BAB I V revisi 13.01

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan alat kontrasepsi
merupakan proses fisiologis dan berkesinambungan. Kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai dengan lahirnya janin yang melibatkan perubahan fisik dan
emosi dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga (Saifuddin, 2009:54).
Pemeriksaan dan pengawasan secara komperehensif sejak masa kehamilan mutlak
diperlukan, karena gangguan kesehatan yang dialami oleh seorang ibu yang
sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin di kandungan, saat kelahiran
hingga masa pertumbuhan.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan
atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih
lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.

Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu
dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015.
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian
ibu yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi

Page 1

obstetri, yang sering tidak dapat diramalkan pada saat kehamilan. Kebanyakan
komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan (Saifuddin, 2009:62).
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan
generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan
angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin
masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
tahun.
Dengan upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan

angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak
yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan
Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka
kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi
kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada
tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN
berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun
2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Gambaran AKI dan AKB di Indonesia dari tahun 1991 hingga tahun 2015
dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan 1.2 berikut ini.

Page 2

Page 3

Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding
Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan
kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera

Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
Dasar pemilihan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari jumlah total kejadian
kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan
menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat
menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan. Program EMAS
berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal dengan
cara : 1) meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir
minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED)
dan 2) memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan
rumah sakit. Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan
bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi,
kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga
berencana.
Asuhan kehamilan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping
itu juga untuk pertumbuhan dan kesehatan janin. Perawatan kehamilan yang perlu
diperhatikan yaitu perawatan diri (kulit, gigi, mulut, dan perawatan kuku),

perawatan payudara, imunisasi, senam hamil, pemeriksaan kehamilan, serta gizi
untuk perkembangan janin. Perawatan kehamilan dipengaruhi oleh faktor
pendukung dan faktor – faktor penguat, seperti pengetahuan yang diperoleh
melalui pemahaman tentang perawatan kehamilan. Beberapa faktor yang
berpengaruh antara lain usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, dukungan keluarga,
dan ekonomi. (Gamelia, dkk, 2013 : 111)

Page 4

Asuhan persalinan diberikan kepada klien saat persalinan dengan
memperhatikan prinsip asuhan sayang ibu dan sayang bayi yang merupakan
bagian dari persalinan yang bersih dan aman. Salah satu bentuk dari asuhan
persalinan yaitu menghadirkan keluarga atau orang – orang terdekat pasien untuk
memberikan dukungan bagi ibu (Prawirohardjo, 2009 : 336). Menurut
Prawirohardjo (2009:360) bahwa masa asuhan neonatus sangat diprioritaskan
karena merupakan masa kritis dari kematian bayi. Dua pertiga dari kematian bayi
terjadi dalam waktu 4 minggu setelah persalinan, 60% kematian bayi baru lahir
terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan yang teratur pada
waktu nifas dan neonatusnya, dapat mencegah mortalitas dan morbiditas ibu dan
bayi.

Asuhan masa nifas dibutuhkan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis bagi ibu dan bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum harus diajarkan
dan ditanamkan. Status gizi ibu nifas sangat berpengaruh terhadap proses
penyembuhan luka. Gizi ini berfungsi untuk membantu proses metabolisme,
pemulihan dan pembentukan jaringan baru.
Bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
komprehensif

harus

mampu

memberikan

pelayanan

kebidanan


yang

berkesinambungan yaitu mulai dengan perencanaan jumlah dan jarak kehamilan
dengan menggunakan KB (Keluarga Berencana), mencegah dan mengurangi
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas dengan , antenatal care, persalinan
yang bersih dan aman, pemantauan teratur masa nifas, pendeteksian dini, dan
penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal yang cepat dan tepat.
Pelayanan yang berkualitas tidak terlepas dari pendokumentasian yang baik
dan benar. Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas, singkat,
dan logis dalam suatu metode pendokumentasian. Menurut Varney alur berfikir
bidan saat merawat klien meliputi 7 langkah. Agar orang lain mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan melalui proses berfikir yang sistematis, maka

Page 5

dilakukanlah dokumentasi berupa pencatatan dan pelaporan dalam bentuk metode
pendokumentasian SOAP.
Prinsip penting yang perlu diingat oleh setiap bidan dalam proses
pendokumentasian yaitu ‘menulis apa yang kita lakukan, dan melakukan apa yang
kita tulis’. Diharapkan dengan terlaksananya pendokumentasian yang baik dan

benar dapat menjadi suatu nilai acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan pada setiap kasus baik maternal maupun neonatal sehingga pada tujuan
akhirnya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas maka upaya untuk meningkatkan
kesehatan maternal dan neonatal menjadi sangat strategis bagi upaya
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Usaha tersebut dapat dilihat
dari penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Dari uraian di
atas penulis bermaksud untuk melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif yang
dimulai dari kehamilan, persalinan, neonatus, nifas pada Ny. Y di Rumah Sakit
Daerah Gunung Jati Cirebon.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat disimpulkan masalah yaitu
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Kehamilan, Persalinan, Bayi
Baru Lahir, dan Nifas Y umur 30 tahun G2P0A1 Gravida 35 – 36 Minggu dengan
Persalinan Preterm, KPD dan Hipertensi Dalam Kehamilan ?”

