faktor faktor yang Mempengaruhi Perkemba
faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
1.
Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi
psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Hal ini juga bisa terjadi karena faktor
genetika(hereditas).
Faktor internal bisa dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a.
Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktorini
dibedakan menjadi dua macam, yaitu keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani.
Keadaan tonus jasmani maksudnya dalam hal perbedaan porsi tubuh. Seperti tinggi kurus, tinggi gemuk,
pendek kurus, pndk gemuk, dll. Hal ini sangat berpengaruh pada fisiologis siswa itu sendiri. Terutama untuk
siswa yang kurang lengkap anggota badannya (cacat).
Keadaan fungsi jasmani maksudnya dalam hal penyakit. Siswa yang terkena penyakit dalam yang parah
dengan siswa yang terkena penyakit ringan akan berpengaruh pada fisiologis siswa tersebut.
b.
Faktor Psikologis
Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu berbeda. Kemampuan
berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan
intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dan kecerdasan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi,
berbeda dengan anak yang mempunyai daya intelektual kurang, mereka selalu tampak murung, pendiam, mudah
tersinggung karenanya suka menyendiri, tingkat kecerdasan yang lambat dan temperamen.
Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah :
Kecerdasan/inteligensi siswa
Motivasi
Minat
Sikap
Bakat
2.
Faktor Eksternal
Yaitu hal – hal yang datang atau ada diluar diri siswa/peserta didik yang meliputi lingkungan (khususnya
pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan
Macam-macam faktor eksternal yaitu :
a.
Faktor Biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan primer seorang
anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang datang pertama kali dari pihak ibu dan
ayah.
b.
Faktor Physis
Maksudnya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan alam, tingkat
kesuburan tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb.
c.
Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi
Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti memerlukan biaya.
Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk mebeli peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh
siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam
lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi
akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung
dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga”
status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih
jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit
dengan normanya sendiri.
d.
Faktor Cultural
Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang masing – masing
mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap
perkembangan anak – anak.
e.
Faktor Edukatif
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak
manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, yang memberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat,
dan kelembagaan.
f.
Faktor Religious
Sebagai contoh seorang anak kyai, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak menjadi
kyai, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih – lebih yang memang tidak beragama sama sekali, ini adalah
persoalan perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai
faktor penting yang mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik
A. Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama manusia hidup.
Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis dimulai
dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang
terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1991; Rice, 2002). Studi mengenai
perkembangan seseorang tidak lagi seperti dahulu yang berhenti pada waktu seseorang
mencapai kedewasaannya, melainkan berlangsung terus menerus dan mulai konsepsi hingga
orang itu mati. Pembentukan pada masa dini ini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat
penyesuaian fisik, psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini pula
menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini harus sedemikian rupa
sehingga dapat mengarah kepada penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi yang baik pada
masa yang akan datang. Dalam proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu
yaitu, pendidikan, pergaulan, lingkungan, keluarga dan lainnya. Misalnya kita setiap hari
banyak menemui orang-orang, yang satu baik dan aktif, yang satu terbilang nakal. Oleh
karena itu perlu kita ketahui faktor–faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam
perkembangan peserta didik.
B. Rumusan masalah
1. Faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan peserta didik?
2. Aliran apa saja yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
peserta didik?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik
2.
Mengetahui aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada dua istilah yang sering muncul,
pertama perkembangan (development) dan kedua adalah pertumbuhan (growth). Istilah
perkembangan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif), sedangkan
pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif). Antara
fisik dan psikis ini saling berkaitan dalam menelaah kehidupan manusia (Desmita,2012).
Pertumbuhan dan perkembangan kadang-kadang masih kabur pengertiannya dan sukar
dibedakan. Biasanya istilah-istilah itu digunakan untuk menjelaskan adanya perubahan yang
bersifat progresif namun sifatnya berbeda.
Secara rinci, perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan adalah:
a. Pertumbuhan (Growth): cenderung lebih bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan aspek
fisik.
Contoh: ukuran berat dan tinggi badan , ukuran dimensi sel tubuh, umur tulang yang bisa
diukur
b.
