Laporan Tahunan BKSDA Kalsel Tahun 2008

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

BAB I V. PELAKSANAAN KEGI ATAN TEKNI S

A. Perlindungan Hutan

Untuk menjaga kawasan konservasi agar tetap berfungsi sesuai peruntukannya dan mencegah perusakan kawasan sebagai akibat dari berbagai gangguan dan ancaman dapat ditekan seminimal mungkin maka p ada tahun 2008 dilakukan berbagai upaya perlindungan dan pengamanan kawasan, antara lain dengan kegiatan operasi rutin, operasi intelegen, operasi fungsional dan gabungan Polisi Kehutanan. Patroli rutin dilakukan oleh petugas Polisi Kehutanan di lapangan yang ditempatkan pada Pos-pos jaga di kawasan konservasi sedangkan operasi fungsional dan operasi gabungan dilaksanakan oleh POLHUT Mobil yang ada di Seksi Konservasi Wilayah setiap bulannya serta dilakukan secara terpadu dengan mengikutsertakan aparat keamanan dari Kepolisian, Kodim dan unsur Pemda setempat.

Kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan diarahkan pada upaya pencegahan, penanggulangan berbagai macam gangguan yang dapat merusak atau menurunkan fungsi kawasan konservasi dan mengurangi keanekar agaman hayati serta ekosistemnya, baik yang dilindungi Undang-undang maupun yang tidak dilindungi. Di wilayah kerja Balai KSDA Kalimantan Selatan sampai dengan saat ini masih terdapat berbagai gangguan seperti perladangan liar, penggembalaan liar, pemukiman liar, pencurian hasil hutan, pertambangan, pembuatan pelabuhan, pertambakan, perburuan serta perambahan.

B. Pengendalian Kebakaran hutan

Pada tahun 2008 ini dengan telah dibentuknya Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Manggala Agni Kalimantan Selatan sebanyak 2 (dua) Daerah Operasi tahun 2005, kegiatan pengendalian kebakaran hutan pada tahun ini lebih diintensifkan. Kegiatan pengendalian kebakaran hutan di wilayah kerja Balai KSDA Kalimantan Selatan disamping terlibat langsung dalam pemad aman juga melakukan kegiatan patroli pencegahan kebakaran hutan, apel siaga, penyuluhan dan kampanye pengendalian kebakaran hutan.

Anggota Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Manggala Agni, Balai KSDA Kalimantan Selatan sebanyak 8 regu dengan jumlah keseluruhan sebanyak 120 orang, terdiri dari 96 orang dari unsur masyarakat dan 24 orang unsur Pegawai Negeri Sipil. Me reka saat ini ditempatkan di Daerah Operasi Tanah Laut dan Tanah Bumbu yang dipimpin oleh Kepala Daerah Operasi.

Selama tahun 2008, luas lahan yang terbakar di Kalimantan Selatan mencapai 376 ha. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.


(24)

20

Tabel 8. Data kebakaran hutan di w ilayah Kalimantan Selatan

No Uraian

Luas ( Ha)

Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

1. 2. 3. 4. 5.

KK ( Kawasan Konservasi ) HL ( Hutan Lindung )

HPH/ HTI (Hak Pengusahaan Hutan/ Hutan Tanaman I ndustri) APL (Areal Penggunaan Lain )

HP (Hutan Produksi)

924,5 37,0 1,5 722,25 -8,83 61,84 282,7 530,08 -2 17 -352 5

Jumlah 1685,25 883,45 376

Dari tabel 8. diatas dapat dilihat bahwa luas lahan yang terbakar selama tahun 2008 relatif sedikit dibandingkan selama tahun 2006 dan 2007.


(25)

21

C. Konservasi Kaw asan

Kegiatan konservasi kawasan yang dilaksanakan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan pada tahun anggaran 2008 antara lain berupa penyusunan desain fisik TWA Pulau Kembang, valuasi ekonomi calon TN Pegunungan Meratus, evaluasi fungsi status kawasan CA Selat Laut, Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang. Karena adanya penundaan anggaran DI PA BKSDA Kalsel tahun 2008 sebesar 24,42% maka kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan.

D. Konservasi Keanekaragaman Hayati

Kegiatan konservasi keanekaragaman hayati yang dilaksanakan oleh Balai KSDA Kalimantan Selatan tahun 200 8 antara lain survey potensi TSL di luar KPA/ KSA dalam rangka pengusulan kuota di Kab. HSS dan Banjar, survey potensi dan habitat penyu di Kab. Kotabaru, reinventarisasi bekantan di SM Pulau Kaget, inventarisasi bekantan di Kab. HSS dan Batola, identifikasi potensi flora fauna di P. Suwangi CA Selat Laut, pembinaan pengedar dan penangkaran TSL, pemeliharaan lanjutan budidaya anggrek di Kab. HSS, pemeliharaan lanjutan model penangkaran burung belibis di Danau Panggang. Karena adanya penundaan anggaran DI PA BKSDA Kalsel tahun 2008 sebesar 24,42% maka kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan.

E. Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

Untuk kegiatan pemanfaat an jasa lingkungan pada tahun 2008 telah dilaksanakan kegiatan pemberdayaan kader konservasi, pameran KSDA tk. Propinsi dan pameran KSDA tk. Kabupaten.

Kegiatan pemanfaatan jasa wisata alam yang berjalan secara kontiniu baru pada Taman Wisata Alam Pulau Kembang yang pengelolaannya dilaksanakan oleh pihak kedua yaitu CV. Sinar Kencana. Untuk TWA Pulau Bakut saat ini dalam tahap rencana pengembangan.


(26)

BAB V. PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGI S

A. Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mencapai visi dan misi Balai KSDA Kalimantan Selatan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Manajemen pemerintahan di Balai KSDA Kalimantan Selatan yang belum berjalan optimal dan efisien. Hal ini disebabkan masih kurang memadainya kemampuan sumber daya manusia, khususnya yang berada di Seksi Konservasi Wilayah. Selain itu faktor luasnya wilayah kerja juga ikut berpengaruh terhadap kinerja Balai KSDA Kalimantan Selatan. Untuk itu diperlukan peningkatan kemampuan SDM melalui berbagai pendidikan dan pelat ihan, serta mendorong staf untuk dapat mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu untuk mengoptimalkan manajemen, diperlukan kepemimpinan yang kuat yang dapat menggerakkan SDM yang ada secara optimal.

2. Penegakan hukum sebagai kata kunci dari keberhasilan upaya perlindungan hutan, belum berjalan sesuai harapan. Tidak efektifny a penegakan hukum terutama disebabkan oleh kurangnya kemauan untuk melakukan tindakan. Sebaliknya, justru banyak faktor yang mendukung lemahnya penegakan hukum, antara lain: lemahnya kelembagaan, peraturan perundangan yang kurang realistis, lemahnya sistem pengawasan serta penyalahgunaan w ewenang. Upaya penegakan hukum dalam pengendalian penebangan liar dan perambahan kawasan konservasi sudah dilakukan sesuai dengan UU Nomor 5 tahun 1990, UU Nomor 23 tahun 1997 dan UU Nomor 41 tahun 1999. Namun upaya ini belum memberikan hasil yang memadai karena kendala dalam penyidikan (pembuktian sesuai kaidah hukum) sehingga hukumannya masih bersifat administratif. Ke depan, diperlukan komunikasi dan koordinasi yang lebih intensif dengan instansi penegak hukum, baik kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan, agar tercapai kesepahaman dalam upaya penegakan hukum bidang kehutanan.

