BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bahan Ajar Tematik Integratif Subtema 1 Tema 7 Berdasarkan Pendekatan Saintifik untuk Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.

Kajian Teori

2.1.1. Bahan Ajar
2.1.1.1. Pengertian Bahan Ajar
Kegiatan pembelajaran ibarat suatu aktivitas produksi suatu produk,
karena sama-sama melibatkan banyak komponen. Bahan merupakan komponen
yang akan diubah menjadi produk jadi. Itu berarti bahan harus ada setiap akan
melaksanakan produksi barang tertentu. Dalam dunia pendidikan, bahan ajar
memiliki peran yang sangat penting saat kegiatan belajar mengajar.
Menurut National Centre for Competency Based Training dalam Andi
(2013:16) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
Segala bentuk bahan yang dapat membantu dalam kegiatan belajar mengajar dapat
disebut sebagai bahan ajar.
Kemudian Pannen dalam Andi (2013:17) mengungkapkan bahwa bahan
ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis,
yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari pendapat

Pannen, bahan ajar yang berupa materi pelajaran harus tersusun secara sistematis
dan digunakan dalam proses belajar mengajar baik oleh siswa maupun guru.
Ada pula menurut Andi (2013:17) bahwa materi ajar merupakan segala
bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan
digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Andi berpendapat bahwa bahan ajar sebagai segala
bahan yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mencapai kompetensi peserta didik.
Dari berbagai teori yang ada, ada kesamaan pendapat tentang bahan ajar
tersusun secara sistematis dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan kesamaan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar merupakan seperangkat bahan atau materi pembelajaran (tertullis atau tidak
6

7

tertulis) yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan peserta didik
dalam melaksanakan proses pembelajaran guna mencapai kompetensi tertentu.
2.1.1.2 Macam-Macam Bahan Ajar

Terdapat banyak jenis bahan ajar sebagai sarana pendukung dalam
kegiatan belajar mengajar seperti buku, lembar kerja siswa, modul, rekaman,
video, gambar, maket dan sebagainya. Berbagai jenis bahan ajar tersebut
diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu oleh beberapa ahli berikut
ini.
Menurut Andi Prastowo (2012:40) beberapa kriteria yang menjadi acuan
dalam membuat klasifikasi bahan ajar adalah berdasarkan bentuknya, cara
kerjanya, dan sifatnya, sebagaimana akan diuraikan dalam penjelasan berikut.
Menurut bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat
macam, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang
dengar, dan bahan ajar interaktif. Bahan cetak (printed), yakni
sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi
untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi.
Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket. Bahan
ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang
menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan
atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya,
kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar
pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yang

memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar
bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan
film. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni
kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar,
animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau
diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan/atau
perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya, compact disk
interative.
Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima
macam, yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang
diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar
komputer. Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar
yang tidak memerlukan perangkat royektor untuk memproyeksikan
isi di dalamnya, sehingga peserta didik bisa langsung
mempergunakan (membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar
tersebut. Contohnya, foto, diagram, display, model dan lain
sebagainya. Bahan ajar yang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang

8


memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan dan/atau dipelajari
peserta didik. contohnya, slide,filmstrips, overhead transparancies,
dan proyeksi komputer. Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang
berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk
menggunakannya, kita memerlukan alat pemain (player) media
rekam tersebut, seperti tape compo, CD player, multimedia player,
dan lain sebagainya. Contoh bahan ajar seperti ini adalah kaset,
CD, flash disk, dan lain-lain. Bahan ajar video, yakni bahan ajar
yang memerlukan alat pemutar yang biasanya berbentuk video tape
player, VCD player, DVD player, dan sebagainya. Karena bahan
ajar ini hampir mirip dengan bahan ajar audio, maka bahan ajar ini
juga memerlukan media rekam. Hanya saja, bahan ajar ini
dilengkapi dengan gambar. Jadi, dalam tampilan, dapat diperoleh
sebuah sajian gambar dan suara secara bersamaan. Contohnya,
video, film, dan lain sebagainya. Bahan ajar (media) komputer,
yakni berbagai jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan
komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Contohnya,
computer mediated instructions dan computer based multimedia
atau hypermedia.
Berdasarkan sifatnya, bahan ajar dapat dibagi menjadi

