S PLS 1000334 Chapter 1

(1)

1

Adila Rara Cynthia, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2015 Indonesia turut mengikuti pelaksanaan persaingan global yang dibuka untuk daerah Asia Tenggara dan pada tahun 2020 akan dibuka untuk daerah Asia Pasifik. Dalam persaingan global seluruh negara dapat masuk serta melakukan aktivitas di negara lain secara bebas. Perbandingan sumber daya manusia bukan didasarkan oleh negara asalnya, melainkan kompetensi dan kualitas dari sumber daya manusia tersebut, sehingga apabila terdapat warga negara yang tidak siap untuk bersaing, maka akan tersingkir dari persaingan negaranya sendiri.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk seluruh negra yang ada di dunia. IPM digunakan untuk menglasifikasikan apakah negara tersebut adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakangdan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup suatu negara.

Indonesia pada HDI 2013 meraih peringkat ke-121 dari 186 negara dan 8 negara teritori. Seluruh negara diklasifikasikan ke dalam 4 kelas berdasarkan hasil akhir scoring di tiap parameter. Empat kelas tersebut adalah very high human development, high human development, medium human development, dan low human development. Indonesia dengan peringkat 121 menempati kelas Medium human development (Indeks Pembangunan Manusia, 2014 di http://id.m.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusia).

Angka IPM Indonesia dari tahun ke tahun 1. Tahun 1980 = 0,522

2. Tahun 1985 = 0,562 3. Tahun 1990 = 0,624 4. Tahun 1995 = 0,658 5. Tahun 2000 = 0,673


(2)

Adila Rara Cynthia, 2014

Efektivitas metode communicative language teaching (clt) dalam meningkatkan kemampuan komunikasi berbahasa inggris peserta kursus di pqec institute

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Tahun 2003 = 0,709 7. Tahun 2004 = 0,714 8. Tahun 2005 = 0,723 9. Tahun 2006 = 0,729 10.Tahun 2007 = 0,734

11.Tahun 2008 = perhitungan baru diberlakukan 12.Tahun 2009 = 0,593

13.Tahun 2010 = 0,600 14.Tahun 2011 = 0,617 15.Tahun 2013 = 0,629

Dalam suatu penelitian apabila para pekerja profesional mempunyai keahlian berbahasa inggris dengan baik dapat memperoleh gaji yang lebih tinggi yaitu sekitr 30-50% dibandingkan dengan para pekerja professional yang tidak memiliki keahlian berbahasa inggris dengan baik. Kompas melaporkan bahwa Presiden EF Indonesia menyampaikan sebanyak 42% pimpinan perusahaan di Indonesia mengeluh dengan keterbatasannya karyawan yang kurang mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris yang baik (Kompas, 2014).

Peningkatan kemampuan berbahasa inggris masyarakat Indonesia terbilang cukup menggembirakan. Hasil sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga EF, kemampuan English Proficiency Index atau indeks kemampuan berbahasa inggris Indonesia merupakan posisi ke-25 dari 60 negara yang disurvei pada tahun 2013. Hal ini merupakan prestasi yang cukup menggembirakan mengingat pada tahun 2007, Indonesia masih berada pada peringkat 34 dari 44 negara (English Proficiency Index, 2014).


(3)

Adila Rara Cynthia, 2014

3

EF English Proficiency Index 2013

Sumber: www.ef.co.id (2014)

