1639 KONSTRUKSI BAJA GUDANG disertai con (1)

===

KONSTRUKSI BAJA GUDANG

1. PENUTUP ATAP

Penutup Atap

=Kemiringan Atap

Sebagai penutup atap dapat digunakan :

a. Genteng dengan reng dan usuk

b. Sirap dengan reng dan usuk

c. Seng gelombang

d. Akses gelombang

e. Aluminium gelombang

f. Dll.

-Genteng/

-Sirap

Reng

Usuk tiap jarak ± 50 cm

Gording profil baja atau kayu

rlap

Ove

Seng Gelombang

-Asbes Gelombang -Aluminium Gelombang

Gording

Overlap / tumpang tindih harus cukup supaya air hujan tidak tampias / bocor

a. GENTENG 

Kemiringan atap : 30° ≤ α ≤ 60° 

α ≥ 60° : dipakai genteng khusus, dipaku pada reng 

α ≤ 30° : dipakai genteng dengan presisi tinggi, dan diberi lapisan aluminium foil di bawah reng.

 Usuk dan reng harus mampu memikul beban hidup merata q dan terpusat p  Usuk dan reng harus mampu memikul beban hidup merata q dan terpusat p

Dilengkapi dengan usuk dan reng yang harus mampu memikul beban hidup merata q terpusat p

 Dapat dipakai pada sudut α besar 

Bila α < 30° : tumpukan sirap diperbanyak dan diberi lapisan aluminium foil

b.d, e : Seng Gelombang, Asbes Gelombang dan Aluminium Gelombang 

Dipakai pada bangunan industri 

kemiringan atap lebih bebas ; 5° ≤ α ≤ 90° semakin kecil α, overlap semakin besar

overlap : - pada arah mengalir air

- pada // arah mengalir air

perkiraan panjang overlap : Sudut

arah memanjang

arah melintang

10-20°

20 cm

2,5 gelombang

20-40°

15 cm

1,5-2,5 gelombang

10 cm

1,5 gelombang

Untuk mengkaitkan seng dengan gording dipasang hook/kait yang dikait pada gording :

Salah! Pada puncak

Bisa Bocor!

Penempatan kait

Kait

a bisa a, b atau c

Detail Hubungan Gording dengan kuda-kuda :  Angin yang kuat dapat mengangkat atap, maka gording perlu diikat kuat pada kuda- kuda

Gording atau

baut

Contoh:

Pelat pengisi

Potongan atau

Gording atau

Gording atau baut

Baut

Siku

siku

Baut

dilas

Kepala diatas mur

dibawah,agar baut tidak

jatuh bila mur kendor/lepas

baut pengikat

Nok

2. PERHITUNGAN GORDING

Beban-beban yang dipikul oleh gording adalah :

a. beban mati

b. beban hidup

c. beban angin / beban sementara

Sedangkan untuk gording dapat dipakai :

Gording rangka

untuk bentang >

1. Beban mati (D) :

- berat sendiri penutup atap - berat sendiri gording - alat-alat pengikat

2. Beban hidup (L) : sesuai peraturan pembebanan

a. Terbagi rata : q = (40

– 0,8 α) ≤ 20 kg/m 2

Beban terbagi rata per m 2 bidang datar berasal dari beban air hujan, dimana  adalah sudut kemiringan atap dalam derajat. Beban tersebut tidak perlu ditinjau

bila kemiringan atapnya lebih dari 50 0 .

b. Terpusat

= 100 kg (beban orang saat pelaksanaan/perawatan)

3. Beban angin (W) : lihat Peraturan Pembebanan → besarnya tergantung dari daerah (wilayah) dan sudut α

Beban rencana yang bekerja adalah beban terbesar dari : U = 1,4 D U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) U = 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (  L . L atau 0,8 W) U = 1,2 D + 1,3 W +  L . L + 0,5 (La atau H)

Keterangan :  L = 0,5 bila L < 5 kPa :  L = 1 bila L ≥ 5k Pa

D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen L

adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dll.

La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak

H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air

W adalah beban angin

Contoh :

Kuda - kuda

y Kuda - kuda

Catatan : bila L tidak terlalu besar, cukup

Nok

dipasang 1 penggantung gording

q cos

Terhadap sb x –x profil :

Kuda 2

1  Beban mati : M 2 XD = 8 (q cos α) L L

Kuda 2

 Beban hidup q : M XL = 8 (q cos

α) L 2

P cos

2 P:M XL = 1 4 (P cos α) L

q sin

Terhadap sb y – y profil : YD L = 1 - Beban mati : M 2

8 (q sin α) ( 3 )

P sin

1 L - Beban hidup q : M 2 YL = 8 (q sin α) ( 3 ) P:M = 1 L YL 2 4 (P sin α) ( 3 )

- Momen-momen akibat beban hidup merata q, dan terpusat P diambil yang berpengaruh terbesar. (akibat q atau akibat P)

 Beban angin : lihat Peraturan Pembebanan

Wx kg/m'

Wx

Wx= C x b x tekanan angin kg/m2 b

W 2 x = c . b . tekanan angin kg/m W y =0 Dimana : c adalah koefisien angin Momen yang diakibatkan oleh beban angin adalah :

1 2  M xw  W x L 

8  M yw  0 

Beban angin yang harus diperhitungkan pada kombinasi pembebanan adalah beban angin tekan. Sedangkan beban angin hisap digunakan untuk perhitungan kekuatan kait. Mu yang bekerja :

M ux = 1,4 M xD = 1,2 M xD + 1,6 M xL + 0,5 (M xLa atau M xH )

= 1,2 M xD + 1,6 (M xLa atau M xH )+(  L .M xL atau 0,8 M xw ) = 1,2 M xD + 1,6 M xL +  L .M xL + 0,5 (M xLa atau M xH )

M uy = sama seperti M ux

1) Kontrol Kekuatan Gording M ux

M uy 

 M nx  M ny

 = 0,9 M nx = Momen nominal profil terhadap sb x - x M ny = Momen nominal profil terhadap sb y - y

M ny = diambil momen nominal sayap atas profil  Penyederhanaan penyelesaian (Structural Steel Design Galambos hal 196)

a.

Px

bf

Py

tf

Py

dipikul oleh dipikul hanya profil penuh sayap atas

Zy = ¼ t 2

f .b f  Zy profil

b.

P.e H= d

2) Kontrol Lendutan

2 2  fx  fy    f   gording

Lendutan terjadi f =

Rumus lendutan : f =

384 E . I

F=

48 E . I

5 q.L

fg= 384

E.I x

fy x

fx

1 P.L

fg=

48 E.I

Contoh : Perhitungan Gording

Kuda - kuda

seng gelombang

6 cm

L=6,6 m L 165 =175,

3 =2,2 m cos 20 =20 °

165 cm

Kuda - kuda

Nok

Berat atap seng efektif = 8 kg/m 2 , mutu baja Bj 37

Dicoba profil WF 125 x 60 x 6 x 8 : 2 A = 16,48 cm

q = 13,2 kg/m 1 Zx = 74 cm 3

3 Zy = 15 cm

4 Ix = 412 cm Iy = 29,2 cm 4

a) Kontrol Kekuatan Profil - Beban mati (D) Berat seng = 1,756 x 8

14,05 kg/m 1

Beban profil

13,2 kg/m 1 +

1 27,25 kg/m Alat pengikat dan lain-lain ± 10% 1 = 2,72 kg/m +

29,97 kg/m 1  30 kg/m 1

M xD = (q cos ) L = (30 cos 20°) 6,6 = 153,5 kg-m

1 2 L  1

M = (q sin

)   = (30 sin 20°) (2,2) = 6,21 kg-m

yD

- Beban hidup (L)

a) Beban hidup terbagi rata : q = (40

2 – 0,8 ) = 24 kg/m 2 ≤ 20 kg/m

Menurut peraturan pembebanan, dipakai 20 kg/m 2 q = 1,65 x 20 = 33 kg/m 1

M xL = (q cos ) L = (33 cos 20°) 6,6 = 168,85 kg-m

1 2 L  1

yL = (q sin )   =

(33 sin 20°) (2,2) = 6,83 kg-m (33 sin 20°) (2,2) = 6,83 kg-m

M xL =

(p cos ) L =

(100 cos 20°) 6,6 = 155,1 kg-m

M yL =

(p sin )   =

(100 cos 20°) 2,2 = 18,81 kg-m

- Beban angin (W) Tekanan angin W = 30 kg/m 2

Koefisien angin c = 0,02 . 20 – 0,4

c=0

Angin tekan

= cxW = 0 x 30 = 0

Angin hisap

= 0,4 x 30 = 12 kg/m 2

Bila dibandingkan dengan beban (bb. Mati + bb. hidup) = 30 + 20 = 50 kg/m’, angin hisap ini tidak bisa melawan beban (D + L), maka angin hisap ini tidak menentukan  tidak perlu diperhitungkan.