1.3


Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif,
mandiri dan preceptorship pada Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir
dan Nifas pada Y dengan menggunakan 7 langkah Varney.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir dan nifas pada kasus Y.

Page 6

b. Mampu menginterpretasikan data dari hasil pengkajian pada kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir dan nifas pada kasus Y.
c. Mampu mengidentifikasi dan membuat diagnosa potensial atau masalah
potensial berdasarkan data kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan
nifas pada kasus Y.
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau
kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencegah
kemungkinan yang terjadi pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir

dan nifas Y.
e. Mampu membuat rencana asuhan kebidanan berdasarkan evidence
based sesuai kebutuhan ibu dan keluarga yang akan diberikan pada
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas Y.
f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir dan nifas Y.
g. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan

pada kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir dan nifas Y.
h. Mampu menerapkan cara preceptorship dalam setiap asuhan kebidanan
yang diberikan pada kehamilan, pesalinan, bayi baru lahir dan nifas Y.
1.4

Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Ny. Y umur 30 tahun G2P0A1 selama kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir dan nifas.
1.4.2 Waktu dan Tempat

Pengambilan kasus ini dilakukan selama Praktik Kebidanan Klinik
Komprehensif yang berlangsung sejak tanggal 2 – 13 Januari di Ruang
Bersalin, Ruang Perinatologi dan Ruang Melati RSD Gunung Jati Cirebon.

1.5

Manfaat Penulisan
1.5.1 Manfaat Praktis

Page 7

a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan referensi review internal mutu pelayanan di RSD
Gunung Jati dan menjadikan RSD Gunung Jati semakin paripurna
dalam memberikan pelayanan khususnya asuhan kebidanan.
b. Bagi Bidan
Membantu menambah referensi dalam hal pemahaman perkembangan
pengetahuan dan penatalaksanaan serta dapat digunakan untuk
menetapkan strategi yang tepat sehingga dapat memberikan asuhan
kebidanan yang berkualitas meliputi bio- psiko- sosial- spritual. Yang

berhubungan

dengan

asuhan

kebidanan

persalinan

preterm,

olighidramnion dan Hipertensi Dalam Kehamilan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam meningkatkan mutu
pendidikan di masa yang akan datang seperti mutu keterampilan atau
kompetensi kebidanan, sebagai bahan parameter penilaian mahasiswa
sejauh mana menerapkan teori yang sudah didapatkan di Pendidikan
dan menjalin hubungan kerjasama antara pihak kampus dan pihak RSD
Gunung Jati.
d. Bagi Pasien dan Keluarga
Mendapatkan pelayanan kebidanan yang baik sesuai harapan pasien
dengan asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir
dan nifas di RSD Gunung Jati.
e. Bagi Pembaca
Dapat memberikan informasi mengenai masalah kebidanan khususnya
asuhan

kebidanan

pada

pasien

dengan

persalinan

preterm,

oligohidramnion dan Hipertensi Dalam Kehamilan .
f. Bagi Penulis
Agar penulis mampu memahami dan memberikan asuhan kebidanan
komprehensif dengan persalinan preterm, oligohidramnion dan
Hipertensi

Dalam

Kehamilan

Page 8

yang

berkualitas

serta

dapat

mengimplementasikan

asuhan

kebidanan

komprehensif

yang

berkualitas tersebut saat ditempatkan di lahan.
1.5.2 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca untuk menambah wawasan
pengetahuan dan dapat digunakan sebagai proses pembelajaran mengenai
asuhan kebidanan secara komprehensif.
1.6

Metode Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data, penulis menggunakan metode 7 langkah Varney
yang terdiri dari pengumpulan data dasar, intrepetasi data, diagnosa potensial,
identifikasi kebutuhan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Teknik
pengumpulan data dengan cara memperoleh data primer dan data sekunder.

