PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANG (1)

PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

Disusun oleh :
Betha Labova Ayu(20140810080)
Annisa Wityasiwi

(20140810099)

Nana Yuliana

(20140810104)

Rendra Wicaksono

(20140810185)

Sabdo Hadist Utomo (2014

)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia tidak

terlepas dari dasar Negara yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik
Indonesia yang secara resmi disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersamasama dengan batang tubuh UUD 1945. Bangsa Indonesia telah menemukan jati dirinya, yang
didalamya tersimpul cirri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang
oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun
mendalam.
Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar inilah maka sangat penting bagi para generasi
penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji, memahami, dan
mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu

kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri.
Intelektual kampus yaitu mahasiswa yang selalu berupaya untuk mendapat ilmu yang nantinya
dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.
Tidak hanya mendapatkan ilmu, namun seorang mahasiswa juga harus berusaha untuk dapat
mengembangkan ilmu tersebut. Banyak sekali sudut pandang atau pedoman yang dapat
digunakan dalam mengembangkan ilmu, tetapi sebagai mahasiswa dan warga negara Republik
Indonesia diharapkan mampu mengembangkan ilmu serta memahami, menganalisis, dan
menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan
dan konsisten berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasarnya sehingga sesuai dengan cita-cita
dan tujuan bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
a.

Mengapa pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu?

b. Apakah definisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)?

c.


Bagaimana penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)?

d.

Apakah pengaruh dari nilai kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)?

e.

Apakah manfaat dari nilai keadilan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah
a.

Untuk mengetahui pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

b. Untuk mengetahui definisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
c.


Untuk mengetahui penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK).

d.

Untuk mengetahui pengaruh nilai kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK).

e.

Untuk mengetahui manfaat nilai keadilan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK).

1.4 Manfaat Penulisan Makalah
a.

Bagi Pembaca
Dapat mengetahui Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu sehingga dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan penuh rasa tanggung jawab dan

bermoral.

b. Bagi Penulis
Dapat mengetahui cara memecahkan berbagai masalah dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dengan menerapkan dan mengembangkan ilmu berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya
maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia.Unsur jiwa
(rohani) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohani
manusia dalam hubungan dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam
bidang moral (etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam
rangka untuk mengolah kekayaan alam yang sediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena
itu tujuan essensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada
hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam masalah ini Pancasila telah
memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup manusia.
Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan

kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang
sistematis haruslah menjadi sistem etika pengembangan Iptek.
Pancasila sebagai filsafat ilmu harus mengandung nilai ganda, yaitu:
1. Harus memberikan landasan teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan pengembangan iptek
dan menetapkan tujuannya.
2. Memiliki nilai instrinsik tujuan iptek yang senantiasa dilandasi oleh nilai mental kepribadian
dan moral manusia. Nilai-nilai kualitatif dan normatif secara kategoris harus terkandung dalam
ajaran filsafat. Kualitas dan identitas nilai mental dan kepribadian manusia senantiasa
berhubungan dengan nilai filsafat dan atau agama.
Kedudukan filsafat

ilmu

harus

berasaskan kerokhanian

dari

sistem


keilmuan

dan

pengembangannya. Fungsi mental dan moral kepribadian manusia dalam implemantasi iptek
merupakan kriteria yang signifikan suatu keilmuan. Keilmuan harus berorientasi praktis untu
kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran yag dianut epistomologis Pancasila prinsip kebenaran

eksistensial dalam rangka mewujudkan harmoni maksimal yang sesuai taraf-taraf fisiokismis,
biotik, psikis, dan human dalam rangka acuan norma ontologis transedental. Dengan pendekatan
pencerdasan kehidupan bangsa, epsitomologis Pancasila bersifat terbuka terhadap berbagai aliran
filsafat dunia (Dimyati, 2006).
2.2 Definisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Manusia sebagai makhluk jasmani rohani sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa
sekaligus individu dan makhluk sosial, pada hakikatnya

sebagai makhluk homo sapiens

makhluk yang berakal di samping berasa dan berkehendak. Sebagai makhluk yang berakal,

manusia memiliki kemampuan intelektual yang mampu menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah unsur-unsur yang pokok dalam kebudayaan
manusia, dalam dunia ilmu pengetahuan terdapat dua pandangan yang berbeda yaitu (1)
pendapat yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, artinya tidak ada sangkut
pautnya dengan moral, dengan etika, dengan kemanusiaan, dengan ketuhanan. (2) pendapat
kedua menyatakan bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya untuk kesejahteraan umat manusia.
Oleh karena itu, ilmu pengetahuan adalah terikat nilai yaitu nilai moral, nilai kemanusiaan, nilai
religious. Bagi Pancasila ilmu pengetahuan itu berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan, dan beradilan.
Maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi moral, etika
serta nilai-nilai religious. Dengan perkataan lain ilmu pengetahuan harus dilandasi etika ilmiah
dan yang paling penting dalam etika ilmiah adalah menyangkut hidup mati orang banyak, masa
depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Hal-hal yang perlu ditekankan adalah sebagai
berikut:
1. Risiko percobaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Kemungkinan penyalahgunaannya
3. Kompatibilitas dengan moral yang berlaku
4. Terganggunya sumber daya dan pemerataannya
5. Hak individu untuk memilih sesuatu sesuai dengan dirinya