 Besarnya momen berfaktor Mu

M u = 1,2 M D + 1,6 (M La atau M H )+(  L .M L atau 0,8 M W )

 Untuk beban mati, beban hidup terbagi rata, dan beban angin M ux = 1,2 x 153,2 + 1,6 x 168,85 + 0 = 454,0 kg-m M uy = 1,2 x 6,21 + 1,6 x 6,83 + 0 = 18,38 kg-m

 Untuk beban mati, beban hidup terpusat, dan beban angin M ux = 1,2 x 153,2 + 1,6 x 155,1 + 0 = 432,0 kg-m M uy = 1,2 x 6,21 + 1,6 x 18,81 + 0 = 37,55 kg-m

- Kontrol tekuk lokal Penampang profil (tabel 7.5-1 SNI)

bf 6 

2 tf 2 x 0 , 8 bf 

2 tf

fy

   Penampang kompak

tw 0 , 6 h 

tw

Maka M nx =M px

- Kontrol lateral buckling :

Misal L b = 68 cm  jarak penahan lateral (jarak kait atap ke gording) Atau (lihat brosur seng) = jarak 2 pengikat seng

misal =

68 cm

E Lp = 1,76 r y

fy

2 , 0 10 x 6

= 1,76 x 1,32

= 68,72 cm

2400 Ternyata L b

 Momen Nominal Dari kontrol tekuk lokal dan tekuk lateral didapatkan : M nx =M px =Z x .f y = 74,0 x 2.400 = 177.600,0 kg-cm = 1.776,0 kg-m

1 2 M ny = Zy (1 feans) x fy = ( t f .b f )xf y

=( x 0,8 x 6 ) x 2.400 = 17.280 kg-cm

4 = 172,8 kg-m

 Persamaan Interaksi:

M ux

M uy

Pers. Interaksi :

 b . M nx  b . M ny

 b = Faktor reduksi, untuk lentur = 0,90 M nx = Kekuatan nominal lentur terhadap sb x - x

M ny = Kekuatan nominal lentur terhadap sb y –y Untuk beban mati dan beban hidup hidup merata :

(OK)

Untuk beban mati dan beban hidup hidup terpusat :

(OK)

Dari kedua persamaan interaksi tersebut terlihat bahwa pemilihan profil masih belum efisien karena masih terlalu jauh dari nilai 1.

a) Kontrol Lendutan : Lendutan ijin = L/180 (untuk gording) Dicari fx = lendutan thd. Sb x-x profil

fy = lendutan thd. Sb. y-y profil

2 ( 2 f  fx  fy ) ≤ f

5 4 ( q cos  ) L

Dimana :

 Lendutan akibat bb. Merata

EI x

1 3 ( P cos  ) L

 Lendutan akibat bb. Terpusat

48 EI x

( sin   L )  q  

f  y  1   Lendutan akibat bb. Merata

EI y

 3 L  ( q sin  )  

 Lendutan akibat bb. Terpusat

48 EI y

= 1,78 cm

= 0,68 cm

= 0,11 cm

= 0,13 cm

= 2,47 cm

f ijin = L/180 = 660/180 = 3,67 cm bf=6 cm

f tot = 2,47 cm < f ijin = 3,67 cm

(ok)

tf=0,8

h d=12,5 cm

tw= 0,6

3. PELAT SIMPUL

Untuk mempersatukan dan menyambung batang-batang yang bertemu di titik simpul, diperlukan pelat simpul. Sebagai pelat penyambung, pelat simpul harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Cukup lebar, sehingga paku keling/baut dapat dipasang menurut peraturan yang ditentukan.

2. Tidak terjadi kerja takikan, seperti dijumpai pada pelat simpul yang mempunyai sudut ke dalam. Pelat akan gampang sobek.

Contoh :

Pelat simpul

Tarikan sebaiknya

3. Cukup kuat menerima beban dari batang-batang yang diteruskan pelat simpul, maka simpul perlu diperiksa kekuatannya, dengan cara mengadakan beberapa potongan untuk diperiksa kekuatannya pada potongan tersebut.

Namun sebelum dilanjutkan mengenai pemeriksaan pelat simpul, sekilas di ulang kembali dulu tentang perhitungan banyaknya baut/paku keling yang diperlukan.

- Banyaknya baut yang diperlukan

a. Batang pinggir menerus

Contoh : a) Batang pinggir menerus

Vn

Dn

Batang Pinggir

n1

Pelat simpul

n2

tebal t1

Batang menerus

e = letak garis berat profil = garis kerja gaya w = letak lubang baut

e dan w = dapat dilihat pada tabel profil

- Kekuatan baut tipe tumpu : Kuat geser rencana tumpu baut : b R

n =Ø f .r 1 .f u .A b

Dimana : Ø f = 0,75

adalah faktor reduksi kekuatan untuk fraktur

r 1 = 0,5

untuk baut tanpa ulir pada bidang geser

r 1 = 0,4

untuk baut dengan ulir pada bidang geser

adalah tegangan tarik putus baut

A b adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir

Kuat geser rencana tumpu pelat : R n =Ø f . 2,4 . d b .t p .f u

Dimana : Ø f = 0,75

adalah faktor reduksi kekuatan untuk fraktur

f u adalah tegangan tarik putus yang terendah dari baut atau pelat

d b adalah diameter baut nominal pada daerah tak berulir t p adalah tebal pelat (harga terkecil dari t 1 atau 2t 2 ) R n = harga terkecil dari kuat geser tumpu baut atau tumpu pelat

- Banyaknya baut :

(batang menerus)

n min = 2

b) Batang pinggir terputus Untuk batang terputus, maka dihitung masing-masing

Vn

Dn

2 n ≥ n1

 R Pelat simpul

n2

tebal t1

Hn1

Hn2

n 4 2 ≥ n3

n4

 R n Batang terputus/tidak menerus n min = 2, jarak baut sesuai SKSNI (tata cara)

- Cara menggambar pelat simpul Setelah jumlah baut atau paku keling dihitung :

1) Digambar garis-garis sistem (= garis berat penampang profil) bertemu pada satu titik

2) Gambarlah batang-batang utuhnya (sisi batang sejarak e dari garis sistem)

3) Tempatkan baut-batu / paku keling sesuai peraturan (letak baut/paku keling = w dari sisi batang)

4) Tarik garis batas akhir baut/paku keling pada setiap batang (misal = 2d)  lihat tabel 13.4 –1

5) Tarik garis-garis batas tepi pelat ------ lihat contoh

w 2d e

Pelat simpul

2d

e jarak jarak jarak

3 = 0,3d=15 tp

d=diameter baut

atau 200 mm

tp=elemen tertipis

- Pemeriksaan Kekuatan Pelat Simpul

Disini diambil contoh pada pelat penyambung batang pinggir :

a. Batang pinggirnya menerus

b. Batang pinggirnya terputus

a) Batang pinggir tepi menerus

Contoh : Du1

Vu

Du2

S2

Pelat simpul tebal t

S1

Hu1 Hu2

a Batang menerus

Diketahui H u1 >H u2 Untuk salah satu potongan, misal potongan (a) – (a) Maka pada potongan (a) – (a) bekerja gaya ;

Du1

a S2 Du1 sin

g.n.pelat

S1 Du1 cos

lobang

2 (Hu1-Hu2)

Selisih gaya H u1 dan H u2 di terima oleh 5 baut, maka pada potongan (a) – (a) menerima

2 gaya sebesar

(H u1 –H u2 ) (diterima 2 baut dari 5 baut)

5 Gaya yang bekerja :

Gaya normal (tarik) N ut =

(H u1 –H u2 )+D u1 cos 

Gaya lintang / geser Vu = Du1 sin 

Momen

Mu =

(H u1 –H u2 )S 1 +D u1 .S 2

Kontrol kekuatan pelat :

  N ut   M n   2  V u  2

≤1   t N

   nt    b M 

 n      v . V n 

Dimana :  t .N nt = harga terkecil dari 0,9 . f y .A g (leleh) dan 0,75 . f u .A n (fraktur)  b .M n = 0,9 . Z . f y  v .V n = 0,75 (0,6 A n xf u )

Ag = t.h

A n = t . h - A lubang

f y = tegangan leleh / yield pelat

f u = tegangan patah pelat

 2 t.h – A lubang x jarak

b) Batang pinggir tepi terputus Contoh

Du1

Vu

Du2

S2

Pelat simpul tebal t

S1

Hu1 Hu2

Hu2 a Pelat penyambung dianggap meneruskan

2 Hu2 (siku sama kaki)

Diketahui Hu1 > Hu2

Diketahui H u1 >H u2 Batang H u1 dan H u2 terputus, namun pada bagian tepi bawah dihubungkan dengan pelat penyambung. Pelat penyambung dianggap memindahkan gaya

H u 2 (diketahui H u2 <H u1 )

2 Maka pada potongan (a) – (a) bekerja gaya :

Du1

S2

Du1 sin 1

g.n.pelat

S1

Du1 cos h 1 lobang

(Hu1-Hu2) 2

H u - Baut pada batang H

u1 2 di pelat simpul menerima gaya (H u1 - )

2 Gaya yang bekerja :

Gaya normal (tarik) N

ut u = (H u1 - 2 )+D u1 cos 

2 Gaya lintang / geser V u =D u1 sin  1

Momen

- u u 2 = (H u1 )xS 1 +D u1 xS 2

- Kontrol kekuatan pelat :

  N ut   M u   2  V u  2

    t . N  

nt    b . M n      v . V n  

Dimana :  t .N nt dan seterusnya, sama seperti pada contoh a

- Pembentukan Pelat Simpul Didalam pembentukan pelat simpul perlu diperhatikan syarat-syarat :  Cukup tempat untuk penempatan baut/paku keeling  Tidak terjadi takikan  Cukup kuat  Tidak terlalu banyak pekerjaan  Tidak terlalu banyak sisa pelat akibat bentuk dari pelat simpul

 Contoh:

6 x potongan pelat

lebih baik / praktis

4 x potongan pelat

lebih baik / praktis

lebih baik / praktis

dll.

