PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS
DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Sri Hananto Ponco Nugroho
Prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan
…………......……….…… …… . .….
ABSTRAK …… … ......………. …… …… .
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya flebitis, antara lain faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi serta agen infeksius, rotasi tempat setiap 72-96 jam dapat mengurangi flebitis. Namun, banyak pasien yang belum mengetahui hal ini sehingga beranggapan lokasi infus tidak harus diganti jika tidak timbul keluhan..Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus terhadap sikap pasien dalam penggantian posisi infus.
Desain penelitian ini pra-eksperimentalpostes only design. Dengan teknik simple random
sampling diperoleh sampel 34 responden di ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan .
Pengambilan data dengan kuesioner dan analisis data dengan uji Chi Square.
Hasil penelitian ini sebagian besar responden yaitu 82,35% menerima penggantian posisi
infus setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang terapi infus. Hasil uji Chi Square
menunjukkan nilai signifikan 0,000, hipotesis diterima.Disimpulan bahwa pengaruh pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus terhadap sikap pasien dalam penggantian posisi infus di ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan . Maka diharapkan rumah sakit dapat memberikan media pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga sehingga dapat membantu menambah pengetahuan khususnya tentang terapi infus.
Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Sikap,Penggantian Posisi Infus PENDAHULUAN . …… .… … .
Hampir semua pasien yang dirawat di rumah sakit 50% diantaranya mendapat terapi intravena. Terapi ini hampir diberikan disemua unit pelayanan kesehatan seperti ditemukan dalam perawatan akut, perawatan emergensi, perawatan ambulatory, dan perawatan kesehatan di rumah. Hal ini membuat besarnya populasi yang berisiko terhadap infeksi yang berhubungan intervena (IV) (Schaffer, 2000). Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena (Perry & Potter, 2005). Sampai saat ini perawat masih belum melaksanakan pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus secara optimal. Tidak jarang terjadi masalah atau komplikasi dari pemasangan kateter intravena ini.Mayoritas masalah yang berhubungan dengan IV terletak pada sistem infus atau tempat penusukan vena.Infeksi ataupun komplikasi lokal bisa terjadi akibat pemasangan infus
(Steven & Anderson, 2003 dalam Gayatri & Handiyani, 2007). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya flebitis, antara lain faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi serta agen infeksius, rotasi tempat setiap 72-96 jam dapat mengurangi flebitis dan set infus harus diganti jika rusak atau secara rutin tiap 72 jam (Darmawan, 2008). Namun, banyak pasien yang belum mengetahui hal ini sehingga beranggapan lokasi infus tidak harus diganti jika tidak timbul keluhan.
Survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 Kawasan WHO (Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien rumah sakit mengalami infeksi nosokomial. Setiap saat, lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita komplikasi dari infeksi yang diperoleh di rumah sakit. Frekuensi tertinggi infeksi nosokomial dilaporkan dari rumah sakit di Kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara (11,8% dan 10,0% masing- masing), dengan prevalensi 7,7% dan 9,0% masing-masing di Kawasan Eropa dan Pasifik Barat (WHO, 2002).
Kejadian flebitis di rumah sakit bekisar antara 20-80 % (Daugherty et al, 2010). Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang prevalensi flebitis mungkin disebabkan penelitian yang berkaitan dengan terapi intravena dan publikasinya masih jarang. Contohnya angka kejadian flebitis di salah satu rumah sakit di Jakarta didapatkan 10 %. Angka tersebut memang tidak terlalu besar namun masih di atas standart yang ditetapkan oleh Intravenous Nurses Society (INS) 5% (Schaffer, 2000).
Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus terhadap sikap pasien dalam penggantian posisi infus di Ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan.
METODE PENELITIAN
Berdasar uraian diatas komplikasi terapi infus sangat merugikan bagi pasien dan mutu pelayanan rumah sakit. Menurut Hidayat (2008), selama proses pemasangan infus perlu memperhatikan hal-hal untuk mencegah komplikasi yaitu ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru, ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi, observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain,
1. Jenis kelamin Tabel1 Distribusi Responden Berdasarkan
52.94 Total 34 100
47.06
18
16
2. Laki-laki Perempuan
No Jenis kelamin Frek (%) 1.
