Program Kerja Ka SMK - NGATIMIN Pendahuluan RIPS

BAB. I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Kebijakan
pengaturan

yang

pemerintah
jelas

melalui

dalam

desentralisasi

pengelolaan

menuntut


pendidikan,

mulai

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, termasuk pembinaan dan
pembiayaan. Program kegiatan dan pembiayaan yang selama ini lebih
banyak diatur oleh pemerintah pusat, akan bergeser dengan adanya
otonomisasi daerah di era reformasi. Peran pusat akan lebih menitik
beratkan kepada antara lain formulasi kebijakan nasional, ramburambu umum pelaksanaan kebijakan melalui pengembangan dan
penyusunan standar kerja serta mengevaluasi keterlaksanaan atau
keberhasilan

berdasarkan

standar

kerja,

dan


memberikan

rekomendasi tindak lanjut. Sedangkan daerah dituntut kelenturan
dalam mengimplementasikan program sesuai kondisi dan situasi
daerah dengan mengacu kepada standar kerja yang disepakati
bersama.
Dengan mengacu pada arah dan strategi pembinaan dan
pengembangan Pendidikan Menengah Kejuruan serta memperhatikan
empat kebijakan pokok Depdiknas yakni ; pemerataan dan perluasan
kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan serta efektivitas
dan efesiensi penyelenggaraan pendidikan, maka dalam perencanaan
pembangunan Dikmenjur dikelompokkan menjadi tiga bagian yang
merupakan paradigma baru pendidikan kejuruan, yaitu :
 Pemerataan dan perluasan kesempatan belajar,
 Peningkatan mutu dan relevansi,
 Peningkatan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
Dalam

pengelolaan


Sekolah

Menengah

Kejuruan

(SMK),

Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS) sangat penting arti dan
fungsinya, yakni sebagai pedoman untuk melaksanakan berbagai

macam

rencana

dalam

rangka

mewujudkan


pembinaan

dan

pengembangan sekolah seutuhnya, sehingga tercapai keberhasilan
yang dicita-citakan selama kurun waktu 2013 sampai dengan 2018.
Pengelolaan sekolah akan lebih efektif dan efesien, apabila
perencanaan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melihat situasi,
kondisi

dan

kendala

dengan

tetap

memprediksikan


dan

mengantisipasi kemungkinan yang ditimbulkan dalam pelaksanaan
dan pengendalian program tersebut.
Dengan adanya RIPS ini diharapkan peran dan fungsi sekolah
dapat ditingkatkan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu,
unggul, mampu dan trampil dibidangnya serta berahlaq mulia dan
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga mudah diserap oleh
Dunia Industri dan Dunia Usaha.
B. Titik Berat Kebijakan dan Arah Pengembangan Pendidikan Menengah
Kejuruan.
Kebijakan pokok sebagai landasan operasional dan arah
pengembangan Pendidikan Menengah Kejuruan yang mengacu pada
keterampilan menjelang 2045 untuk era globalisasi sebagai tuntutan
kesiapan SDM Indonesia Generasi Emas menuju persaingan adalah
sebagai berikut :
 Sistem yang dipacu oleh permintaan dan panduan pasar kerja
 Sistem pendidikan dan pelatihan yang mengajarkan kompetensi
sesuai standar yang diakui secara rasional

 Sistem pendidikan dan pelatihan dengan masukan dan keluaran
berganda dan penyajian yang lentur
 Sistem

yang

kompetensi

secara
tanpa

eksplisit

mengakui

mempedulikan

dimana

keterampilan

dan

dan

bagaimana

memperolehnya, dan
 Sistem pendidikan dan pelatihan yang mengacu pada profesi dan
kejuruan yang diakui.
Implementasi acuan tersebut di atas tetap menitik beratkan pada :



Peningkatan kuantitas yang meliputi peningkatan daya tampung
SMK yang ada dengan menggunakan beberapa alternatif proyeksi
pengembangan, proyeksi perbandingan dan peningkatan daya
tampung SMK Negeri dengan mengoptimalisasikan sumber daya
yang ada.