VERY HIGH PROFICIENCY

HIGH PROFICIENCY

MODERATE PROFICIENCY

LOW PROFICIENCY

VERY LOW PROFICIENCY

1.Sweden 8.Poland 18.Slovakia 29.Uruguay 44.Chile

2.Norway 9.Hungary 19.Argentina 30.Sri Lanka 45.Morocco

3.Netherlands 10.Slovenia 20.Czech Republic 31.Russia 46.Colombia

4.Estonia 11.Malaysia 21.India 32.Italy 47.Kuwait

5.Denmark 12.Singapore 22.Hong Kong SAR 33.Taiwan 48.Ecuador

6.Austria 13.Belgium 23.Spain 34.China 49.Venezuela

7.Finland 14.Germany 24.South Korea 35.France 50.Jordan

15.Latvia 25.Indonesia 36.UAE 51.Qatar

16.Switzerland 26.Japan 37.Costa Rica 52.Guatemala

17.Portugal 27.Ukraine 38.Brazil 53.El Salvador

28.Vietnam 39.Peru 54.Libya

40.Mexico 55.Thailand

41.Turkey 56.Panama

42.Iran 57.Kazakhstan

43.Egypt 58.Algeria

59.Saudi Arabia 60.Iraq


(4)

Adila Rara Cynthia, 2014

Efektivitas metode communicative language teaching (clt) dalam meningkatkan kemampuan komunikasi berbahasa inggris peserta kursus di pqec institute

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran bahasa inggris kurang bermakna dan berarti bagi siswa apabila kesempatan siswa untuk berinteraksi dalam berbahasa inggris dan untuk mengkomunikasikan tentang perasaan, gagasan dan pengalaman riil tentang diri meereka dalam kehidupan sehari-hari terbatas.

Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 Pendidikan terbagi dalam tiga jalur, yaitu pendidikan nonformal, pendidikan informal dan pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang umumnya diselenggarakan di sekolah. Jalur pendidikan ini sistematis, berstruktur, bertingkat dan berjenjang. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang kegiatannya dilakukan secara terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan, dan dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani perserta didik tertentu di dalam mencpai tujuan belajarnya. Pendidikan informal merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan tanggung jawab.

Pendidikan nonformal atau disebut juga pendidikan luar sekolah mempunyai tujuan yaitu untuk membantu serta mengembangkan potensi dari peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Coombs dan Ahmed menjelaskan, bahwa pendidikan nonformal, adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisisir dan sistematis yang diadakan di luar kerangka sistem formal guna memberikan materi pembelajaran khusus bagi seagian kelompok masyarakat, baik orang dewasa maupun anak-anak. Dalam definisi lain dijelaskan pendidikan nonformal adalah kegiatan pendidikan yang terorganisir diselenggarakan di luar sistem formal, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari sebuah sistem yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar atau membantu mengidentifikasi kebutuhan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dan mencapai tujuan belajarnya (dalam Kamil, 2009, hlm. 11).


(5)

Adila Rara Cynthia, 2014

Pendidikan nonformal terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan keaksaraan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kepemudaan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: lembaga kursus, lembaga pelatihan, Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM), majelis taklim, kelompok belajar, sanggar dan lainnya, serta pendidikan lain yang sejenis yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik.

Pada saat ini kemampuan komunikasi berbahasa inggris sangat dibutuhkan, terutama dalam dunia kerja. Banyak perusahaan yang merekrut pekerja dengan minimal dapat berbicara bahasa inggris. Bahasa inggris dapat kita temukan dalam pendidikan formal, namun dalam pelaksanaannya pendidikan formal tidak mengajarkan speaking (berbicara) secara memadai sehingga terkadang siswa seringkali mengalami kebingungan berkomunikasi dengan bahasa inggris. Berdasrkan hasil penelitian dalam beberapa decade, kemampuan Bahasa Inggris meliputi kemampuan mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Hal tersebut diungkapkan

oleh H.D. Brown (2001, hlm. 232), ”for more than six decades now, research and

practice in English language teaching has identified the four skills-listening, speaking, reading, and writing-as of paramount importance.” Maka dari itu, diperlukan layanan pendidikan bagi masyarakat mengenai pembelajaran bahasa inggris. Layanan pendidikan yang menyediakan pembelajaran mengenai bahasa inggris yaitu Lembaga Kursus.

