Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus Pada Biarawati Katolik dan Buddha

LAMPIRAN

213

214

Pedoman Wawancara

Pengambilan Keputusan Membiara
1.

Mengenali masalah
a. Individu mulai menyadari adanya kesempatan bagi dirinya
untuk menjalani hidup membiara
1) Adanya kehampaan dalam dirinya sebelum menjalani hidup
dalam biara.
2) Adanya perasaan menjadi lebih baik jika menjalani hidup
membiara.
3) Pandangan individu pada kehidupan membiara
b. Melihat bahwa tantangan dalam membiara sebagai peluang
bagi individu.

1) Mulai menyadari akan adanya resiko yang mungkin
dihadapi kedepan saat memutuskan hidup membiara
2) Mulai mempertimbangkan akan kehidupan membiara
dengan melihat resiko yang mungkin terjadi.

2. Mencari alternatif
a. Individu mulai mencari informasi sebelum mengambil
keputusan membiara
1) Mencari

informasi-informasi

dari

berbagai

sumber

mengenai kehidupan membiara, dan mencari orang-orang
yang lebih kompeten dalam bidang tersebut.


215

2) Siapa sajakah orang-orang yang memberi informasi atau
pengetahuan akan hidup membiara.
3) Informasi digunakan sebagai pengetahuan individu untuk
mengambil keputusan.

3. Menimbang alternatif
a. Individu

mempertimbangkan

resiko-resiko

dari

keputusannya untuk membiara
1) Melihat sisi positif dan negatif dari pengambilan keputusan
hidup membiara.

2) Mulai mengambil keputusan yang sesuai dengan tujuannya.
3) Perasaan partisipan dan keluarga jika mengambil keputusan
membiara.

4. Menimbang komitmen
a. Individu menjalankan keputusan yang diambilnya dan
berhati-hati pada celaan yang ada.
1) Partisipan mulai menjalani hidup membiara yang sudah
menjadi keputusannya.
2) Partisipan bersiap untuk menerima resiko dan konsekuensi
dari pengambilan keputusannya.
3) Perasaan partisipan dalam menerima konsekuensi.

216

b. Individu mulai menyampaikan keputusannya pada
orang lain.
Individu menyampaikan secara langsung pada orangorang terdekat mengenai keputusannya untuk hidup
membiara dan menjadi biarawati.


5. Menghadapi umpan balik
a. Individu tanpa ragu-ragu mengambil keputusan
Partisipan dengan mantap mengambil keputusan untuk
menjalankan hidup membiara dan menjadi biarawati.
b. Mempertahankan

pada

keputusan

yang

telah

diambilnya
Partisipan melakukan usaha-usaha untuk tetap setia pada
panggilannya untuk hidup membiara.

217


Partisipan 1 Wawancara 1
(P1W1)


MTU
P
MTU

P
MTU
P
MTU

P

Waktu : Jumat, 16 November 2012; pukul 10.30-11.43 WIB
Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga
:
:
:


:
:
:
:

:

Selamat pagi suster?
Pagi.
Seperti kesepakatan sebelumnya, hari ini saya akan
mewawancarai suster mengenai pengambilan
keputusan suster untuk hidup membiara.
Iya.
Baik suster, bisa kita mulai?
Iya, silahkan.
Baik, pertama-tama bisa suster ceritakan, kapan suster
tertarik untuk hidup membiara dan menjadi seorang
suster?
Bagaimana ya, saat saya melihat seorang suster itu

kayak anggun banget, kayak bahagia begitu
berpakaian putih, kok bisa seperti itu bagaimana ya,
saya pingin tahu. Trus saya SD dan SMP kebetulan,
SMP itu kebetulan kepala sekolah kami suster. Kelas
satu kelas dua saya masih tinggal di rumah keluarga
terus kelas 3 saya masuk asrama, diasrama itu
digembleng bener-bener sama suster ya, hidup doanya
teratur, belajar, istirahat, makan jadi teratur, terus saya
jadi ada tertarik juga untuk menjadi suster, tapi dalam
hati saya, saya tidak ungkapkan, jadi disimpan dalam
hati, terus saat kelas 3 SMP itu, bapak besar saya
masih hidup, dia bilang kamu mau jadi suster ya, saya
tidak langsung bilang iya, saya lihat dulu kalau saya
memang ada panggilan saya mau masuk tapi kalau
tidak ada, saya tidak masuk, lalu dia bilang “kamu
pasti bisa”……..Sebenarnya saya SMP itu di kota di
Ende, tapi saya takut kalau meneruskan SMA di kota
saya tidak bisa belajar, jadi ya biar nanti saja jika
memang orang tua punya biaya untuk kuliah saya,
kuliahnya nanti baru di kota, jadi saya memilih SMA

di desa saja. Terus saya SMA di Bai, disana memang
asrama tuh bebas tidak ada diatur-atur lagi kayak di
asrama seperti waktu SMP, paling hari minggu, terus

1
2
3
4
5
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37


218

MTU

:

P

:

doa pribadi, misa jumat pertama itu juga ada. Ya
namanya apa ya, udah SMA itu kan pergaulan juga
sudah, apa ya… pacaran tu, juga ada memang, dan
memang panggilan saya itu hilang disana, saya tidak
ada panggilan lagi.
Hmmm, jadi pada saat SMP panggilan itu ada, dan
saat SMA sempat hilang?
He…eh, sempat hilang…hilang…, ya mungkin
pergaulan juga ya, dan teman-teman juga kita hidup
diluar tidak terarah, asrama memang ada tapi kan,

kepala asramanya orang awam, kita bebas, mau
belajar kita belajar sendiri, masak sendiri, asrama itu
kan kayak kost-kostan gitu. Waktu itu juga ada dari
salah satu kesusteran disana, melakukan aksi
panggilan, tapi memang kami gak ada tertarik, kami
tidak ada satu pun yang daftar, tidak ada, dan saya
saat itu tidak ada, tidak ada niat lagi ke situ kayak
hilang gitu. Setelah itu saya tamat, keluarga saya itu
kan tidak mampu untuk biayai kuliah, sudah saya
memikirkan begini, kalau saya di luar saya tidak bisa
untuk bekerja seperti orang di luar kan diluar itu
kerjanya macam-macam ya, ya selain dulu kan masuk
MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik
itu kegiatannya juga banyak berkebun, bercocok
tanam, nah kalau kita diluar itu hidupnya apa ya, itu
orang tidak lama hidupnya akan cepat menikah, ya
kadang tergantung juga dari keputusan pribadi
seseorang, saat itu saya tidak mau tinggal diluar
sudah, waktu itu saya juga pingin kerja, dan saya
waktu itu bekerja di SPSS, kerja di Biara SPSS di
Ende, kerja sebagai karyawati, satu bulan saya
percobaan di dapur memasak, sudah selama dua
bulan, ada suster yang melihat saya beda dengan
teman-teman lain, karyawati lain kan mereka Cuma
tamat SMP, SD, begitu, saya disitu memang tamat
SMA, saat itu yang tamat SMA ada sekitar tiga
sampai empat orang, ada juga kami sempat dekat juga
dengan calon suster SPSS, teman saya itu ajak saya
“ayo masuk sini, ikut di SPSS dengan saya (menjadi
suster), saya jawab, “saya kalau di SPSS tidak bisa”,
terus dia bertanya, lalu mau masuk dimana, “ya saya

