317933172 makalah tentang kelapa sawit docx

makalah tentang kelapa sawit

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Kelapa Sawit merupakan komoditas yang penting karena kebutuhan akan minyakgoreng dan
derivatnya di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar ekonomi
masyarakat. Minyak kelapa sawit merupakan sumber devisa negara yang sangat potensial
karena tidak semua negara dapat memproduksinya. Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di Indonesia dan termasuk
daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa sawit.
Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh PerusahanPerkebunan Swasta
Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan Perkebunan Rakyat, membawa imflikasi baru,
mulai dari persediaan lahan, perbaikaninfrastruktur , dampak lingkungan, sehingga
penyediaan sumber daya manusia.
Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969. Pada saat
itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan totak produksi minyak
mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun. Diperkirakan produksi minyak sawit
Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton padatahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan luas
areal tidak dibarengi dengan peningkatan produktifitas yang optimal dan masih jauh dibawah
standar,inilah masalah yang saat ini dihadapi.


MASALAH PENELITIAN
a. Bagaimana sejarah dari kelapa sawit?
b. Bagaimana syarat hidup kelapa sawit?
c. Bagaimana hasil dari tanaman kelapa sawit ?
d. Bagaimana Cara pengendalian gulmanya?
e. Bagaimana Hama dan Penyakit dari kelapa sawit?
f. Bagaimana cara pemupukan Kelapa sawit?

g. Bagaimana proses singkat mengolah kelapa sawit menjadi minyak?

TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal berikut.
(1). Untuk mengetahui dan memahami Proses peoduksi kelapa sawit
(2). Untuk mengetahi sejauh mana peformance manajemen kelapa sawit dalam setiap
tingkatan manajemen.
(3). untuk menjelaskan bagaimana teknik atau cara – cara Budidaya tanaman Kelapa sawit
yang baik dan benar.

BAB II

Landasan teori
Kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar
sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Pemerian botani
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas
yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua
dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak,
hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas
pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas
sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.
Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar

dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak
dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah
melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat
dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan
kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
.
Tipe kelapa sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis
pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki
keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E.
oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua
species ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E.
oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya
genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri
dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan
kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang,
sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga
betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara
induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan
masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil.
Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan

kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

BAB III
Pembahasan masalah
SEJARAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi
jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang
bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan
abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan
tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan
perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K.
Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan

Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran
kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka
pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari

Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai
tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak
sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari
angka tahun 1940.[2]
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer)
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya
(lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan
sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat
meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih
hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara
yang berasal dari Afrika.
African Oil Palm (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas
yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua

dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak,
hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas
pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas
sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.
Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar
dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak
dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah
melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat
dan buah akan rontok dengan sendirinya.Buah terdiri dari tiga lapisan:
1.Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
2.Mesoskarp, serabut buahEndoskarp, cangkang pelindung inti
3.Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji)
merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi

tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
SYARAT HIDUP
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari

permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah
hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan
tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan
dan produksi buah sawit.
HASIL TANANMAN
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika,
industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk
begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi
dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut
lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh
dalam bidang kosmetik.[1]
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang

murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah
menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya
berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman.
Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk
makanan ternak. Ampas yang disebutbungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu
bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging
yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing
pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan
teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke
bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos.
PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian gulma bertujuan menghindarkan tanaman kelapa sawit dari persaingan dengan
gulma dalam hal pemanfaatan unsur hara, air dancahaya.pengendalian gulma juga bertujuan
untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di areal penanaman
kelapa sawit adalah imperata cylindica, micania micrantha, cyperus rotundus, otocloa

nodosa, melostoma malabaratricum, latana camara, gleichenia linearis, dan sebagainya.
Pengendalian gulma terdiri dari penyiangan di piringan (circle weeding)penyiangan gulma
yang tumbuh di tanaman LCC, membabat atau memebongkar gulma berkayu dan kegiatan
baru lalang (weeping)
HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama
Hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama
perusak akar, hama perusak daun, hama perusak tandan buah.
a.1. Hama Perusak Akar.
Hama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus
cocophilus. Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama ini menyerang akar
tanaman kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari kelapa sawit yang terserang adalah pusat

mahkota mengerdil dan daun – daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan
tumbuh tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian mengering. Tandan bunga
membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.
a.2. Hama Perusak Daun
Ada beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya
adalah sebagai berikut :
a.1 Kumbang Tanduk (Oryctes rhynoceros)

Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang baru
ditanam hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk kedaerah titik tumbuh (
pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda yang masih lunak.
Pengendalian hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya pencegahan (preventif),
yaitu menghambat perkembangan larva dengan mengurangi kemungkinan kumbang bertelur
pada medium yang tersedia, yakni dengan cara sebagai berikut :
membakar sampah – sampah dan bagian pohon yang mati, agar larva hama terbakar dan mati
mempercepat tertutupnya tanah dengan tanaman penutup tanah dengan tanaman penutup
tanah agar dapat menutup bagian – bagian batang hasil tebangan pada saat pembukan lahan
yang membusuk di lokasi kebun
Pemberian bahan pengusir, misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang kelapa sawit
yang mulai membusuk (pada pembukaan ulangan)
b. 2Ulat Setora (Setora nitens)
Ulat setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda dan tanaman
sudah menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang memakan
daun kelapa sawit hingga ke lidinya.
Pengendalian Hama ulat setora dapat dilakukan secara hayati dan secara kimia. Pengendalian
secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur yaitu
lebah Trichogrammatidae I dan lebah Ichneumonidae, serta perusak kokoh yaitu lalat
Tachinidae
c.3 Ulat Siput (Darna trima Mooore)
Ulat Darna trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda,
meskipun sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat
menimbulkan kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada setiap pelepah
kelapa sawit.
Pengendalian ulat Darma trima dapat dilaksanakan secara kimia dan hayati.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot tanaman yang terserang dengan
insektisida. Pengendalian secara hayati dapat menggunakan musuh alami seperti parasit ulat
yaitu lebah Broconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara kimia.
d.4 Serangga Asinga (Sethothosea Asigna)
Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun yang menyerang
dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama ini merupakan salah satu hama utama
yang menyerang tanaman kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kimia dan secara hayati. Pengendalian secara
kimia dapat menggunakan insektisida, pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan
memanfaatkan musuh alami.
b. Penyakit
a1. Penyakit Tajuk (Crown disease)
Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian yang
diserang adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas, tetapi hanya
bisa dilakukan pembuangan bagian yang terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan
mencegah infeksi dari jamur Fusarium sp.

B2. Basal Steam Rot
Penyebabnya adalah Ganoderma sp. Gejala pada tingkat serangan pertama secara
visual sukar diamati. Pada tingkat yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas terkulai,
selanjutnya pohon akan mati. Pemberantasan yang efektif sampai sekarang belum ada.
c.3 Marasmius
Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah.
Pemberantasan dilakukan dengan membersihkan pohon.
PEMUPUKAN
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun
terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur – unsur hara di
dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman
dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman
terhadap jenis – jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis
pemupukan yang harus diaplikasikan.

Tabel 25. Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Unsur Tanaman.
Jenis Pupuk
Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *)
Umur Tanaman
5–5
6 – 12
>12
Sulphate of Amonia (ZA)
1,0 – 2,0
2,0 – 3,0
1,5 – 3,0
Rock Phosphate (RP)
0,5 – 1,0
1,0 – 2,0
0,5 – 1,0
Muriate of Potash (KCl)
0,4 – 1,0
1,5 – 3,0
1,5 – 2,0
Kieserite (MgSO4)
0,5 – 1,0
1,0 – 2,0
0,5 – 1,5
*) Keterangan :
Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P diberikan satu kali aplikasi, dan
pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B
adalah 0,05 – 0,1 Kg per pohon per tahun)
Cara pemberian pupuk diperhatikan secara seksama agar pemupukan dapat terlaksana secara
efisien. Untuk mencapai maksud tersebut, pemberian pupuk pada Tanaman Menghasilkan
(TM) harus dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
Pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm sampia dipinggir luar
piringan.
Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari – jari 1,0 m hingga jarak 3,0 m dari
pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di luar piringan)
Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm dari tanaman pokok

tahapan untuk mengolah kelapa sawit menjadi minyak:
penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan
jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan
kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar).
Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB
(Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Kematangan buah Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%)
Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8
Setengah matang
19 – 25 1,7 – 3,3
Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28 – 31 3,8 – 6,1
Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara
( Loding ramp ) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan ( Sterilizer ).
Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer dengan menggunakan
capstand.
perebusan
Tujuan perebusan :
1. Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
2. Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
3. Menurunkan kadar air.
4. Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
Bila poin dua tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan tercapai
juga. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam
sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan
steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air
condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.

4. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kelapa sawit merupakan komoditi strategis nasional karena memiliki rantai pemanfaatan
yang panjang sehingga banyak sekali manfaat yang dapat diambil antara lain menggantikan
peran minyak bumi yang merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable resources) sebagai bahan bakar dan menghasilkan berbagai produk turunan yang
dapat dimanfaatkan yang mengakibatkan meningkatnya industri pengolahan produk turunan
dari kelapa sawit. Banyaknya industri tersebut akan mengakibatkan banyak penyerapan
tenaga kerja dan menghasilkan peningkatan devisa bagi negara sehingga perekonomian di
Indonesia meningkat

2. Solusi dari masalah lingkungan yang diakibatkan perubahan penggunaan lahan oleh
perkebunan kelapa sawit yaitu dengan penerapan agroforestri. Pada perkebunan kelapa sawit
di lahan gambut menggunakan tanaman kehutanan jenis Jelutung
3. Dampak ekologi yang diperoleh dari penerapan agroforestri Sawit-Jelutung yaitu
perbaikan fungsi lahan dalam konservasi tanah dan air. Dampak secara ekonomi yaitu
tambahan pendapatan perkebunan selain dari hasil kelapa sawit, seperti hasil penyadapan
getah jelutung dan kayu jelutung pada umur 10 tahun. Dampak sosial yang diperoleh yaitu
dapat meningkatkan penyerapan kerja sehingga juga memperbaiki perekonomian masyarakat
sekitar dan terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
B. SARAN
Dalam penelitian ini dapat penulis sarankan sebagai berikut :
1. Kepada masyarakat disarankan untuk memilih bibit yang baik dan unggul sebelum
menanam. Karena bibit adalah hal yang paling menentukan tingginya hasil produksi
nantinya. Sedangkan lingkungan dan pemeliharaan hanya faktor pendukung.
2. Kepada seluruh masyarakat sebaiknya menggunakan minyak sawit karena mengandung
kolesterol yang rendah dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.

BAB III

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. First resource: IPB Press.
Barlowe R. 1978. Land Resources Economic, The Economics o Real Estate. 3rd.
Candra A. 2003. Identifikasi dan pemetaan lahan krisis di Rayon A Sir Lukut.
Ekonomi Daerah Volume I: Nasional. Informasi Tahap I Aplikasi Model.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian STIPER Yogyakarta 2005.
Field Manager Development Program modul 2 kultur teknis kelapa sawit pengendalian hama
dan penyakit terpadu.
Pocket guide Kebijakan Teknis Agronomi Kelapa Sawit

PENGARUH ASAM LEMAK BEBAS
TERHADAP KUALITAS MINYAK KELAPA
SAWIT

I. PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jack) merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak nabati yang sangat penting. Kelapa sawit juga mampu
berperan

menggantikan

peran

kelapa

(Cocos

Nucifera)

sebagai

bahan

baku/mentah bagi industry pangan maupun nonpangan.
Minyak kelapa sawit merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat
Indonesia. Minyak kelapa sawit yang baik akan meningktkan nilai ekonomisnya
dan nilai gunanya. Minyak kelapa sawit yang baik salah satunya dipengaruhi oleh
Asam Lemak Bebas (ALB). Saya membuat judul tersebut dilatar belakangi oleh
rendahnhya kualitas minyak kelapa sawit yang disebabkan oleh Asam Lemak
Bebas.

II. Tujuan
a. Menyelesaikan tugas mata kuliah kimia
b. Mengetahui pengaruh asam lemak bebas terhadap minyak kelapa sawit
c. Mengetahui cara membut makalah

II. TINJAUAN PUSTAKA
Asam lemak (fatty acid) adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil.
Bersama-sama dengan gliserol, asam lemak merupakan penyusun utama minyak
nabati atau lemak yang merupakan bahan baku untuk semua lipid pada makhluk
hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak goreng, margarin, atau lemak
hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk
bebas sebagai lemak yang terhidrolisis maupun terikat sebagai gliserida. Asam
lemak merupakan asam lemah dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya
berbentuk cair atau padat pada suhu ruang 27°C. Semakin panjang rantai C
penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut.
Berdasarkan cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh
dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di
antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh
memiliki paling sedikit satu

ikatan ganda di antara atom-atom karbon

penyusunnya.
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada
asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi
dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi
bagi asam lemak. Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh
menjadikannya memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati
alami hanya memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan "Z", singkatan dari
bahasa Jerman “zusammen”). Asam lemak bentuk trans (trans fatty acid,

dilambangkan dengan "E", singkatan dari bahasa Jerman “entgegen”) hanya
diproduksi oleh sisa metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis. Akibat
polarisasi atom H, asam lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam
lemak trans karena atom H-nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi
yang kuat dan rantainya tetap relatif lurus.
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi, biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi
hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan
dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis
(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar
asam lemak bebas yang terbentuk (Anonim, 2001). Dalam perhitungan kadar
asam lemak bebas minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat (berat molekul
256). Daging kelapa sawit mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan
kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang
berada didalam jaringan daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan
vakuola, sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak
terkandung pada daging buah. Masih aktif di bawah 15 oC dan non aktif dengan
temperatur

diatas

50oC.

