Makalah Konsep Hadis tentang Konsumsi da

MAKALAH
KONSEP HADIS TENTANG DISTRIBUSI DAN KONSUMSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir Ayat dan Hadis Ekonomi
Dosen Pengampu : Dede Rodin, M. Ag

Disusun oleh :
Ovia Dwi Nurcahyani

(1605036071)

Iman Andi Pranoto

(1605036072)

Meidiana Pramesinta

(1605036073)

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai agama yang membawa rahmat bagi alam semesta, Islam telah
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk dalam bidang ekonomi di
antaranya adalah distribusi dan konsumsi. Salah satu tujuannya adalah untuk
mewujudkan keadila baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu.
Konsumsi adalah sebuah kegitan yang penting, bahkan dianggap karena
paling penting. Alasan mengapa konsumsi dianggap paling penting adalah
kegiatan dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, untuk bertahan
hidup. Begitu pula dengan distribusi, yang dimana tujuan distribusi salah satunya
adalah untuk mencegah kepemilikan harta hanya pada golongan tertentu saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan bagaimana konsep Hadis mengenai distribusi?
2. Apa pengertian dan bagaimana konsep Hadis mengenai konsumsi?

2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Distribusi
1. Pengertian distribusi
Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa Inggris distribution yang
berarti penyaluran dan pembagian.1 Adalah penyaluran, pembagian, atau
pengiriman barang atau jasa kepada bebapa orang atau tempat. 2 Secara istilah
distribusi diartikan sebagai suatu proses penyaluran atau penyampaian barang
atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai.3
Distribusi atau penyaluran barang dan jasa ini mempunyai peran yang
sangat penting dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Distribusi berperan
dalam menjembatani produsen dan konsumen dalam perputaran roda
perekonomian masyarakat. Tanpa distribusi, barang atau jasa yang diproduksi
oleh produsen tidak akan sampai ditangan konsumen yang mana akan
menyebabkan kegiatan produksi dan konsumsi tidak lancar.4 Dengan kata lain
produksi, distribusi, dan konsumsi adalah tiga hal yang saling terikat dan tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
2. Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis
Rasulullah sangat menganjurkan umat Islam untuk mendistribusikan

sebagian harta dan penghasilan untuk membantu saudara-suadara yang
kekurangan dalam ekonominya. Distribusi yang dimaksud Nabi dibagi
menjadi dua jenis, yang pertama adalah distribusi barang dan jasa yang berupa
penyaluran atau penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen dan
para pemakai, yang kedua adalah penyaluran sebagian harta kepada orangorang yang membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial.5
1

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 128
2
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 126
3
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 128
4
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hlm. 126
5
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 132-133


3

Distribusi jenis pertama adalah bentuk distribusi yang berorientasi pada
profit taking (keuntungan) atau dengan kata lain distribusi ini adalah sebagai
salah satu upaya untuk tersalurkannya barang-barang hasil produksi supaya
sampai pada konsumen yang kemudian produsen mendapatkan laba dari
penjualan barang yang didistribusikan tersebut. Untuk distribusi jenis kedua
adalah bentuk distribusi yang tidak berorientasi pada profit taking (tidak
memperoleh keuntungan secara langsung), namun keuntungannya diperoleh
dikemudian hari atau di akhirat.6 Untuk jenis distribusi yang berupa aktivitas
ibadah dan sosial, Rasullulah menganjurkan untuk segera dilakukan oleh tiap
Muslim yang mampu.
Dalam ekonomi Islam penekanan dalam distribusi adalah pada
penyaluran harta kekayaan yang diberikan kepada beberapa pihak baik
individu, masyarakat, ataupun negara. Ekonomi Islam menghendaki agar suatu
barang didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya.
Distribusi tidak saja terjadi dalam dunia bisnis, tetapi juga dalam aktivitas
ibadah dan sosial seperti zakat, infak, dan sedekah.7
Konsep distribusi dalam Islam menurut Hadis adalah sebagai berikut:
a. Pendistribusian sebagian harta untuk disegerakan

َ ‫د‬
َ ‫ق‬
‫بن‬
‫ة‬
َ َ ‫ارث‬
ِ ‫س‬
ٍ ِ ‫عبَد بن خَال‬
ِ ‫س‬
َ ‫ت‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
ُ ‫ع‬
ُ ‫ع‬
َ
َ ‫ال‬
ْ ‫هع‬
َ
َ ‫َن‬
ُ ‫صلّى الل‬

َ ‫ي‬
ّ ِ ‫ت النّب‬
ِ ‫ح‬
ْ
َ ‫قوا‬
ُ ّ‫صد‬
ُ َ‫م ي‬
َ ‫ب‬
ُ ‫ق‬
َ ‫ق‬
‫ان‬
ْ ‫و‬
ٌ ‫م‬
ِ ْ ‫ال عَلَي‬
َ ‫و‬
َ ‫م َز‬
ْ ُ ‫ه يَأتِي عَلَيْك‬
ُ ّ ‫فإِن‬
َ ّ ‫سل‬
ٍ ‫ه‬

َ َ ‫ ت‬: ‫ول‬
َ ‫ه‬
َ
ُ َ ‫ها ي‬
ُ ‫ج‬
ُ ‫ق‬
‫ت‬
‫ول‬
ُ ‫الر‬
َ ْ ‫جئ‬
َ ُ ‫يَيْبَل‬
ِ ‫و‬
ْ َ‫ل ل‬
ّ
َ َ ‫مت‬
‫ه‬
َ ‫ج‬
ِ ْ ‫ق عَلَي‬
َ ‫حا‬
َ

َ ِ ‫ة لِي ب‬
ٌ ‫ف‬
ُ ( ‫ها‬

َ ‫ه‬
َ َ‫صد‬
ُ ‫ج‬
‫ن‬
‫شي‬
ِ ِ ‫قت‬
ِ ‫م‬
ُ ‫الر‬
ْ ‫م‬
َ ُ‫جد‬
ْ َ‫ي‬
َ ِ‫ل ب‬
ِ َ ‫ف َل ي‬
ّ
َ َ ‫قبلْتُها‬
َ ْ ‫بها ب‬

َ ‫م‬
‫ف َل‬
َ ‫و‬
َ ِ َ َ‫س ل‬
ّ ‫فأ‬
ْ ‫ال‬
ِ َ ِ
ْ َ ‫ما الي‬
ِ ‫م‬
ُ ‫ف‬
ْ َ ‫والل‬.
)‫ى‬
ِ ‫َار‬
َ
ِ ‫ظ لِلْبُخ‬

“Dari Ma’bad ibn Khalid, katanya: Aku mendengar Haritsah ibn Wahab
berkata, katanya: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,
“Bersedekahlah, karena (suatu saat akan datang masa) di mana seseorang
berjalan untuk memberikan sedekahnya, tetapi orang yang akan diberinya

(menolak) seraya berkata, ‘Seandainya kamu membawanya kemarin,
niscaya aku menerimanya, tetapi kalau saat ini aku tidak
6

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 133
7
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 130

4

membutuhkannya’. Maka tidak ada orang yang mau menerima sedekah
itu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafal Hadis tersebut riwayat alBukhari).8
Dari hadis di atas jelas bahwa Rasulullah sangat menganjurkann
kepada

umat

Muslim


yang

mampu

agar

menyegerakan

dalam

mendistribusikan sebagian hartanya, sebelum datang suatu masa ketika
sudah tidak ada lagi orang yang mau menerimanya.
b. Larangan menimbun barang (ikhtikar)
Ikhtikar yaitu membeli barang melebihi kebutuhan dengan tujuan
untuk menimbunnya, menguasai pasar, dan menjualnya dengan harga
tinggi sekehendaknya pada saat masyarakat umum membutuhkan.9
Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk dijual kembali ketika
barang yang ada di pasar mengalami kelangkaan, sehingga barang ini
ditawarkan dengan harga yang tinggi kepada konsumen. Ikhtikar adalah
salah satu aktivitas ekonomi yang dapat menimbulkan distorsi pasar dan
mengandung dosa, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
َ ‫ال‬
َ ‫ر‬
ُ ‫و‬
َ ‫ق‬
َ ‫ق‬
‫ن‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫ل الل‬
ْ ‫م‬
َ ‫و‬
ُ ‫ال َر‬
ْ ‫ع‬
َ :‫م‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ع‬
َ ‫َن‬
َ ‫ه‬
َ ‫ه‬
ْ ‫س‬
ٍ ‫م‬
ِ ‫م‬
َ ‫حتَك َ َر‬
)‫ئ (رواه مسلم‬
ٌ ِ‫و خَاط‬
ْ ‫ا‬.
ُ ‫ف‬
َ ‫ه‬
“Dari Ma’mar ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang
menimbun barang, maka ia bersalah (berdosa)”. (HR.Muslim).10
Hadis di atas tidak ditentukan jenis barang yang dilarang untuk
ditimbun. Terdapat perbedaan dikalangan ulama mengenai barang yang
dilarang untuk ditimbun.
Pendapat yang pertama adalah pendapat dari mazhab Hanafi,
Syafi’i, dan Hanbali. Mazhab ini berpendapat bahwa barang yang dilarang

