Materi Workshop ITC DRR di Aceh 2017 8. Dit. Keswa
PEMBELAJARAN DARI BENCANA
GEMPA PIDIE JAYA
PANDUAN IASC Kesehatan jiwa dan
Psikososial:
Apa Yang Perlu Diketahui Oleh Petugas
Kesehatan Pada Situasi Krisis
Apa Itu IASC?
• The Inter-Agency Standing Committee merupakan bentuk
koordinasi antar lembaga bantuan kemanusiaan
• IASC terdiri berbagai badan PBB dan dan organisasi
kemanusiaan non-PBB.
• Berdiri pada tahun 1992 sebagai respon terhadap Resolusi
No. 46/182 pada Sidang Umum PBB: Memperkuat
koordinasi pada kegiatan bantuan kemanusian
• Resolusi itu mengatur IASC sebagai mekanisme utama
koordinasi antar-lembaga dalam menanggapi situasi
darurat yang kompleks.
• Respon minimal multi-sektor dalam bantuan kemanusiaan
• Informasi lebih lanjut: www.humanitarianinfo.org/iasc
Panduan dan Advokasi
2007
2010
2011
Instrumen Asesmen
2012
2012
2014
Tujuan Panduan
• Panduan merencanakan, mengembangkan
dan mengkoordinasikan program untuk
melindungi dan meningkatkan kesehatan jiwa
dan kesejahteraan psikososial pada situasi
darurat.
Prinsip Dasar
• Menghargai HAM (Kesetaraan dan Non-diskriminatif)
• Partisipatif
• Do No Harm (Tidak melalukan sesuatu yang berpotensi
membahayakan: Koordinasi untuk mengurangi
duplikasi kegiatan dan mengisi kebutuhan – Matriks
4Ws, desain kegiatan berdasarkan inforamsi yang
akurat, memperhatikan aspek budaya)
• Mengembangkan kapasitas setempat yang tersedia
• Diintegrasikan ke sistem yang ada
• Penanganan yang multilayer dan berjenjang
Matriks 4W (Who, Where, When, What)
No
Lembaga
Lokasi
Kapan
Kegiatan
Piramida Intervensi Pada Situasi Krisis
BENTUK & PELAKU INTERVENSI
Layanan kesehatan jiwa oleh spesialis [psikiater,
psikolog klinis, perawat jiwa]
Intervensi individu, keluarga, kelompok
oleh petugas kesehatan:, dokter, psikolog,
perawat, konselor terlatih.
Aktivasi dukungan sosial di
komunitas: relawan, pekerja sosial,
fasilitator masyarakat, komunitas,
keluarga
Pemenuhan kebutuhan
dasar dan rasa aman
relawan, masyarakat
KONDISI PENYINTAS
3-4%
Mengalami ganggunan berat
Layanan
spesialis
Layanan terfokus
Non-spesialis
20%
Memperkuat dukungan
keluarga dan
komunitas
Pemenuhan
kebutuhan dasar dan rasa aman
Mengalami persoalan kesehatan mental
sedang
Stres dan masalah
psikologis ringan
70 – 80 %
Sebagian besar
populasi terdampak
bencana
Sumber: IASC - Mental Health and Psychosocial Support in Humanitarian Emergencies: What Should Humanitarian Health Actors Know? (2010)
Konteks Masalah Kesehatan Jiwa dan Psikososial
Pada Situasi Krisis dan Bencana
Terkait dg kondisi sebelum situasi krisis/bencana: (1)
kemiskinan, diskriminasi, tekanan politik/konflik. (2) Penderita
gangguan jiwa sebelumnya, masalah penyalahgunaan obat
terlarang dan alkohol.
Kondisi yang terkait dg karena bencana: (1) rusaknya struktur
sosial masyarakat, rusaknya trust antar kelompok, terpisahnya
anggota keluarga. (2) Gangguan kesehatan jiwa dan
psikososial seperti acute stress, depresi krn tinggal di
pengungsian dll
Kondisi pasca situasi krisis/bencana misal: pemberian bantuan
kemanusiaan (distribusi bantuan yang tidak merata, ada pihak
yang merasa tidak mendapatkan cukup perhatian dan
bantuan, dll)
Respon Minimum Pada Situasi Krisis
Bagian A.