3. Pengelolaan kawasan konservasi di Kalimantan Selatan yang belum optimal, sehingga keamanan kawasan belum dapat terjaga dengan baik. Hal ini disebabkan kawasan belum dikelola oleh organisasi yang langsung memangku kawasan.

4. Belum berjalannya mekanisme reward (penghargaan) dan punishment (sanksi) yang berdampak pada melemahnya kinerja SDM yang sebenarnya punya kemampuan. Hal ini dapat terjadi karena belum adanya sanksi yang tegas terhadap SDM yang malas serta belum berjalannya mekanisme pemberian reward (penghargaan) terhadap SDM yang rajin dan berkemampuan. Untuk itu diperlukan mekanisme reward dan punishment dengan memberikan penghargaan maupun nilai lebih kepada staf yang berprestasi serta memberikanpunishment (sanksi) kepada staf yang melanggar peraturan perundangan.


(27)

23

5. Dukungan masyarakat dan pihak-pihak terkait dalam upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya belum memadai, sehingga dalam upaya konservasi sumber daya alam hayatai dan ekosistemnya Balai KSDA masih berjalan sendiri. Sehingga diperlukan penguatan jejaring kerja (networking) dengan seluruh stakeholders, sehingga dukungan terhadap upaya konservasi dapat meningkat. Selain itu perlu juga diintensifkan kegiatan penyuluhan kepada seluruh lapisan mesyarakat.

6. Satwa sitaan hasil operasi maupun hasil penyerahan masyarakat saat ini belum dapat ditangani dengan baik. Salah satu penyeba bnya adalah belum adanya pusat penampungan satwa serta pusat rehabilitasi yang berdekatan (Nyaru Menteng dan BOSF Samboja), satwa yang mereka rehabilitasi telah melampaui daya tampung (overload).

Matrik permasalahan strategis dan prioritas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalsel dapat dlihat pada lampiran laporan tahun an ini.

B. Langkah Strategis

Langkah strategis yang perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan sebagaimana dikemukakan didepan antara lain adalah :

1. Diperlukan peningkatan kemampuan SDM melalui berbagai pendidikan dan pelatihan, serta mendorong staf untuk dapat menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, untuk mengoptimalkan manajemen, diperlukan kepemimpinan yang kuat yang dap at menggerakkan SDM yang ada secara optimal.

2. Diperlukan komunikasi dan koordinasi yang lebih intensif dengan instansi penegak hukum, baik kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan, agar tercapai kesepahaman dalam upaya penegakan hukum bidang kehutanan.

3. Perlu segera diwujudkan organisasi pengelola yang langsung memangku/ menangani kawasan konservasi (Balai/ Loka kawasan konservasi).

4. Diperlukan mekanisme reward dan punishment dengan memberikan penghargaan maupun nilai lebih kepada staf yang berprestasi serta memberikanpunishment (sanksi) kepada staf yang melanggar peraturan perundangan.

5. Diperlukan penguatan jejaring kerja (networking) dengan seluruh stakeholders, sehingga dukungan terhadap upaya konservasi dapat meningkat. Selain itu, perlu juta diintensifkan kegiatan penyuluhan kepada seluruh lapisan masyarakat.


(28)

BAB VI . RENCANA TAHUN DEPAN

A. Rencana Anggaran Belanja

Rencana Anggaran dan Belanja Balai KSDA Kalimantan Selatan pada tahun 2009 ini diharapkan dapat dipenuhi dari anggaran DI PA 29 dan DI PA BA 69 Tahun Anggaran 2009, baik yang luncuran maupun murni. Dari DI PA 29 tahun anggaran 2009 ini, Balai KSDA Kalimantan Selatan mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp. 8.377.125.000.,- terbagi kedalam 4 (empat) program yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. 9 dibawah ini :

Tabel. 9. Anggaran DI PA 29 BKSDA Kalimantan Selatan TA. 2009

No. Program Pagu (Rp)

1. Penerapan Kepemerintahan Yang Baik 5.376.915.000

2. Pemantapan Keamanan Dalam Negeri 592.750.000

3. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam 2.363.180.000

4. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup 44.280.000

B. Rencana Kegiatan

Pada tahun 2009, Balai KSDA Kalimantan Selatan telah merencanakan berbagai program dan kegiatan guna mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Program dan kegiatan yang telah direncanakan untuk dilaksanakan pada tahun 2009 ini adalah :

1. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik a. Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan.

b. Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran c. Pelayanan publik atau birokrasi


(29)

25

2. Program Pemantapan Keamanan Dalam Negeri (Pengamanan Kawasan Hutan) a. Operasi Pengamanan Hutan

b. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Perlindungan Hutan c. Penyelesaian Kasus Hukum Pelanggaran/ Kejahatan Kehutanan 3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

a. Pengendalian Kebakaran Hutan, meliputi :

- Pencegahan, Pemadaman, Penanganan Pasca Karhut dan Penyelamatan - Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pengendalian Kebakaran

b. Pengelolaan Taman Nasional dan Kawasan Konservasi Lainnya (KSA/ KPA/ TB) dan Hutan Lindung, meliputi : - Pengelolaan kawasan Konservasi Lainnya dan Taman Buru

- Pembinaan habitat

c. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya, meliputi : - Pengelolaan jenis dan genetik

- I nventarisasi Flora dan Fauna

- Pembinaan, Penangkaran dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar d. Pengembangan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

- Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan - Pengembangan pemanfaatan wisata alam - Pengembangan bina cinta alam

- Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan

e. Perencanaan dan Pengendalian Pengelolaan Kawasan Konservasi - Penyusunan program dan rencana kerja/ teknis/ program - Penguatan kelembagaan

4. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan SDA Hayati dan Ekosistemnya a. Peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi


(30)

Lampiran 1. Kawasan Konservasi Di Kalimantan Selatan

KAWASAN KONSERVASI DI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2008

No. Nama

Kawasan Surat Usulan dari SK. Penunjukan

Luas Kawasan

(ha)

Penataan

Zonasi Penetapan Penataan Batas

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Cagar Alam Gunung Kentawan

Surat Gubernur No.124/EK tanggal 7 Maret 1978

SK. Mentan

No.109/Kpts/Um/II/1979 tanggal 10 Februari 1979; luas 245 ha;

fungsi Cagar Alam Sungai Selatan

257,90 - SK. Menhutbun

No.336/Kpts-II/1999 tanggal 24 Mei 1999; luas 257,9 ha; fungsi Cagar Alam

1981/1982

2. Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku

Surat Gubernur KDH Tk. I Kalsel

No.522/780/EK tanggal 7 Mei 1981

SK. Mentan

No.827/Kpts/Um/9/1981 tanggal 24 September 1981;

luas 66.650 ha; fungsi Cagar Alam

66.650,00 - SK. Menhut

No.329/Kpts-II/1987 tanggal 14 Oktober 1987;

luas 66.650 ha; fungsi Cagar Alam

1982-1984

3. Cagar Alam Teluk Pamukan

- SK. Menhutbun

No.453/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999

20.618,838 - - 1991/1992

4. Cagar Alam Sungai Bulan dan Sungai Lulan

- SK. Menhutbun

No.453/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999

1.857,63 .- - 1991/1992


(31)