8

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 133-134
9
E-book: Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Jakarta: PT Erwandi
Tarmizi Konsultan, 2012, hlm. 187
10
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 133

5

untuk ditimbun adalah makanan pokok, didasarkan pada hadis yang
diriwayatkan oleh Umar bin Khattab r.a,
ََ ْ ‫مي‬
َ ,‫م‬
ِ ِ ‫سل‬
ُ ْ ‫ه بِال‬
َ َ‫ن ط‬
ْ ‫نا‬
ُ ‫م‬
ْ ‫م‬
ُ ‫ه الل‬
ُ َ ‫ض َرب‬
ْ ‫ه‬
َ ‫عا‬
ُ ْ ‫حتَك َ َر عَلَى ال‬
َ
ِ ‫جذَام‬
ِ ‫م‬
َ ْ ِ ‫ال‬
ْ ‫و‬
‫س‬
َ
ِ ‫فل‬
“Barang siapa menimbun makanan pokok orang Muslim, niscaya Allah
akan menimpakan kepadanya penyakit kusta dan perdagangannya
bangkrut”. (HR. Ibnu Majah).11
Sedangkan menurut mazhab Maliki, barang-barang yang dilarang
untuk ditimbun adalah apapun jenis barangnya yang menjadi kebutuhan
orang banyak.
c. Zakat, sedekah, nafaqah, warisan, udhhiyyah (kurban), infak, ‘aqiqah,
wakaf, wasiat, dan

musa’adah (bantuan) sebagai sarana untuk

mendistribusikan sebagian kekayaan.
1. Zakat
Zakat adalah kewajiban seorang Muslim untuk menyisihkan
sebagian hartanya, untuk didistribusikan kepada kelompok tertentu (8
ashnaf).12 Dengan adanya zakat dapat membantu masyarakat yang
kurang mampu sehinggga perekonomian masyarakat keadaan stabil
serta dapat mempererat persaudaraan antar sesama umat Islam. Salah
satu hadis yang menganjurkan untuk membayar zakat adalah sebegai
berikut:
Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata, “Rasullulah Saw bersabda:
َ ‫شهادة أَن ل َ إلَه إ َ ّل الله‬
ْ ‫ي‬
‫ن‬
َ ‫م عَلَى‬
ّ ‫وأ‬
ْ ِ َ َ َ :‫س‬
ْ ِ ‫ال‬
َ ِ
ْ ‫خ‬
ُ َ ‫سل‬
َ ُ
َ ِ ‫بُن‬
ٍ ‫م‬
َ ِ‫و إ‬
‫ج‬
‫ء‬
ِ ‫و إِيْتَا‬
َ ‫مدًا‬
ِ ‫الزكَا‬
ّ
ِ َ ‫صل‬
ّ ‫ح‬
َ ‫و‬
َ ‫م‬
ُ ‫و َر‬
ُ ُ ‫سول‬
ّ ‫ح‬
ُ
ّ ‫قام ِ ال‬
َ ،‫ة‬
َ ,‫ة‬
َ ،‫ه‬
َ ُ‫عبْدُه‬
‫ان‬
َ ‫م‬
َ ‫ض‬
ِ ْ ‫الْبَي‬.
َ ‫وم ِ َر‬
َ ‫و‬
ْ ‫ص‬
َ ،‫ت‬
“Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat bahwa tiada tuhan
yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
hamba dan RasulNya, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke
11

E-book: Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Jakarta: PT Erwandi
Tarmizi Konsultan, 2012, hlm. 194
12
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 138

6

Baitullah, dan puasa Ramadhan”. (HR. al-Bukhari, Muslim, dan lainlain).13
Rasulullah bersabda:
‫ه‬
َ ‫ه‬
َ ‫ن‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
َ َ ‫ما ا‬
ِ ‫اس َر‬
َ ‫عب‬
ُ ْ ‫عن‬
ْ ‫ع‬
ُ ‫صلَى الل‬
َ ‫ه‬
ُ ‫ى الل‬
َ ‫ى‬
َ ِ ‫ن النَب‬
َ ‫ض‬
ٍ
ِ ْ ‫َن اب‬
َ ‫ه‬
َ ‫ن‬
‫د‬
َ ْ ‫دي‬
َ ‫ع‬
ِ ‫ث‬
ِ ‫ق‬
َ َ‫ ا‬: ‫ه‬
ِ ْ ‫في‬
ِ ‫ح‬
َ ْ ‫فذَك َ َر ال‬
َ ‫م‬
َ َ‫م ب‬
َ ‫و‬
َ ‫ن الل‬
َ َ ‫عاذًا اِلَى الْي‬
ُ ‫ث‬
َ َ ‫سل‬
َ
ِ ‫م‬
َ
ْ َ‫ن ا‬
َ ‫م‬
َ َ‫صد‬
ْ ‫ا‬
ْ ُ‫م ت‬
َ ‫ؤ‬
ً ‫ق‬
ِ ‫ة‬
ِ ُ‫خذ‬
ُ‫فت ُ َرد‬
ْ ‫م‬
ْ ‫ه‬
ْ ‫ه‬
ْ َ ‫فى ا‬
ْ ‫ه‬
َ ‫م‬
َ ‫فت َ َر‬
َ ‫م‬
ِ ِ ‫غنِيَائ‬
ِ ِ ‫وال‬
ِ ْ ‫ض عَلي‬
َ ‫ف‬
ُ ‫فى‬
)‫م (متفق عليه واللفظ للبخار‬
ِ
ْ ‫ه‬
ِ ِ ‫ق َرائ‬
“Dari Ibn ‘Abbas r.a. bahwasanya Nabi Saw mengutus Muadz ke
Yaman lalu menyebutkan Hadis (sabda Nabi) kepadanya,
“Sesungguhnya Allah mewajibkan kepada mereka sedekah (zakat) dari
harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan
diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka”. (HR. al-Bukhari
dan Muslim, lafal Hadis tersebut riwayat Muslim).14
Apabila seseorang dalam keadaan mampu namun tidak mau
mengeluarkan zakat untuk hartanya, Rasulullah melaknatnya.
Dari al-Ashbahani, dia meriwayatkan dari Ali r.a., dia berkata,
َ ِ ‫م آك‬
ُ ‫و‬
‫و‬
‫ل‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫ل الل‬
َ َ‫ل‬
َ ‫و‬
ُ ‫ن َر‬
َ ‫ع‬
ُ ‫و‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ه‬
ْ ‫م‬
َ ,‫الربَا‬
ّ
َ ‫ه‬
ْ ‫س‬
َ ‫و‬
‫ع‬
ََ ‫م‬
ِ ‫و‬
ِ ‫و‬
ِ ‫شا‬
َ ِ ‫مان‬
ْ ‫م‬
َ ‫و‬
َ ‫ش‬
ُ ْ ‫وال‬
َ ‫اش‬
ُ َ ‫وكَاتِب‬
ُ َ ‫كِل‬
َ ,‫ة‬
ْ َ ‫ست‬
َ ,َ‫مة‬
َ ْ ‫وال‬
َ ,‫ه‬
َ ,ُ‫هدَه‬
َ ,‫ه‬
َ َ‫صد‬
َ ّ ‫حل‬
َ ّ ‫حل‬
‫ه‬
ِ ‫ق‬
َ ‫م‬
َ ‫م‬
ُ َ‫ل ل‬
ُ ْ ‫وال‬
ُ ْ ‫وال‬
ّ ‫ال‬
َ ‫ل‬
َ ,‫ة‬
“Rasulullah Saw melaknat orang yang makan riba, orang yang
memberi makan dari harta riba, saksinya, penulisnya, wanita pembuat
tato di tubuhnya dan yang meminta dibuatkan tato, orang yang
menolak membayar zakat, muhallil (orang yang menghalalkan) dan
muhallal lahu (orang yang dihalalkan untuknya)”.15
2. Sedekah
Sedekah menurut Al Jurjani adalah pemberian yang diberikan
untuk mengharapkan pahala dari Allah SWT. Sedangkan menurut Al
Raghib al Asfahani sedekah adalah harta yang dikeluarkan manusia
13

