Supervisi manajerial untuk pengawas seko

K EMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN PENGEMBANGAN KEPALA SEKOLAH

(LPPKS)

Kp Dadapan RT 06/RW 07, Desa Jatikuwung Gondangrejo Karanganyar, Jawa Tengah

Indonesia Telp. (0271) 8502888, 8502999 / Fac. (0271) 8502000 Website: www.lppks.org: Email: lp2kssolo@gmail.com

SUPERVISI MANAJERIAL

Bahan Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan

Penguatan Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah

TAHUN 2015 i

Apakah Anda ingin memberikan umpan balik/

masukan mengenai Bahan Pembelajaran

Penguatan Pengawas Sekolah/Madrasah?

Kami mengajak para individu dan organisasi untuk memberikan umpan balik/masukan, baik positif atau negatif, tentang bahan

pembelajaran Penguatan Pengawas Sekolah.

Dalam hal ini, Anda diajak untuk memberikan umpan balik (masukan/keluhan) ke Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS), melalui:

Situs Web

: www.lppks.org

Email

: lp2kssolo@gmail.com

: Petugas Penanganan Keluhan

Kp. Dadapan RT. 06/ RW. 07,

Desa Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar,

Jawa Tengah

Terima kasih atas masukan untuk penyempurnaan materi Bahan Pembelajaran ini.

ii

KATA PENGANTAR

Atas berkah rahmat dari Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan hidayahnya sehingga dapat disusunnya Bahan Pembelajaran materi supervisi manajerial ini untuk peserta pendidikan dan pelatihan calon/pengawas sekolah/madrasah.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat urgen untuk menimgkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan berupa Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara operasionalnya dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberi arahan terhadap seluruh satuan pendidikan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan dan (8) standar penilaian.

Pengawas, Kepala Sekolah dan guru merupakan tenaga pendidik dan kependidikan yang mutlak terstandarisasi kompetensinya secara nasional menurut PP No 19 tahun 2005 di atas. Karena pengawas, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur yang berperan aktif dalam persekolahan. Guru sebagai pelaku pembelajaran yang secara langsung berhadapan dengan para siswa di ruang kelas, dan pengawas serta kepala sekolah adalah pelaku pendidikan didalam pelaksanaan tugas Kepengawasan dan Manajerial pendidikan dalam satuan pendidikan yang meliputi tiga aspek yaitu supervisi, pengendalian dan inspeksi kependidikan.

Bahan Pembelajaran Supervisi Manajerial ini merupakan materi tambahan yang dapat melengkapi buku-buku maupun modul-modul yang telah banyak beredar tentang tugas kepengawasan sekolah khususnya supervisi manajerial. Materi Bahan Pembelajaran ini dapat digunakan sebagai materi pengembang modul (MPM) pada pendidikan dan pelatihan calon Pengawas Sekolah/Madrasah maupun pada pendidikan dan pelatihan penguatan Pengawas Sekolah.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan bahan pembelajaran ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati kita semua.

Karanganyar, Januari 2015 Kepala LPPKS,

Prof. Dr. Siswandari, M.Stats.

iii

TIM PENGEMBANG BAHAN PEMBELAJARAN LPPKS

Nama Bahan Pembelajaran:

Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah/Madrasah

Pengarah

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd

Kepala BPSDMP-PMP

Moh. Hatta, M.Ed

Kepala Pusbangtendik

Prof. Dr, Siswandari, M.Stats

Kepala LPPKS

Penanggung Jawab

Gentur Sulistyo, MM.

Ka.Sub.Bag. Umum LPPKS Drs. I Nyoman Rudi K, M.T Ka.Sie. Kompetensi LPPKS Farikha, MM

Ka.Sie. Sistem Informasi LPPKS

Yuli Cahyono, M.Pd.

Korwi LPPKS

Tim Penulis

Setyo Hartanto, S.Pd. M.Kom. Dra. Yusnaini Agustina, MPd Drs.Edy Pudiyanto, MPd, .

Diterbitkan Oleh LPPKS, Indonesia @2015

Dilarang keras menerjemahkan, memfotocopy, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari LPPKS.

iv

PENJELASAN UMUM

A. Pengantar Bahan Pembelajaran Ini

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, puji syukur kita panjatan pada Tuhan Yang Maha Esa, Mata Diklat Supervisi Manajerial untuk membekali calon pengawas sekolah/madrash maupun dapat digunakan untuk diklat penguatan pengawas sekolah/madrasah dalam meningkatkan dan menguatkan kompetensi supervise manajerial (permendiknas 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah). Mata diklat ini dialokasikan selama proses pembelajaran di kelas melalui kegiatan teori dan praktik serta diskusi dalam bentuk kegiatan tugas mandiri dan kelompok.

Dalam melaksanakan kegiatan pada Bahan Pembelajaran ini, Saudara harus mempertimbangkan inklusi sosial tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, status sosial ekonomi, orang dengan HIV/AIDS dan yang berkebutuhan khusus. Inklusi sosial ini juga diberlakukan bagi pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik.

B. Hasil Pembelajaran yang Diharapkan

Bahan pembelajaran ini diarahkan untuk mencapai target kompetensi yang berkaitan dengan standar kompetensi supervisi manajerial bagi pengawas sekolah/madrasah (Permendiknas No. 12 tahun 2007) yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas pembinaan pengawas sekolah terhadap satuan pendidikan-satuan pendidikan binaannya dalam rangka meningkatkan prestasi Akreditasi maupun pencapaian visi, misi sekolah binaan.

Adapun hasil pembelajaran yang diharapkan sebagai berikut:

1. Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat memahami dan terampil tentang; Kompetensi Pengawas Sekolah, Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah, Supervisi Manajerial, Kompetensi Supervisi Manjerial, Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial, Metode Supervisi Manajerial, Aspek Supervisi Manajerial.

2. Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat memahami dan terampil menyusun instrument supervisi manajerial, membuat tindak lanjut dan laporan supervisi manajerial.

C. Tagihan

1. Menjelaskan tentang; Kompetensi Pengawas Sekolah, Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah, Supervisi Manajerial, Kompetensi Supervisi Manjerial, Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial, Metode Supervisi Manajerial, Aspek Supervisi Manajerial.

2. Terampil menyusun dan menggunakan instrumen supervisi manajerial

3. Terampil membuat tindak lanjut dan laporan supervisi manajerial

D. Ruang Lingkup Materi

Konsep Dasar tentang; Kompetensi Pengawas Sekolah, Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah, Supervisi Manajerial, Kompetensi Supervisi Manjerial, Prinsip- prinsip Supervisi Manajerial, Metode Supervisi Manajerial, Aspek Supervisi Manajerial. Konsep Dasar langkah-langkah menyusun instrumen supervisi manajerial dan menyusun tindak lanjut beserta laporan supervisi manajerial.

E. Refleksi

1. Apa yang sudah dikuasai

2. Apa yang belum dikuasai

3. Apa yang harus dilakukan

4. Apa yang perlu ditambah

F. Alokasi Waktu

Alokasi Waktu

Selanjutnya, alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan rangkaian kegiatan belajar materi ini dipisahkan antara waktu belajar individual dan kelompok, Untuk waktu belajar individual sifatnya fleksibel karena dilakukan di luar pertemuan diklat. Sedangkan waktu untuk kegiatan kelompok diperkirakan sekitar 8 jam pelajaran, dengan rincian sebagai berikut:

1 Mendiskusikan isi bahan belajar untuk memperoleh pemahaman bersama………………. 3 jam

2 Mendiskusikan rancangan supervisi manajerial oleh peserta diklat ………………………….. 3 jam

3 Melakukan diskusi hasil rancangan supervisi manajerial yang disusun…………………….. 1 jam

4 Membuat rangkuman bersama…………………………………………………………………… 0,5 jam

5 Melakukan refleksi…………………………………………………………………………………. 0,5 jam

Jumlah keseluruhan= 8 jam

vi

SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH

A. Kompetensi Pengawas Sekolah

Mengacu pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

12 Tahun 2007 bahwa Kompetensi pengawas sekolah terdiri atas enam(6) dimensi kompetensi: Kompetensi kepribadian, Kompetensi sosial, Kompetensi supervisi manajerial, Kompetensi supervisi akademik, Kompetensi evaluasi pendidikan, dan Kompetensi penelitian dan pengembangan.

1. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan pengawas sekolah dalam menampilkan dirinya atau performance diri sebagai pribadi yang bertanggungjawab, kreatif, memiliki motivasi

2. Kompetensi sosial adalah kemampuan pengawas sekolah dalam membina

hubungan dengan berbagai pihak serta aktif dalam kegiatan organisasi profesi

3. Kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan manajerial yakni menilai dan membina kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain yang ada di sekolah dalam mempertinggi kualitas pengelolaan dan administasi sekolah

4. Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa.

5. Kompetensi evaluasi pendidikan adalah kemampuan pengawas sekolah dalam kegiatan mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyimpulkan data dan informasi untuk menentukan tingkat keberhasilan pendidikan

6. Kompetensi penelitian dan pengembangan adalah kemarnpuan pengawas sekolah

melaksanakan penelitian pendidikan/pengawasan serta menggunakan hasil-hasilnya untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan

B. Tugas dan Fungsi Pengawas Sekolah

Buku Kerja Pengawas (Pusbangtendik, 2011) menjelaskan tugas pokok pengawas sekolah, diantaranya; melaksanakan pembinaan guru dan kepala Buku Kerja Pengawas (Pusbangtendik, 2011) menjelaskan tugas pokok pengawas sekolah, diantaranya; melaksanakan pembinaan guru dan kepala

sekolah serta pembimbingan penelitian tindakan. Tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial melalui pemantauan, penilaian, pembinaan, pelaporan, dan tindak lanjut. Ragam kegiatan dalam lingkup tugas pengawas sekolah Perbedaan tugas dalam supervisi akademik dengan tugas dalam supervisi manajerial.

1. Kegiatan Supervisi Akademik

a. Memantau: (1) Pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar (2) Keterlaksanaan kurikulum tiap mata pelajaran

b. Menilai: Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran/ bimbingan

c. Membina: 1. Guru dalam menyusun silabus dan RPP (2) Guru dalam proses melaksanakan pembelajaran di kelas/laboratorium/lapangan (3) Guru dalam membuat, mengelola, dan menggunakan

media pendidikan dan pembelajaran (4) Guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan (5) Guru dalam mengolah dan menganalisis data hasil penilaian (6) Guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas.

d. Melaporkan dan Tindak Lanjut: (1) Hasil pengawasan akademik pada sekolah-sekolah yang menjadi binaannya (2) Menindaklanjuti hasil-hasil pengawasan akademik untuk meningkatkan kemampuan profesional guru

2. Kegiatan Supervisi Manajerial

a. Memantau: (1) Pelaksanaan ujian nasional, PSB, dan ujian sekolah (2) Pelaksanaan standar nasional pendidikan

b. Menilai: Kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok fungsi dan tanggung jawabnya.

c. Membina: (1) Kepala Sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah (2) Kepala Sekolah dalam mengkoordinir pelaksanaan program bimbingan konseling.

d. Melaporkan dan Tindak Lanjut: (1) Hasil pengawasan manajerial pada sekolah-sekolah binaannya (2) Menindaklanjuti hasil-hasil pengawasan manajerial untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan satuan pendidikan

Dikutip dari Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research) Peningkatan

Komptensi Supersvisi Pengawas Sekolah SMA/SMK, Depdiknas, Dirjen PMPTK, 2007 .