2.3 Penerapan Nilai Persatuan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Sila persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila lain. Pengembangan Iptek diarahkan demi kesejahteraan umat
manusia termasuk di dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan Iptek hendaknya
dapat mengembangkan rasa nasionalisme. Kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai
bagian dari umat manusia di dunia.
Sila persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk mengembangkan IPTEK untuk seluruh
tanah air dan bangsa secara merata. Selain itu memberikan kesadaran bahwa rasa nasionalisme
bangsa Indonesia akibat adanya kemajuan IPTEK, dengan IPTEK persatuan dan kesatuan bangsa
dapat berwujud, persaudaraan dan persahabatan antar daerah dapat terjalin. (T. Jacob, 2000;155)
Contoh persoalan atau kebijakan dari nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yaitu adanya media sosial seperti facebook atau twitter
yang dapat menyatukan masyarakat Indonesia untuk membantu warga negara Indonesia yang
membutuhkan bantuan seperti adanya Laskar Sedekah yang menyalurkan sedekah masyarakat
kepada yang berhak untuk menerima. Selain itu, orang-orang yang sudah bersedekah dapat
mengetahui bentuk kegiatan Laskar Sedekah melalui akun media sosial yang mengunggah fotofoto penerima sedekah. Manfaat lainnya dari penerapan nilai persatuan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yakni dapat membuat masyarakat
Indonesia lebih tanggap, contohnya jika terjadi bencana alam di suatu daerah seperti kabut asap
maka informasi-informasi lebih cepat meluas dan menyebar. Sehingga fungsi dari nilai persatuan

sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah memperrmudah
mempersatukan masyarakat Indonesia dalam segala urusan.
2.4 Pengaruh Nilai Kerakyatan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)

Sila

Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam


permusyawaratan/perwakilan mendasari pengembangan Iptek secara demokratis. Artinya setiap
ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan Iptek. Selain itu, dalam
pengembangan Iptek setiap ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan oang
lain dan harus memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan
dengan penemuan teori lainnya.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan
perwakilan, meminta kita membuka kesempatan yang sama bagi semua warga untuk dapat
mengembangkan IPTEK dan mengenyam hasilnya sesuai kemampuan dan keperluan masingmasing, sehingga tidak adanya monopoli IPTEK. (T. Jacob, 2000;155)
Pengaruh nilai Kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Iptek) adalah meningkatkan kreatifitas masyarakat Indonesia untuk menghasilkan suatu karya
cipta dalam bidang apapun untuk kesejahteraan warga negara Indonesia. Seorang penemu muda
Ricky Elson contohnya. Beliau dan rekan-rekannya berhasil menciptakan mobil listrik Indonesia
pertama yaitu Tuxuci kemudian dikaji ulang hingga pada tahun 2013 telah muncul mobil
bertenaga listrik Selo. Pada saat ini Ricky Elson pemuda Indonesia berusia 33 tahun tengah
mengembangkan becak listrik dan pembangkit listrik tenaga angin di daerah sumba yang
menjadi pembangkit listrik tenaga angin terbaik di dunia.
Dengan selalu berupaya demi kebangkitan Indonesia dan nilai Kerakyatan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), tangan-tangan ahli anak Indonesia
menciptakan ide-ide kreatif yang menghasilkan intelektual properti.
2.5 Manfaat Nilai Keadilan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan pengembangan
Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri,

manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa
dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya (T. Jacob, 1986)
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK didasarkan pada keseimbangan
keadilan dalam kehidupan kemanusiaan. (T. Jacob, 2000;156)
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi
Cilosari dari teknik radiasi. Penemuan ini adalah hasil buah karya anak
bangsa. Diharapkan dalam perkembangan swasembada pangan ini nantinya
akan mensejahterakan rakyat Indonesia dan memberikan rasa keadilan
setelah ditingkatkannya jumlah produksi sehingga pada perjalanannya
rakyat dari berbagai golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan
harga yang terjangkau.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang terumuskan dari proses
akulturasi budaya nusantara yang berlangsung berabad-abad. Sebagai dasar negara, Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila

sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan
sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang
realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta
sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup
dan kehidupan. Filsafat Pancasila merupakan landasar dalam proses berfikir dan berpengetahuan.
Pancasila sebagai dasar negara terdiri dari lima sila yang berasal dari pemikiran hasil
akulturasi budaya nusantara. Sila-sila dalam Pancasila memliki keterkaitan atau berhubungan
dan saling melandasi. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan utama dari
kempat sila lainnya. Hal ini menjadikan Pancasila sebagai sistem yang saling terkait tak
terpisahkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia tak bisa terlepas dari dunia luar. Ilmu
pengetahuan di Indonesia pada dasarnya telah berlangsung sebelum era bangsa eropa masuk ke
nusantara hingga pada masa pasca kemerdekaan. Perkembangan iptek adalah lewat kelembagaan
pendidikan, hal ini didasarkan pada semangat ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945. Para ilmuwan dan cendikiawan harus memiliki semangat
mengembangkan dan menciptakan iptek yang ditujukan bagi kesejahteraan dan kemaslahatan
umat manusia.