1.
Koordinasi
2.
Asesmen, monitoring dan evaluasi
Fungsi umum lintas sektor 3.
Perlindungan dan standar HAM
4.
Sumber daya manusia
5.
Mobilisasi dan dukungan komunitas
Ranah dukungan
kesehatan jiwa dan
psikososial
6.
Pelayanan kesehatan
7.
Pendidikan
8.
Diseminasi informasi
Bagian C.
9.
Keamanan pangan dan nutrisi
Bagian B.
Pertimbangan sosial dalam 10. Perencanaan tempat berteduh dan lokasi
ranah sektoral
11. Air dan sanitasi
Bagian A. Fungsi umum lintas ranah
Koordinasi
1.1 Menciptakan koordinasi dukungan kesehatan jiwa dan psikososial
secara lintas sektoral
Penilaian,
2.1 Melakukan penilaian masalah kesehatan jiwa dan psikososial
monitoring, dan 2.2 Memulai sistem partisipatoris dalam proses monitoring dan evaluasi
evaluasi
Proteksi dan
3.1 Menerapkan kerangka kerja hak azasi manusia HAM melalui
Standar HAM
dukungan kesehatan jiwa dan psiksosial
3.2 Mengidentifikasi, memonitor, mencegah dan merespon ancaman dan
kegagalan melalui perlindungan sosial
3.3 Mengidentifikasi, memonitor, mencegah dan merespon ancaman dan
kegagalan melalui perlindungan hukum
Sumber daya
manusia
4.1 Mengidentifikasi dan merekrut staf dan melibatkan relawan yang
memahami budaya setempat
4.2 Menerapkan pedoman perilaku dan pedoman etika staf
4.3 Mengorganisir orientasi dan pelatihan untuk para pekerja
kemanusiaan dalam bidang dukungan kesehatan jiwa dan psikososial
4.4 Mencegahan dan mengelola masalah-masalah kesehatan jiwa dan
kesejahteraan psikososial yang dialami oleh staf dan relawan
Bagian B. Ranah inti kesehatan jiwa dan dukungan psikososial
Mobilisasi dan 5.1 Memfasilitasi mobilisasi komunitas, kepemilikan dan kendali respon
tanggap darurat di semua sektor
dukungan
5.2 Memfasilitasi self-help (peduli diri) dan dukungan sosial komunitas
komunitas
(PFA atau Dukungan Psikologis Awal)
5.3 Memfasilitasi kondisi untuk praktik pemulihan dg memperhatikan
aspek budaya yang ada
5.4 Memfasilitasi dukungan untuk anak dan pengasuhnya
6.1 Mengikutsertakan pertimbangan sosial dan psikologis dalam
Pelayanan
pemberian pelayanan kesehatan umum
kesehatan
6.2 Menyediakan akses perawatan untuk orang-orang dengan gangguan
jiwa yang berat
6.3 Melindungi dan merawat orang-orang dengan gangguan jiwa berat
dan gangguan jiwa dan saraf lainnya yang tinggal dalam institusi
6.4 Mempelajari tentang dan, bilamana memungkinkan, berkolaborasi
dengan sistem penyembuhan setempat, tradisional dan asli
6.5 Meminimalisir bahaya penggunaan alkohol dan zat lainnya
7.1 Memperkuat akses ke pendidikan yang aman dan suportif
Pendidikan
8.1 Menyediakan informasi untuk populasi yang terkena tentang
Penyebaran
kedaruratan, upaya bantuan dan hak-hak hukum mereka
informasi
8.2 Menyediakan akses informasi mengenai metode penyesuaian diri
(coping) yang positif
Bagian C. Pertimbangan sosial dalam ranah sektoral
Keamanan
9.1 Mengikutsertakan pertimbangan-pertimbangan sosial dan
makanan dan
psikologis spesifik (bantuan yang aman bagi semua secara
nutrisi
bermartabat, mempertimbangkan praktik budaya dan peran
rumah tangga) dalam penyediaan dukungan makanan dan nutrisi
Perencanaan
10.1 Mengikutsertakan pertimbangan-pertimbangan sosial spesifik
tempat berteduh
(bantuan yang aman, bermertabat, pantas secara kultural dan
sosial) dalam perencanaan tempat pengungsian secara
dan lokasi
terkoordinir
Air dan sanitasi
11.1 Mengikutsertakan pertimbangan-pertimbangan sosial spesifik
(akses yang aman dan pantas secara kultural dan bermartabat,
masalah gender) dalam penyediaan air dan sanitasi
Catatan Untuk Petugas Tanggap Darurat
• Memastikan bahwa petugas memperhatikan
kesejahteraan diri mereka juga sehingga tidak
ikut menjadi korban.