C. Supervisi Manajerial

1. Pengertian Supervisi Manajerial

Supervisi adalah kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan aspek- aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran, bermuara pada akhirnya tentang penjaminan mutu satuan pendidikan, salah satu tujuan diantaranya uji kelayakan.

Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sekolah yang mencakup: (a) perencanaan, (b) koordinasi, (c) pelaksanaan, (d) penilaian, dan (e) pengembangan

2. Sasaran Supervisi Manajerial

Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah dalam mengelola administrasi pendidikan seperti: (a) administrasi kurikulum, (b) administrasi keuangan, (c) administrasi sarana prasarana, (d) administrasi ketenagaan, (e) administrasi kesiswaan, (f) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (g) administrasi budaya dan lingkungan sekolah, (h) aspek-aspek lainnya dalam rangka meningkatkan mutu/status akreditasi.

Catatan: Pengawasan di SMP/SMA/SMK ada 2 pengelompokan Pengawas berdasarkan sasaran pengawasan; (1) Pengawas Mapel dan (2) Pengawas

Manajerial, Jika jumlah satuan pendidikan dan guru sebagai sasaran kurang dari yang ditetapkan, maka dapat dilakukan pengawasan akademik secara lintas tingkat satuan dan jenjang pendidikan. jika jumlah satuan pendidikan kelebihan, maka dilakukan pembagian berdasarkan banyaknya ruang lingkup/materi kepengawasan akademik dan atau manajerial. (permendiknas 21 th 2011 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya).

D. Kompetensi Supervisi Manajerial

Sebagai supervisor manajerial, pengawas satuan pendidikan bertugas membantu kepala sekolah dan seluruh staf sekolah agar dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan pada sekolah yang dibinanya.

Kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan manajerial yakni menilai dan membina kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain yang ada di sekolah dalam mempertinggi kualitas pengelolaan dan administasi sekolah.

Standar administrasi dan pengelolaan sekolah secara konseptual dan operasional tersirat dan tersurat dalam rumusan kompetensi inti kepala sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun 2007) khususnya pada dimensi kompetensi mana- jerial. Selain itu dalam kompetensi manajerial pengawas sekolah, dituntut juga untuk menguasai program dan kegiatan bimbingan konseling serta memantau

pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah binaannya. Untuk itu pengawas sekolah harus menguasai teori, konsep serta prinsip tentang metode dan teknik supervisi pendidikan berikut aplikasinya dalam penyusunan program dan praktik pengawasan manajerial.

1. Pelaksanaan Dimensi Kompetensi Supervisi Manajerial

Kompetensi yang harus dimiliki pengawas sekolah dalam dimensi kompetensi supervisi manajerial:

a. menguasai pengetahuan tentang metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam meningkatkan mutu pendidikan:

1) Menerapkan prinsip-prinsip supervisi manajerial untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah

2) Menerapkan metode supervisi manajerial (Monitoring dan Evaluasi, Refleksi dan Focused Group Discussion, Metode Delphi, Workshop)

3) Menerapkan teknik supervisi manajerial untuk meningkatkan mutu 3) Menerapkan teknik supervisi manajerial untuk meningkatkan mutu

b. menguasai teknik menyusun program pengawasan berdasarkan visi, misi,

tujuan dan program pendidikan sekolah binaan:

1) Menganalisis kebutuhan Program Kepengawasan Supervisi Manajerial

2) Membagankan Program Kepengawasan Supervisi Manajerial berdasarkan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

3) Merancang program kepengawasan supervisi manajerial berdasarkan visi, misi, tujuan dan program pendidikan di sekolah

c. menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah binaannya.

1) Merancang metode kerja kepengawasan yang efektif

2) Menerapkan metode kerja

3) Menyusun dan menggunakan Instrumen

d. teknik menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya

untuk perbaikan program pengawasan berikutnya pada sekolah binaannya:

1) Menganalisis hasil supervisi manajerial

2) Menyusun laporan Hasil Supervisi

3) Menyusun rencana tindaklanjut

e. membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah:

1) Melaksanakan pembinaan pengelolaan sekolah yang mendasarkan 8 SNP

2) Melaksanakan pembinaan dalam pengelolaan administrasi sekolah

f. membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah:

1) Mengarahkan Kepala Sekolah dan Guru dalam menganalisis permasalahan Layanan Bimbingan dan Konseling.

2) Mengarahkan Kepala Sekolah dan Guru dalam Layanan Bimbingan Konseling

g. mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang

dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya:

1) Meningkatkan motivasi guru untuk mau melakukan Refleksi diri terkait dengan Tugas Pokoknya.

2) Meningkatkan motivasi kepala sekolah dalam merefleksikan proses dan 2) Meningkatkan motivasi kepala sekolah dalam merefleksikan proses dan

h. memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil- hasilnya untuk membantu kepala sekolah:

1) Menilai ketercapaian pelaksanaan 8 SNP

2) Menyusun rekomendasi hasil pemantauan 8 SNP untuk penyusunan program pencapaian 8 SNP.

2. Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial

a. Tidak Otoriter

b. Hubungan Kemanusiaan yang harmonis

c. Berkesinambungan

d. Demokratis

e. Bersifat Integral

f. Komphrehensif

g. Konstruktif

h. Obyektif didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas Supervisor

3. Metode Supervisi Manajerial

Ada 4 metode yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi manajerial, antara lain;

a. Monitoring dan Evaluasi Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program.

Dalam melakukan monitoring pengawas harus melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.

Evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah mengetahui tingkat keterlaksanaan program, mengetahui keberhasilan Evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah mengetahui tingkat keterlaksanaan program, mengetahui keberhasilan

b. Refleksi dan Focused Group Discussion (FGD) Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah. Sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan

Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

c. Metode Delphi Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkah dalam pengguinaan Metode Delphi adalah; (1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan, (2) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis, (3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama. (4) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya. (5) Mengumpulkan

kembali

urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas.

d. Workshop Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas sekolah, bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah

E. Instrumen Supervisi Manajerial

Instrumen dan Penilaian adalah kegiatan memberi keputusan melalui pengukuran tentang pelaksanaan supervisi dalam bentuk kuantitatif atau kualitatif dengan menggunakan alat/instrumen pengumpul data untuk memudahkan pelaksanaan supervisi.

1. Penyusunan Instrumen

Dua cara mengembangkan instrumen (alat ukur), yaitu: (1) dengan Dua cara mengembangkan instrumen (alat ukur), yaitu: (1) dengan

Sedangkan bila pengawas ingin mengembangkan instrumen dengan prosedur adaptasi (menyadur), maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Penelaahan instrumen asli dengan mempelajari panduan umum (manual) instrumen dan butir-butir instrumen. Hal itu dilakukan untuk memahami (a) bangun variabel; (b) kisi-kisinya; (c) butir- butirnya; (d) cara penafsiran jawaban.

b) Penerjemahan setiap butir instrumen ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan dilakukan oleh dua orang secara terpisah, hal ini dilakukan salah seorang penerjemah akan dijadikan pembanding hasil terjemahannya.

c) Memadukan kedua hasil terjemahan oleh keduanya.

d) Penerjemahan kembali ke dalam bahasa aslinya. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kebenaran penerjemahan tadi.

e) Perbaikan butir instrumen bila diperlukan.

f) Uji pemahaman subjek terhadap butir instrumen.

g) Uji validitas instrumen.

h) Uji reliabilitas instrumen. Pemilihan instrumen pengawasan sekolah harus didasarkan

kepada rambu-rambu yang tepat. Sehingga jenis instrumen yang dipilih benar- benar sesuai untuk mengumpulkan data pengawasan secara tepat. Adapun rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan instrumen pengumpulan data pengawasan sekoah dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Arikunto, 1988: 52).

Menurut Arikunto (1988), langkah-langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen apapun, termasuk instrumen pengawasan sekolah Menurut Arikunto (1988), langkah-langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen apapun, termasuk instrumen pengawasan sekolah

a) ….Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun. Bagi para peneliti atau pengawas sekolah pemula, merumuskan tujuan seperti ini tidak lazim. Padahal sebetulnya

langkah ini sangat perlu. Tidak mungkin kiranya atau apabila mungkin akan sukar sekali dilakukan, menyusun instrumen tanpa tahu untuk apa data itu terkumpul, apa yang harus dilakukan sesudah itu apa fungsi setiap jawaban dalam setiap butir bagi jawaban problematika dan sebagainya. Contoh: Tujuan menyusun

angket untuk mengumpulkan data tentang besarnya minat belajar dengan modul.

b) Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan. (48-52).

Contoh Kisi-kisi: Untuk mengumpulkan data tentang kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan angket, wawancara, observasi, dan dokumen. Kisi-kisinya adalah sebagai berikut:

Wawancara

Angket

No Variabel/Sub Variabel

Observasi Dokumentasi

1 Awal dan berakhirnya pelajaran

V V V V 2 Aktivitas siswa

V V V 3 Kesulitan buku

pegangan guru/siswa V V V V 4 Referensi buku

V V V 5 Kelengkapan sarana

dan prasarana V V 6 Pelaksanaan ulangan

V V V V 7 Mutu soal ulangan

V V 8 Pengambilan nilai akhir

V V V 9 Pendokumentasian nilai

siswa V V V V 10 Situasi belajar secara

umum V V V

2. Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen

a) Membuat butir-butir instrumen

Sesudah memiliki kisi-kisi seperti contoh di atas, langkah penilaian berikutnya adalah membuat butir-butir instrumen. Yang tertera pada kolom – kolom disebelah kanan adalah wawancara, angket, observasi dan dokumentasi. Keempatnya menunjukkan jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh penilai dalam mengumpulkan data. Untuk dapat melakukan pengumpulan data dengan baik, penilai dilengkapi dengan instrumen (alat) agar pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis, menghemat waktu dan data yang diperoleh sudah tersusun.

Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi peneliti atau pengawas sekolah pemula, tugas menyusun instrumen merupakan pekerjaan yang membosankan dan menyebalkan. Sebelum memulai pekerjaannya, mereka menganggap bahwa menyusun instrumen itu mudah. Setelah tahu bahwa langkah awal adalah membuat kisi-kisi yang menuntut kejelian yang luar biasa. Tidak mengherankan kalau banyak di antara pengawas yang merasa kesulitan.

Tanda-tanda (V) yang tertera pada kisi-kisi di atas menunjukkan isi mengenai informasi yang akan dijaring dengan instrumen yang tertulis pada judul kolom. Dalam contoh terlihat bahwa butir-butir pada wawancara untuk siswa dan angket untuk siswa tidak cukup banyak. Dalam keadaan seperti ini, jika pengawas menghendaki, dapat dipilih salah satu saja. Setiap instrumen mengandung kebaikan dan kelemahan. Untuk itu harap mempelajari butir-butir penelitian tentang instrumen penelitian.

b) Mengedit instrumen

Proses editing intrumen dilakukan di akhir penyusunan instrument sebelum mulai pencetakan instrument, yang dilakukan dalam yaitu:

1) Mencocokan kisi-kisi yang dikehendaki dengan draf instrumen yang telah jadi.

2) Mengatur sistematika yang dikehendaki penilai atau pengawas untuk mempermudah pengolahan data.

3) Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.

4) Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan kepada orang lain. Untuk pedoman wawancara, pedoman pengamatan (observasi) dan pedoman dokumentasi hanya identitas yang menunjuk pada sumber data dan identitas pengisi.

