Morfometri D. Towuti-edited Iwan Ridwansyah_edit 2okt

KARAKTERISTIK MORFOMETRI DANAUTOWUTI,
SULAWESI SELATAN
(Iwan Ridwansyah dan Hidayat-PuslitLimnologi LIPI)
iwanridwansyah@limnologi.lipi.go.id

Morfometri danau merupakan karakteristik fisik dari badan danau yang dapat
menggambarkan berbagai potensinya, sebagai sumber air maupun potensi produksi
hayati, serta tingkat kepekaan terhadap pengaruh beban material dari daerah
tangkapannya. Untuk mempelajari karakteristik atau morfometri danau dilakukan
pemetaan batimetri dengan metode pemeruman/akustik yang ditujukan untuk
memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan. Proses
penggambaran dasar perairan tersebut (pengukuran, pengelolaan, danvisualisasi)
disebut sebagai survey batimetri (Poerbondono dan Djunarsjah, 2005).
Batimetri sendiri adalah berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengukuran
kedalaman. Secara umum batimetri adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di
bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta
batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontur
(contour lines) yang disebut kontur kedalaman (depth contours atau isobath) dan
dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan.
Danau Towuti dan Matano pertama kali ditemukan oleh dua geologis dan
naturalis dari Swiss pada tahun 1896. Danau Towuti merupakan salah satu danau

terbesar dari beberapa danau di Komplek Danau Malili. Di bagian hulu danau,
dijumpai Danau Matano (382 m dpl, A: 161,4 Km2 dan Zmax : 590 m) dan Danau
Mahalona (310 m dpl, A: 24,4 Km2 dengan Zmax : 60m) (Lehmusluoto and Machbub,
1995). Danau Towuti diperkirakan terbentuk pada >600.000 tahun yang lalu
(Tierneyand Russell, 2009 dalam Vailant et al, 2011)
Sebagai objek penelitian dan pengelolaan danau, informasi tentang morfometri
danau dapat menolong antisipasi setiap perubahan pada sistem danau dan
memprediksi pengaruhnya terhadap habitat danau. Selain itu juga bisa dilakukan
simulasi berdasarkan morfologi danau sehingga menambah upaya mitigasi setiap
dampak-dampak yang tidak diinginkan dengan melakukan perencanaan dan
menerapkan teknik-teknik pengelolaan yang berkelanjutan. Simulasi dapat dilakukan
berdasarkan skenario perubahan di masa datang, baik yang diakibatkan oleh manusia
maupun perubahan global.
Secara geografis,danau ini terletak pada koordinat 121o 9’ 16” – 121o 47’ 18”
BT dan 2o 21’ 43” – 3o 0’ 46” LS. Secara administratif Danau Towuti terletak di
Kabupaten Luwu Timur, sedangkan DAS bagian hulu terletak di Kecamatan Nuha.
Secara geologis terbentuk en-enchelon, yaitu tiga serangkai danau yang letaknya
berada satu di atas lainnya. Di posisi paling atas, air dari Danau Matano (392 m dpl)
mengalir melalui Sungai Petea ke Danau Mahalona (326 mdpl) dan selanjutnya ke
Danau Towuti (308 mdpl) hingga mengalir ke laut melalui Sungai Larona.

Morfometri danau ditinjau berdasar pola kedalaman danau, untuk itu
dilakukan pemetaan batimetrik menggunakan metode akustik. Peta batimetri
merupakan metode utama dalam menentukan karakteristik fisik danau. Alat yang
digunakan dalam pengukuran yaitu GPSmap 178C Sounder dengan frekuensi yang
digunakan 200 Hz, dimana gelombang akustik dipantulkan pada permukaan sedimen
1

bagian atas (top sediment). Pemetaan dilakukan dengan membuat lintasan yang
meliputi seluruh permukaan danau. Pada lintasan ini data kedalaman direkam pada
GPSmap setiap jarak 50 m dari lintasan perahu dengan kecepatan ±18 Km/jam.
Gambar 1 memperlihatkan peta lintasan pengukuran batimetri dan peralatan yang
gunakan.

GIS
Gambar 1. Peta lintasan pengukuran batimetri dan metode pengolahan data
Ciri-ciri morfometrik danau dilihat dari kedalaman relatif (z r) dan indeks
pengembangan garis pantai (DL) (Wetzel, 1983) dengan rumus:
zr

= (50zm)/ A0


DL

=

L / (2A0)

zmax
A0
L

=
=
=

kedalaman maksimum
luas permukaan
panjang garis pantai

Retention time danau dihitung dengan perbandingan antara volume air dan

debit air yang keluar dari danau, debit air diperoleh dari hasil monitoring PLTA di
Bendungan Larona, Retension time dihitung dengan menggunakan rumus:

Re tension time ( Rt)=

Volume
debit

Data hasil pengukuran diambildari GPS berbentuk data atribut/tabel, baris data
berupa titik-titik pengukuran, sedangkan kolom data berupa Identitas titik waktu
pengambilan data, koordinat/posisi (dalam x,y), altitude, dan kedalaman. Kemudian
data tabel dirubah menjadi bentuk spatial dan diolah dengan menggunakan program
Sistem Informasi Geografi (SIG)Arcview 3.1 yang dilengkapi extention 3DAnalyst.
Luas danau diperoleh dari delinesasi dari citra landsat yang telah dikoreksi dengan
2

menggunakan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Malili diterbitkan oleh Bakosurtanal
pada Tahun 2000 dengan skala 1 : 50.000. Pengukuran dilakukan pada saat elevasi
danau 309,8 m dpl. Hasil pengukuran kemudian diolah dengan menggunakan
perangkat GIS sehingga dapat dirubah ke dalam bentuk Digital Elevasi Model

