PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM DI JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

  

PERSEPSI MAHASISWA

TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK LABORATORIUM DI JURUSAN

KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

Musiana 1 Ratna Dewi Hussein 2 1,2

  Dosen Jurusan Keperawatan Tanjungkarang e-mail: musiana74@gmail.com

  Abstrak: Persepsi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Praktik Laboratorium Di Jurusan

Keperawatan Tanjungkarang. Pelaksanaan pembelajaran praktik laboratorium di Jurusan Keperawatan

Tanjungkarang terutama pada mata kuliah yang menuntut kemampuan psikomotor menurut persepsi dosen masih banyak didapatkan mahasiswa yang kurang terampil dan tidak memahami prinsip atau

critical point prosedur keterampilan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran praktik laboratorium di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang. Jumlah responden sebanyak 203 orang. Hasil penelitian didapat persepsi mahasiswa terhadap perencanaan pembelajaran sebagian besar dalam kategori tidak baik (50,2%), terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium oleh instruktur sebagian besar baik (62,6%), terhadap metode pembelajaran baik (61,1%), dan terhadap sarana dan prasarana laboratorium sebagian besar baik (54,7%).

  Kata Kunci: persepsi, pembelajaran laboratorium

  Laboratorium adalah ruangan yang dirancang sesuai kebutuhan untuk melakukan aktifitas yang berkaitan dengan fungsi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Pusdiknakes, 2009). Menurut Rahayuningsih dan Dwiyanto (2005), laboratorium dibangun berdasarkan kesadaran penuh bahwa pembelajaran di laboratorium mempunyai posisi penting dalam pendidikan kerena mencakup tiga ranah sekaligus yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

  Pendidikan tenaga kesehatan merupakan pendidikan yang diharapkan menghasilkan lulusan dengan keterampilan khusus (spesifik), untuk itu kurikulum pendidikan tenaga kesehatan memuat kurikulum inti maksimal 80% dan kurikulum institusi minimal 20%. Struktur program pendidikan tenaga kesehatan memuat 40% kandungan materi teori dan 60% materi praktik, sehingga laboratorium memegang peranan penting dalam pencapaian kompetensi yang disyaratkan dalam kurikulum (Pusdiknakes, 2009). Pengalaman belajar praktik di laboratorium yang lebih menekankan pada penguasaan aspek keterampilan merupakan tahapan proses pembelajaran yang penting dalam memberikan bekal dan mempersiapkan peserta didik sebelum melaksanakan praktik pada situasi nyata di rumah sakit ataupun di masyarakat. Kelebihan sistem pembelajaran di laboratorium menurut Agni dkk (2000) antara lain peserta didik dapat berlatih keterampilan dengan cara trial and error sampai betul-betul terampil dan keterampilan yang sulit serta panjang prosesnya dapat dipecah menjadi beberapa tahap kemudian dilatih tahap demi tahap.

  Beberapa permasalahan yang sering ditemukan di lahan praktek berhubungan dengan pembelajaran laboratorium diantaranya dikemukakan oleh Khudhoifah (2006, dikutip dalam Roni, 2011) yang menyatakan bahwa mahasiswa Akper belum mempunyai kemampuan yang cukup dalam menerapkan keterampilan keperawatan yang diperoleh selama pendidikan, mahasiswa Akper memiliki pengetahuan tapi kurang dalam keterampilan.

  Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tujuan pembelajaran di laboratorium dapat tercapai dengan optimal, yaitu: jumlah peserta didik dalam satu kelompok, rasio instruktur dengan peserta didik, rasio alat dan bahan praktik dengan jumlah peserta didik, kesempatan yang diberikan pada peserta didik untuk melaksanakan praktik sesuai dengan jumlah jam pembelajaran, pemilihan metode yang sesuai, dan ketersediaan materi ajar praktik di laboratorium berupa pedoman praktik atau modul praktik (Pusdiknakes, 2009).

  Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang merupakan institusi pendidikan tenaga kesehatan yang memiliki visi menjadi pendidikan tinggi kesehatan yang profesional, unggul dan mandiri. Hal ini dikarenakan tuntutan dari pasar/user/pengguna bahwa seresponden tenaga kesehatan harus mempunyai ketrampilan yang baik sebelum dia lulus dari pendidikan.