Dalam Pasal 26 ayat 4 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, lembaga kursus merupakan satuan pendidikan nonformal. Dalam pasal 26 ayat 5 dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerluan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu


(6)

Adila Rara Cynthia, 2014

Efektivitas metode communicative language teaching (clt) dalam meningkatkan kemampuan komunikasi berbahasa inggris peserta kursus di pqec institute

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilangkapi dengan pasal 103 ayat 1 PP No. 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat dalam rangka untuk mengembangkan kepribadian professional dan untuk meningkatkan kompetensi vokasional dari peserta didik kursus.

Lembaga kursus adalah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan kursus, baik oleh perorangan maupun kelompok/lembaga dan mendapat ijin dari instansi berwenang, kursus dapat diselenggarakan pula oleh lembaga Internasional atau badan kelembagaan swasta asing di wilayah Republik Indonesia dengan ketentuan harus tunduk pada peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku di Indonesia (Kartasasmita, 1985, hlm. 33).

Dalam belajar Bahasa Inggris memerlukan sebuah metode agar pembelajaran lebih efektif dan juga efisien. Begitu pula dengan belajar Bahasa Inggris di Kursus PQEC (Private Quick English Conversation) Institute, yang berletak di Jalan Raya Cimindi no. 263.A Cimahi. Metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajari peserta agar dapat memahami Bahasa Inggris, yaitu menggunakan metode Communicative Languange Teaching (CLT). Metode ini telah digunakan oleh PQEC selama 45 tahun. PQEC Institute telah meluluskan ribuan orang, tidak sedikit peserta yang telah pergi ke luar negeri untuk mencari nafkah ataupun untuk menetap disana.

Dalam penelitian ini kemampuan peserta didik adalah kemampuan dalam pembelajaran Bahasa Inggris khususnya berkomunikasi dengan menggunakan metode pembelajaran CLT. Maka dari itu penulis ingin mengangkat satu masalah tentang Efektivitas Metode Communicative Language Teaching (CLT) dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Berbahasa Inggris Peserta di PQEC Institute”.

B. Identifikasi Masalah

1. Metode yang digunakan di lembaga PQEC Institute adalah metode CLT yang efektif dalam membantu peserta memahami bahasa inggris karena dapat mengajarkan reading, grammar dan conversation dalam satu pertemuan.


(7)

Adila Rara Cynthia, 2014

2. Metode CLT menggunakan keaktifan berkomunikasi untuk membantu peserta mengembangkan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

3. Tidak adanya media yang mendukung terhadap pentelenggaraan kursus seperti LCD dalam pembelajaran yang berguna untuk menambah variasi pada proses pembelajaran serta untuk memperjelas materi yang disampaikan. 4. Masih ada peserta yang belum memiliki keberanian untuk menggunakan

bahasa inggrisnya dalam berkomunikasi.

5. Peserta yang mengikuti kursus belum memiliki dasar-dasar dalam conversation.

C. Perumusan Masalah

Penelitian ini akan dilakukan di salah satu lembaga kursus bahasa inggris yang ada di Kota Cimahi yaitu Lembaga Kursus PQEC Institute. Berdasarkan pemaparan kondisi diatas, penulis merumuskan masalah yaitu seberapa besar efektivitas metode Communicative Language Teaching (CLT) dalam meningkatkan kemampuan komunikasi berbahasa inggris peserta belajar di PQEC Institute? Berdasarkan permasalahan tersebut, maka secara khusus permasalahan yang akan dikaji adalah tentang:

1. Bagaimana proses pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode pembelajaran CLT pada peserta didik di PQEC?

2. Seberapa besar efektivitas metode CLT dalam meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris?

3. Bagaimanakah persepsi para peserta PQEC Institute terhadap kemampuan bahasa inggris setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode CLT?

4. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan efektivitas proses pembelajaran kursus Bahasa Inggris di PQEC Institute?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini yaitu menilai Efektivitas Metode Communicative Language Teaching (CLT) dalam Meningkatkan Kemampuan


(8)

Adila Rara Cynthia, 2014

Efektivitas metode communicative language teaching (clt) dalam meningkatkan kemampuan komunikasi berbahasa inggris peserta kursus di pqec institute

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komunikasi Berbahasa Inggris Peserta Belajar di PQEC Institute. Adapun tujuan khusus dari penelitian adalah untuk:

1. Mengetahui proses pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode pembelajaran CLT pada peserta didik di PQEC.

2. Mengetahui efektivitas metode pembelajaran CLT dalam meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris peserta di PQEC.

3. Mengetahui persepsi para peserta PQEC Institute terhadap kemampuan bahasa inggris setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode CLT 4. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan

efektivitas proses pembelajaran kursus Bahasa Inggris di PQEC Institute.

E. Manfaat Penelitian

Bagi tempat kursus sebagai informasi dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran dan juga untuk meningkatkan mutu dari kursus Bahasa Inggris tersebut, agar menjadi lebih baik lagi.

Bagi tutor sebagai strategi pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan metode pembelajaran, membantu tutor menciptakan kegiatan belajar yang menarik, serta agar lebih mengetahui seberapa efektif metode pembelajaran yang tutor gunakan dalam meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris peserta kursus.

Bagi masyarakat dapat meningkatkan minat belajar Bahasa Inggris sehingga mayarakat lebih mengetahui pembelajaran bahasa inggris dengan metode CLT.

Bagi peneliti lain, agar dapat digunakan sebagai referensi akademik tentang aplikasi dan efektivitas metode pembelajaran CLT di Lembaga Kursus PQEC beserta faktor-faktor pendukung dan penghambatnya dibandingkan dengan lembaga kursus lain yang menggunakan metode yang berbeda, sehingga dapat memberikan alternatif pilihan terbaik bagi masyarakat pengguna kursus Bahasa Inggris.


(9)

Adila Rara Cynthia, 2014

F. Struktur Organisasi

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka penulis mengemukakan sistematika penulisan merujuk pada pedoman Penulisan Karya Ilmiah (2013, hlm. 20) sebagai berikut :

1. BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar serta sistematika penulisan.

2. BAB II Kajian Pustaka

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang dapat digunakan atau relevan sebagai landasan atas kerangka berpikir untuk menyelesaikan masalah. 3. BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang rancangan penelitian dan variabel, penentuan populasu dan sampel, teknik pengumpulan data, metode analisis data.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab hasil penelitian dan pembahasan akan menyajikan data-data yang dibutuhkan serta analisa data seperti distribusi variabel, uji instrumen, uji normalitas, uji hipotesis serta besar hubungan antar variabel.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini yang membahas tentang kesimpulan dan saran-saran sesuai dengan hasil yang diperoleh.


(1)

Pembelajaran bahasa inggris kurang bermakna dan berarti bagi siswa apabila kesempatan siswa untuk berinteraksi dalam berbahasa inggris dan untuk mengkomunikasikan tentang perasaan, gagasan dan pengalaman riil tentang diri meereka dalam kehidupan sehari-hari terbatas.

Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 Pendidikan terbagi dalam tiga jalur, yaitu pendidikan nonformal, pendidikan informal dan pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang umumnya diselenggarakan di sekolah. Jalur pendidikan ini sistematis, berstruktur, bertingkat dan berjenjang. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang kegiatannya dilakukan secara terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan, dan dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani perserta didik tertentu di dalam mencpai tujuan belajarnya. Pendidikan informal merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan tanggung jawab.

Pendidikan nonformal atau disebut juga pendidikan luar sekolah mempunyai tujuan yaitu untuk membantu serta mengembangkan potensi dari peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Coombs dan Ahmed menjelaskan, bahwa pendidikan nonformal, adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisisir dan sistematis yang diadakan di luar kerangka sistem formal guna memberikan materi pembelajaran khusus bagi seagian kelompok masyarakat, baik orang dewasa maupun anak-anak. Dalam definisi lain dijelaskan pendidikan nonformal adalah kegiatan pendidikan yang terorganisir diselenggarakan di luar sistem formal, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari sebuah sistem yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar atau membantu mengidentifikasi kebutuhan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dan mencapai tujuan belajarnya (dalam Kamil, 2009, hlm. 11).


