Perda No.5 Pembinaan Dis.Ikan Laut

(1)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL

NOMOR 5 TAHUN 2006 T E N T A N G

RETRIBUSI JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan Perundang – undangan, Kabupaten Buol sebagai salah satu daerah otonom diberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab sehingga dipandang perlu meningkatkan perekonomian dengan menggali sumber – sumber Pendapatan Asli Daerah guna membiayai penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan.

b. bahwa dalam rangka untuk melindungi kelestarian perikanan dan kelautan perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap hasil Perikanan dan Kelautan di wilayah Kabupaten Buol.

c. Bahwa perdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Buol tentang pembinaan dan pengawasan Hasil Perikanan dan Kelautan.

Mengingat : 1. Undang–Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3209);

2. Undang – Undang RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3900);

3. Undang – Undang RI Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

4. Undang – Undang RI Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–Undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389);

5. Undang – Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4433) ;

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah


(2)

diubah dengan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang – Undang (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4548);

7. Undang–Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);

8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4230);

9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3546);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BUOL dan

BUPATI BUOL M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL TENTANG RETRIBUSI JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Buol;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Buol.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan Pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


(3)

6. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas desentralisasi. 7. Dinas adalah Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buol.

8. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Buol.

9. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi. 10. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun.

11. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan perizinan.

12. Surat Keterangan Asal yang disingkat SKA adalah surat yang memberikan keterangan tentang asal dan tujuan Hasil Perikanan dan Kelautan.

13. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut SPTRD, adalah Surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data Objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terutang menurut Peraturan Perundang – undangan Retribusi Daerah.

14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya di sebut SKRD adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya di sebut SKRDKBT, adalah Surat Ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah di tetapkan. 16. Surat Setoran Rertibusi Daerah yang selanjutnya disebut SSRD adalah

Surat yang oleh Wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran dan penyetoran retribusi yang terutang ke kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati.

17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disebut SKRDLB, adalah Surat Ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah Kredit Retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

18. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut STRD, adalah Surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau Sanksi Administrasi berupa bunga dan atau denda

19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang – undangan Retribusi Daerah.

20. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu untuk membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.


(4)

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama retribusi jasa pembinaan dan pengawasan hasil perikanan dan kelautan dapat dipungut retribusi atas pembayaran jasa pembinaan dan pengawasan.

Pasal 3

Objek Retribusi adalah semua hasil perikanan dan kelautan yang berupa hasil tangkapan dan budidaya yang keluar daerah.

Pasal 4

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan pengeluaran Hasil Perikanan Dan Kelautan keluar Daerah.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Jasa Pembinaan dan Pengawasan Hasil Perikanan dan Kelautan digolongkan sebagai Retribusi Jasa umum.

BAB IV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 6

(1). Pembinaan dan Pengawasan Hasil Perikanan dan Kelautan dilakukan terhadap setiap orang atau badan untuk mencegahterjadinya kelangkaan populasi perikanan dan kelautan.

(2). Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) Dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buol.

(3). Untuk Pembinaan dan Pengawasan maka setiap Pengeluaran Hasil Perikanan dan Kelautan harus meliliki Surat Keterangan Asal (SKA).

(4). Mekanisme dan tata cara pembinaan dan pengawasan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

BAB V

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 7

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekwensi dan jumlah komoditi yang diperdagangkan keluar daerah.

BAB VI

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TERIF


(5)

Pasal 8

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan terhadap komoditi hasil perikanan dan kelautan.

BAB VII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 9

(1). Struktur tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis komoditi hasil perikanan dan kelautan yang keluar daerah.

(2). Besarnya tarif jasa Pembinaan dan Pengawasan ditetapkan sebagai berikut :

No

. Komoditi BesarnyaTarif Ket. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. HASIL PENANGKAPAN

Ikan Dasar Hidup Ikan Dasar Segar Ikan Dasar Kering Ikan Malalugis Segar Ikan Malalugis Kering Ikan Deho Segar Ikan Deho Kering Ikan Sardines Ikan Roa Segar Ikan Roa Kering Ikan Salmon Ikan Teri Segar Ikan Teri Kering Ikan Napoleon Ikan Bubara Ikan Baronang Ikan Tuna Ikan Cakalang Ikan Layar Ikan Tengiri

Jenis Ikan Lainnya

JENIS IKAN ASIN

Kerapu Katambak Lolosi Malalugis Campuran Ikan Hias Ikan Terbang Ikan Kulit Pasir Ikan Belanak Ikan Pari

Rp. 600 /Kg Rp. 150 /Kg Rp. 200 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 150 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 100 /Kg Rp. 1.700 /Kg Rp. 100 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 100 /Kg

Rp. 75 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 100 /Kg Rp. 50 / Kg

Rp. 200 /Kg Rp. 150 /Kg Rp. 100 /Kg

Rp. 75 /Kg

Rp. 50 /Kg

Rp. 250 / kg

Rp. 30 /Kg


(6)