-2-1 2 3 4 5 6 7 8

5. Suaka

Margasatwa Pulau Kaget

Surat Gubernur KDH Tk. I Kalsel No.II-1-3.3-3447 tanggal 17 Desember 1974; SK. Gubernur KDH Tk. I Kalsel No.BE-20/I-1-2-6-900 tanggal 19 Mei 1976

SK. Mentan

No.701/Kpts/UM/II/1976 tanggal 6 Nopember 1976; luas 85 ha; fungsi Cagar Alam

63,60 - SK. Menhutbun

No.337/Kpts-II/1999 tanggal 24 Mei 1999; luas 63,60 ha; fungsi Cagar Alam

1981/1982

Perubahan fungsi SK. Menhutbun No.772/Kpts-II/1999 tanggal 27 September 1999; luas 63,60 ha; fungsi Suaka Margasatwa

6. Suaka

Margasatwa Pleihari Tanah Laut

Surat Gubernur KDH Tk. I Kalsel No.II-2-6-383 tanggal 17 Maret 1973

SK. Mentan

No. 64/Kpts/Um/2/1974 tanggal 13 Pebruari 1974; luas 50.000 ha;

fungsi Suaka Margasatwa

6.000,00 - SK. Mentan

No.424/Kpts/Um/10/ 1975 tanggal 23 Okto-ber 1975;

luas 35.000 ha; fungsi Suaka Margasatwa

1994/1995

Perubahan fungsi SK. Menhut

No. 695/Kpts-II/1991 tanggal 11 Oktober 1991; luas 6.000 ha;

fungsi Suaka Margasatwa


(32)

-3-1 2 3 4 5 6 7 8

7. Suaka

Margasatwa Kuala Lupak

- SK. Menhutbun

No.453/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999

2.975,00 - - 2001

8. Taman

Wisata Alam Pleihari Tanah Laut

Surat Gubernur KDH Tk. I Kalsel No.II-2-6-383 tanggal 17 Maret 1973

SK. Mentan

No.64/Kpts/Um/2/1974 tanggal 13 Pebruari 1974; luas 50.000 ha;

fungsi Suaka Margasatwa

1.500,00 - SK. Mentan

No.424/Kpts/Um/10/ 1975 tanggal 23 Okto-ber 1975;

luas 35.000 ha; fungsi Suaka Margasatwa

1994/1995

Perubahan fungsi SK. Menhut

No. 695/Kpts-II/1991 tanggal 11 Oktober 1991; luas 6.000 ha;

fungsi Suaka Margasatwa

9. Taman

Wisata Alam Pulau Kembang

Surat Gubernur KDH Tk. I Kalsel

No.124/EK tanggal 7 Maret 1978

SK. Mentan

No.780/Kpts/Um/12/1976 tanggal 27 Desember 1976; luas 60 ha;

fungsi Taman Wisata Alam

60,00 - -


(33)

-4-1 2 3 4 5 6 7 8

10. Taman

Wisata Alam Pulau Bakut

Surat Gubernur No.660/107A-Sekr/Bapedalda tanggal 11 Maret 2002

SK. Menhut

No. 140/Kpts-II/2003 tanggal 21 April 2003; luas 18,70 ha;

fungsi Taman Wisata Alam

18,70 - -

-11. Taman

Hutan Raya Sultan Adam*

- Keppres RI No. 52/1989

tanggal 18 oktober 1989; luas 112.000 ha;

fungsi Taman Hutan Raya

112.000,00 - - 2001

Luas Keseluruhan 212.001,668

Keterangan:

*) Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam dikelola oleh UPTD Taman Hutan Raya Sultan Adam yang bertanggung jawab kepada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan.


(34)

Lampiran 2:

Matrik permasalahan strategis dan prioritas di Balai KSDA Kalimantan Selatan Tahun 2008.

NO.

KELOMPOK KEGIATAN

PERMASALAHAN

UPAYA TINDAK LANJUT

KETERANGAN

1

2

3

4

5

I.

Konservasi Kawasan

-

Perambahan kawasan konservasi.

-

Rekonstruksi dan pemeliharaan

batas kawasan.

-

Penyuluhan dan pemberdayaan

ekonomi masyarakat sekitar

kawasan.

-

Pengamanan hutan partisipatif

dengan melibatkan masyarakat

sekitar kawasan.

-

Pulbaket dan penegakan hukum.

-

Evaluasi fungsi kawasan.

-

Koordinasi dengan instansi terkait

dan LSM.

II.

Konservasi

Keanekaragaman Hayati

-

Peredaran tumbuhan dan satwa liar

(TSL) illegal.

-

Pengawasan lebih intensif peredaran

TSL (Bandara dan Pelabuhan Laut)

dan penegakan hukum.

-

Koordinasi dengan instansi terkait

seperti karantina hewan, karantina

ikan, bea dan cukai, Dinas

Perikanan dan Kelautan dan

Kepolisian

-

Pembinaan terhadap

pengusaha-pengusaha pemanfaatan TSL.

-

Peningkatan kualitas SDM bidang


(35)

Lanjutan:

Matrik permasalahan strategis dan prioritas di Balai KSDA Kalimantan Selatan Tahun 2008.

1

2

3

4

5

-

Penangkaran TSL relatif masih kurang,

sehingga pemanfaatan TSL masih

banyak mengeksploitasi dari alam.

-

Pemilikan satwa liar yang dilindungi.

-

Menggalakkan kegiatan

penangkaran kepada masyarakat

untuk menurunkan eksploitasi

tumbuhan dan satwa liar di alam.

-

Pembinaan terhadap

pengusaha-pengusaha pemanfaatan TSL.

-

Penyuluhan kepada masyarakat,

melalui penyebaran materi

penyuluhan seperti leaflet, media

cetak dan elektronik (radio dan

televisi)

II.

Penyidikan dan

Perlindungan Hutan

-

Frekuensi operasi pengamanan relatif

kurang.

-

Penegakan hukum masih lemah.

-

Kuantitas dan kualitas personel

pengamanan (POLHUT) belum

memadai bila dibandingkan dengan

wilayah kerja yang luas.

-

Peningkatkan kegiatan patroli rutin

dan menambah frekuensi Operasi

Pengamanan.

-

Koordinasi dengan institusi yang

berwenang dan terkait dalam upaya

penegakan hukum.

-

Penambahan jumlah POLHUT dan

peningkatan kualitas dengan

mengikutsertakan dalam Diklat serta

Penyegaran POLHUT.