50 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 49-55

  Jurusan Keperawatan Tanjungkarang merupakan salah satu jurusan yang ada di lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang yang menyelenggarakan program pendidikan Diploma III dan Diploma IV Keperawatan dimana pada setiap semesternya terdapat mata kuliah dengan muatan praktik laboratorium. Bila dilihat dalam struktur program D-III dan D-IV Keperawatan terlihat bahwa hampir semua mata kuliah memiliki muatan praktik laboratorium, dan bila diklasifikasikan secara umum maka akan terdapat dua kategori yaitu kelompok pertama adalah mata kuliah yang benar-benar memanfaatkan laboratorium sebagai penunjang untuk meningkatkan kemampuan psikomotor mahasiswa seperti mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM), Keperawatan Medikal Bedah (KMB), Keperawatan Maternitas, Keperawatan Anak, Keperawatan Gawat Darurat, dan Keperawatan Kritis. Kelompok berikutnya adalah kelompok mata kuliah yang pelaksanaan pembelajaran laboratoriumnya dapat dilaksanakan secara klasikal dan sifatnya soft skill seperti mata kuliah Etika Keperawatan, Keperawatan Profesional, Komunikasi Keperawatan, Bahasa Inggris dan sebagainya.

METODE PENELITIAN

  Pelaksanaan pembelajaran praktik laboratorium di Jurusan Keperawatan terutama pada mata kuliah yang menuntut kemampuan psikomotor sudah diupayakan agar dapat mencapai hasil yang optimal seiring dengan tuntutan masyarakat terhadap mutu institusi pendidikan sebagai institusi penghasil tenaga kesehatan. Rasio jumlah mahasiswa dengan instruktur dan dosen untuk setiap kelas yaitu 1:8-10 sedangkan rasio alat dan bahan praktik dengan mahasiswa adalah 1:5 untuk alat-alat instrumen standar, sedangkan untuk alat peraga rasionya adalah 1:10-20.

  Proses pembelajaran laboratorium yang dilakukan menurut persepsi dosen dianggap sudah sesuai dengan ketentuan dan standar proses pembelajaran dimana proses pembelajaran diawali dengan simulasi dilanjutkan dengan demonstrasi (re-simulasi), selain itu juga sudah tersedia pedoman praktik laboratorium sebagai panduan bagi mahasiswa namun fenomena yang ditemukan pada saat ujian praktik di laboratorium, masih banyak didapatkan mahasiswa yang kurang terampil dan bahkan tidak memahami prinsip atau critical point prosedur keterampilan padahal seyogyanya keterampilan tersebut sudah mereka kuasai dengan baik karena sudah melalui proses bimbingan di laboratorium dan juga sudah melaksanakan praktik klinik di rumah sakit, beberapa mahasiswa bahkan harus diulang kembali proses ujiannya (remedial) di

  Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran penciuman, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meski objeknya sama. Dalam proses pembelajaran melibatkan interaksi antara dosen dan mahasiswa, sehingga dipandang perlu untuk juga mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran laboratorium di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran praktik laboratorium di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran (dosen, instruktur, metode serta sarana dan prasarana) dan penilaian hasil pembelajaran praktik laboratorium di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross

  sectional. Waktu penelitian berlangsung dari bulan

  Agustus sampai dengan September 2014 di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester III dan semester V Prodi Diploma III Keperawatan Tanjungkarang sebanyak 226 mahasiswa. Pengambilan sampel menggunakan total populasi, dari keseluruhan populasi sebanyak 208 responden yang berpartisipasi, 5 diantaranya tidak menjawab pertanyaan dengan lengkap, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 203 responden.

  Responden yang menjadi subyek penelitian terlebih dahulu dijelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian, tidak ada paksaan terhadap responden, responden yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani lembar persetujuan dan kemudian mengisi lembar kuesioner. Nama responden tidak dicantumkan dalam penelitian, dan jawaban responden tidak akan berpengaruh pada penilaian prestasi belajar responden sebagai mahasiswa.

  Variabel penelitian yang diteliti terdiri dari tiga variabel utama yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Variabel pelaksanaan pembelajaran terdiri dari sub variabel yaitu dosen, instruktur, metode dan sarana prasarana.

  Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden dan meminta responden untuk mengisi kuesioner dengan cara memberi tanda ceklist

  (√) pada kolom yang disediakan. Pilihan jawaban yang disediakan yaitu:

  Ujiani, Hubungan Antara Usia Dan Jenis Kelamin Dengan Kadar Kolesterol Penderita Obesitas 51

  Kuesioner berisi 35 pertanyaan yang terbagi Tabel 1 dalam 3 sub variabel yaitu sub variabel perencanaan Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran laboratorium 3 pertanyaan (pertanyaan perencanaan pembelajaran laboratorium di Jurusan nomor 1,2, dan 3), sub variabel pelaksanaan Keperawatan Tanjungkarang Tahun 2014 pembelajaran laboratorium 27 pertanyaan terdiri dari ( n = 203 ) 8 pertanyaan tentang dosen (pertanyaan nomor Persepsi Mahasiswa Terhadap Jumlah

  4,5,6,7,8,9,10,11), 8 pertanyaan tentang instruktur Perencanaan Frekuensi Persentase (%) (pertanyaan nomor 12,13,14,15,16,17,18,19), 4 Tidak baik 102 50,2 Baik 101 49,8 pertanyaan tentang metode (pertanyaan nomor Jumlah 203 100

  20,21,22,23), dan 7 pertanyaan tentang sarana dan prasarana (pertanyaan nomor 24,25,26,27,28,29,30), Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dan sub variabel penilaian hasil pembelajaran persepsi mahasiswa terhadap perencanaan laboratorium 5 pertanyaan (pertanyaan nomor pembelajaran laboratorium sebagian besar dalam

  31,32,33,34, dan 35). Uji validitas alat pengumpul kategori tidak baik yaitu sebanyak 102 responden data menggunakan Pearson Product Moment (r), (50,2%). dasar pengambilan keputusan adalah valid jika

  3. Persepsi terhadap pelaksanaan pembelajaran

  r hitung ≥ r tabel dan tidak valid jika r hitung<r tabel

  laboratorium

  dengan taraf signifikan 5% (Hastono, 2001:49). Uji Persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan validitas kuesioner dilakukan di Prodi Diploma III pembelajaran laboratorium di Jurusan Keperawatan

  Keperawatan Kotabumi dengan 30 responden, maka Tanjungkarang yang terdiri dari sub variabel: dosen, dengan menggunakan rumus df= n-2, dengan instruktur, metode, sarana dan prasarana, dijelaskan perhitungan 30-2=28 pada tingkat kemaknaan 5%, pada tabel dibawah ini: diperoleh angka r tabel=0,374. Hasil uji validitas kuesioner, dari 35 pertanyaan tentang persepsi

  Tabel 2 mahasiswa memiliki r hitung > r tabel, yang berarti Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap bahwa 35 pertanyaan tersebut valid dan layak untuk pelaksanaan pembelajaran laboratorium di Jurusan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil uji

  Keperawatan Tanjungkarang Tahun 2014 reliabilitas didapatkan nilai r Alpha (0, 916) lebih ( n = 203 ) besar dibandingkan dengan nilai r tabel 0,374, maka

  35 pertanyaan di atas reliable dan digunakan dalam Persepsi Mahasiswa Jumlah penelitian. Terhadap Penilai Frekuensi Persentase (%) Analisis data semua variabel penelitian dan Baik 125 61,6 sub variabelnya menggunakan analisis univariat. Tidak baik Jumlah 203 100 78 38,4

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Persepsi Mahasiswa Terhadap Jumlah Pelaksanaan Frekuensi P Persentase(%) HASIL Baik Dosen 95 46,8

  1. Karakteristik responden Tidak Baik 108 53,2

  Karakteristik responden berdasarkan umur Instruktur Jumlah 203 100 sebagian besar responden (51,2%) berusia 19 tahun, Baik 127 62,6 jenis kelamin 55,2% responden adalah wanita, dan Tidak Baik Jumlah 203 100 76 37,4 57,6% merupakan mahasiswa tingkat II. Metode

  2. Persepsi terhadap perencanaan pembelajaran Tidak Baik Baik 124 61,1 79 38,9 laboratorium Jumlah 203 100

  Gambaran persepsi mahasiswa terhadap Sarana dan Prasarana Baik 111 54,7 perencanaan pembelajaran laboratorium di Jurusan Tidak Baik 92 45,3 Keperawatan Tanjungkarang diuraikan pada tabel Jumlah 203 100 berikut:

  Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh dosen sebagian besar dalam kategori tidak baik yaitu sebanyak 108 responden (53,2%), persepsi terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh instruktur sebagian besar dalam

  52 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 49-55

  persepsi terhadap metode pembelajaran laboratorium sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 124 responden (61,1%), dan persepsi terhadap sarana dan prasarana pembelajaran laboratorium sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 111 responden (54,7%).