Perkembangan (Development: cenderung lebih bersifat kualitatif, berkaitan dengan
pematangan fungsi organ individu
Contoh:
1. Bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur, misalnya dalam perkembangan bahasa, emosi, intelektual, perilaku
2. Perkembangan periode bayi sampai anak. Kita melihat bahwa bayi dan anak berbeda sebagai
hasil dari pertumbuhan, tetapi disini juga terdapat perubahan struktur dan bentuk. Jadi,
bentuk bayi tidak sama dengan bentuk anak (bentuknya bukan bentuk bayi dalam ukuran
besar). Untuk perubahan strukturnya yaitu secara berproses melalui kematangan dan belajar,
tangan anak sudah bisa digunakan untuk makan sendiri.
A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
Kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping dipengaruhi
oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain,
seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor
bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini
berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan perbedaan
yang disebut dengan istilah individual differences. Berdasarkan hal ini, masing-masing
individu memiliki keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam setiap gejala jiwa yang meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan berfikir, merasakan
sesuatu, serta sikap dan perilakunya sehari-hari. Dalam melihat dan menyikapi perbedaan
tersebut, hendaknya pendidik menyadari bahwa tidak semua individu dapat diperlakukan
dengan cara yang selalu sama. Masing-masing individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga
pendekatan yang sifatnya personal maupun institusional tentu berbeda.
Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan individu
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Faktor Genetika (hereditas)
Gen adalaah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen
mempengaruhi ciri dan sifat mahluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tingga tubuh, warna kulit,
dan sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme mahluk hidup, sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
Hereditas merupakan “totalitas karakeristik individu yang diwariskan orang tua kepada
anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Meskipun peranan gen sangat penting, factor genetis bukan satu-satunya factor yang
menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan karena juga dipengaruhi oleh factor
lainnya.
b. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Factor fisiologis yang mempengaruhi perkembangan peserta didik diantaranya
adalah:
1) Tubuh dan warna kulit.
Tubuh merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang tidak
bisa disamakan dengan yang lainnya, begitupun dengan warna kulit seseorang. Hal ini akan
sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan
seseorang
sesuai
dengan
tahap
perkembangannya.
2) Faktor Gizi atau Asupan Makanan
Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik dan berimbang.
Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam merangsang tumbuh kembang individu
dan merangsang perkembangan otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian paling
penting dalam menentukan tumbuh dan kembang individu.
3) Cacat dan penyakit
Kondisi individu yang cacat atau mempunyai penyakit tertentu, tentu saja akan
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pengaruh yang diberikan tidak hanya pengaruh
pada fisik saja, melainkan juga secara psikologis. Cacat atau penyakit banyak disebabkan
oleh beberapa hal yaitu :
a) Pengaruh genetik
b) Ibu yang kurang gizi pada saat mengandung.
c) Obat-obatan dan alkohol.
d) Radiasi
e) Penyakit yang diderita Ibu selama kehamilan
f) Keadaan Emosi pada Ibu saat hamil.
c. Faktor Psikologis.
Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Kondisi fisik yang tidak sempurna
atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun
dengan ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan karena
kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak atau mengalami retardasi mental.
Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu berbeda.
Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa
baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dan
kecerdasan dalam perkembangan sosial anak.
Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses perkembangan siswa,
hormone, intelegensi, motivasi, sikap, dan bakat.
1) Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh.
Meskipun kadarnya sedikit, hormone memberikan pengaruh yang nyata dalam pengaturan
berbagai proses dalam tubuh. Hormone akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada mahluk hidup beragam jenisnya.
2) Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organorgan tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai
pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau
pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga
dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior,
superior, ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang
merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
3) Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas yang nyata kelihatan
adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-lakilebih besar
dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula
dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki. Anak perempuan pada umumnya
lebih cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan
pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak lakilaki. Hal ini jelas pada anak umur 9
sampai 12 tahun
4) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,
karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah
menjadi kebutuhannya.
5) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Sutirna, 2003). Sikap siswa dalam belajar
dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran,
atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam
belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung
jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan
pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang
srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
6) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses perkembangan adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Sutirna, 2013). Berkaitan dengan
belajar, Slavin (Sutirna,2013) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki
seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung
proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya,
siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain
selain bahasanya sendiri.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan hal – hal yang datang atau ada di luar diri siswa/peserta
didik yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa
tersebut dengan lingkungan. faktor eksternal yang memengaruhi perkembangan dapat
digolongkan menjadi 7 macam yaitu: faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif,
religious dan lingkungan.
a. Faktor Biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan
primer seorang anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang
datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.
b. Faktor Physis
Faktor ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau kebersihan
lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian
(Soetjiningsih, 1998). Semua kondisi di atas sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat
menjalankan proses kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak aman karena
adanya pertikaian dapat menyebabkan tekanan tersendiri bagi individu dan proses imitasi
atau peniruan perilaku kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku individu.
Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi atau kebersihan
lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup sehat, serta keadaan geografis yang
sulit, misalnya karena di daerah terpencil yang jauh dari informasi, sulit dijangkau, serta
rawan akan bencana alam, selain dapat mempengaruhi tekanan psikis juga mempengaruhi
faktor kesehatan karena pengobatan yang sulit didapatkan.
Semua ini jelas membawa dampak masing–masing terhadap perkembangan anak–anak yang
lahir dan dibesarkan disana. Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
c. Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi
Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti
memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk membeli
peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang
berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan
dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan
ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka
akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
d. Faktor Cultural
Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang
masing–masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini
jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak–anak.
e. Faktor Edukatif
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan anak manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepadapeserta didik yang
belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa.
Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Faktor
pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lain.
f. Faktor Religious
Sebagai contoh seorang anak yang hidup dilingkungan yang kental dengan suasana religius,
sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak berada dalam lingkungan religi
yang kental, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih–lebih yang memang tidak
beragama sama sekali, ini adalah persoalan perkembangan pula, menyangkut proses
terbentunya
prilaku
seorang
anak
dengan
agama
sebagai
faktor
penting
yang
mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik.
g. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi perkembangan anak. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran
dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
2) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan perkembangan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
3) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses perkembangan belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh
anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan
tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
B.
Beberapa aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan siswa
1. Aliran Nativisme
Nativisme (nativisme) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran
psikologis . Tokoh utama aliran ini bernama arthur Schopenhoeur (1788-1860) seorangg
filosofis Jerman, Aliran filosofis nativisme ini dijuluki sebagai aliran pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam, karena para ahli penganut ini
berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak ada pengaruhnya. Dalam ilmu pendidikan pandangan ini
disebut pesimisme pedagogis.
2. Aliran Empirisisme
Aliran empirisisme (empiricism) tokoh utamanya adalah John Locke (1632-1704). Nama asli
aliran ini adalah “ The School of British Empiricism” (aliran empirisisme inggris). Doktrin
aliran empirisisme yang amat mashur ialah “tabula Rasa” yang berarti lembaran kosong.
Doktrin tabula rasa menekankan arti pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan
dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidiknya sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada
pengaruhnya.
3. Aliran Konvegerensi
Aliran kovergensi merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme.
Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama aliran ini
bernama Louis William Stern, seorang filosof dan psycholog Jerman.
PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yag
berkaitan menentukan keberhasilan mereka disekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan
yang bertangung jawab melaksanakan interaksi edukasi didalam kelas, perlu memiliki
pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didik. Dengan bkal
pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan. Layanan pendidikan atau melaksanakan
proses pembelajaran yan sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang dihadapinya.
Perkembangan pikirannya dapat dibedakan dengan dua bentuk yaitu :
a.
perkembangan formal
yaitu perkembangan fungsi-fungsi fikir atau alat-alat fikir anak untuk dapat menyerap,
menimbang, memutuskan, menguraikan, dan lain-lain. Contoh, perkembangan sistematika
berfikir, teknik pengambilan keputusan dan lain-lain.
b. perkembangan material
yaitu perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge) oleh seseorang untuk dapat
memiliki dan dikuasainya contoh, penguasaan tentang angka-angka, pendapat-pendapat,
teori-teori dan sebagainya.
Secara keseluruhan perkembangan pikiran dapat diartikan sejalan dengan proses
perkembangan pengamatan dan tangapan anak, maka perkembangan pikiranpun dapat
dikotegorikan dengan dua tahap :
1.
Berpikir dengan kongkret ( dengan objek realis ) sehingga proses berpikir anak harus
dirangsang atau di tuntun dengan benda peraga.
2.
Berepikir secara simbolis atau sistematis yaitu anak berpikir dengan mengunakan simbolsimbol ( tanda-tanda) maka di sini sudah kenal huruf, angka, skema, simbol-simbol tertentu,
dan sebagainya.