38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78

219

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

lihat dulu, mungkin ada biara yang cocok untuk saya”,
saya bilang begitu
Suster, kalau boleh tahu Biara SPSS itu apa bedanya
dengan biara lain?
SPSS itu, Abdi Roh Kudus, jadi mereka dalam biara
itu, satu kamar sendiri, hidup dalam biara,mereka
tidak seperti kami, di dalam itu ruangan khusus untuk
mereka kamar tidur sendiri, kamar mandi sendiri,
pakaian dicucikan oleh karyawati, jadi namanya biara
itu kan hidup dalam tembok biara, nah kalau kami kan
hidup di tengah-tengah masyarakat, hidup membaur
dengan umat dengan masyarakat.
Berarti saat itu suster belum menemukan biara yang
cocok dengan suster?
Belum, memang teman saya itu mengajak masuk di
biara SPSS, dan waktu itu ada empat biara lain yang
ada di sana, tapi keempat ini saya tidak ada tertarik,
saya tidak ada satu pun yang saya tertarik. Terus tibatiba tahun 1994, saya kerja di SPSS itu sejak saya
tamat 92, angkatan 92, saya kerja sejak bulan Juni,
dan kebetulan saat itu ada tiga suster dari biara AM
untuk cari panggilan, cari panggilan kan tidak ada
keluarga, tidak ada umat yang mereka kenal untuk
nginap, nah mereka nginap di SPSS yang kebetulan
saya kerja disana, dan dari ketiga suster ini ada teman
saya yang sama-sama tamat SMA dan satu kelas. Saat
bulan Juni saya sempat pulang, dan saya tanya pada
kakak ipar saya mengenai teman saya, dan katanya dia
sudah di Malang, sekarang dia sudah pakai kerudung,
pakai pakaian, sudah terima cincin, dan salib, nah
saya bingung kan namanya masuk biara kan ada
prosesnya, prosesnya itu kan dua tahun tiga tahun itu
baru terima pakaian, terima kerudung, terima cincin,
terima kalung salib, tapi kok langsung, saya
penasaran, biara apa sih, saya penasaran. Tapi saya
tidak tahu visi misinya apa, karyanya apa saya belum
tahu, dan tiba-tiba suster ini datang, saya tu tidak tahu,
apa memang kehendak Tuhan juga tiba-tiba ketemu
dengan teman saya itu, setelah itu saya bertemu
dengan ketiga suster ini, dan wawancara dan mereka
juga kasih brosur, dan dijelaskan visi misinya hidup

79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119

220

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

MTU
P

:
:

MTU
P

:
:

MTU

:

bersama dengan anak-anak, kita ini melayani anakanak cacat, hidup serumah dengan mereka. Sudah,
saya tu pingin, sudah saya masuk disini saja, saya tuh
pingin melayani seperti ini. Saat saya ambil keputusan
masuk dalam biara AM, saya kirim surat ke orang tua,
saya minta ijin ke mereka, kami kan sembilan
bersaudara, memang kami bersebelas, tetapi
meninggal dua, tinggal kami bersembilan, saya nomor
tujuh, saya minta ijin orang tua, apakah orang tua
mengijinkan saya untuk menjadi suster, kalau
mengijinkan saya juga masuk suster, tapi kalau orang
tua dan keluarga tidak mengijinkan berarti saya tidak
bisa. Saya minta persetujuan dari orang tua, mereka
setuju, ya sudah.
Dari kesembilan saudara, hanya suster ya yang
sekarang menjadi suster?
Iya, hanya saya sendiri, dan memang ditempat saya
itu satu-satunya susternya baru saya, kalau imamnya 2
tapi susternya baru saya. Saat menerima keputusan,
saya langsung, saya juga sempet bohong ya, sempet
bohong sama suster yang disana (SPSS), saya
sebenarnya sudah direncanakan dikuliahkan untuk
kebidanan, sudah daftar, sudah tes tinggal tunggu
masuknya, tapi saya punya panggilan lebih kuat,
akhirnya saya tinggalkan untuk profesi itu untuk
kemudian masuk di komunitas AM
Kalau boleh tahu suster, komunitas A ini, apakah
tidak ada hidup membiaranya, dan langsung
ditahbisakan dan hidup dalam masyarakat?
Untuk kami komunitas AM itu, langsung, langsung
dalam pembinaan.
Tapi juga sempat novis dulu suster?
Iya, tapi gak lama, kalau sekarang ada perkenalan
postulan, habis postulan nanti novis, lalu profesi, jadi
dulu kami novis langsung profesi.
Saat itu suster pembinaan novis berapa tahun?
Kalau novis waktu itu satu tahun, tapi sekarang dua
tahun.
Saya ingin mengajak, suster untuk mengingat lagi,
saat dalam pembinaan, bisa suster ceritakan saat
masih menjadi novis?

120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160

221

P

:

MTU

:

P

:

MTU
P

:
:

MTU

:

P

:

MTU

P

:

:

Waktu itu, sekitar ada 15 orang novis calon suster, di
pembinaan, diperkenalkan cara berdoa, hidup dengan
anak-anak, itu dilatih selama satu tahun itu.
Selama satu tahun menjalani novis itu, bagaimana
perasaan suster?
Perasaan waktu itu, ada perasaan dua-duanya, ada
perasaan senang ada perasaan pingin pulang juga.
Rasa senang seperti apa
Senang melihat anak-anak, bertemu dengan sustersuster yang lain, bergabung, dan bisa sampai disini
(Malang), impian saya tercapai, maksudnya saya kan
punya cita-cita ingin menjadi suster kok bisa tercapai
seperti itu perasaan saya waktu itu. Terus tidak
senangnya waktu itu saya, kalau saya sakit, saya ingat
semua dirumah, soalnya kalau saya sakit saya ingat
semua dirumah yang lebih saya ingat itu mama, kalau
saya sakit itu di rumah mama saya pasti ada. Saya
juga tahun 1995 saya sempat pulang, pulang itu karna
bapak saya sakit, tapi saya pulang saya sudah terima
kerudung, kalung salib, dan cicncin di rumah saat itu
3 bulan. Kemudian saya ditugaskan untuk membuka
baru di daerah itu, saya sendiri.
Berarti suster yang memang merintis dari awal
dibangunnya panti?
Iya, kami bertiga suster juga, sekitar 1997-2000,
kamudian kami kembali ke Malang, kami dikuliahkan
jurusan PLB, pendidikan luar biasa. Kemudian dari
tahun 2000 sampai 2002 awal saya dipindahkan di
Maumere lagi, terus 2002 Februari saya pindah ke
Madiun sampai 2007 September, kemudian dari 2007
Oktober sampai sekarang, saya di sini.
Luar biasa perjalanan suster ya, dari suster 9
bersaudara hanya suster yang memiliki keinginan
untuk menjadi seperti sekarang. Apakah sempat
mungkin sebelum orang tua dan keluarga menyetujui
untuk menjadi suster, sempat tidak mereka melarang?
Gak tau ya, waktu itu tu setelah saya mengirim surat
ke rumah, misalnya saya mengirim surat hari ini,
besok tuh mamak saya, kaka saya nomor 3 sama
nomor 5, sama adek saya yang bungsu mereka
langsung datang ke Ende (sambil tersenyum), saat

161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201

222

MTU

:

P

:

MTU
P

:
:

mereka sampai sana saya tuh kaget, kenapa harus
datang, lha mamak saya bilang, kan surat saya mereka
baca bersama keluarga, mereka minta persetujuan
bersama-sama, jadi ini dia punya niat seperti ini
apakah kita mau mendukung dia, terus mereka
serentak mengatakan iya, ya kalo ini memang sudah
jalannya mereka mendukung, ya mereka bilang kalau
memang sudah punya pilihan seperti ini ya jalani
terus, jangan menolah ke belakang, jangan ingat kami,
hidup kami seperti ini, kamu harus menjalani hidup
kamu disana.
Bagaimana perasaan suster, saat mendengar hal
tersebut dari keluarga?
Ya rasa sedih ada ya, karena disana itu kalau ada
anaknya yang mau masuk biara, biasanya kumpulkumpul ya, kumpul-kumpul keluarga, umat, untuk doa
bersama, terus acara makan-makan bersama, saya
juga waktu itu dirumah tidak lama, cuma 3 malam dan
karena sejak lama saya hidup dalam asrama, waktu itu
kan kita makan-makan bersama sebagai perpisahan,
dalam hati saya juga sempat saya mampu tidak ya
menjalani ini, tapi karena doa keluarga dan pesan dari
bapak besar saya yang mengatakan “ingat pilihanmu”.
Wahhh… keluarga luar biasa mendukung ya suster…
Iya, tapi memang ada saudara, bukan dari keluarga
inti tidak setuju ya, sempet mereka berkata bahwa
begini “ah sekolah-sekolah sudah sampai SMA kok
tidak bantu orang tua malah masuk biara, kan kalau
disana mereka berpikir kalau masuk biara kan terlepas
ya dengan keluarga, tidak melihat kebelakang lagi,
dan hidup untuk berkarya. Terus ada pengalaman saat
saya berkarya melayani orang-orang yang didesa saat
itu belum ada kendaraan, tiap hari saya berjalan kaki
pergi untuk berkarya, pergi untuk mengunjungi dan
terapi anak-anak di rumah-rumah mereka masingmasing. Sempat om kandung bilang begini, “kenapa
tidak ikut masuk sama teman-temanmu di SPSS kan
enak, kenapa memilih panggilan seperti ini tiap hari
jalan terus kok miskin sekali”, sampai bilang begitu,
lalu saya bilang, “ya tidak apa-apa om, Tuhan pasti
punya rencana untuk saya, tidak mungkin Tuhan

202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242

223

meninggalkan saya, saya pilih jalan ini, pasti Tuhan
akan membantu saya.

243
244

Partisipan 1 Wawancara 2
(P1W2)


MTU
P

MTU

P
MTU

P

MTU
P

MTU

Waktu : Jumat, 23 November 2012; pukul 11.30-11.43 WIB
Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga
:
:

:

:
:

:

:
:

:

P
MTU

:
:

P

:

Selamat pagi suster...
Selamat pagi, ini pintunya saya tutup saja (pintu
samping panti), biar anak-anak tidak pada masuk dan
berisik.
Oiya suster... Baik, begini, setelah wawancara yang
pertama, ada beberapa hal yang belum saya mengerti
dan tanyakan sehingga diperlukan untuk wawancara
kedua.
Oh iya, tidak apa.
Suster, saat wawancara pertama, suster sempat
menyebutkan bapak besar, saya kurang mengerti,
apakah bapak besar itu bapak kandung atau bapak
rohani?
Bukan... bukan bapak rohani, bapak saya dengan
bapak yang meninggal itu (bapak besar) itu masih
kakak adik, masih satu turunan.
Oh, jadi seperti om begitu ya?
He...eh, masih keluarga dari bapak gitu, kalau kami
punya di NTT itu kan kakak dari bapak, dipanggilnya
bapak besar, kalo adek dari bapak dipanggilnya bapak
kecil, kalau di sini kan pakde, pakle gitu.
Bagaimana hubungan suster dengan bapak besar,
sehingga bapak besar ini tahu bahwa suster ingin
menjadi seorang suster?
Sangat dekat sekali.
Apakah suster pernah bilang pada bapak besar
mengenai keinginan menjadi seorang suster?
Saya ndak bilang, hanya waktu itu dia sempet bilang
gini, tapi saya gak jawab iya, dia bilang “nanti kamu
jadi suster saja ya”, bilang gitu. Sebetulnya dia sudah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

224

MTU

P

:

:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

MTU

P

:

:

daftarin saya sekolah di Ende, tapi dalam pikiran dan
hati saya kan, ah saya tidak mau sekolah di kota,
ketimbang saya sekolah di kota nanti saya hanya main
saja, pergi jalan-jalan terus saya tidak ingat belajar,
lebih baik sekolah di desa dulu, nanti kalau memang
ada biaya ya kuliah di kota boleh, tapi saya belum
sempet tamat beliau sudah duluan meninggal ya sudah.
Jadi suster gak bilang keinginan untuk menjadi suster
pada bapak besar, tapi tiba-tiba bapak besar bertanya
seperti itu?
Ndak bilang, iya dia bertanya seperti itu tiba-tiba.
Makanya saya saat beliau meninggal itu saya sangat
kehilangan sekali, awal saya menajdi seorang suster
ini, saya sempat, aduh seandainya bapak besar masih
ada, saya memang paling bahagia. Saya tuh seperti di
lindungi, bapak besar ini kan orangnya dengan siapa
saja tuh orangnya baik gitu (menekankan katakatanya), suster-suster yang di SPSS itu pun
menganggap bapak besar ini seperti keluarga sendiri,
dia tidak pandang asal keluarga sendiri, tidak, orang
yang datang sama dia, dia anggap keluarganya sendiri.
Oh, jadi bapak besar ini memiliki hubungan yang
dekat dengan para suster ya?
Iya kan bapak besar ini hidup di biara ya. Bapak besar
ini seorang pastur SVD.
Apa bapak besar ini salah satu yang menginspirasi
suster untuk mejadi seorang suster?
Iya, gimana ya, bapak besar ini, saya tidak bisa
mengungkapkan dengan kata-kata, saya dan beliau itu
dekat sejak SD, tapi saat SD belum terlalu dekat, saat
SMP itu, saat SMP kan saya sering pergi ke biaranya,
kalau libur tuh sambil pergi ke biaranya pergi liburan
di sana, kadang-kadang 1 minggu, pernah juga SMP
dia datang mengunjungi saya.
Kemarin suster mengatakan bahwa dari sembilan
bersaudara dalam keluarga suster, hanya suster yang
mengambil profesi suster, apakah saudara suster yang
lain juga pernah didorong oleh bapak besar untuk
menjadi seorang suster, seperti perlakuan bapak besar
pada suster?
Enggak.