Apabila

trigliserida

bereaksi

dengan

air

maka

menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas.
Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat
dengan rumus kimia

R-COOH atau R-CO2H. Contoh yang cukup sederhana

misalnya adalah H-COOH (asam format), H3C-COOH (asam asetat), H5C2-COOH
(asam propionat), H7C3-COOH (asam butirat) dan seterusnya mengikuti gugus
alkil yang mempunyai ikatan valensi tunggal, sehingga membentuk rumus
bangun alkana.
Asam Lemak Bebas Dari Buah Kelapa Sawit
CH2RCOO

CH2OH

l
CHRCOO
l
CH2RCOO

l
+ 3H2O



CHOH +
l
CH2OH

३ RCOOH

TAG

+ H2O DAG + ALB

DAG + H2O

MAG + ALB

MAG + H2O

Gliserol + ALB

Ketengikan (rancidity) terjadi karena asam lemak pada suhu ruang
dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau
keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul
akibat campuran dari berbagai produk ini.
Reaksi hidrolisis lemak

bersifat reversible merupakan reaksi kesetimbangan

kondisi tercapai bila kecepatan reaksi pemecahan lemak sama dengan reaksi
pembentukan

lemak.

Reaksi hidrolisis lemak berlangsung secara bertahap yaitu pembentukan isomer
diasilgliserol, proses pembentukan alpha dan betha monoasilgliserol dan proses
pembentukan gliserol.
Sebelum proses ektraksi minyak dilakukan, pertama sekali buah direbus di
dalam stelizer. Salah satu tujuannya yaitu mengnonaktifkan aktifitas enzim.
Didalam buah kelapa sawit ada enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja
sebelum enzim itu dihentikan dengan cara fisika dan kimia.
Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat
mendegradasi

protein.

Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan
kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB).
Enzim Oksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang
kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehide dan kation.
Senyawa yang terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi ALB yang
terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase.
Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami luka. Untuk
mengurangi aktifitas enzim sampai di pabrik kelapa sawit diusahakan agar buah
tidak rusak dan buah tidak busuk. Enzim tersebut tidak aktif lagi pad temperatur

50 derajat C. Karena itu perebusan di dalam sterilizer pada temperatur 120
derajat C akan menghentikan enzim.
Variabel Yang Sangat Berpengaruh Terhadap Asam Lemak Bebas
Beberapa variabel proses yang sangat berpengaruh terhadap perolehan
asam lemak seperti pengaruh suhu, kematangan buah, kadar pelukaan buah,
pengadukan, penambahan air, penambahan CPO dan lama penyimpanan.
1.Pengaruh Temperatur
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa kadar asam lemak yang paling tinggi
didapat pada suhu kamar (25oC – 27oC). Enzim lipase pada buah kelapa sawit
sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 8 oC dan pada pemanasan pada suhu
50oC.
Secara umum temperatur sangat berpengaruh pada reaksi kimia, dimana
kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan reaksi. Sifat enzim yaitu inaktif
pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu agar enzim
dapat bekerja secara optimal. Penurunan aktifitas enzim pada suhu tinggi diduga
diakibatkan oleh denaturasi protein. Pada suhu rendah, aktifitas enzim juga
menurun yang diakibatkan oleh denaturasi enzim.
2. Pengaruh Penambahan Air
Air mempunyai pengaruh pada reaksi yang terjadi, dan pengaruh ini pada
dasarnya adalah membantu terjadinya kontak antara substrat dengan enzim.
Enzim lipase aktif pada permukaan (interface) antara lapisan minyak dan air,
sehingga dengan melakukan pengadukan, maka kandungan air pada buah akan
mampu untuk membantu terjadinya kontak ini.
Pada proses hidrolisa ini, secara stokiometri air pada buah sudah berlebih
untuk menghasilkan asam lemak (kadar air pada buah adalah sekitar 28%),
tetapi karena air ini berada pada padatan maka perlu dilakukan pelumatan buah
dan

selanjutnya

dilakukan

pengadukan.

Disamping

itu,

untuk

mengatasi/mencegah kekurangan air. Pengaruh kadar air pada produk yang
dicapai

sangat

besar,

dimana

kandungan

air

yang

sangat

besar

ini

mengakibatkan reaksi antara asam lemak dan gliserol tidak dapat terjadi dengan
baik.

3. Pengaruh Pelukaan dan Pengadukan Buah
Enzim lipase tidak berada dalam minyak, tetapi berada dalam serat. Tingkat
pelukaan buah dan pengadukan sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisa
karena akan membantu terjadinya kontak antara enzim dan minyak (substrat).
Hal ini karena posisi enzim lipase pada buah sawit belum diketahui secara pasti,
sehingga untuk mengatasi hal ini maka buah harus dilumat sampai halus,
kemudian minyak dan seratnya dicampur kembali. Dengan proses seperti ini
terbukti bahwa kadar asam lemak yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan jika
buah tidak dilumat sampai halus (hanya dimemarkan/dilukai).
Pengaturan kecepatan pengadukan pada reaksi ini perlu dilakukan, karena
pada proses ini pengadukan berpengaruh kepada waktu kontak antara air,
substrat dan enzim. Disamping itu, karena yang diaduk adalah campuran serat
dan

minyak,

maka

pemilihan

rancangan

pengaduk

sangat

perlu

untuk

diperhatikan.

