MAKALAH TENTANG KAUSALITAS SMAN 11 KAB. TANGERANG

MAKALAH
TENTANG KAUSALITAS

Di Susun Oleh
NAMA KELOMPOK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

FARAH NUR AYU AMALIA
TAMALA PERMATA SARI
REJA SARI
YOGI ASKA SAPUTRA
ANAS GADING PANGESTU
M. ALI MUTADHO
ANDRE SULISTIO

MARDAWI

KELAS : X . PS 4

SMAN 11 KAB. TANGERANG

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan baik. Saya
mengucapkan terimakasih kepada Guru Pembimbing karena telah memberikan arahan
sehingga tugas ini dapat selesai dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Saya mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun. Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih, semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Tangerang , 08 September 2016
Penulis,

Kelas X. IPS 4

2

Daftar isi
Kata Pengantar ....................................................................................................................

i

Daftar Isi .............................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ...............................................................................................................

1

Rumus Masalah ..............................................................................................................


3

Tujuan.............................................................................................................................

3

Manfaat ..........................................................................................................................

3

BAB II PEMBAHASAN
Penafsian Yang Beraneka Ragam...................................................................................

4

Masalah sebab, Motif dan Pengaruh Pada Kausalitas Sejarah.......................................

6

Masalah Pengaruh ..........................................................................................................


8

Gerak Sejarah .................................................................................................................

9

BAB III PENUTUP
Kesimpulan .........................................................................................................................

12

3

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Kausalitas atau hukum sebab-akibat dalam sejarah merupakan hal yang tidak dapat

dinafikan. Hal ini terbukti bahwa kondisi sosial, politik, ekonomi, dan kondisi seluruh aspek
kehidupan manusia pada masa ini di tentukan kondisi kehidupan manusia pada masa lalu.
Demikian juga kehidupan manusia pada masa yang akan datang sangat tergantung pada
kehidupan manusia dimasa ini.
Dalam sebuah seminar seorang Profesor Sosiologi mengatakan bahwa dalam
membangun keilmuan terdapat empat pilar pokok yang harus ada di dalamnya, meskipun
dalam filsafat ada dua. Keempat pilar keilmuan tersebut yaitu penomena, konsep, generalisasi
dan teori. Adapun tugas keilmuan adalah mencari sebab dan akibat dari penomena sosial
tersebut (atau dikenal dengan hukum kausalitas).
Dengan mencari kausalitas dari sebuah penomena sosial yang menjadi kajian kita maka
kita akan mengetahui makna dibalik makna, sehingga yang kita dapatkan bukan hanya
mengetahui bahwa pacar kita suka warna pink, namun apa yang menyebabkan sang pujaan
hati suka dengan warna tersebut.
Karena kita akan mencari makna dibalik makna yang tersembunyi, maka strategi
analisis data (bukan metode analisis data) yang digunakan dalam hal ini bisa berupa strategi
analisis data kualitatif-verifikatif dan strategi grounded research, atau mungkin pula bisa
menggunakan strategi analisis data deskriptif-kualitatif yang sekedar menggambarkan
penomena. Namun proses terakhir cendrung untuk hanya pengungkapan penomena tentang
pertanyaan apakah, dimana, dan kapan.
Ketiga proses analisis data di atas sudah pasti yang dapat memberikan makna di balik

penomena yang tampak adalah proses analisis yang pertama dan dan proses analisis yang
kedua, sedangkan proses analisis yang ketiga hanya dapat memberikan gambaran. Lebih
lanjut sang profesor mengatakan bahwa yang masih menggunakan pertanyaan apakah adalah
Sejarah dan Bahasa sehingga keduanya bukan bertujuan untuk mengembangkan keilmuan,
jadi keduanya juga bukan ilmu melainkan seni, berbeda dengan sosiologi, antopologi,
4

ekonomi dan lain-lain yang bertujuan untk mengembangkan keilmuan, sehingga rumpun
kajian tersebut adalah ilmu dan bukan hanya pengetahuan. Jadi kesimpulan sang profesor
yang mungkin tidak pernah membaca metodologi sejarah atau perkembangan metodologi
sejarah bahwa sejarah adalah pengetahuan atau seni bukan ilmu untuk membangun keilmuan.
Setelah mendengar secara langsung pernyataan sang professor tadi, saya kembali
teringat dengan beberapa buku yang pernah saya abaca yang berkaitan dengan sejarah
sebagai ilmu dan rivalitas sejarah dan bidang studi sosiologi yang tidak pernah akur padahal
merupakan bidang studi serumpun yang sangat bertetangga dekat.
Bagaimana rivalitas dan saling ketidak pengertian antara sosiolog dan Sejarwan dapat
kit abaca pada bukunya Peter Burke yang berjudul Sejarah dan Teori Sosial. Saling tuduh
yang berlebihan dapat kita simak pada pernyataan Sejarawan yang mengatakat bahwa
“sosiologi adalah ilmu icak-icak yang mempersulit orang untuk memahami realitas sosial
yang sudah jelas”.

