EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM DI SMK NEGERI 2 PENGASIH.

(1)

iii

EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM DI SMK NEGERI 2 PENGASIH Oleh:

Ega Wahyu Ardyan 10518244015

ABSTRAK

Penelitian evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006 di SMK Negeri 2 Pengasih. Implementasi kurikulum tersebut dilihat dari aspek context, input, procces, dan product. Hasil evaluasi yang dilakukan digunakan sebagai masukan dalam perbaikan implementasi kurikulum.

Responden penelitian ini adalah guru mata pelajaran produktif sejumlah 12 orang dan siswa kelas XI Jurusan Teknik Komunikasi Jaringan dan Teknik Elektronika Industri sejumlah 31 orang. Penelitian ini menggunakan model evaluasi CIPP. Pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari aspek context responden guru termasuk dalam kategori sesuai, dan responden siswa termasuk dalam kategori sesuai; (2) Implementasi Kurikulum 2006 ditinjau dari aspek context responden guru termasuk dalam kategori sangat sesuai; (3) Implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari aspek input responden guru termasuk dalam kategori kurang sesuai, dan responden siswa termasuk dalam kategori sesuai; (4) Implementasi Kurikulum 2006 ditinjau dari aspek input responden guru termasuk dalam kategori sangat sesuai; (5) Implementasi Kurikulum 2013 aspek process responden guru termasuk dalam kategori sesuai, dan responden siswa termasuk dalam kategori sesuai; (6) Implementasi Kurikulum 2006 ditinjau dari aspek process responden guru termasuk dalam kategori sangat sesuai; (7) Implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari aspek product responden guru termasuk dalam kategori sesuai, dan responden siswa termasuk dalam kategori sesuai; (8) Implementasi Kurikulum 2006 ditinjau dari aspek product responden guru termasuk dalam kategori sangat sesuai.


(2)

i

EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM DI SMK NEGERI 2 PENGASIH

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ega Wahyu Ardyan NIM 10518244015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015


(3)

(4)

(5)

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ega Wahyu Ardyan

NIM : 10518244015

Program Studi : Pendidikan Teknik Mekatronika

Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Judul Skripsi : Evaluasi Implementasi Kurikulum di SMK Negeri 2 Pengasih

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Skipsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, 6 Mei 2015 Yang Menyatakan,

Ega Wahyu Ardyan NIM. 10518244015


(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Menjadi orang itu tidak boleh nggragas” -Sukardi-

PERSEMBAHAN

Atas segala semangat, doa, dan pengorbanan yang diberikan, laporan ini dipersembahkan untuk

Orang Tuaku (Sukardi dan Sriyani Tri Yanti) dan Adikku (Fajar Dwi Caesario)

Anggota UNSTRAT UNY yang telah bersama-sama menggembleng diri

Rekan seperjuangan, Pendidikan Teknik Mekatronika UNY Kelas F angkatan 2010


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas berkat rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Evaluasi Implementasi Kurikulum di SMK Negeri 2 Pengasih” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S1) Universitas Negeri Yogyakarta.

Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr.Edy Supriyadi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi atas masukan dan bimbingannya bagi penulis hingga terselesainya skripsi ini. 2. Dr. Samsul Hadi, M.Pd, MT dan Soeharto,M.Soe,Ed.D selaku validator

instrumen penelitian Tugas Akhir Skripsi yang telah memberi masukan perbaikan instrumen.

3. Ketut Ima Ismara, M.Pd., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Herlambang Sigit P, S.T, M.Cs selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mekatronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Dr. Moch Bruri Triyono, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

6. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.A., M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

7. Dra. Rr. Istihari Nugraheni, M.Hum selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Pengasih yang telah memberi ijin dan bantuan dalam penelitian ini.


(8)

viii

8. Para guru dan siswa Jurusan TKJ T.Elin yang telah membantu dalam proses pengambilan data.

9. Rekan-rekan UNSTRAT UNY yang senantiasa berbagi ilmu dan pengetahuan tentang kehidupan.

10. Rekan-rekan Pendidikan Teknik Mekatronika angkatan 2010 yang telah membantu dalam proses pengerjaan skripsi.

11. Semua pihak yang belum penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan perhatiannya selama pengerjaan skripsi.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapat balasan dari Allah Subhana Wa Ta’ala. Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca atau pihak lain yang membutuhkan.

Yogyakarta,

Mei

2015 Penulis,

Ega Wahyu Ardyan NIM 10518244015


(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kompetensi Inti SMK/MAK ... 28

Tabel 2. Mata Pelajaran Pendidikan Menengah ... 30

Tabel 3. Perbedaan Esensial KTSP dengan Kurikulum 2013 ... 34

Tabel 4. Perbedaan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum ... 35

Tabel 5. Perbedaan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 berdasarkan peran yang berwenang ... 35

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Guru ... 55

Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Input dengan Responden Guru ... 56

Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Process dengan Responden Guru ... 57

Tabel 9. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Product dengan Responden Guru ... 58

Tabel 10. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Guru ... 58

Tabel 11. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek Input dengan Responden Guru ... 59

Tabel 12. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek Process dengan Responden Guru ... 60

Tabel 13. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek Product dengan Responden Guru ... 61

Tabel 14. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Siswa ... 62

Tabel 15. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Input dengan Responden Siswa ... 62

Tabel 16. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Process dengan Responden Siswa ... 63


(10)

xv

Tabel 17. Kisi-kisi Instrumen Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari

Aspek Product dengan Responden Siswa ... 63

Tabel 18. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 65

Tabel 19. Hasil Reliabilitas Instrumen ... 66

Tabel 20. Kriteria Hasil Penelitian ... 68

Tabel 21. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Guru ... 78

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Guru ... 78

Tabel 23. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context Responden Guru ... 80

Tabel 24. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context Responden Guru ... 80

Tabel 25. Nilai Rata-rataTiap Butir Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Guru ... 81

Tabel 26. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Guru ... 82

Tabel 27. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Guru ... 83

Tabel 28. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek Context Responden Guru ... 84

Tabel 29. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek Context Responden Guru ... 85

Tabel 30. Nilai Rata-rataTiap Butir Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Guru ... 86

Tabel 31. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Siswa ... 87

Tabel 32. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Siswa ... 88

Tabel 33. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context Responden Siswa... 89

Tabel 34. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context Responden Siswa ... 89


(11)

xvi

Tabel 35. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Context dengan Responden Siswa ... 90 Tabel 36. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek

Input dengan Responden Guru ... 91 Tabel 37. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013

Ditinjau dari Aspek Input dengan Responden Guru ... 92 Tabel 38. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum

2013 Ditinjau dari Aspek Input Responden Guru ... 93 Tabel 39. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari

Aspek Input Responden Guru ... 94 Tabel 40. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau

dari Aspek Input dengan Responden Guru ... 95 Tabel 41. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek

Input dengan Responden Guru ... 96 Tabel 42. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006

Ditinjau dari Aspek Input dengan Responden Guru ... 97 Tabel 43. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum

2006 Ditinjau dari Aspek Input Responden Guru ... 98 Tabel 44. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari

Aspek Input Responden Guru ... 99 Tabel 45. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau

dari Aspek Input dengan Responden Guru ... 100 Tabel 46. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek

Input dengan Responden Siswa ... 101 Tabel 47. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013

Ditinjau dari Aspek Input dengan Responden Siswa ... 102 Tabel 48. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum

2013 Ditinjau dari Aspek Input Responden Siswa ... 103 Tabel 49. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari

Aspek Input Responden Siswa ... 104 Tabel 50. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau

dari Aspek Input dengan Responden Siswa ... 105 Tabel 51. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek


(12)

xvii

Tabel 52. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Process dengan Responden Guru ... 106 Tabel 53. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum

2013 Ditinjau dari Aspek Process Responden Guru ... 108 Tabel 54. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari

Aspek Process Responden Guru ... 108 Tabel 55. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau

dari Aspek Process dengan Responden Guru ... 109 Tabel 56. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek

Process dengan Responden Guru ... 111 Tabel 57. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006

Ditinjau dari Aspek Process dengan Responden Guru ... 111 Tabel 58. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum

2006 Ditinjau dari Aspek Process Responden Guru ... 113 Tabel 59. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari

Aspek Process Responden Guru ... 113 Tabel 60. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau

dari Aspek Process dengan Responden Guru ... 116 Tabel 61. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek

Process dengan Responden Siswa ... 116 Tabel 62. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013

Ditinjau dari Aspek Process dengan Responden Siswa ... 117 Tabel 63. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum

2013 Ditinjau dari Aspek Process Responden Siswa ... 118 Tabel 64. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari

Aspek Process Responden Siswa ... 118 Tabel 65. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau

dari Aspek Process dengan Responden Siswa ... 119 Tabel 66. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek

Product dengan Responden Guru ... 121 Tabel 67. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013

Ditinjau dari Aspek Product dengan Responden Guru ... 121 Tabel 68. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum


(13)

xviii

Tabel 69. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek Product Responden Guru ... 123 Tabel 70. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau

dari Aspek Product dengan Responden Guru ... 124 Tabel 71. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari Aspek

Product dengan Responden Guru ... 125 Tabel 72. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006

Ditinjau dari Aspek Product dengan Responden Guru ... 125 Tabel 73. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum

2006 Ditinjau dari Aspek Product Responden Guru ... 126 Tabel 74. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau dari

Aspek Product Responden Guru ... 127 Tabel 75. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2006 Ditinjau

dari Aspek Product dengan Responden Guru ... 128 Tabel 76. Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Aspek

Product denganResponden Siswa ... 129 Tabel 77. Distribusi Frekuensi Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013

Ditinjau dari Aspek Product dengan Responden Siswa ... 130 Tabel 78. Kategori Kecenderungan Kesesuaian Implementasi Kurikulum

2013 Ditinjau dari Aspek Product Responden Siswa... 131 Tabel 79. Kategori Kesesuaian Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari

Aspek Product Responden Siswa ... 132 Tabel 80. Nilai Rata-rata Tiap Butir Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau

dari Aspek Product dengan Responden Siswa ... 133 Tabel 81. Rangkuman Nilai Rata-rata Implementasi Kurikulum di SMK


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang sangat penting. Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan merupakan upaya dalam peningkatan sumber daya manusia yang lebih baik. Bekal pendidikan yang dimiliki masyarakat akan menciptakan sumber daya manusia yang bermutu dan dapat bersaing secara kompetitif dengan sumber daya dari luar. Pendidikan merupakan sarana paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai tujuan.

Perubahan menuju masa depan yang lebih baik memacu pemerintah melakukan perubahan kurikulum guna mempersiapkan kualitas peserta didik agar siap bersaing dengan negara lain. Perubahan kurikulum juga didasari dengan sistem pendidikan nasional yang tidak lagi efektif. Pada tanggal 15 Juli 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA, menetapkan kebijakan Kurikulum baru untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yang diberi nama Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan guna meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan softskill dan hard skill yang berupa aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Hilda Karli (2014: 84) menyatakan bahwa Kurikulum sebagai rencana untuk pengalaman belajar siswa di sekolah mencapai tujuan pendidikan dan menjamin adanya keseimbangan antara proses pendidikan dan pemakai lulusan. Oleh karena


(15)

2

itu kurikulum disusun sesuai zamannya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 disusun guna mempersiapkan lulusan siap masuk dunia kerja sedangkan Kurikulum 2013 disusun guna mempersiapkan lulusan menghadapi era globalisasi. Perbedaan KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 antara lain pada proses penyusunan RPP dan silabus, format rapor, pendekatan pembelajaran, beban belajar dan komponen mata pelajaran. Penilaian proses dan model pembelajaran yang disarankan pada hakekatnya sama.

Implementasi kurikulum menuntut kemandirian guru dan kepala sekolah untuk mengkaji dan memahami Standar Nasional Pendidikan, serta menerapkannya dalam pembelajaran. Disisi lain, pemerintah juga dituntut untuk memenuhi apa yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Seperti halnya yang disampaikan Faridah Alawiyah (2014: 9), kebijakan kurikulum 2013 ditujukan dalam upaya perbaikan kurikulum sebelumnya. Memasuki tahun pelajaran baru 2014/2015, implementasi kurikulum ini masih menghadapi satu kendala besar yang harus segera ditangani, yaitu persoalan kesiapan guru sebagai kunci keberhasilan implementasinya. Beberapa program persiapan sudah dilakukan pemerintah, namun masih terdapat beberapa kendala sehingga belum semua guru memiliki kompetensi yang memadai untuk mengimplementasikan suatu kurikulum.

Pada akhir tahun 2014 terjadi pergantian pemerintahan pusat, Presiden dan Kabinet yang telah terpilih menggantikan posisi pemerintahan lama. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) baru, Anies Baswedan membuat kebijakan yang membatasi penerapan Kurikulum 2013,


(16)

3

yaitu dengan mengembalikan beberapa sekolah dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006 dengan pertimbangan ketidaksiapan sejumlah guru menghadapi Kurikulum 2013. Kebijakan ini kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 160 Tahun 2014 tentang pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum tahun 2013.

Melalui peraturan tersebut SMK Negeri 2 Pengasih memberlakukan Kurikulum 2013. SMK Negeri 2 Pengasih telah menerapkan Kurikulum 2013 sejak kebijakan itu pertama ditetapkan. SMK Negeri 2 Pengasih memiliki 10 jurusan yang telah menerapkan Kurikulum 2013 yang salah satunya adalah jurusan Teknologi Komputer Jaringan dan Teknik Elektronika Industri (TKJ-TELIN). Tahun 2015 merupakan tahun ketiga dimana jurusan TKJ-TELIN di SMK Negeri 2 Pengasih menerapkan kurikulum 2013 dan telah memasuki semester keempat sejak penerapan, namun evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun penerapan di sekolah belum dilaksanakan. Pelatihan berkaitan Kurikulum 2013 yang telah dilakukan juga dianggap belum cukup, sehingga guru masih mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Padahal, guru memiliki peran penting dalam hal pelaksanaan dan keberhasilan Kurikulum 2013, terlebih dalam penyusunan rencana pembelajaran.