• Petugas mungkin saja mengalami reaksi awal:
shock, keterjagaan, ketakutan, frustrasi karena
apa yang dilakukan dirasa tidak ada artinya.
• Harus ada rotasi tugas, prosedur pergantian dsb.
• Pembekalan bagi mereka yang akan ditugaskan,
mengenali aspek psikologis dalam tanggap
darurat dan peduli-diri (self-care)
Lembaga yang terlibat dalam masa
tanggap darurat pertama
Dinkes Prop. Aceh, Dinkes Banda Aceh, Dinkes Kab. Aceh Besar
Dinkes Kabupaten Pidie, Dimkes Kab. Pidie Jaya, Ditjen P2PL Kemenkes RI,
CMHN Trienggadeng, CMHN Banda Aceh, CMHN Pidie, PDSKJI, PDSKJI Jakarta
HIMPSI Aceh, HIMPSI Kalimantan Timur, IMHA, IPKJI, Konseling Trauma Kabupaten
Aceh Utara, LAZIS Wahdah, Mapala Indonesia, P3KJB,
PKM Bandar Dua, Polda Aceh, PPNI Aceh, RS Marzoeki Mahdi Bogor, RSJ Dr. Muwardi
Solo, RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, RSKO Jakarta
Puskesmas Keumala,
RSU Bireun,
RSUD Teungku Chik Ditiro,
Psikiatri Komunitas PDSKJI dan Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI.
Laporan Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat
Bencana Gempa Pidie Jaya Pada Tanggap Darurat Pertama
Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya
(Data s/d 19 Desember 2016)
180
168
160
140
120
128
114
96
100
100
83
80
64
60
40
40
20
31
7
0
8 s/d 11 des 12 des 13 des 14 des 15 des 16 des 17 des 18 des 19 des
10
* Layanan PFA (Dukungan Psikologis Awal)
dalam bentuk percakapan penguatan,
berbagi dalam kelompok, atau kegiatan
bermain dengan anak bertujuan untuk
memberikan kesempatan penyintas dalam
mengekspresikan perasaan dan pikirannya.
Layanan dilakukan di 22 titik (Lokasi
pengungsian, desa, puskesmas)
5%
16%
21%
Balita (0-5)
Anak (6-12)
Remaja (13-18)
4%
Dewasa (19-59)
Lansia (>60)
54%
LAYANAN :
Dalam menjalankan kegiatan penjangkauan ke masyarakat terdampak dilakukan :
Dukungan Psikologis awal dilakukan secara menyuluruh kepada penyintas dan
pengungsi bencana :
Memberi Rasa Aman,
Mendorong Keberfungsian
Mengaktifkan Masyarakat
Deteksi dini masalah atau gangguan sekaligus memberikan layanan klinis dan
rujukan jika diperlukan.
Ada 41 kasus dan dilakukan layanan klinis oleh psikiater, perawat jiwa dan
psikolog dalam bentuk terapi psikologis, terapi farmakologi dan konseling.
Dari kasus-kasus tersebut ada 3 orang yang dirujuk untuk mendapatkan layanan
lebih lanjut.
Hal yang perlu mendapatkan catatan bahwa beberapa kasus seperti
schizophrenia, psikosis, dan PTSD kronik terkait dengan riwayat sebelumnya
(konflik dan tsunami).
No.