Peningkatan kualitas yang meliputi penyempurnaan kurikulum dan
ketenagaan.



Fasilitas pendidikan meliputi penambahan fasilitas, sarana dan
infrastrukturnya.
Penjabaran dari operasionalisasi tersebut dinyatakan dalam bentuk
pokok-pokok kebijaksanaan sebagai berikut :
1. Ketercapaian tujuan sekolah
2. Pengembangan organisasi dan manajemen
3. Pengembangan kegiatan belajar mengajar
4. Pengembangan tenaga kependidikan
5. Pembinaan lingkungan
6. Pengembangan fasilitas sekolah
7. Pembinaan kesiswaan melalui ekstrakulikuler
8. Pengembangan

hubungan


kerjasama

industri

melalui

PRAKERIN
9. Peningkatan sumber dana melalui Busines centre
10.

Pemasaran

dan

penelusuran

tamatan

sesuai


kompetensinya melalui Bursa Kerja Khusus
C. Visi dan Misi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 58 Jakarta
Visi SMK NEGERI 58 Jakarta :
“Terwujudnya Sekolah yang Unggul dalam Bidang Kriya, IPTEK dan
Kewirausahaan yang dilandasi IMTAQ dan Berwawasan Lingkungan”
(Excellent in The Arts, Science, Technology and Entrepreneurship
Based on the Faith, Devotion and Environment Concept)

Misi SMK NEGERI 58 Jakarta :
1. Unggul dalam Produk Kriya.
(excellent in Arts and Craft Product)
2. Unggul dalam IPTEK dan IMTAQ.
(Excellent in Science, Technology and Devotion Field)
3. Menghasilkan Wirausaha yang Unggul
(Getting Entrepreneurial Graduates)
4. Unggul dalam Pendidikan Berwawasan Lingkungan
(Excellent in Environtment Education)

BAB. II

PEMAHAMAN TERHADAP POTENSI LINGKUNGAN
SEKOLAH
A. Cakupan Wilayah Layanan SMK NEGERI 58 Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, merupakan kota terbesar di
Indonesia

dan

mempunyai

kedudukan

khusus

sebagai

Ibukota

nasional, dengan berbagai macam predikat dan julukan, termasuk
predikat sebagai kota industri perdagangan dan jasa menyertai
metropolitan. Kota Jakarta mempunyai luas wilayah 648,72 km 2
dengan jumlah penduduk lebih kurang sembilan juta dan terletak
pada posisi strategis dengan diapit oleh kota Bogor, Tangerang,
Bekasi dan Depok.
Pusat-pusat perdagangan, jasa dan industri, relatif merata pada
setiap wilayah. SMK NEGERI 58 Jakarta berada di wilayah Jakarta
Barat, sebuah wilayah dengan luas dan jumlah penduduk terbanyak
dibandingkan wilayah lainnya di DKI Jakarta, dan mempunyai jumlah
sekolah cukup banyak dengan rincian sebagai berikut :
SLTP N : 92

sekolah

SLTPSwasta : 85

sekolah

SMA N : 40

sekolah

SMA Swasta : 90

sekolah

SMK N : 13

sekolah

SMK Swasta : 109

sekolah

Jakarta Barat juga merupakan daerah pusat perdagangan dan
jasa terbesar sebagai penopang kawasan industri perdagangan dan
jasa di wilayah Tangerang, Ciledug, Banten dan Cilegon.
Program pendidikan yang telah dikembangkan di SMK NEGERI 58
Jakarta, meliputi :
1. Kompetensi Keahlian Desain Produksi dan Kriya Tekstil 6 kelas

(

2, 2, 2 )
2 Kompetensi Keahlian Desain Produksi dan Kriya Logam
( 2, 2, 2 )

6 kelas

3. Kompetensi Keahlian Desain Produksi dan Kriya Kayu 3 kelas

(

1, 1, 1 )

4. Kompetensi Keahlian Desain Komunikasi Visual

3 Kelas

( 1, 1, 1 )

5. Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Kayu

3

Kelas

6

Kelas

( 1, 1, 1 )
6. Kompetensi Keahlian Teknik Fabrikasi Logam
( 2, 2, 2 )
Perkembangan jumlah peminat dan animo siswa SLTP yang mendaftar
dan diterima selama kurun waktu tahun pelajaran Setelah masa
Reformasi sebagai berikut :
Tahun

Pendaftar

Diterima

1998/1999

978 orang

198 orang

1999/2000

889 orang

200 orang

2000/2001

660 orang

199 orang

2001/2002

800 orang

197 orang

2002/2003

720 orang

200 orang

2003/2004

803 orang

200 orang

2004/2005

815 orang

199 orang

2005/2006

653 orang

197 orang

2006/2007

600 orang

198 orang

2007/2008

650 orang

195 orang

2008/2009

500 orang

200 orang

2009/2010

600 orang

200 orang

2010/2011

500 orang

190 orang

2011/2012

460 orang

195 orang

2012/2013

980 orang

360 orang

2012/2013

1080 orang

320 orang

Jumlah siswa untuk setiap kelas maksimal 32 orang pada semua jurusan.
Berhasil Lulus/Tamat dari tahun 1997/1998 s.d. 2011/2012 sebanyak
1850 orang. Dari jumlah tersebut yang tercatat telah memperoleh

pekerjaan karena Dunia Industri sebanyak 650 orang, dan diterima tanpa
pesanan sebanyak 477 orang.
B. Industri Sekitar SMK NEGERI 58 Jakarta.
DKI Jakarta merupakan kota industri perdagangan dan jasa yang
menempatkan wilayah Barat, Utara dan Timur sebagai titik sentral
kawasan industri. SMK NEGERI 58 Jakarta berada pada posisi strategis
dan sentral di Kawasan Dunia Industri dan Dunia Usaha. Arah Utara
dari sekolah terdapat Kawasan Industri dan Pelabuhan Tanjung Priok,
Kawasan Industri Berikat Nusantara, Pusat Perdagangan dan Usaha
Cempaka Mas, Pasar Senen dan Pasar Pramuka.
Arah Barat terdapat Kawasan Industri Cilegon dan Banten. Arah
Selatan terdapat Pusat Industri Palmerah, Pasar Blok M dan Pondok
Indah, Dan arah Utara terdapat Pusat Industri Kereta Api Manggarai,
Perdagangan dan Usaha Tanah Abang, Pasar Baru.
C. Daya Serap Lulusan SMK NEGERI 58 Jakarta.
SMK NEGERI 58 Jakarta telah memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK)
sejak tahun 2001, dan telah melaksanakan kegiatannya secara
khusus dari Tahun 2001/2002 sampai dengan sekarang. Perusahaan
yang telah menjalin hubungan kerjasama dalam menampung dan
menyerap lulusan SMK NEGERI 58 Jakarta sebanyak 73 perusahaan
(PT), dengan jumlah tenaga terserap 1027 orang, sesuai dengan
relevansi dan kompetensi jurusannya. Dari jumlah tersebut proses
penyerapan

dilakukan

dengan

diterima

berdasarkan

pesanan

sebanyak 150 tamatan oleh industri yang bersangkutan dan diterima
berdasarkan tanpa

pesanan sebanyak

770 tamatan .

Dengan

demikian lulusan SMK NEGERI 58 Jakarta yang diserap oleh Dunia
Industri sebanyak 68%.
Sedangkan dari tahun 1998/2004, Perusahaan yang telah
menjalin kerjasama dan menyerap tenaga kerja SMK Negeri 58 Jakarta
sebanyak 20 Perusahaan (PT), dengan tenaga terserap 275 orang dari