Selain dari faktor guru yang berkompeten, menurut Mulyasa (2014: 11 – 12) indikator keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 juga dapat dilihat dari indikator-indikator perubahan, yaitu: (1) Adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreatif, dan mandiri; (2) adanya peningkatan mutu pembelajaran; (3) Adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan


(17)

4

dan pendayagunaan sumber belajar; (4) Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi masyarakat; (5) Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah; (6) Tumbuhnya sikap, ketrampilan, dan pengetahuan secara secara utuh dikalangan peserta didik; (7) Terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM); (8) Terciptanya iklim yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (joyfull learning); (9) Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous quality improvement). Oleh karena itu, evaluasi kurikulum perlu dilakukan agar menjadi dasar perbaikan dan penyempurnaan terhadap segala komponen kurikulum yang ada.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian evaluasi implementasi Kurikulum di SMK Negeri 2 Pengasih.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, permasalahan yang dapat diindentifikasi diantaranya adalah pemahaman guru terhadap isi Kurikulum 2013 yang masih kurang. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang tergolong baru dan penetapan kebijakannya yang terkesan tergesa-gesa membuat sejumlah guru tidak siap dalam menghadapi segala perubahan yang ada dalam kurikulum baru. Pemahaman guru dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan (diklat), workshop maupun seminar, namun pada kenyataan diklat yang terjadi sangat minim diadakan. Diklat yang minim Kurikulum 2013 menjadi sebuah permasalahan dalam implementasi Kurikulum 2013. Dampak dari ketergesa-gesaan penetapan kurikulum baru dan kegiatan diklat yang minim adalah guru mengalami kesulitan dalam penyusunan rencana pelaksanaan


(18)

5

pembelajaran yang baik dan benar. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan dasar atau bekal pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Ketiadaan buku referensi bagi guru maupun siswa di sekolah juga menjadi permasalahan besar. Buku yang menjadi sumber pemahaman materi belajar tidak terpenuhi, sehingga menjadi hambatan dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013. Permasalahan sarana selain buku adalah ketidaklayakan sejumlah peralatan penunjang pelaksanaan pembelajaran. Guru yang dituntut untuk memenuhi tuntutan perubahan kurikulum baru mengalami banyak permasalahan. Pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 yang masih memiliki kekurangan, membuat sejumlah guru lebih nyaman menggunakan Kurikulum 2006. Hal tersebut menjadi nyata permasalahan dan keadaannya, karena evaluasi implementasi Kurikulum 2013 setelah setahun penerapan di sekolah belum diadakan.

Evaluasi terhadap implementasi Kurikulum merupakan suatu tema yang sangat luas, meliputi banyak komponen, banyak kegiatan dan sejumlah prosedur. Kegiatan evaluasi suatu program terdapat berbagai model evaluasi, diantaranya model Stake, Tyler, Alkin, dan CIPP. Model Stake (Countenance Model) menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu, description dan judgement serta membedakan menjadi tiga aspek dalam program pendidikan, yaitu antecedent (context), transaction (process) dan outcomes. Model evaluasi kurikulum Tyler ditujukan kepada tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum suatu pelaksanaan kurikulum serta pada saat


(19)

6

peserta didik telah melaksanakan kurikulum tersebut. Model Tyler hanya fokus pada hasil belajar dan mengabaikan dimensi proses. Model Alkin membagi aspek evaluasi ini atas tiga hal, yaitu masukan, proses atau perantara (mediating), dan keluaran (hasil). Model Alkin ini hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah siap dilaksanakan di sekolah. Model CIPP memiliki 4 jenis aspek evaluasi yaitu evaluasi context (konteks), input (masukan), process (proses), dan product (hasil). Model CIPP dapat digunakan pada program yang sudah selesai (sumatif) maupun program yang masih dalam tahap pengembangan (formatif).

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada evaluasi yang berkaitan dengan aspek context, input, process, dan product implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006 di SMK Negeri 2 Pengasih pada Jurusan Teknik Komunikasi Jaringan dan Teknik Elektronika Industri. Pendekatan evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product). Model evaluasi CIPP dipilih karena lebih komprehensif dibandingkan model evaluasi lainnya.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat disajikan berdasarkan batasan masalah di atas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kesesuaian implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek context?

2. Bagaimanakah kesesuaian implementasi Kurikulum 2006 di SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek context?


(20)

7

3. Bagaimanakah kesesuaian implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek input?

4. Bagaimanakah kesesuaian implementasi Kurikulum 2006 di SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek input?

5. Bagaimanakah kesesuaian implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek process?

6. Bagaimanakah kesesuaian implementasi Kurikulum 2006 di SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek process?

7. Bagaimanakah kesesuaian implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek product?

8. Bagaimanakah kesesuaian implementasi Kurikulum 2006 di SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek product?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006 di SMK Negeri 2 Pengasih. Evaluasi implementasi Kurikulum 2006 digunakan sebagai pembanding antara implementasi Kurikulum 2006 yang sudah selesai dengan implementasi Kurikulum 2013 yang sedang dilaksanakan.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pikiran kepada peneliti selanjutnya tentang implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006.


(21)

8 2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi dan pertimbangan agar sekolah melakukan pengembangan kurikulum guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan menjadi bahan pengetahuan tentang dunia pendidikan di Indonesia.


(22)

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Sekolah Menengah Kejuruan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Hampir senada dengan undang-undang tersebut, di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 disebutkan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan yang membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang memberikan bekal berbagai pengetahuan, keterampilan dan pengetahuan kepada peserta didik sehingga mampu melakukan pekerjaan tertentu yang dibutuhkan, baik bagi dirinya, dunia kerja, maupun pembangunan bangsanya (Tri Atmadji, 2013: 87). Menurut Dwi Jatmoko (2013: 2), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang berpotensi untuk mempersiapkan SDM yang dapat terserap oleh dunia kerja, karena materi teori dan praktik yang bersifat aplikatif telah diberikan sejak pertama masuk SMK, dengan harapan lulusan SMK memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Senada dengan Dwi Jatmoko, Husaini (2012: 8), menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan disebut juga pendidikan teknik,


(23)

10

pendidikan okupasi, dan pendidikan vokasional. Semua tujuannya sama, yaitu menyiapkan lulusan untuk bekerja dibidangnya masing-masing.

Rupert Evans (dalam Hadi Yanuar: 2013) merumuskan bahwa Pendidikan Kejuruan bertujuan untuk: (1) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja; (2) Meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu; (3) Mendorong motivasi untuk belajar terus. Selain tujuan, pendidikan kejuruan juga harus memiliki acuan keberhasilan seperti yang diungkapkan oleh Lesgold (dalam Yusuf Wibisono: 2013), yaitu harus memperhatikan : (1) Sasaran produk haruslah terdefinisi secara baik, akurat, dan jelas yang merupakan interaksi yang intens antara sekolah dengan masyarakat; (2) perlengkapan (sarana dan prasarana) yang dibutuhkan untuk mencapai yang telah ditetapkan haruslah mencukupi, sehingga merupakan unsur penjamin bahwa sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara baik; (3) spesifikasi tim sukses atau tim pelaksana program yang akan bertanggung jawab terhadap keberhasilan sasaran haruslah lengkap dan jelas; dan (4) penelitian atau pengkajian terus menerus dan berkesinambungan agar dapat diketahui, sehingga langkah perbaikan dan penanggulangan dapat ditetapkan segera.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan adalah lembaga yang menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi dibidang kejuruan tertentu dengan materi teori maupun praktek agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.


