T POR 1302655 Chapter1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atletik adalah aktivitas jasmani atau latihan jasmani yang berisikan gerak alamiah seperti jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik dilakukan di semua negara, karena nilai-nilai edukatif yang terdapat didalamnya juga memegang peranan penting dalam pengembangan kondisi fisik, sehingga dapat menjadi dasar pokok untuk pengembangan atau peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lain dan bahkan diperhitungkan sebagai ukuran kemajuan suatu negara, khususnya dalam prestasi olahraga. Lompat jauh adalah salah satu nomor dari cabang olahraga atletik yang sudah dikenal oleh banyak orang atau dengan kata lain lompat jauh sudah dikenal oleh masyarakat kuno sejak mereka lahir, dimana dalam kesehariannya mereka dipaksa oleh alam untuk lompat atau berlari guna mempertahankan kehidupan. lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Penguasaan keterampilan gerak dasar lompat jauh memang tidak mudah. Selain ketekunan, latihan yang rutin dan tingkat kedisiplinan juga mempengaruhi keberhasilan siswa menjadi terampil dalam melakukan lompat jauh yang baik. Tehnik dasar lompat jauh termasuk yang paling sederhana dibanding dengan gaya yang lain. Mencapai keberhasilan belajar yang baik di dalam pembelajaran lompat jauh perlu didukung dengan latihan yang baik melalui pendekatan-pendekatan ilmiah dengan melibatkan berbagai ilmu pengetahuan. Kaitannya dengan latihan untuk mencapai prestasi ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan.
(2)
Ali Priyono,2015
menolakkan kaki sehingga tercipta suatu lompatan. Oleh karena itu dalam mengukur keberhasilan pembelajaran lompat jauh di Sekolah Dasar adalah gerak dasar lompat jauh. Adapun tahapan dalam melakukan gerak dasar lompat jauh diantaranya fase awalan, fase tolakan, fase melayang, serta fase mendarat. Banyak Sekolah-sekolah yang tidak memiliki fasilitas pendidikan jasmani yang layak dan memadai. Salah satu kendala kurang lancarnya pembelajaran pendidikan jasmani disekolah-sekolah, adalah kurang memadainya sarana yang dimiliki oleh sekolah-sekolah tersebut. Disamping itu ketergantungan para guru penjas pada sarana yang standar serta pendekatan pembelajaran pada penyajian teknik-teknik dasar juga standar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Selain itu penerapan suatu model pembelajaran yang guru lakukan saat mengajar kurang sesuai dengan tujuan keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan pola pembelajaran yang dan cenderung membosankan. Dalam situasi dan kondisi sekolah-sekolah dewasa ini, dimana ruang gerak para siswa untuk beraktivitas fisik, kebebasan mengeksplorasi ide gagasan, serta kesempatan siswa untuk terlibat langsung semakin berkurang. Pengembangan sarana pendidikan jasmani artinya melengkapi yang sudah ada dengan cara mengadakan, memperbanyak dan membuat alat-alat yang sederhana atau memodifikasi serta penerapan model pembelajaran yang lebih memusatkan pada
kinerja siswa (Student Centre). Tujuannya adalah untuk memberdayakan anak, agar
bisa lebih banyak bergerak dalam situasi yang menarik dan gembira tanpa kehilangan esensi pendidikan jasmani itu sendiri untuk melakukan pembelajaran gerak.
Pendidikan jasmani adalah dimana aktivitas jasmani sebagai alat tujuan
pendidikan. Suherman (2009, hlm. 5) menyatakan bahwa “Pendidikan jasmani adalah
pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinya adalah
physical education is education of and through movement.” Terdapat tiga kata kunci
dalam definisi tersebut, yaitu 1) pendidikan (education), yang direfleksikan dengan
(3)
kata sambung yang menggambarkan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan
berhubungan langsung dan tidak langsung, dan 3) gerak (movement), merupakan
bahan kajian sebagaimana tertera dalam kurikulum pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual dan sosial). Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Hal tersebut merupakan salah satu karakteristik program pendidikan jasmani, Graham dkk (dalam
Suherman, 2009, hlm. 11) mengatakan bahwa “Komponen perkembangan motor skills dan movement concepts, siswa diberi banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas belajar yang bermakna dan sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memungkinkan siswa dapat mengembangkan konsep geraknya serta dapat menambah kemampuan dan percaya dirinya dalam menampilkan berbagai macam
gerak (lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif).” Dalam pembelajaran pendidikan jasmani, guru mengajarkan konsep gerak dan keterampilan gerak pada siswa. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa. Gerakan adalah salah satu sarana utama bagi siswa untuk belajar tentang dunianya. Siswa terlihat senang belajar konsep gerak karena merangsang ide, cara-cara kreatif untuk menggerakan tubuh dan keterampilan gerak yang bervariasi. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia dan juga mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Buschner (1994, hlm. 43) mengatakan bahwa :
(4)
Ali Priyono,2015
elemntary level, as most teachers know, is to transfer previous learning to new concepts, finding creative enough ways to practice the same basic skill so that children remain intersted and intrigued.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa menggabungkan konsep gerak dengan masing-masing keterampilan gerak menghasilkan berbagai pengalaman belajar. Trik dalam mengajar secara efektif di tingkat Sekolah Dasar, guru akan semakin tahu dengan mentransfer pembelajaran sebelumnya dengan konsep baru, menemukan cara-cara yang cukup kreatif untuk berlatih keterampilan dasar yang sama agar siswa tetap tertarik.