(36)

Lanjutan:

Matrik permasalahan strategis dan prioritas di Balai KSDA Kalimantan Selatan Tahun 2008.

1

2

3

4

5

IV.

Penanggulangan

Kebakaran Hutan

-

Jumlah personil relatif masih kurang bila

dibandingkan intensitas kejadian

kebakaran yang tinggi dan wilayah kerja

yang luas.

-

Sarana dan prasarana penanggulangan

kebakaran hutan relatif masih kurang.

-

Kesadaran masyarakat untuk tidak

membakar lahan dan hutan masih

rendah.

-

Pembentukan Masyarakat Peduli Api

dan kerjasama dengan masyarakat

dan pihak lainnya, seperti Korem,

Dinas Kehutanan, BPK setempat.

-

Mengoptimalkan sarana dan

prasarana yang ada.

-

Kampanye dan sosialisasi tentang

kebakaran lahan dan hutan kepada

masyarakat.

V.

Wisata Alam dan

Pemanfaatan Jasa

Lingkungan

-

Kegiatan wisata alam/ekowisata masih

sangat kurang dan masih banyak

potensi yang belum tergali

-

Pemegang izin pengusahaan wisata

alam belum memenuhi semua

kewajiban yang mestinya dilaksanakan

-

Melakukan koordinasi dengan Dinas

Pariwisata Daerah, Bupati/Gubernur

dan Dinas Kehutanan dalam

pengembangan TWA dan pariwisata

alam.

-

Dilakukan sosialisasi dan promosi

bekerja sama dengan pemerintah

daerah untuk menggalakkan wisata

alam.

-

Survei potensi dan penetapan

kawasan konservasi baru.

-

Telah dilakukan pembinaan kepada

pemegang izin pengusahaan wisata

alam dan melakukan evaluasi secara

berkala.


(37)

Lanjutan:

Matrik permasalahan strategis dan prioritas di Balai KSDA Kalimantan Selatan Tahun 2008.

1

2

3

4

5

VI.

Kesekretariatan

-

Sumber daya manusia masih sangat

kurang.

-

Realisasi anggaran relatif masih kurang

dari kebutuhan

-

Sarana dan prasarana di wilayah kerja,

khususnya dalam rangka pelaksanaan

struktur BKSDA yang baru, masih

kurang.

-

Diusulkan penambahan sumberdaya

manusia.

-

Diusulkan untuk meningkatkan

anggaran.


(38)

Lampiran 3:

Kondisi Faktual di Lapangan Kawasan Konservasi di Kalimantan Selatan Tahun 2008.

NO. KAWASAN

KONSERVASI

KONDISI FAKTUAL DI LAPANGAN

KAWASAN KONSERVASI KETERANGAN

1 2 3 4

1. Cagar Alam Teluk Kelumpang (28.549 Ha)

1) ± 116 Hadirambah untuk tambak ikan dan udang oleh Masyarakat.

Surat Keterangan Tanah dari Kepala Desa setempat.

2) ± 2.117 Hadirambah untuk perkebunan besar swasta olehPT. SMART Tbk.

Pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi untuk perkebunan kelapa sawit:

a. Surat Menhut No.43/Menhut-VII/1994 tanggal 11 Januari 1994,

b. SK. Menhut No.326/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994, c. SK. Menhut No.106/Kpts-II/1996 tanggal 22 Maret 1996, d. SK. Dirjen INTAG No.39/Kpts/VII-4/1998 tanggal 16 Maret

1998.

3) ± 2 Hadirambah untuk pelabuhan khusus kelapa sawit olehPT. SMART Tbk.

-4) 36,3 Hadipinjam pakai dengan kompensasi untuk pelabuhan khusus batubara atas namaPT. Arutmin Indonesia(Pelabuhan khusus batubara di Air tawar seluas 24,84 Ha dan di Sembilang seluas 11,46 Ha;± 314 HaAreal Penggunaan Lain (APL) diusulkan oleh PT.Arutmin Indonesia sebagai areal pengganti untuk ditunjuk menjadi Cagar Alam).

Penggunaan Areal Cagar Alam Teluk Kelumpang untuk Pembangunan Pelabuhan Khusus Batubara:

Surat Menhut No.S.513/Menhut-IV/2008 tanggal 03 September 2008 Perihal Perpanjangan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Di CA. Teluk Kelumpang Untuk Pelabuhan Khusus Batubara Air Tawar dan Sembilang Atas Nama PT. Arutmin Indonesia.


(39)

Lanjutan:

Kondisi Faktual di Lapangan Kawasan Konservasi di Kalimantan Selatan Tahun 2008..

1 2 3 4

5) ± 10 Hadirambah untuk pelabuhan khusus batubara

olehCV. Laju Sejahtera.

-2. Cagar Alam Selat Laut (25.600 Ha)

1)

± 5.070 Hadirambah untuk tambak ikan dan udang olehMasyarakat.

- Surat Keterangan Tanah dari Kepala Desa setempat. - Diusulkan fungsinya menjadi Suaka Margasatwa dan ada

upaya rehabilitasi dan kemitraan.

2)

± 1.807 Hadirambah untuk perkebunan besar swasta olehPT. SMART Tbk.

Pelepasan Kawasan Hutan Produksi dapat di Konversi untuk perkebunan kelapa sawit:

a. SK. Dirjen INTAG No.128/Kpts/VIII-3/1991 tanggal 17 Desember 1991,

b. SK. Menhut No.326/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994, c. Surat Menhut No.281/Menhut-II/1994 tanggal 4 Maret

1994.

3)

± 25 Hapabrik minyak goreng beserta pelabuhannya olehPT. SMART Tbk.

Surat Bupati Kotabaru Nomor : 647/19/ PEMB-IMB/2006 tanggal 28 Agustus 2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan Bulking Station Kernel Cruishing Plant dan Refimeri Plant PT.SMART,Tbk.

4)

± 9 Hadirambah untuk pelabuhan khusus batubara olehPT. Satui Baratama.

a. SK. Bupati Kotabaru No.015 Tahun 2000 tanggal 30 September 2000,

b. Surat Rekomendasi Kepala Kantor Pelabuhan No.7232/115/PSBL.00 tanggal 18 Agustus 2000, c. Dinas Perhubungan, Pemkab Kotabaru


(40)

Lanjutan:

Kondisi Faktual di Lapangan Kawasan Konservasi di Kalimantan Selatan Tahun 2008..

1 2 3 4

5)

± 4 Hadirambah untuk pelabuhan khusus batubara olehPT. Diantara/PT. Dian Unggul Baratama.

a. SK. Bupati Kotabaru No.021 Tahun 2000, b. Surat Rekomendasi Kepala Kantor Pelabuhan

No.7232/114/P.SBL.000 tanggal 15 Agustus 2000.

6)

± 12 Hadirambah untuk pelabuhan khusus batubara olehPT. Borneo Internusa (PT. BIN).

a. SK. Bupati Kotabaru No.474 Tahun 2002,

b. Surat Rekomendasi Kepala Kantor Pelabuhan Simpang Empat Batulicin No.PP.726/1/1/ PSBL.01 tanggal 20 Februari 2002.

c. Berada di dalam CA. Selat Laut Berdasarkan Tata Batas Kawasan.

d. Berada di luar CA. Selat Laut berdasarkan SK. Menhutbun No.453/Kpts-II/1999.