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj.
Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007, hlm. 133
14
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 138
15
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj.
Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007, hlm. 149

7

untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., seperti zakat. Bedanya
sedekah untuk kategori sunnah dan zakat untuk kategori wajib.16
Secara umum sedekah adalah pemberian yang diberikan baik oleh
orang yang kaya ataupun tidak dengan tujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
Menurut Rasullulah, konsep sedekah dalam Islam ada dua, yaitu
yang pertama adalah amal-amal ibadah seperti tasbih, takbir, tahmid,
tahlil, dan lain sebagainya dan yang kedua adalah memberikan harta
kepada orang yang membutuhkan. Seperti dalam Hadis,
َ
َ
َ
‫م‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫اسا‬
ّ ‫َن أبِى ذ َّر أ‬
َ ‫ص‬
َ ‫و‬
ْ ‫م‬
ً َ‫ن ن‬
ْ ‫ع‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
ِ ‫ح‬
َ ‫ى‬
ْ ‫نأ‬
َ ‫ه‬
ّ ِ ‫اب النّب‬
َ
ُ ‫ه‬
َ ‫س‬
‫ل‬
ْ َ‫ب أ‬
َ َ‫ه ذ‬
ِ ‫ول الل‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
َ ‫ه‬
ُ ‫ يَا َر‬: ‫م‬
َ ‫و‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ى‬
َ ‫ه‬
ّ ِ ‫قالُوا لِلنّب‬

‫وم‬
َ ‫م‬
َ ّ ‫صل‬
ُ ُ ‫ور بِل‬
ُ ‫ص‬
َ َ ‫ون ك‬
ُ ‫صو‬
َ َ ‫ون ك‬
ُ َ ‫ما ن‬
ُ َ ‫وي‬
َ ُ ‫ما ن‬
َ ُ ‫ور ي‬
َ ‫صلّى‬
ِ ‫ج‬
ِ ُ ‫الدّث‬
َ
َ
َ ‫س‬
َ .‫م‬
ُ ِ ‫ون ب‬
ُ ّ‫صد‬
َ ‫ع‬
َ ‫ق‬
‫م‬
ُ ‫ف‬
َ ‫ق‬
َ ‫ج‬
َ ْ‫قد‬
ْ ُ ‫ه لَك‬
ُ ‫ل الل‬
ْ ‫ه‬
ْ ‫ول أ‬
َ ْ ‫ولَي‬
َ َ ‫ويَت‬
َ ‫ أ‬: ‫ال‬
َ ‫م‬
ِ ‫ض‬
َ
ِ ِ ‫وال‬
َ َ‫صد‬
َ َ‫صد‬
ُ ّ‫صد‬
ّ ُ ‫وك‬
ّ ُ ‫وك‬
ّ ُ ‫ن بِك‬
‫ل‬
ٌ ‫ق‬
ً ‫ق‬
ٍ ‫ير‬
ٍ ‫ح‬
ّ ِ ‫ون إ‬
َ ‫ق‬
َ ‫سبِي‬
ْ َ‫ل ت‬
َ ‫ة‬
َ ‫ة‬
ّ َ ‫ما َ ت‬
َ ‫ة‬
َ ِ ‫ل تَكْب‬
َ ‫ة‬
َ ‫ة‬
َ َ‫صد‬
َ َ‫صد‬
َ َ‫صد‬
ّ ُ ‫وك‬
‫ة‬
‫ع ُر‬
ٌ ‫ق‬
ٌ ‫ق‬
ٍ َ ‫هلِيل‬
ٍ َ‫ميد‬
ِ ‫ح‬
ِ
ْ ‫م‬
ْ َ‫ت‬
ْ َ‫ل ت‬
َ ْ ‫م ٌر بِال‬
ْ ‫وأ‬
َ ‫وف‬
َ ‫ة‬
َ ‫ة‬
َ ٌ ‫ق‬
َ ‫ة‬
َ ‫ض‬
َ .ٌ‫قة‬
َ َ‫صد‬
َ َ‫صد‬
‫ يَا‬: ‫قالُوا‬
ٌ ‫ق‬
ِ ‫و‬
ِ ‫ح‬
َ ‫عأ‬
ْ ‫ىع‬
ْ َ ‫ون‬
ْ ُ ‫دك‬
ُ ‫َن‬
َ ‫م‬
َ ‫ر‬
َ ‫ة‬
َ
ٌ ‫ه‬
ٍ َ ‫منْك‬
ِ ْ ُ ‫فى ب‬
َ
َ
ْ َ ‫ول الل‬
َ ‫ج ٌر‬
َ ‫ق‬
َ ‫حدُنَا‬
َ ‫س‬
: ‫ال‬
ِ ‫ه‬
ُ ُ ‫ويَك‬
ِ
ْ ‫ها أ‬
َ ‫ه أيَأتِى أ‬
َ ‫في‬
ْ ‫ش‬
ُ ‫َر‬
ُ َ ‫ون ل‬
ُ َ ‫وت‬
َ ‫ه‬
َ ‫ه‬
َ
َ َ
َ ِ ‫فكَذَل‬
َ ‫و ْز ٌر‬
‫ك إِذَا‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ها‬
َ ‫و‬
ِ ْ ‫ان عَلَي‬
َ َ ‫ح َرام ٍ أك‬
َ ‫فى‬
َ ‫ض‬
َ ْ ‫في‬
َ ‫ع‬
ْ ُ ‫أ َرأيْت‬
َ ‫و‬
ْ َ‫م ل‬
ِ ‫ها‬
َ َ ‫فى الْح َلل كَان ل‬
)‫ج ٌر (رواه مسلم‬
ِ ‫ها‬
َ ‫و‬
ْ ‫هأ‬
َ
َ ‫ض‬
َ ‫ع‬
ُ َ
ِ
َ

“Dari Abu Dzar bahwasanya para sahabat Nabi berkata kepada Nabi
Saw: Wahai Rasulullah, orang-orang yang berharta itu pergi dengan
membawa pahala, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka
berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan
kelebihan harta mereka. Nabi bersabda, “Bukankah Allah telah
menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya tiap
tasbih adalah sedekah, tiap takbir adalah sedekah, tiap tahmid adalah
sedekah, tiap tahlil adalah sedekah, memerintah pada kebajikan adalah
sedekah, mencegah dari kemungkaran juga sedekah, dan mas kawin
salah seorang kalian adalah sedekah.” Mereka bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah jika salah seorang di antara kami bersetubuh
dengan istrinya terdapat sedekah padanya? Rasul menjawab,
“Bagaimana pendapat kalian jika ia melakukannya pada keharaman
(zina) bukankah hal itu mendapatkan hukuman, demikian pula jika

16

E-book: Candra Himawan dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah,
Yogyakarta: Pustaka Albana (Anggota Ikapi), 2013, hlm. 19