Program pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani selayaknya dipersiapkan dengan tujuan tercapainya perkembangan kemampuan gerak siswa yang lebih kompleks. Dengan siswa menguasai keterampilan gerak dasar, siswa akan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam melaksanakan aktivitas fisiknya. Menurut Gabbard dkk (dalam Sukintaka (1992, hlm. 47) mengutarakan hubungan antara umur atau terminal perkembangan, tahap penguasaan perbuatan, dan perbuatan karakteristik.
“ Masa anak-anak tengah bagian akhir (8-12 tahun) termasuk dalam tahap
khusus (khas) dengan karakteristik Penghalusan keterampilan gerak dan
penyadaran gerak, menggunakan dasar gerak dalam tari tertentu,
permainan dan olahraga, senam, dan kegiatan olahraga air.”
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah jenis pembelajaran yang bersifat memperhalus keterampilan gerak dan menggunakan gerak dasar, seperti
pembelajaran lompat jauh. Kompleksitas gerakan yang diajarkan, tingkat
keterampilan siswa yang beragam serta pemahaman guru terkait model pembelajaran yang efektif berpengaruh terhadap hasil belajar gerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar yang dirasa belum optimal.
(5)
Seorang guru harus bisa mengembangkan individu siswa yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan belajar untuk mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya. Guru merupakan orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan
terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan
mengarahkan segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar
mengajar (teaching-learning strategis) yang tepat (appropiate) sehingga keberhasilan
pembelajaran akan dirasakan oleh guru, siswa, dan sekolah. Sebagai perencana guru harus bisa menetapkan apa yang harus dilakukan dalam kegiatan proses belajar mengajar sehingga tujuan yang diharapkan tercapai setelah diadakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru juga harus mampu menerapkan pendekatan, model, metode dan strategi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Tujuan pembelajaran penjas yakni siswa mampu bergerak, mampu belajar melalui gerak dan dibawa dalam proses pemecahan masalah gerak yang diberikan kepada siswa sehingga siswa mampu melakukan gerak dengan benar. Bruce
dan Marsha (2006) yang dikutip oleh Suherman (2009, hlm. 1) menguraikan bahwa “
model pembelajaran adalah belajar sebagai pengorganisasian lingkungan yang dapat
menggiring siswa berinteraksi dan mempelajari bagaimana belajar .” Oleh sebab itu guru harus lebih kreatif serta pandai menerapkan suatu model pembelajaran yang bersifat saintifik dengan kata lain pemberian kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung pada suatu permasalahan gerak sehingga siswa akan memperoleh pengalaman gerak. Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Metzler (2000, hlm. 314) menjelaskan bahwa :
“The inquiry model is strongly based in the cognitive domain, even for physical education instruction. Students are prompted into some level of thinking by the
(6)
Ali Priyono,2015
problem given to them by the teacher, solve the problem cognitively, and then fashion a movement answer.”
Pembelajaran inkuiribanyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif, menurut
aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, guru sebagai fasilitator bertugas untuk mendorong siswa agar mampu mengeksplorasikan jawaban dari tugas geraknya, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa. Metzler (2000, hlm. 312)
menegaskan bahwa “Model Inkuiri dapat digunakan untuk mengembangkan
intelektual siswa, membantu siswa menjadi ekspresif, kreatif dan mempunyai
keterampilan dalam bidang psikomotor.” Dan menegaskan bahwa “Pembelajaran kognitif memainkan peran mendasar dalam pembelajaran psikomotor, peserta didik harus memiliki kemampuan kognitif dasar untuk memahami dan melaksanakan
tuntutan dari hampir semua tugas gerak.” Berbeda dengan model pembelajaran
konvensional (Direct Instruction) yang masih digunakan oleh guru sebagai suatu
pendekatan yang dianggap cocok untuk berbagai materi pembelajaran demi
pencapaian tujuan pembelajaran. Roy Killen (1998, dalam Juliantine. et. al, 2013,
hlm. 41) menyatakan bahwa: “direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi dan Tanya jawab) yang melibatkan
seluruh kelas.” Jadi bahwa dalam model pembelajaran langsung, pengetahuan yang ada pada guru diberikan langsung ke muridnya melalui proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti berkeyakinan bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan gerak dasar lompat jauh. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
(7)
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terhadap
keterampilan gerak dasar lompat jauh pada kelompok eksperimen?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran konvensional
terhadap keterampilan gerak dasar lompat jauh pada kelompok kontrol?