Diagnosis
Laki-Laki
Anak dan Remaja
(6-17)
1
Schizophrenia
1.2
Psikosis
Depresi
2.2
Anxiety
Dewasa (18-59)
Lansia (60>)
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
7
5
4
1
7
Gangguan Stres
3.1
Gangguan Penyesuaian
3.2
Stres Akut
3.3
PTSD Kronik
4
Anak dan Remaja
(6-17)
Gangguan Mental Emosional
2.1
3
Lansia (60>)
Gangguan Jiwa Berat
1.1
2
Dewasa (18-59)
Perempuan
Bipolar
2
1
1
1
Rencana Lanjutan
Melanjutkan layanan kesehatan jiwa dan dukungan psikososial
pada masa perpanjangan tanggap darurat
Mempersiapkan rencana pemulihan dengan mengoptimalkan
Puskesmas dan CMHN.
Memperbarui pemetaan sumber daya kesehatan jiwa di
Kabupaten Pidie Jaya
Mempersiapkan direktori sistem rujukan.
Berkoordinasi dengan Kluster Perlindungan dan Pengungsian
serta Kluster Pendidikan terkait program jiwa dan dukungan
psikososial.
Pembelajaran
• Koordinasi adalah isu administratif yang harus
dipersiapkan dan dikembangkan sejak fase pra
bencana.
• Layanan Kesehatan Jiwa dan Dukungan
Psikososial di desentaralisasikan dari atas ke
tingkat layanan dasar
• Adalah penting untuk membangun penguatan
kapasitas masyarakat melalui PFA
(Psychilogical First Aid)
Kesimpulan
• Kordinasi melalui Dinas Kesehatan Prop. Sebagai
PJ dengan memanfaatkan sistem klaster yang
sudah berjalan namun perlu ditingkatkan
• Alur kerjasama yang telah dibangun belum bisa
dipahami oleh semua pihak yang terlibat
• Metode penanganan dengan PFA sudah
dijalankan, namun metode lain perlu
dikordinasikan sehingga tidak berbenturan di
lapangan
• Sistem pendataan yang satu pintu, namun perlu
diolah untuk ditampilkan.
Terima Kasih
GEMPA PIDIE JAYA
PANDUAN IASC Kesehatan jiwa dan
Psikososial:
Apa Yang Perlu Diketahui Oleh Petugas
Kesehatan Pada Situasi Krisis
Apa Itu IASC?
• The Inter-Agency Standing Committee merupakan bentuk
koordinasi antar lembaga bantuan kemanusiaan
• IASC terdiri berbagai badan PBB dan dan organisasi
kemanusiaan non-PBB.
• Berdiri pada tahun 1992 sebagai respon terhadap Resolusi
No. 46/182 pada Sidang Umum PBB: Memperkuat
koordinasi pada kegiatan bantuan kemanusian
• Resolusi itu mengatur IASC sebagai mekanisme utama
koordinasi antar-lembaga dalam menanggapi situasi
darurat yang kompleks.
• Respon minimal multi-sektor dalam bantuan kemanusiaan
• Informasi lebih lanjut: www.humanitarianinfo.org/iasc
Panduan dan Advokasi
2007
2010
2011
Instrumen Asesmen
2012
2012
2014
Tujuan Panduan
• Panduan merencanakan, mengembangkan
dan mengkoordinasikan program untuk
melindungi dan meningkatkan kesehatan jiwa
dan kesejahteraan psikososial pada situasi
darurat.
Prinsip Dasar
• Menghargai HAM (Kesetaraan dan Non-diskriminatif)
• Partisipatif
• Do No Harm (Tidak melalukan sesuatu yang berpotensi
membahayakan: Koordinasi untuk mengurangi
duplikasi kegiatan dan mengisi kebutuhan – Matriks
4Ws, desain kegiatan berdasarkan inforamsi yang
akurat, memperhatikan aspek budaya)
• Mengembangkan kapasitas setempat yang tersedia
• Diintegrasikan ke sistem yang ada
• Penanganan yang multilayer dan berjenjang
Matriks 4W (Who, Where, When, What)
No
Lembaga
Lokasi
Kapan
Kegiatan
Piramida Intervensi Pada Situasi Krisis
BENTUK & PELAKU INTERVENSI
Layanan kesehatan jiwa oleh spesialis [psikiater,
psikolog klinis, perawat jiwa]
Intervensi individu, keluarga, kelompok
oleh petugas kesehatan:, dokter, psikolog,
perawat, konselor terlatih.