32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Ikan Biji Nangka Ikan Solisi Ikan Kakap Ikan Kadompe Ikan Belut Dendeng Hiu Sirip Hiu Cumi-cumi Segar Cumi-cumi Kering Gurita Teripang Nener Kepiting Udang Lobster Bia Lolak Japing-japing Mata Tujuh Rotan Laut Minyak Ikan HASIL BUDIDAYA Benur Udang Windu Udang Galah Udang Putih Ikan Bandeng Rumput Laut Biji Mutiara

Kulit Kerang Mutiara Ikan Mas

Ikan Nila Ikan Lele Ikan Mujair

Ikan Kerapu (hidup) Ikan Kakap (hidup) Ikan Baronang (hidup) Benih Ikan Kerapu

Benih (Jenis Ikan) Lainnya

Rp. 30 /Kg

Rp. 500 /Kg

Rp. 45 /Kg

Rp. 40 /Kg

Rp. 75 /Kg

Rp. 40 / Kg

Rp. 30 /Kg

Rp. 500 /Kg Rp. 2000 /Kg Rp. 100 /Kg RP. 500 /Kg RP. 100 /Kg RP. 975 /Kg

RP. 1 /Ekor

RP. 100 /Kg RP. 2500 /Kg

RP. 75 /Kg

RP. 25 /Kg

RP. 2500 /Kg RP. 150 /Kg RP. 450 /Kg

RP. 1 /Ekor

RP. 260 /Kg

RP. 60 /Kg

RP. 60 /Kg

RP. 30 /Kg

RP. 50 /Kg

RP. 6.000 /biji

RP. 60 /Kg

RP. 60 /Kg

RP. 25 /Kg

RP. 20 /Kg

RP. 50 /Kg

RP. 200 /Kg RP. 150 /Kg

RP. 50 /Kg

RP. 100 /ekor


(7)

BAB VIII

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 10

Pembinaan dan Pengawasan Hasil Perikanan dan Kelautan dipungut dalam Wilayah Kabupaten Buol.

BAB IX

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 11

Masa retribusi adalah selama masih melakukan usaha dibidang perikanan dan kelautan.

Pasal 12

Saat retribusi terhutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X

PENDAFTARAN DAN PENDATAAN Pasal 13

(1)Setiap wajib retribusi mengisi SPTRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2)STPRD atau dokumen lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.

(3)Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTRD ditetapkan dengan Peraturan Bupati

BAB XI

PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 14

(1) Berdasarkan SPTRD, sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (1) ditetapkan Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan / atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah Retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKBT.

(3) Bentuk, isi, dan tatacara penerbitan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati.

BAB XII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 15


(8)

(2). Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD dan atau Dokumen yang dipersamakan SKRDKBT, STDR.

BAB XIII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 16

Dalam hal Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang bayar, dikenakan sanksi admininstrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XIV

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 17

(1). Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2). Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterimanya SKRD, SKRDKBT DAN STRD.

(3). Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di setor ke Kas Daerah.

BAB XV

TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 18

(1). Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejal jatuh tempo pembayaran.

(2). Sejak jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat

teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi wajib melunasi Retribusi yang terutang.

(3). Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB XVI K E B E R A T A N

Pasal 19

(1). Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD, SKRDKBT, SKRDLB.

(2). Keberatan yang diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia disertai dengan alasan-alasan yang jelas.

(3). Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran Ketetapan Retribusi tersebut.


(9)

(4). Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(5). Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6). Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 20

(1). Bupati pada jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2). Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.

(3). Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.


(10)

BAB XVII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 21

(1). Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2). Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

(3). Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan keputusan permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dibatalkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4). Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5). Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6). Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan denda sebesar 2% (dua persen) atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 22

(1). Permohonan pengembalian pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. nama dan alamat wajib retribusi; b. masa retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alasan yang singkat dan jelas;

(2). Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melebihi pos tercatat.

(3). Bukti penerimaan oleh pengawas pengiji atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 23

(1). Pengembilan kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (4) pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XVIII


(11)

PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 24

(1). Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan Pembebasan retribusi.

(2). Pembebasan, pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan memperhatikankemampuan wajib retribusi, antara lain untuk mengangsur.

(3). Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIX

KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 25

(1). Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi. (2). Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1)

tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;

b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XX

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 26

(1). Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2). Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

d. menerima buku-buku, catatan – catatan dan dokumen – dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan,

pencatatan,dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa


(12)

identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut Hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3). Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui penyidik Kepolisin Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXI

KETENTUAN PIDANA Pasal 27

(1). Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2). Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 28

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka ketentuan – ketentuan lain yang mengatur hal yang sama dan bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 29

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 30

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Buol. .

Disahkan Di Buol

pada tanggal 10 Oktober 2006


(13)

BUPATI BUOL

H. A. KARIM HANGGI

Diundangkan Di Buol

pada tanggal 10 Oktober 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BUOL

HENGKYE PARIMO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUOL TAHUN 2006 NOMOR 5


(14)

P E N J E L A S A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 5 TAHUN 2006

T E N T A N G

RETRIBUSI JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN

I. UMUM

Dalam rangka memantapkan pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, dimana pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, khususnya yang berasal dari Retribusi harus lebih di kembangkan.