(24)

11 2. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Definisi kurikulum seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Loeloek & Sofan (2013: 16) menyatakan bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang berisikan sejumlah data atau informasi yang dipakai sebagai petunjuk pembelajaran atau dalam bentuk buku teks yang berisikan sejumlah materi yang diperlukan untuk dicapai dalam sebuah rencana pembelajaran.

Definisi yang hampir sama disampaikan oleh Wina Sanjaya (dalam Ahmad Yani, 2014: 6) bahwa kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Kurikulum merupakan seperangkat rencana sebagai pedoman pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan akan dapat berjalan dengan baik, efektif, dan efisien sesuai yang diharapkan dengan adanya kurikulum.

Menurut Nana Syaodih (dalam Murni, 2013: 30), kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua


(25)

12

pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Selanjutnya dijelaskan untuk memahami konsep kurikulum setidaknya ada tiga pengertian yang harus dipahami, yaitu (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai suatu rencana belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem per sekolahan dan sistem pendidikan, dan sistem masyarakat; dan (3) kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang kajian kurikulum yang merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, pendidikan, dan pengajaran.

Hilda Karli (2014: 84) menyatakan kurikulum sebagai rencana untuk pengalaman belajar siswa di sekolah mencapai tujuan pendidikan dan menjamin adanya keseimbangan antara proses pendidikan dan pemakai lulusan. Menurut Trump & Miller (dalam Loeloek & Sofan, 2013: 3), kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu dan jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu rencana yang memuat tujuan, materi dan pedoman penyelenggaraan pembelajaran yang baik, efektif, dan efisien sehingga pendidikan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.


(26)

13 b. Komponen Kurikulum

Sholeh Hidayat (2013: 51) menyatakan bahwa kurikulum adalah suatu sistem, memiliki yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu komponen (1) Tujuan, (2) isi/bahan ajar, (3) strategi atau metode, (4) organisasi dan (5) evaluasi. Komponen-komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran. Pendapat yang hampir senada dengan Sholeh Hidayat disampaikan oleh Nana Syaodih (2009: 102 – 110), kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia atau binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atas komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media serta evaluasi. Komponen-komponen tersebut dijabarkan oleh Nana Syaodih sebagai berikut:

1) Tujuan; Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama, perkembangan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara.

2) Bahan ajar; Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Kegiatan dan lingkungan demikian dirancang dalam suatu rencana mengajar.


(27)

14

3) Strategi mengajar; Guru dalam merancang suatu bahan ajar ia juga harus memikirkan strategi mengajar mana yang sesuai untuk menyajikan bahan ajar.

4) Media mengajar; Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar.

5) Evaluasi; Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.

3. Sarana Prasarana

a. Pengertian Sarana Prasarana

Barnawi & M. Arifin (2012: 47) mendefinisikan sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Penekanan pada pengertian tersebut adalah pada sifatnya, sarana bersifat langsung dan prasarana bersifat tidak langsung dalam menunjang proses pendidikan.

b. Standar Sarana Prasarana SMK

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 42 ayat 1 dan 2 tentang standar sarana prasarana pendidikan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar


(28)

15

lainnya, serta perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang pendidik, ruang tatausaha, perpustakaan, laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, kantin, tempat olahraga, tempat ibadah, tempat bermain, dan tempat lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Standar sarana dan prasarana untuk SMK dijelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 40 Tahun 2008 tentang standar sarana dan prasarana SMK/MAK pada pasal 1 sebagai berikut:

1) Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah.

2) Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi SMK/MAK.

3) Perabot adalah sarana pengisi ruang.

4) Peralatan adalah sarana yang secara langsung digunakan untuk pembelajaran.

5) Set adalah seperangkat peralatan dalam satu ruang untuk mendukung kegiatan belajar.

6) Media pendidikan adalah peralatan yang digunakan untuk membantu komunikasi dalam pembelajaran.

7) Buku teks pelajaran adalah buku pelajaran yang menjadi pegangan peserta didik dan guru untuk setiap mata pelajaran.

8) Buku pengayaan adalah buku untuk memperkaya pengetahuan peserta didik dan guru.


(29)

16

9) Buku referensi adalah buku rujukan untuk mencari informasi atau data tertentu.

10) Sumber belajar lainnya adalah sumber informasi dalam bentuk selain buku meliputi jurnal, majalah, surat kabar, poster, situs (website), dan compact disk.

11) Bahan habis pakai adalah barang yang digunakan dan habis dalam waktu relatif singkat.

12) Perlengkapan lain adalah alat mesin kantor dan peralatan tambahan yang digunakan untuk mendukung fungsi SMK/MAK. 13) Teknologi informasi dan komunikasi adalah satuan perangkat keras

dan lunak yang berkaitan dengan akses dan pengelolaan informasi dan komunikasi.

14) Lahan adalah bidang permukaan tanah yang di atasnya terdapat prasarana SMK/MAK meliputi bangunan, lahan praktik, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamanan.

15) Infrastruktur adalah prasarana penunjang untuk keamanan dan kenyamanan lingkungan sekolah.

16) Bangunan adalah gedung yang digunakan untuk menjalankan fungsi SMK/MAK.

17) Ruang kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktik yang tidak memerlukan peralatan khusus.

18) Ruang praktik, meliputi bengkel, studio, demplot, kandang, bangsal, dan ruang sejenis, adalah tempat pelaksanaan kegiatan praktik, perawatan dan perbaikan peralatan.

19) Lahan praktik adalah sebidang lahan untuk melaksanakan kegiatan praktik.

20) Area kerja adalah tempat melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam ruang yang hanya dibatasi dengan garis lantai. 21) Ruang guru praktik/instruktur adalah ruangan kerja instruktur dalam


(30)

17

22) Bangunan praktik adalah bangunan bukan gedung untuk mendukung pelaksanaan praktik di lahan.

23) Ruang laboratorium adalah ruang untuk pembelajaran secara praktik yang memerlukan peralatan khusus.

24) Ruang sirkulasi adalah ruang penghubung antar bagian bangunan SMK/MAK.

25) Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka.

26) Ruang guru adalah ruang untuk guru bekerja di luar ruang kelas, beristirahat, dan menerima tamu.

27) Ruang pimpinan adalah ruang untuk pimpinan melakukan kegiatan pengelolaan SMK/MAK.

28) Ruang tata usaha adalah ruang untuk pengelolaan administrasi SMK/MAK.

29) Ruang konseling adalah ruang untuk peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, karir, dan bursa kerja.

30) Ruang UKS adalah ruang untuk menangani peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan dini dan ringan di SMK/MAK. 31) Ruang organisasi kesiswaan adalah ruang untuk melakukan

kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi peserta didik. 32) Jamban adalah ruang untuk buang air besar dan/atau kecil.