31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71

225

MTU

P
MTU
P

:

:
:
:

MTU

:

P

:

MTU

P

:

:

Saat suster memutuskan untuk menjadi seorang suster,
siapa yang paling pertama suster beritahu mengenai
hal itu?
Orang di rumah.
Boleh lebih spesifik suster, siapa?
Waktu itu kan saya tulis surat, jelas di rumah kalau
mereka menerima surat itu mereka kumpul semua,
satu orang yang baca, yang lain dengarkan.
Ooo, kalau dari teman-teman suster ada yang
diberitahu?
Kalau teman-teman itu.....(sambil tertawa), temanteman itu mereka gak tau ya, kan saya tutup mati,
maksudnya saya gak mau beritahu gitu, jadi disimpen
sendiri, tapi temen-temen saya itu kayaknya feelingnya
kuat, soalnya kan mereka melihat kok saya dekat
banget sama suster yang baru datang itu, mereka
bilang, “kamu mau jadi suster itu ya (AM)?”, “siapa
bilang saya mau jadi suster?”, “kok deket gitu?”, saya
bilang enggak, ya akhirnya mereka tahu sendiri saat 1
minggu sebelum saya keluar dari situ (SPSS), bahkan
suster yang di biara itu (SPSS) saya bohong sih,
seandainya saya tidak bohong mungkin saya tidak
diijinkan untuk masuk komunitas AM. Persis 1
minggu saya mau keluar, suster itu bilang “saya tahu
kamu bohong”, terus saya bilang “suster kalau saya
tidak bohong mungkin saya tidak bisa keluar dari
sini”, bahkan saya bilang ke mereka saya mau kuliah
di Kupang, mereka bilang “buat apa kuliah di Kupang
jauh-jauh, udah di sini kamu sambil kerja sambil
kuliah, biar nanti biayanya kami yang biayai.”
Jadi yang diberitahu pertama kali benar-benar
keluarga, teman-teman tidak ada yang diberitahu ya.
Oke, kalau di keluarga suster siapa yang paling
berperan dalam suster mengambil keputusan ini?
Yang berperan ya kakak-kakak saya, mereka yang
mengumpulkan keluarga, mereka terus bilang kalau
memang panggilan dia, kita harus mendukung. Saat
ada kumpul-kumpul keluarga sebelum saya pergi, ya
mungkin mereka juga sedih ya, bagaimana saya yang
tidak pernah kumpul keluarga, sudah mau pergi lagi,
saya waktu itu sedih juga ya. Waktu itu mereka juga

72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112

226

MTU
P

:
:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

MTU
P

:
:

MTU

P

:

:

pernah bilang kok saya pergi jadi suster, tapi saya
menjanjikan, saya minta doa, saya akan jalan terus ke
depan, dan saya harap keluarga di rumah juga baikbaik.
Kalau di keluarga sendiri, siapa yang paling dekat?
Yang paling dekat dengan saya ya, maksudnya kalau
saya punya masalah atau apa cerita gitu, itu kakak
yang nomor enam, kalau memang ada masalah, saya
cerita sama dia, dan itu juga yang pertama kali tau
saya mau jadi suster dia juga, kan dia juga waktu itu
salah satu karyawan di biara di Ende.
Apakah keluarga langsung menyetujui pilihan suster,
bagaimana saat itu proses mereka menyetujui?
Saya tidak tahu waktu itu saya tidak ada di rumah, tapi
waktu itu lewat 2 hari setelah saya kirim surat ke
rumah, saya juga kaget, mamak dan kakak saya nomor
tiga dan nomor lima, sama adek bungsu saya itu
datang ke biara ke Ende, saya kaget, lho mereka ini
buat apa, terus mamak saya langsung bilang sambil
nangis, dia bilang begini, “ya saya datang karena dekat
di sini, kalau besok-besok sudah pergi jauh tidak
mungkin saya bisa datang gitu.” Ya saya mau
bagaimana, saya harus mengikuti keputusan ini.
Bagaimana perasaan suster waktu melihat mamak
menangis?
Ya sedih juga ya, mau bagaimana ya namanya anak
sama ibu, ya sedih.
Apakah ada keraguan saat melihat mamak menangis?
Saya tidak ada rasa ragu ya, mungkin kan saya punya
keinginan itu dari tamat SMA itu, setelah di SPSS itu,
mau masuk itu juga tidak mungkin, saat waktu itu ada
orang cari panggilan di biara AM ini, saya pikir ini ni.
Ya saat diadakan perpisahan dengan keluarga itu
memang sedih, saya memang sedih tapi ya.....
Saya mengajak suster untuk berandai-andai, andaikan
saat suster mengirimkan surat untuk keluarga, mereka
tidak setuju untuk pilihan suster?
Kalau mungkin mereka gak setuju, ya saya ikut
mereka, yah mungkin mereka tau saya, mereka juga
lebih tau hidup saya, kalau mereka tidak setuju tidak
mungkin saya.....

113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153

227

MTU

:

P

:

MTU

P

:

:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

MTU

:

:

Lalu bagaimana perasaan suster andaikan saat itu tidak
diijinkan?
Kalau tidak diijinkan pasti kecewa berat ya, kecewa
sekali kalau memang gak diijinkan, yang pasti kalau
gak diijinkan saya gak seperti ini, saya gak tau dimana.
Jika suster tidak diijinkan menjadi seorang suster oleh
keluarga, ada gak terbesit keinginan lain atau pilihan
lain?
Mungkin saya jadi bidan, karena di SPSS sebenarnya
saya dikuliahkan, tapi saya tidak jadi masuk karena
saya lebih memilih di komunitas AM (sambil tertawa),
saya lebih kuat keinginan untuk jadi suster, saya mau
masuk ke sini (AM) itu, saya pernah bermimpi Bunda
Maria datang dia itu pegang kepala saya, tidak omong
apa terus hilang, waktu itu saya tidur, lalu saya bangun
saya ingat mimpi itu waktu saya masih di SPSS, waktu
itu saya cerita pada mamak saya, lalu saya ingat mimpi
ini saat saya mau masuk ke biara AM.
Saat suster mengirim surat ke keluarga, ada
kekhawatiran gak dalam diri suster?
Saya waktu itu gak ada, karena saya pikir pasti mereka
senang sekali karena diantara sembilan bersaudara ada
yang mau jadi suster, itu pasti mereka senang, pikiran
saya seperti itu.
Saat pertama kali suster melihat seorang suster yang
membuat suster terkagum-kagum itu saat SD atau
SMP?
Saat SD saat saya liburan ke bapak besar, suster itu
sudah tua.......... sekali bantu-bantu masak di dapur.
Bagaimana sih perasaan suster sehingga saat suster
melihat suster yang sudah tua itu, suster bilang kok
kayaknya hidupnya damai?
Iya ya, waktu itu saya melihat suster ini tidak ada
beban dalam hidupnya, kok kayaknya hidupnya damai,
hidupnya aman, maksudnya kok kayaknya tidak ada
beban dia mikir apa gitu, mungkin hanya mikirnya
berdoa berdoa gitu, suster itu hidupnya kayak tenang
seperti itu.
Apakah saat SD, saat suster melihat suster yang lanjut
usia pertama kali itu, suster langung berpikir ingin
menjadi seorang suster?