  4. Persepsi terhadap penilaian pembelajaran laboratorium

  Persepsi mahasiswa terhadap penilaian pembelajaran laboratorium di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang dijelaskan pada tabel berikut :

  Tabel 3 Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium di Jurusan

  Keperawatan Tanjungkarang Tahun 2014 ( n = 203 )

  Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa persepsi mahasiswa terhadap penilaian pembelajaran laboratorium sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 125 responden (61,6%).

  PEMBAHASAN 1.

  Persepsi

  Terhadap Perencanaan Pembelajaran Laboratorium

  Hasil penelitian didapatkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap perencanaan pembelajaran laboratorium sebagian besar dalam kategori tidak baik yaitu sebanyak 50,2%. Persepsi mahasiswa ini bisa saja benar namun bisa jadi tidak sesuai dengan fakta yang ada, menurut Notoatmodjo (2007 dikutip dalam Prasko, 2013) persepsi merupakan proses di mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan, dimana dalam melakukan interpretasi itu terdapat pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang dimiliki sebagai penilaian individu dalam mempersepsikan suatu obyek apakah bersifat positif maupun negatif. Perencanaan pembelajaran yang menjadi obyek untuk dipersepsikan oleh mahasiswa dalam penelitian ini meliputi persepsi terhadap penjelasan rencana pembelajaran laboratorium yang diberikan oleh koordinator mata kuliah pada awal semester, kejelasan silabus dan pedoman praktikum.

  Timbulnya persepsi mahasiswa terhadap perencanaan pembelajaran laboratorium yang dinilai tidak baik kemungkinan dikarenakan koordinator mata kuliah pada kontrak perkuliahan di awal semester belum menjelaskan secara rinci bagaimana rencana pembelajaran laboratorium yang akan dilaksanakan karena pada awal semester kegiatan pembelajaran biasanya lebih banyak diarahkan pada pembelajaran teori sedangkan untuk pembelajaran laboratorium biasanya baru mulai dilaksanakan setelah pembelajaran berjalan setengah semester (setelah ujian tengah semester).

  Secara konsep perencanaan pembelajaran merupakan rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh peserta didik dan pendidik dalam mencapai kompetensi tertentu. Perencanaan pembelajaran disusun untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, serta merupakan pedoman dalam melaksanakan, menilai, dan mengawasi proses pembelajaran (Pusdiknakes, 2009a:8). Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 pasal 20, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam proses pembelajaran laboratorium silabus disebut sebagai pedoman praktik laboratorium/workshop sedangkan untuk RPP nya dilengkapi dengan rincian alat dan bahan serta cara kerja (Pusdiknakes, 2009 a:8). Dengan perencanaan yang baik, maka pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, tetapi akan lebih terarah dan terorganisir.

  Perencanaan pembelajaran yang ada di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang sesuai dengan yang terdapat dalam standar proses pembelajaran menurut Pusdiknakes tahun 2009 yaitu dalam bentuk silabus dan RPP. Khusus pada mata kuliah dengan muatan praktik laboratorium seperti mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM), Keperawatan Medikal Bedah (KMB), Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Anak, silabus dan pedoman praktik laboratorium dibuat secara terpisah. Silabus memuat unsur-unsur seperti jadwal, metode, pengajar, dan materi baik pembelajaran teori maupun praktik laboratorium sedangkan pedoman praktik berisi rincian alat dan bahan serta cara kerja.

  Persepsi mahasiswa yang tidak baik terhadap perencanaan pembelajaran terkait silabus dan pedoman praktik kemungkinan disebabkan tidak semua mahasiswa memiliki silabus karena silabus hanya dimiliki oleh mahasiswa yang bertugas sebagai Sipen saja, sedangkan untuk pedoman praktik laboratorium semua mahasiswa sudah diwajibkan untuk memilikinya, namun beberapa Persepsi Mahasiswa pedoman praktik yang ada memang dibuat sudah Terhadap Perencanaan Jumlah Frekuensi Persentase (%) Baik 101 49,8 Tidak baik 102 50,2 Jumlah 203 100

  Ujiani, Hubungan Antara Usia Dan Jenis Kelamin Dengan Kadar Kolesterol Penderita Obesitas 53

2. Persepsi Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran

  Laboratorium

  Hasil penelitian didapatkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh dosen sebagian besar dalam kategori tidak baik yaitu sebanyak 53,2%, persepsi terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh instruktur sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 62,6%, persepsi terhadap metode pembelajaran laboratorium sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 61,1%, dan persepsi terhadap sarana dan prasarana pembelajaran laboratorium sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 54,7%.