33) Gudang adalah ruang untuk menyimpan peralatan pembelajaran di luar ruang kelas, peralatan SMK/MAK yang tidak/belum berfungsi, dan arsip SMK/MAK.

34) Tempat berolahraga adalah ruang terbuka atau tertutup yang dilengkapi dengan sarana untuk melakukan pendidikan jasmani dan olah raga.


(31)

18

35) Tempat bermain adalah ruang terbuka atau tertutup untuk peserta didik dapat melakukan kegiatan bebas, termasuk kegiatan kesenian.

36) Tempat beribadah adalah tempat warga SMK/MAK melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.

4. Guru

Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggungjawab dalam bidang pendidikan.

Mulyasa (2013: 16) menjelaskan bahwa guru memiliki tanggung jawab yang dapat dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, yaitu sebagai berikut:

a. Tanggung jawab moral; bahwa setiap guru harus mapu menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya.

b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan; guru harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu mengembangkan kurikulum, silabus, RPP, melaksanakan pembelajaran yang efektif, menjadi model bagi peserta didik, memberikan nasehat, melaksanakan evaluasi, dan mengembangkan peserta didik.

c. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan; bahwa setiap guru harus turut mensukseskan pembangunan, yang harus kompeten dalam membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat.

d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan; guru harus memajukan ilmu dengan penelitian dan pengembangan.


(32)

19

Peran dan fungsi guru juga berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Menurut Mulyasa (2013: 19), peran dan fungsi guru diantaranya:

a. Sebagai pendidik dan pengajar; guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, realistis, jujur, dan terbuka serta peka terhadap perkembangan.

b. Sebagai anggota masyarakat; bahwa guru harus pandai bergaul dengan masyarakat.

c. Sebagai pemimpin; setiap guru harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar sesama, dan teknik komunikasi.

d. Sebagai administrator; guru harus menghadapi tugas administrasi sekolah.

e. Sebagai pengelola pembelajaran; guru harus menguasai berbagai metode pembelajaran dan mehami situasi belajar mengajar.

5. Pembelajaran

Menurut Zainal Arifin (2012: 8), suatu aktivitas dapat disebut juga pembelajaran jika mengandung unsur pemberi dan penerima dalam rangka membantu penerima agar bisa mendapatkan inti yang disampaikan pemberi. Kegiatan pembelajaran di kelas dilakukan oleh guru agar materi pelajaran dapat tersampaikan kepada siswa.

Menurut Mulyasa (2014:125 – 129), pada umumnya kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti


(33)

20

atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup. Kegiatan pembelajaran tersebut dijabarkan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal atau Pembukaan

Kegiatan awal ini mencangkup pembinaan keakraban dan pre-test. Pembinaan keakraban perlu dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Setelah pembinaan keakraban, kegiatan dilakukan dengan prestest.

b. Kegiatan Inti atau Pembentukan Kompetensi dan Karakter

Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencangkup penyampaian informasi, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik.

c. Kegiatan Akhir dan Penutup

Kegiatan akhir pembelajaran atau penutup dapat dilakukan dengan memberikan tugas berupa pengayaan dan remidial terhadap kegiatan inti.

6. Penilaian

Pengertian penilaian dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran. Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan arti penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (Input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Menurut M. Fadlillah (2014: 144), penilaian


(34)

21

otentik adalah penilaian yang nyata dan dibuktikan dengan kinerja atau hasil-hasil yang telah dibuat oleh peserta didik.

Pada Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum disebutkan teknik mengumpulkan informasi kemajuan peserta didik, yaitu:

a. Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala penilaian.

b. Penilaian sikap menggunakan observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.

c. Tes tertulis.

d. Penilaian proyek yang dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.

e. Penilaian produk. f. Penilaian portofolio.

g. Penilaian diri adalah teknik penilaian dimana peserta didik menilai dirinya sendiri.

Ruang lingkup aspek penilaian pengetahuan dan keterampilan sudah cukup jelas, karena mudah diamati indikatornya, namun untuk aspek sikap masih cukup sulit. Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:

a. Sikap terhadap materi pelajaran; b. Sikap terhadap guru/ pengajar; c. Sikap terhadap pembelajaran;

d. Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.


(35)

22 B. Kajian Program yang Dievaluasi

1. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Menurut M. Fadlillah (2014: 16), Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirilis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja titik yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompentensi.

Rusman (2013: 250) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Penyempurnaan kurikulum merupakan pengembangan kurikulum. Hal ini dilakukan dalam rangka memenuh kebutuhan dan tuntutan, baik yang menyangkut kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, maupun yang berkaitan dengan ilmu, pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK, Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;


(36)

23

2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran;

6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar Mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

b. Tujuan Kurikulum 2013

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.


(37)

24

Menurut Chona Ayu (2014: 225), tujuan kurikulum 2013 SMK/MAK, yaitu: (1) mengetahui kesempatan kepada peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat mereka, (2) mendeskripsikan mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik, (3) mendeskripsikan peluang kepada peserta didik melakukan pilihan mulai pada kelompok program keahlian sebagai program peminatan dan kemudian berlanjut melakukan pilihan program pendalaman peminatan pada kelompok paket keahlian, (4) untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Menurut M. Fadlillah (2014: 25), tujuan Kurikulum 2013 dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft skills; (2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif; (3) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi; (4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat; (5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan.

Tujuan Kurikulum 2013 menurut berbagai pendapat di atas pada dasarnya sama, yaitu mempersiapkan peserta didik yang beriman


(38)

25

produktif, afektif, kreatif, inovatif, dan mandiri serta menyeimbangkan hardskill dan softskill peserta didik.

c. Pengertian Implementasi Kurikulum 2013

Menurut Mulyasa (2014: 99), Implementasi Kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Implementasi Kurikulum 2013 merupakan penerapan dari kurikulum yang dirancang guna menyukseskan tujuan pendidikan di Indonesia menuju kehidupan bangsa yang lebih baik berlandaskan pada aspek intelegensi, emosi, dan spiritual.

d. Pengembangan Kurikulum 2013

Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman pengembangan Kurikulum 2013 menurut M. Fadlillah (2014: 26), sama seperti prinsip penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Adapun prinsip-prinsipnya sebagai berikut:

1) Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia

Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh.

2) Kebutuhan Kompetensi Masa Depan

Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab, toleran dalam


(39)

26

keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan. 3) Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat

Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik

Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.

4) Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.

5) Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.


(40)

27 6) Tuntutan Dunia Kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja.

7) Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.

Pengembangan Kurikulum 2013 menurut Widha Sunarno (2013: 4) didasarkan pada alasan agar siswa memiliki kompetensi untuk masa depan, yang meliputi: (1) Kemampuan berkomunikasi; (2) Kemampuan berpikir jernih dan kritis; (3) Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan; (4) kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab; (5) kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda; (6) Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal; (7) Memiliki minat luas dalam kehidupan; (8) Memiliki kesiapan untuk bekerja; (9) Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan (10) Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan.