1.6.1 Data Primer
a. Wawancara
Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab
langsung dengan pasien atau pihak yang berhubungan dengan masalah
tersebut. (Notoatmodjo, 2010 : 28)
b. Pemeriksaan Fisik, diantaranya :
 Inspeksi
 Palpasi
 Auskultasi
1.6.2 Data Sekunder
a. Dokumentasi

Page 9

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode pengumpulan
data dengan cara mengambil data yang ada dan telah dilakukan
pengkajian. (Barbara, 2005 : 9)
b. Studi Pustaka
Penulis menggunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan
asuhan kebidanan komprehensif.
c. Media Elektronik
Penulis membuka beberapa jurnal yang berhubungan dengan asuhan
kebidanan komprehensif. (Matondang, 2009 : 33)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan Preterm
2.1.1 Definisi
Persalinan preterm biasanya didefinisikan sebagai kontraksi regular disertai
perubahan pada serviks yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Definisi ini digunakan oleh WHO dan FIGO berdasarkan pada analisa statistik
distribusi usia kehamilan saat persalinan, berdasarkan pada hari pertama periode
menstruasi terakhir. Meskipun begitu, konsep ini harus dibedakan dengan
‘prematuritas’ yang menyatakan kurang berkembangnya berbagai sistem organ

Page 10

(terutama paru yang mengakibatkan sindrom distress pernafasan) pada saat
kelahiran.
Persalinan preterm spontan terjadi sebanyak 40-50% pada persalinan preterm,
dan sisanya 25-40% diakibatkan oleh ketuban pecah dini preterm (PPROM) dan
20-25% persalinan preterm atas indikasi obstetrik.
2.1.2 Epidemiologi
Frekuensi dari terjadinya persalinan preterm diperkirakan sekitar 12-13% di
Amerika Serikat (AS) dan 5-9% di negara-negara berkembang. Akan tetapi, tingkat
persalinan preterm meningkat di berbagai lokasi, terutama karena peningkatan
indikasi atas persalinan preterm terhadap kehamilan multipel buatan. Persalinan
preterm dapat juga terbagi berdasarkan usia kehamilan: persalinan preterm pada
usia kehamilan 20-27 minggu (extremly preterm), persalinan preterm pada usia
kehamilan 28-32 minggu (very preterm), persalinan preterm pada usia kehamilan
pada 33-36 minggu (preterm).
Belum terdapat data yang akurat mengenai persalinan preterm di seluruh
dunia, tetapi perkiraan angka kejadian persalinan preterm adalah sebanyak 5% di
negara maju, dan 25% di negara berkembang. 3 Peningkatan dari harapan hidup
sedikitnya kurang dari 50% sebelum usia kehamilan 24 minggu hingga lebih dari
95% pada usia kehamilan 33 minggu dan terdapat hubungan terbalik antara resiko
berat badan dan usia kehamilan saat terjadinya persalinan.
2.1.3 Etiologi
Persalinan preterm diduga sebagai sebuah sindrom yang dipicu oleh berbagai
mekanisme, termasuk infeksi atau inflamasi, iskemik uteroplasenta atau
perdarahan, overdistensi uterus, stress dan proses imunologi lainnya. Mekanisme
pasti masih belum diketahui dengan pasti pada berbagai kasus, sehingga berbagai
faktor

dihubungkan

dengan

terjadinya

persalinan

preterm

tetapi

jalur

mekanismenya masih dicari. Terdapat berbagai penyebab terjadinya persalinan
preterm, dimana 70% terjadi secara spontan akibat infeksi, PPROM, kontraksi

Page 11

idiopatik, kehamilan multipel, disfungsi serviks, perdarahan antepartum, stress dan
malnutrisi. Tiga puluh persen persalinan preterm terjadi akibat iatrogenik seperti
hipertensi, diabetes dan IUGR.
Peningkatan jumlah faktor risiko yang diduga memiliki interaksi terhadap
timbulnya PPROM. Dikarenakan adanya berbagai faktor risiko yang dapat
mengakibatkan inflamasi sistemik, peningkatan stimulasi jalur infeksi inflamasi
yang mungkin dapat menjelaskan peningkatan persalinan preterm dengan berbagai
faktor risiko.
Been et al (2014), melakukan ulasan dan meta analisa terhadap beberapa
jurnal untuk melihat efek merokok pada persalinan preterm dimana disimpulkan
bahwa tidak merokoknya ibu pada saat kehamilan akan menurunkan 10% kejadian
persalinan preterm, berat badan lahir rendah dan kecenderungan terjadinya asma di
kemudian hari.
Germain et al (1999), pada penelitiannya menemukan sebagian besar
kejadian persalinan preterm terjadi tanpa sebab yang jelas (56.6%) sedangkan
penyebab jelas lain terbagi menjadi : iskemia uteroplasenta (28.3%), infeksi
(13.8%) dan keduanya (1.4%). Pada penelitian ini juga dijumpai, wanita dengan
iskemia uteroplasenta dan infeksi memiliki outcome perinatal yang lebih buruk
daripada wanita tanpa penyebab yang jelas.
2.1.4 Patogenesis
Patogenesis persalinan preterm belum diketahui dengan pasti dan
sering tidak jelas apakah persalinan preterm mempresentasikan aktivasi idiopatik
awal dari persalinan normal atau merupakan akibat dari mekanisme patologis.
Terdapat beberapa teori mengenai inisiasi persalinan, antara lain: (1) penurunan
kadar progesteron, (2) inisiasi oksitosin, dan (3) aktivasi desidua. Teori penurunan
progesteron berasal dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada domba.
Saat mendekati masa persalinan axis fetal adrenal menjadi lebih sensitif terhadap
hormon adrenokortikotropin, yang meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol janin
kemudian