7)

578,8 Hadiubah fungsi menjadi Hutan Produksi dapat di Konversi (578,8 Ha dipinjam pakai dengan

kompensasi untuk pabrik semen atas namaPT. Indocement Tunggal Prakarsa;1.198 HaHPK sebagai areal pengganti akan ditunjuk menjadi Cagar Alam; areal pengganti yang telah ditatabatas luasnya 522,5 Ha sehingga masih terdapat kekurangan sebesar 675,5 Ha).

Perubahan fungsi sebagian Cagar Alam menjadi Hutan Produksi dapat di Konversi:

a. Surat Menhut No.489/Menhut-VIII/1997 tanggal 30 April 1997,

b. Surat Menhutbun No.412/Menhutbun-VII/1999 tanggal 3 Mei 1999,

c. SK. Menhutbun No.478/Kpts-II/1999 tanggal 29 Juni 1999.

8)

± 80 Hadirambah untuk percetakan sawah masyarakat.

Desa Salino, Kab. Kotabaru.


(41)

-Lanjutan:

Kondisi Faktual di Lapangan Kawasan Konservasi di Kalimantan Selatan Tahun 2008.

1 2 3 4

10)

± 5,8 Hadirambah untuk pelabuhan ferry olehPT. Pelayaran Benua Raya Khatulistiwa

-.

11)

± 5 Hadirambah untuk pelabuhan khusus batubara olehPT.BSS (PT. Bersama Sejahtera Sakti).

Desa Salino, Kab. Kotabaru.

12)

± 5 Hadirambah untuk pelabuhan khusus batubara olehPT. Surya Arkha Mulia Persada.

-13)

± 5 Hadirambah untuk pelabuhan khusus batubara olehPT. Anugerah Sukses Gemilang.

-14)

± 5 Hadirambah untuk pelabuhan khusus batubara olehPT. Astri Prima Sarjiman/PT. Deli Pratama Pelabuhan.

Ijin dari BAPPEDA Kabupaten Tanah Bumbu.

15)

± 5 Hadirambah untuk pelabuhan khusus batubara olehPT. Jhonlin Baratama.

-16)

± 0,25 Hadirambah untuk pelabuhan/Dermaga kayu olehPT. INHUTANI II


(42)

Lanjutan:

Kondisi Faktual di Lapangan Kawasan Konservasi di Kalimantan Selatan Tahun 2008.

1 2 3 4

3. Cagar Alam Selat Sebuku (12.500 Ha)

1)

± 4.238 Hadirambah untuk tambak ikan dan udang olehMasyarakat.

- Surat Keterangan Tanah dari Kepala Desa setempat. - Diusulkan fungsinya menjadi Suaka Margasatwa dan ada

upaya rehabilitasi dan kemitraan.

2)

± 1.050 Hadiubah fungsi menjadi Hutan Produksi Tetap (230,5 Hadipinjam pakai tanpa kompensasi untuk eksploitasi bahan galian batubara atas nama PT. Bahari Cakrawala Sebuku).

Perubahan fungsi sebagian Cagar Alam menjadi Hutan Produksi Tetap:

a. Surat Menhut No.23/Menhut-VII/1998 tanggal 8 Januari 1998

b. SK. Menhut No.164/Kpts-II/1998 tanggal 26 Februari 1998 c. Surat Menhut No.321/Menhut-VII/1998 tanggal 27 Februari

1998

3)

± 3.000 Haberupa persawahan dan bangunan irigasi. Peta RBI Tahun 1985 areal tersebut merupakan areal persawahan

4. Cagar Alam Teluk Pamukan

(20.618,838 Ha)

1)

± 1.500 Hadirambah untuk tambak ikan dan udang olehMasyarakat.

Surat Keterangan Tanah dari Kepala Desa setempat.

2)

± 200 Hadirambah untuk pemukiman.

-5. Cagar Alam Sungai Bulan dan Sungai Lulan (1.857,63 Ha)


(43)

-Lanjutan:

Kondisi Faktual di Lapangan Kawasan Konservasi di Kalimantan Selatan Tahun 2008.

1 2 3 4

6. Cagar Alam Gunung Kentawan (257.9 Ha)

1)

± 3 Ha dirambahuntuk perlandangan oleh Masyarakat.

-2)

± 5,3 Ha dirambahuntuk perkebunan karet, bambu dan kemiri olehMasyarakat.

-3)

± 3 Ha dirambahuntuk pemukiman oleh Masyarakat.

Pemukiman liar di CA. Gunung Kentawan terdiri dari 3 Kepala Keluarga

7. Suaka

Margasatwa Kuala Lupak (2.975 Ha)

± 1.350 Hadirambah untuk tambak ikan dan udang oleh Masyarakat.

Surat Keterangan Tanah dari Kepala Desa setempat.

8. Suaka

Margasatwa Pleihari Tanah Laut (6.000 Ha)

± 168 Hadirambah untuk tambak ikan dan udang oleh Masyarakat.

Surat Keterangan Tanah dari Kepala Desa setempat.

9. Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut (1.500 Ha)

1)

206 Rumah(Pemukiman) olehMasyarakat. Pemukiman liar di TWA. Pleihari Tanah Laut:175 buah warung tradisional, 30 buah rumah semi permanen, 1 buah rumah permanen dalam tahap pembangunan.

2)

± 50 Hadirambah untuk perladangan oleh Masyarakat.


(44)

Lanjutan:

Kondisi Faktual di Lapangan Kawasan Konservasi di Kalimantan Selatan Tahun 2008.

1 2 3 4

3)

± 30 Hadirambah untuk area pengembalaan oleh Masyarakat.

Pengembalaan liar di TWA. Pleihari Tanah Laut:Jumlah sapi ± 200 ekor, jumlah kandang ± 15 buah.


(45)

KEADAAN PENATAAN BATAS DAN PENGUKUHAN KAWASAN KONSERVASIDI WILAYAH KERJA BKSDA KALSEL TAHUN 2008

Batas Alam Batas Buatan

1 2 3 4 5 6 7 8

1 CA.Gunung Kentawan 257.9 2.85 4.28 1981/1982 2003

2 CA.Sungai Bulan dan Sungai Lulan 1857.63 - 55.4 1991/1992

-3 CA.Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku 66650 - 282.105 1982-1984 2007

4 CA.Teluk Pamukan 20618.838 - 209.82 1991/1992 2003

5 SM.Kuala Lupak 2975 - 14.2 2001 2008

6 SM.Pleihari Tanah Laut 6000 - 88.2 1994/1995 2004

7 SM.Pulau Kaget 63.6 2.58 1.38 1981/1982 2003

8 TWA.Pleihari Tanah Laut 1500 - 23 1994/1995 2003

9 TWA.Pulau Bakut 18.7 - - -

-10 TWA.Pulau Kembang 60 - - -

-Lampiran 4 : Keadaan Penataan Batas dan Pengukuhan Kawasan Konservasi

Panjang Batas (km)

No. Kawasan Konservasi Luas (ha) Di Tata Batas

(Tahun) Keterangan

Rekonstruksi Batas Terakhir (Tahun)


(46)

Lampiran 5: Usulan Calon Kawasan Konservasi

L K K

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Meratus Hulu Barabai 18,350.00 Hutan lindung; dikelola oleh Pemda.