1859

orang

tamatan

(1989

s.d

2004),

sesuai

relevansi

dan

kompetensi yang ada di Program Keahliannya.
D. Garis Besar Permasalahan SMK NEGERI 58 Jakarta.
Garis besar permasalahan yang dihadapi dalam operasionalisasi
SMK NEGERI 58 Jakarta secara internal dan eksternal adalah sebagai
berikut :
1. Ketercapaian Tujuan Sekolah.
a. Tamatan
 Pencapaian rata-rata NUN sudah meningkat namun sebagian
kecil masih rendah.
 Daya serap tamatan oleh DU/DI sudah baik namun masih
belum maksimal.
 Belum optimal kegiatan penelusuran tamatan.
 Pelaksanaan Uji Kompetensi sudah berjalan dengan baik
namun LSP belum seluruhnya terlibat.
b. Guru dan Pegawai
 Antusiasme

guru

dalam

melaksanakan

tugasnya

sudah

meningkat namun masih ada sebagian kecil belum optimal.
 Standar kualitas kerja bagi sebagian guru dan pegawai sudah
dapat terpenuhi namum sebagian kecil masih belum mencapai
standar.
 Kuatitas dan kuantitas pekerjaan bagi guru cukup tinggi namun
beberapa guru masih ada yang belum tercapai.
 Belum adanya guru praktek yang bersertifikat assresor.
 SDM pegawai dalam penggunaan komputer sudah meningkat
namun masih perlu penajaman skill-nya.
c. Penampilan Sekolah
 Tata letak gedung sesuai dengan Master Plan awal.
 Gedung praktek yang tersedia belum cukup menampung
kebutuhan praktek secara maksimal untuk
keahlian, masih perlu penambahan.

tiga program

 Gedung sekolah semestinya yang ideal terdiri dari 4 lantai.
 Sarana

praktek

olah

raga

dan

kesehatan

masih

perlu

peningkatan.
 Kurangnya sarana praktek diklat seni budaya.
2. Organisasi Manajemen Sekolah
a. Organisasi
Kinerja Komite Sekolah cukup optimal namun masih perlu
peningkatan, khususnya terobosan mencari sumber dana.
Penghayatan akan tugas dan tanggung jawab sudah baik
namun beberapa personil masih perlu pengawasan.
Mekanisme kerja organisasi berjalan dengan baik dan masih
perlu peningkatan.
b. Manajemen
Kemampuan manajerial bagi guru telah meningkat tetapi
beberapa guru masih memerlukan bimbingan.
Pemahaman visi dan misi sekolah bagi warga sekolah telah
mencapai sasaran namun beberapa warga sekolah masih perlu
pemahaman.
Pemahaman

konsep

Prakerin

bagi

warga

sekolah

dapat

diimplementasikan namun beberapa warga sekolah masih perlu
diberikan pemahaman.
c. Tata Usaha
Penataan arsip dokumen sekolah sudah ada peningkatan tetapi
masih perlu perbaikan.
Tenaga administrasi dari PNS masih perlu penambahan dan
peningkatan kompetensi dibidangnya.
Kualitas SDM tata usaha dalam penggunaan teknologi baru
khususnya

teknologi

informasi

perlu

peningkatan

kompetensinya.
3. Kegiatan Belajar Mengajar.
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
 Modul penunjang kurikulum sudah semakin banyak namun
masih perlu penambahan.

 Sinkronisasi

pembelajaran

sekolah

dengan

DU/DI

(implementasi) perlu peningkatan kesesuiannya.
 Tingkat pemahaman dan pemanfaatan KTSP bagi warga
sekolah cukup optimal dan masih perlu peningkatan.
 Team PRAKERIN dalam mencari MOU cukup handal namun
perlu peningkatan dalam mencari MOU baru dengan DU/DI.
 Keterlibatan DU/DI dalam pengimplementasian kurikulum perlu
peningkatan frekuensi pendekatannya.
 Peran

Komite

Sekolah

menjembatani

hubungan

sekolah

dengan DU/DI masih perlu peningkatan .
b. Pelaksanaan KBM di sekolah.
 Perhatian sebagian guru dalam melengkapi administrasi KBM
cukup tinggi namun masih perlu peningkatan.
 Sinkronnya pembelajaran praktik dengan teori sudah baik
karena satu atap, namun masih perlu penajaman.
 Minat instruktur Industri untuk mengajar di sekolah cukup
tinggi namun perlu penyesuaian ketersediaan waktu lagi.
 Media