Jenis Kelamin Di Ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan
1. Data Umum
.… … .… Desain penelitian adalah suartu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian.
Pelayanan keperawatan yang bebas dari infeksi merupakan indikator kualitas pelayanan keperawatan. Menurut Dougherty et al (2010), beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya keluhan pada lokasi pemasangan infus antara lain aktivitas pasien, jenis larutan dan obat-obatan, durasi terapi dan terapi intravena sebelumnya. Komplikasi dari pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma,infiltrasi, tromboflebitis, emboli udara (Hinlay, 2006). Dampak lain yang terjadi dari infeksi tindakan pemasangan infus bagi pasien menimbulkan dampak yang nyata yaitu ketidaknyamanan pasien, pergantian kateter baru, menambah lama perawatan, dan akan menambah biaya perawatan di rumah sakit. Bagi mutu pelayanan rumah sakit akan menyebabkan izin operasional sebuah rumah sakit dicabut dikarenakan tingginya angka kejadian infeksi flebitis, beban kerja atau tugas bertambah bagi tenaga kesehatan, dapat menimbulkan terjadinya tuntutan menurunkan citra dan kualitas pelayanan rumah sakit (Darmadi, 2008). Karena adanya resiko terjadi infeksi maka penjelasan awal atau pemberian pendidikan kesehatan yang lebih lengkap tentang pemasangan infus atau terapi IV harus diberikan agar memberikan pemahaman yang lebih adekuat bagi pasien dan keluarga.
HASIL . PENELITIAN Dari tabel 1 diatas menunjukkan 4. Jenis Pekerjaan. bahwa lebih dari sebagian responden yaitu Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan 52,94% berjenis kelamin perempuan dan Jenis Pekerjaan Di Ruang Shofa RS kurang dari sebagian responden yaitu 47,06% Muhammadiyah Lamongan berjenis kelamin laki-laki.
telah dilakukan, kemudian dilakukan observasi atau post test. Selama penelitian tidak ada kelompok kontrol, sehingga hasil atau postest tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain. Hasil observasi postest hanya memberikan informasi secara deskriptif.
eksperimen postest only design (one shot case study ). Pada penelitian ini perlakuan
penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan peneliti dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas. Jenis desain yang digunakan adalah desain pra
eksperimental yaitu suatu rancangan
Jenis penelitian yang digunakan adalah
…
No Pekerjaan Frek (%)
2. Umur
1. Tani 8 23,53 Tabel2 Distribusi Responden Berdasarkan
2. Wiraswasta 10 29,41 Umur Di Ruang Shofa RS
3 Pegawai 7 20,59 Muhammadiyah Lamongan
4. Swasta/buruh lepas 8 23,53
No Umur Frek (%) PNS/TNI/POLRI
Total 34 100 1. 20-29 tahun 8 23,53 2. 30-39 tahun 7 20,59
Dari tabel 4diatas menunjukkan 3. 40-49 tahun 9 26,47 bahwa kurang dari sebagian yaitu 29,41% 4. 50-60 tahun 10 29,41 responden bekerja pada bidang wiraswasta
Total 34 100 dan sebagian kecil responden yaitu 20,59% bekerja sebagai pegawai swasta/buruh lepas.
Dari tabel 2 diatas menunjukkan
5. Riwayat Masuk Rumah Sakit bahwa kurang dari sebagian responden yaitu Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan
29,41% berumur 50-60 tahun dan sebagian Riwayat Masuk Rumah Sakit Di kecil responden yaitu 20,59% berumur 30-39 Ruang Shofa RS Muhammadiyah tahun. Lamongan 3. Tingkat Pendidikan.
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan
No Sikap pasien Frek (%)
Tingkat Pendidikan Di Ruang
1. Pernah MRS 15 44,12 Shofa RS Muhammadiyah
2. Belum pernah MRS 19 55,88 Lamongan
Total 34 100
No Tingkat Frek (%)