Sedangkan Sosiolog menyambutnya dengan menuduh Sejarawan hanya sebagai seorang
kolektor bangunan yang belum tentu bahan yang mereka sediakan akan terpakai oleh seorang
Sosiolog.
Terkait dengan hukum sebab akibat yang harus ada dalam ilmu sosial tersebut sehingga
baru dikatakan sebuah ilmu, dan mengatakan sejarah bukan ilmu melainkan seni perlu kita
diskusikan, walaupun tempat yang saya sediakan ini sangat singkat. Karena apa yang saya
tulis ini merupakan jawaban saya terhadap tuduhan bahwa sejarah bukan ilmu, tentu dengan
alasan yang sebisa mungkin saya akan jelaskan menurut paradigm keilmuan saya.
Dalam ilmu alam hukum sebab akibat ini memang sudah jelas adanya, hal ini sama
dengan generalisasi dalam ilmu alam tersebut. Misalnya jika besi dipanaskan maka akibatnya
akan meleleh dan semua besi yang di panaskan akan meleleh. Hal ini bukan saja penerangan
adanya generalisasi dalam ilmu alam namun secara tidak langsung sebab akibat yang di
timbulkan.
Sedangkan dalam ilmu sosial, sudah barang tentu penomena sosial yang sama di tempat
yang berbeda tidak akan menghasilkan akibat yang sama. Jadi hubungan sebab akibat dalam
ilmu sisi lain bukan berupa sebab akibat mutlak melainkan sebab akibat yang berintaeraksi,
malahan tidak jelas mana sebab dan mana akibat yang ditimbulkan.
5

Beberapa hal tentang pencarian sebab dari sebuah penomena sosial sebagai jawaban

dari pertanyaan kemengapaan yang merupakan tingkatan pertanyaan bahwa kita sedang
bermain dalam ranah keilmuan memang tidak menjadi masalah. Namun yang menjadi
permasalahan bagi saya adalah pernyataan bahwa sejarah bukan ilmu sehingga tidak akan
dapat membangun keilmuan. Pada kesemmpatan ini saya tidak akan membahas mengenai
kenapa sejarah dikatakan sebagai ilmu dan bilamana sejarah dikatakan seni. Namun yang
menjadi titik perhatian saya berkisar pada ranah kemengapaan dalam ilmu sejarah. Untuk
lebih memahami kausalitas sejarah, berikut akan dikemukakan tentang penafsiran kausalitas
yang beraneka ragam, masalah sebab, motif, dan pengaruh, serta gerak sejarah.
A. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Kausalitas
2. Metode Induksi Mill
3. Kekeliruan dalam penalaran Kausalitas
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti Kausalitas, metode-metode
yang digunakan sehingga tidak adanya kekeliruan dalam Penalaran Kausalitas.
C. Manfaat

Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :

a. siswa dapat mengetahui Kausalitas yang ternyata ada dalam masyarakat
b. Menguasai berbagai macam metode dan mampu memanfaatkan metode-metode tersebut
menjadi sebuah penalaran yang jelas, efektif dan mudah dimengerti
c. Ketepatan dalam Penalaran Kausalitas.

BAB II
PEMBAHASAN
6

A. Penafsiran yang beraneka ragam
Louis Gottschalk memberikan penjelasan tentang penafsiran yang beraneka regam
dengan mengibaratkan sejarahwan dengan musikus. Komposisi musik lebih cermat daripada
kata-kata yang dijelaskan dan diucapkan. Instrumen- instrumen musik merupakan alat yang
secara mekanis lebih akurat untuk memproduksi maksud seorang komponis dari pada pikiran,
tangan, atau manusia untuk memproduksi pikiran seorang saksi.
Pemusik seakan-akan merupakan sejarawan yang menginterpretasikan pencapaian
pada masa lampau yang bersifat terspesialisasi.begitu juga halnya dengan aktor, dalam
interpretasinya, para seniman terdapat berbagai kemungkinan tekanan dan variasi.
Berdasarkan uraian singkat di muka, dapat diketahui bahwa pada penafsiran sejarah sudah
tersimpul penafsiran sosial. Itulah sebabnya ilmu sejarah sebetulnya masuk ke dalam