pembelajaran dalam mengembangkan KBM cukup

tersedia namun masih perlu penambahan.
 Penambahan

dan

revisi

modul

harus

terus

ditingkatkan

seoptimal mungkin.
c. Pelaksanaan KBM di Industri.
 Waktu pelaksanaan praktik kerja industri terjadwal dengan baik
namun masih perlu penyempurnaan.
 Kurangnya daya tampung peserta oleh DU/DI dalam praktik
kerja industri.
d. Evaluasi KBM.
 Keterlaksanaan evaluasi praktik di DU/DI berjalan dengan baik
namun masih perlu peningkatan.
 LSP belum popular di dunia industri.
 Porsi PKLH di dalam mata pelajaran sudah terakomodir namun
perlu peningkatan.

4. Tenaga Kependidikan.
a. Data Tenaga Kependidikan.
 Tidak sebanding rasionalisasi jumlah guru dengan siswa.


Relevansi
baik

spesialisasi materi yang dimiliki oleh guru sudah

tetapi

beberapa

guru

masih

perlu

peningkatan

kompetensinya.
b. Pengembangan SDM.
 Perlu peningkatan frekuensi program peningkatan kemampuan
guru melalui pendidikan dan pelatihan, semiloka dan studi
banding.
 Pengkaderan dan Pengembangan SDM perlu peningkatan.
 Pembinaan

karir

tertata

dengan

baik

dan

perlu

penyempurnaan.
 Keterlaksanaan program evaluasi untuk pengembangan dan
promosi masih memerlukan penyempurnaan.
5. Kesiswaan.
a. Penerimaan Siswa Baru.
NUN rata-rata calon siswa baru cukup tinggi dan tetap
diperlukan peningkatannya.
Animo siswa baru sangat tinggi namun daya tampung belum
mampu mengakomodir seluruhnya.
Rendahnya tingkat ekonomi orang tua calon siswa baru.
b. Pembinaan Kesiswaan.
Kinerja petugas pembina siswa cukup handal dan tetap
memerlukan peningkatan.
Frekuensi pemberian penghargaan/ hadiah/ beasiswa bagi
siswa

berprestasi

dari

sekolah

atau

dikmenti

perlu

peningkatan.
c. Pembinaan Tamatan.
Kurangnya komunikasi antara tamatan dengan team BKK di
sekolah.
Belum adanya kegiatan lanjutan pemberian keterampilan guna
memenuhi kebutuhan DU/DI.

d. Penelusuran Tamatan.
Belum maksimalnya kegiatan penelusuran tamatan.
Belum terbentuk ikatan alumni yang formal dan terintegrasi.
Optimalisasi

kinerja

team

BKK

di

sekolah

masih

perlu

peningkatan.
6. Fasilitas.
 Kurangnya ruang praktek yang representatif.
 Kurangnya peralatan praktik di sekolah untuk seluruh program
keahlian dengan kondisi melebihi standar minimal.
 Penambahan perangkat Komputer lengkap untuk KBM dan
administrasi sekolah perlu peningkatan jumlahnya.
7. Lingkungan Sekolah.
a. Pembinaan Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
 Kersediaan kelengkapan fasilitas kebersihan lingkungan masih
perlu penambahan.
 Belum tersedia klinik sekolah.
b. Pembinaan Keindahan Lingkungan Sekolah.
 Belum

terlaksana

secara

optimal

program

keindahan

lingkungan, karena keterbatasan anggaran.
 Belum memadainya kerindangan lingkungan sekolah.
 Kepedulian warga sekitar dalam menjaga lingkungan sekitar
sekolah perlu peningkatan.
c. Pembinaan Keamanan Lingkungan Sekolah.
 Belum adanya petugas keamanan (satpam) berstatus PNS.
8. Hubungan Kerjasama dengan DU/DI.
a. Penyelenggaraan PRAKERIN.
 Hubungan

kerjasama

dengan

DU/DI

sesuai

konsep

pelaksanaan PRAKERIN dan masih perlu peningkatan jumlah
MOU dengan DU/DI.
 Penyelenggaraan PRAKERIN pada praktik kerja industri siswa
dan guru masih perlu peningkatan.