Aktivasi dukungan sosial di
komunitas: relawan, pekerja sosial,
fasilitator masyarakat, komunitas,
keluarga
Pemenuhan kebutuhan
dasar dan rasa aman
relawan, masyarakat
KONDISI PENYINTAS
3-4%
Mengalami ganggunan berat
Layanan
spesialis
Layanan terfokus
Non-spesialis
20%
Memperkuat dukungan
keluarga dan
komunitas
Pemenuhan
kebutuhan dasar dan rasa aman
Mengalami persoalan kesehatan mental
sedang
Stres dan masalah
psikologis ringan
70 – 80 %
Sebagian besar
populasi terdampak
bencana
Sumber: IASC - Mental Health and Psychosocial Support in Humanitarian Emergencies: What Should Humanitarian Health Actors Know? (2010)
Konteks Masalah Kesehatan Jiwa dan Psikososial
Pada Situasi Krisis dan Bencana
Terkait dg kondisi sebelum situasi krisis/bencana: (1)
kemiskinan, diskriminasi, tekanan politik/konflik. (2) Penderita
gangguan jiwa sebelumnya, masalah penyalahgunaan obat
terlarang dan alkohol.
Kondisi yang terkait dg karena bencana: (1) rusaknya struktur
sosial masyarakat, rusaknya trust antar kelompok, terpisahnya
anggota keluarga. (2) Gangguan kesehatan jiwa dan
psikososial seperti acute stress, depresi krn tinggal di
pengungsian dll
Kondisi pasca situasi krisis/bencana misal: pemberian bantuan
kemanusiaan (distribusi bantuan yang tidak merata, ada pihak
yang merasa tidak mendapatkan cukup perhatian dan
bantuan, dll)
Respon Minimum Pada Situasi Krisis
Bagian A.
1.
Koordinasi
2.
Asesmen, monitoring dan evaluasi
Fungsi umum lintas sektor 3.
Perlindungan dan standar HAM
4.
Sumber daya manusia
5.
Mobilisasi dan dukungan komunitas
Ranah dukungan
kesehatan jiwa dan
psikososial
6.
Pelayanan kesehatan
7.
Pendidikan
8.
Diseminasi informasi
Bagian C.
9.
Keamanan pangan dan nutrisi
Bagian B.
Pertimbangan sosial dalam 10. Perencanaan tempat berteduh dan lokasi
ranah sektoral
11. Air dan sanitasi
Bagian A. Fungsi umum lintas ranah
Koordinasi
1.1 Menciptakan koordinasi dukungan kesehatan jiwa dan psikososial
secara lintas sektoral
Penilaian,
2.1 Melakukan penilaian masalah kesehatan jiwa dan psikososial
monitoring, dan 2.2 Memulai sistem partisipatoris dalam proses monitoring dan evaluasi
evaluasi
Proteksi dan
3.1 Menerapkan kerangka kerja hak azasi manusia HAM melalui
Standar HAM
dukungan kesehatan jiwa dan psiksosial
3.2 Mengidentifikasi, memonitor, mencegah dan merespon ancaman dan
kegagalan melalui perlindungan sosial
3.3 Mengidentifikasi, memonitor, mencegah dan merespon ancaman dan
kegagalan melalui perlindungan hukum
Sumber daya
manusia
4.1 Mengidentifikasi dan merekrut staf dan melibatkan relawan yang
memahami budaya setempat
4.2 Menerapkan pedoman perilaku dan pedoman etika staf
4.3 Mengorganisir orientasi dan pelatihan untuk para pekerja
kemanusiaan dalam bidang dukungan kesehatan jiwa dan psikososial
4.4 Mencegahan dan mengelola masalah-masalah kesehatan jiwa dan
kesejahteraan psikososial yang dialami oleh staf dan relawan
Bagian B. Ranah inti kesehatan jiwa dan dukungan psikososial
Mobilisasi dan 5.1 Memfasilitasi mobilisasi komunitas, kepemilikan dan kendali respon