Untuk mengakhiri penjelasan tentang penyusunan instrumen, berikut ini ditambahkan kondensi aturan-aturan penulisan butir angket. Beberapa aturan dimaksud hampir sama persis dengan aturan-aturan penyusunan tes objektif. Aturan-aturan tersebut menurut Arikunto (1988: 50-51), yaitu: (a) Hindarkan penggunaan kata-kata ”kebanyakan”, ”sebagian besar”,

”biasanya” yang tidak mempunyai arti jelas dalam jumlah. (b) Rumusan yang pendek lebih baik daripada yang panjang karena kalimat yang pendek akan lebih mudah dipahami. (c) Rumusan negatif seyogyanya dihindari atau dikurangi hingga sesedikit mungkin. Untuk membuat butir arti terbalik (inverse), jika terpaksa menggunakan kata yang menunjuk pada arti negatif hendaknya digarisbawahi.

(d) Tidak boleh membuat butir yang mengandung dua pengertian, misalnya: ”Pendekatan menjadi tanggung jawab orang tua masyarakat dan negara,

karenanya maka orang tua asuh perlu diharuskan untuk anggota masyarakat yang mampu”. Terhadap pernyataan tesebut responden dapat setuju terhadap pernyataan pertama tetapi tidak untuk yang kedua.

(e) Hindari penggunaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang membingungkan. Ingat bahwa angket merupakan daftar pertanyaan yang diisi oleh

responden pada waktu mereka tidak berdekatan dengan penyusun. Oleh karena itu, semua kata, kalimat atau kumpulan kalimat harus jelas.

(f) Hindari ”pengarahan terselubung”. Penyusun instrumen tidak dibenarkan sedikit atau banyak memberikan ”isyarat pancingan” (hint) yang menyebabkan responden memilih suatu alternatif tertentu.

F. Tindak Lanjut Dan Laporan Supervisi Manajerial

Tindak lanjut dan pembauatan laporan supervisi manajerial merupakan tindakan yang dilakukan oleh pengawas dengan berkolaborasi bersama kepala sekolah dalam rangka memperbaiki temuan-temuan ketidaksesuaian atau mengatasi permasalahan yang ditemukan. Temuan dalam kegiatan supervisi

1. Tindak Lanjut

Pengawas sekolah di awal tahun melakukan pemantuan terhadap pengelolaan sekolah, dikuti menilai dan membina langkah berikutnya adalah melakukan tindak lanjut. Tindak lanjut dalam kegiatan supervisi manajerial dapat berupa tindak lanjut korektif yang memperbaiki temuan ketidaksesuai dalam pengelolaan sekolah dan tindak lanjut preventif yang berupa upaya untuk mengatasi timbulnya permasalahan di masa yang akan datang. Tindak lanjut supervisi manajerial dapat berupa tindakan saran-saran improvisasi untuk meningkatkan keunggulan pengelolaan sekolah.

a. Mencari Penyebab Permasalahan

Tindak lanjut korektif dan preventif memerlukan kegiatan analisis akar penyebab masalah secara terstruktur agar tindakan efektif dan efisien. Terdapat berbagai metode evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi akar penyebab (root cause analysis) suatu kejadiaan yang tidak diharapkan (undesired outcome). Analisis Penyebab Masalah merupakan pendekatan terstruktur untuk mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada satu atau lebih kejadian- kejadian yang lalu agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja (Corcoran 2004). Selain itu, analisis penyebab masalah dapat memudahkan pelacakan terhadap faktor yang mempengaruhi kinerja. Penyebab masalah adalah bagian dari beberapa faktor (kejadian, kondisi, faktor organisasional) yang memberikan kontribusi, atau menimbulkan kemungkinan penyebab dan diikuti oleh akibat yang tidak diharapkan.

Chandler (2004) dalam Ramadhani et. al (2007) menyebutkan bahwa dalam memanfaatkan analsisi penyebab masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan pertama mengidentifikasi dan memperjelas definisi undesired outcome(suatu kejadiaan yang tidak diharapkan), kedua mengumpulkan data, ketiga menempatkan kejadian-kejadian dan kondisi- kondisi pada event and causal factor table, dan keempat lanjutkan pertanyaan

“mengapa” untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang paling kritis. Metode yang mudah untuk dilaksanakan dalam melakukan analisis

penyebab masalah adalah metode Why Analysis (analisa kenapa) adalah

Tahapan umum dengan why analysis:

1) Masalah dan areanya ditentukan terlebih dahulu

2) Dibentuk tim untuk brainstorming sehingga kita bisa memiliki berbagai pandangan, pengetahuan, pengalaman, dan pendekatan yang berbeda

terhadap masalah dan areanya

3) Melakukan blusukan untuk melihat tempat, objek dan data yang lebih actual dan akurat.

4) Mulailah bertanya menggunakan mengapa (why) berulang. Masalah: Jam dinding yang mati tidak berfungsi tetap berada di atas ruangan dan terjadi selama bertahun-tahun.

a) Mengapa? Komponen karena sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki dan tidak dibuang.

b) Mengapa rusak dan tidak dibuang? Tidak pernah diperbaiki dan

sarana prasarana milik negara, jadi susah dihapuskan.

c) Mengapa tidak diperbaiki dan tidak dihapuskan? Tidak ada yang tahu

d) Mengapa tidak ada yang tahu? Tidak ada jadwal rutin pemeliharaan dan tidak tahu prosedurnya.