8

melakukannya secara halal akan mendapatkan pahala”. (HR.
Muslim).17
Meskipun menganjurkan sedekah dengan takbir, tasbih, tahmid,
tahlil, amar ma’ruf dan nahi mungkar, Rasulullah tidak mencukupkan
sedekah hanya dengan itu, namun Rasulullah juga mendorong
seseorang untuk bersedekah dengan materi, bahkan apabila tidak
mempunyai materi untuk disedekahkan, ia dituntut bekerja agar dapat
memenuhi kebutuhan pribadinya lalu menyedekahkan sebagian
hartanya. Rasulullah bersabda,
َ
َ
‫صلّى‬
ِ ‫س‬
ِ ّ‫جد‬
ِ ‫َن أبِي‬
َ ‫َن‬
َ
ْ ‫هع‬
ْ ‫هع‬
ْ ‫ن أبِي ب ُ ْردَةَ ع‬
ُ ْ ‫عيْدُ ب‬
َ ‫حدّثَنَا‬
َ ‫ي‬
ّ ِ ‫َن النّب‬
َ ‫ف‬
َ ‫ة‬
َ َ‫صد‬
َ ‫م‬
ّ ُ ‫ عَلَى ك‬:‫ال‬
َ ‫ق‬
‫ي‬
ٌ ‫ق‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ْ ‫م‬
َ ‫و‬
ُ ‫ل‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫الل‬
َ ٍ ‫سلِم‬
َ ‫ه‬
ّ ِ ‫قالُوا يَا نَب‬
َ ُ‫صدّق‬
ْ َ‫ع ن‬
َ ْ ‫فيَن‬
َ ‫ه‬
َ ْ‫جد‬
َ ‫ه‬
ُ ‫م‬
َ ‫ق‬
‫قالُوا‬
ِ ‫د‬
ِ َ ‫ل بِي‬
ِ ‫الل‬
ُ ‫ف‬
ْ َ ‫ال ي‬
َ ‫ف‬
ْ ‫م‬
ُ ‫س‬
َ ‫ع‬
ْ َ‫ن ل‬
َ ‫ف‬
َ َ ‫ويَت‬
ِ َ‫م ي‬
َ ‫ه‬
َ ‫قالُوا‬
َ ‫وف‬
َ ْ‫جد‬
َ
َ ‫ق‬
ََ
‫ه‬
ِ ُ ‫ال ي‬
ْ ِ ‫فإ‬
ِ ‫ج‬
ْ ِ ‫فإ‬
ْ‫جد‬
َ ‫حا‬
َ ْ ‫ين ذَا ال‬
ُ ْ ‫مل‬
ُ ‫ع‬
ْ َ‫ن ل‬
َ ْ ‫ة ال‬
ْ َ‫ن ل‬
ِ َ‫م ي‬
ِ َ‫م ي‬
ْ ‫س‬
َ َ‫صد‬
َ ‫الش ّر‬
َ ‫ال‬
َ
ّ
ْ ‫م‬
َ ‫ق‬
‫ة‬
‫َن‬
‫ع ُر‬
ٌ ‫ق‬
ِ ‫م‬
ِ
ْ ‫م‬
ْ َ ‫فلْي‬
َ ّ ‫فإِن‬
ْ ‫كع‬
ُ َ ‫ها ل‬
ْ ُ ‫ولْي‬
َ ْ ‫ل بِال‬
َ ‫ع‬
َ ‫ه‬
َ ‫وف‬
)‫(رواه البخارى‬
“Said ibn Abi Burdah bercerita kepada kami dari ayahnya dari
kakeknya dari Nabi Saw, ia bersabda, “Atas tiap Muslim (dianjurkan)
sedekah”. Para sahabat bertanya, “Wahai Nabi Allah, (bagaimana)
bagi orang yang tidak mendapatkan (harta untuk disedekahkan)? Rasul
menjawab, “Hendaklah ia bekerja lalu membiayai dirinya dan
bersedekah”. Mereka berkata lagi, “Bagaimana kalau ia masih belum
mendapatkannya?” Sabda Nabi, “Hendaklah ia menolong orang yang
membutuhkannya”. Mereka bertanya lagi, “Bagaimana kalau ia masih
belum bisa mendapatkannya?”. Nabi menjawab, “Hendaklah ia
berbuat baik dan mencegah dari kejahatan, karena sesungguhnya ia
adalah sedekah”. (HR. al-Bukhari).18
3. Infak
Adalah sedekah yang diberikan kepada orang lain jika kondisi
keuangan rumah tangga sudah berada di atas nisab. Muslim tidak
dituntut untuk mendistribusikan hartanya untuk infak sebelum

17

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 134-135
18
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 135-136

9

memenuhi kewajiban membayar zakat19, namun demikian Rasulullah
menganjurkan agar seseorang menginfakkan sebagian hartanya secara
ikhlas

serta

sembunyi-sembunyi

sehingga

orang

lain

tidak

mengetahuinnya. Rasulullah bersabda,
‫ه‬
َ ‫ه‬
ُ ‫َن أَبِي‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫ه َري ْ َرةَ َر‬
ْ ‫هع‬
ْ ‫ع‬
ُ ‫صلَى الل‬
ُ ْ ‫عن‬
ُ ‫ي الل‬
َ ‫ي‬
ّ ِ ‫َن النّب‬
َ ‫ض‬
َ ‫م‬
ّ ِ‫م ل َ ظ‬
َ ‫ق‬
‫ل إ ِ ّل‬
ٌ ‫ع‬
ِ ‫عالَى‬
ِ ّ ‫في ظِل‬
َ َ‫ه ت‬
َ ْ ‫سب‬
َ ‫و‬
ُ ّ ‫ة يُظِل‬
َ :‫ال‬
َ ‫و‬
ُ ‫م الل‬
ْ ‫ه‬
َ ّ ‫سل‬
ْ َ‫ه ي‬
َ
َ ‫ل‬
ٌ ‫ج‬
َ َ ‫اب ن‬
َ ‫و‬
ٌ ْ‫عد‬
‫ق‬
َ ‫ام‬
ِ ‫في‬
ِ َ ‫شأ‬
ِ ‫ة الل‬
ِ َ‫عبَاد‬
َ ‫م‬
ُ ‫و َر‬
ّ ‫ش‬
ٌ ‫م‬
ٌ ّ ‫عل‬
ُ ‫ه‬
ُ ُ ‫قلْب‬
َ ِ‫ه إ‬
ُ ّ ‫ظِل‬
َ ‫ه‬
َ ‫ل‬
َ ‫ف ّر‬
َ َ ‫وت‬
‫قا‬
ِ ‫حابّا‬
ِ
ِ ْ ‫عا عَلَي‬
ِ ‫في الل‬
ِ ‫اج‬
َ ‫م‬
ْ ‫ها‬
َ َ‫ن ت‬
ُ ‫و َر‬
َ ‫م‬
َ َ ‫جت‬
َ ْ ‫في ال‬
ِ ‫س‬
َ ‫ه‬
ِ َ ‫جل‬
َ َ‫د‬
َ
َ ‫ف‬
َ ‫ال‬
َ ‫ق‬
ٌ ‫ج‬
‫َاف‬
َ ‫د‬
ُ ‫ال إِنّي أَخ‬
ِ ْ ‫من‬
ِ ْ ‫عَلَي‬
َ ‫و‬
َ ‫ل‬
ُ ‫و َر‬
ُ ‫م َرأةٌ ذ‬
َ ‫ج‬
َ ‫َات‬
ْ ‫ها‬
ُ ْ ‫عت‬
ٍ ‫ص‬
ٍ ‫م‬
َ ‫ب‬
َ ‫ه‬
َ ‫فأَخ‬
َ ‫ة‬
َ َ‫صد‬
ٌ ‫ج‬
‫ما‬
َ ‫ْفا‬
ِ ‫م‬
ٍ ‫ق‬
ْ َ‫ت ل َ ت‬
َ ‫ها‬
ُ ‫و َر‬
ّ ‫ح‬
َ ‫ه‬
ُ ُ ‫مال‬
َ ‫ش‬
َ َ ‫عل‬
َ ‫الل‬
َ ِ ‫صدّقَ ب‬
َ َ‫ل ت‬
َ ‫ه‬
َ ‫ف‬
َ ‫ه خَالِيًا‬
ٌ ‫ج‬
‫عيْنَاهُ (رواه‬
َ ‫ت‬
َ ‫فا‬
ِ ْ ‫تُن‬
ِ َ‫ق ي‬
ُ ‫و َر‬
ْ ‫ض‬
ُ ‫ل ذَك َ َر الل‬
ُ ُ ‫مين‬
ُ ‫ف‬
َ ‫ه‬
)‫البخارى‬
“Dari Abu Hurayrah r.a. dari Nabi Saw, ia bersabda, “Tujuh golongan
yang akan mendapat naungan Allah pada saat tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, seorang pemuda yang
tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Allah, seorang yang hatinya
terikat dengan masjid, dua orang sahabat yang saling mencintai karena
Allah yang berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki
yang diajak (untuk berbuat mesum) oleh seorang perempuan
bangsawan dan cantik lalu (menolaknya seraya) berkata,
‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’, seorang yang bersedekah dan
menyembunyikannya sehingga tangan kiri tidak tahu apa yang
diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berzikir kepada
Allah sendirian lalu meneteskan air matanya”. (HR. al-Bukhari)20
Dari hadis di atas dapat diketahui bahwa apabila seseorang
menginfakkan sebagian hartanya secara sembunyi-sembunyi sehingga
orang lain tidak mengetahui yang diibaratkan dengan apa yang
diberikan tangan kanan tangan kiri tidak mengetahuinya, akan
mendapatkan naungan pada hari kiamat, dimana tidak ada naungan
selain naungan dari Allah SWT bersama dengan enam golongan yang
lain.
19