4. Pengaruh Kematangan Buah
Buah yang terdapat pada satu tandan buah kelapa sawit tidak akan
matang secara serempak. Buah yang berada pada lapisan luar biasanya lebih
matang jika dibandingkan dengan buah yang berada pada bagian yang lebih
dalam. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan persentase minyak yang
terdapat pada setiap buah yang berada dalam satu tandan.
Pada buah kelapa sawit, semakin matang buah maka kadar minyaknya
akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya kadar minyak pada buah maka
proses hidrolisa secara enzimatis akan semakin cepat terjadi, sehingga
perolehan asam lemak akan lebih tinggi.
5. Pengaruh Lama Penyimpanan
Secara

alami

asam

lemak

bebas

akan

terbentuk

seiring

dengan

berjalannya waktu, baik karena aktifitas mikroba maupun karena hidrolisa
dengan bantuan katalis enzim lipase. Namun demikian asam lemak bebas yang
terbentuk dianggap sebagai hasil hidrolisa dengan menggunakan enzim lipase
yang terdapat pada buah sawit.

6. Pengaruh Penambahan CPO
Pada proses ini, kecepatan reaksi lebih rendah jika penambahan kadar
CPO terhadap campuran antara serat dan minyak semakin meningkat. Hal ini
dapat terjadi karena enzim lipase yang berada pada buah sudah jenuh atau
jumlahnya

terbatas,

sementara

jumlah

substrat

sudah

sangat

berlebih.

Kecepatan reaksi bergantung kepada konsentrasi enzim lipase, bukan pada
konsentrasi substrat.

Sifat-sifat enzim lipase adalah sebagai berikut :
• Temperatur optimum: 35 oC, pada suhu 50 oC enzim sebagian besar sudah
rusak.
• pH optimum : 4,7 – 5,0
• Berat molekul : 45000-50000
• Dapat bekerja secara aerob maupun anaerob
• ko-faktor : Ca++, Sr++, Mg++. Dari ketiga ko-faktor ini yang paling efektif
adalah Ca++
• Inhibitor : Zn2+, Cu2+, Hg2+, iodine, versene
Aturan penamaan
Beberapa aturan penamaan dan simbol telah dibuat untuk menunjukkan
karakteristik suatu asam lemak. Nama sistematik dibuat untuk menunjukkan
banyaknya atom C yang menyusunnya (lihat asam alkanoat). Angka di depan
nama menunjukkan posisi ikatan ganda setelah atom pada posisi tersebut.
Contoh: asam 9-dekanoat, adalah asam dengan 10 atom C dan satu ikatan
ganda setelah atom C ke-9 dari pangkal (gugus karboksil). Nama lebih lengkap
diberikan dengan memberi tanda delta (Δ) di depan bilangan posisi ikatan
ganda. Contoh: asam Δ9-dekanoat.
Simbol

C

diikuti

angka

menunjukkan

banyaknya

atom

C

yang

menyusunnya; angka di belakang titikdua menunjukkan banyaknya ikatan ganda
di antara rantai C-nya). Contoh: C18:1, berarti asam lemak berantai C sebanyak
18 dengan satu ikatan ganda. Lambang omega (ω) menunjukkan posisi ikatan
ganda dihitung dari ujung (atom C gugus metil).
Beberapa asam lemak

Berdasarkan panjang rantai atom karbon (C), berikut sejumlah asam
lemak alami (bukan sintetis) yang dikenal. Nama yang disebut lebih dahulu
adalah nama sistematik dari IUPAC dan diikuti dengan nama trivialnya.
-Asam oktanoat (C8:0), asam kaprilat.
-Asam dekanoat (C10:0), asam kaprat.
-Asam dodekanoat (C12:0), asam laurat.
-Asam 9-dodekenoat (C12:1), asam lauroleinat, ω-3.
-Asam tetradekanoat (C14:0), asam miristat.
-Asam 9-tetradekenoat (C14:1), asam miristoleinat, ω-5.
-Asam heksadekanoat (C16:0), asam palmitat.
-Asam 9-heksadekenoat (C16:1), asam palmitoleinat, ω-7.
-Dan lain-lain.
Biosintesis asam lemak
Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas. Pada
bagian lain tumbuhan dan pada sel hewan (dan manusia), asam lemak dibuat di
sitosol. Proses esterifikasi (pengikatan menjadi lipida) umumnya terjadi pada
sitoplasma, dan minyak (atau lemak) disimpan pada oleosom. Banyak spesies
tanaman menyimpan lemak pada bijinya (biasanya pada bagian kotiledon) yang
ditransfer dari daun dan organ berkloroplas lain. Beberapa tanaman penghasil
lemak terpenting adalah kedelai, kapas, kacang tanah, jarak, raps/kanola,
kelapa, kelapa sawit, jagung dan zaitun.
Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif
sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan
asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi
kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini
dikenal sebagai asam lemak esensial karena organisme yang memerlukan tidak
memiliki cukup enzim untuk membentuknya.