 Sistem guru kunjung belum optimal berjalan.
 Penggunaan

modul

masih

memerlukan

penambahan

jumlahnya.
b. Pengembangan Sekolah.
 SKKNI belum mendapat respon

balik dari pihak DU/DI guna

pengembangan kurikulum.
 Pengembangan kurikulum masih harus dikembangkan menuju
kurikulum implementatif.
c. Administrasi dan Laporan.
 Sistem

pelaporan

administrasi

sekolah

masih

perlu

peningkatan.
d. Komite Sekolah.
 Rendahnya keterlibatan Komite Sekolah dalam pelaksanaan
hubungan kerjasama industri.
 Komite Sekolah belum dapat menghadirkan sponsor baik saran
maupun dari DU/DI dalam berbagai kegiatan.
9. Pengembangan Busines Centre.
a. Pengelolaan BC.
 Rendahnya kegiatan BC, karena keterbatasan fasilitas dan
sarana.
 Jiwa kewirausahaan guru untuk mengelola BC masih rendah.
b. Pelaksanaan BC sebagai tempat latihan.
 Rendahnya daya tampung kegiatan BC untuk pelaksanaan
praktik kerja.

BAB. III
BIDANG GARAPAN (KOMPONEN/ASPEK) DAN
PRIORITAS
A. Bidang Garapan.
Bidang garapan yang akan dikembangkan dalam mewujudkan
Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS) SMK NEGERI 58 Jakarta,
baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, mengacu kepada
kebijaksanaan operasional Pendidikan Menengah Kejuruan tentang
Pengembangan

Sekolah

mengimplementasikan

Seutuhnya

Manajemen

(PSS),

Peningkatan

Mutu

dengan
Berbasis

Sekolah (MPMBS). Komponen PSS tersebut dikembangkan menjadi
beberapa bidang garapan perencanaan bagi SMK NEGERI 58 Jakarta
pada kurun waktu 2013/2014 sampai dengan 2018/2019.
Penentuan

sasaran

bidang

garapan

secara

kualitatif

dan

kuantitatif adalah penting artinya bagi pencapaian target keberhasilan
Program Kerja Sekolah, disertai dengan komitmen yang jelas dan
tegas masing-masing personil dalam mengelola bidangnya.
Untuk

menetapkan

proyeksi

dan

perhitungan-perhitungan

sasaran bidang garapan tersebut di atas, diawali dengan menentukan
program studi yang akan dikembangkan serta daya tampung yang
rasional obyektif berdasarkan kecendrungan kondisi selama Periode
2007/2008 – 2012/2013 dan prospek perkembangan pada Periode
2013/2014 – 2018/2019. Atas dasar tersebut di atas kemudian
dikembangkan standar kebutuhan yang meliputi segenap aspek/
komponen bidang garapannya yang terdiri dari :
1. RIPS Kualitatif.
Bidang Garapan (Komponen/Aspek/Indikator) perencanaan kualitatif
tersebut diklasifikasi sebagi berikut :
a. Ketercapaian Tujuan Sekolah,
b. Pengembangan Organisasi dan Manajemen,
c. Pengembangan Kegiatan Belajar Mengajar,
d. Pengembangan Tenaga Kependidikan,