tanggap darurat di semua sektor
dukungan
5.2 Memfasilitasi self-help (peduli diri) dan dukungan sosial komunitas
komunitas
(PFA atau Dukungan Psikologis Awal)
5.3 Memfasilitasi kondisi untuk praktik pemulihan dg memperhatikan
aspek budaya yang ada
5.4 Memfasilitasi dukungan untuk anak dan pengasuhnya
6.1 Mengikutsertakan pertimbangan sosial dan psikologis dalam
Pelayanan
pemberian pelayanan kesehatan umum
kesehatan
6.2 Menyediakan akses perawatan untuk orang-orang dengan gangguan
jiwa yang berat
6.3 Melindungi dan merawat orang-orang dengan gangguan jiwa berat
dan gangguan jiwa dan saraf lainnya yang tinggal dalam institusi
6.4 Mempelajari tentang dan, bilamana memungkinkan, berkolaborasi
dengan sistem penyembuhan setempat, tradisional dan asli
6.5 Meminimalisir bahaya penggunaan alkohol dan zat lainnya
7.1 Memperkuat akses ke pendidikan yang aman dan suportif
Pendidikan
8.1 Menyediakan informasi untuk populasi yang terkena tentang
Penyebaran
kedaruratan, upaya bantuan dan hak-hak hukum mereka
informasi
8.2 Menyediakan akses informasi mengenai metode penyesuaian diri
(coping) yang positif
Bagian C. Pertimbangan sosial dalam ranah sektoral
Keamanan
9.1 Mengikutsertakan pertimbangan-pertimbangan sosial dan
makanan dan
psikologis spesifik (bantuan yang aman bagi semua secara
nutrisi
bermartabat, mempertimbangkan praktik budaya dan peran
rumah tangga) dalam penyediaan dukungan makanan dan nutrisi
Perencanaan
10.1 Mengikutsertakan pertimbangan-pertimbangan sosial spesifik
tempat berteduh
(bantuan yang aman, bermertabat, pantas secara kultural dan
sosial) dalam perencanaan tempat pengungsian secara
dan lokasi
terkoordinir
Air dan sanitasi
11.1 Mengikutsertakan pertimbangan-pertimbangan sosial spesifik
(akses yang aman dan pantas secara kultural dan bermartabat,
masalah gender) dalam penyediaan air dan sanitasi
Catatan Untuk Petugas Tanggap Darurat
• Memastikan bahwa petugas memperhatikan
kesejahteraan diri mereka juga sehingga tidak
ikut menjadi korban.
• Petugas mungkin saja mengalami reaksi awal:
shock, keterjagaan, ketakutan, frustrasi karena
apa yang dilakukan dirasa tidak ada artinya.
• Harus ada rotasi tugas, prosedur pergantian dsb.
• Pembekalan bagi mereka yang akan ditugaskan,
mengenali aspek psikologis dalam tanggap
darurat dan peduli-diri (self-care)
Lembaga yang terlibat dalam masa
tanggap darurat pertama
Dinkes Prop. Aceh, Dinkes Banda Aceh, Dinkes Kab. Aceh Besar
Dinkes Kabupaten Pidie, Dimkes Kab. Pidie Jaya, Ditjen P2PL Kemenkes RI,
CMHN Trienggadeng, CMHN Banda Aceh, CMHN Pidie, PDSKJI, PDSKJI Jakarta
HIMPSI Aceh, HIMPSI Kalimantan Timur, IMHA, IPKJI, Konseling Trauma Kabupaten
Aceh Utara, LAZIS Wahdah, Mapala Indonesia, P3KJB,
PKM Bandar Dua, Polda Aceh, PPNI Aceh, RS Marzoeki Mahdi Bogor, RSJ Dr. Muwardi
Solo, RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, RSKO Jakarta
Puskesmas Keumala,
RSU Bireun,
RSUD Teungku Chik Ditiro,
Psikiatri Komunitas PDSKJI dan Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI.