merangsang

aktivitas

trophoblast

17-hydroxylase,

yang

akan

menurunkan sekresi progesteron dan akan berujung pada peningkatan produksi

Page 12

estrogen. Terbaliknya rasio estrogen atau progesteron ini akan menyebabkan
terbentuknya prostaglandin, yang akan menginisiasi kaskade-kaskade yang
selanjutnya akan merangsang terjadinya persalinan. Meskipun mekanisme ini telah
ditetapkan pada domba, peranannya pada manusia belum dapat dikonfirmasi.
Teori terjadinya persalinan kedua melibatkan oksitosin sebagai pemicu
terjadinya persalinan. Dikarenakan pemberian oksitosin IV (Intra Venous)
meningkatkan intensitas dan frekuensi kontraksi uterus, yang dapat disimpulkan
oksitosin memiliki peranan dalam terjadinya persalinan. Oksitosin sebagai pemicu
awal dari persalinan, akan tetapi sulit diterima karena 2 alasan : kadar oksitosin
dalam darah tidak meningkat sebelum terjadi persalinan dan kadar oksitosin terjadi
secara konstan selama kehamilan. Sehingga, meskipun oksitosin memliki peran
dalam mendukung persalinan, peranannya dalam inisiasi persalinan baik pada aterm
ataupun preterm belum ditetapkan. Membran yang mengelilingi ruang amnion
terdiri dari amnion dan khorion, yang merupakan suatu lapisan yang terdiri dari
beberapa tipe sel seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel trophoblast yang termasuk
dalam matriks kolagen. Lapisan ini menahan cairan amnion dan mensekresi
substansi ke cairan amnion dan ke uterus serta melindungi janin dari infeksi.
Membran biasanya ruptur selama persalinan. Ruptur prematur dari membran
janin didefinisikan sebagai rupturnya membran sebelum dimulainya persalinan.
Rupture membrane premature sebelum usia kehamilan 37 minggu biasanya disebut
sebagai preterm premature rupture of membrane (PPROM).
Awalnya para dokter menghubungkan rupture membrane dengan stress fisik,
terutama yang berhubungan dengan persalinan. Akan tetapi, bukti baru-baru ini
menunjukkan bahwa ruptur juga berhubungan dengan proses biokimiawi seperti
gangguan pada kolagen di matriks ekstraseluler dari amnion dan khorion serta
kematian sel yang terprogram dari sel pada membran janin. Saat ini telah
didapatkan bahwa membran janin dan lapisan uterus maternal (desidua) berespon
terhadap berbagai stimulus, termasuk peregangan membran dan infeksi saluran
reproduktif,