3. Apakah terdapat perbedaan skor yang signifikan keterampilan gerak dasar lompat
jauh antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan masalah yang telah peneliti paparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
inkuiri terhadap keterampilan gerak dasar lompat jauh pada kelompok eksperimen
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
inkuiri terhadap keterampilan gerak dasar lompat jauh pada kelompok kontrol
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan skor yang signifikan keterampilan
gerak dasar lompat jauh antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvensional?
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini bisa dijadikan inspirasi oleh pendidik untuk menambah pengetahuan tentang model pembelajaran khususnya model pembelajaran inkuiri yang mampu menciptakan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan
(8)
Ali Priyono,2015
membuat siswa lebih interaktif sehingga berdampak pada hasil belajar keterampilan gerak dasar lompat jauh.
2. Praktis
Dengan penelitian ini diharapkan bisa memperoleh gambaran mengenai dampak dari model pembelajaran inkuiri terhadap perilaku sosial siswa dan membentuk kepercayaan diri yang positif dalam bersosialisasi.
E. Struktur Organisasi
Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan tesis disajikan dalam struktur organisasi tesis berikut dengan pembahasannya. Struktur organisasi tesis tersebut disusun sebagai berikut:
1. Bab I meliputi :
a. Latar belakang penelitian
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penelitian
d. Manfaat penelitian
e. Struktur organisasi tesis.
2. Bab II terdiri dari :
a. Pembelajaran Lompat Jauh
b. Hasil Belajar
c. Keterampilan Gerak Dasar
d. Model Pembelajaran
e. Penelitian Terdahulu
f. Posisi Teoritis
g. Hipotesis
3. Bab III metode penelitian terdiri dari :
a. Metode dan Desain penelitian
(9)
c. Definisi Operasional
d. Instrumen penelitian
e. Prosedur penelitian
f. Analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
b. Diskusi Penelitian
5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi
a. Kesimpulan
(1)
elemntary level, as most teachers know, is to transfer previous learning to new concepts, finding creative enough ways to practice the same basic skill so that children remain intersted and intrigued.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa menggabungkan konsep gerak dengan masing-masing keterampilan gerak menghasilkan berbagai pengalaman belajar. Trik dalam mengajar secara efektif di tingkat Sekolah Dasar, guru akan semakin tahu dengan mentransfer pembelajaran sebelumnya dengan konsep baru, menemukan cara-cara yang cukup kreatif untuk berlatih keterampilan dasar yang sama agar siswa tetap tertarik.
Program pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani selayaknya dipersiapkan dengan tujuan tercapainya perkembangan kemampuan gerak siswa yang lebih kompleks. Dengan siswa menguasai keterampilan gerak dasar, siswa akan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam melaksanakan aktivitas fisiknya. Menurut Gabbard dkk (dalam Sukintaka (1992, hlm. 47) mengutarakan hubungan antara umur atau terminal perkembangan, tahap penguasaan perbuatan, dan perbuatan karakteristik.
“ Masa anak-anak tengah bagian akhir (8-12 tahun) termasuk dalam tahap khusus (khas) dengan karakteristik Penghalusan keterampilan gerak dan
penyadaran gerak, menggunakan dasar gerak dalam tari tertentu,
permainan dan olahraga, senam, dan kegiatan olahraga air.”
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah jenis pembelajaran yang bersifat memperhalus keterampilan gerak dan menggunakan gerak dasar, seperti
pembelajaran lompat jauh. Kompleksitas gerakan yang diajarkan, tingkat
keterampilan siswa yang beragam serta pemahaman guru terkait model pembelajaran yang efektif berpengaruh terhadap hasil belajar gerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar yang dirasa belum optimal.