Dari tabel 5 diatas menunjukkan
pendidikan
bahwa lebih dari sebagian responden yaitu
1. SD 3 8,82 55,88% belum pernah masuk rumah sakit dan
2. SMP 10 29,41 kurang dari sebagian responden yaitu 44,12%
3. SMA 12 35,29 sudah pernah masuk rumah sakit.
4. Perguruan 9 26,47 tinggi
2. Data Khusus
Total 34 100 1) Distribusi sikap pasien dalam
Dari tabel 3 diatas menunjukkan penggantian posisi infus setelah bahwa kurang dari sebagian yaitu 35,29% diberikan pendidikan kesehatan. responden mengenyam pendidikan SMA dan
Tabel 6 Distribusi sikap pasien dalam sebagian kecil responden yaitu 8,82% penggantian posisi infus setelah berpendidikan SD. diberikan pendidikan kesehatan Di Ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan
No Sikap Frek (%) pasien
1. Menerima 28 82,35
2. Menolak 6 17,65 Total 34 100
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 82,35% menerima penggantian posisi infus setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang terapi infus.
2) Distribusi pengaruh pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus terhadap sikap pasien dalam penggantian posisi infus. Tabel 7 Distribusi pengaruh pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus terhadap sikap pasien dalam penggantian posisi infus Di Ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan
2. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus terhadap sikap pasien dalam penggantin posisi infus
40
28
34 Jumlah
34
6
34
28
2. Sebelum Sesudah
1.
No Pendidikan kesehatan Sikap pasien Total Menerima Menolak F F F
Tabel 7 diatas menunjukkan terdapat perbedaan sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pemasangan infus yaitu sebagian beasr responden sebanyak 34 responden (100%) menolak penggantian posisi infus sebelum dilakukan pendidikan kesehatan sedangkan sebagian besar responden yaitu
Hal ini akan mendasari sikap responden untuk memilih hal yang dianggap lebih penting dan utama yaitu mengurangi risiko terjadi komplikasi dan rasa sakit yang lebih besar atau penyakitnya bertambah parah jika tidak dilakukan penggantian infus.
Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pemasangan infus yaitu sebagian besar responden sebanyak 34 responden (100%) menolak penggantian posisi infus sebelum dilakukan pendidikan kesehatan sedangkan sebagian besar responden yaitu 28 responden (82,35%) menerima penggantian posisi infus setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Hasil penelitian di Ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan sesuai dengan teori diatas bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan dapat memberikan manfaat dalam penggantian posisi infus. Hal ini menunjukkan banyak responden yang bersikap positif atau menerima penggantian posisi infus karena telah mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai hal tentang terapi infus. Sikap positif responden dapat dipengaruhi salah satunya dari tingkat pendidikan responden yang sebagian besar adalah SMA dan kematangan responden juga dapat mempengaruhi responden dalam menyikapi setiap informasi yang telah diberikan oleh orang yang dianggap penting yaitu perawat yang dianggap lebih mengetahui pentingnya penggantian posisi infus bagi diri responden.
Menurut Azwar (2010) pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.
4.3 menunjukkan kurang dari sebagian yaitu 35,29% responden berpendidikan SMA.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 82,35% menerima penggantian posisi infus setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang terapi infus. Dari tabel
infus setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus
1. Sikap pasien dalam penggantian posisi
.… .…
PEMBAHASAN
lebih kecil dari α = 0,05, sehingga hipotesis diterima yaitu ada perbedaan sikap pasien dalam penggantian posisi infus pada sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus di ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan
square diperoleh nilai signifikan 0,00 yang
Kemudian dari hasil uji statistik chi
68 Hasil uji statistik chi square = 0,000 (α < 0,05)
28 responden (82,35%) menerima penggantian posisi infus setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Kemudian dari hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai signifikan 0,000
yang lebih kecil dari α = 0,05, sehingga hipotesis diterima yaitu Ada perbedaan sikap pasien dalam penggantian posisi infus pada sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus di ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan.
Pendidikan kesehatan sebagai sejumlah pengalaman yang berengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan kebiasaan seseorang akan masalah tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Azwar (2010) sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorangnya. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya (Azwar, 2010). Hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Gayatri & Handayani (2007), yang menyatakan rata-rata kejadian phlebitis waktu ≥ 24 jam dan ≤ 72 jam setelah pemasangan terapi intravena. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian lokasi pemasangan infus sebelum terjadi phlebitis sebanyak 11 responden (91,7%). Sedangkan penggantian lokasi pemasangan infus yang terjadi phlebitis sebanyak 20 responden (41,7%).