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 141
20
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 141

10

4. Nafaqah atau nafkah
Adalah sesuatu yang diberikan seseorang kepada orang-orang atau
sesuatu yang menjadi tanggungannya. Nafkah ini ditujukan untuk
enam orang yaitu diri sendiri, istri, suadara, pembantu wanita, budak,
dan hewan peliharaan.21
Seorang kepala rumah tangga berkewajiban memberikan nafkah
kepada orang-orang atau sesuatu yang menjadi tanggungannya.
Rasulullah bersabda:22
َ
‫ه‬
َ ‫ه‬
ُ ‫ع أَبَا‬
ِ ‫س‬
ِ ‫ه َري ْ َرةَ َر‬
ِ ‫س‬
َ ‫م‬
َ ‫ه‬
َ ‫م‬
َ
ُ ْ ‫عن‬
ُ ‫ي الل‬
ُ ّ ‫ب أن‬
ُ ‫عيد بْن‬
ِ ّ ‫سي‬
َ ‫ض‬
َ َ‫صد‬
َ ‫م‬
َ ‫ق‬
‫ان‬
َ :‫ال‬
َ َ ‫ما ك‬
ِ ‫ق‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
َ ‫و‬
َ ‫ة‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
ّ ‫خي ْ ُر ال‬
َ ‫ي‬
َ ‫ه‬
ّ ِ ‫النّب‬
ْ
ُ ‫ع‬
)‫ول (رواه البخارى‬
ِ ‫ر‬
ُ َ‫ن ت‬
ْ ‫م‬
ْ َ‫ظ‬
َ ِ ‫وابْدَأ ب‬
َ ‫غنًى‬
ِ ‫ه‬

‫َن‬
ْ ‫ع‬
‫َن‬
ْ ‫ع‬
‫َن‬
ْ ‫ع‬

“Dari Sa’id ibn al-Musayyab bahwasanya ia mendengar Abu Hurayrah
r.a. dari Nabi Saw ia bersabda, “Sebaik-baik sedekah adalah yang
berasal dari kelebihan kekayaan dan mulailah dari orang yang menjadi
tanggunganmu.” (HR. al-Bukhari).
َ ‫ال‬
َ ‫ان‬
َ ‫و‬
َ ‫ق‬
َ ‫ق‬
:‫م‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫ل الل‬
َ َ ‫وب‬
َ ‫و‬
ُ ‫ال َر‬
ْ ‫ع‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ه‬
َ ‫ه‬
ْ ‫س‬
ْ َ ‫َن ث‬
ُ ‫ف‬
ُ ‫ف‬
ْ َ‫أ‬
ُ ‫ج‬
ُ ‫ض‬
‫ار‬
‫ه‬
ِ ‫ه عَلَى‬
ِ ْ ‫ار يُن‬
ِ ْ ‫ر يُن‬
َ ‫ف‬
ِ ِ ‫عيَال‬
ُ ‫الر‬
ُ ‫ق‬
ُ ‫ق‬
ٌ َ ‫و ِديْن‬
َ ‫ه‬
ٌ َ ‫ل ِديْن‬
ّ
ٍ َ ‫ل ِديْن‬
ُ ‫ف‬
ُ ‫ف‬
ُ ‫ج‬
‫ه عَلَى‬
‫ه‬
ِ ْ ‫ار يُن‬
ِ ‫ه‬
ِ ْ ‫يُن‬
ِ ‫ل الل‬
ِ ِ ‫ل عَلَى دَابّت‬
ُ ‫الر‬
َ ‫فى‬
ُ ‫ق‬
ُ ‫ق‬
ٌ َ ‫و ِديْن‬
َ ‫ه‬
ِ ْ ‫سبِي‬
ّ
َ
)‫ه (رواه مسلم‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ل الل‬
ِ ِ ‫حاب‬
َ ‫ص‬
َ ‫فى‬
ْ ‫أ‬
ِ ْ ‫سبِي‬
“Dari Tsawban katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Dinar paling
utama yang dinafkahkan oleh seseorang adalah dinar yang
dinafkahkan kepada keluarganya dan dinar yang dinafkahkan
seseorang pada binatang yang (dikendarainya) di jalan Allah, serta
dinar yang dinafkahkan pada sahabat-sahabatnya di jalan Allah”. (HR.
Muslim).
َ ‫ال‬
َ َ‫ه َري ْ َرة‬
َ ‫و‬
َ ‫ق‬
َ ‫ق‬
‫ه‬
ُ ‫َن أَبِى‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫ل الل‬
ُ ‫ال َر‬
ْ ‫ع‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ه‬
ْ ‫س‬
ْ ‫ف‬
َ ْ ‫ار أَن‬
ْ ‫ف‬
َ ْ ‫ار أَن‬
‫فى‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ل الل‬
َ ‫فى‬
َ ‫و‬
ُ َ ‫قت‬
ُ َ ‫قت‬
َ ّ ‫سل‬
ٌ َ ‫و ِديْن‬
َ ‫ه‬
ِ ْ ‫سبِي‬
ٌ َ ‫ ِديْن‬: ‫م‬
َ
َ
ْ ‫ف‬
َ ْ ‫ار أن‬
ْ ّ‫صد‬
َ ‫َر‬
‫ه عَلَى‬
ِ ‫ه عَلَى‬
ِ ِ‫ت ب‬
ٍ َ ‫قب‬
َ ‫ق‬
ْ ‫م‬
ُ َ ‫قت‬
َ َ ‫ار ت‬
ٌ َ ‫و ِديْن‬
َ ‫ن‬
ٌ َ ‫و ِديْن‬
َ ‫ة‬
ٍ ْ ‫سكِي‬
َ
َ َ ِ ‫هل‬
َ ِ ‫هل‬
ْ ‫ف‬
َ ْ ‫ذى أَن‬
)‫ك (رواه مسلم‬
ْ َ ‫ه عَلَى أ‬
ْ َ‫أ‬
ِ ّ ‫ج ًرا ال‬
ْ ‫ها أ‬
َ ‫م‬
ُ َ ‫قت‬
ُ َ‫ك أعْظ‬
21

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 136
22
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 136-137

11

“Dari Abu Hurayrah, katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Dinar yang
kamu nafkahkan di jalan Allah, dinar yang kamu nafkahkan kepada
budakmu, dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang-orang
miskin, serta dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, yang
paling besar pahalanya adalah dinar yang dinafkahkan kepada
keluargamu”. (HR. Muslim).
Dari ketiga hadis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nafkan
yang paling utama untuk didahulukan pemberiannya adalah nafkah
untuk keluarga, yang kemudian disusul pemberian nafkah untuk
sahabat, orang miskin, budak, dan binatang peliharaan.
Apabila seseorang memberikan nafkah kepada orang lain, maka
orang tersebut juga akan mendapatkan nafkah dari Allah SWT. Segala
sesuatu yang telah diberikan kepada orang lain tidak lantas hilang
begitu saja, tetapi akan mendapatkan balasan atau ganti dari Allah
SWT baik berupa pahala maupun dalam bentuk materi di lain waktu.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi berikut ini:
َ ‫م‬
َ ‫ق‬
: ‫ال‬
ُ ُ ‫ه َري ْ َرةَ يَبْل‬
ُ ‫َن أَبِى‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ِ‫غ ب‬
َ ‫و‬
ْ ‫ع‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ي‬
َ ‫ه‬
ّ ِ ‫ه النّب‬
َ ْ ‫ق عَلَي‬
َ ‫ار‬
َ
َ ‫ق‬
‫ك (رواه‬
ِ ْ ‫ق أُن‬
ِ ْ ‫م أَن‬
َ َ ‫وت‬
َ َ ‫ن آد‬
َ ْ ‫عالَى يَا اب‬
ْ ‫ف‬
ْ ‫ف‬
ُ ‫ال الل‬
َ ‫ك‬
َ َ ‫ه تَب‬
)‫مسلم‬
“Dari Abu Hurayrah, ia menyampaikan dari Nabi Saw sabdanya,
“Allah Tabaraka wa ta’ala berfirman: “Wahai manusia, nafkahkanlah
(hartamu), niscaya Aku akan memberi nafkah kepadamu”. (HR.
Muslim).23
5. Warisan
Warisan adalah pembagian harta yang ditinggalkan oleh orang
yang sudah meninggal kepada para ahli warisnya. Rasulullah
memerintahkan agar harta warisan didistribusikan kepada yang berhak
menerimanya, sebagaimana sabda Rasulullah:

23

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 137-138

12

َ ‫ال‬
َ ‫اس‬
ُ ‫س‬
َ ‫ق‬
َ ‫ق‬
:‫م‬
َ ‫ن‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫ول الل‬
ّ ‫عب‬
َ ‫و‬
ُ ‫ال َر‬
ْ ‫ع‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ه‬
َ ‫ه‬
ٍ
ِ ْ ‫َن اب‬
َ
َ ‫ى‬
َ ‫ها‬
َ ْ ‫قواَ ال‬
ُ ‫ح‬
‫ر (رواه‬
ِ َ ‫ما ب‬
ْ َ ‫ض بِأ‬
ِ ْ ‫أل‬
ُ ‫ولَى َر‬
ُ ‫ف‬
َ ِ ‫هل‬
َ ‫ف‬
َ ِ ‫ف َرائ‬
ٍ ‫ج‬
ْ ‫ول‬
َ ‫ه‬
َ ‫ق‬
ٍ َ ‫ل ذَك‬
)‫مسلم‬
“Dari Ibn ‘Abbas, katanya Rasulullah Saw bersabda, “Berikanlah harta
warisan kepada yang berhak menerimanya, jika ada sisanya maka
diberikan kepada anak laki-laki yang pertama”. (HR. Muslim)24
Untuk tata cara pembagian harta warisan kebanyakan sudah
ditentukan dalam ayat al-Quran. Oleh karena itu Rasulullah
memerintah supaya pembagian warisan dilakukan berdasarkan
ketentuan ayat-ayat al-Quran, sebagaimana sabda Rasul:
َ ‫ال‬
َ ‫اس‬
ُ ‫س‬
َ ‫ق‬
َ ‫ق‬
:‫م‬
َ ‫ن‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫ول الل‬
ّ ‫عب‬
َ ‫و‬
ُ ‫ال َر‬
ْ ‫ع‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ه‬
َ ‫ه‬
ٍ
ِ ْ ‫َن اب‬
َ ‫ه‬
َ ْ ‫ل ال‬
ْ ‫ا‬
َ ‫م‬
‫ت‬
ْ َ‫ن أ‬
ِ َ ‫ما ت َ َرك‬
ِ ‫اب الل‬
ِ ‫ق‬
َ ْ ‫ال بَي‬
َ ‫ف‬
َ ْ ‫موا ال‬
ُ ‫س‬
ِ َ ‫ض عَلَى كِت‬
ِ ‫ه‬
ِ ِ ‫ف َرائ‬

َ َ ‫فرائِض‬
)‫ل ذَكَر (رواه مسلم‬
ُ ‫ولَى َر‬
ُ
ٍ ‫ج‬
ْ ‫فل‬
َ َ ْ ‫ال‬

“Dari Ibn ‘Abbas, katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Bagilah harta
warisan di antara para ahli waris sesuai ketentuan kitab Allah (alQuran), jika ada sisa yang tertinggal, maka berikan kepada anak lakilaki yang pertama”. (HR. Muslim)25
Dengan adanya hukum waris ini akan mengurangi ketidakadilan
distribusi kekayaan. Hukum waris merupakan alat penimbang yang
sangat kuat dan efektif untuk mencegah pengumpulan kekayaan hanya
pada kalangan tertentu saja saja. Dengan demikian waris bertujuan
untuk menyebarkan luaskan pembagian kekayaan dan mencegah
penimbunan harta dalam bentuk apapun.26
6. Udhiyyah dan ‘aqiqah
Udhiyyah atau qurban adalah menyembelih binatang ternak pada
saat hari raya Idhul Adha dan hari tasyrik dengan tujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara menyedekahkan

24

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 139
25
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 139-140
26
Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi, Yogyakarta: Uin Malang Press (Anggota
IKAPI), 2008, hlm. 67

13

daging-daging kepada pihak-pihak yang membutuhkan misalnya fakir
dan miskin.27
‘Aqiqah (akikah) adalah kegiatan pemotongan kambing untuk anak
yang dilahirkan, satu ekor kambing untuk anak perempuan dan dua
ekor kambing untuk anak laki-laki. Sebagaimana sabda Rasulullah,
ُ
َ ‫ة‬
َ ‫س‬
‫ه‬
ِ ‫ول الل‬
ِ ‫س‬
ِ ّ ‫عبِي‬
ْ ‫م‬
ْ َ ‫ز الْك‬
ُ ‫ع‬
ْ َ ‫قال‬
ّ ‫َن أ‬
ُ ‫ت َر‬
َ ‫ت‬
ْ ‫ع‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ه‬
ٍ ‫م ك ُ ْر‬
ُ َ‫م ي‬
َ ِ ‫َن الْغُلَم‬
ُ ‫ق‬
‫ة‬
ِ ‫مكَا‬
ِ َ ‫اري‬
ِ ْ ‫عَلَي‬
َ ْ ‫َن ال‬
َ ‫و‬
ُ ‫ان‬
َ ّ ‫سل‬
َ ‫ان‬
ِ َ ‫فئَت‬
ِ َ ‫شات‬
َ ‫ه‬
ِ ‫ج‬
ِ ‫وع‬
ِ ‫ ع‬: ‫ول‬
َ
)‫شاةٌ (رواه ابو داود‬
“Dari Umm Kurz al-Ka’biyyah, katanya, aku mendengar Rasulullah
Saw bersabda, “(Akikah) itu untuk anak laki-laki dua ekor kambing
dan untuk anak perempuan satu ekor kambing”. (HR. Abu Dawud)28
7. Waqaf
Adalah menahan suatu benda untuk diambil manfaatnya untuk
kepentingan umum sesuai dengan syariat Islam. Wakaf dianjurkan
untuk dilaksanakan dalam rangka untuk memberikan manfaat kepada
masyarakat,

misalnya

wakaf

untuk

tempat

ibadah,

lembaga

pendidikan, panti asuhan yatim piatu, panti jompo, dan lain
sebagainya.
َ َ ‫خيب ر‬
َ َ ‫ق‬
َ ‫م َر‬
‫ي‬
ُ ‫اب‬
ُ ‫ن‬
ً ‫م ُر أ َ ْر‬
َ ‫ص‬
َ ‫ع‬
َ ‫ع‬
َ ‫ال أ‬
َ َ ْ َ ِ ‫ضا ب‬
ّ ِ ‫فأتَى النّب‬
ِ ْ ‫َن اب‬
ِ ‫ع‬
ْ
َ ‫ف‬
َ ‫ها‬
َ ‫س‬
َ ‫ق‬
‫ه إِنّى‬
ِ ُ‫م ُره‬
ِ ‫ول الل‬
ِ ‫ستَأ‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ُ ‫ال يَا َر‬
َ ْ ‫في‬
ْ َ‫م ي‬
َ ‫و‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ
َ ‫ه‬
َ
ُ
َ
َ
ّ ‫ق‬
َ ‫ه‬
َ ْ ‫و أن‬
َ ً ‫مال‬
‫ما‬
َ ِ ‫ضا ب‬
ِ ‫س‬
ُ ‫ط‬
ً ‫ت أ ْر‬
ِ ‫دى‬
ِ ْ ‫عن‬
ِ ‫مأ‬
ْ ‫ص‬
ُ ْ ‫صب‬
َ ‫ف‬
ُ ْ ‫من‬
َ ‫ب‬
ْ َ ‫خيْب َ َر ل‬
ُ ‫ف‬
َ ‫أ‬
َ ‫ه‬
َ
ْ
َ .‫ها‬
ْ ّ‫صد‬
َ ‫ه‬
َ ‫ق‬
َ ‫ق‬
‫ال‬
ِ ‫ن‬
ْ ِ ‫ إ‬: ‫ال‬
ِ ِ ‫م ُرنِى ب‬
َ ‫ت‬
َ ‫ق‬
َ ‫س‬
َ ْ ‫شئ‬
َ ِ‫ت ب‬
َ َ ‫صل‬
ْ َ ‫حب‬
ُ ‫تَأ‬
َ َ ‫وت‬
ْ ‫تأ‬
َ ‫ها‬
َ ُ ‫عمر أَنّه ل َ يبا‬
َ ‫ول‬
َ
ُ ‫ور‬
ُ ‫ول َ يُبْتَا‬
َ ُ
َ ُ ‫صل‬
َ ِ ‫صدّقَ ب‬
ُ
ْ ‫عأ‬
َ َ ‫فت‬
َ ‫ث‬
َ ُ ‫ول َ ي‬
َ ‫ع‬
َ ‫ها‬
ُ َ ُ ‫ها‬
)‫ب (رواه مسلم‬
َ ‫يُو‬
ُ ‫ه‬
“Dari Ibn ‘Umar katanya, Umar mendapatkan tanah di Khaybar lalu ia
mendatangi Nabi Saw meminta agar Nabi memerintahkan sesuatu
tentangnya. Ia berkata, wahai Rasulullah, aku mendapatkan tanah di
Khaybar, maka apa yang akan engkau perintahkan padaku tentangnya?
Rasul bersabda, “Jika kamu mau kamu tahan pokoknya dan
bersedekahlah dengannya.” Kata Ibn ‘Umar, maka ‘Umar pun
27
E-book: M. Syafi’i Hadzami, Taudhihul Adhillah: Penjelasan tentang Dalil-dalil
Muamalah (Muamalah, Nikah, Jinayah, Makanan/ Minman, dan Lain-lain), Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2010, hlm. 345
28
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 142