  Menurut Prasko (2013) ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, salah satunya adalah faktor internal yaitu harapan (expectation) dan kebutuhan. Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus, demikian juga dengan kebutuhan. Persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan dosen sebagian besar dalam kategori tidak baik kemungkinan disebabkan karena berdasarkan pengalaman mahasiswa dalam pembelajaran laboratorium dosen seringkali tidak dapat menyesuaikan waktu pembelajarannya dengan perencanaan yang ada dalam silabus dikarenakan adanya kegiatan seperti rapat, workshop, pelatihan, pengabdian kepada masyarakat ataupun kegiatan lain yang sifatnya insidental dan tidak dapat ditunda sedangkan hal tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan dan dibutuhkan oleh mahasiswa.

  Selain itu juga perbedaan langkah-langkah prosedur keterampilan yang diperagakan oleh dosen dengan yang tertulis dalam pedoman/panduan laboratorium yang belum pernah direvisi juga dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh dosen. Mahasiswa memiliki persepsi yang baik terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan instruktur yaitu kemampuan instruktur dalam mentransfer keterampilan yang dipandang sudah cukup baik, penguasaan instruktur terhadap prosedur keterampilan, waktu yang disediakan oleh instruktur untuk melakukan bimbingan dan berdiskusi dengan mahasiswa serta pemberian motivasi kepada mahasiswa untuk aktif dalam bimbingan.

  Instruktur adalah tenaga mahir pada bidang ketrampilan tertentu yang melatih ketrampilan terhadap mahasiswa, dan perannya sebagai fasilitator, motivator dan manajer (Agni, dkk, 2000). Instruktur yang ada di Jurusan Keperawatan belakang pendidikan DIII Keperawatan dan tenaga kerja sukarela yang berasal dari alumni sebanyak 5 orang untuk prodi DIII dan 3 orang untuk prodi DIV. Beberapa instruktur memiliki perbedaan usia yang tidak terlalu jauh dengan mahasiswa dan memiliki kedekatan dengan mahasiswa secara sosial dikarenakan sama-sama tinggal di asrama, sehingga instruktur memiliki kemudahan dalam mentransfer keterampilannya kepada mahasiswa karena situasi bimbingan akan lebih nyaman dan rileks dibandingkan dengan apabila bimbingan dilakukan oleh dosen.

  Pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh instruktur di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang yaitu sebelum melakukan bimbingan ke mahasiswa selain dibekali dengan pedoman/panduan laboratorium, instruktur juga disarankan untuk mengikuti pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh dosen di kelas, tujuannya supaya instruktur memiliki kesamaan persepsi dengan dosen dan langkah-langkah prosedur keterampilan yang diperagakan sesuai dengan yang disampaikan dosen. Kegiatan persamaan persepsi antara dosen dengan instruktur atau dengan dosen pembimbing praktikum di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang memang belum dijadwalkan secara khusus dan belum diterapkan pada semua mata kuliah dengan muatan laboratorium, namun kedepan kegiatan ini perlu menjadi bahan pertimbangan untuk dijadwalkan pelaksanaannya, hal ini sesuai dengan pendapat Roni (2011) bahwa semua pembimbing yang ditunjuk untuk memberikan pembelajaran skill lab harus sudah mengikuti TOI (Training Of Instructure) sesuai dengan keterampilan yang diampunya. Metode pembelajaran laboratorium dengan mengisi

  logbook praktik dipersepsikan baik oleh sebagian

  besar mahasiswa karena dapat menstimulasi mahasiswa untuk mempelajari prosedur keterampilan dengan baik meskipun belum semua mata kuliah dengan muatan laboratorium memiliki

  logbook . Metode pembelajaran dengan

  menggunakan logbook yang khusus praktik memang belum diterapkan pada semua mata kuliah praktikum di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang, sementara yang sudah diketahui menggunakannya adalah mata kuliah KDM dan KMB. Logbook khusus praktikum ini berbeda dengan logbook teori yang penggunaannya sudah mulai meluas, logbook praktik laboratorium berisi pertanyaan-pertanyaan seputar prosedur keterampilan meliputi pengertian, tujuan, indikasi dan kontraindikasi, prinsip kerja, dan hal-hal yang harus didokumentasikan setelah prosedur sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan

54 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 49-55

  tentang prosedur keterampilan dan tidak mengalami kesulitan saat pembelajaran di laboratorium.