(2)

Pendidikan nonformal terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan keaksaraan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kepemudaan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: lembaga kursus, lembaga pelatihan, Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM), majelis taklim, kelompok belajar, sanggar dan lainnya, serta pendidikan lain yang sejenis yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik.

Pada saat ini kemampuan komunikasi berbahasa inggris sangat dibutuhkan, terutama dalam dunia kerja. Banyak perusahaan yang merekrut pekerja dengan minimal dapat berbicara bahasa inggris. Bahasa inggris dapat kita temukan dalam pendidikan formal, namun dalam pelaksanaannya pendidikan formal tidak mengajarkan speaking (berbicara) secara memadai sehingga terkadang siswa seringkali mengalami kebingungan berkomunikasi dengan bahasa inggris. Berdasrkan hasil penelitian dalam beberapa decade, kemampuan Bahasa Inggris meliputi kemampuan mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Hal tersebut diungkapkan

oleh H.D. Brown (2001, hlm. 232), ”for more than six decades now, research and practice in English language teaching has identified the four skills-listening, speaking, reading, and writing-as of paramount importance.” Maka dari itu, diperlukan layanan pendidikan bagi masyarakat mengenai pembelajaran bahasa inggris. Layanan pendidikan yang menyediakan pembelajaran mengenai bahasa inggris yaitu Lembaga Kursus.

Dalam Pasal 26 ayat 4 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, lembaga kursus merupakan satuan pendidikan nonformal. Dalam pasal 26 ayat 5 dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerluan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu


(3)

dilangkapi dengan pasal 103 ayat 1 PP No. 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat dalam rangka untuk mengembangkan kepribadian professional dan untuk meningkatkan kompetensi vokasional dari peserta didik kursus.

Lembaga kursus adalah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan kursus, baik oleh perorangan maupun kelompok/lembaga dan mendapat ijin dari instansi berwenang, kursus dapat diselenggarakan pula oleh lembaga Internasional atau badan kelembagaan swasta asing di wilayah Republik Indonesia dengan ketentuan harus tunduk pada peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku di Indonesia (Kartasasmita, 1985, hlm. 33).

Dalam belajar Bahasa Inggris memerlukan sebuah metode agar pembelajaran lebih efektif dan juga efisien. Begitu pula dengan belajar Bahasa Inggris di Kursus PQEC (Private Quick English Conversation) Institute, yang berletak di Jalan Raya Cimindi no. 263.A Cimahi. Metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajari peserta agar dapat memahami Bahasa Inggris, yaitu menggunakan metode Communicative Languange Teaching (CLT). Metode ini telah digunakan oleh PQEC selama 45 tahun. PQEC Institute telah meluluskan ribuan orang, tidak sedikit peserta yang telah pergi ke luar negeri untuk mencari nafkah ataupun untuk menetap disana.

Dalam penelitian ini kemampuan peserta didik adalah kemampuan dalam pembelajaran Bahasa Inggris khususnya berkomunikasi dengan menggunakan metode pembelajaran CLT. Maka dari itu penulis ingin mengangkat satu masalah tentang “Efektivitas Metode Communicative Language Teaching (CLT) dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Berbahasa Inggris Peserta di PQEC

Institute”.

B. Identifikasi Masalah

1. Metode yang digunakan di lembaga PQEC Institute adalah metode CLT yang efektif dalam membantu peserta memahami bahasa inggris karena dapat mengajarkan reading, grammar dan conversation dalam satu pertemuan.