keluarga besar ilmu-ilmu sosial. Penafsiran sejarah dapat dimaknai sebagai penafsiran
terhadap gejala-gejala sosial yang dijumpai manusia secara nyata / riil / empiris dan memiliki
hubungan fungsional atau interdependensi.
Perlu ditambahkan di sini bahwa penafsiran sejarah bukan hanya untuk (ilmu) hukum
saja. Penafsiran

sejarah bukan hanya meliputi peraturan perundang-undangan belaka,

melainkan ke segenap aspek kehidupan manusia yang nyata, konkrit, dan partikular.
1. Contoh kausalitas sejarah dapat dijumpai pada sejarawan yunani kuno yang lama
tinggal di romawi, yaitu dalam karyanya "the histories'. teori besarnya disebut
"teori siklus" yang menunjukkan terjadinya cause and effect [sudah dengan
sendirinya bercorak causaal genetische].
2. Contoh penafsiran sejarah dapat dijumpai dalam karya-karya niccolo machiavelli
[ilmuwan politik italia modern] yang berjudul "il principe" dan "discorsi sulla
prima deca di tito livio". machiavelli membangun argumentasinya berdasarkan
bahan-bahan dari zaman lampau sampai ke zamannya sendiri, lantas
mempergunakan penafsiran sejarah demi pemecahan masalah/problem solving
yang dihadapi italia pada masa hidupnya. menurutnya, sejarah membuktikan
bahwa negara-negara di dunia; sejak dahulu hingga kalau bukan republik berarti

kerajaan.
7

3. Kalangan sejarawan yang bereaksi terhadap filosof abad ke-19 yang masingmasing menganggap dirinya telah menemukan keterangan betul satusatunya
mengenai perubahan sejarah, dapat disebut ''kaum pluralisme” setidak-tidak`nya
sejak zaman Voltaire sebagai reaksi terhadap macam sejarah yang hanya
mencacat peristiwa-peristiwa besar dan perbuatan orang-orang terkemuka telah
terdapat mereka yang menganjurkan sesuatu ''sejarah baru'' yang akan meliputi
perkembanganperkembangan sosial, budaya, politik dan ekonomi yang
merupakan pola beragam umat manusia, perkembangan peradaban yang
perbanyak segi ''.
4. Mengenai keseluruhan masa lampau manusia ini tersirat anggapan bahwa ada
terdapat beberapa pengatruran merupakan salah satu macam yang merupakan
satusatrunya yang betul. sejarah cenderung untuk memberikan interprestrasi
yang pluralis mengenai sebab.
Memang keterangan

morfologis mengenai pertumbuhan dan kemunduran bahwa

yang menganut interprestasi epistemologis yaitu yakni suatu yang mengurutkan budaya yang
berbeda-beda sesuai dengan pengetahuann yang lebih tinggi yang menjadi sumbernya minus
kepercayan kepada kemajuan yang tidak terbatas. kemunduran budaya-budaya yang tidak
memiliki yang tidak memiliki iman yang menyelamatkan karena beranggapan bahwa akal
membawa benih kehancuran begitu kehancuran bagi proses hidup hidup beradab dan arena
mencari suatu kepercayaan yang tidak sepenuhnya didukung akal.tetapi didalam rangka
filsafat morfologis mererka meliputi segalanya itu, mereka memberi tempat bagi satu
rangkain sebab-sebab yang lebih kecil.
Konsep kausalitas sangat berpengaruh dalam sejarah, tanpa kausalitas sejarah akan
menjadi ilmu yang memuat hal kronologis saja. Namun penggunaan kausalitas harus dibatasi
oleh dua hal yaitu :
1. Batas jangkauan masa lampau dan akan dicari hubungannya dengan peristiwa lain
2. Batas jumlah faktor yang berpengaruh, dianggap tetap karena tidak diperiksa
(Gotstschalk,1975:164)
3.