(2)
Ali Priyono,2015
Seorang guru harus bisa mengembangkan individu siswa yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan belajar untuk mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya. Guru merupakan orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengarahkan segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategis) yang tepat (appropiate) sehingga keberhasilan pembelajaran akan dirasakan oleh guru, siswa, dan sekolah. Sebagai perencana guru harus bisa menetapkan apa yang harus dilakukan dalam kegiatan proses belajar mengajar sehingga tujuan yang diharapkan tercapai setelah diadakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru juga harus mampu menerapkan pendekatan, model, metode dan strategi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Tujuan pembelajaran penjas yakni siswa mampu bergerak, mampu belajar melalui gerak dan dibawa dalam proses pemecahan masalah gerak yang diberikan kepada siswa sehingga siswa mampu melakukan gerak dengan benar. Bruce
dan Marsha (2006) yang dikutip oleh Suherman (2009, hlm. 1) menguraikan bahwa “
model pembelajaran adalah belajar sebagai pengorganisasian lingkungan yang dapat menggiring siswa berinteraksi dan mempelajari bagaimana belajar .” Oleh sebab itu guru harus lebih kreatif serta pandai menerapkan suatu model pembelajaran yang bersifat saintifik dengan kata lain pemberian kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung pada suatu permasalahan gerak sehingga siswa akan memperoleh pengalaman gerak. Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Metzler (2000, hlm. 314) menjelaskan bahwa :
“The inquiry model is strongly based in the cognitive domain, even for physical education instruction. Students are prompted into some level of thinking by the
(3)
problem given to them by the teacher, solve the problem cognitively, and then fashion a movement answer.”
Pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif, menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, guru sebagai fasilitator bertugas untuk mendorong siswa agar mampu mengeksplorasikan jawaban dari tugas geraknya, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa. Metzler (2000, hlm. 312) menegaskan bahwa “Model Inkuiri dapat digunakan untuk mengembangkan intelektual siswa, membantu siswa menjadi ekspresif, kreatif dan mempunyai keterampilan dalam bidang psikomotor.” Dan menegaskan bahwa “Pembelajaran kognitif memainkan peran mendasar dalam pembelajaran psikomotor, peserta didik harus memiliki kemampuan kognitif dasar untuk memahami dan melaksanakan tuntutan dari hampir semua tugas gerak.” Berbeda dengan model pembelajaran konvensional (Direct Instruction) yang masih digunakan oleh guru sebagai suatu pendekatan yang dianggap cocok untuk berbagai materi pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Roy Killen (1998, dalam Juliantine. et. al, 2013, hlm. 41) menyatakan bahwa: “direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi dan Tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas.” Jadi bahwa dalam model pembelajaran langsung, pengetahuan yang ada pada guru diberikan langsung ke muridnya melalui proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti berkeyakinan bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan gerak dasar lompat jauh. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
(4)
Ali Priyono,2015
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan gerak dasar lompat jauh pada kelompok eksperimen?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran konvensional terhadap keterampilan gerak dasar lompat jauh pada kelompok kontrol?
3. Apakah terdapat perbedaan skor yang signifikan keterampilan gerak dasar lompat jauh antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan masalah yang telah peneliti paparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
inkuiri terhadap keterampilan gerak dasar lompat jauh pada kelompok eksperimen
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran
inkuiri terhadap keterampilan gerak dasar lompat jauh pada kelompok kontrol 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan skor yang signifikan keterampilan
gerak dasar lompat jauh antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvensional?
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini bisa dijadikan inspirasi oleh pendidik untuk menambah pengetahuan tentang model pembelajaran khususnya model pembelajaran inkuiri yang mampu menciptakan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan
(5)
membuat siswa lebih interaktif sehingga berdampak pada hasil belajar keterampilan gerak dasar lompat jauh.
2. Praktis
Dengan penelitian ini diharapkan bisa memperoleh gambaran mengenai dampak dari model pembelajaran inkuiri terhadap perilaku sosial siswa dan membentuk kepercayaan diri yang positif dalam bersosialisasi.
E. Struktur Organisasi
Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan tesis disajikan dalam struktur organisasi tesis berikut dengan pembahasannya. Struktur organisasi tesis tersebut disusun sebagai berikut:
1. Bab I meliputi :
a. Latar belakang penelitian
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penelitian d. Manfaat penelitian e. Struktur organisasi tesis. 2. Bab II terdiri dari :
a. Pembelajaran Lompat Jauh
b. Hasil Belajar
c. Keterampilan Gerak Dasar
d. Model Pembelajaran
e. Penelitian Terdahulu f. Posisi Teoritis g. Hipotesis
3. Bab III metode penelitian terdiri dari : a. Metode dan Desain penelitian
(6)
Ali Priyono,2015
c. Definisi Operasional d. Instrumen penelitian e. Prosedur penelitian f. Analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian b. Diskusi Penelitian
5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi
a. Kesimpulan