Hasil penelitian di ruang Shofa RS Muhammafiyah Lamongan sesuai dengan teori diatas. Sebagian besar responden bersikap menerima penggantian posisi infus setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini dikarenakan pendidikan kesehatan memberikan informasi kesehatan yang akan dapat menambah pengetahuan yang lebih baik kepada responden. Pendidikan kesehatan tentang pemasangan infus dapat memberikan informasi tentang manfaat dari pemasangan infus sampai dengan alas an kenapa harus dilakukan penggantian posisi infus. Responden yang sebelumnya menganggap bahwa pemasangan infus akan memberikan rasa sakit pada dirinya akan tetap menerima penggantian infus karena mengerti bahwa jika tidak dilakukan penggantian posisi infus akan berdampak buruk pada kesehatannya.
Dengan adanya persepsi yang negatif dari kebanyakan pasien yang terpasang infus, maka pendidikan kesehatan sangat perlu diberikan dengan memberikan penjelasan langsung kepada setiap pasien yang akan dilakukan penggantian posisi infus. Pemberian informasi yang adekuat kepada pasien termasuk juga keluarga pasien akan sangat membantu menimbulkan sikap yang kooperatif sehingga dengan sikap tersebut dapat membantu pelaksanaan proses pengobatan dan perawatan menjadi lebh mudah dan diharapkan pula mempercepat proses penyembuhan pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN
. …
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Sebagian besar responden menerima penggantian posisi infus setelah dilakukan pendidikan kesehatan. 2) Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang prosedur pemasangan infus terhadap sikap pasien dalam penggantin posisi infus di Ruang Shofa RS Muhammadiyah Lamongan
2. Saran
Diharapkan dalam lebih kooperatif dalam menerima tindakan medis atau keperawatan yang disarankan di rumah sakit. Selain itu, responden perlu untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya terapi infus dan perawatannya sehingga akan dapat membantu pelaksanaan perawatan di ruamh sakit dan dapat mencegah timbulnya komplikasi yang dapat ditimbulkan dari terapi infus.
Bagi instansi rumah sakit, diharapkan dapat memberikan media pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga sehingga dapat membantu menambah pengetahuan pasien khususnya tentang terapi infus secara umum.
repository.ui.ac.id/.../6700d2fb60561e d49a0e7b1dc8723c59f6dd9a32.pdf
Praktik yang Aman (Pocket Guide Infection Prevention and Safe Practise). Jakarta: EGC
Schaffer, D. (2000). Pencegahan Infeksi dan
bahasa Renata Komalasari. Jakarta: EGC
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses danPraktek . Edisi 4. Alih
Perry & Potter. (2005). Buku Ajar
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta
Medika Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
di rumah sakit . Yogyakarta: Nuha
Medika Hinlay. (2006). Terapi Intravena pada pasien
Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan . Jakarta: Salemba
tanggal 15 Juni 2011 Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Kebutuhan
Keperawatan Universitas Indonesia, Volume 11, No.1, hal 1-5. Diakses dari
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pendidikan kesehatan dan terapi infus dengan menghubungkan dengan faktor lain serta dengan menggunakan metode penelitian serta jumlah responden yang lebih representatif sehingga memperoleh hasil yang lebih maksimal.
Hubungan Jarak Pemasangan Terapi Intravena Dari Persendian Terhadap Waktu Terjadinya Flebitis. Jurnal
Gayatri, D., & Handayani, H., (2007).
J., Scales, K., & Inwood, S. (2010) .Standards for infusion therapy. The RCN IV Therapy Forum.
:[email protected] diakses pada tanggal 15 Juni 2011 Dougherty, Bravery, K., Gabriel, J., Kayley,
Mengatasi Flebitis . Dari http
Darmawan, I. (2008). Penyebab dan Cara
http://repository.unhas.ac.id/handle/12 3456789/225 diakses pada tanggal 15 Juni 2011
Gambaran Penderita Infeksi Nosokomial Pada Pasien Rawat Inap Di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 2010.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Darmadi. (2008).
Pengukurannya Edisi Revisi ,
Azwar, S (2010) Sikap Manusia Teori Dan
... DAFTAR PUSTAKA ...
Who. (2002). Nosokomial Infection. Diakses dari www.who.int tanggal 15 Juni 2011