e) Mengapa tidak tahu prosedurnya? Inilah akar masalahnya Setelah sampai pada akar masalah, ujilah setiap jawaban dari yang terbawah apakah jawaban tersebut akan berdampak pada akibat di level atasnya. Contoh: apakah kalau mengetahui prosedur dan ada jadwal rutin pemeliharaan maka akan mudah buat pemeliharaan untuk melakukan pemeliharaan dan penghapusan barang. Apakah hal tersebut paling masuk akal dalam menyebabkan dampak di level atasnya. Apakah ada alternatif kemungkinan penyebab lainnya? Pada umumnya solusi tidak mengarah pada

Temuan yang mempunyai tingkat kepentingan tinggi, berdampak luas dan sering terjadi berulang kali memerlukan tindak lanjut sesegera mungkin. Efektivitas tindak lanjut supervisi manajerial dalam mengatasi ketidaksesuaian atau temuan bergantung dari ketepatan dalam melakukan analisis akar penyebab masalah dan pemilihan alternatif solusi yang dipilih untuk mengatasi permasalahan.

b. Bentuk Tindak Lanjut

Bentuk tindak lanjut supervisi manajerial harus tidak menimbulkan masalah- masalah baru, yang berupa pembimbingan, pendampingan sampai pembinaan hingga muncul harapan perubahan di sekolah. Pengawas sekolah dalam memberikan saran tindak lanjut harus memperhatikan/berdasarkan ketentuan, standar, rencana, dan atau norma/hukum yang telah ditetapkan, solusi terpilih tidak menimbulkan permasalahan yang baru. Hasil-hasil tindak lanjut dibuatkan catatan khusus sesuai klasifikasi akar permasalahan yang muncul (diinventarisir).

Beberapa dokumen resmi yang dapat dijadikan referensi dan standar dalam kegiatan supervisi manajerial antara lain.

Aspek 8 SNP

Standar dan Referensi Terkait

Kompetensi Lulusan Permendikbud no 54 tahun 2013 dsb Isi

Permendibud no 67, 68, 69,70 tahun 2013 dsb Proses

Permendikbud 65 thn 2013 , dan no. 81 a thn 2013, dan no:160 tahun 2014 Penilaian

Permendibud no 66 tahun 2013 PTK

PP no 53 tahun 2010 dsb Perka BKN no 1 tahun 2013 dsb Pengelolaan

Permendiknas no19 thn 2007 PP no 34 tahun 1974 dsb Permendiknas no 24 thn 2007 Permendagri no 17 tahun 2007

Sarana Prasarana Permendikbud 71 tahun 2013 dsb

Pembiayaan Permendiknas no 69 tahun 2009 Panduan penggunaan dana BOS, dsb

Ada 3 bentuk tindak lanjut supervisi manajerial; (1) pembinaan perorangan/individual, (2) pembinaan kelompok, (3) pembinaan terpadu. Pembinaan secara individual yaitu pembinaan yang dilakukan secara perseorangan setelah memantau, membimbing, warga sekolah binaan dengan pendekatan kemitraan dari pengawas sekolah. Pembinaan individual lebih

Pembinaan terpadu yaitu pembinaan yang dilakukan secara terpadu (seluruh stakeholder sekolah) dalam lingkungan sekolah, untuk menyamakan persepsi tentang bidang tugas kepala sekolah, kebersamaan dalam upaya menjaga ketahanan sekolah dan memperjuangkan visi, misi, tujuan sekolah.

2. Laporan Supervisi Manajerial

Laporan berarti segala sesuatu yang dilaporkan (hasil kegiatan), dan pelaporan berarti perihal melaporkan. Laporan hasil supervisi manajerial merupakan media yang digunakan oleh pengawas untuk mengkomunikasikan hasil supervisi manajerial kepada pimpinan organisasi, unit-unit kerja, serta pihak lain yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja organisasi.

Pelaporan hasil supervisi manajerial kepada pihak-pihak yang berkepentingan merupakan hal yang penting dan nilai tambah pekerjaan pengawas terletak pada penilaian dan penyajian informasi tersebut. Penerimaan dan perhatian pihak yang berkepentingan terhadap simpulan akhir laporan hasil supervisi, serta tindak lanjut terhadap permasalahan yang dilaporkan merupakan ukuran kesuksesan supervisi manajerial. Pelaporan dapat dijadikan bukti pertanggungjawaban telah menyelesaikan suatu tugas dengan dibuktikan berupa laporan tertulis dan dilengkapi laporan secara lisan, sehingga pihak lain mempercayai dan akan memberikan tanggung jawab/pekerjaan yang lebih besar lagi. Eksistensi pengawas sangat dipengaruhi oleh bukti-bukti hasil tugas pekerjaannya, hal ini mengingat pengawas sekolah sebagai pejabat fungsional yang merencanakan, mengatur, mengelola, dan mengerjakan sendiri.

3. Fungsi Laporan Hasil Supervisi

Laporan hasil supervisi berfungsi sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi tersebut digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan yang sangat beragam sesuai dengan kepentingan masing-masing.

Laporan hasil supervisi menginformasikan hasil penilaian kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi sekolah.

Laporan hasil supervisi menginformasikan apakah kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan. Laporan juga menginformasikan hasil penilaian kemajuan suatu program/kegiatan. Laporan hasil supervisi berfungsi sebagai dokumen pertanggungjawaban kegiatan pengawas. Pelaksanaan kegiatan supervisi manajerial menyerap sumber daya dan harus dipertanggungjawabkan penggunaannya dalam bentuk kinerja. Laporan hasil supervisi dapat dijadikan sebagai indikator output kegiatan supervisi.