Pengertian Perkembangan Kognitif
Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dialami sebagai kemampuan anak untuk
berfikir lebih kompleks secara kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan
wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Psikologi pembelajaran kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan
oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya
sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk
mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon
terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikoloig kognitif memandang
beljar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat
mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar
manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses
penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri
seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan
memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki,
kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru
diperoleh.Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri
secara aktif
1. Teori Perkembangan Piaget
Ada empat tahap yang mengiringi perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu:
1) Sensori motor (usia 0 - 2 tahun)
2) Pra operasional (usia 2 – 7 tahun)
3) Operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun)
4) Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa),
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengaja
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif seseorang menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Ciri-ciri
Pertumbuhan kemampuan anak dilihat dari kegiatan motorik dan persepsinya.
Dilakukan langkah demi langkah
Melihat dirinya berbeda dari orang di sekitarnya
Lebih banyak memakai indra pendengaran dan penglihatan
Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
b.Tahap Praoperasional (umur 2-7 tahun)
Ciri-ciri :
Telah mampu menggunakan penglihatannya dengan baik ditandai dengan
mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda namun mampu
mengurutkan barang sesuai dengan kriteria.
Mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
Memperoleh prinsip-prinsip secara benar
c. Tahap Operasional Konkret (umur 7 -11 tahun)
Ciri-Ciri :
Sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan.
Telah memiliki kecakapan berfikir logis namun hanya benda-benda yang bersifat
konkret.
Mampu melakukan pengklasifikasian namun masih tetap berfikir abstrak.
d. Tahap Operasional Formal (umur 11 hingga dewasa )
Ciri-ciri :
Mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola piker “kemungkinan”.
Bekerja secara sistematis dan efektif.
Menganalisis secara kombinasi
2. Teori Belajar Menurut Bruner
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan
tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1. tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
2.
tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru
serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain,
3. evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau
tidak.
Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat
ditransformasikan . Perlu diketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema
pendidikan yaitu:
1. mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan,
2. kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
3. nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi,
4. motivasi atau keinginan untuk belajar.siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan
secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan
manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya,
asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab
tiga
pertanyaan,
yaitu:
Berdasarkan uraian di atas teori belajar Bruner, dapat disimpulkan bahwa dalam proses
belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masingmasing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan
minat siswa.
3. Teori Bermakna Ausubel
David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat
bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang
dipelajari. Hudoyo, H (1990:54) menyatakan bahwa Ausubel menggunakan istilah “pengatur
lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar
belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari
bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta
didik di pihak lain.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar
yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa
kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun
asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan
diperoleh hasil belajar yang baik pula.
Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu
1. belajar dengan penemuan yang bermakna,
2. belajar dengan ceramah yang bermakna,
3. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
4. belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan
dengan mermakna, karena belajar dengan menghafal peserta didik tidak dapat mengaitkan
informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari
bermakna. Dalam kegiatan belajar terdapat empat kemungkinan tipe belajar, yaitu
1. belajar dengan penemuan yang bermakna,
2. belajar dengan ceramah yang bermakna,
3. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
4. belajar dengan ceramah yang tidak bermakna
Perkembangan Kognitif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Secara ringkas, Piaget berteori bahwa selama perkembangannya, manusia mengalami
perubahan-perubahan dalam struktur berfikir, yaitu semakin terorganisasi, dan suatu struktur
berpikir yang dicapai selalu dibangun pada struktur dari tahap sebelumnya. Perkembangan
yang terjadi melalui tahap-tahap tersebut disebabkan oleh empat faktor: kematangan fisik,
pengalaman dengan objek-objek fisik, pengalaman sosial, dan ekuilibrasi.
Pengalaman membawa kemajuan kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Proses asimilasi dan amomodasi membantu anak-anak beradaptasi terhadap lingkungannya
karena melalui proses-proses tersebut pemahaman mereka mengenai dunia semakin dalam
dan luas. Dengan demikian, jelas bahwa Piaget memandang anak-anak sebagai organisme
aktif dan self-regulating yang berubah melalui interaksi antara pembawaan lahir (innate)
dengan faktor-faktor lingkungan (Hetherington & Parke, 1986; Seifert & Hoffnung, 1987;
Papalia & Olds, 1988; Miller, 1993).
1.
Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi
psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Hal ini juga bisa terjadi karena faktor
genetika(hereditas).
Faktor internal bisa dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a.
Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktorini
dibedakan menjadi dua macam, yaitu keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani.
Keadaan tonus jasmani maksudnya dalam hal perbedaan porsi tubuh. Seperti tinggi kurus, tinggi gemuk,
pendek kurus, pndk gemuk, dll. Hal ini sangat berpengaruh pada fisiologis siswa itu sendiri. Terutama untuk
siswa yang kurang lengkap anggota badannya (cacat).
Keadaan fungsi jasmani maksudnya dalam hal penyakit. Siswa yang terkena penyakit dalam yang parah
dengan siswa yang terkena penyakit ringan akan berpengaruh pada fisiologis siswa tersebut.
b.
Faktor Psikologis
Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu berbeda. Kemampuan
berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan
intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dan kecerdasan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi,
berbeda dengan anak yang mempunyai daya intelektual kurang, mereka selalu tampak murung, pendiam, mudah
tersinggung karenanya suka menyendiri, tingkat kecerdasan yang lambat dan temperamen.
Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah :
Kecerdasan/inteligensi siswa
Motivasi
Minat
Sikap
Bakat
2.
Faktor Eksternal
Yaitu hal – hal yang datang atau ada diluar diri siswa/peserta didik yang meliputi lingkungan (khususnya
pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan
Macam-macam faktor eksternal yaitu :
a.
Faktor Biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan primer seorang
anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang datang pertama kali dari pihak ibu dan
ayah.
b.
Faktor Physis
Maksudnya adalah pengaruh yang datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan alam, tingkat
kesuburan tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb.
c.
Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi
Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti memerlukan biaya.
Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk mebeli peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh
siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam
lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi
akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung
dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga”
status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih
jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit
dengan normanya sendiri.
d.
Faktor Cultural
Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang masing – masing
mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap
perkembangan anak – anak.
e.
Faktor Edukatif
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak
manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, yang memberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat,
dan kelembagaan.
f.
Faktor Religious
Sebagai contoh seorang anak kyai, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak menjadi
kyai, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih – lebih yang memang tidak beragama sama sekali, ini adalah
persoalan perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai
faktor penting yang mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik
A. Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama manusia hidup.
Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis dimulai
dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang
terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1991; Rice, 2002). Studi mengenai
perkembangan seseorang tidak lagi seperti dahulu yang berhenti pada waktu seseorang
mencapai kedewasaannya, melainkan berlangsung terus menerus dan mulai konsepsi hingga
orang itu mati. Pembentukan pada masa dini ini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat
penyesuaian fisik, psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini pula
menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini harus sedemikian rupa
sehingga dapat mengarah kepada penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi yang baik pada
masa yang akan datang. Dalam proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu
yaitu, pendidikan, pergaulan, lingkungan, keluarga dan lainnya. Misalnya kita setiap hari
banyak menemui orang-orang, yang satu baik dan aktif, yang satu terbilang nakal. Oleh
karena itu perlu kita ketahui faktor–faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam
perkembangan peserta didik.
B. Rumusan masalah
1. Faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan peserta didik?
2. Aliran apa saja yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
peserta didik?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik
2.
Mengetahui aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada dua istilah yang sering muncul,
pertama perkembangan (development) dan kedua adalah pertumbuhan (growth). Istilah
perkembangan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif), sedangkan
pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif). Antara
fisik dan psikis ini saling berkaitan dalam menelaah kehidupan manusia (Desmita,2012).
Pertumbuhan dan perkembangan kadang-kadang masih kabur pengertiannya dan sukar
dibedakan. Biasanya istilah-istilah itu digunakan untuk menjelaskan adanya perubahan yang
bersifat progresif namun sifatnya berbeda.
Secara rinci, perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan adalah:
a. Pertumbuhan (Growth): cenderung lebih bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan aspek
fisik.
Contoh: ukuran berat dan tinggi badan , ukuran dimensi sel tubuh, umur tulang yang bisa
diukur
b.