  Selain itu dalam melaksanakan pembelajaran laboratorium umumnya dosen lebih banyak menggunakan metode demonstrasi dan redemonstrasi. Metode demonstrasi adalah memperagakan cara melaksanakan suatu prosedur, tugas, cara menggunakan alat dan cara berinteraksi dengan klien (Pusdiknakes, 2009a: 15), sedangkan redemonstrasi adalah meminta mahasiswa untuk mengulang kembali prosedur keterampilan yang sudah dilakukan dosen.

  Dalam pembelajaran di laboratorium banyak metode yang dapat digunakan agar pembelajaran menjadi lebih variatif dan menyenangkan diantaranya adalah dengan menggunakan multimedia tutorial. Metode ini belum banyak dikembangkan di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang, padahal menurut Pusdiknakes (2009) metode ini memungkinkan peserta didik belajar secara mandiri untuk mencapai kompetensi. Peserta didik memperhatikan suatu fenomena melalui multimedia sambil mengikuti pedoman, menjawab pertanyaan serta mendemonstrasikan keterampilan praktikum dan akhirnya melakukan penilaian diri sendiri (self assessment) terhadap apa yang sudah dilakukan.

  Metode lain yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran laboratorium menurut Roni (2011) yaitu dengan melakukan pre test lisan, yaitu memberikan pertanyaan seputar keterampilan untuk mengatahui kesiapan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran laboratorium. Menurut peneliti metode ini cukup baik untuk diterapkan karena fenomena yang ditemukan banyak mahasiswa yang bekerjasama dalam mengisi

  logbook sehingga kesalahan penulisan istilah pun

  menjadi sama selain itu meskipun mahasiswa sudah memiliki pedoman praktikum namun tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan pembimbing ketika pembelajaran laboratorium.

  Persepsi mahasiswa terhadap sarana dan prasarana pembelajaran laboratorium yang meliputi kondisi ruang laboratorium, alat peraga, rasio jumlah alat dengan mahasiswa, ketersediaan dan kelengkapan alat dan bahan praktik serta kesesuaian alat bantu dengan materi dipandang baik oleh mahasiswa. Persepsi ini menurut peneliti beberapa hal ada yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada diantaranya adalah beberapa manikin (alat peraga) yang digunakan untuk pembelajaran laboratorium sudah berkurang fungsinya dikarenakan frekuensi pemakaian yang tinggi dan laboratorium Jurusan Keperawatan Tanjungkarang. Selain itu kondisi ruang laboratorium yang berhubungan langsung antara satu ruang dengan ruang lainnya juga dapat mengganggu kenyamanan pengguna saat pemakaian ruang dilakukan secara bersamaan.

  Adanya perbedaan persepsi ini tidak terlepas dari faktor internal yang mempengaruhi persepsi. Menurut Prasko (2013) faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpratasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu pengalaman atau pengetahuan, pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh, pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

  3. Persepsi Terhadap Penilaian Pembelajaran

  Laboratorium

  Hasil penelitian didapatkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap penilaian pembelajaran laboratorium sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 61,6%. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Pusdiknakes, 2009). Mahasiswa memiliki persepsi yang baik terhadap penilaian hasil pembelajaran laboratorium yang dinilai sudah cukup obyektif baik saat bimbingan laboratorium maupun saat ujian praktik yang dilakukan oleh dosen dan instruktur.

  Penilaian terhadap pembelajaran praktik laboratorium di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang mengacu pada ketentuan penilaian pembelajaran praktik laboratorium menurut Pusdiknakes (2009) yaitu menggunakan instrumen penilaian dalam bentuk ceklist/lembar observasi yang mengacu pada perencanaan pembelajaran dan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk bimbingan laboratorium mahasiswa, namun beberapa mata kuliah di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang ada yang hanya menggunakan SOP untuk observasi keterampilan mahasiswa saat bimbingan laboratorium, sedangkan ketika ujian praktik menggunakan format umum yang lebih menekankan pada prinsip-prinsip prosedur tindakan dan aspek soft skill mahasiswa selama melakukan tindakan, dan indikator penilaian tersebut sebelumnya sudah dikomunikasikan kepada mahasiswa.