Untuk dapat memberikan fungsinya secara optimal maka laporan supervisi manajerial harus memenuhi kriteria empat sesuai yaitu:

a) Sesuai Isi. Laporan harus didasarkan pada hasil pelaksanaan supervisi yang didokumentasikan secara baik. Isi laporan harus sesuai dengan pedoman pelaporan yang berlaku.

b) Sesuai Waktu. Laporan hasil supervisi harus disampaikan sesuai waktu. Keterlambatan/kedaluarsa pelaporan dapat membuat manfaat laporan berkurang bahkan tidak bermakna/ tidak bermanfaat.

c) Sesuai Menu. Laporan hasil supervisi disajikan secara menarik sehingga mengundang minat manajemen untuk membacanya. Laporan ditulis menggunakan bahasa yang lugas dan sederhana serta materi laporan mudah dipahami pembaca, menggunakan bahasa tulis sesuai Bahasa Indonesia Ejaan Yang Disempurnakan.

d) Sesuai Alamat. Laporan hanya boleh disampaikan kepada pihak-pihak yang berwenang mengetahui isi sebab menyangkut pemangku kebijaksanaan. Laporan yang salah alamat (tidak sesuai alamat) akan tidak berguna bagi si penerima, bahkan dapat disalahgunakan pihak yang tidak berwenang.

4. Tujuan Pembuatan Laporan Supervisi Manajerial

Penyusunan laporan supervisi manajerial oleh setiap pengawas sekolah bertujuan untuk:

a) Menginformasikan gambaran mengenai keterlaksanaan setiap butir kegiatan supervisi manajerial yang menjadi tugas fungsi pengawas sekolah.

sekolah binaan berdasarkan hasil supervisi manajerial berupa hasil pemantauan, pembinaan, dan penilaian.

c) Menyajikan berbagai f aktor pendukung dan penghambat/kendala dalam pelaksanaan setiap butir kegiatan supervisi manajerial, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan pemangku kebijakan untuk mengembangkan lebih lanjut.

5. Manfaat Laporan Hasil Supervisi Akademik

Laporan hasil supervisi dapat dimanfaatkan sebagai landasan dalam penyusunan program kerja supervisi tahun yang akan datang. Bagi Dinas Pendidikan, laporan hasil supervisi dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam menilai kinerja pengawas sekolah yang bersangkutan, sumber informasi untuk mengetahui gambaran spesifikasi sekolah, landasan untuk menentukan tindak lanjut pembinaan dan memfasilitasi 8 standar nasional pendidikan terhadap tiap-tiap sekolah, serta dapat dijadikan sumber informasi untuk menyusun data statistik Sekolah atau yang lainnya.

Laporan yang tidak direspon pemangku kebijakan (yang berwenang) berdampak buruk akan kelanjutan dan potensi perkembangan sekolah binaan, terlalu banyaknya laporan yang kurang direspon/ditindaklanjuti oleh yang berwenang sedikit-demi sedikit akan selalu menumpuk sejalan berputarnya roda pendidikan yang akan menjadi beban bola salju permasalahan besar suatu institusi pendidikan/lembaga.

6. Sistematika Pelaporan Hasil Supervisi

Pelaporan yang legal memenuhi dua kriteria yaitu laporan secara lisan dan laporan secara tertulis. Laporan secara lisan dapat dikemukakan dalam forum-forum terkait, jika forum kegiatan tersebut bertujuan mengevaluasi bersama apabila bukan maka laporan dapat langsung secara lisan kepada pemangku kebijakan dengan dilengkapi secara tertulis. Laporan-laporan tertulis secara administratif dibuat rangkap sebanyak kebutuhan jumlah penerima plus 2 rangkap, hal ini dimaksudkan 1 rangkap untuk dokumen arsip di ruang pengawas, dan 1 rangkap untuk pegangan pengawas dalam kesinambungan tugas selanjutnya.

Secara umum pedoman dalam pembuatan pelaporan supervisi manajerial

Kerangka Laporan Pelaksanaan Program Supervisi Manajerial HALAMAN JUDUL (SAMPUL) HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Fokus Masalah

C. Tujuan dan Sasaran Supervisi Manajerial

D. Tugas dan Ruang Lingkup Supervisi Manajerial

BAB II KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH BAB III PENDEKATAN DAN METODE BAB IV HASIL SUPERVISI MANAJERIAL PADA SEKOLAH BINAAN

Hasil Pemantauan dan Pembinaan Pembahasan Hasil

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

C. Rekomendasi LAMPIRAN-LAMPIRAN:

Surat Keputusan (SK) tentang pembagian tugas wilayah dabin atau sekolah/guru binaan, Surat Tugas Supervisi, Surat Keterangan telah melaksanakan tugas, Daftar hadir Guru dan atau Kepala Sekolah pada saat pembinaan/pemantauan/penilaian, Contoh-contoh instrumen 8 SNP, dokumentasi berupa foto-foto, dll.

G. Penutup

Pengawas Sekolah merupakan jabatan fungsional tertinggi di tingkat pendidikan dasar maupun menengah, Pengawas Sekolah merupakan ujung tombak penjaminan mutu pendidikan di tiap-tiap kabupaten/kota serta mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Kependidikan untuk melakukan proses pengelolaan Manajerial sekolah agar mampu menumbuhkan daya kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah serta berpikir dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah. 6 Kompetensi Pengawas Sekolah sangat berpengaruh dalam penjaminan mutu pendidikan di satuan pendidikan-satuan pendidikan, salah satu diantaranya Kompetensi Supervisi Manajerial y a n g berpengaruh langsung di sekolah binaan- sekolah binaan.

H. Daftar Pustaka

Dirjen PMPTK; (2009); Bahan Belajar Mandiri KKPS, Dimensi Kompetensi Penelitian dan Pengembangan: DIKNAS; Jakarta. Permendiknas 21 (2011). Juknis Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan angka kreditnya. Kemendikbud, Jakarta Pusbangtendik. (2011). Buku Kerja Pengawas Sekolah. Kementerian Pendidikan Nasional. Jakarta Pusbangtendik (2014). Supervisi Manajerial Implementasi Kurikulum 2013. BPSDMPK&PMP, KEMENDIKBUD, Jakarta. Peraturan Pemerintah 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 12 tahun 2007, Standar Nasional Pengawas Sekolah/Madrasah, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 13 tahun 2007, Standar Nasional

Kepala Sekolah/Madrasah, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Lampiran: 1

PROGRAM SEMESTER PENGAWASAN SEKOLAH TAHUN ……………….