dengan

memproduksi

berbagai

Page 13

mediator

inflamasi

seperti

prostaglandin, sitokin dan hormon protein yang mengaktifkan enzim degradasi
matriks.
2.1.5 Faktor Resiko
Di Amerika Serikat (AS), ras merupakan faktor resiko yang signifikan dalam
terjadinya persalinan preterm. Wanita kulit hitam memiliki tingkat preterm 16-18%
dibandingkan dengan wanita kulit putih 7-9%. Wanita lebih muda dari usia 17
tahun dan lebih tua dari 35 tahun juga merupakan menjadi suatu faktor resiko.
Selain itu, tingkat edukasi dan sosioekonomi juga merupakan salah satu faktor
resiko. Merokok lebih berkaitan dalam hambatan pertumbuhan janin dan
meningkatkan 20-30% angka kejadian persalinan preterm.Di AS, sekitar 20%
wanita hamil merokok, dan didapatkan 10-15% kelahiran preterm dihubungkan
dengan merokok Wanita dengan persalinan preterm sebelumnya mengalami
peningkatan resiko 2.5 kali lipat untuk terjadinya persalinan preterm spontan pada
kehamilan berikutnya. Semakin muda usia kehamilan pada saat persalinan preterm
sebelumnya, semakin besar resikonya. Kehamilan mulitpel merupakan salah satu
faktor resiko tertinggi terjadinya persalinan preterm. Tepatnya 50% kehamilan
dengan janin kembar 2 atau lebih berakhir sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Ratarata masa kehamilan lebih singkat pada kehamilan kembar 2 (36 minggu),
kembar 3 (33 minggu) dan kembar 4 (31 minggu) dari pada janin tunggal (39
minggu).
Weiss dkk (2003), mendapatkan perdarahan pervaginam akibat plasenta
previa atau solusio plasenta parsial memiliki resiko untuk terjadinya persalinan
preterm yang sama tingginya dengan kehamilan multipel. Perubahaan pada cairan
amnion seperti hidramnion atau oligohidramnion dihubungkan dengan peningkatan
resiko persalinan preterm. Kondisi medis ibu seperti DM (Diabetes Mellitus)
gestational ataupun DM tipe 2, hipertensi (esensial ataupun induksi kehamilan)
berhubungan dengan peningkatan persalinan preterm.
Copper dkk (1995), mengevaluasi penggunaan tokodinamometri dan
pemeriksaan servikal pada usia kehamilan 28 minggu pada 589 wanita nullipara

Page 14

untuk menentukan resiko terjadinya persalinan preterm. Parry S (2006),
Mendapatkan bakteriuria berhubungan dengan peningkatan resiko prematuritas.
Infeksi sistemik seperti pneumonia, pyelonefritis, appendicitis sering menigkatkan
aktivitas uterus. Faktor resiko klinis lain yang penting adalah adanya kontraksi
uterus.
Budiartha dkk, melakukan penelitiaan kadar interleukin-8 serum pada
persalinan preterm dan persalinan aterm, didapatkan hasil kadar interleukin-8 serum
pada persalinan preterm lebih tinggi dari pada persalinan aterm.
Krohn et al (2014) menyatakan bahwa vaginosis bacterial merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya persalinan preterm disertai dengan berat lahir yang
rendah. Kemungkinan terjadinya persalinan preterm pada wanita dengan vaginosis
bacterial adalah 40% lebih banyak.
Kramer et al (2001) mendeskripsikan faktor sosioekonomik sebagai faktor
resiko dan penyebab terjadinya persalinan preterm. Dimana pada penelitiannya,
dihipotesakan terdapat dua mekanisme terjadinya persalinan preterm bila dijumpai
adanya perbedaan sosioekonomi yaitu : stressor psikososial akut dan kronis yang
akan mengakibatkan gangguan hormonal dan keterlibatan faktor resiko lain serta
kombinasi mutasi genetik dengan asupan gizi yang kurang dari seharusnya.
2.1.6 Pencegahan
Usaha pencegahan terjadinya persalinan preterm mencakup 2 tindakan yaitu
tindakan umum dan tindakan khusus.
a. Tindakan umum untuk persalinan preterm
 Dilaksanakan perawatan prenatal, diet, pemberian vitamin dan penjagaan
higiene.
 Aktivitas (kerja, perjalanan) dibatasi pada pasien-pasien dengan riwayat
persalinan preterm.
 Penyakit–penyakit dalam yang akut harus diobati secara aktif dan efektif.
 Keadaan seperti toksemia dan diabetes memerlukan kontrol yang seksama.

Page 15

 Tindakan pembedahan abdomen yang elektif dan tindakan operatif gigi yang
berat harus ditunda.
b. Tindakan khusus untuk persalinan preterm
 Pasien–pasien dengan kehamilan kembar harus istirahat di tempat tidur sejak
minggu ke- 28 sampai ke-36 atau 38.
 Fibromyoma uteri jika memberikan keluhan dirawat dengan istirahat di
tempat tidur dan analgesia sedapat mungkin dihindari.
 Plasenta previa dirawat dengan istirahat total dan tranfusi darah untuk
menunda kelahiran bayi sampai tercapai ukuran yang viabel. Tentu saja
pendarahan yang hebat memerlukan pembedahan segera.
 Inkompetensi serviks harus dijahit dalam bagian 1 trimester 2 selama semua
persyaratan dipenuhi.
 Section caesarea elektif dan ulangan hanya dilakukan kalau yakin bahwa bayi
sudah cukup besar. Bahaya pada pembedahan yang terlalu dini adalah
kelahiran bayi kecil yang tidak bisa bertahan hidup.
 Obat – obat dapat digunakan untuk menghentikan persalinan. (Oxorn, 2003)