(DEM) untuk memperoleh gambaran morfometri danau. Gambar 2 memperlihatkan
hasil pengukuran batimetri dimana kedalaman maksimum danau mencapai 198.8 m,
dengan luas genangan 5646,7 Ha, dan volume danau 49.176,5 x 10 6 m3. Dari data
tersebut diperoleh rasio luas dan dengan luas perairan didapat 0,34. Kondisi
morfometri danau dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 2. Peta batimetri Danau Towuti
Secara umum Danau Towuti mempunyai perbedaan kedalaman yang tinggi pada
bagian tepinya, seperti diperlihatkan pada penampang melintang arah barat daya dari
Tanjung Sulumarungun hingga sampai ke bagian daratan. Perbedaan kedalaman mulai
dari bagian pantai dari permukaan berbentuk tebing menjadi kedalaman antara 100-150
m. Tetapi pola ini tidak dijumpai dibagian barat laut dari mulai Tanjung Tomereka
sampai dengan Tanjung Mea dan bagian depan Desa Timampu. Bagian terdalam danau
dijumpai di sekitar Tanjung Manu (warna biru tua pada peta/Gambar 2).
Berdasarkan perhitungan dari pengukuran batimetri dan deliniasi citra landsat
memberikan karakteristik morfometri Danau Towuti (Tabel 1). Citra Landsat
digunakan untuk mendapatkan di antaranya luas permukaan, 5.646,7 Ha dengan
panjang garis pantai sekitar 280 Km, panjang dan lebar maksimum danau, masingmasing adalah 39,8 Km dan 23 Km. Dari hasil pemetaan batimetri didapatkan volume
danau sekitar 49,2 x 109m3 dengan kedalaman rata-rata 85,1 m, kedalaman
maksimum 198,8m. Hasil perhitungan juga menghasilkan kedalaman relatif (Zr)

danau 0,73 dan pengembangan garis pantai (SLD; Shore line development) 3,2.

3

Tabel 1. Ciri-ciri morfologi Danau Towuti
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Parameter
Luas permukaan
(ha)
Keliling

(km)
Panjang maksimum
(km)
Lebar maksimum
(km)
Kedalaman maksimum
(m)
Volume(m3)
Kedalaman rata-rata
(m)
Kedalaman relatif (Zr)
(%)
Pengembangan garis pantai (DL)

Dimensi
5646,7
280,1
39,8
23
198,8

49.179,5 x 106
85,1
0,73
3,2

Sumber
Peta Rupa bumi
Peta Rupa bumi
Peta Rupa bumi
Peta Rupa bumi
Lapangan
Peta batimetri
Perhitungan
Perhitungan
Perhitungan

Berdasarkan data debit Sungai Larona, outlet Danau Towuti pada rentang
tahun 2002-2005 adalah 429,3 m3/dt, Sementara itu dengan volume Danau Towuti
yang mencapai 49,2 x 109m3 (Tabel 1), maka Danau Towuti akan memiliki waktu
tinggal (retention time) air 3,6 tahun. Masa simpan air danau ini cukup cepat,

dibandingkan waktu tinggal air Danau Maninjau yang mencapai 25,05 tahun
(Fakhrudin et al. 2001), Danau Toba yang mencapai 81 Tahun (Lukman dan
Ridwansyah, 2010) dan Danau Poso yang hanya 7,21 tahun (Lukman dan
Ridwansyah, 2009).
Daftar Pustaka
Fakhrudin, M., H. Wibowo, L. Subehi, dan I. Ridwansyah, 2002. Karakterisasi
hidrologi Danau Maninjau, Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional
Limnologi 2002. Puslit Limnologi – LIPI. Hal. 65 -75
Vaillant, J.J., D. Haffner and Melania E. Cristescu, 2011, The Ancient Lakes of
Indonesia: Towards integrated research on speciation, Symposium Integrative
and Comparative Biology, pp. 1–10
Poerbondono, D. N. dan E. Djunarsjah. 2005. Survey Hidrografi. Refika Aditama.
Bandung. 166 hal.
Lehmusluoto, P. and B. Machbub. 1995. National inventory of The major lakes and
reservoirs in Indonesia. Research Institute for Water Resources Development
Ministry of Public Works Agency for Research and Development Bandung,
Indonesia. 72 pages
Lukman dan I. Ridwansyah. 2009. Kajian morfometri dan beberapa parameter
stratifikasi Perairan Danau Toba. Limnotek, Vol. XVII (2): 158 – 170.
Lukman dan I. Ridwansyah. 2009. Telaah kondisi fisik Danau Poso dan prediksi ciri

ekosistem perairannya. Limnotek, Vol. XVI (2): 64 – 73
Wetzel, R. G. 1983. Limnology. W.B.SaundersCollege Publ., Philadelphia. 743 pp.

4