Nama Pengawas:……………………………. Jenjang jabatan:Pengawas Sekolah …………..

NO JENIS KEGIATAN

SASARAN

HASIL YANG

ALOKASI WAKTU

DI HARAPKAN

1 Supervisi profil awal

Kondisi akademik, non

Diketahuinya kondisi awal

sekolah

akademik awal tahun

sekolah sebagai landasan

pelajaran

program kegiatan sekolah

2 Supervisi rapat kerja dan Kegiatan awal tahun Diketahuinya persiapan awal kegiatan awal tahun

administrasi rapat kerja, tahun pelajaran terutama bukti fisik kegiatan awal pembagian tugas dan jadwal tahun

kegiatan

3 Supervisi administarasi

Administrasi kurikulum,

Tersusunnya KTSP dan

kurikulum, perangkat

perangkat pembelajaran perangkat pembelajaran serta

pembelajaran, referensi / guru, referensi guru dan tersedianya referensi / buku buku pegangan guru dan siswa serta sistam

pegangan guru dan siswa

siswa serta sistem

penilaian

yang memedai serta memilikin

penilaian

sistem penilaian yang terprogram

4 Supervisi kehadiran guru Kehadiran guru dan siswa, Kehadiran guru dan peserta dan siswa, pengelolaan

didik di atas 90%,

PBM di kelas

pengelolaan PBM

terlaksananya pembelajaran

yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan

5 Supervisi administrasi PPD, PPD & MOS, SKL, KKM, Meningkatkan prestasi MOS, KKM, hasil UN,

hasil UN, lomba

Akademik dan non akademik

lomba akademik/ non

akademik / non

SKL di atas 75%

akademik, etika dan

akademik, Etika dan

kedisiplinan

kedisiplinin PD

6 Supervisi rasio guru dan

Guru, tenaga

Tenaga yang tersedia

siswa, dokumen

kependidikan

memiliki kompetensi

pengangkatan staf, guru

kualifikasi memadai sesuai

mapel, guru pembimbing,

SPM sehingga mampu

tenaga ketata usahaan,

meningkatkan kualitas

pustakawan, laboran, tenaga

pendidikan

kebersihan, penjaga sekolah

7 Supervisi bukti kepemilikan dan satpam Gedung sekolah, sarana Tersedianya sarana prasrana gedung sekolah, rekening

pembelajaran, sarana

pembelajaran melalui

listrik, air, telepon, ruang

peribadatan, barang-

pengadaan dan perawatan

belajar, lapangan olahraga, barang inventarais dan sesuai SPM sarana ruang laboratorium, ruang

administrasinya

prasarana

perpustakaan, ruangBK, ruang kantor, ruang Kepala Sekolah, ruang Guru, ruang UKS, ruang OSIS, gudang, KM/ WC, ruang serbaguna, sarana peribadatan, barang-barang inventaris dll

8 Supervisi dan pembinaan

Program jangka panjang, Tersusunnya program

program jangka panjaang,

menengah, dan tahunan jangka panjang, menengah

menengah dan tahunan,

sekolah, ketatalaksanaan dan tahunan yang efektif

ketatalaksanaan administrasi administrasi, Program

dan efisien untuk mencapai

dan program supervisi dan monitoring, evaluasi dan standar pengelolaan tindak lanjut Kepala Sekolah tindak lanjut pelaksanaan sekolah

program sekolah

Terlaksananya program monitoring, evaluasi dan tindak lanjut pelaksaan program sekolah Pelaksaan APBS sesuai rencana dan dapat di

9 Suvervisi administrasi

Sekolah memiliki dana yang keuangan dari semua sumber keuangan

APBS dan administrasi

memadai untuk menunjang

dana yang di terima oleh

kegiatan operasional dan

sekolah

mengembangkan program kegiatan PBM Sekolah mengalokasikan dana pad APBS sesuai dengan 8 SNP dan dapat dipertanggung jawabkan

10 Supervisi Daftar nilai, analisis Daftar nilai, analisis Tersedianya data penilaian hasil penilaian dan

hasil penilaian dan akademik yang tertib dan

pelaksanaan tindak lanjut,

pelaksanaan

tindak akurat

analisis KKM permapel dan

lanjut

Tersedianya SK Kepala

SK Kepala Sekolah tentang

Analisis

KKM

per Sekolah tentang KKM dan

KKM serta instrumen

mapel dan SK Kepala analisis KKM oleh para guru

evaluasi dan kisi-kisinya yang Sekolah tentang KKM Tersedianya bank soal yang di buat oleh guru

Instrumen evaluasi dan sudah di analisis kisi-kisinya yang di buat oleh guru

11 Supervisi profil akhir sekolah Rekap dan analisia nilai Diketahuinya peningkatan

akhir tahun

kegiatan sekolah dan peningkatan prestasi / kinerja sekolah

12 Menyusun laporan akhir

Pengawas dapat melaporkan tahun

Rekap laporan

pengawas akhir tahun hasil pengawasannya selama

satu tahun

………………., Juli 20…

Kepala dinas,

Korwas,

Pengawas Satuan Pendidikan,

Lampiran: 2

ASPEK: Supervisi Manajerial

1. Rencana Kerja Sekolah

ASPEK / NO KOMPONEN

KONDISI IDEAL

Melaksanakan analisis lingkungan strategis empat tahun ke

1 Komponen depan tentang kondisi sosial, ekonomi, politik, keamanan, utama R K S kemajuan IPTEK, budaya, dsb.