Peraturan Daerah Tentang Pembinaan dan Pengawasan Hasil Perikanan dan Kelautan yang digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu bertujuan untuk melindungi populasi dan kestabilan perekonomian daerah perlu dioptimalkan penangannannya. Dengan demikian untuk meningkatkan efektifitas dan efisien Retribusi Daerah perlu terus dilakukan upaya pembinaan dan pengawasannya sesuai dengan substansi materi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup Jelas Pasal 2 : Cukup Jelas Pasal 3 : Cukup Jelas Pasal 4 : Cukup Jelas Pasal 5 : Cukup Jelas Pasal 6 : Cukup Jelas Pasal 7 : Cukup Jelas Pasal 8 : Cukup Jelas Pasal 9 : Cukup Jelas Pasal 10 : Cukup Jelas


(15)

Pasal 11 : Cukup Jelas Pasal 12 : Cukup Jelas Pasal 13 : Cukup Jelas Pasal 14 : Cukup Jelas Pasal 15 : Cukup Jelas Pasal 16 : Cukup Jelas Pasal 17 : Cukup Jelas Pasal 18 : Cukup Jelas Pasal 19 : Cukup Jelas Pasal 20 : Cukup Jelas Pasal 21 : Cukup Jelas Pasal 22 : Cukup Jelas Pasal 23 : Cukup Jelas Pasal 24 : Cukup Jelas Pasal 25 : Cukup Jelas Pasal 26 : Cukup Jelas Pasal 27 : Cukup Jelas Pasal 28 : Cukup Jelas Pasal 29 : Cukup Jelas Pasal 30 : Cukup Jelas


(1)

BAB XVII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 21

(1). Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2). Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

(3). Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan keputusan permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dibatalkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4). Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5). Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6). Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan denda sebesar 2% (dua persen) atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 22

(1). Permohonan pengembalian pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

a. nama dan alamat wajib retribusi; b. masa retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alasan yang singkat dan jelas;

(2). Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melebihi pos tercatat.

(3). Bukti penerimaan oleh pengawas pengiji atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 23

(1). Pengembilan kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (4) pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.


(2)

PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 24

(1). Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan Pembebasan retribusi.

(2). Pembebasan, pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan memperhatikankemampuan wajib retribusi, antara lain untuk mengangsur.

(3). Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIX

KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 25

(1). Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi. (2). Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1)

tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;

b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XX

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 26

(1). Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2). Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

d. menerima buku-buku, catatan – catatan dan dokumen – dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan,

pencatatan,dan dokumen-dokumen serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa


(3)

identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut Hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3). Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui penyidik Kepolisin Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXI

KETENTUAN PIDANA Pasal 27

(1). Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2). Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 28

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka ketentuan – ketentuan lain yang mengatur hal yang sama dan bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 29

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 30

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Buol. .

Disahkan Di Buol


(4)

BUPATI BUOL

H. A. KARIM HANGGI

Diundangkan Di Buol

pada tanggal 10 Oktober 2006 SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN BUOL

HENGKYE PARIMO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUOL TAHUN 2006 NOMOR 5


(5)

P E N J E L A S A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 5 TAHUN 2006

T E N T A N G

RETRIBUSI JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN

I. UMUM

Dalam rangka memantapkan pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, dimana pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, khususnya yang berasal dari Retribusi harus lebih di kembangkan.

Peraturan Daerah Tentang Pembinaan dan Pengawasan Hasil Perikanan dan Kelautan yang digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu bertujuan untuk melindungi populasi dan kestabilan perekonomian daerah perlu dioptimalkan penangannannya. Dengan demikian untuk meningkatkan efektifitas dan efisien Retribusi Daerah perlu terus dilakukan upaya pembinaan dan pengawasannya sesuai dengan substansi materi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup Jelas Pasal 2 : Cukup Jelas Pasal 3 : Cukup Jelas Pasal 4 : Cukup Jelas Pasal 5 : Cukup Jelas Pasal 6 : Cukup Jelas Pasal 7 : Cukup Jelas Pasal 8 : Cukup Jelas Pasal 9 : Cukup Jelas Pasal 10 : Cukup Jelas


(6)

Pasal 11 : Cukup Jelas Pasal 12 : Cukup Jelas Pasal 13 : Cukup Jelas Pasal 14 : Cukup Jelas Pasal 15 : Cukup Jelas Pasal 16 : Cukup Jelas Pasal 17 : Cukup Jelas Pasal 18 : Cukup Jelas Pasal 19 : Cukup Jelas Pasal 20 : Cukup Jelas Pasal 21 : Cukup Jelas Pasal 22 : Cukup Jelas Pasal 23 : Cukup Jelas Pasal 24 : Cukup Jelas Pasal 25 : Cukup Jelas Pasal 26 : Cukup Jelas Pasal 27 : Cukup Jelas Pasal 28 : Cukup Jelas Pasal 29 : Cukup Jelas Pasal 30 : Cukup Jelas