14

bersedekah dengannya tapi ia tidak menjual asal (pokok)-nya, tidak
mewariskan, dan tidak menghibahkan”. (HR. Muslim)29
Jadilah ‘Umar mewaqafkan tanah tersebut, tidak menjualnya juga
tidak mewariskannya kepada siapapun. Buah dari tanaman yang
tumbuh di tanah tersebut hasilnya dibagikan kepada fakir miskin,
kerabat, musafir, dan untuk menjamu tamu-tamu.30
8. Wasiat
Wasiat merupakan pendistribusian harta kepada orang lain setelah
pemilik harta tersebut meninggal dunia. Untuk harta yang diwasiatkan
maksimal 1/3 dari harta yang diwariskan. Ditegaskan dalam hadis
riwayat Mu’adz bin Jabal bahwa Rasululullah Saw bersabda,
“Sesungguhnya Allah (memperbolehkan) kepadamu sedekah dengan
sepertiga hartamu pada saat ajal akan menjemputmu, sebagai suatu
tambahan terhadap kebaikan-kebaikanmu”.31
9. Musa’adah
Musa’adah merupakan bantuan yang diberikan kepada orang lain
yang sedang terkena musibah atau mengalami kesulitan dan ini
merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw.
Rasulullah bersabda,
َ ‫ال‬
َ َ‫ه َري ْ َرة‬
ُ ‫س‬
َ ‫ق‬
َ ‫ق‬
‫ه‬
ُ ‫َن أَبِى‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫ول الل‬
ُ ‫ال َر‬
ْ ‫ع‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ه‬
ّ َ ‫ب الدّنْيَا ن‬
ّ َ‫ن ن‬
ْ ‫م‬
‫ه‬
ً َ ‫ن ك ُ ْرب‬
ِ ‫ة‬
ِ ‫ؤ‬
ْ ‫م‬
ْ ‫سع‬
ْ ‫م‬
َ ‫و‬
ُ ‫س الل‬
ُ ‫َن‬
َ :‫م‬
َ ّ ‫سل‬
ِ ‫ن ك ُ َر‬
َ ‫ف‬
َ ‫ف‬
َ
ٍ ‫م‬
‫س َر‬
َ
ً َ ‫ه ك ُ ْرب‬
ِ ْ ‫وم ِ ال‬
ِ ‫ع‬
ِ ‫م‬
ِ ‫ة‬
ْ ‫م‬
ّ َ‫ر ي‬
ّ َ‫ن ي‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
ُ ‫س َر عَلَى‬
َ ‫و‬
َ ‫قيَا‬
ُ ْ ‫عن‬
ِ ‫ن ك ُ َر‬
َ ‫ة‬
ْ َ‫ب ي‬
ٍ ‫س‬
‫فى‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫واخ‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫خ َر‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
َ ‫ما‬
ْ ‫م‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
ُ ‫ست َ َرهُ الل‬
ً ِ ‫سل‬
ُ ‫ست َ َر‬
َ ‫و‬
ُ ‫الل‬
َ ‫ة‬
َ ‫فى الدّنْيَا‬
‫ن‬
ِ ُ‫عبْد‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫واخ‬
َ َ ‫ما ك‬
ِ ْ ‫عب‬
ِ ‫خ َر‬
َ ْ ‫ان ال‬
َ ْ ‫ن ال‬
َ ‫د‬
ُ ‫والل‬
ِ ‫َو‬
ْ ‫فى ع‬
ِ ‫َو‬
ْ ‫فى ع‬
َ ‫ة‬
َ ‫الدّنْيَا‬
)‫ه (رواه مسلم‬
ِ َ‫أ‬
ِ ‫خي‬
“Dari Abu Hurayrah katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa
meringankan duniawi dari seorang mukmin, maka Allah akan
meringankan darinya kesusahan akhirat, barangsiapa mempermudah
29

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 143
30
E-book: Puspa Swara dan Syamsul Rizal Hamid, 1500++ Hadis & Sunah Pilihan ,
Puspa Swara, 2017, hlm. 159.
31
E-book: Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi, Ensiklopedia Imam Syafi’i, Jakarta
Utara: Hikmah, 2008, hlm. 234

15

orang yang mendapat kesulitan, maka Allah akan mempermudahnya di
dunia dan akhirat, dan barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim,
maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah akan
menolong seorang hamba selama hamba itu suka menolong
saudaranya”. (HR. Muslim)32
d. Distribusi hasil kekayaan berasal dari usaha yang baik
Menurut Rasulullah, harta yang didistribusikan haruslah berasal
dari usaha yang baik. Apabila seseorang mendistribusikan hartanya baik
melalui zakat, infak, sedekah, dan lain sebagainya berasal dari harta yang
tidak baik (haram) maka itu tidak ada gunanya di hadapan Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah,
َ ‫ال‬
َ ‫ه‬
ُ ‫س‬
َ ‫ق‬
َ ‫ق‬
‫صلّى‬
َ ‫ه‬
ُ ‫َن أَبِى‬
ِ ‫ول الل‬
ِ ‫ه َري ْ َرةَ َر‬
ُ ‫ال َر‬
ْ ‫ع‬
ُ ْ ‫عن‬
ُ ‫ي الل‬
َ ‫ه‬
َ ‫ض‬
َ ‫ول‬
ِ ‫ة‬
ٍ ‫م َر‬
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
َ ِ ‫صدّقَ ب‬
ْ َ‫ن ك‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
َ ‫و‬
ْ َ‫ل ت‬
َ :‫م‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫الل‬
ٍ ّ ‫ب طَي‬
ٍ ‫س‬
َ َ‫ن ت‬
َ ‫ب‬
ِ ْ‫عد‬
َ ‫ه‬
َ َ ‫ه يَت‬
ْ َ‫ي‬
ُ َ ‫قب‬
‫ه‬
ِ ‫صا‬
ِ ِ ‫حب‬
ِ ِ ‫من‬
ِ َ ‫ها بِي‬
ّ ِ ‫وإ‬
َ ّ ‫ه إ ِ ّل الطّي‬
َ ْ ‫م ي ُ َربّي‬
َ ُ ‫قبّل‬
ّ ُ‫ه ث‬
َ ‫ن الل‬
ُ ‫ل الل‬
َ ِ ‫ها ل‬
َ ‫ب‬
َ
َ ‫م‬
َ ْ ‫مث‬
‫ل (متفق عليه‬
ِ ‫ون‬
َ ُ ‫حتّى تَك‬
َ ْ ‫ل ال‬
َ ُ ‫وه‬
َ ‫ما ي ُ َربّي أ‬
ْ ُ ‫حدُك‬
َ َ‫ك‬
ِ َ ‫جب‬
ّ ُ ‫فل‬
)‫واللفظ للبخرى‬
“Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa
bersedekah dengan sekantong kurma yang diperoleh dari hasil usaha yang
baik dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya
Allah menerima dengan tangan kanan-Nya kemudian Ia menumbuhkan
bagi pemiliknya sebagaimana salah seorang di antara kalian membesarkan
anak unta hingga (tampak) seperti gunung”. (HR. Bukhari Muslim dengan
redaksi Bukhari)33
Dalam Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw
bersabda,
َ ‫في‬
‫ان‬
َ َ ‫وك‬
ِ ْ ِ ‫ه‬
ِ ِ ‫صدّقَ ب‬
ْ ‫هأ‬
َ ً ‫مال‬
َ ‫م‬
َ ‫ن‬
ْ ُ ‫م يَك‬
ْ ‫م‬
ُ َ‫ن ل‬
ْ َ‫ ل‬, ‫ه‬
ّ ُ ‫ما ث‬
ً ‫ح َرا‬
َ ‫ع‬
َ ‫ج‬
َ
َ َ‫م ت‬
َ , ‫ج ٌر‬
‫ه‬
ِ ْ ‫ص ُرهُ عَلَي‬
ْ ِ‫إ‬
“Barangsiapa mengumpulkan harta yang haram, kemudian dia bersedekah
dengannya, maka dia tidak mendapatkan pahala dan memikul dosanya.