2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada persalinan preterm tergantung dari cepat lambatnya pasien
dirujuk untuk mendapatkan perawatan medis. Pasien yang dirujuk lebih awal dengan
pendataran servik parsial, tetapi dilatasi servik kurang dari 2 cm dapat ditangani secara
konservatif untuk memperpanjang waktu kehamilan agar sistem organ janin
berkembang. Pasien yang datang terlambat dengan pendataran servik sempurna dengan
dilatasi > 2 cm akan cenderung untuk melahirkan bayi prematur dan perlu penanganan
yang aktif. Rekomendasi tentang pelaksanaan persalinan preterm dapat dilakukan
sebagai berikut:

Page 16

a. Konfirmasi terjadinya persalinan preterm.
b. Untuk kehamilan kurang 300 mg/24 jam
2. Preeklamsia berat
Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, tes celup
urin menunjukan protein 2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukan
hasil >5 g/24 jam
3. Superimposed preeklamsia pada hipertensi kronik
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20
minggu), tes celup urin menunjukan proteinnuria >+ 1 atau trombosit
20 minggu

Page 26

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA PERSALINAN Y
DENGAN OLIGOHIDRAMNION DAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Page 27

DI RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON
Hari, tanggal : Minggu, 07 Januari 2018
Waktu

: Jam 04.35 WIB

Tempat

: Bersalin

No. Register : 926668
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu

:Y

Nama Suami : S

Tgl Lahir/Umur

: 21-06-1992/25 th

Umur

: 25 th

Pendidikan

: SMK

Pendidikan

: SMK

Pekerjaan

: MRT

Pekerjaan

: Swasta

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Sunda

Suku Bangsa : Sunda

Alamat

: Sedong Kidul Kabupaten Cirebon

2. Riwayat
Ibu datang kiriman dari IGD Kebidanan RS Gunung Jati pada tanggal 07 Januari
2018 jam 04.35 WIB diantar oleh Bidan IGD. Datang diantar oleh keluarga dan
suami tanpa rujukan dengan keluhan keluar air-air agak banyak dari jalan lahir
dan mules sejak jam 00.00 WIB. Merasa hamil 9 bulan. Kehamilan anak kedua.
mengalami keguguran 1x pada tahun 2015 pada usia kehamilan 6 minggu dan
dilakukan kuret di Rumah Sakit Jakarta HPHT: tanggal 02-05-2017 HTP: 09-022018 Gerakan Janin dirasakan ibu sejak usia kehamilan 4 bulan dan masih
dirasakan sampai sekarang. Tidak memiliki masalah saat kehamilan. Rutin
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas 11x dan di dokter Sp.OG 2x dengan
riwayat pemeriksaan tekanan darah tidak lebih dari 100/70 mmHg, sudah
mendapat imunisasi TT 2x dan mengkonsumsi tablet tambah darah dan vitamin
dari bidan rutin setiap malam sebelum tidur. Tidak mempunyai riwayat penyakit
DM, Asma, Jantung dan Hipertensi. Ini merupakan pernikahan pertama, lamanya

Page 28

±2 tahun. Suami dan keluarga mendukung kehamilan ini. Belum pernah
menggunakan kontrasepsi, pengambil keputusan dalam keluarga yaitu suami.
Makan 3x sehari dengan menu bervariasi, terakhir tanggal 06 Januari 2018 jam
22.00 WIB. Minum air putih lebih dari 8 gelas sehari, terakhir jam 04.00
WIB.BAK terakhir jam 03.30 WIB,BAB terakhir tanggal 6 Januari 2018 jam
6.30 WIB.Beban kerja sedang dibantu suami. Dalam keluarga tidak ada yang
merokok, minum minuman keras dan mengkonsumsi obat-obatan selain dari
Bidan dan dokter. Hubungan seksual tidak ada keluhan, membatasi hubungan
seksual selama akhir kehamilan. Berencana bersalin di Rumah Sakit dengan
jaminan BPJS.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan Darah 130/90
mmHg, Nadi 80 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36,7oC. Wajah tidak ada
oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih. Bunyi jantung reguler. Paru-paru
tidak ada ronchi dan wheezing. Payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi dan dimpling sign, kolostrum
sudah keluar. Abdomen tidak ada bekas luka operasi, TFU 30 cm, letak anak
memanjang, posisi puki, persentasi kepala, penurunan kepala 5/5, kandung kemih
kosong, HIS 1x10’x15”, DJJ 144x/menit, TBJ ±2600 gram. Ekstremitas atas tidak
ada oedema dan kuku tidak pucat, terpasang infuse RL dari IGD di tangan kanan
sisa cairan ± 400 cc dengan tetesan 20 tetes/menit. Ekstremitas bawah tidak ada
oedema dan kuku tidak pucat, tidak ada varices, refleks patella positif. Genetalia
tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene. Pemeriksaan dalam Vulva
vagina tidak ada kelainan, tidak ada pengeluaran cairan, portio tebal lunak, ostium
tertutup. Anus tidak ada hemoroid.
2. Data penunjang