(4)

2. Metode CLT menggunakan keaktifan berkomunikasi untuk membantu peserta mengembangkan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

3. Tidak adanya media yang mendukung terhadap pentelenggaraan kursus seperti LCD dalam pembelajaran yang berguna untuk menambah variasi pada proses pembelajaran serta untuk memperjelas materi yang disampaikan. 4. Masih ada peserta yang belum memiliki keberanian untuk menggunakan

bahasa inggrisnya dalam berkomunikasi.

5. Peserta yang mengikuti kursus belum memiliki dasar-dasar dalam

conversation.

C. Perumusan Masalah

Penelitian ini akan dilakukan di salah satu lembaga kursus bahasa inggris yang ada di Kota Cimahi yaitu Lembaga Kursus PQEC Institute. Berdasarkan pemaparan kondisi diatas, penulis merumuskan masalah yaitu seberapa besar efektivitas metode Communicative Language Teaching (CLT) dalam meningkatkan kemampuan komunikasi berbahasa inggris peserta belajar di PQEC Institute? Berdasarkan permasalahan tersebut, maka secara khusus permasalahan yang akan dikaji adalah tentang:

1. Bagaimana proses pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode pembelajaran CLT pada peserta didik di PQEC?

2. Seberapa besar efektivitas metode CLT dalam meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris?

3. Bagaimanakah persepsi para peserta PQEC Institute terhadap kemampuan bahasa inggris setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode CLT?

4. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan efektivitas proses pembelajaran kursus Bahasa Inggris di PQEC Institute?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini yaitu menilai Efektivitas Metode


(5)

Komunikasi Berbahasa Inggris Peserta Belajar di PQEC Institute. Adapun tujuan khusus dari penelitian adalah untuk:

1. Mengetahui proses pembelajaran Bahasa Inggris dengan metode pembelajaran CLT pada peserta didik di PQEC.

2. Mengetahui efektivitas metode pembelajaran CLT dalam meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris peserta di PQEC.

3. Mengetahui persepsi para peserta PQEC Institute terhadap kemampuan bahasa inggris setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode CLT 4. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan

efektivitas proses pembelajaran kursus Bahasa Inggris di PQEC Institute.

E. Manfaat Penelitian

Bagi tempat kursus sebagai informasi dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran dan juga untuk meningkatkan mutu dari kursus Bahasa Inggris tersebut, agar menjadi lebih baik lagi.

Bagi tutor sebagai strategi pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan metode pembelajaran, membantu tutor menciptakan kegiatan belajar yang menarik, serta agar lebih mengetahui seberapa efektif metode pembelajaran yang tutor gunakan dalam meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris peserta kursus.

Bagi masyarakat dapat meningkatkan minat belajar Bahasa Inggris sehingga mayarakat lebih mengetahui pembelajaran bahasa inggris dengan metode CLT.

Bagi peneliti lain, agar dapat digunakan sebagai referensi akademik tentang aplikasi dan efektivitas metode pembelajaran CLT di Lembaga Kursus PQEC beserta faktor-faktor pendukung dan penghambatnya dibandingkan dengan lembaga kursus lain yang menggunakan metode yang berbeda, sehingga dapat memberikan alternatif pilihan terbaik bagi masyarakat pengguna kursus Bahasa Inggris.


(6)

F. Struktur Organisasi

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka penulis mengemukakan sistematika penulisan merujuk pada pedoman Penulisan Karya Ilmiah (2013, hlm. 20) sebagai berikut :

1. BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar serta sistematika penulisan.

2. BAB II Kajian Pustaka

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang dapat digunakan atau relevan sebagai landasan atas kerangka berpikir untuk menyelesaikan masalah. 3. BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang rancangan penelitian dan variabel, penentuan populasu dan sampel, teknik pengumpulan data, metode analisis data.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab hasil penelitian dan pembahasan akan menyajikan data-data yang dibutuhkan serta analisa data seperti distribusi variabel, uji instrumen, uji normalitas, uji hipotesis serta besar hubungan antar variabel.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini yang membahas tentang kesimpulan dan saran-saran sesuai dengan hasil yang diperoleh.