RPJMD yang
mengacu pada RPJP Nasional dan RPJM Nasional. Salah satu makna penting

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 26

pembangunan daerah adalah bagaimana melakukan proses pengelolaan
sumberdaya atau potensi yang dimiliki dalam upaya pencapaian kemajuan
perekonomian daerah. Pencapaian keadaan yang diharapkan ini tentunya akan
dihadapkan pada berbagai permasalahan fundamental yang dihadapi dimana
dalam mengatasinya sangat ditentukan oleh
pembangunan

yang

dipilih.

Disamping

strategi

dan

kebijakan

pengelolaan sumberdaya atau

potensi yang dimiliki, analisis yang tepat berkaitan dengan sumberdaya dan
potensi yang dimiliki dan menterjemahkannya kedalam rumusan strategi
dan kebijakan yang tepat memungkinkan daerah untuk melakukan
pembangunan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan daerah
kedepan. Kondisi ini membawa konsekuensi bagi pemerintah daerah melalui
perannya dalam fungsi koordinasi, regulasi dan stimulasi pembangunan agar
mampu merumuskan model pengembangan daerah yang tepat berdasarkan
kondisi wilayahnya. Blakely (1989) dalam Kuncoro (2004:110).
Pembangunan

infrastruktur

merupakan

suatu

strategi

dalam

penyediaan sarana yang utama untuk itu seperti diungkapkan dalam
Infrastruktur Indonesia (Kadin Indonesia-Jetro, 2006) yaitu Prinsip Dasar
Penyediaan Infrastruktur Secara Keseluruhan antara lain:
Infrastruktur merupakan katalis bagi pembangunan. Ketersediaan
infrastruktur dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya
sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi dan pada akhirnya
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hampir dalam semua aktifitas
masyarakat dan pemerintah, keberadaan infrastruktur merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan sudah menjadi kebutuhan dasar.
Keterkaitan Infrastruktur dengan berbagai aspek. Agar peran
infrastruktur dalam pembangunan menjadi optimal, maka keberadaan
pembangunan infrastruktur harus terkait dengan: (a) Bangkitan-bangkitan
pembangunan yang lainnya; (b) Pembangunan pertanian, perkebunan, budi
daya pantai, kelautan, industri, perdagangan, jasa, pariwisata, pertambangan,
migas dan sebagainya; (c) Masyarakat yang akan menjadi kelompok sasaran
pelayanan infrastruktur tersebut dan kemampuan dalam membayar jasa
layanan infrastruktur; (d) Institusi pengelolanya, misalnya peran pemerintah

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 27

dalam pengelolaan atau pemeliharaan serta memberi arahan dalam bentuk
segulasi sebagai bentuk layanan publik dan (e) Dalam konteks privatisasi,
investasi infrastruktur perlu mempertimbangkan minat investor, tujuan yang
dikehendaki investor, syarat-syarat investasi dan insentif bagi investor
Perencanaan

kebutuhan

infrastruktur

harus

dilakukan

melalui

kombinasi antara perencanaan yang digagas pemerintah pusat dengan yang
digagas

pemerintah

daerah.

Seiring

dengan

diimplementasikannya

desentralisasi fiskal dan diberikannya kewenangan yang lebih luas bagi
daerah, setiap daerah diharapkan mampu lebih mengembangkan potensi
daerahnya. Oleh karena itu pembangunan yang dilakukan di daerah harus
didasarkan pada kebutuhan daerah masing-masing. Dalam hal ini,
pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan daerah diharapkan
mampu meningkatkan perekonomian daerah tersebut dan daerah sekitarnya.
Untuk itu perlu kerangka pembangunan yang digagas pemerintah daerah,
disamping kerangka model yang digagas pemerintah pusat yang selama ini
digunakan. Yang dimaksud dengan adanya perencanaan yang digagas
pemerintah daerah adalah terdapat rencana indikasi kebutuhan infrastruktur
secara lokal dan regional, sehingga perencanaan tersebut ditentukan oleh
pemerintah daerah berdasarkan kebutuhan daerah
Keberhasilan kerjasama Pemerintah dan Swasta memerlukan kondisi
yang harus dipenuhi, yaitu: (a) Stabilitas kerangka ekonomi makro; (b) Sektor
keuangan yang efisien dan berkembang; (c) Kerangka kebijakan yang mantap;
(d) Penerimaan proyek yang berkelanjutan; (e) Adanya mekanisme arbitrase
atau penyelesaian penyelisihan yang jelas; (f) Undang-Undang perbankkan
yang berkembang dengan baik dan (g) Adanya investasi pendamping dari
pinjaman pemerintah/ekuitas/subsidi (Kewajiban Sektor publik).
Penyediaan infrastruktur harus memperhatikan aspek keberlanjutan.
Pembangunan infrastruktur harus memperhatikan aspek keberlanjutan,
sehingga dalam jangka panjang keberadaan infrastruktur tidak menyebabkan
kerusakan
mendasarkan

lingkungan.
pada

Mekanisme

prinsip-prinsip

penyediaan

infrastruktur

harus

akuntabilitas,

transparansi,

serta

memperhatikan aspek efisiensi dan keadilan.

“Merajut Bumi Mutiara Hitam” | 28

Jadi, Infrastruktur sebagai sistem yang dikaitkan dengan unsur yang
berada di dalam suatu sistem ruang dan kegiatan, memiliki peran penting
terhadap perubahan kemakmuran wilayah dan kesejahteraan masyarakat.
Peran infrastruktur terhadap perkembangan wilayah dan kota memiliki
kontribusi yang sangat signifikan, baik pada aspek perekonomian, sosialkemasyarakatan, maupun kelestarian lingkungan. Akan tetapi arah kebijakan
pembangunan sistim infrastruktur yang berlangsung saat ini belum
menunjukan hasil yang memadai untuk meme