Page 29

a. NST

: Hasil reaktif Based Line 140-150 x/mnt

b. Tes Lakmus

: Negatif

c. Laboratorium tanggal 07 Januari 2018
1) Hematologi
Tabel 3.1 Laboratorium Hematologi
Pemeriksaa

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Interpretasi

n
Hemoglobin
Lekosit
Trombosit
Hematokrit

11,9
17.830
285
36,1

12-18
4500-13000
150-400
37-54

g/dL
/uL
10ˆ3/uL
%

Data
Normal
Leukositosis
Normal
Normal

2) Serologi
Tabel 3.2 Laboratorium Serologi
Pemeriksaa
n
HbsAg
HIV

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Keteranga

Negatif
Negatif

Negatif
Negatif

-

n
Negatif
Negatif

Satuan

Keteranga

mg/dL
u/L
u/L
u/L
mg/dL
mg/dL

n
Normal
High
Normal
Normal
Low
Low

3) Kimia Klinik
Tabel 3.3 Laboratorium Klinik
Pemeriksaa

Hasil

Nilai Rujukan

n
GDS
LDH
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin

102
550
30
20
13,1
0,37

70 – 140
230 – 460
0 – 35
0 – 35
15 – 45
0,45 – 0,75

4) Sekresi dan Ekskresi
Tabel 3.4 Laboratorium Sekresi dan Ekskresi
Pemeriksaa

Hasil

Nilai Rujukan

n

Satuan

Keteranga
n

Page 30

Protein Urine

Negatif

Negatif

-

Normal

C. Analisa
Y 25 tahun G2P0A1 Gravida 35-36 minggu janin tunggal hidup dengan kontraksi dan
Hipertensi Dalam Kehamilan, potensial preeklampsi, infeksi dan hipoksia janin,
keadaan umum ibu dan janin baik, perlu kolaborasi dengan dokter Sp.OG.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan, sudah terbina hubungan baik.
2. Memfasilitasi lembar General informed consent sebelum dilakukan pemeriksaan,
ibu bersedia dilakukan pemeriksaan dan suami sudah menandatangani lembar
persetujuan informed consent.
3. Mengingatkan kembali tentang hak dan kewajiban pasien, memahami dan dapat
mengulang kembali apa yang disampaikan.
4. Memberitahu hasil pemeriksaan dan rencana asuhan yang akan diberikan, ibu
mengetahui hasil pemeriksaan.
5. Menawarkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman atau miring kiri, memilih
posisi tidur miring ke kiri.
6. Menganjurkan ibu untuk membatasi mobilisasi sehingga mengurangi pengeluaran
cairan ketuban, bersedia membatasi mobilisasi.
7. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK, belum mau BAK.
8. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pada ibu, Ibu sudah minum teh manis
hangat.
9. Melanjutkan terapi dari IGD oleh dokter SpOG, sesuai program dokter :
a. Rawat konservatif
b. Nifedipine 3 x 20 mg bila ada His,
c. Metildopa 3 X 250 mg
d. Cefadroxil 2 x 500 mg
e. Rencana USG besok tanggal 08 Januari 2018 → bila aterm dan
oligohidramnion, rencana terminasi.

Page 31

f. Observasi kemajuan persalinan
10. Memberikan terapi obat sesuai program dr.SpOG :
a.

Nifedipine tablet 3x20 mg, jam 06.00 WIB sudah diminum

b. Metidopa 3x250 mg, jam 08.00 WIB sudah diminum
c. Cefadroxil 2x500 mg, jam 08.30 WIB sudah diminum
E. Melakukan Observasi TTV, His dan DJJ, hasil terlampir dilembar pemantauan
persalinan

Pengkajian Jam 14.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih terasa mules.
B. Data Objektif
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan darah 130/80 mmhg,
Nadi 88 x/menit, Pernafasan 24 x/menit, Suhu 36,5oC. Penurunan kepala 4/5,
kandung kemih kosong, HIS 1x10’x15”, DJJ 138x/menit. Terpasang infuse RL di
tangan kanan sisa cairan ± 200 cc dengan tetesan 20 tetes/menit.