  Ujian yang dilaksanakan di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang pada dua semester

  Ujiani, Hubungan Antara Usia Dan Jenis Kelamin Dengan Kadar Kolesterol Penderita Obesitas 55

  terakhir ini dilaksanakan dengan metode OSCE (Objective Structural Clinical Examination), ujian dilaksanakan dengan cara mahasiswa berpindah dari 1 station/tempat tidur ke tempat tidur yang lain melakukan prosedur keterampilan yang berbeda dengan alokasi waktu 7 menit untuk setiap tindakan dan tidak ada responsi sehingga tidak dapat mengukur aspek kognitif mahasiswa terhadap prosedur, hal ini tidak sesuai dengan pendapat narasumber dalam penelitian Roni (201) yang mengatakan bahwa evaluasi skill lab ada dua yaitu evaluasi tulis dan evaluasi keterampilan (OSCE), evaluasi tulis biasanya bersifat dasar teorinya (mahasiswa harus tahu alasannya, teknisnya, dan teorinya). Dalam penilaian menggunakan sistim penilaian standar mutlak atau Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan batas nilai minimal lulus

  SIMPULAN

  Persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran praktik laboratorium sebagian besar dalam kategori baik yaitu terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh instruktur, metode pembelajaran laboratorium, sarana dan prasarana pembelajaran laboratorium dan terhadap penilaian pembelajaran laboratorium. Sedangkan persepsi yang dinilai tidak baik oleh mahasiswa adalah pada perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dosen. Saran yang diberikan yaitu koordinator/ penanggung jawab mata kuliah pada kontrak perkuliahan di awal semester disampaikan kepada mahasiswa setelah ujian selesai

  DAFTAR PUSTAKA Agni,AN.,dkk. (2000).

  Skill’s Lab, Bagian Pendidikan Kedokteran UGM, Yogyakarta.

  Hastono, Sutanto., (2001) Analisis Data. Modul.

  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Notoatmodjo, Soekidjo (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta. Pusdiknakes.,(2009a). Standar Proses Pembelajaran

  Pendidikan Tenaga Kesehatan . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

  ________.,(2009b). Buku A. Standar Laboratorium

  Pendidikan Tenaga Kesehatan . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

  ________,(2009c). Standar Penilaian. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. rencana pembelajaran laboratorium yang akan dilaksanakan, kelompok keilmuan diharapkan dapat melakukan peninjauan ulang terhadap pedoman/ yaitu 2,75. Feed back/umpan balik hasil penilaian diharapkan menjelaskan secara rinci bagaimana panduan praktik laboratorium yang sudah ada untuk dilakukan revisi. Terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium, diharapkan agar dosen dapat melakukan schedule (penjadwalan) ulang apabila tidak dapat memberikan materi disebabkan karena adanya kegiatan seperti rapat, workshop, pelatihan, pengabdian kepada masyarakat ataupun kegiatan lain yang sifatnya insidental dan tidak dapat ditunda. Instruktur disarankan untuk mengikuti pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh dosen di kelas, tujuannya supaya instruktur memiliki kesamaan persepsi dengan dosen dan langkah- langkah prosedur keterampilan yang diperagakan sesuai dengan yang disampaikan dosen. Kepada institusi disarankan agar memfasilitasi kegiatan persamaan persepsi antara dosen dengan instruktur atau dengan dosen pembimbing praktikum di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang, memotivasi dosen untuk menyusun logbook praktikum, mengembangkan metode pembelajaran yang lebih variatif seperti metode multimedia tutorial atau pre test lisan, menciptakan sarana dan prasarana yang kondusif untuk mendukung kegiatan pembelajaran laboratorium. Evaluasi yang dilakukan tidak hanya praktikum, tetapi juga kognitif dalam bentuk ujian tulis tentang prosedur tindakan yang meliputi alasan, dasar tindakan dan teknis tindakan Prasko., (2013). Pengertian persepsi dan faktor yang mempengaruhi persepsi.

  Rahayuningsih, E., dan Dwiyanto, D (2005).

  Pembelajaran di Laboratorium.

  Yogyakarta: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gajah Mada. iunduh tanggal 20 Maret 2014. Roni, Faisol., (2011), Analisis pembelajaran skills lab keperawatan medikal bedah semester III

  Akper Bahrul Ulum Tambak beras Jombang. Tesis. Perpustakaan.uns.ac.id