Laporan Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat
Bencana Gempa Pidie Jaya Pada Tanggap Darurat Pertama
Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya
(Data s/d 19 Desember 2016)
180
168
160
140
120
128
114
96
100
100
83
80
64
60
40
40
20
31
7
0
8 s/d 11 des 12 des 13 des 14 des 15 des 16 des 17 des 18 des 19 des
10
* Layanan PFA (Dukungan Psikologis Awal)
dalam bentuk percakapan penguatan,
berbagi dalam kelompok, atau kegiatan
bermain dengan anak bertujuan untuk
memberikan kesempatan penyintas dalam
mengekspresikan perasaan dan pikirannya.
Layanan dilakukan di 22 titik (Lokasi
pengungsian, desa, puskesmas)
5%
16%
21%
Balita (0-5)
Anak (6-12)
Remaja (13-18)
4%
Dewasa (19-59)
Lansia (>60)
54%
LAYANAN :
Dalam menjalankan kegiatan penjangkauan ke masyarakat terdampak dilakukan :
Dukungan Psikologis awal dilakukan secara menyuluruh kepada penyintas dan
pengungsi bencana :
Memberi Rasa Aman,
Mendorong Keberfungsian
Mengaktifkan Masyarakat
Deteksi dini masalah atau gangguan sekaligus memberikan layanan klinis dan
rujukan jika diperlukan.
Ada 41 kasus dan dilakukan layanan klinis oleh psikiater, perawat jiwa dan
psikolog dalam bentuk terapi psikologis, terapi farmakologi dan konseling.
Dari kasus-kasus tersebut ada 3 orang yang dirujuk untuk mendapatkan layanan
lebih lanjut.
Hal yang perlu mendapatkan catatan bahwa beberapa kasus seperti
schizophrenia, psikosis, dan PTSD kronik terkait dengan riwayat sebelumnya
(konflik dan tsunami).
No.
Diagnosis
Laki-Laki
Anak dan Remaja
(6-17)
1
Schizophrenia
1.2
Psikosis
Depresi
2.2
Anxiety
Dewasa (18-59)
Lansia (60>)
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
7
5
4
1
7
Gangguan Stres
3.1
Gangguan Penyesuaian
3.2
Stres Akut
3.3
PTSD Kronik
4
Anak dan Remaja
(6-17)
Gangguan Mental Emosional
2.1
3
Lansia (60>)
Gangguan Jiwa Berat
1.1
2
Dewasa (18-59)
Perempuan
Bipolar
2
1
1
1
Rencana Lanjutan
Melanjutkan layanan kesehatan jiwa dan dukungan psikososial
pada masa perpanjangan tanggap darurat
Mempersiapkan rencana pemulihan dengan mengoptimalkan
Puskesmas dan CMHN.
Memperbarui pemetaan sumber daya kesehatan jiwa di
Kabupaten Pidie Jaya
Mempersiapkan direktori sistem rujukan.
Berkoordinasi dengan Kluster Perlindungan dan Pengungsian
serta Kluster Pendidikan terkait program jiwa dan dukungan
psikososial.
Pembelajaran
• Koordinasi adalah isu administratif yang harus
dipersiapkan dan dikembangkan sejak fase pra
bencana.
• Layanan Kesehatan Jiwa dan Dukungan
Psikososial di desentaralisasikan dari atas ke
tingkat layanan dasar
• Adalah penting untuk membangun penguatan
kapasitas masyarakat melalui PFA
(Psychilogical First Aid)
Kesimpulan
• Kordinasi melalui Dinas Kesehatan Prop. Sebagai
PJ dengan memanfaatkan sistem klaster yang
sudah berjalan namun perlu ditingkatkan
• Alur kerjasama yang telah dibangun belum bisa
dipahami oleh semua pihak yang terlibat
• Metode penanganan dengan PFA sudah
dijalankan, namun metode lain perlu
dikordinasikan sehingga tidak berbenturan di
lapangan
• Sistem pendataan yang satu pintu, namun perlu
diolah untuk ditampilkan.
Terima Kasih