4. BENTUK-BENTUK KONSTRUKSI RANGKA GUDANG

Banyak bentuk-bentuk konstruksi untuk gudang yang bisa digunakan. Hal-hal yang mempengaruhi antara lain : - Pemakaian gudang tersebut - Keadaan suasana gudang akan dibangun :

 Keadaan tanah  Besar dan kecilnya beban angin

Bentuk yang dipilih tentunya akan menentukan cara penyelesaian struktur dan biayanya.

a. Konstruksi kap rangka sendi – rol

B rol sendi

sendi

Konstruksi kuda-kuda dengan tumpuan A sendi, B rol merupakan konstruksi statis tertentu, maka penyelesaian statikanya dengan statis tertentu. Namun sering didalam praktek dibuat A sendi, B sendi, dengan demikian konstruksi menjadi statis tak tentu. Tetapi sering diselesaikan dengan cara pendekatan dengan menganggap perletakan A =

B didalam menerima beban H.

H R AH =R BH =

H/2

H/2=R BH

Untuk mencari gaya-gaya batangannya dapat digunakan cara :  Cremona  Keseimbangan titik  Ritter  Dan lain-lain

Kemudian untuk mendukung kuda-kuda diperlukan kolom. Apabila dipakai kolom dengan perletakan bawah sendi, maka struktur menjadi tidak stabil bila ada beban H (angin/gempa).

sendi

sendi

Karena itu untuk mendukung kuda-kuda ini, harus dipakai kolom dengan perletakan bawah jepit.

Bila gaya H bekerja maka struktur/konstruksi ini akan stabil/kokoh. Pada perletakan

bawah kolom terjadi gaya V, H dan M. Besarnya M = . h adalah cukup besar. Maka

bila struktur ini yang dipilih pada tanah yang jelek, pondasinya akan mahal. Dicari penyelesaian suatu bentuk struktur agar pondasi tidak terlalu mahal.

b. Kuda-kuda dihubungkan dengan pengaku pada kolom

1. Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom jepitan. Struktur dengan sistem ini cukup kaku dan memberikan momen M lebih kecil dari pada struktur sebelumnya.

S H/2

S 1 S 2 1 = titik balik 2

H/2

H/2

H/2

M jepit

M jepit

Struktur semacam ini adalah statis tak tentu, maka statistikanya diselesaikan dengan cara statis tak tentu. Namun sering didalam prkateknya diselesaikan dengan cara pendekatan/sederhana yaitu : - Bila beban vertikal (gravitasi) yang bekerja, struktur dianggap statis tertentu,

yang bekerja pada kolom gaya V saja. Selanjutnya gaya-gaya batang KRB dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan Titik, Ritter, dan sebagainya.

- Bila beban H bekerja, dianggap terjadi titik balik (= inflection point) terjadi

ditengah-tengah yaitu S 1 dan S 2 .

M pada titik balik = 0 (seperti sendi)

Gaya geser pada S 1 dan S 2 adalah =

M pada kolom bawah =

H/2

2 Titik balik

ay

V dapat dicari dengan M S2 =0

jepit

dari seluruh struktur S 1 CEFDS 2

V dapat dicari dengan  MS 2 = 0, dari seluruh struktur S 1 CEFDS 2 .

Dengan meninjau kolom S 1 . CE :

1. M E =0

x (h 1 + a) – (a) cos α 2 xh 1 =0  (a) didapat

2. K V =0

-V + (a) sin α 2 – (c) sin α 2 =0  (c) didapat

3.  MS 1 =0

x (h 1 + a) – (b) x (h 1 + a) – (c) cos α 1 (h 1 + a)

+ (a) cos α 2 xa=0  (b) didapat

Setelah didapatkan gaya, (a), (b), dan (c), maka gaya batang yang lain dari kuda- kuda dapat dicari dengan Cremona, Kesetimbangan titik, Ritter, dan sebagainya.

2. Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom sendi.

sendi

ALTERNATIF

Struktur ini sama seperti pada perletakan bawah kolom jepit. Gaya batang (a), (b) dan (c) dapat dihitung seperti sebelumnya, hanya mengganti jarak a dengan h. Keuntungan kolom dengan perletakan sendi ini adalah : - Momen pada perletakan bawah/sendi = 0 - Momen pada pondasi menjadi kecil, pondasinya menjadi murah - Namun momen pada kolomnya menjadi besar  2 kali dari pada kolom perletakan

jepit (h = 2a)

c. Konstruksi 3 Sendi

Konstruksi ini adalah statis tertentu. Dicari reaksi diperletakan dengan persamaan :

RAH

A sendi

RBH

sendi

dan M S  0  

RAV

RBV

Didapat reaksi perletakan R AH ,R AV ,R BH

Dan R BV . Kemudian gaya-gaya batangnya dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan Titik, Ritter, dan sebagainya.

dengan cara cross, clapeyron, slope deflection, tabel, dan sebagainya.

Sambungan

Gaya yang bekerja pada batang-

kaku

batangnya N, D dan M.

A sendi

B sendi

Batang menerima N u dan M u 

jepit

jepit

perhitungan sebagai beam column.

STABILITAS STRUKTUR / KONSTRUKSI

Yang telah dibicarakan adalah konstruksi/struktur yang seolah-olah pada suatu bidang. Konstruksi dalam bidang ini memang stabil, karena sudah diperhitungkan terhadap gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut. Dalam kenyataannya konstruksi adalah berbentuk ruang, sehingga secara keseluruhan konstruksi belum stabil, maka perlu diatur lagi dalam arah yang lain.

Gording Contoh

Kud a-kuda

Kud a-kuda

Kuda-kuda

Kolom

Kolom

Kolom

Ikatan Angin

 Pada bidang kuda-kuda, konstruksi ini stabil, sebab sudah diperhitungkan terhadap beban yang bekerja yaitu P dan H (angin / gempa)

 Pada bidang yang  bidang kuda-kuda, bila ada beban H bekerja dalam arah ini, konstruksi akan roboh/terguling, jadi masih labil. Maka perlu distabilkan dalam arah ini.

Konstruksi untuk memberikan stabilitas dalam arah ini dinamakan :  Ikatan angin  Ikatan pemasangan (montage)

Yang dipasang pada bidang atap dan pada bidang dinding.

5. BANGUNAN GUDANG DENGAN IKATAN ANGIN DAN IKATAN MONTAGE (PEMASANGAN)

Untuk menjaga kestabilan struktur rangka kuda-kuda akibat tiupan angin/gempa diberikan ikatan angin dalam arah memanjang gudang. Ikatan angin bersama-sama dengan gording dan rangka kuda-kuda membentuk suatu rangka batang. Karena ikatan angin ini diperlukan untuk menjamin stabilitas dalam arah memanjang gudang, biasanya ditempatkan pada daerah ujung-ujung gudang saja. Sedangkan bila gudangnya cukup panjang, maka diantaranya ditempatkan lagi ikatan-ikatan pemasangan/Montage.

Contoh :

a-kuda

a-kuda

angin

Kud

Kud

dk

dk dk dk penggantung

Ikatan

Ikatan angin

=±(3-9)m

Ikatan

gording Ø

montage

angin

Rencana / Denah Atap

- Seringnya dipasang ikatan angin memanjang, untuk memperkaku bidang atap arah melintang.   Penggantung gording dipasang pada semua gording  Ikatan angin pada dinding /kolom untuk meneruskan beban angin ke pondasi

 Biasanya untuk ikatan angin digunakan batang lemas. Batang ini hanya dapat menahan gaya tarik, tidak dapat menahan gaya tekan.