e. Pembinaan Lingkungan,
f. Pengembangan Fasilitas Sekolah,
g. Pembinaan Kesiswaan,
h. Pengembangan Hubungan Kerjasama Industri, dan
i. Peningkatan sumber dana melalui Busines Centre.
2. RIPS Kuantitatif.
Bidang garapan secara kuantitatif diproyeksikan pada :
a. Proyeksi Program Keahlian (Program Studi) dan siswa,
b. Proyeksi Kebutuhan Dokumen Kurikulum,
c. Proyeksi Kebutuhan Guru,
d. Proyeksi Pengadaan Tenaga Non Guru,
e. Proyeksi Kebutuhan Lahan,
f. Proyeksi Kebutuhan Buku,
g. Proyeksi Kebutuhan 9 K / 10 K,
h. Proyeksi Kebutuhan Perangkat Sistem Informasi Manajemen
(SIM),
i. Proyeksi Kebutuhan Operasi dan Perawatan Fasilitas Pendidkan,
j. Proyeksi Kebutuhan Perabot,
k. Proyeksi Kebutuhan Peralatan Praktik, dan
l. Proyeksi Kebutuhan Bangunan.
B. Prioritas Pelaksanaan
1. Kriteria Penyusunan Prioritas.
Dasar Pemikiran dan kriteria dalam menyusun prioritas Rencana
Induk Pengembangan Sekolah (RIPS) SMK NEGERI 58 Jakarta pada
periode Tahun 2013/2014 – 2018/2019 adalah mengacu pada :
Kebijakan Program Pembinaan dan Pengembangan Sekolah
Menengah Kejuruan Depdiknas
Rencana Strategis Pengembangan SMK DKI Jakarta
Acuan tersebut diimplementasikan sebagai berikut :
Pemenuhan kebutuhan fasilitas, sarana dan infrastruktur teori
dan praktik.

Pemenuhan kebutuhan tenaga kependidikan yang profesional.
Peningkatan mutu sekolah secara komprehensif.
Diproyeksikan menuju kemandirian sekolah yang ditunjang oleh
peran orang tua siswa, unit produksi institusi pasangan.

2. Urutan Prioritas.
N
O

TAH
UN
PELA
KSA
NAA
N

1.

2013 1. Pencapaian
Audit
eksternal
/201
Sertifikasi Manajemen Mutu ISO
4
9000 : 2008.
2. Pemenuhan Kebutuhan KBM
Teori Dan Praktek.
3. Pencapaian Nilai Rata-rata UN
sesuai Target
2014 1. Pemenuhan Fasilitas, Sarana
/201
Prasarana Dan Infrastruktur
5
Pendidikan.
2. Peningkatan Kinerja Organisasi
Dan Manajemen.
2015 1. Peningkatan
Hubungan
/201
Kerjasama Sekolah Dengan
6
Dunia Iindustri/Usaha.
2. Pengembangan Unit Produksi
(Bisnis Centre).
3. Pengembanan
Program
Keahlian
2016 1. Peningkatan
Ketercapaian
/201
Tujuan seluruh Tamatan, Guru
7
Dan Pegawai.
2. Pembinaan Kesiswaan.
3. Pengembangan
KBM
Prog
Keahlian
2017 1. Penataan Lingkungan Sekolah &
/201
Sekitar.
8
2. Pembinaan Lingkungan Hidup.

2.

3.

4.

5.

BIDANG GARAPAN
(URUTAN SESUAI PRIORITAS)

KETERANGAN

Mengacu Pada PKS.
RAPBS. Dan program
Kerja Tahunan.

Mengacu Pada PKS.
RAPBS. Dan program
Kerja Tahunan.
Mengacu Pada PKS.
RAPBS. Dan program
Kerja Tahunan.

Mengacu Pada PKS.
RAPBS. Dan program
Kerja Tahunan.

Mengacu Pada PKS.
RAPBS. Dan program
Kerja Tahunan.

BAB. IV
STRATEGI DAN LANGKAH-LANGKAH
PELAKSANAAN
A. Strategi Pelaksanaan.
1. Dalam rangka peningkatan efektifitas manajemen, akan diarahkan
pada :
a. Mengembangkan pola Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS).
b. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas penggunaan fasilitas
pendidikan yang dimiliki sekolah.
c. Meningkatkan
melalui

kemampuan

pemrograman

pemilikan

dan

fasilitas

penganggaran

pendidikan

yang

dinamis

sehingga mampu mendukung kemandirian sekolah.
d. Meningkatkan
keterampilan

efektifitas
melalui

proses

pendekatan

alih

kemampuan

pengembangan

dan

sekolah

seutuhnya agar tamatan mudah memperoleh pengakuan dan di
serap dunia kerja.
2. Memproyeksikan untuk menuju sekolah yang mandiri, dengan cara
:
a. Meningkatkan peran serta orang tua.
b. Meningkatkan unit produksi.
c. Meningkatkan peran serta institusi pasangan.
3. Meminimalkan dampak krisis moneter, dengan cara :
a. Mempertahankan angka partisipasi pada warga belajar.
b. Memberikan bea siswa pada warga belajar.
c. Meningkatkan kerjasama pemberian bea siswa dengan pihak
swasta.
4. Meyongsong era globalisasi, melalui :
a. Sistem penyelenggaraan pendidikan yang lentur terhadap
perubahan pasar kerja.
b. Meningkatkan

pelayanan

profesional dan memadai.