154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194

228

P

:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

MTU

:

P
MTU

:
:

P

:

Iya, waktu itu sempat mikir juga, tapi SD kan, saat itu
saya SD mau ke SMP tahun 86.
Bagaimana suster memelihara keinginan suster untuk
menjadi seorang suster?
Waktu itu kan pernah yang saya bilang pernah hilang
kan (saat SMA keinginan hilang), ya terus kan tamat
SMA kan kerja di SPSS, di SPSS itu kan muncul lagi,
kan di SPSS kan hidup doanya teratur, ada jam doa,
jadi keinginan saya muncul lagi. Waktu itu kan ada
teman saya yang juga calon suster SPSS mengajak
saya untuk masuk menjadi suster SPSS, tapi saya tidak
mau, saya bilang “mungkin ada biara yang cocok
dengan saya”. Ya sudah dia bilang “saya mau masuk
SPSS karena saya memang ingin masuk SPSS” kata
dia. Sampai sekarang kami masih sering kontak.
Saat suster dari komunitas AM datang, kenapa suster
langsung tertarik?
Ya itu tadi saya tertarik lewat brosur, kan suster yang
kepala, yang tiga itu kan jelaskan mendetail, hidup
serumah dengan anak, sekamar, satu meja makan sama
anak-anak, mereka kan yang cacat, yang kakinya
buntung, yang tidak punya tangan, saya tuh senang
jadi suster untuk melayani mereka.
Wah kalau saya pikir sangat berat ya suster
pekerjaannya?
Memang suster SPSS yang wakil itu sempet bilang
saya, “apakah kamu bisa merawat anak-anak seperti
itu”, ya saya jawab, “saya coba dulu jikalau saya tidak
bisa ya saya mundur, tetapi suster, selagi saya mampu
dan kuat saya bisa.”
Yang mendasari suster benar-benar memilih profesi
menjadi suster di komunitas AM ini apa?
Pelayanan.
O iya suster, saat bapak besar itu bilang untuk menjadi
suster saja itu, saat SD atau SMP?
Saat SMP, kebetulan suster asrama SMP saat itu juga
dekat dengan bapak besar saya, sempet pesan sama
suster itu, ya nanti ponakan saya itu dia mau jadi suster
tolong kamu bimbing dia, padahal saya gak bilang
punya keinginan menjadi suster. Makanya saat saya
ketemu sama ibu asrama saya itu dia kaget (sambil

195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235

229

MTU

:

P

:

MTU
P
MTU

P
MTU

:
:
:

:
:

tertawa), dia kira saya di SPSS karena kan pernah
ketemu juga di SPSS, dia kaget saya jadi suster di
kumunitas AM. Kan dia kuliah di UPI Malang, dia
kaget, dia keluar kampus tuh dia ngeliat kami, kami
tuh kan ada lima, namanya masih calon kan kami
masih bersih-bersih halaman itu tuh, kan kampusnya
berhadapan dengan rumah pusat (AM), ya udah dia
kaget, kan sempat ketemu, dia bilang “hah kok kamu
di biara AM?”, dia sempet marah-marah juga, tapi
saya bilang “ya suster saya masuk komunitas AM”,
terus dia bilang “kok kamu bisa dan kuat?”, ya saya
bilang ya biar saja.
Suster saat suster awal SD memiliki keinginan untuk
menjadi suster, apakah keinginan itu terus menguat?
Yah, sempet hilang juga, waktu, saya tuh sekolahnya
putus-putus, yah namanya orang tuatidak mampu ya,
saya tuh kelas 1 ke kelas 2, saya sempat keluar,
bahkan saya saat ujian sempat tidak ikut karena SPP
belum di bayar, yah namanya juga dari keluarga petani
ya, tapi saya tuh memang punya niat untuk sekolah,
dulu sempat saya putus asa, keinginan untuk menjadi
suster sempat gak ingat karena banyaknya masalah.
Saya tuh lebih kuat lagi keinginan itu tuh, saat bapak
besar saya meninggal itu, itu kayaknya saya ada apa
mungkin, tapi saya tidak ungkap, saya tidak ungkap
mungkin saya janji dalam hati, saya tidak tahu, waktu
itu memang sempet bilang gini “bapak saya ikut bapak
seperti yang bapak omong ke saya itu”, tapi memang
saya tidak ungkap, waktu itu saya hanya menangis
saja, hanya menangis didepannya dia itu, terus setiap
kali saya pulang itu pasti pergi bakar lilin, janji pada
bapak, minta doa untuk saya tetap kuat seperti bapak
gitu.
Bapak besar meninggal itu saat suster kelas berapa?
Waktu saya SMA kelas satu.
Berarti keinginan suster masih kuat ya waktu SMA
kelas satu kelas dua, dan sempat hilang saat di SMA
kelas tiga, begitu suster?
He.....em (sambil mengangguk).
Suster pernah gak selama pelatihan novis timbul
keraguan bahwa suster tidak kuat menjalani kehidupan

236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276

230

P

:

MTU
P

MTU
P

MTU
P

:
:

:
:

:
:

membiara?
Pernah, ada.....ada, saat awal-awal itu memang banyak
tantangan berat, pernah saya itu benar-benar gak kuat,
tapi karena doa dari teman-teman, saya sendiri,
seandainya orang mungkin kalau tidak kuat mungkin
keluar.
Tantangan seperti apa?
Situasi komunitas, situasi pribadi, dari lingkungan,
kadang dari keluarga, kadang saya pikir untuk apa
saya jadi suster kalau keluarga saya ada masalah, tapi
memang saya ada kekuatan dengan mengingat
motivasi awal saya.
Apa yang membuat suster kuat?
Dari komunitas, mereka bantu doa, bantu sharing,
mengingat kembali motivasi awal. Kalau saya putus
asa, kalau saya merasa berat kehidupan kedepan itu,
saya mengingat motivasi awal, sudah sampai seperti
ini sayang jika dilepaskan.
Apakah hubungan dengan Tuhan semakin dekat?
Hahaha....., iya saya merasa saat saya ada masalah
tantangan, malah saya semakin kuat. Tuhan itu baik
sama saya setiap saya doa itu selalu terkabul, untuk
tantangan kedepan dapat membuat saya lebih kuat
lagi.

277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300

Partisipan 1 Wawancara 3
(P1W3)


MTU
P
MTU

P

Waktu : Senin, 11 Pebruari 2013; pukul 10.00-10.45 WIB
Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga
: Selamat pagi suster?
: Pagi…
: Suster pernah mengatakan bahwa suster mengambil
keputusan hidup membiara juga tidak terlepas dari
pengaruh dari dukungan orang-orang disekitar suster
seperti keluarga, teman komunitas, nah bisa ceritakan
secara spesifik, dalam hal apa saja bentuk dukungan
mereka?
: Mereka mendukung saya lewat doa dan memotivasi
saya.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

231

MTU
P

MTU
P
MTU
P

MTU
P
MTU

P

: Baik, dukungan tersebut seberapa besar pengaruhnya
bagi suster dalam mengambil keputusan?
: Ya mereka mendukung saya lewat doa, ya mungkin
bukan doa secara berkelompok, tapi mereka ada yang
berdoa secara pribadi mendoakan saya, kalau saya
pulang mereka keluarga itu kumpul ya seperti itu mba.
: Apakah tanpa dukungan mereka suster akan lanjut?
: Yah kalau memang mereka gak mendukung saya, gak
mungkin saya lanjut terus.
: Apa yang suster lihat pada orang tua suster yang
mendukung suster ?
: Wah saya sama orang tua saya deket banget mba,
bahkan bapak saya itu inginnya saya tu tugasnya di
sana aja biar deket sama keluarga, kalau saya pulang
liburan atau pas ada tugas di sana, mereka inginnya
saya gak cepet-cepet pulang ke sini (Salatiga), biar
saya lama-lama di sana. Menjelang saya selang satu
minggu mau pulang mereka tu kayak sedih banget,
mereka senang kalau saya dekat mereka. Mereka
sangat menyayangi saya.
: Lalu bagaimana dengan saudara-saudara suster?
: Mereka pun mendukung, mereka itu sangat sayang
sama saya.
: Baik, suster juga pernah bercerita bahwa suster
mengalami tantangan saat menjalani kehidupan
membiara, bagaimana tantangan tersebut
mempengaruhi suster dalam mengambil keputusan?
: Saya itu ya saya tuh selalu ingat kalau saya
mendapatkan tantangan yang berat saya selalu maju,
pokoknya kalau saya sepertinya mau keluar saya inget
sama… ih kenapa saya hidup seperti ini, kok kenapa
saya seperti ini, tapi saya ingat lagi yang menyuruh
kau masuk itu siapa kan saya yang mau, saya berpikir
di situ, saya mikir lagi untuk apa saya memilih hidup
di luar lagi pula toh kehidupan di luar juga sama
dengan orang hidup di dalam komunitas. Saya merasa
kalau saya mendapatkan tantangan saya merasa
lebih… apa ya… saya melihat kembali apa…
hikmahnya di balik tantangan itu bahwa dengan
tantangan ini memberi lebih…lebih memberi
kekuatan atau mendorong saya agar lebih kuat untuk