Kab. Kotabaru, Kab. Hulu Sungai Selatan dan Kab Hulu Sungai Tengah.

Hutan pegunungan; areal karst dengan gua-gua alam; air terjun; daerah tangkapan air (hulu) banyak sungai penting di Kalsel; areal hutan terbaik di Kalsel; keanekaragaman flora fauna tinggi; tingkat endemisme tinggi; hutan alam Agathis terakhir di Kalsel; 38 jenis fauna dilindungi.

Kondisi hutan alam pegunungan masih baik.

Taman Nasional Survei potensi tahun 1997 oleh BKSDA V Banjarbaru; Rekomendasi Gubernur Kepala Daerah Tk.I Kalsel No. 522/00658/Eko tgl. 14 Maret 1998; Rekomendasi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Hulu Sungai Selatan No. 522/01992/Eko tgl. 5 November 1997; Rekomendasi Bupati Kepala Daerah Tk.II Hulu Sungai Tengah No. 522/116/Eko tgl. 5 November 1997; Rekomendasi Bupati Kepala Daerah Tk.II Kotabaru No. 500/2153/Eko tgl. 25 Oktober 1997; Diusulkan BKSDA V Banjarbaru dengan Surat usulan Nomor : 1568/VI-BKSDA.V/PM/1997 tgl 25 Juli 199; Diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi dalam National Conservation Plan for Indonesia, Vol.V Kalimantan dengan nama Meratus Hulu Barabai dan 2. Meratus Hulu Tanjung 46,250.00 Hutan lindung; dikelola

oleh Pemda.

Kab. Tabalong Pelestarian tipe hutan dataran tinggi dan fungsi hidroorologi.

Kondisi hutan alam pegunungan masih baik.

Cagar Alam Survei potensi tahun 2005 oleh BKSDA V Banjarbaru; Diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi dalam National Conservation Plan for Indonesia, Vol.V Kalimantan dengan nama Meratus Hulu Tanjung dan luasan yang lebih besar.

3. Pulau Kadap 54,375.00 Kawasan budidaya (RTRW

Provinsi Kalsel)

Kab. Banjar dan Kab. Tapin Ekosistem lahan basah (hutan rawa gambut); habitat dari satwa bekantan yang merupakan satwa dilindungi endemik Kalimantan dan maskot Kalimantan Selatan; juga merupakan habitat dari 9 jenis satwa dilindungi lainnya.

Sebagian kawasan telah rusak akibat kebakaran yang terjadi setiap tahun pada musim kemarau dan penebangan.

Cagar Alam Diusulkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan untuk menjadi kawasan konservasi.

A. KAWASAN KONSERVASI DARAT

USULAN/CALON KAWASAN KONSERVASI SAMPAI DENGAN MARET 2006, BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM KALIMANTAN SELATAN


(47)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Lahan Basah Sungai Negara 82,835 Hutan Produksi dapat di Konversi (RTRW Provinsi Kalsel)

3 Kabupaten: Tapin, Hulu Sungai Selatan, dan Hulu Sungai Utara.

3 tipe ekosistem: ekosistem rawa gambut,hutan sungai dan danau yang

merupakan habitat satwa dilindungi seperti bekantan (Nasalis larvatus), rusa sambar(Cervus unicolor), bangau tontong (Leptoptilus javanicus), pecuk ular(Anhinga melanogaster) termasuk jenis-jenis migran (jenis-jenis burung air) dan bantiung(Gallinula tenebrosa)/jenis endemik lahan basah kalsel; potensi wisata: wisata alam (penjelajahan, atraksi satwa, berburu foto), wisata tirta (bersampan dan

memancing), wisata budaya (tradisi balap kerbau rawa).

Terancam oleh penebangan liar, perburuan liar, pengembalaan ternak, perambahan dan pemukiman.

Taman Wisata Alam Survei potensi tahun 1997 oleh BKSDA V Banjarbaru.

5. Pulau Birah-birahan 1,000.00 Dalam proses

pengumpulan data

Kab. Kotabaru, Kecamatan Pulau Sembilan

Ekosistem terumbu karang; habitat dan tempat bertelur penyu sisik dan penyu hijau; memiliki

pemandangan alam yang indah; 4 jenis burung; 2 jenis reptilia; dan 28 jenis biota laut yang dilindungi.

Terdapat pengambilan telur penyu oleh pemenang lelang yang ditetapkan oleh Bupati Kotabaru; sebagian besar terumbu karang sampai kedalaman 10 m berada dalam ke-adaan rusak.

Taman Wisata Laut Survei potensi Tahun 1990 oleh Ditjen PHKA dan tahun 2000 oleh BKSDA Kalsel.

6. Kepulauan Sambar Gelap 1,000.00 Hak milik perorangan Kab. Kotabaru Ekosistem terumbu karang; pemandangan alam yang indah; tempat bertelur penyu hijau dan penyu sisik; 5 jenis burung, 2 jenis reptilian dan 16 jenis biota laut dilindungi.

Pemegang hak milik memperoleh hak untuk pengambilan telur penyu dari Pemerintah Kab. Kotabaru; 60% terumbu karang berada dalam keadaan rusak; Kerusakan terumbu karang akibat abrasi air laut dan jangkar kapal nelayan.

Taman Wisata Laut atau Stasiun perlindungan Flora Fauna (penyu hijau, penyu sisik dan terumbu karang)

Diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi pada tahun 1992 & 1996; dua kali penilaian potensi: 1989 oleh Direktorat Pelestarian Alam, Ditjen PHPA & tahun 1998 oleh BKSDA V Banjarbaru.

B. KAWASAN KONSERVASI LAUT


(48)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

7. Pulau Pamalikan 687.50 Berdasarkan RTRW Provinsi

Kalsel, Kep. Laut Kecil (termasuk Pulau Pamalikan) adalah Hutan Produksi yang dapat dikonversi

Kepulauan Laut Kecil (Matasiri), Kab. Kotabaru, Kec. Pulau Sembilan

Ekosistem terumbu karang; habitat berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi; habitat dan tempat peneluran penyu hijau dan penyu sisik; berbagai jenis biota laut pembentuk dan penghuni terumbu karang yang dilindungi.

Terdapat pengambilan telur penyu oleh perorangan berdasarkan keputusan Bupati Kotabaru; kondisi terakhir terumbu karang belum diketahui.

Suaka Margasatwa Diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi pada tahun 1992 dan 1996; proses tersebut sampai pada tahap memohon rekomendasi dari Bupati Kotabaru; survei potensi tahun 1990; survei potensi tahun 2002.