terhadap

warga

belajar

secara

c. Meningkatkan daya tampung siswa.
d. Meningkatkan kemampuan manajemen dalam melaksanakan
seluruh programnya.
5. Pengembangan Ketenagaan, melalui :
a. Penambahan jumlah tenaga kependidikan yang memadai.
b. Pembinaan tenaga kependidikan yang profesional.
c. Peningkatan manajerial bagi tenaga kependidikan.
d. Peningkatan jumlah tenaga pegawai negeri sipil.
6. Pengembangan Unit Produksi (Bisnis centre), dengan cara :
a. Peningkatan jiwa kewirausahaan bagi warga sekolah.
b. Pemberdayaan fasilitas dan sarana sekolah secara optimal.
c. Peningkatan kontribusi warga sekolah terhadap dunia usaha.
d. Mencari sponsorship untuk mendukung usaha Unit Produksi.
7. Pengembangan Fasilitas dan Sarana Pendidikan, dengan cara :
a. Mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan sarana pendidikan.
b. Meningkatkan penggunaan fasilitas dan sarana pendidikan
secara efisien.
c. Meningkatkan perawatan fasilitas dan sarana pendidikan.
d. Meningkatkan pengawasan penggunaan fasilitas dan sarana
pendidikan secara maksimal.
e. Mengusulkan renovasi Penembahan Ruang sekolah menuju
kebutuhan ruang teori dan praktek ideal.
8. Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup.
a. Pemberdayaan warga sekolah untuk memperhatikan lingkungan
hidup.
b. Peningkatan

usaha

nyata

warga

sekolah

dalam

bidang

lingkungan hidup.
c. Pembinaan berkelanjutan untuk pendidikan lingkungan hidup
bagi warga sekolah.
d. Peningkatan usaha pelestarian lingkungan hidup di sekolah.
9. Pembinaan Hubungan Masyarakat.
a. Peningkatan
sekolah.

hubungan kerjasama dengan masyarakat sekitar

b. Peningkatan

koordinasi

hubungan

masyarakat

melalui

Musyawarah Sekolah (MUSEK).
c. Peningkatan hubungan kerjasama dengan DU/DI.
d. Pengembangan hubungan kerjasama saling menguntungkan
dengan institusi pasangan.
B. Langkah-langkah Pencapaian.
Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan
pengembangan dan rencana yang telah disusun dalam RIPS adalah
sebagai berikut :
1. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS).
 RIPS ini terdiri dari rencana kualitatif dan kuantitatif.
 Jangka waktu RIPS ini adalah jangka panjang yakni berlaku lima
tahun.
2. Penyusunan Program Kerja Sekolah (PKS).
 PKS ini merupakan program kerja sekolah terdiri dari program
semua komponen.
 PKS ini adalah implementasi dari RIPS.
 Jangka waktu PKS adalah jangka menengah, disertai RAPBS
dengan masa berlaku satu tahun.
3. Penyusunan Program Semester (PS).
 PS ini merupakan program jangka pendek terdiri dari program
yang diprioritaskan.
 PS ini adalah implementasi dari PKS.
 Jangka waktu PS ini adalah jangka pendek yakni berlaku enam
bulan.
4. Penyusunan Proposal Kegiatan.
 Proposal

ini

merupakan

konsep

dasar

pengajuan

penyelenggaraan setiap program.
 Proposal

ini

berisi

rincian

dasar

penyelenggaran

setiap

kegiatan.
 Jangka waktu ini adalah jangka waktu singkat (program
singkat).

Semua perencanaan yang di susun dalam RIPS, PKS, PS dan
Proposal berisi sasaran dan tujuan pencapaian program.