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

232

MTU
P
MTU

P

MTU

P

MTU

bisa menghadapi masalah tersebut.
: Berarti saat ada tantangan suster malah maju tidak
menyerah gitu ya?
: Iya…iya…
: Suster sebelumnya pernah bercerita pada wawancara
sebelumnya bahwa, suster pernah merasakan ingin
pulang atau keluar dari komunitas/kehidupan
membiara saat suster melihat ada masalah dalam
keluarga suster. Nah usaha apa yang suster lakukan
untuk mengatasi masalah dalam keluarga?
: Kalau saya seperti itu ya saya masuk kapel terus saya
duduk, duduk di depan kapel itu, saya duduk
diam…saya duduk diam saya gak ngomong apa-apa
saya berdoa……(mengucapkan doa yang pernah
dipanjatkan dengan suara yang sangat pelan), hanya
Engkau yang tau, hanya Engkau yang memberikan
jalan keluarnya memberikan yang terbaik, jadi saya
berdoa seperti itu, pokoknya kalau saya mendapat
tantangan saya duduk di kapel, kalau gak di kapel di
kamar dan merenung dengan tenang.
: Lalu bagaimana suster jika suster mengalami masalah
dalam komunitas, usaha apa yang di lakukan untuk
mengatasinya?
: Saya kalau punya masalah dengan komunitas, dengan
teman, atau mungkin dengan perawat, misalnya
mereka melakukan kesalahan, itu pertama saya diam
dulu, saya lihat mereka apakah mereka sadar
kesalahan mereka kalau mereka gak sadar saya
beritahu, kenapa saya diam seperti ini karena kamu
begini, lalu saya bawa ke dalam doa, ke dalam doa,
Tuhan seperti ini keadaannya kiranya Tuhan ampuni
mereka dan juga saya, dan Tuhan buka jalan buka hati
mereka biar mereka menyadari kesalahan yang
mereka lakukan. Saya itu kalau punya masalah saya
ke kapel duduk diam saya merenung, itu kayaknya
lega, itu kayaknya maslaah-masalah itu semuanya
habis.
: Ya suster, nah itu tantangan yang terjadi dalam
keluarga dan komunitas, lalu bagaimana saat terjadi
fase pasang surut dalam diri pribadi suster, usaha apa
yang suster lakukan untuk mengatasinya sehingga

52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92

233

P

MTU
P
MTU
P

MTU
P

MTU
P

suster tetap yakin dengan keputusan suster?
: Saya kalau mengalami fase pasang surut begitu saya
menyibukan dengan pekerjaan dan juga berdoa seperti
tadi, nanti lupa sendiri.
: Suster kalau di dalam lingkungan komunitas siapa sih
yang terus memotivasi suster untuk lanjut?
: Oh ya tentunya pimpinan, pimpinan terus memotivasi
kami, teman juga.
: Bagaimana suster memandang pimpinan suster itu?
: Saya memandang pimpinan, pimpinan saya itu
sebenarnya sudah meninggal, pimpinan saya itu
aduh… seperti figur seorang ibu, saya anggap seperti
ibu saya sendiri, orangnya kan orang Jawa ya, lembut
dia, kalau kita sakit atau kita ada apa orangnya itu
perhatian, terus kalau saya pergi libur itu dia bilang
“ya baik-baik ya, sehat, nanti pulang ya (balik lagi)”
takut gak balik lagi, nanti pulang ya jangan di sana
terus.
: Usianya berapa?
: Dia umur 70an, setiap bulan itu mesti ke makamnya
pergi doa gitu, kadang sampe sekarang pun walau
beliau gak ada, kalau saya lagi kritis sakit atau ada
suster yang sakit saya doa sama dia, “aduh ibu kenapa
sih kok suster ini kakak ini kok sakit terus, apa yang
harus saya buat”, terus “ibu tahu kan situasi sekarang
seperti ini”, kadang saya ngomong seperti berhadapan
padahal saya ngomong pada gambarnya hehehe
(sambil tertawa), atau kalau saya ke Malang saya
ngomong “ibu saya mau ke Malang, sampe ketemu di
Malang ya” giu saya ngomog.
: Berarti hubungan suster dengan suster pemimpin itu
dekat sekali ya?
: Iya saya dekat banget, waktu itu kan pas saya
ditugaskan di sini, beliau sudah digantikan kan karena
dia sakit-sakitan makanya di ganti, makanya saya
waktu itu saat hari rabu ketemu saya..ketemu saya..
kok rabu besoknya dia meninggal itu, kok sedih
banget saya. Sebelum meninggal itu saya berangkat
dari sini ke Malang, saya itu peluk dia, dia tanya “kok
kamu ke sini”, kan saya panggil ibu, saya bilang “iya
bu saya ke sini, mau beli keperluan”, dia bilang

93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133

234

“kamu baik-baik ya”, “ibu doakan saya ya”, dia bilang
“iya saya doakan kamu”. Saya diberitahu minggu
besoknya udah gak ada itu mendadak banget, sebelum
saya tau itu saya sedang mengerjakan laporan, saya
gak tau apa dia ingin saya kesana atau bagaimana,
saya itu melakukan pekerjaan itu kayak ngambang,
kayak gak ada pekerjaan yang bisa di buat gitu, aneh
dengan tinta mengetik kan baru beli saya mengetik
kok tidak keluar tintanya kok malah kosong, padahal
ini kan tinta baru, terus teman saya ada yang sms Lud
kamu ke sini ibu sudah kritis, iya besok pagi aja, tapi
mungkin ibu ingin saya pergi kesana, saya ngetik itu
bekerja itu tidak bisa. Akhirnya saya doa, saya lepas
pekerjaan saya pergi ke Malang, sampe Jombang di
bis itu saya menangis, saya menangis, sebelum saya
sampai beliau sudah meninggal. Setelah beliau
meninggal saya pernah mimpi beliau dua kali, datang
menemui saya, dia bilang bilang pada saya “kamu
baik-baik ya”. Dia itu baik… banget, perhatian
banget.