(41)

28 e. Struktur Kurikulum 2013

1) Kompetensi Inti

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK, Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

a) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; b) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; c) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan d) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Kompetensi Inti Sekolah Menengah Kejuruan/ MAK KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII 1) Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2) Menghayati dan

Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung -jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi

2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung -jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan

menunjukan sikap sebagai

2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung -jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan


(42)

29

Tabel 1. (Lanjutan) KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3) Memahami, menerapkan dan menganalisis

pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

3) Memahami, menerapkan, dan menganalisis

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin tah unya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

3) Memahami, menerapkan, menganalisis, dan

mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural, dan

metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan ke jadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. 4) Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas

spesifik di bawah pengawasan langsung.

4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

4) Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengemb angan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

2) Mata Pelajaran

a) Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah

Untuk mewadahi konsep kesamaan muatan antara SMA/MA dan SMK/MAK, maka dikembangkan Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah, terdiri atas Kelompok Mata pelajaran Wajib


(43)

30

dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib mencakup 9 (sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Isi kurikulum (KI dan KD) dan kemasan substansi untuk Mata pelajaran wajib bagi SMA/MA dan SMK/MAK adalah sama. Struktur ini menerapkan prinsip bahwa peserta didik merupakan subjek dalam belajar yang memiliki hak untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minatnya.

Tabel 2. Mata Pelajaran Pendidikan Menengah

Nama

Alokasi Waktu Per Minggu

X XI XII

Kelompok A (Wajib)

1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 2 Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

2 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4 4

4 Matematika 4 4 4

5 Sejarah Indonesia 2 2 2

6 Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Wajib)

7 Seni Budaya 2 2 2

8 Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan

3 3 3

9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu

24 24 24

Kelompok C (Peminatan)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA)

18 20 20

Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/MAK)

24 24 24

Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh Perminggu (SMA/MA)

42 44 44

Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh Perminggu (SMK/MAK)

48 48 48

Mata pelajaran Kelompok A dan C adalah kelompok Mata pelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat. Mata


(44)

31

pelajaran Kelompok B adalah kelompok mata pelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. b) Struktur Kurikulum SMK/ MAK

Kurikulum SMK/MAK dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan SMK/MAK pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat peserta didik saat memasuki pendidikan menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Pasal 80 menyatakan bahwa: (1) penjurusan pada SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat berbentuk bidang keahlian; (2) setiap bidang keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih program studi keahlian; (3) setiap program studi keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih kompetensi keahlian. Bidang keahlian pada SMK/MAK meliputi: (a) Teknologi dan Rekayasa; (b) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (c) Kesehatan; (d) Agribisnis dan Agroteknologi; (e) Perikanan dan Kelautan; (f) Bisnis dan Manajemen; (g) Pariwisata; (h) Seni Rupa dan Kriya; (i) Seni Pertunjukan.

Dalam penetapan penjurusan sesuai dengan bidang/ program/ paket keahlian mempertimbangan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


(45)

32

Pemilihan Peminatan Bidang Keahlian dan program keahlian dilakukan saat peserta didik mendaftar pada SMK/MAK. Pilihan pendalaman peminatan keahlian dalam bentuk pilihan Paket Keahlian dilakukan pada semester 3, berdasarkan nilai rapor dan/atau rekomendasi guru BK di SMK/MAK dan/atau hasil tes penempatan (placement test) oleh psikolog.

Pada SMK/MAK, Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas:

(a) Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1); (b) Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2); (c) Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3).

Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan industri.

3) Beban Belajar

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

a) Beban belajar di Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah 48 jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 45 menit.


(46)

33

b) Beban belajar di Kelas X, XI, dan XII dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.

c) Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.

d) Beban belajar di kelas XII pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan paling banyak 16 minggu.

e) Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40 minggu.

Setiap satuan pendidikan boleh menambah jam belajar per minggu berdasarkan pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.

2. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP 2006

Kurikulum 2013 dibuat dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan kurikulum sebelum, yaitu Kurikulum 2006. Oleh karena itu terdapat perbedaan atara keduanya, baik dari pelaksana, buku, RPP, pendekatan pembelajaran sampai dengan penilaian.

Eddy Sutadji (2014: 280) memaparkan perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum 2006, bahwa tiap mata pelajaran di kurikulum 2013 mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan) dengan penekanan yang berbeda. Secara lebih spesifik bahwa: (1) mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas; (2) Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge; (3) semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan saintifik


(47)

34

melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar; (4) tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat; (5) SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap; dan (6) penjurusan di SMK tidak terlalu detil (sampai bidang studi), di dalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman.

Beberapa perbedaan mendasar yang ada di Kurikulum 2013 dengan KTSP juga disampaikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2013) dalam Mulyasa (2014: 167 – 172). Perbandingan tersebut disajikan dalam berbagai tabel berikut.

Tabel 3. Perbedaan Esensial KTSP dengan Kurikulum 2013

No KTSP Kurikulum 2013

1 Mata pelajaran tertentu

mendukung kompetensi tertentu

Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (Sikap, Keterampilan, Pengetahuan) 2 Mata pelajaran dirancang berdiri

sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri

Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas

3 Bahasa Indonesia sejajar dengan mapel lain

Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain (sikap dan keterampilan berbahasa) 4 Tiap mata pelajaran diajarkan

dengan pendekatan berbeda

Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik) melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar 5 Untuk SMA ada penjurusan

sejak kelas XI

Tidak ada penjurusan SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat

6 SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi

SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

7 Penjurusan di SMK sangat detil Penjurusan di SMK tidak terlalu detil sampai bidang studi, didalamnya terdapat

pengelompokkan peminatan dan pendalaman


(48)

35

Tabel 4. Perbedaan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum Elemen Ukuran Tata

Kelola KTSP 2006 Kurikulum 2013

Guru Kewenangan Hampir mutlak Terbatas

Kompetensi Harus tinggi Sebaiknya tinggi. Bagi yang rendah masih

terbantu dengan adanya buku

Beban Berat Ringan

Efektivitas waktu untuk kegiatan pembelajaran Rendah (banyak waktu untuk persiapan) Tinggi

Buku Peran penerbit Besar Kecil

Variasi materi dan proses

Tinggi Rendah

Variasi harga/beban siswa

Tinggi Rendah

Siswa Hasil

pembelajaran Tergantung sepenuhnya pada guru Tidak sepenuhnya tergantung guru, tetapi juga buku yang

disediakan pemerintah Peman-tauan Titik Penyimpangan

Banyak Sedikit

Besar

Penyimpangan

Tinggi Rendah

Pengawasan Sulit Mudah

Tabel 5. Perbedaan Kurikulum KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 berdasarkan peran yang berwenang

Proses Peran KTSP 2006 Kurikulum 2013 Penyusunan

Silabus

Guru Hampir mutlak (dibatasi hanya oleh SK-KD)

Pengembangan dari yang sudah disiapkan Pemerintah Hanya sampai

SK-KD Mutlak Pemerintah Daerah Supervisi penyusunan Supervisi pelaksanaan


(49)

36

Tabel 5. (Lanjutkan)

Proses Peran KTSP 2006 Kurikulum 2013 Penyediaan

Buku

Penerbit Kuat Lemah

Guru Hampir mutlak Kecil, untuk buku pengayaan Pemerintah Kecil, untuk

kelayakan penggunaan di sekolah

Mutlak untuk buku teks, kecil untuk buku pengayaan

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Guru Hampir mutlak Kecil, untuk pengembangan dari yang ada di buku teks Pemerintah Daerah Supervisi penyusunan dan pemantauan Supervisi pelaksanaan dan pemantauan Pelaksanaan Pembelajaran

Guru Mutlak Hampir mutlak

Pemerintah Daerah Pemantauan kesesuaian dengan rencana (variatif) Pemantauan kesesuaian dengan buku teks (terkendali) Penjaminan Mutu

Pemerintah Sulit, karena variasi terlalu besar

Mudah, karena mengarah pada pedoman yang sama


(50)

37 C. Kajian Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi CIPP dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam dan kawan-kawan di Ohio State University. Menurut Wirawan (2011: 92), model evaluasi CIPP terdiri dari empat jenis, yaitu evaluasi konteks (context evaluation), evaluasi masukkan (input evaluation), evaluasi proses (process evaluation), dan evaluasi produk (product evaluation).

1. Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks adalah evaluasi yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang yang diperlukan dalam proses evaluasi. Evaluasi konteks juga mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program. Dengan demikian evaluasi konteks berupaya menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan, populasi, dan tujuan disusunnya suatu program.

2. Evaluasi Masukan

Evaluasi masukan adalah evaluasi yang mengidentifikasi masalah, aset, dan peluang untuk membantu kelompok-kelompok pengambil keputusan untuk mendefinisikan tujuan, prioritas-prioritas, dan membantu kelompok yang lebih luas dalam meniliai tujuan, prioritas, dan manfaat-manfaat program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf, dan anggaran untuk fleksibilitas dan potensi efisiensi untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang diharapkan (Wirawan,2011: 93).

3. Evaluasi Proses

Evaluasi proses dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang program yang sedang dilaksanakan. Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana-rencana yang ditargetkan yang selanjutnya


(51)

38

membantu kelompok yang lebih luas atau pemilik kepentingan dalam menilai program dan mengintepretasikan manfaat dari program yang direncanakan.

4. Evaluasi Produk

Evaluasi produk berupaya untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kesuksesan dari hasil pelaksanaan program. Evaluasi produk juga mengidentifikasi keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan ataupun tidak direncanakan, jangka pendek atau jangka panjang.

Stufflebeam (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007: 116), menggolongkan program pendidikan atas empat aspek, yaitu context, input, process, dan product, serta mengajukan suatu model evaluasi dengan nama CIPP Model yang merupakan singkatan dari keempat aspek. Keempat aspek perlu untuk evaluasi pengembangan kurikulum, dimana masing-masing aspek di atas adalah:

1. Konteks: Situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang dikembangkan dalam program yang bersangkutan, seperti misalnya masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi negara, pandangan hidup masyarakat dan seterusnya. 2. Masukan: Sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk

mencapai tujuan-tujuan pendidikan tersebut.

3. Proses: Pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatannya dilapangan.

4. Produk: Hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir pengembangan program pendidikan.


(52)

39

Menurut Zaini (2009: 152), model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan di Ohio State University AS memiliki beberapa aspek penilaian. Penilaian berdasarkan model evaluasi ini memiliki empat macam jenis yaitu (1) penilaian konteks (context), (2) penilaian masukan (input), (3) penilaian proses (process), (4) penilaian keluaran (product).

Penilaian dari aspek konteks (context) berkaitan dengan tujuan, visi dan misi suatu sekolah. Variabel lain yang juga perlu diperhatikan adalah perkembangan dan kebutuhan yang berkembang di lingkungan sekitar. Evaluasi konteks berupaya menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan, populasi, serta tujuan pembelajaran. Penilaian dari aspek masukan (input) digunakan dalam pengambilan keputusan desain. Desain yang dimaksud adalah mengenai rancangan program pembelajaran yang akan dilaksanakan berdasarkan kemampuan peserta didik dan kemampuan suatu sekolah. Penilaian proses (process) digunakan dalam membimbing langkah operasional dalam pembuatan keputusan. Penilaian proses ini menunjuk pada kegiatan yang dilakukan dalam program, kesanggupan pelaksana kurikulum dalam melaksanakan tugasnya, tanggung jawab dari masing-masing pelaksana, pemanfaatan sarana dan prasarana untuk pembelajaran, dan pelaksanaan program yang telah terjadwal. Penilaian keluaran (product) digunakan sebagai bahan pembuatan keputusan. Tingkat keterserapan materi pada pserta didik, jumlah lulusan peserta didik, kompetensi yang dimiliki peserta didik, dan tingkat peserta didik berkecimpung di dunia industri merupakan beberapa variabel yang termasuk dalam penilaian keluaran. Penilaian keluaran merupakan tahap akhir dari serangkaian proses evaluasi.


(53)

40

Olds dan Miller dalam Kuo-Hung Tseng (2010: 257 – 258), menyatakan bahwa untuk melakukan evaluasi dengan CIPP, maka langkah-langkah yang dibutuhkan untuk perencanaan penilaian adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi keserasian tujuan dari program yang dilaksanakan dengan tujuan dari institusi dan badan akreditasi sekolah yang ditunjuk; (2) mengembangkan objektivitas program dan kriteria performa pada tiap-tiap tujuan; (3) menentukan program kurikuler dan kegiatan ko-kurikuler; (4) menentukan metode yang terbaik untuk menilai dan mengevaluasi tiap-tiap hasil dan mengumpulkannya; (5) melaporkan hasil kepada instansi yang ditunjuk sebagai pertanggung jawaban dan memberikan perbaikan terhadap program tersebut. Evaluasi CIPP perlu dilakukan ditiap aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Context Evaluation

Evaluasi konteks dari sebuah kurikulum mencakup visi, misi dan hasil yang dicapai oleh kurikulum tersebut. Hal ini berarti penilaian juga dilakukan untuk menilai keadaan dimana kurikulum tersebut dilakukan. Keseluruhan data dan informasi dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dan pengembangan kurikulum selanjutnya.

2. Input Evaluation

Evaluasi masukan berisi materi-materi yang telah diajarkan oleh guru (termasuk kemampuan atau strategi guru dalam mengajar) dan itu berhubungan dengan peserta didik dan hasil yang dicapai. Hal yang termasuk kedalam evaluasi masukan adalah rencana kerja, saran dan prasarana, biaya dan sumber daya manusia.


(1)

165

4. Implementasi Kurikulum 2006 SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek input dengan responden guru termasuk dalam kategori sangat sesuai. Indikator yang mendapat nilai rendah adalah kelayakan mata pelajaran mengarah pada penguasaan kompetensi dengan kemajuan IPTEK.

5. Implementasi Kurikulum 2013 SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek process dengan responden guru termasuk dalam kategori sesuai dan Implementasi Kurikulum 2013 SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek process dengan responden siswa termasuk dalam kategori sesuai. Indikator yang mendapat nilai rendah adalah pemahaman guru dalam penyusunan RPP dan kedisplinan guru terhadap jam kedatangan mengajar.