8. Pulau Kunyit dan Pulau Kerayaan

4.000,00 – 6.000,00 Hak milik perorangan untuk daratan

Kab. Kotabaru, Kec. Pulau. Laut Barat dan Kec. Pulau Laut Selatan

Ekosistem terumbu karang; 5 jenis burung; 3 jenis reptilia; 37 jenis biota laut yang dilindungi; habitat dan tempat bertelur penyu sisik dan penyu hijau; memiliki keindahan alam berupa pantai, laut dan terumbu karang.

Terdapat pengambilan telur penyu secara liar di P. Kerayaan Kecil oleh sebagian masyarakat; 52,2 % - 72,8 % terumbu karang sampai kedalaman 5 m masih dalam kondisi baik; kerusakan terumbu karang yang diakibat-kan oleh abrasi dan sedimentasi, pembongkaran karang untuk menangkap ikan, penambangan karang untuk bahan bangunan serta terkait jangkar dan lunas kapal.

Taman Wisata Laut atau lokasi percontohan perlindungan flora-fauna serta ekosistem terumbu karang

Survei potensi tahun 2000 oleh BKSDA Kalsel.

9. Pulau Denawan 625.00 Dalam proses

pengumpulan data

Kepulauan Sembilan, Kab. Kotabaru, Kec. Pulau Sembilan

Ekosistem terumbu karang; tempat peneluran penyu hijau dan penyu sisik.

Belum diketahui Stasiun pelestarian penyu sisik dan penyu hijau

Survei potensi tahun 1990 Ditjen PHKA .


(49)

Lampiran 6: Kejadian Kebakaran Hutan dan Lahan di Prop. Kalsel

KEJADIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2008

BULAN

KEJADIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN*

(Ha)

GROUND CHECK HOTSPOT DAN LOKASI

KEBAKARAN (Ha)

APL HL HP HPK HPT KK

Januari - - -

-Februari - - -

-Maret - - -

-April - - -

-Mei 10 3 13 - - - -

-Juni 29 7 34 - - - - 2

Juli 25 15 32 8 - - -

-Agustus 50 22 58 9 5 - -

-September 121.5 26.5 148 - - - -

-Oktober 55 - 55 - - - -

-November 8 - 8 - - - -

-Desember 4 - 4 - - - -

-Total 302.5 73.5 352 17 5 - - 2

Keterangan :

* = Kejadian Kebakaran Hutan dan Lahan yang Dilakukan Pemadaman Oleh DAOPS Tanah Laut dan DAOPS Tanah Bumbu APL = Areal Penggunaan Lain/Lahan

HL = Hutan Lindung HP = Hutan Produksi

HPK = Hutan Produksi Konversi HPT = Hutan Produksi Terbatas KK = Kawasan Konservasi


(1)

Lanjutan:

Kondisi Faktual di Lapangan Kawasan Konservasi di Kalimantan Selatan Tahun 2008.

1

2

3

4

3)

± 30 Ha

dirambah untuk area pengembalaan oleh

Masyarakat.

Pengembalaan liar di TWA. Pleihari Tanah Laut:

Jumlah

sapi

± 200 ekor, jumlah kandang ± 15 buah.


(2)

KEADAAN PENATAAN BATAS DAN PENGUKUHAN KAWASAN KONSERVASIDI WILAYAH KERJA BKSDA KALSEL TAHUN 2008 Batas Alam Batas Buatan

1 2 3 4 5 6 7 8

1 CA.Gunung Kentawan 257.9 2.85 4.28 1981/1982 2003

2 CA.Sungai Bulan dan Sungai Lulan 1857.63 - 55.4 1991/1992 -3 CA.Teluk Kelumpang, Selat Laut dan Selat Sebuku 66650 - 282.105 1982-1984 2007

4 CA.Teluk Pamukan 20618.838 - 209.82 1991/1992 2003

5 SM.Kuala Lupak 2975 - 14.2 2001 2008

6 SM.Pleihari Tanah Laut 6000 - 88.2 1994/1995 2004

7 SM.Pulau Kaget 63.6 2.58 1.38 1981/1982 2003

8 TWA.Pleihari Tanah Laut 1500 - 23 1994/1995 2003

9 TWA.Pulau Bakut 18.7 - - -

-10 TWA.Pulau Kembang 60 - - -

-Lampiran 4 : Keadaan Penataan Batas dan Pengukuhan Kawasan Konservasi

Panjang Batas (km)

No. Kawasan Konservasi Luas (ha) Di Tata Batas

(Tahun) Keterangan

Rekonstruksi Batas Terakhir (Tahun)


(3)

Lampiran 5: Usulan Calon Kawasan Konservasi

L K K

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Meratus Hulu Barabai 18,350.00 Hutan lindung; dikelola oleh Pemda.

Kab. Kotabaru, Kab. Hulu Sungai Selatan dan Kab Hulu Sungai Tengah.

Hutan pegunungan; areal karst dengan gua-gua alam; air terjun; daerah tangkapan air (hulu) banyak sungai penting di Kalsel; areal hutan terbaik di Kalsel; keanekaragaman flora fauna tinggi; tingkat endemisme tinggi; hutan alam Agathis terakhir di Kalsel; 38 jenis fauna dilindungi.

Kondisi hutan alam pegunungan masih baik.

Taman Nasional Survei potensi tahun 1997 oleh BKSDA V Banjarbaru; Rekomendasi Gubernur Kepala Daerah Tk.I Kalsel No. 522/00658/Eko tgl. 14 Maret 1998; Rekomendasi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Hulu Sungai Selatan No. 522/01992/Eko tgl. 5 November 1997; Rekomendasi Bupati Kepala Daerah Tk.II Hulu Sungai Tengah No. 522/116/Eko tgl. 5 November 1997; Rekomendasi Bupati Kepala Daerah Tk.II Kotabaru No. 500/2153/Eko tgl. 25 Oktober 1997; Diusulkan BKSDA V Banjarbaru dengan Surat usulan Nomor : 1568/VI-BKSDA.V/PM/1997 tgl 25 Juli 199; Diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi dalam National Conservation Plan for Indonesia, Vol.V Kalimantan dengan nama Meratus Hulu Barabai dan 2. Meratus Hulu Tanjung 46,250.00 Hutan lindung; dikelola

oleh Pemda.

Kab. Tabalong Pelestarian tipe hutan dataran tinggi dan fungsi hidroorologi.

Kondisi hutan alam pegunungan masih baik.

Cagar Alam Survei potensi tahun 2005 oleh BKSDA V Banjarbaru; Diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi dalam National Conservation Plan for Indonesia, Vol.V Kalimantan dengan nama Meratus Hulu Tanjung dan luasan yang lebih besar. 3. Pulau Kadap 54,375.00 Kawasan budidaya (RTRW

Provinsi Kalsel)

Kab. Banjar dan Kab. Tapin Ekosistem lahan basah (hutan rawa gambut); habitat dari satwa bekantan yang merupakan satwa dilindungi endemik Kalimantan dan maskot Kalimantan Selatan; juga merupakan habitat dari 9 jenis satwa dilindungi lainnya.