8

Jadi, Kusalitas adalah suatu rangkaian peristiwa (I) yang mendahului peristiwa yang
menyusul (II).
Penyebab kausalitas:
a. Sebab langsung : jangka pendek
 sebagai suatu kebetulan penggerak
 bukan merupakan suatu sebab yang sungguh-sungguh
 hanya merupakan suatu titik dalam suatu peristiwa
 dalam hal ini sebab langsung merupakan petunjuk yang baik untuk menemukan
anteseden yang lebih tepat diberi sebutan “sebab-sebab”
b. Sebab tidak langsung : banyak faktor
 merupakan hal sangat kompleks karena dapat didasarkan berbagai faktor
 memerlukan filosofi sejarah, teori sebab musabab dalam sejarah, generalisasi

B. Masalah sebab, motif, dan pengaruh pada kausalitas sejarah
Masalah sebab menjadi inti bahasan dari peristiwa sejarah. Sejarah cenderung untuk
berbicara tentang sebab langsung dan sebab tidak langsung. Sebab langsung adalah awal
peristiwa yang dapat diamati secara langsung misalnya : sebab langsung perang dunia 1
adalah peristiwa pembunuhan pangeran putra mahkota austria di saravejo, Bosnia. Sebab
langsung perang dunia I adalah invasi terhadap polandia oleh tentara nazi zerman. Sebab tak
langsung merupakan awal peristiwa yang tidak dapat diamati secara langsung contohnya:
dalam peristiwa perang dunia I dan II terdapat aspek politik kekuasaan, anarki dunia,
persaingan komersial persenjataan dan lain- lain.

9

Menentukan sebab langsung dari satu peristiwa relatif lebih mudah, namun sering
pula terjadi perbedaan pendapat antara sejarawan untuk menentukan titik tolak dari pada
gerakan besar misalnya, untuk menentukan kapan dimulainya penjajahan belanda di
indonesia, ada yang mengatakan sejak tahun

1596 yaitu

sejak

kornelis de houtman

mendarat di banten dan ada yang mengatakan sejak di tanda tanganinya pelakat pendek oleh
raja- raja di indonesia.
Sebab langsung kadang kadang mempunyai sifat kebetulan, tetapi bukan merupakan
suatu sebab yang sungguh sungguh. Sebab langsung hanyalah merupakan suatu titik dalam
rantai peristiwa. Dalam fungsi ini sebab langsung merupakan petunjuk untuk menentukan
antiseden- antiseden yang lebih tepat untuk diberi sebuah sebutan sebab.
Suatu kebetulan yang lain akan mempunyai akibat yang sama karena faktor yang
menentukan masih terus berlangsung. Masalah- masalah sebab tak langsung tampak apabila
sejarawan mendiskusikan akan seringnya terjadi perselisihan paham karena ketegangan
kausal mengenai peristiwa – peristiwa hanya didasarkan pada filsafat sejarah padahal filsafat
sejarah itu tidak ada.
Akhirnya perbedaan paham mengenai interpretasi tidak hanya terjadi pada kalangan
sejarawan melainkan juga di kalangan ilmu- ilmu yang lain. Masalah motif pemikiran
mengenai motivasi manusia erat hubungannya dengan pemikiran sebab musabab sejarah.
Harus di akui bahwa masalah sebab-musabab sejarah pada pokoknya masih belum di
pecahkan. dan dalam taraf perkembangan sekarang dalam pengetahuan kita, suatu
pertimbangan mengenai benar atau salah, cerdas atu tidak cerdas, mencukupi atau tidak
mencukupi baik atu buruk, besar atau kerdilnya filsafat-filsafat sejarah, niscayalah di
dasarkan atas criteria yang masih di perdebatkan. Banyak sejarawan masih mengambil sikap
nihilities mengenai filsafat-filsafat di dalam sejarah semuanya itu buruk ;baiklah kita tolak
semuanya.
Tetapi nihilitisme semacam itu berbahaya, bahayanya tidak hanya terletak pada
ketiadaan bentuk dari pada apa yang mereka tulis (karena nihilitisme tidak mengajukan
criteria apapun untuk seleksi , penyusunan dan tekanan )melainkan juga bahaya ketiadaan arti
(karma data yang di tempatkan sematamata dalam urut-urutan kronologis dan alfabetis yang
merupakan satu-satunya susunan yang mungkin, tanpa sesuatu filsafat akan cenderung hanya
10