Biosintesis asam lemak alami merupakan cabang dari daur Calvin, yang
memproduksi glukosa dan asetil-KoA. Proses berikut ini terjadi pada daun hijau
tumbuh-tumbuhan dan memiliki sejumlah variasi.
Kompleks-enzim asilsintase III (KAS-III) memadukan malonil-ACP (3C) dan
asetil-KoA (2C) menjadi butiril-ACP (4C) melalui empat tahap (kondensasi,
reduksi, dehidrasi, reduksi) yang masing-masing memiliki enzim tersendiri.
Pemanjangan selanjutnya dilakukan secara bertahap, 2C setiap tahapnya,
menggunakan

malonil-KoA,

oleh

KAS-I

atau

KAS-IV.

KAS-I

melakukan

pemanjangan hingga 16C, sementara KAS-IV hanya mencapai 10C. Mulai dari 8C,
di setiap tahap pemanjangan gugus ACP dapat dilepas oleh enzim tioesterase
untuk menghasilkan asam lemak jenuh bebas dan ACP. Asam lemak bebas ini
kemudian dikeluarkan dari kloroplas untuk diproses lebih lanjut di sitoplasma,
yang dapat berupa pembentukan ikatan ganda atau esterifikasi dengan gliserol
menjadi trigliserida (minyak atau lemak).
Pemanjangan lebih lanjut hanya terjadi bila terdapat KAS-II di kloroplas,
yang memanjangkan palmitil-ACP (16C) menjadi stearil-ACP (18C). Enzim Δ9desaturase kemudian membentuk ikatan ganda, menghasilkan oleil-ACP. Enzim
tioesterase lalu melepas gugus ACP dari oleat. Selanjutnya, oleat keluar dari
kloroplas untuk mengalami perpanjangan lebih lanjut.
Nilai gizi
Asam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP).
Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah lemak
dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan.
Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih reaktif
dan merupakan antioksidan di dalam tubuh.
Posisi ikatan ganda juga menentukan daya reaksinya. Semakin dekat
dengan ujung, ikatan ganda semakin mudah bereaksi. Karena itu, asam lemak
Omega-3 dan Omega-6 (asam lemak esensial) lebih bernilai gizi dibandingkan
dengan asam lemak lainnya. Beberapa minyak nabati (misalnya α-linolenat) dan
minyak ikan laut banyak mengandung asam lemak esensial (lihat macammacam asam lemak).

Karena mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak
yang dibiarkan terlalu lama akan turun nilai gizinya. Pengawetan dapat dilakukan
dengan menyimpannya pada suhu sejuk dan kering, serta menghindarkannya
dari kontak langsung dengan udara.
Kadar Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya
dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika
dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas.
Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa
tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak
dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (Ketaren, 1986).
Akibat Meningkatnya Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak
sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan
rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan
terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan asam lemak
bebas ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik.
Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif
tinggi dalm minyak sawit antara lain:
-Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
-Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
-Penumpukan buah yang terlalu lama
-Proses hidrolisa selama di pabrik (Anonim, 2001)
-Bahaya Asam Lemak Bebas
Jaringan lemak melepaskan asam lemak bebas dan gliserol ke dalam
darah, di mana asam lemak tersebut diangkut dengan albumian ke hampir
semua organ. Dilain pihak, gliserol berjalan terutama ke dalam hati dan sedikit
ke dalam ginjal; hanya jaringan-jaringan ini tempatnya dapat digunakan. Proporsi

asam lemak bebas yang lebih besar dalam sirkulasi dikonversi menjadi badanbadan keton, yang merupakan prinsip dalam hati. Badan-badan keton adalah
bentuk energi yang lebih larut dalam air dari pada asam lemak (Linder, 1992).
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim
selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak
dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak
diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam
minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut diberikan
pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala diare,
kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna
pada pusat saraf dan memperrsingkat umur.
Kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk
jantung dan pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada
salah pengertian, seolah-olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan
kolesterol darah ini adalah kadar kolesterol makanan. Sehingga banyak produk
makanan, bahkan minyak goreng diiklankan sebagai nonkolesterol.. Konsumsi
lemak akhir-akhir ini dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal ini berpengaruh
adalah jumlah lemak dan mungkin asam lemak tidak jenuh ganda tertentu yang
terdapat dalam minyak sayuran (Almatsier, 2002).
Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam
dengan menggunakan baku basa. Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni
reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang
berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna
diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai contoh
fenolftalein (pp), mempunyai pka 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4-10,4).
Struktur fenolftalein akan mengalami perataan ulang pada kisaran pH ini karena
proton dipindahkan dari struktur fenol dari pp sehingga pH meningkat akibatnya
akan terjadi perubahan warna (Rohman, 2007).