6. Implementasi Kurikulum 2006 SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek process dengan responden guru termasuk dalam kategori sesuai. Indikator yang mendapat nilai rendah adalah dorongan guru kepada peserta didik untuk mengerjakan tugas.

7. Implementasi Kurikulum 2013 SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek product dengan responden guru termasuk dalam kategori sesuai dan Implementasi Kurikulum 2013 SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari aspek product dengan responden siswa termasuk dalam kategori sesuai. Indikator yang mendapat nilai rendah adalah kepuasan peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran dan minat mengikuti lomba berhubungan dengan program keahlian. 8. Implementasi Kurikulum 2006 SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari


(2)

166

sesuai. Indikator yang mendapat nilai rendah adalah minat peserta didik untuk berkarya mandiri dan dibidang pendidikan.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Pengembangan kurikulum yang sedang dilakukan pemerintah

maupun lembaga pendidikan diharapkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat, khususnya dibidang ekonomi.

2. Kurikulum diharapkan memerhatikan perkembangan psikologis peserta didik.

3. Sekolah diharapkan memenuhi kebutuhan buku Kurikulum 2013 yang dibutuhkan, agar siswa dan guru memiliki pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Sekolah perlu melakukan pemeriksaan secara berkala guna memeriksa kelayakan alat yang menunjang pembelajaran.

5. Sekolah diharapkan senantiasa mengetahui perkembangan IPTEK yang ada, sehingga mata pelajaran menjadi tidak ketinggalan jaman. 6. Sekolah diharapkan membuat diklat dan pengawasan berkaitan

dengan implementasi Kurikulum 2013.

7. Semua warga sekolah diharapkan dapat menaati peraturan akademik, khususnya jam kedatangan di kelas.

8. Guru diharapkan lebih memberikan motivasi belajar kepada tiap-tiap siswa.

9. Siswa diharapkan memiliki motivasi dan kemauan yang kuat untuk senantiasa belajar secara mandiri.


(3)

167

10. Pemerintah perlu mengadakan evaluasi menyeluruh berkaitan penerapan kurikulum baru.

C. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Butir-butir pertanyaan belum komprehensif menyentuh seluruh komponen kurikulum.

2. Instrumen angket penelitian yang digunakan bersifat normatif dan hanya menghasilkan opini bukan fakta.

3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI dan guru produktif Jurusan TKJ TELIN SMK Negeri 2 Pengasih sehingga tidak dapat dijadikan dasar evaluasi implementasi Kurikulum di SMK Negeri 2 Pengasih secara umum.


(4)

168

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yani. (2014). Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta.

Barnawi & M. Arifin. (2014). Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Chona Ayu S.P. (2014). Kesiapan SMK Mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada Studi Tata Kecantikan. Prosiding, Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses dari www.jurnal.upi.edu pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 21.21 WIB.

Djemari Mardapi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Dwi Jatmoko. (2013). Relevansi Kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Terhadap Kebutuhan Dunia Industri di Kabupaten Sleman. Jurnal Pendidikan Vokasi. Volume 3 Nomor 1. Hlm 2. Diakses dari www.journal.uny.ac.id/ pada tanggal 1 Februari 2015 pukul 22.23 WIB.

Eddy Sutadji. (2014). Pengukuran Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan: Tantangan Tenaga Pendidik dalam Melaksanakan Penilaian Menurut Kurikulum 2013. Prosiding, Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses dari www.jurnal.upi.edu pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 21.23 WIB.

Faridah Alawiyah. (2014). Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Info Singkat Kesejahteraan Sosial. Volume 6 Nomor 15. Hlm 9. Diakses dari www.berkas.dpr.go.id pada tanggal 20 Januari 2015 pukul 01.20 WIB.

Hadi Yanuar. (2013). Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kejuruan. Diakses dari

https://hadiyanuariswanto.wordpress.com/2013/05/31/fungsi-dan-tujuan-pendidikan-kejuruan/ pada tanggal 25 Maret 2015 pukul 21.03 WIB.

Hilda Karli. (2014). Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Penabur. Nomor 22. Hlm 84. Diakses dari www.bpkpenabur.or.id pada tanggal 2 Februari 2015 pukul 22.00 WIB.

Husaini Usman. (2012). Kepemimpinan Pendidikan Kejuruan. Yogyakarta: UNY Press.

Kuo-Hung Tseng dkk. (2010). Using the Context, Input, Process and Product Model to Assess an Engineering Curriculum. Jurnal World Transactions


(5)

169

on Engineering and Technology Education. Volume 8 Nomor 3. Hlm 257 – 258. Diakses dari www.wiete.com.au pada tanggal 10 Mei 2015 pukul 23.32 WIB.

Loeloek Endah Poerwati & Sofan Amri. (2013). Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustaka.

M. Fadlillah. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulyasa, E. (2013). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Murni Eva Marlina. (2013). Kurikulum 213 yang Berkarakter. Jurnal Jupiis. Volume 5 Nomor 2. Hlm 30. Diakses dari www.prosiding.upgrismg.ac.id pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 23.21 WIB.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2009). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Sarana Prasarana Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Rusman. (2013). Kurikulum 2013 (Suatu Analisis Pengembangan Kurikulum di Indonesia). Jurnal Edutech. Volume 1 Nomor 2. Hlm 250. Diakses dari

www.jurnal.upi.edu pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 21.20 WIB.

Sholeh Hidayat. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

170

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Thaufik Muhammad Prabowasito. (2012). Evaluasi KTSP Menggunakan Metode CIPP di SMK N 2 Yogyakarta Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik. Abstrak Hasil Penelitian UNY. Yogyakarta: Fakultas Teknik.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. IMTIMA.

Tri Atmadji Sutikno. (2013). Manajemen Strategik Pendidikan Kejuruan dalam Menghadapi Persaingan Mutu. Jurnal Teknologi dan Kejuruan. Volume 36 Nomor 1. Hlm 87. Diakses dari www.journal.um.ac.id pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 21.20 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahyudi. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 pada Program Keahlian Teknik Bangunan di SMKN 2 Wonosari. Abstrak Hasil Penelitian UNY. Yogyakarta: Fakultas Teknik.

Widha Sunarno. (2013). Kesiapan dan Kendala Dunia Pendidikan dalam Implementasi Kurikulum. Prosiding, Seminar Nasional FMIPA. Singaraja: UNDIKSHA. Diakses dari www.ejournal.undiksha.ac.id pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 23.24 WIB.

Wirawan. (2011). Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Y. Padmono. (2010). Evaluasi Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah Dasar. Abstrak Hasil Penelitian UNS. Surakarta: FKIP. Diakses dari www.eprints.uns.ac.id pada tanggal 1 Februari 2015 pukul 23.30 WIB.

Yusuf Wibisono. (2013). Pendidikan Kejuruan. Diakses dari http://garasikeabadian.blogspot.com/2013/03/pendidikan-kejuruan.html pada tanggal 25 Maret 2015 pukul 21.18 WIB.

Zainal Arifin Ahmad. (2012). Perencanaan Pembelajaran dari Desain sampai Implementasi. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Mandiri.

Zaini Muhammad. (2009). Pengembangan Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi. Yogyakarta: Teras.