H 1 H 2 Bila ada H 1 , yang bekerja batang (1) tarik Bila ada H 2 , yang bekerja batang (2) tarik

Bentuk Dari Ikatan Angin Dan Ikatan Montage (Pemasangan)

1. Pada Gudang Tertutup

2. Pada Gudang Terbuka

1. Ikatan angin pada gudang tertutup Contoh

Ikatan angin pada atap

Kuda-kuda

Regel/Gewel

Pintu

Pintu

M.Tanah

Ikatan angin pada penggantung gording

dinding/kolom

pada dinding

gording 2

Kud a-kuda

Kolom/regel vertikal

Regel horizontal

Ikatan angin

Gavel / Portal Akhir / End Frame -

Letak regel vertikal sesuai dengan titik-titik rangka ikatan angin pada atap -

Regel horizontal dipasang sesuai dengan panjang seng untuk dinding

Catatan (anggapan konservatif) : -

Bila dinding dipakai dingin bata ½ bata, dianggap tidak tahan angin, perlu dipasang ikatan angin pada dinding,

- Bila dinding dipakai dinding bata 1 bata atau lebih dianggap dinding tahan angin, tidak diperlukan ikatan angin pada dinding.

2. Ikatan Angin pada Gudang Terbuka (tanpa dinding) Kuda-kuda

M.Tanah

Pengaku/bracing/ikatan memanjang

Kolom-kolom

- Bentuk lain ikatan memanjang

Ikatan gigi anjing

Kolom

gording 2

Ikatan angin pada atap

Kud

a-k uda

Kud

a-k uda

Ikatan memanjang

Kuda-kuda

Kolom

- Termasuk tepi/akhir dipasang kuda-kuda - Pengaku/bracing/ikatan memanjang pada kolom biasanya dipasang sepanjang

bangunan. - Untuk kuda-kuda dengan bentang yang besar > ± 40 m, pengaku/bracing/ikatan memanjang dipasang juga pada rangka kuda-kuda.

BEBAN YANG BEKERJA AKIBAT TIUPAN ANGIN

Pada Gudang Tertutup

Kuda -kud

R3 a

m'

q=...kg/ h3

R3

=±(3-4)m N

 Pada regel vertikal / kolom(3) q = (c . w . a) , dimana a adalah jarak regel-regel vertikal

R 3 =½q.h 3

1 2 M= q.h 3

8 N = berat atap + dinding + kolom Maka pada regel/kolom (3) bekerja beban- beban Mu, Nu → perhitungan sebagai beam – column. Analog untuk regel (1), (2), dan (4).

 Beban yang bekerja pada ikatan angin pada atap adalah :

Batang Atas Kuda-kuda

R=(R 1 +R 2 +R 3 +R 4 )

Gording dk

Ikatan angin

R 1 ,R 2 ,R 3 ,R 4 = gaya yang didapat dari reaksi pada regel (1), (2), (3) dan (4). Akibat dari beban angin ini, maka dapat dicari yang bekerja pada rangka batang ikatan angin. - Batang atas kuda-kuda mendapat beban tambahan - Gording mendapat beban tambahan Maka batang atas dari kuda-kuda dan gording harus diperhitungkan akibat beban tambahan ini.

 Gording pada rangka batang ikatan

sebagai gording

yx

qx,qy

Jarak kuda-kuda

sebagai ikatan angin

Sebagai gording terjadi Mu Sebagai rangka ikatan angin terjadi Nu → perhitungan gording sebagai beam – column. Dengan jarak L bracing, dapat diambil jarak-jarak dari baut pengikat seng gelombang.

Seng Gelombang

 Ikatan angin pada dinding

c=

Angin

Angin

Gewel

Koefisien angin C :  Pada gevel c = 0,9  Pada dinding // c = - 0,4 * Angin bertiup pada dinding gevel (garis tidak terputus-putus) * Angin bertiup pada dinding samping (garis putus-putus)

Didalam memperhitungkan beban ikatan angin pada dinding, kedua arah angin ini harus ditinjau.

 Gaya yang bekerja pada Ikatan Angin Dinding Contoh

Kolom

Ikatan angin

L pada dinding

R R = (R1 + R2 + R3 + 4 )

Kolom

Kolom

V=

Diterima oleh kolom.

Dari beban beban ini, maka dapat dihitung gaya-gaya pada rangka batang ikatan angin dinding. - Regel horisontal (2) menerima beban :

1 2 L 

 Beban mati q y →M y =

 Beban angin c = 0,9; 0,4 dan 0,4; 0,9

1 Beban angin qx → M 2

x = q x .L

Beban normal N → angin dari regel (=R)  Regel horisontal (2) menerima M ux , M uy dan N → perhitungan sebagai beam column.

- Regel horisontal (1) <bidang tengah> menerima beban :

1 2 L 

 Beban mati q y →M y =

 1 Beban angin c = 0,9 → qx → M

x .L

 Regel (1) menerima M ux ,M uy → perhitungan sebagai balok.

 Beban angin pada Ikatan Angin Gevel Contoh

Kolom Kuda2 Angin

Luas bidang yang diperhitungkan ditiup angin

Diterima oleh ikatan angin gewel

Ikatan angin gewel

 Pada Gudang Terbuka

Angin 1

Kud

a-kuda

Kuda-kuda

Kolom

Kolom

Angin 2

- Angin bertiup pada bidang atap (= angin 1) ditahan oleh kuda-kuda dan kolom - Angin bertiup pada // bidang atap atau  bidang kuda- kuda (= angin 2) →

menabrak kuda-kuda, ditahan oleh ikatan angin :  Ikatan angin pada atap  Ikatan/bracing/pengaku memanjang pada kolom.

Merupakan

statis tak tentu penyelesaian statikanya  kuda-kuda dengan kolom.

struktur

KOLOM

Beban pada akhirnya, harus sampai ke pondasi.

PONDASI

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Pertimbangan Batang * Pada Konstruksi rangka batang kuda-kuda  Pada batang tarik → diperhitungkan Anetto  Pada batang tekan → diperhitungkan panjang tekuk Lk

Lk y

Ikatan angin x

Lk x

L kx : Panjang tekuk arah vertikal L ky : Panjang tekuk arah horizontal

* Konstruksi console / Cantilever

Kud

gording

a-ku

da

Ikatan khusus

Batang tekan di bawah, tidak ada gording dan ikatan angin

L kx : Panjang tekuk arah vertikal =  L ky : Panjang tekuk arah horizontal = 4 Jika diberi ikatan khusus seperti tergambar maka L ky → 2

Pre - Eliminary Design

1 Perencanaan Atap

Perencanaan Atap

Merencanakan Pola Beban

Data Perencanaan

Perencanaan Dimensi Gording

Perencaan Penggantung Gording Perencanaan Gording Ujung

Perencanaan Ikatan Angin

1.1 Merencanakan Pola Beban

Pola Beban Diambil dari peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1983

Merencanak an Pola Beban

Beban Mati

Beban Hidup

Beban Angin

Beban Beban Penutup

Beban Angin Beban Profil

Tekanan Angin

Atap

Pengikat dll

Terbagi Rata

Terpusat

Hisap

1.1.1 Merencanakan Beban Mati ( Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung )

a. Atap Berat asbes

10.3 kg/m 2

Berat Profil

Menyesuaikan Perencanaan

Berat Pengikat dll

10 % dari Berat Total

1.1.2 Merencanakan Beban Hidup ( Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung )

a. Beban Hidup Terbagi Rata ( Atap ) : α =

25 0 q = (40 - 0.8 α )=

20 kg/m 2 ≤

20 kg/m 2

ambil q =

20 kg/m 2 20 kg/m 2

100 kg

1.1.3 Merencanakan Beban Angin ( Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung )

a. Beban Tekanan Angin Bangunan Jauh dari Pantai -> asumsi Tekanan Angin :

30 kg/m 2

Koefisien Angin (C) tekan = (0.02 α - 0.4)

Angin Tekan = C x W

3 kg/m 2

Angin Hisap = 0.4 x W

12 kg/m 2

1.2 Data - Data perencanaan

Data Atap Jenis

: Asbes Gelombang

10.3 kg/m2

Lebar Gelombang

110 mm

Kedalaman Gelombang

57 mm

Jarak Miring Gording

110 cm

Jarak Kuda-Kuda (L)

400 cm

Sudut Kemiringan Atap

0.44 rad

1.3 Perencanaan Dimensi Gording

1.3.1 Perencanaan Profil WF untuk Gording Dengan ukuran : WF

100 x

50 x

A= 11.85 cm 2 tf =

7 mm

Zx = 41.8 cm 3

W=

9.3 kg/m

Ix = 187 cm 4 Zy = 8.94 cm 3

a= 100 mm

Iy = 14.8 cm 4 h=

ix = 3.98 cm

Mutu Baja = BJ 37

fu = 3700 kg/cm 2 =

370 Mpa

fy = 2400 kg/cm 2 =

240 Mpa

1.3.2 Perencanaan Pembebanan

1.3.2.1 Perhitungan Beban Beban Mati

Berat Gording

9.3 kg/m Berat Asbes Gelombang

10.3 x

11.33 kg/m

20.63 kg/m alat Pengikat dll 10 % =

Berat Total =

0.1 x

2.06 kg/m

22.69 kg/m

Beban Hidup

Beban Terbagi Rata = (40 - 0.8 α ) =

20 kg/m 2

20 kg/m 2 q L = jarak gording horisontal x q

19.94 kg/m

Beban Hidup Terpusat, P L

100 kg

Beban Angin

Tekanan Angin

30 kg/m 2 Angin Tekan

3 kg/m 2 Angin Hisap

12 kg/m 2 (menentukan = q) q = jrk gording horisontal x angin hisap =

11.96 kg/m Beban Mati + Beban Hidup > dari Beban Angin Hisap :