32

Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 144
33
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 145

16

Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam shahih
keduanya dan al-Hakim.34
e. Harta yang didistribusikan menjadi milik orang yang menerima
Apabila seseorang telah mendistribusikan sebagian hartanya untuk
orang lain, maka harta itu telah menjadi hak milik orang yang meneima
dan tidak dapat diminta atau di tarik kembali. Rasulullah mengibaratkan
orang yang menarik kembali harta yang sudah diberikannya dengan seekor
anjing yang muntah dan memakannya kembali. Sebagaimana Hadis,
َ ‫عَن بكَي‬
ُ َ‫ب ي‬
ُ ‫ق‬
‫ن‬
ِ ‫س‬
ِ ‫س‬
ِ ‫س‬
ْ ‫م‬
َ ‫م‬
ُ ‫ع‬
َ ْ ‫ت اب‬
َ ‫ول‬
َ ‫م‬
َ ْ ‫عيْدَ ب‬
َ ‫ع‬
َ ‫ه‬
ُ ْ ‫ن ال‬
ُ ّ ‫ر أن‬
ِ ّ ‫سي‬
ٍ ْ ُ ْ
ُ َ‫م ي‬
ُ َ ‫اس ي‬
ُ ‫ق‬
َ ‫س‬
ُ ‫ق‬
: ‫ول‬
َ
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ِ ‫ول الل‬
ِ ‫س‬
ْ ‫م‬
ّ ‫عب‬
ُ ‫ع‬
َ ‫و‬
ُ ‫ت َر‬
َ ‫ول‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫صلّى الل‬
َ ‫ه‬
َ ‫ه‬
ٍ
َ َ‫صد‬
َ َ‫صد‬
ُ َ ‫مث‬
‫ب‬
ِ ُ‫عود‬
ِ ِ ‫قت‬
ٍ ‫ق‬
ِ ّ ‫ل ال‬
ُ َ‫م ي‬
َ َ‫ه ك‬
ّ ُ‫ة ث‬
َ ‫ما‬
َ ّ ‫إِن‬
ِ ْ ‫ل الْكَل‬
َ ‫فى‬
َ ِ ‫صدّقُ ب‬
َ َ ‫ذى يَت‬
ِ َ ‫مث‬
َ َ ‫ل‬
ُ ُ ‫م يَأْك‬
ِ َ‫ي‬
ُ‫قيْأه‬
ّ ُ ‫قىءُ ث‬
)‫(رواه مسلم‬
“Dari Bukayr bahwasanya ia mendengar Sa’id ibn al-Musayyab berkata:
Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan
orang yang bersedekah kemudian meminta kembali sedekahnya itu,
seperti seekor anjing yang muntah kemudian memakan muntahannya itu”.
(HR. Muslim)35
f. Waktu distribusi yang paling baik saat masih sehat, mempunyai sifat kikir,
dan mencintai dunia
Ketika manusia dalam keadaan sehat dan cinta terhadap dunianya
(hartanya) melebihi cintanya terhadap akhirat, biasanya sifat enggan dan
keberatan untuk mengeluarkan sebagian hartanya tinggi pada saat itu.
Namun, ketika kematian didepan mata, ajal hampir menjemput sedekah itu
tidak banyak berarti kecuali warisan dan wasiat yang memang diberikan
ketika menjelang ajal tiba. Rasulullah bersabda,
َ ‫ه‬
ٌ ‫ج‬
َ ‫ق‬
‫صلّى‬
َ ‫ه‬
ُ ‫َن أَبِى‬
ِ ‫ه َري ْ َرةَ َر‬
ُ ‫جاءَ َر‬
َ ‫ال‬
ْ ‫ع‬
ُ ْ ‫عن‬
ُ ‫ي الل‬
َ ‫ي‬
ّ ِ ‫ل إَلَى النّب‬
َ ‫ض‬
َ
َ ‫ق‬
َ ‫ول الل‬
َ ‫ج ًرا‬
َ ‫ف‬
َ ‫م‬
َ ‫ق‬
َ ‫س‬
َ ‫ق‬
‫ال‬
ِ َ َ‫صد‬
ِ
ِ ْ ‫ه عَلَي‬
ْ ‫مأ‬
ُ ‫ار‬
َ ‫و‬
ُ َ‫ة أعْظ‬
ّ ‫هأ‬
َ ّ ‫سل‬
ُ ‫الل‬
ّ ‫ي ال‬
َ َ ‫ال ي‬
َ ‫ه‬
ْ
َ َ‫ أَن تَصدق‬:
َ ‫ول‬
ْ ‫ف‬
َ ْ ‫ْشى ال‬
ُ ‫م‬
َ ‫ح تَخ‬
َ ‫ح‬
ِ ‫ل ال‬
ِ ‫ش‬
ِ ‫ص‬
ْ
ٌ ْ ‫حي‬
ٌ ْ ‫حي‬
ّ َ
َ ْ ‫وأن‬
ُ ‫وتَأ‬
َ ‫ت‬
َ ‫غنَى‬
َ ‫ق َر‬
َ
34

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib, terj.
Izzudin Karimi, Mustofa Aini, dan Kholid Samhudi, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007, hlm. 241
35
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, cet. ke-2, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015, hlm. 145

17

َ ‫و‬
ُ ِ ‫ول‬
ُ ِ‫ت ل‬
ُ ‫وم‬
ُ ْ ‫حل‬
ُ ‫ه‬
ْ‫قد‬
ُ ْ ‫َت ال‬
َ ‫ل‬
َ ْ ‫قل‬
َ ‫ق‬
ْ ‫حتّى إِذَا بَلَغ‬
ْ َ‫ت‬
َ ‫ن كَذَا‬
ٍ َ ‫فل‬
َ ‫ن كَذَا‬
ٍ َ ‫فل‬
ِ ‫م‬
ُ ِ ‫ان ل‬
)‫ن (رواه البخارى‬
َ َ‫ك‬
ٍ َ ‫فل‬
“Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Seorang laki-laki datang kepada Nabi
Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar
pahalanya? Rasulullah menjawab, “Kamu bersedekah sedangkan kamu
dalam keadaan sehat dan kikir, kamu takut kefaakiran dan ingin kaya, dan
jangan menunda-nunda hingga nyawa sampai tenggorokan kemudian
kamu berkata: harta ini untuk si anu, yang ini untuk si anu, padahal si anu
itu sudah mempunyai bagian sendiri”. (HR. al- Bukhari)36
Oleh karena itu Rasulullah melarang manusia untuk terlalu
mencintai hartanya. Karena harta yang dimiliki tidak akan dibawa mati.
Menurut Rasulullah harta seseorang tidak lebih dari tiga kategori, yaitu
sebagai sesuatu yang dimakan, dipaki, dan diberikan kepada orang lain.
Sebagaimana Hadis dari Abu Hurayrah r.a., dia Rasulullah Saw bersabda,
ُ َ‫ي‬
َ َ ‫ما أَك‬
ُ ‫ق‬
‫ل‬
ٌ َ ‫ه ثَل‬
ِ ِ ‫مال‬
ِ ‫ه‬
َ ْ ‫ول ال‬
ْ ‫م‬
َ :‫ث‬
َ ‫ن‬
ُ َ ‫ما ل‬
َ ّ ‫ إِن‬, ‫ي‬
َ ‫ى‬
َ ُ‫عبْد‬
ْ ِ ‫مال‬
ْ ِ ‫مال‬
َ
َ َ ‫ أَو لَيس‬, ‫فنَى‬
َ ِ ‫وى ذَال‬
ْ ‫فا‬
َ ‫و أَعْطَى‬
ْ َ ‫فأ‬
َ
‫ك‬
ِ ‫ما‬
َ ‫و‬
َ ْ ْ
َ ‫س‬
َ , ‫قتَنَى‬
ْ ‫ أ‬, ‫فأبْلَى‬
َ
‫اس‬
ّ ‫ه لِلن‬
ِ