merupakan penyataan mengenai apa, tanpa keterangan mengenai mengapa, bagaimana, dan
untuk apa baik atau buruk). Tetapi jika sejarawan-sejarawansemacam itu kebingungan, maka
sebagian dari pada kesalahan terletak pada para sarjana ilmu-ilmu sosial dan para filsuf.
Sejarah sebagai geschichtswissenschaft (yakni sebagai cabang pengetahuan yang mengenai
peristiwa-peristiwa lampau) tidak merumuskan prinsip-prinsip umum.
Agaknya belum ada teori umum mengenai motivasi yang telah disusun oleh sarjanasarjana ahli personalitas mereka maupun bagi sarjana sejarah.
Tomas dan inantechi mengetengahkan 4 keinginan sebagai berikut“ setiap individu
mempunyai varietas yang luas daripada keinginan- keinginan yang dapat dipenuhi dengan
menggabungkannya ke dalam masyarakat”. Diantara pola umum keinginannya dapat kita
sebutkan :
1. Hasrat untuk pengalaman baru untuk rangsangan segera
2. Hasrat akan pengakuan, termasuk tanggapan rasa dan penghargaan sosial umumyang
diteguhkan oleh alat- alat mulai dari pameran perhiasan sampai kepada demonstrasi
kemampuan melalui prestasi ilmiah.
3. Hasrat untuk berkuasa yang diungkapkan dengan hak milik tirani domestik depotisme
politik yang didasari atas naluri kebencian tapi dapat disublimasikan menjadi ambisi
yang terus- menerus didalam kungkungan tabu stabil.

C. Masalah pengaruh
Dalam ilmu-ilmu sosial kedalaman ilmu pengetahuan ditunjukkan sejauh mana
ilmuwannya dapat menggali sebab-musabab (sebab-akibat/kausalitas) fenomena yang
ditelitinya. Oleh karena sifatnya nomotetis, maka mereka berusaha mencari sebab-musabab
yang umum melalui fenomena-fenomena tertentu, sehingga menjadi hukum kausalitas yang
permanen di manapun dan dalam waktu yang lama. Dalam perkembangannya kemudian
melahirkan suatu teori, yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena
kongkret yang ditemui.
Untuk

mempertahankan

rerlevansinya,

teori-teori

dalam

ilmu

sosial

itu

diverifikasikan secara terus menerus, sehingga menjadi kuat, yang kemudian disebut sebagai
teori agung. Teori-teori ini digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang ada
sekarang maupaun untuk memprediksi fenomena yang akan datang.
11

Masalah pengaruh ini dalam ilmu sejarah dapat diartikan sebagai efek yang tegas dan
membentuk pikiran dan prilaku manusia baik perorangan maupun secara kelompok. Dalam
suatu peristiwa, pengaruh dapat berarti dorongan atau bujukan dan bersifat abstrak karena
tidak ada suatus standar untuk mengukurnya sehingga dapat diterima secara umum, dan
kadang- kadang akan mudah menghasilkan

kekeliruan atau setidaknya terdapat

ketidaksepakatan antara sejarawan.
Apakah interpretasi seseorang mengenai suatu sebab, pemgaruh dan motivasi adalah
benar, mungkin hanya merupakan persoalan keyakinan batiniah dan bukan pesimpulan
persoalan logis berdasarkan kesaksian, dan oleh karena itu sangat mudah diperdebatkan.

D. Gerak Sejarah
Pada gerak sejarah ini masih banyak yang harus kita temukan dari beberapa hal-hal
tersebut yang merupakan bagian dari kausalitas sejarah.
Gerak sejarah adalah suatu alur yang menggambarkan bagaimana jalannya proses
sejarah, yakni berupa suatu pola kejadian dalam berbagai peristiwa kehidupan manusia.
Sudah sejak lama bahwa sejarah dianalogikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari
mengenai masa lalu. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah, namun juga sebenarnya sejarah
tidaklah sepenuhnya seperti itu.Sejarah menjadi sangat menarik karena di dalamnya terdapat
banyak hal yang justru tidak dimiliki oleh kehidupan bangsa pada saat ini. Sejarah bukan
hanya membicarakan masa lalu, akan tetapi sejarah memiliki sebuah esensi dimana sejarah
mampu memberikan fakta dan pemahaman kepada generasi saat ini untuk melihat apa yang
telah dibuat oleh generasi pendahulunya.
Teori- teori sejarah beranggapan bahwa sejarah itu merupakan suatu gerak yang
tumbuh

dan berkembang

secara

evolusi,

yaitu perbahan

secara

alami.