19.94 > 11.96 Beban Angin Hisap tidak perlu diperhitungkan ==>

3 kg/m

1.3.2.2 Perhitungan Momen Akibat Beban thp Sbx dan Sby Beban Mati

41.13 kgm M = 1/8(q

M XD = 1/8 (q D x cos α )L 2 =

0.13 x( 22.69 x

0.91 x

D xsin α xL/3) =

YD

0.13 x( 22.69 x

Beban Hidup Terbagi Rata

36.25 kgm M = 1/8(q xsin α xL/3) 2 YL L =

M XLD = 1/8 (q L x cos )L 2 α =

0.13 x( 19.94 x

0.91 x

0.13 x( 19.94 x

Beban Hidup Terpusat

M XL = 1/4 (q L x cos α )L = 0.25 x(

M YL = 1/4(q L x sin α )(L/3) = 0.25 x(

0.42 x

14.09 kgm

Beban Angin Terbagi Rata

1.3.3.3 Besar Momen Berfaktor ( Mu = 1.2 M D + 1.6 M L + 0.8 M W )

* Mu Beban Mati ,Beban Angin dan Beban Hidup Terbagi Rata

Sumbu X

Sumbu Y

* Mu Beban Mati, Beban Angin dan Beban Hidup Terpusat

Sumbu X

Sumbu Y

1.3.3 Kontrol Kekuatan Profil

1.3.3.1 Penampang Profil

Untuk Sayap

Untuk Badan

Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx

1.3.3.2 Kontrol Lateral Buckling

Jarak Baut Pengikat / pengaku lateral = L B =

L P = 1.76 x

L P maka : Mnx

Mny = Zy ( satu sayap ) * fy = 1/4 x tf x bf 2 x fy = 0.25

10500 kgcm = 105 kgm

0.7 x

52 x

1.3.3.3 Persamaan Iterasi

Beban Mati , Beban Angin dan Beban Hidup Terbagi Rata

Beban Mati , Beban Angin dan Beban Hidup Terpusat

1.3.3.4 Kontrol Lendutan Profil

Lendutan Ijin f =

Lendutan Akibat Beban Merata (1)

fy = 4 5 x D+L α (L/3)

0.03 cm Lendutan Akibat Beban Terpusat (2)

0.32 cm fy =

0.02 cm Lendutan Akibat Beban Angin merata (3)

fy = 4 5 x W α (L/3)

Lendutan total yang terjadi

f tot =

fx 2 + fy 2 =

(fx

+ fx 2 1 2 + fx 2 3 ) + (fy 1 + fy 2 + fy 3 )

0.69 cm

f ijin =

2.22 cm

OK

1.4 Perencanaan Penggantung Gording

1.4.1 Data Penggantung Gording

Jarak Kuda - Kuda (L)

400 cm

Jumlah Penggantung Gording

2 buah

Jumlah Gording

9 buah

Jarak Penggantung gording

### cm

1.4.2 Perencanaan Pembebanan Beban Mati

Berat Sendiri Gording

9.3 kg/m

Berat Asbes gelombang

11.33 kg/m

20.63 kg/m

Alat Pengikat dll 10 % =

0.1 x

2.06 kg/m

22.69 kg/m

Beban Hidup

Beban Terbagi Rata = (40 - 0.8 α ) =

20 kg/m 2

20 kg/m 2 q L = jarak gording horisontal x q

19.94 kg/m R L =

Beban Terpusat = P L

Beban Angin

Angin Tekan = q

3 kg/m 2 q W = jarak gording horisontal x q

2.99 kg/m R W =

1.4.3 Perhitungan Gaya

1.4.3.1 Penggantung Gording Tipe A

A total = Ra x jumlah Gording

920.60 kg

1.4.3.1 Penggantung Gording Tipe B 1.4.3.1 Penggantung Gording Tipe B

panjang miring gording

β = 39.52 o

1.4.4 Perencanaan Batang Tarik

Pu = R B = 1446.607 kg BJ 37

fu = 3700 kg/cm 2 fy = 2400 kg/cm 2

1.4.4.1 Kontrol Leleh

Pu = φ . fy . Ag ; dengan φ = 0.9 Ag perlu =

Tidak Menentukan

1.4.4.2 Kontrol Putus

Pu = φ . fu . 0,75 Ag ; dengan φ = 0.75 Ag perlu =

Ag perlu = 1/4 . π. d 2

Ag x

4 0.7 x

π 0.94 cm π

==> Pakai d =

10 mm

1.4.5 Kontrol Kelangsingan

Jarak Penggantung Gording = ### cm Panjang Rb =

(jarak penggantung gording) 2 + (panjang miring gording) 2

Panjang Rb

1.5 Perencanaan Ikatan Angin Atap

1.5.1 Data Perencanaan Ikatan Angin Atap

Tekanan Angin W

30 kg/m 2

Koefisien Angin C tekan =

Koefisien Angin C hisap

a 1 = 300 cm

a 2 = 200 cm

0.44 rad

1.5.2 Perhitungan Tinggi Ikatan Angin ( h )

1.5.3 Perhitungan Gaya - Gaya yang Bekerja

R = 1/2 . W . C . a . h R 1 = 0.50 x

9 = 121.5 kg R 2 = 0.50 x

30 x

0.9 x

9.93 = ### kg R 3 = 0.50 x

30 x

0.9 x

10.87 = ### kg R 4 = 0.50 x

30 x

0.9 x

11.8 = ### kg R 5 = 0.50 x

13.2 = ### kg Rtotal = ( R1+R2+R3+R4+(R5/2)) = 121.5

1.5.4 Perencanaan Dimensi Ikatan Angin

1.5.4.1 Menghitung gaya Normal

Gaya Normal Gording Akibat Angin Dimana untuk angin tekan C = 0.9

dan untuk angin hisap C = 0.4

C hisap

R total

C tekan

1.5.4.2 Menghitung gaya Pada Titik Simpul

Pada Titik Simpul A ΣV = 0 R total +S 1 =0

===> S1 = - Rtotal ===> S1 = ### kg

ΣH = 0 S 2 =

Pada Titik Simpul B EV = 0 R 1 +S 1 +S 3 Cos ϕ =0

S 3 = -1643.458 kg

1.5.5 Perencanaan Batang Tarik

0.75 = -1972.150 kg BJ 37 fu = 3700 kg/cm 2

Pu = S 3 x 1.6 x 0.75

1.6 x 1.6 x

1.5.5.1 Kontrol Leleh

Pu = φ . fy . Ag ; dengan φ = 0.9 Ag perlu =

Tidak Menentukan

1.5.5.2 Kontrol Putus

Pu = φ . fu . 0,75 Ag ; dengan φ = 0.75 Ag perlu =

Ag perlu = 1/4 . π. d 2

Ag x

4 0.95 x

1.1 π cm π

==> Pakai d =

11 mm

1.5.6 Kontrol Kelangsingan

Jarak kuda-kuda =

400 cm

Panjang S 3 = (jarak kuda-kuda) 2 + (jarak miring gording) 2

Panjang S

1.6 Perencanaan Gording Ujung

1.6.1 Perencanaan Pembebanan Mntx , Mnty dan Gaya Normal Akibat Angin

Gording Ini adalah Balok Kolom. Akibat beban mati dan beban hidup Menghasilkan Momen Lentur Besaran Diambil Dari Perhitungan Gording

149.377 kgm M nty =M UY (1.2 D + 1.6 L + 0.8 W) x 0.75

M ntx =M UX (1.2 D + 1.6 L + 0.8 W) x 0.75

18.823 kgm Nu = 1.6 x R total (dari ikatan angin atap) x 0.75 =

1.6.2 Perencanaan Profil Gording Ujung

WF 100 x

50 x

A = 11.85 cm2

tf = 7 mm

Zx = 41.8 cm3

W= 9.3 kg/m

Iy = 14.8 cm4

iy = 1.12 cm

ix = 3.98 cm

Mutu Baja = BJ 37

fu = 3700 kg/cm 2 =

370 Mpa 370 Mpa

240 Mpa

1.6.3 Kontrol Tekuk Profil

π 2 .E.A

π 2 .E.A

y 2 44.64 2

= 117366.49 kg Tekuk Kritis adalah arah X, Karena λx > λy ω =

Pakai Rumus = Pu

1.6.4 Perhitungan Faktor Pembesaran Momen

Gording dianggap tidak bergoyang, maka : Mux = Mntx . Sbx

1 - ( Ncrbx )