134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153

235

Partisipan 2 Wawancara 1
(P2W1)



Waktu : Jumat, 15 Pebruari 2013; pukul 10.05-11.09 WIB
Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga

MTU
P
MTU

:
:
:

P

:

MTU
P

:
:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

Selamat pagi suster…
Pagi mba.
Suster, sejak kapan suster memiliki ketertarikan akan
kehidupan membiara?
Sejak sekolah dasar kelas tiga saya tertarik kehidupan
membiara sejak kelas tiga. Saya melihat seorang suster
saat di gereja. Kemudian saya ikut pembinaan, lalu
masuk dalam biara PRR. Tapi gak lama saya waktu itu
sakit, terus disuruh pulang sama keluarga dan diijinkan
oleh pemimpin biara, setelah saya pulang dan waktu
sembuh saya ditawarkan sama keluarga mau balik lagi
ke biara atau mau kuliah aja, waktu itu om saya yang
menawarkan, saya tanya kuliah di mana, terus katanya
di IPI di Malang, akhirnya saya pilih kuliah. Nah di
kampus itu kan ada kita pergi ke panti-panti gitu,
setiap beberapa kali dalam seminggu, di situ saya lihat
langsung mereka anak-anak yang cacat, di situ kami
biasanya bantu bersih-bersih panti, bantuin kasih
makan, setelah pulang dari situ saya putuskan saya
pengen jadi suster, biar bisa rawat langsung mereka,
akhirnya saya masuk komunitas AM.
Saat itu, apa yang dilihat dari suster tersebut?
Pokoknya mereka itu saya lihatnya itu sopan, anggun
seperti itu, rajin berdoa, kelihatan… itu saya tertarik
itu di situ.
Bagaimana perasaan suster saat melihat suster-suster
tersebut?
Gak tau ya mba, pokoknya saat melihat itu pingin jadi
suster.
Baik, suster saat kelas tiga SD itu, keinginan untuk
hidup membiara dan menjadi suster itu apakah selalu
ada?
Oh… setelah kelas tiga SD keinginan itu hilang tow,
tidak ada. Jadi setelah kelas tiga SD itu sudah tidak

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

236

MTU
P

:
:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

MTU
P
MTU
P
MTU
P
MTU

:
:
:
:
:
:
:

P
MTU
P

:
:
:

ada niat tidak ada kepikiran itu, gak sampe kepikiran
untuk masuk dalam kehidupan membiara. Waktu kelas
tiga SD ya liat terus tertarik gitu tapi kan masih anakanak jadi cuma begitu saja, aa… terus muncul lagi pas
SMA kelas dua.
Apa yang membuat keinginan itu muncul kembali?
aa… karena itu kan saya nengok kakak kelas saya, dia
kan tinggal di kesusteran tow he..eh.., terus saya ada..
ingin lagi kan ha..ah.. ingin lagi, ya muncul tiba-tiba,
jadi saya ikut pembinaan. Awalnya saya tanya apakah
di biara itu ada pembinaan calon suster gak, terus
katanya biasanya ada tapi setiap minggu, jadi saya
ikut setiap minggu.
Jadi kakak kelas suster itu tinggal di biara PRR ya
suster?
e.. he..eh.. dia tinggal asramanya bukan masuk jadi
suster.
Nah apakah suster saat memiliki keinginan untuk
hidup membiara saat SMA dan suster mengikuti
pembinaan, apakah suster memberitahu keluarga?
Belum, sama sekali belum, cuma saya beritahu kakak
itu… bilang “masa kamu…gak boleh…kamu kan
jurusan IPA”, saya kan jurusan Fisika, saya diam-diam
saja.. tapi saya diam-diam ikut pembinaan itu hehe…
diam-diam…
Hmm, kalau boleh tahu suster berapa bersaudara?
Tujuh.
Oke, yang diberitahu itu kakak nomor berapa?
Kakak yang nomor tiga, saya sendiri nomor enam.
Apakah hanya kakak nomor tiga saja yang diberitahu?
Iya…
Lalu, setelah ikut pembinaan suster memberitahu
orang tua?
Iya.
Bagaimana reaksi mereka?
Hmmm.. sebelum… waktu itu kan saya beritahu
sudah.. ini tow.. sudah lulus om saya itu guru agama
setuju sekali sama bapak itu setuju sekali, nah mamak
ini yang gak setuju… tapi ya mamak juga ya lamalama ikut setuju lah. Mamak saya sudah meninggal,
mamak meninggal itu waktu saya SMP kelas tiga

36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76

237

MTU

:

P
MTU

:
:

P
MTU

:
:

P
MTU
P

:
:
:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

MTU

:

P

:

MTU
P
MTU
P

:
:
:
:

MTU

:

hmm..
SMP kelas tiga mamak sudah meninggal, berarti
mamak gak tahu suster ikut pembinaan?
ee… he..eh... iya mamak belum tau..
Berarti bapak suster reaksinya setuju sekali ya dengan
keputusan suster?
Iya bapak itu setuju sekali.
Nah suster kan tujuh bersaudara, nah yang keenam
saudara suster itu bagaimana reaksi mereka setelah
mengetahui keputusan suster?
Mereka mengikuti saja.
Berarti reasksi mereka mendukung semua sejak awal?
Ya… memang kalau kita di sana kan, kalau anak
perempuan itu kan kalau kita masuk biara kan kita
tidak punya keturunan dan mungkin mereka rasa
awalnya kayak apa..kecewa.. keliatan muka pada sedih
kayak begitu… tapi ya lama-lama mereka ikut juga sih
keputusan. Ya kalau memang itu keputusan kamu ya
jalani saja he..eh..kami mendukung.
Kalau boleh tau suster di dalam keluarga suster paling
dekat dengan siapa?
Kalau saya itu kan dipiara, saya sejak kecil
dipiara..saya paling dekat itu sama mamak kecil saya
(tante), adek dari mamak saya gitu lho.. ha..eh.. terus
saya lebih dekat dengan mamak piara saya gitu ha..eh..
Nah, apakah mamak kecil itu setuju dengan keputusan
suster untuk hidup membiara?
Oh.. setuju, memang awalnya ya..berat ya, awalnya
berat, terus kan saya.. mereka ikut saya hehe…
Usaha apa yang suster lakukan sehingga mereka setuju
dengan keputusan suster?
E….itu kan dari saya, saya sudah memutuskan…..
mereka ikut aja hehe…
Apa suster meyakinkan mereka?
ee..ha..eh.. meyakinkan mereka
Sulit apa tidak suster meyakinkan mereka?
Ya dengan kita penuh dengan keyakinan dan kita
harus doa, doa terus, doa untuk mendapatkan hati
mereka supaya mereka setuju he eh gitu hehe…
Lama gak suster untuk meyakinkan mereka akan
keputusan yang suster ambil?