III. PEMBAHASAN
Minyak kelapa sawit mempunyai perana penting dalam perdaganagan
dunia. Berbagai industry, baik pangan maupun non pangan banyak yang
menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peran dan kegunaan
minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya haru diperhatikan sebab sangat
menentukan harga dan nilai komoditas ini. Dalam hal ini syarat mutu diukur
berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional, yang melliputi kadar ALB,air,
kotoran, logam, peroksida dasn ukuran pemucatan.
ALB konsentrasi tinggi dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya
ALB ini mengakibatkan rendemen minyak turun sehingga mutu minyak menjadi
menuurun. Apabila kadar ALB pda CPO meningkat melebihi standar mutu yang
telah ditetapkan mak CPO tersebut tidak dapt dijual. Hal ini menyebabkan
kerugian pada perusahaan penghasil CPO.
Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan buah sawit di panen
sampai tandan di olah di pabrik. Pembentukan ALB pada buah disebabkan
pecahnya membran vakuola ( yang memisahkan minyak dari komponen sel)
sehingga minyak bercampur dengan air sel. Dengan dikatalisir oleh enzim lipase,
lemak terhidrolisa membentuk ALB dan gliserol. Semakin lama reaksi ini
berlangsung, maka semakin banyak ALB yang terbentuk.

Penentuan ALB pada CPO menggunakan metoda titrasi asam basa, dengan
menggunakan titran larutan KOH dengan indicator Thymol blue. Sebelumnya
larutan baku distandarisasi terlebih dahulu dengan asam palmintat.

IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat saya buat dalam pembuatan makalah ini
tentang pengaruh asam lemak bebas terhadap kualitas minyak kelapa sawit
yang dipengaruhi oleh :
1.Pengaruh Temperatur
2. Pengaruh Penambahan Air
3. Pengaruh Pelukaan dan Pengadukan Buah
4. Pengaruh Kematangan Buah
5. Pengaruh Lama Penyimpanan
6. Pengaruh Penambahan CPO
Semakin tinggi rendemen asam lemak bebas maka minyak yang dihasilkan
akan semakin rendah mutunya, karena asam lemak bebas yang terlalu tinggi
dapat merusak kesehatan bagi manusia.
Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen
minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya
asam lemak bebas dalam minyak sawit.

DAFTAR PUSTAKA
-Bagian Tanaman PT Perkebunan VI, 1980, Kelapa Sawit, Pabatu, Tebing Tinggi,
Deli
-Bonar,H. dan H.A. Koasih, “Konsumsi Minyak Sawit”, Sasaran, No.12,Th.II, 1987
-http://selaluadakk.blogspot.com/2011/12/penentuan-asam-lemak-bebas.html
(20 April 2013)
-http://free-rawwatertreatment.blogspot.com/2011/05/asam-lemak-bebas-daribuah-kelapasawit.html (20 April 2013)
-http://www.psychologymania.com/2012/10/asam-lemak-bebas.html (20April
2013)
-Naibaho,P.M., “Diversifikasi Minyak Sawit dan Inti Sawit dalam Upaya
Meningkatkan Daya Saing dengan Minyak Nabati Lainnya dan Hewani”, Sasaran,
No.27,Th,V,1991.
- Tim Laboratirium Kimia Analisis Dasar,Jobsheet”Penentuan Asam Lemak Bebas
-Pada Minyak Goreng (ALB)” Palembang, Politeknik Negeri Sriwijaya Jurusan
Teknik Kimia.

Minyak sawit
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Minyak sawit murni yang dihasilkan di desa Jukwa, Ghana. Perhatikan warna
merah minyak sawit yang merupakan beta karoten yang secara alami terdapat
di minyak sawit. Pemurnian oleh industri minyak goreng menghilangkan beta
karoten ini.