Untuk elemen Beban Tranversal, ujung sederhana Cmx =

Sbx = 1.08 Muy = Mnty * Sby

Untuk elemen Beban Tranversal, ujung sederhana Cmy =

Sby =

Sby = 1.01 >

Sby = 1.01

1.6.5 Perhitungan Momen Ultimate Sbx dan Sby

Mux = Sbx . Mntx =

Muy = Sby . Mnty =

1.6.6 Perhitungan Persamaan Interaksi

Mnx = 1003 kgm

Mny = 105 kgm

Pu

Mux

Muy

Mny 1618.144

Pn

Mnx

0.85 x

0.9 x

0.9 x 105

OK

Pre - Eliminary Design

2 Perencanaan Dinding

2.1 Data - Data perencanaan

Data Dinding : Jenis

: Seng Gelombang

4.15 kg/m 2

Kedalaman Gelombang

25 mm

Jarak Kolom Dinding (L)

400 cm

Jarak Gording Lt Dasar

125 cm

Jarak Gording Lt 1

100 cm

2.2 Perencanaan Regel Balok ( Dinding Samping )

2.2.1 Perencanaan Profil WF untuk Regel Balok Dinding Dengan ukuran :

WF 100 x

50 x

41.8 cm3 W=

A = 11.85 cm2

8.94 cm3 a= 100 mm

9.3 kg/m

Mutu Baja = BJ 37

fu = 3700 kg/cm 2 =

370 Mpa

fy = 2400 kg/cm 2 =

240 Mpa

2.2.2 Perencanaan Pembebanan

2.2.2.1 Perhitungan Beban Beban Mati

Lantai Dasar Berat Gording

9.3 kg/m

Berat Seng Gelombang = 4.15 x

5.19 kg/m Berat Total

14.49 kg/m alat Pengikat dll 10 % = 0.1

1.45 kg/m Berat Total

15.94 kg/m

3.54 kg/m Lantai 1

Myd = 1/8 x q x (L/3) 2 0.13 =

15.94 x

Berat Gording =

9.3 kg/m Berat Seng Gelombang = 4.15

4.15 kg/m Berat Total =

13.45 kg/m alat Pengikat dll 10 % = 0.1

1.35 kg/m Berat Total

14.8 kg/m

Myd = 1/8 x q x (L/3) 2 0.13 =

14.8 x

3.29 kg/m

Beban Angin

Lantai Dasar Tekanan Angin

30 kg/m 2 Angin Tekan ( C = 0.9 )

= 0.9 x

27 kg/m 2

33.75 kg/m Angin Hisap ( C = 0.4 )

q = Angin Tekan x Jarak Gording = 27 x

12 kg/m 2 q = Angin hisap x Jarak Gording = 12

15 kg/m

Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :

Mxw = 1/8 x q x (L) 2 = 0.13 x

(Tarik) Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :

N = q x Jarak Gording = 15 x

18.75 kg

Mxw = 1/8 x q x (L) 2 = 0.13 x

N = q x Jarak Gording = 33.75

(Tekan) Lantai 1

42.19 kg

Tekanan Angin

30 kg/m 2

Angin Tekan ( C = 0.9 )

= 0.9 x

27 kg/m 2

q = Angin Tekan x Jarak Gording = 27 x

27 kg/m

Angin Hisap ( C = 0.4 )

0.4 x

12 kg/m 2

q = Angin hisap x Jarak Gording = 12

12 kg/m

Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik)

Mxw = 1/8 x q x (L) 2 = 0.13 x

(Tarik) Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan)

N = q x Jarak Gording = 12 x

12 kg

Mxw = 1/8 x q x (L) 2 = 0.13 x

N = q x Jarak Gording = 27 x

27 kg

(Tekan)

2.2.3 Kombinasi Pembebanan

Lantai Dasar

2. U = 1.2D + 1.3W + λ L + 0.5 ( La atau Ha ) Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) : Mux = 1.2 x

0.5 x = 87.75 kgm Muy = 1.2 x

0.5 x = 4.25 kgm Nu = 1.2 x

0.5 x = 24.38 kg

Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) : Mux = 1.2 x

0.5 x = 4.25 kgm Nu = 1.2 x

0.5 x = 54.84 kg

2. U = 1.2D + 1.3W + λ L + 0.5 ( La atau Ha ) Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) : Mux = 1.2 x

0.5 x = 70.2 kgm Muy = 1.2 x

0.5 x = 3.95 kgm Nu = 1.2 x

0.5 x = 15.6 kg

1.3 x

0.5 x

Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) : Mux = 1.2 x

0.5 x = 31.2 kgm Muy = 1.2 x

0.5 x = 3.95 kgm Nu = 1.2 x

0.5 x = 35.1 kg

2.2.4 Kontrol Kekuatan Profil

2.2.4.1 Penampang Profil

Untuk Sayap

Untuk Badan

Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx

2.2.4.1 Kontrol Lateral Buckling

Jarak Baut Pengikat / pengaku lateral = L B =

500 mm

50 cm

L P = 1.76 x

L P maka : Mnx

Mny = Zy ( satu sayap ) * fy = 1/4 x tf x bf 2 x fy = 0.25

2.2.5 Perhitungan Kuat Tarik

2.2.5.1 Kontrol Kelangsingan

2.2.5.2 Berdasarkan Tegangan Leleh

φ Nn = φ . Ag . fy = 0.85 x 11.85 x

2.2.5.3 Berdasarkan Tegangan Putus

φ Nn = φ . Ae . fu =

0.75 x 0.85 x Ag x fu

Tidak Menentukan

2.2.5.4 Kontrol Kuat Tarik

Lantai Dasar φ Nn

> Nu 24174 > 54.84

OK

Lantai 1 φ Nn

2.2.6 Perhitungan Kuat Tekan

2.2.6.1 Kontrol Kelangsingan

2.2.6.2 Berdasarkan Tekuk Arah X

1.6 - 0.67 λ c 1.6 -

Nn = φ Ag =

2.2.6.3 Berdasarkan Tekuk Arah Y

1.6 - 0.67 λ c 1.6 -

Nn = φ Ag =

2.2.7 Perhitungan Pembesaran Momen

2.2.7.1 Komponen Struktur Ujung Sederhana Cm = 1

Cmx Sbx =

Nu

Ncrbx Lantai Dasar

Sbx =

1.001

(Tarik)

24.38

23156.27

Sby =

1.000

(Tarik)

2.2.8 Kontrol Gaya Kombinasi

2.2.8.1 Angin Dari Arah Tegak Lurus Dinding (tarik)

Lantai Dasar Nu

0.2 φ OK . Nn 24174

φ b x Mny 24.375

Lantai 1 Nu

0.2 φ OK . Nn 24174

φ b x Mny 15.600

2.2.8.2 Angin Dari Arah Tegak Lurus Gevel (tekan)

Lantai Dasar Nu

0.2 φ OK . Nn 24174

Nu

Mux

Sbx

Muy

x Sby

2 x φ . Nn

Mnx

φ b x Mny

Lantai 1 Nu

0.2 φ OK . Nn 24174

φ b x Mny 35.100

2.3 Perencanaan Regel Horizontal Gevel

2.3.1. Data - Data perencanaan tambahan

Jarak Kolom Dinding (L)

300 cm

Jarak Gording Lt Dasar

125 cm

Jarak Gording Lt 1

100 cm

2.3.2 Perencanaan Profil WF untuk Regel Horizontal Gevel Dengan ukuran :

WF 100 x

50 x

A = 11.85 cm2

9.3 kg/m

Mutu Baja = BJ 37

fu = 3700 kg/cm 2 =

370 Mpa

fy = 2400 kg/cm 2 =

240 Mpa

2.3.3 Perencanaan Pembebanan

2.3.3.1 Perhitungan Beban Beban Mati

Lantai Dasar Berat Gording

9.3 kg/m

Berat Seng Gelombang = 4.15 x

5.19 kg/m

14.49 kg/m alat Pengikat dll 10 % = 0.1

Berat Total

1.45 kg/m

Berat Total

15.94 kg/m

1.99 kg/m Lantai 1

Myd = 1/8 x q x (L/3) 2 0.13 =

15.94 x

Berat Gording

9.3 kg/m Berat Seng Gelombang = 4.15

4.15 kg/m

13.45 kg/m alat Pengikat dll 10 % = 0.1

Berat Total =

1.35 kg/m

Berat Total

14.8 kg/m

Myd = 1/8 x q x (L/3) 2 = 0.13 x

14.8 x

1.85 kg/m

Beban Angin

Lantai Dasar Tekanan Angin

30 kg/m 2 Angin Tekan ( C = 0.9 )

= 0.9 x

27 kg/m 2 27 kg/m 2

33.75 kg/m

Angin Hisap ( C = 0.4 )

0.4 x

12 kg/m 2

q = Angin hisap x Jarak Gording = 12

15 kg/m

Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :

Mxw = 1/8 x q x (L) 2 = 0.13 x

33.75 x

37.97 kgm

(Tarik) Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :

N = q x Jarak Gording = 15 x

18.75 kg

Mxw = 1/8 x q x (L) 2 = 0.13 x

15 x

16.88 kgm

N = q x Jarak Gording = 33.75

(Tekan) Lantai 1

42.19 kg

Tekanan Angin

30 kg/m 2

Angin Tekan ( C = 0.9 )

= 0.9 x

27 kg/m 2

q = Angin Tekan x Jarak Gording = 27 x

27 kg/m

Angin Hisap ( C = 0.4 )

0.4 x

12 kg/m 2

q = Angin hisap x Jarak Gording = 12

12 kg/m

Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) :

Mxw = 1/8 x q x (L) 2 = 0.13 x

27 x

30.38 kgm

(Tarik) Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) :

N = q x Jarak Gording = 12 x

12 kg

Mxw = 1/8 x q x (L) 2 = 0.13 x

12 x

13.5 kgm

N = q x Jarak Gording = 27 x

27 kg

(Tekan)

2.3.3.2 Kombinasi Pembebanan

Lantai Dasar

2. U = 1.2D + 1.3W + λ L + 0.5 ( La atau Ha ) Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) : Mux = 1.2 x

0.5 x = 49.36 kgm Muy = 1.2 x

0.5 x = 2.39 kgm Nu = 1.2 x

0.5 x = 24.38 kg

Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) : Mux = 1.2 x

0.5 x = 21.94 kgm Muy = 1.2 x

0.5 x = 2.39 kgm Nu = 1.2 x

0.5 x = 54.84 kg

2. U = 1.2D + 1.3W + λ L + 0.5 ( La atau Ha ) Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Dinding (tarik) : Mux = 1.2 x

0.5 x = 39.49 kgm Muy = 1.2 x

1.3 x

0.5 x

1.3 x

0.5 x

0.5 x

= 2.22 kgm Nu = 1.2 x

0.5 x = 15.6 kg

Akibat Beban Angin yg Tegak Lurus Gevel (tekan) : Mux = 1.2 x

0.5 x = 17.55 kgm Muy = 1.2 x

0.5 x = 2.22 kgm Nu = 1.2 x

0.5 x = 35.1 kg

2.3.4 Kontrol Kekuatan Profil

2.3.4.1 Penampang Profil

Untuk Sayap

Untuk Badan

Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx

2.3.4.1 Kontrol Lateral Buckling

Jarak Baut Pengikat / pengaku lateral = L B =

L P maka : Mnx

Mny = Zy ( satu sayap ) * fy = 1/4 x tf x bf 2 x fy = 0.25

2.3.5 Perhitungan Kuat Tarik

2.3.5.1 Kontrol Kelangsingan

2.3.5.2 Berdasarkan Tegangan Leleh

φ Nn = φ . Ag . fy = 0.85 x 11.85 x

2.3.5.3 Berdasarkan Tegangan Putus

φ Nn = φ . Ae . fu =

0.75 x 0.85 x Ag x fu

Tidak Menentukan

2.3.5.4 Kontrol Kuat Tarik

Lantai Dasar φ Nn

> Nu 24174 > 54.84

OK

Lantai 1 φ Nn

2.3.6 Perhitungan Kuat Tekan

2.3.6.1 Kontrol Kelangsingan

2.3.6.2 Berdasarkan Tekuk Arah X

1.6 - 0.67 λ c 1.6 -

Nn = φ Ag =

0.85 x

11.85 x

2.3.6.3 Berdasarkan Tekuk Arah Y

1.6 - 0.67 λ c 1.6 -

Nn = φ Ag =

2.3.7 Perhitungan Pembesaran Momen

2.3.7.1 Komponen Struktur Ujung Sederhana Cm =

Ncrbx Lantai Dasar

Sbx =

24.38 =

1.001

(Tarik)

2.3.8 Kontrol Gaya Kombinasi

2.3.8.1 Angin Dari Arah Tegak Lurus Dinding (tarik)

Lantai Dasar Nu

0.2 φ OK . Nn 24174 Nu

φ b x Mny 24.375

Lantai 1 Nu

0.2 φ OK . Nn 24174 Nu

φ b x Mny 15.600

2.3.8.2 Angin Dari Arah Tegak Lurus Gevel (tekan)

Lantai Dasar Nu

0.2 φ OK . Nn 24174

Nu

Mux

Sbx

Muy

x Sby

2 x φ . Nn

Mnx

φ b x Mny

Lantai 1 Nu

0.2 φ OK . Nn 24174

2.4 Perencanaan kolom Gevel

2.4.1 Data Perencanaan

Panjang Beban Atap Regel 5 =

Panjang Cantilever = 1 m

Panjang Beban Atap Regel 2 =

Jarak Kuda-kuda = 4 m

Lebar Beban Atap Regel 5 = 2.5 m q w regel 5 = panjang x angin tekan

Lebar Beban Atap Regel 2 = 2 m

81 kg/m q w regel 2 = panjang x angin tekan

Tinggi Regel 5 =

81 kg/m Tinggi Regel 2 =

Regel 5 Luas atap yg Dipikul oleh Regel 5 ( A1 ) = Lebar Beban Atap Regel 5 x Pjg Beban Atap Regel 5

= 7.5 m 2

Luas Dinding Regel 5 ( A2 ) = Pjg Beban Atap Regel 5 x Tinggi Regel 5

= 2.5 x

= 17.5 m 2

Regel 2 Luas atap yg Dipikul oleh Regel 2 ( A3 ) =Lebar Beban Atap Regel 2 x Pjg Beban Atap Regel 2

Luas Dinding Regel 2 ( A4 ) = Pjg Beban Atap Regel 2 x Tinggi Regel 2

= 12 m 2

2.4.2 Perencanaan Pembebanan

2.4.2.1 Beban Mati

Regel 5 N D atap = A1 x q D atap

### kg N D Dinding = A2 x q D Dinding

7.5 x

72.63 kg N D Gording = Jml Gording . w Gording

17.5 x

65.1 kg Regel 2

N D atap = A3 x q D atap

### kg N D Dinding = A4 x q D Dinding

49.8 kg N D Gording = Jml Gording . w Gording

2.4.2.2 Beban hidup

Regel 5 N L atap = A1 x q L atap

150 kg Regel 2

7.5 x

N L atap = A2 x q L atap

120 kg

2.4.2.3 Beban Angin

Regel 5

### kgm Regel 2

Mw = 1/8 x qw x (h) 2 = 0.13 x

81 x

Mw = 1/8 x qw x (h) 2 = 0.13 x

81 x

364.5 kgm

2.4.3 Syarat Kekakuan

===> Ix Profil yg Dipakai > 2215.767 cm 4

Pakai Profil : WF 175

A = 51.21 cm 2 tf = 11 mm

Zx = ### cm 3

W = 40.2 kg/m

Ix = 2880 cm 4 Zy = ### cm 3

iy = 4.38 cm

ix = 7.5 cm

Sx = 2050 mm

r= 12 cm

Mutu Baja = BJ 37

fu = 3700 kg/cm 2 =

370 Mpa

fy = 2400 kg/cm 2 =

240 Mpa

Nd Profil =

40.2 = 281.4 kg

Nd total = Nd atap + Nd (Dinding+Gording ) + Nd Profil = ###

NL Total = NL atap = 150 kg Mw

= ### kgm U = ( 1.2D + 1.6L+ 1.6W ) x 0.75 Nu = ( 1.2 x

### kg Mntx = 1.6 x

0.75 = ### kg Regel 2

===> Ix Profil yg Dipakai > 1025.156 cm 4

Pakai Profil : WF 150

A = 26.84 cm 2 tf = 9 mm

Zx = ### cm 3

W = 21.1 kg/m

Ix = 1020 cm 4 Zy = 45.88 cm 3

iy = 2.37 cm

ix = 6.17 cm

Sx = 138 mm

r= 11 cm

Mutu Baja = BJ 37

fu = 3700 kg/cm 2 =

370 Mpa

fy = 2400 kg/cm 2 =

240 Mpa

Nd Profil =

21.1 = 126.6 kg

Nd total = Nd atap + Nd (Dinding+Gording ) + Nd Profil = ###

NL Total = NL atap = 120 kg Mw

= 364.5 kgm U = ( 1.2D + 1.6L+ 1.6W ) x 0.75 Nu = ( 1.2 x

### kg Mntx = 1.6 x

2.4.4 Kontrol Tekuk

Regel 5 untuk arah x : Lkx = 700

λ 93.33 c= λ x

π 2 .E.A

= 116040.87 kg untuk Arah y : Lky = 100

π 2 .E.A

Tekuk Kritis Adalah Arah ====> X karena λx

1.6 - 0.67 λ c 1.6 -

. Pn 0.85 x

Pakai Rumus :

φ b x Mny Batang Dianggap Tidak Bergoyang Maka :

φ c . Pn

Mnx

Cmx Sbx =

≥ 1 ;Cm = 1

Nu

1 - ( Ncrbx )