C. Analisa
G2P0A1 Gravida 35-36 minggu dengan kontraksi dan Hipertensi Dalam Kehamilan,
keadaan umum ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi. Ibu mau melakukannya dan ibu terlihat
lebih tenang.

Page 32

3. Menawarkan untuk pendamping persalinan. Ibu memilih suami sebagai
pendamping persalinan.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK.sudah BAK jam 13.30 WIB
5. Memfasilitasi ibu untuk makan dan minum. Ibu sudah makan 1 porsi dan minum
air putih ± 1 gelas
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan. hasil terlampir dalam lembar
observasi.
7. Melakukan konsul ulang dengan dokter SpOG, sesuai program dokter therapy
lanjutkan:
a.Nifedipine 3 x 20 mg bila ada His
b.Metildopa 3 X 250 mg
c.Cefadroxil 2 x 500 mg
d.Rencana USG besok tanggal 08 Januari 2018 → bila aterm dan
oligohidramnion, rencana terminasi
8. Memberikan terapi sesuai program dr.SpOG :
a. Nifedipine tablet 3x20 mg,jam 14.00 WIB sudah diminum
b. Metidopa 3x250 mg.jam 16.00 WIB sudah diminum
c. Cefadroxil 2x500 mg,jam 20.30 WIB sudah diminum
9. Mengganti cairan infuse RL 500 cc tetesan 20 tetes / menit, jam 18.00 WIB sudah
terpasang.
10. Menganjurkan ibu untuk membatasi mobilisasi dan cukup istirahat sehingga
mengurangi pengeluaran cairan ketuban. Bersedia membatasi mobilisasi.
Pengkajian tanggal 08 Januari 2018 Jam 08.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mules mulai berkurang.
B. Data Objektif
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan darah 120/70 mmhg,
Nadi 86 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36,4oC. Penurunan kepala 5/5,

Page 33

kandung kemih kosong, HIS 1x10’x10”, DJJ 142x/menit. Terpasang infuse RL di
tangan kanan sisa cairan ± 200 cc dengan tetesan 20 tetes/menit.
C. Analisa
G2P0A1 Gravida 35-36 minggu dengan kontraksi dan Hipertensi Dalam Kehamilan,
keadaan umum ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK.sudah BAK jam 06.00 WIB
3. Memberikan terapi sesuai program dr.SpOG :

4.

a.

Nifedipine tablet 3x20 mg,jam 06.00 WIB sudah diminum

b.

Metidopa 3x250 mg.jam 08.00 WIB sudah diminum

c.

Cefadroxil 2x500 mg,jam 08.30 WIB sudah diminum

Memfasilitasi ibu untuk makan dan minum. Ibu sudah makan 1 porsi dan minum
air putih ± 1 gelas

5.

Melakukan pemantauan kemajuan persalinan. hasil terlampir dalam lembar
observasi.

6.

Mendampingi dr.SpOG melakukan pemeriksaan USG, hasil USG gravida 35 –
36 minggu janin tunggal hidup letak kepala dengan oligohidramnion.TBJ 2800
gram. Advise dr.SpOG : terminasi kehamilan,Drip oksitosin 5 iu dalam D5 % 20
tetes / menit.

7.

Mengulang kembali informasi hasil pemeriksaan dan rencana asuhan yang akan
diberikan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

8.

Memfasilitasi lembar informed consent sebelum dilakukan tindakan.
bersedia

dilakukan

tindakan

induksi

persalinan

dan

suami

Ibu
sudah

menandatangani lembar persetujuan informed consent.
9.

Memasang infuse drip oksitosin 5 iu dalam D5 % 20 tetes / menit,jam 11.00
WIB drip oksitosin sudah di pasang.

Page 34

Pengkajian jam 14.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya semakin sering.
B. Data Objektif
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan darah 130/90 mmhg,
Nadi 82 x/menit, Pernafasan 24x/menit, Suhu 36,2oC. Penurunan kepala 4/5,
kandung kemih kosong, HIS 2x10’x30”, DJJ 140 x/menit. Vulva vagina tidak ada
kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 2 cm, selaput ketuban positif, bagian
terendah kepala hodge I - II, tidak ada bagian kecil yang terkemuka. Terpasang
infuse drip oksitosin 5 iu dalam D5 % 20 tetes / menit.
C.Analisa
G2P0A1