Perkembangan (Development: cenderung lebih bersifat kualitatif, berkaitan dengan
pematangan fungsi organ individu
Contoh:
1. Bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur, misalnya dalam perkembangan bahasa, emosi, intelektual, perilaku
2. Perkembangan periode bayi sampai anak. Kita melihat bahwa bayi dan anak berbeda sebagai
hasil dari pertumbuhan, tetapi disini juga terdapat perubahan struktur dan bentuk. Jadi,
bentuk bayi tidak sama dengan bentuk anak (bentuknya bukan bentuk bayi dalam ukuran
besar). Untuk perubahan strukturnya yaitu secara berproses melalui kematangan dan belajar,
tangan anak sudah bisa digunakan untuk makan sendiri.
A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
Kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping dipengaruhi
oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain,
seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor
bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini
berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan perbedaan
yang disebut dengan istilah individual differences. Berdasarkan hal ini, masing-masing
individu memiliki keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam setiap gejala jiwa yang meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan berfikir, merasakan
sesuatu, serta sikap dan perilakunya sehari-hari. Dalam melihat dan menyikapi perbedaan
tersebut, hendaknya pendidik menyadari bahwa tidak semua individu dapat diperlakukan
dengan cara yang selalu sama. Masing-masing individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga
pendekatan yang sifatnya personal maupun institusional tentu berbeda.
Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan individu
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Faktor Genetika (hereditas)
Gen adalaah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen
mempengaruhi ciri dan sifat mahluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tingga tubuh, warna kulit,
dan sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme mahluk hidup, sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
Hereditas merupakan “totalitas karakeristik individu yang diwariskan orang tua kepada
anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Meskipun peranan gen sangat penting, factor genetis bukan satu-satunya factor yang
menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan karena juga dipengaruhi oleh factor
lainnya.
b. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Factor fisiologis yang mempengaruhi perkembangan peserta didik diantaranya
adalah:
1) Tubuh dan warna kulit.
Tubuh merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang tidak
bisa disamakan dengan yang lainnya, begitupun dengan warna kulit seseorang. Hal ini akan
sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan
seseorang
sesuai
dengan
tahap
perkembangannya.
2) Faktor Gizi atau Asupan Makanan
Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik dan berimbang.
Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam merangsang tumbuh kembang individu
dan merangsang perkembangan otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian paling
penting dalam menentukan tumbuh dan kembang individu.
3) Cacat dan penyakit
Kondisi individu yang cacat atau mempunyai penyakit tertentu, tentu saja akan
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pengaruh yang diberikan tidak hanya pengaruh
pada fisik saja, melainkan juga secara psikologis. Cacat atau penyakit banyak disebabkan
oleh beberapa hal yaitu :
a) Pengaruh genetik
b) Ibu yang kurang gizi pada saat mengandung.
c) Obat-obatan dan alkohol.
d) Radiasi
e) Penyakit yang diderita Ibu selama kehamilan
f) Keadaan Emosi pada Ibu saat hamil.
c. Faktor Psikologis.
Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Kondisi fisik yang tidak sempurna
atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun
dengan ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan karena
kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak atau mengalami retardasi mental.
Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu berbeda.
Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa
baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dan
kecerdasan dalam perkembangan sosial anak.
Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses perkembangan siswa,
hormone, intelegensi, motivasi, sikap, dan bakat.
1) Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh.
Meskipun kadarnya sedikit, hormone memberikan pengaruh yang nyata dalam pengaturan
berbagai proses dalam tubuh. Hormone akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada mahluk hidup beragam jenisnya.
2) Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organorgan tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai
pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau
pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga
dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior,
superior, ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang
merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
3) Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas yang nyata kelihatan
adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak laki-lakilebih besar
dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih cepat pula
dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki. Anak perempuan pada umumnya
lebih cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan
pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak lakilaki. Hal ini jelas pada anak umur 9
sampai 12 tahun
4) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,
karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah
menjadi kebutuhannya.
5) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Sutirna, 2003). Sikap siswa dalam belajar
dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran,
atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam
belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung
jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan
pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang
srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
6) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses perkembangan adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Sutirna, 2013). Berkaitan dengan
belajar, Slavin (Sutirna,2013) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki
seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung
proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya,
siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain
selain bahasanya sendiri.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan hal – hal yang datang atau ada di luar diri siswa/peserta
didik yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa
tersebut dengan lingkungan. faktor eksternal yang memengaruhi perkembangan dapat
digolongkan menjadi 7 macam yaitu: faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif,
religious dan lingkungan.
a. Faktor Biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan
primer seorang anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang
datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.
b. Faktor Physis
Faktor ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau kebersihan
lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian
(Soetjiningsih, 1998). Semua kondisi di atas sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat
menjalankan proses kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak aman karena
adanya pertikaian dapat menyebabkan tekanan tersendiri bagi individu dan proses imitasi
atau peniruan perilaku kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku individu.
Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi atau kebersihan
lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup sehat, serta keadaan geografis yang
sulit, misalnya karena di daerah terpencil yang jauh dari informasi, sulit dijangkau, serta
rawan akan bencana alam, selain dapat mempengaruhi tekanan psikis juga mempengaruhi
faktor kesehatan karena pengobatan yang sulit didapatkan.
Semua ini jelas membawa dampak masing–masing terhadap perkembangan anak–anak yang
lahir dan dibesarkan disana. Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
c. Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi
Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti
memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk membeli
peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang
berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan
dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan
ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka
akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
d. Faktor Cultural
Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang
masing–masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini
jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak–anak.
e. Faktor Edukatif
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan anak manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepadapeserta didik yang
belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa.
Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Faktor
pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lain.
f. Faktor Religious
Sebagai contoh seorang anak yang hidup dilingkungan yang kental dengan suasana religius,
sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak berada dalam lingkungan religi
yang kental, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih–lebih yang memang tidak
beragama sama sekali, ini adalah persoalan perkembangan pula, menyangkut proses
terbentunya
prilaku
seorang
anak
dengan
agama
sebagai
faktor
penting
yang
mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik.
g. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi perkembangan anak. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran
dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
2) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan perkembangan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
3) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses perkembangan belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh
anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan
tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
B.
Beberapa aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan siswa
1. Aliran Nativisme
Nativisme (nativisme) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran
psikologis . Tokoh utama aliran ini bernama arthur Schopenhoeur (1788-1860) seorangg
filosofis Jerman, Aliran filosofis nativisme ini dijuluki sebagai aliran pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam, karena para ahli penganut ini
berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak ada pengaruhnya. Dalam ilmu pendidikan pandangan ini
disebut pesimisme pedagogis.
2. Aliran Empirisisme
Aliran empirisisme (empiricism) tokoh utamanya adalah John Locke (1632-1704). Nama asli
aliran ini adalah “ The School of British Empiricism” (aliran empirisisme inggris). Doktrin
aliran empirisisme yang amat mashur ialah “tabula Rasa” yang berarti lembaran kosong.
Doktrin tabula rasa menekankan arti pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan
dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidiknya sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada
pengaruhnya.
3. Aliran Konvegerensi
Aliran kovergensi merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme.
Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama aliran ini
bernama Louis William Stern, seorang filosof dan psycholog Jerman.
PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yag
berkaitan menentukan keberhasilan mereka disekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan
yang bertangung jawab melaksanakan interaksi edukasi didalam kelas, perlu memiliki
pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didik. Dengan bkal
pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan. Layanan pendidikan atau melaksanakan
proses pembelajaran yan sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang dihadapinya.
Perkembangan pikirannya dapat dibedakan dengan dua bentuk yaitu :
a.
perkembangan formal
yaitu perkembangan fungsi-fungsi fikir atau alat-alat fikir anak untuk dapat menyerap,
menimbang, memutuskan, menguraikan, dan lain-lain. Contoh, perkembangan sistematika
berfikir, teknik pengambilan keputusan dan lain-lain.
b. perkembangan material
yaitu perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge) oleh seseorang untuk dapat
memiliki dan dikuasainya contoh, penguasaan tentang angka-angka, pendapat-pendapat,
teori-teori dan sebagainya.
Secara keseluruhan perkembangan pikiran dapat diartikan sejalan dengan proses
perkembangan pengamatan dan tangapan anak, maka perkembangan pikiranpun dapat
dikotegorikan dengan dua tahap :
1.
Berpikir dengan kongkret ( dengan objek realis ) sehingga proses berpikir anak harus
dirangsang atau di tuntun dengan benda peraga.
2.
Berepikir secara simbolis atau sistematis yaitu anak berpikir dengan mengunakan simbolsimbol ( tanda-tanda) maka di sini sudah kenal huruf, angka, skema, simbol-simbol tertentu,
dan sebagainya.