Sebagian kawasan telah rusak akibat kebakaran yang terjadi setiap tahun pada musim kemarau dan penebangan.

Cagar Alam Diusulkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan untuk menjadi kawasan konservasi.

A. KAWASAN KONSERVASI DARAT

USULAN/CALON KAWASAN KONSERVASI SAMPAI DENGAN MARET 2006, BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM KALIMANTAN SELATAN


(4)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 4. Lahan Basah Sungai Negara 82,835 Hutan Produksi dapat di

Konversi (RTRW Provinsi Kalsel)

3 Kabupaten: Tapin, Hulu Sungai Selatan, dan Hulu Sungai Utara.

3 tipe ekosistem: ekosistem rawa gambut,hutan sungai dan danau yang

merupakan habitat satwa dilindungi seperti bekantan

(Nasalis larvatus), rusa sambar(Cervus unicolor), bangau tontong

(Leptoptilus javanicus), pecuk ular(Anhinga melanogaster) termasuk jenis-jenis migran (jenis-jenis burung air) dan bantiung(Gallinula tenebrosa)/jenis endemik lahan basah kalsel; potensi wisata: wisata alam (penjelajahan, atraksi satwa, berburu foto), wisata tirta (bersampan dan

memancing), wisata budaya (tradisi balap kerbau rawa).

Terancam oleh penebangan liar, perburuan liar, pengembalaan ternak, perambahan dan pemukiman.

Taman Wisata Alam Survei potensi tahun 1997 oleh BKSDA V Banjarbaru.

5. Pulau Birah-birahan 1,000.00 Dalam proses pengumpulan data

Kab. Kotabaru, Kecamatan Pulau Sembilan

Ekosistem terumbu karang; habitat dan tempat bertelur penyu sisik dan penyu hijau; memiliki

pemandangan alam yang indah; 4 jenis burung; 2 jenis reptilia; dan 28 jenis biota laut yang dilindungi.

Terdapat pengambilan telur penyu oleh pemenang lelang yang ditetapkan oleh Bupati Kotabaru; sebagian besar terumbu karang sampai kedalaman 10 m berada dalam ke-adaan rusak.

Taman Wisata Laut Survei potensi Tahun 1990 oleh Ditjen PHKA dan tahun 2000 oleh BKSDA Kalsel.

6. Kepulauan Sambar Gelap 1,000.00 Hak milik perorangan Kab. Kotabaru Ekosistem terumbu karang; pemandangan alam yang indah; tempat bertelur penyu hijau dan penyu sisik; 5 jenis burung, 2 jenis reptilian dan 16 jenis biota laut dilindungi.

Pemegang hak milik memperoleh hak untuk pengambilan telur penyu dari Pemerintah Kab. Kotabaru; 60% terumbu karang berada dalam keadaan rusak; Kerusakan terumbu karang akibat

Taman Wisata Laut atau Stasiun perlindungan Flora Fauna (penyu hijau, penyu sisik dan terumbu karang)

Diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi pada tahun 1992 & 1996; dua kali penilaian potensi: 1989 oleh Direktorat Pelestarian Alam, Ditjen PHPA & tahun 1998 oleh BKSDA V Banjarbaru. B. KAWASAN KONSERVASI LAUT


(5)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 7. Pulau Pamalikan 687.50 Berdasarkan RTRW Provinsi

Kalsel, Kep. Laut Kecil (termasuk Pulau Pamalikan) adalah Hutan Produksi yang dapat dikonversi

Kepulauan Laut Kecil (Matasiri), Kab. Kotabaru, Kec. Pulau Sembilan

Ekosistem terumbu karang; habitat berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi; habitat dan tempat peneluran penyu hijau dan penyu sisik; berbagai jenis biota laut pembentuk dan penghuni terumbu karang yang dilindungi.

Terdapat pengambilan telur penyu oleh perorangan berdasarkan keputusan Bupati Kotabaru; kondisi terakhir terumbu karang belum diketahui.

Suaka Margasatwa Diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi pada tahun 1992 dan 1996; proses tersebut sampai pada tahap memohon rekomendasi dari Bupati Kotabaru; survei potensi tahun 1990; survei potensi tahun 2002.

8. Pulau Kunyit dan Pulau Kerayaan

4.000,00 – 6.000,00 Hak milik perorangan untuk daratan

Kab. Kotabaru, Kec. Pulau. Laut Barat dan Kec. Pulau Laut Selatan

Ekosistem terumbu karang; 5 jenis burung; 3 jenis reptilia; 37 jenis biota laut yang dilindungi; habitat dan tempat bertelur penyu sisik dan penyu hijau; memiliki keindahan alam berupa pantai, laut dan terumbu karang.

Terdapat pengambilan telur penyu secara liar di P. Kerayaan Kecil oleh sebagian masyarakat; 52,2 % - 72,8 % terumbu karang sampai kedalaman 5 m masih dalam kondisi baik; kerusakan terumbu karang yang diakibat-kan oleh abrasi dan sedimentasi, pembongkaran karang untuk menangkap ikan, penambangan karang untuk bahan bangunan serta terkait jangkar dan lunas kapal.

Taman Wisata Laut atau lokasi percontohan perlindungan flora-fauna serta ekosistem terumbu karang

Survei potensi tahun 2000 oleh BKSDA Kalsel.

9. Pulau Denawan 625.00 Dalam proses pengumpulan data

Kepulauan Sembilan, Kab. Kotabaru, Kec. Pulau Sembilan

Ekosistem terumbu karang; tempat peneluran penyu hijau dan penyu sisik.

Belum diketahui Stasiun pelestarian penyu sisik dan penyu hijau

Survei potensi tahun 1990 Ditjen PHKA .


(6)

Lampiran 6: Kejadian Kebakaran Hutan dan Lahan di Prop. Kalsel

KEJADIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2008

BULAN

KEJADIAN

KEBAKARAN

HUTAN DAN LAHAN*

(Ha)

GROUND CHECK

HOTSPOT DAN LOKASI

KEBAKARAN (Ha)

APL

HL

HP

HPK

HPT

KK

Januari

-

-

-

-

-

-

-

-Februari

-

-

-

-

-

-

-

-Maret

-

-

-

-

-

-

-

-April

-

-

-

-

-

-

-

-Mei

10

3

13

-

-

-

-

-Juni

29

7

34

-

-

-

-

2

Juli

25

15

32

8

-

-

-

-Agustus

50

22

58

9

5

-

-

-September

121.5

26.5

148

-

-

-

-

-Oktober

55

-

55

-

-

-

-

-November

8

-

8

-

-

-

-

-Desember

4

-

4

-

-

-

-

-Total

302.5

73.5

352

17

5

-

-

2

Keterangan :

* = Kejadian Kebakaran Hutan dan Lahan yang Dilakukan Pemadaman Oleh DAOPS Tanah Laut dan DAOPS Tanah Bumbu

APL = Areal Penggunaan Lain/Lahan

HL = Hutan Lindung

HP = Hutan Produksi

HPK = Hutan Produksi Konversi

HPT = Hutan Produksi Terbatas

KK = Kawasan Konservasi