1 - ( 116040.87 ) Mux = Mntx . Sbx

Mux = ### x 1.006

### kgm

Regel 2 untuk arah x : Lkx = 600

97.24 λ 2400 c= = x

π 2 .E.A

= 56024.77 kg untuk Arah y : Lky = 100

π 2 .E.A

Tekuk Kritis Adalah Arah ====> X karena λx

1.6 - 0.67 λ c 1.6 -

. Pn 0.85 x

Pakai Rumus : Pu

Mux

Muy

φ b x Mny Batang Dianggap Tidak Bergoyang Maka :

1 - ( Ncrbx )

Mux = Mntx . Sbx Mux = 437.4

x 1.008

### kgm

2.4.5 Menentukan Mnx

Regel 5

* Penampang Profil

Untuk Sayap :

Untuk Badan :

bf 170

h 1680

2 tf

fy

tw

fy

Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx

* Kontrol Lateral Buckling

Lateral Bracing = L B =

1000 mm

100 cm

L P = 1.76 x

L P maka : Mnx

Mny = Zy ( satu sayap ) * fy = 1/4 x tf x bf 2 x fy = 0.25

0 kgcm = 0 kgm

02 x

Regel 2 Penampang Profil untuk Sayap

untuk Badan

b 170 ≤ h 1680 ≤

2 tf fy

fy

#REF! 170

#REF! ≤ #REF!

#REF!

≤ #REF!

#REF!

#REF! ≤ #REF!

#REF!

≤ #REF!

#REF!

#REF!

Penampang Profil Kompak, maka Mnx = Mpx Lateral BracingLb = 100

cm

E Lp = 1 . 76 * iy Lp = #REF! cm

fy Ternyata Lp > Lb

maka Mnx = Mpx

Mnx = Mpx = Zx. Fy = #REF!

* #REF! = #REF! Kgm

Mny = Zy ( 1 flen ) * fy = ( 1 / 4 * tf * bf 2 ) * fy = 0.25 #REF! #REF! #REF! x x x = #REF! kgcm = #REF! kgm

2.4.6 Persamaan Interaksi

Pu

Mux

Muy

φ b x Mny Regel 5 #REF!

0.17 x x

0.9 #REF! x

0.9 #REF! x

Regel 2 #REF!

#REF!

0.17 #REF! x

0.9 x #REF!

0.9 #REF! x

2.5 Perencanaan Penggantung Gording Dinding Samping dan Gevel

2.5.1 Data Penggantung Gording

Jarak Kuda - Kuda

400 cm

Jumlah Penggantung Gording =

2 buah

Jumlah Gording Gevel =

7 buah

Jumlah Gording Dinding=

3 buah

Jarak Penggantung gording = ### cm Jarak antara Gevel

300 cm

Jarak Antar Gordng Horizontal Dinding = 125 cm Jarak Antar Gordng Horizontal Gevel = 100 cm

2.5.2 Perencanaan Pembebanan Dinding Samping Beban Mati

Berat Sendiri Gording

0 kg/m

Berat Seng Gelombang

4.15 kg/m

4.15 kg/m

Alat Pengikat dll 10 % = 0.1 x 4.15 =

0 kg/m

4.15 kg/m

Ra = q * JarakKuda − Kuda

16.6 kg

Gevel Beban Mati

Berat Sendiri Gording

0 kg/m

Berat Seng Gelombang

4.15 kg/m

4.15 kg/m

Alat Pengikat dll 10 % = 0.1 x 4.15 =

0.42 kg/m

4.57 kg/m

Ra = q * JarakGevel =

13.7 kg

2.5.3 Perhitungan Gaya

2.5.3.1 Penggantung Gording Tipe A Dinding Samping

` Ra

23.24 kg Ra Total = Ra * jumlah Gording Ra

19.17 kg Ra Total = Ra * jumlah Gording Ra

= ### kg

2.5.3.2 Penggantung Gording Tipe B Dinding Samping

arctgn β = 0.94 β = 0.75 β = 43.14 o

RR

B = Sin β

β o = 54.44

RR

B = Sin β

2.5.4 Perencanaan Batang Tarik Dinding Samping

Pu = ### kg BJ 37 fu =

0 kg/cm2 fy =

0 kg/cm3

Gevel

Pu = ### kg BJ 37 fu =

0 kg/cm2 fy =

0 kg/cm3

2.5.4.1 Kontrol Leleh Dinding Samping

Pu = φ fy Ag dengan φ = 0.9 Ag perlu = Pu/φ fy =

### = ### cm2

Ag * 4

Gevel

Pu = φ fy Ag dengan φ = 0.9

Ag perlu = Pu/φ fy =

### cm2

0 Ag ### * 4

2.5.4.2 Kontrol Putus Dinding Samping

Pu = φ fu 0.75 Ag dengan φ = 0.75 Ag Perlu = Pu

### = ### cm2 φ fu 0.75

Ag 2 = 1 / 4 π d = ### cm2

= ### x 4 d= ### cm

3.14 Pakai d = 10 mm

Dinding Samping

Pu = φ fu 0.75 Ag dengan φ = 0.75 Ag Perlu = Pu

### = ### cm2 φ fu 0.75

Ag = = 2 1 / 4 π d ### cm2

= ### x 4 d= ### cm

3.14 Pakai d = 10 mm

2.5.5 Kontrol Kelangsingan Dinding Samping

Jarak Penggantung Gording = ### cm

2 PanjangRb 2 = JrkPenggan tungGordin g + JrkantarGo rdingHoriz ontal Panjang Rb = ###

+ 15625 Panjang Rb = ### cm

1 > ### PanjangRb

d 500 ≥

OK Gevel

Jarak Penggantung Gording = 100 cm

2 PanjangRb 2 = JrkPenggan tungGordin g + JrkantarGo rdingHoriz ontal Panjang Rb = 10000 + 10000

Panjang Rb = ### cm

1 > ### PanjangRb

d 500 ≥ 500

OK

2.6 Perencanaan Ikatan Angin Dinding

2.6.1 Data Perencanaan Ikatan Angin Dinding

Tekanan Angin W =0 kg/m2 Koefisien Angin C = 0.9

2.6.2 Perhitungan Tinggi Ikatan Angin ( h )

h1 = 9m h2 =

9.93 m h3 =

2 x tg x 0.44 =

4 x tg x 0.44 = 10.87 m h4 =

11.8 m h5 =

6 x tg x 0.44 =

9 x tg x 0.44 =

13.2 m

2.6.3 Perhitungan Gaya - Gaya yang Bekerja

R = 1/2 W C a h R1 = 0.50 x 0 #REF! x x 1 x 9 = #REF! kg R2 = 0.50 x 0 x #REF! x 2 x 9.93 = #REF! kg R3 = 0.50 x 0 x #REF! x 2 x 10.87 = #REF! kg R4 = 0.50 x 0 #REF! x x 2.5 x 11.8 = #REF! kg R5 = 0.50 x 0 #REF! x x 3 x 13.2 = #REF! kg

Rtotal = ( R1+R2+R3+R4+(R5/2)) = #REF! kg

2.6.4 Perencanaan Dimensi Ikatan Angin 2.6.4 Perencanaan Dimensi Ikatan Angin

0.24 rad R1

= #REF! kg Rtotal = #REF! kg

2.6.4.1 Menghitung gaya Pada Titik Simpul

Pada Titik Simpul A ΣV = 0 Rtotal + S1 = 0 S1 = - Rtotal

S1 = #REF! kg ΣH = 0

S2 = 0

Pada Titik Simpul B EV = 0 R1 + S1 +S3 Cos Φ = 0

Cos φ S3 = #REF! kg

2.6.5 Perencanaan Batang Tarik

Pu = #REF! kg

Pu = S 3 * 1 . 6 * 0 . 75

BJ 37 fu =

0 kg/cm2 fy =

0 kg/cm3

2.6.5.1 Kontrol Leleh

Pu = φ fy Ag dengan φ = 0.9 Ag perlu = Pu/φ fy = #REF! = #REF! cm2

0 #REF!

2.6.5.2 Kontrol Putus

Pu = φ fu 0.75 Ag dengan φ = 0.75 Ag Perlu = Pu

= #REF! = #REF! φ fu 0.75

0 #REF!

Ag 2 = 1 / 4 π d = #REF! cm2

d = = #REF! x 4 d = #REF! cm π

Ag * 4

Pakai d = 12 mm

2.6.6 Kontrol Kelangsingan

Jarak Kuda - Kuda = 400 cm

2 PanjangS 2 3 = JrkantarKu da − Kuda + Jrkantar 2 Re gelHorizon tal

Panjang S3 = 0 +

Panjang S3 =

0 cm

1.2 > PanjangS 500

d 3 ≥ 500

OK

Start

Masukkan Data - Data Perencanaan Bondex dan Balok Anak : Panjang Bentang Beban Bondex Yang Dipikul Balok Anak = ?