77
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116

238

P

MTU

P

MTU

P

:

:

:

:

:

MTU

:

P

:

MTU

P

:

:

…..e..agak lama juga sih ya (sambil tertawa),
memberikan pengertian pada mereka ha..eh.. ya
memang agak..agak..lama sih, tapi ya akhirnya juga
mereka setuju mendukung.
Suster siapa sih yang memiliki peran yang besar bagi
suster, sehingga suster mengambil keputusan hidup
membiara?
Itu bapak saya bapak, bapak itu….. bapak itu orangnya
kuat doa….. pokoknya setiap setiap jam doa, sampe
sekarang pun umur 80 tahun tapi tetep doa doa kuat.
Yah sejak saya awal memberitahu kalau saya punya
niat untuk masuk biara dia setuju. Itu saya kan sering
sakit sering sakit, kakak saya yang lain bilang “sudah
keluar saja, pulang saja”, kalau seperti itu bapak saya
bilang “ya..kalau kamu suruh keluar keluar aja, tapi
nanti besok kamu tanggung jawabnya sama Tuhan
Allah”, bapak saya ngomong gitu sama kakak-kakak
saya.
Baik suster, lalu apakah suster pernah mengalami fase
pasang surut dalam proses menuju kehidupan
membiara?
Ya ada sih, waktu itu ada ada dari temen saya, temen
deket saya, saya kan punya kenalan itu…kami
dari…kenalan itu dari SMP kelas 2 sampe tamat pun
masih aaa… gitu… awalnya tidak tidak mendukung
tow tapi kemudian dia mendukung.
Apakah ketidaksetujuan mereka membuat suster
mundur dari niatan hidup membiara?
Oh.. itu.. saya itu nekat, keinginan ya.. bagaimanapun
ya akan gitu… Nah kalau setelah di dalam itu (dalam
komunitas) itu banyak pasang surutnya.
Itu baru saja mau saya tanyakan suster hehe.., baik apa
yang mungkin menjadi tantangan bagi suster saat di
komunitas?
Hal yang berat buat saya itu..apa..dalam komunitas
antara bersama… pokoknya antar sesama gitu, itu
yang membuat…membuat… aa…waktu itu hampir
mau hampir mau..hampir mau keluar.. waktu itu juga
pernah apa..aa..tinggalkan tinggalkan komunitas pergi
ke tempat lain, setelah itu memang waktu itu saya
sudah..saya sudah tidak kuat lagi di dalam komunitas

117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157

239

itu saya mau pergi saja, pergi saja sudah pokoknya
sudah tidak kuat lagi kayaknya mau pergi saja, waktu
saya pergi pun gak memberitahu siapa-siapa, tapi saya
pergi bukan ke rumah orang tua tapi di rumah
komunitas di tempat lain masih rumah punya
komunitas tapi di tempat lain gitu, setelah itu.. setelah
saya pergi diam-diam, malemnya itu saya memutuskan
apakah saya harus tinggalkan tinggalkan panggilan
atau… malam itu sepanjang malam saya tidak bisa
tidur saya doa, saya doa rosario dan saya duduk
sepanjang malam itu paginya saya… kan waktu itu di
rumah itu cuma ada satu orang tow aa.. satu orang
saja, saya masih tidur tow, paginya, waktu itu kan
belum bawa hp, jadi saya telpon ke wartel, pagi-pagi
saya telpon dari wartel saya telpon keluarga ini
mamaknya kakak ipar saya kakak yang nomor tiga ini,
mamak itu kan aktif aktif kegiatan-kegiatan di gereja
kan aktif, terus saya telpon, saya bilang “saya di sini
ini saya tidak kuat lagi saya mau..saya mau keluar saja
mengundurkan diri saja”, mamak saya bilang
“kenapa?, kamu tidak boleh begitu, kamu ada masalah
ya ? kalau kamu ada masalah kamu ketemu sama
pimpinan saja tow, sama pimpinan omong minta
pindah ke tempat lain kalau kamu gak cocok kamu
pindah ke tempat lain saja, ya nanti kami doakan kamu
tidak boleh pikir untuk keluar kalau kamu sudah
memilih itu ya teruskan. Pokoknya kamu kembali
kamu ketemu dengan pimpinan nanti ceritakan apa
masalah kamu, pimpinan yang putuskan mau
pindahkan atau bagaimana”. Sudah saya pulang
kembali ke rumah itu bagaimana ya saya ini,
bagaimana mamak ini… saya belum memberitahu
keluarga saya, saya mau kembali itu rasanya berat
kembali ke komunitas itu, memang malamnya itu
pimpinan menelpon, tanya ke teman itu, ditanya saya
ada di rumah itu tidak, oh ada di sini tapi dia tidur, tadi
dia datang itu kepala pusing padahal saya duduk di
samping, terus ini setelah dari wartel, temen saya dari
gereja belum pulang, sambil tunggu teman saya saya
pikir ulang bagaimana ya saya ini apa kembali ke sana,
saya pikir-pikir, akhirnya ya sudah apapun yang terjadi

158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198

240

MTU

:

P

:

MTU

P

MTU

P

:

:

:

:

saya kembali ke sana, pokoknya saya hadapi saja,
sekitar jam sepuluh saya kembali lagi ke komunitas
itu, terus saya ke sana itu, orang yang pokoknya yang
tidak suka dengan saya itu di asrama itu kan gak
ketemu, saya langsung ke pimpinan. Mereka pagi itu
sudah gossip bilang saya sudah minggat, terus saya
bicara sama pimpinan terus “Em” itu saya baru datang
“Em, apa sih kamu itu kok katanya kamu minggat, Em
ngopo sih kamu?”, terus saya disuruh duduk “ngopo
tow kamu itu? cerita”, baru saya ceritakan semua,
setelah cerita semua, “sekarang kamu pilih mau pindah
ke asrama mana?”, saya bilang saya gak mau pilih ibu,
pokoknnya ibu suruh saya di mana saja saya ikut,
akhirnya ibu tunjukan satu tempat, saya kesitu terus..
dua dua bulan saja saya di rumah itu di asrama yang
baru terus saya pindah lagi ke tempat yang sama, tapi
orang itu sudah pindah ke tempat lain, saya pindah lagi
ke asrama lama sampai dua tahun dari tahun 2000
sampai tahun 2002, saya ngurus di sekolah terus saya
ngurus di kapel. Saya dua tahun di situ saya
dipindahkan ke Flores, di Flores itu sepuluh tahun.
Apa yang suster lakukan untuk tetap setia pada pilihan
suster?
Ya, satu-satunya itu berdoa… berdoa ya berdoa
supaya kita itu kuat, sambil berdoa,juga dukungan dari
teman-teman yang lain kalau enggak bisa-bisa itu
kan…..keluar.
O iya suster, saat pilihan suster untuk hidup membiara
tidak mendapatkan sepenuhnya dukungan dari
keluarga (kakak dan adik), bagaimana sih perasaan
suster saat itu?
Iya, waktu itu ada yang tidak mendukung tapi saya
punya prinsip, punya prinsip saya sudah memilih ini
biar apapun resikonya saya akan hadapi begitu
Suster saat pertama kali melihat seorang suster, suster
melihat mereka itu sopan, anggun, dan rajin berdoa,
mengapa hal-hal itu menjadi hal yang penting buat
suster?
Hehehehe

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengambilan Keputusan Kiper pada Robot Humanoid Menggunakan Decision Tree

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengambilan Keputusan Kiper pada Robot Humanoid Menggunakan Decision Tree

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus Pada Biarawati Katolik dan Buddha T1 802007079 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus Pada Biarawati Katolik dan Buddha T1 802007079 BAB II

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus Pada Biarawati Katolik dan Buddha T1 802007079 BAB IV

0 0 158

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus Pada Biarawati Katolik dan Buddha T1 802007079 BAB V

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus Pada Biarawati Katolik dan Buddha

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Cognitive Bias dan Emotional Bias Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Portofolio

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Cognitive Bias dan Emotional Bias Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Portofolio

0 0 15

Keputusan dan Eksistensi : Suatu Studi pada Kehidupan Biarawati Katolik - Ubaya Repository

0 0 1