Pengertian Perkembangan Kognitif
Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dialami sebagai kemampuan anak untuk
berfikir lebih kompleks secara kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan
wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Psikologi pembelajaran kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan
oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya
sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk
mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon
terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikoloig kognitif memandang
beljar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat
mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar
manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses
penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri
seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan
memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki,
kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru
diperoleh.Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri
secara aktif
1. Teori Perkembangan Piaget
Ada empat tahap yang mengiringi perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu:
1) Sensori motor (usia 0 - 2 tahun)
2) Pra operasional (usia 2 – 7 tahun)
3) Operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun)
4) Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa),
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengaja
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif seseorang menjadi empat tahap yaitu :
a. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Ciri-ciri
Pertumbuhan kemampuan anak dilihat dari kegiatan motorik dan persepsinya.
Dilakukan langkah demi langkah
Melihat dirinya berbeda dari orang di sekitarnya
Lebih banyak memakai indra pendengaran dan penglihatan
Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
b.Tahap Praoperasional (umur 2-7 tahun)
Ciri-ciri :
Telah mampu menggunakan penglihatannya dengan baik ditandai dengan
mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda namun mampu
mengurutkan barang sesuai dengan kriteria.
Mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
Memperoleh prinsip-prinsip secara benar
c. Tahap Operasional Konkret (umur 7 -11 tahun)
Ciri-Ciri :
Sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan.
Telah memiliki kecakapan berfikir logis namun hanya benda-benda yang bersifat
konkret.
Mampu melakukan pengklasifikasian namun masih tetap berfikir abstrak.
d. Tahap Operasional Formal (umur 11 hingga dewasa )
Ciri-ciri :
Mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola piker “kemungkinan”.
Bekerja secara sistematis dan efektif.
Menganalisis secara kombinasi
2. Teori Belajar Menurut Bruner
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan
tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1. tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
2.
tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru
serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain,
3. evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau
tidak.
Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat
ditransformasikan . Perlu diketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema
pendidikan yaitu:
1. mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan,
2. kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
3. nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi,
4. motivasi atau keinginan untuk belajar.siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan
secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan
manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya,
asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab
tiga
pertanyaan,
yaitu:
Berdasarkan uraian di atas teori belajar Bruner, dapat disimpulkan bahwa dalam proses
belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masingmasing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan
minat siswa.
3. Teori Bermakna Ausubel
David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat
bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang
dipelajari. Hudoyo, H (1990:54) menyatakan bahwa Ausubel menggunakan istilah “pengatur
lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar
belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari
bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta
didik di pihak lain.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar
yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa
kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun
asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan
diperoleh hasil belajar yang baik pula.
Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu
1. belajar dengan penemuan yang bermakna,
2. belajar dengan ceramah yang bermakna,
3. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
4. belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan
dengan mermakna, karena belajar dengan menghafal peserta didik tidak dapat mengaitkan
informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.
Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari
bermakna. Dalam kegiatan belajar terdapat empat kemungkinan tipe belajar, yaitu
1. belajar dengan penemuan yang bermakna,
2. belajar dengan ceramah yang bermakna,
3. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna,
4. belajar dengan ceramah yang tidak bermakna
Perkembangan Kognitif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Secara ringkas, Piaget berteori bahwa selama perkembangannya, manusia mengalami
perubahan-perubahan dalam struktur berfikir, yaitu semakin terorganisasi, dan suatu struktur
berpikir yang dicapai selalu dibangun pada struktur dari tahap sebelumnya. Perkembangan
yang terjadi melalui tahap-tahap tersebut disebabkan oleh empat faktor: kematangan fisik,
pengalaman dengan objek-objek fisik, pengalaman sosial, dan ekuilibrasi.
Pengalaman membawa kemajuan kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Proses asimilasi dan amomodasi membantu anak-anak beradaptasi terhadap lingkungannya
karena melalui proses-proses tersebut pemahaman mereka mengenai dunia semakin dalam
dan luas. Dengan demikian, jelas bahwa Piaget memandang anak-anak sebagai organisme
aktif dan self-regulating yang berubah melalui interaksi antara pembawaan lahir (innate)
dengan faktor-faktor lingkungan (Hetherington & Parke, 1986; Seifert & Hoffnung, 1987;
Papalia & Olds, 1988; Miller, 1993).