Karena

menggambarkan peristiwa masa lampau secara berurutan. Urutan atas seccession merupakan
pokok teori untuk menggambarkan gerak sejarah. Prof. Berling dalam “filsafat dewasa ini”
mengatakan bahwa sejarah ialah cerita dari kemajuan yang menjadi masalah sekarang ialah
faktor- faktor yang menentukan gerak evolusi. Masalah menimbulakan beberapa teori.
a) Gerak sejarah

bagi

masyarakat yang bersahaja ditentukan oleh kebudayaan

animisme dan dinamisme.
b) Dalam kebudayaan politheisme, gerak sejarah ditentukan oleh dewa- dewa

12

c) Dalam kebudayaan monotheisme, gerak sejarahnya ditentukan oleh tuhan
d) Gerak sejarah yang ditentukan oleh hukum alam yang teori ini berkembang
menjadi filsafat determinisme
e) Gerak sejarah yang ditentukan oleh manusia itu sendiri
f) Gerak sejarah yang ditentukan oleh materi
Moh. Ali dalam “Pengantar ilmu sejarah indonesia” menggambarkan gerak sejarah
sebagai berikut :

Manusia

Jiwa besar
Khalayak

Gerak sejarah
disebabkan
oleh

Kekuatan
dari luar

Tuhan
Dewa
Kekuatan
masyarakat
Nasib

Untuk memudahkan masalah pokok gerak sejarah ialah bahwa masalah itu harus
dipandang sebagai masalah kusus mengenai manusia. Sejarah adalah sejarah manusia, peran
sejarah hanya manusia, penyusunan sejarah adalah manusia, dan peminat sejarah pun adalah
manusia juga.
a. Manusia bebas menentukan nasib sendiri
b. Manusia tidak bebas menentukan nasibnya, nasib manusia ditentukan oleh kekuatan
diluaar pribadinya
Paham bahwa manusia itu otonom dalam filsafat disebut determinisme. Secara ringkas
dalam garis besar konsepsi gerak sejarah ini dapat diterangkan sebagai berikut :
a. Pandangan sosial yang individulaistis cenderung pada anggapan bahwa kerja
individulah yang menggerakkan perkembangan umat manusia.
b. Gerak sejarah merupakan kesadaran umat manusia
c. Pengaruh alam terhadap kehidupan manusia
d. Teori evolusionisme
13

e. Pengaruh historis materialisme

BAB III
PENUTUP

Dalam ilmu sosial hukum sebab-akibat tidak dapat ditegakkan secara penuh, terlebih
lagi dalam ilmu sejarah yang ilmuwannya tidak dapat mengamati secara langsung peristiwa
14

yang sudah lampau. Betapapun seringnya sejarawa mengamati, meneliti, dan merekonstruksi
fakta-fakta, kiranya akan sulit untuk dapat merumuskan sebab-sebab umum. Hal ini
dikarenakan sejarawan terkendala dengan subjektifnya, harus menurunkan fakta-fakta dari
dokumen yang dinilai eviden. Kemudian dengan imajinasinya sejauh mungkin dalam sejarah
sejarawan merekonstruksi fakta menjadi sejarah.
Masalah pengaruh ini dalam ilmu sejarah dapat diartikan sebagai efek yang tegas dan
membentuk pikiran dan prilaku manusia baik perorangan maupun secara kelompok. Dalam
suatu peristiwa, pengaruh dapat berarti dorongan atau bujukan dan bersifat abstrak karena
tidak ada suatus standar untuk mengukurnya sehingga dapat diterima secara umum, dan
kadang- kadang akan mudah menghasilkan

kekeliruan atau setidaknya terdapat

ketidaksepakatan antara sejarawan.
Teori- teori sejarah beranggapan bahwa sejarah itu merupakan suatu gerak yang
tumbuh

dan berkembang

secara

evolusi,

yaitu perbahan

secara

alami.

Karena

menggambarkan peristiwa masa lampau secara berurutan.
Oleh karena subjektifitas yang melekat pada sejarawan, mengakibatkan sebab-sebab itu
menjadi

beranekarangam

dan

subjektif

pula

sifatnya,

sehingga

sulit

untuk

mengeneralisasikanya. Dalam mengatasi permasalahan ini sejarawan harus dapat memilih
dengan tepat dan mampu memberikan argumentasi yang meyakinkan. Dalam hal ini
sejarawan harus memilih sebab mana yang akan dijadikan titik berat dalam penelitiannya.
Oleh karena itu hal ini harus sudah ditentukan pada waktu memilih dan menilai fakta sejarah,
sehingga dalam eksplanasinya semuanya sudah tersedia. Dengan demikian akan dihasilkan
laporan penelitian / penulisan sejarah yang ilmiah.

15