Minyak sawit atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel yang didapatkan dari
mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis,[1] dan sedikit
dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa. Minyak sawit secara alami berwarna mereha
karena kandungan beta-karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa
sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama.[2] Minyak kelapa sawit juga
berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera).
Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid sehingga tidak
berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh,
minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%.[3]
Minyak sawit termasuk minyak yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi. Minyak sawit
berwujud setengah padat pada temperatur ruangan dan memiliki beberapa jenis lemak jenuh
asam laurat (0.1%), asam miristat (1%), asam stearat (5%), dan asam palmitat (44%). Minyak
sawit juga memiliki lemak tak jenuh dalam bentuk asam oleat (39%), asam linoleat (10%),
dan asam alfa linoleat (0.3%).[4] Seperti semua minyak nabati, minyak sawit tidak
mengandung kolesterol[5] meski konsumsi lemak jenuh diketahui menyebabkan peningkatan
kolesterol lipoprotein densitas rendah dan lipoprotein densitas tinggi akibat metabolisme

asam lemak dalam tubuh.[6] Minyak sawit juga GMO free, karena tidak ada kelapa sawit
termodifikasi genetik (GMO) yang dibudidayakan untuk menghasilkan minyak sawit.
Minyak sawit adalah bahan memasak yang umum di negara tropis di Afrika, Asia Tenggara,
dan sebagian Brasil. Penggunaannya dalam industri makanan komersial di belahan negara
lain didorong oleh biaya produksinya yang rendah[7] dan kestabilan oksidatifnya ketika
digunakan untuk menggoreng.[8][9]
Maraknya perkebunan sawit telah mengundang kekhawatiran aktivis lingkungan karena
besarnya penghancuran hutan untuk melakukan pertanian monokultur kelapa sawit.
Perkebunan sawit ini telah menyebabkan hilangnya habitat orang utan di Indonesia, yang
merupakan spesies yang terancam punah.[10] Pada tahun 2004, Roundtable on Sustainable
Palm Oil (RSPO) dibentuk untuk mengarahkan kekhawatiran tersebut.[11] Malaysia sejak
1992 telah membatasi ekspansi perkebunan sawit di wilayahnya dengan menerapkan
peraturan batas minimum lahan negara sebagai hutan.[12][13]

Daftar isi


1 Sejarah



2 Nutrisi



o

2.1 Minyak sawit murni

o

2.2 Minyak sawit yang dimurnikan

3 Pemanfaatan lainnya
o

3.1 Biodiesel



4 Lihat pula



5 Referensi



6 Pranala luar

Sejarah

Pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis)

Manusia telah menggunakan minyak sawit sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Bukti
arkeologi berupa sebuah zat yang diketahui awalnya berupa minyak sawit, ditemukan pada
akhir abad ke-19 pada sebuah kuburan di Abydos, Mesir, bertanggal 3000 SM.[14]
Diperkirakan bahwa pedagang Arab yang telah membawa minyak sawit ke Mesir.[15]
Minyak sawit dari 'Elaeis guineensis telah dikenal sejak lama di Afrika Barat dan Afrika
Tengah sebagai minyak goreng. Pedagang Eropa Berdagang dengan penduduk Afrika Barat
untuk mendapatkan minyak sawit untuk digunakan sebagai minyak goreng di Eropa. Minyak
sawit lalu menjadi komoditas yang paling dicari oleh pedagang Britania Raya ketika itu untuk
digunakan sebagai pelumas mesin di era Revolusi Industri.[16] Minyak sawit adalah bahan
utama pembuatan sabun dan deterjen di perusahaan Unilever ketika perusahaan itu masih
bernama Lever Brothers.[17]
Sejak tahun 1870an, minyak sawit menjadi ekspor utama beberapa negara di Afrika Barat
seperti Ghana dan Nigeria meski saat ini komoditas pertanian utama negara itu telah
digantikan oleh kakao.

Nutrisi
Info lebih lanjut: Asam palmitat

Berbagai makanan terproses mengandung minyak sawit sebagai bahan bakunya.[18] USDA
menyatakan bahwa minyak sawit bukanlah pengganti yang baik bagi lemak trans.[19] Ketika
pemrosesan, sebagian minyak sawit mengalami oksidasi, dan minyak sawit yang teroksidasi
ini terkait dengan berbagai risiko kesehatan yang diakibatkan oleh konsumsi minyak sawit
terproses.[20]
Minyak sawit terdiri atas asam lemak yang teresterifikasi dengan gliserol seperti halnya
semua jenis lemak. Namun tidak seperti semua jenis lemak, minyak sawit mengandung lemak
jenuh dalam persentase yang tinggi.[21] Asam oleat tak jenuh tunggal dan tokotrienol, salah
satu bagian dari famili Vitamin E, juga terdapat pada minyak sawit murni.[22]
Berdasarkan data WHO, konsumsi asam palmitat meningkatkan risiko timbulnya penyakit
kardiovaskular seperti halnya risiko yang diakibatkan oleh lemak trans.[23]
Kandungan asam lemak di dalam minyak sawit yaitu:[24]
Kadar asam lemak dari minyak sawit
Jenis asam lemak

persen

Asam miristat, jenuh, C14



1.0%

Asam palmitat, jenuh, C16