empat macam yakni bahan ajar cetak, bahan ajar berbasis
teknologi, bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek,
dan bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia.
Bahan ajar yang berbasiskan cetak, misalnya buku, pamflet,
panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta,
charts, foto bahan dari majalah serta koran, dan lain sebagainya.
Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, misalnya audio cassette,
siaran radio, slide, filmstrips, film, video cassettes, siaran televisi,
video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia. Bahan
ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, misalnya kit sains,
lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya. Bahan
ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama
untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, Ihand
phone, video conferencing, dan lain sebagainya.
Andi membedakan bahan ajar berdasarkan beberapa kriteria yakni
berdasarkan bentuk, cara kerja dan sifatnya. Kriteria-kriteria tersebut mewakili
berbagai jenis bahan ajar yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar baik
oleh siswa maupun oleh guru.
Menurut Daryanto dan Dwicahyono (2014: 173), bahan ajar ada beberapa
macam yaitu (1) bahan ajar pandang (visual) terdisi atas bahan cetak (printed)

seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,

9

wallchart, foto/gambar, non cetak (non printed), seperti model/maket. (2) bahan
ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
(3) bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, dan film.
(4) bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(computer assisted instruction), CD (compact disk), multimedia pembelajaran
interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Daryanto dan Dwicahyono mengklasifikasikan bahan ajar ke dalam empat
macam yaitu bahan ajar pandang (visual), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar
pandang dengar (audio visual), dan bahan ajar multimedia interaktif (interactive
teaching material).
2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Memilih Bahan Ajar
Masalah yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran salah
satunya adalah memilih atau menentukan bahan ajar yang tepat dalam rangka
mencapai kompetensi siswa. Arif dan Napitupulu dalam Andi (2012:374),
menyatakan bahwa ada beberapa prinsip yang mesti kita pegang dalam memilih
bahan ajar seperti dikutip dibawah ini.

Pertama, isi bahan ajar hendaklah sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Kedua, bahan ajar hendaklah sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun tingkat
kesulitannya. Ketiga, bahan ajar hendaklah betul-betul baik dalam
penyajian faktualnya. Keempat, bahan ajar hendaklah benar-benar
mengambarkan latar belakang dan suasana yang dihayati oleh
peserta didik. Kelima, bahan ajar hendaklah mudah dan ekonomis
penggunaannya. Keenam, bahan ajar hendaklah cocok dengan gaya
belajar peserta didik. ketujuh, lingkungan di mana bahan ajar
digunakan harus tepat sesuai dengan jenis media yang digunakan.
Menurut Arif dan Napitulu, bahan ajar yang dipilih harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, penyajian bahan ajar
sesuai dengan karakteristik siswa, mudah digunakan serta ekonomis, sesuai
dengan gaya belajar siswa, dan dengan lingkungan siswa.
Menurut Andi (2012:379) beberapa pertimbangan untuk memilih bahan
ajar adalah sebagai berikut:
(1) Substansi materi relevan dengan kompetensi dasar atau
materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. (2) Modul

10


tersusun secara lengkap, paling tidak mencakup antara lain judul,
pernyataan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik,
petunjuk penggunaannya, informasi, langkah kerja, dan penilaian.
(3) Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi,
klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dan sebagainya.
(4) Padat pengetahuan. (5) Kebenaran materi dapat
dipertanggungjawabkan. (6) Kalimat yang disajikan singkat dan
jelas. (7) Menuntun guru dan siswa, sehingga mudah digunakan.
(8) Beberapa modul dapat di-download dari internet.
Andi mengungkapkan beberapa pertimbangan dalam memilih
bahan ajar sebagaimana telah dipaparkan di atas. Materi yang pilih harus
sesuai dengan kompetensi dasar, tersusun lengkap, memberikan penjelasan
yang

lengkap,

padat

pengetahuan,


kebenaran

materi

dapat

dipertanggungjawabkan, kalimat singkat dan jelas, mudah digunakan, dan
mudah didapat.
2.1.2 Pendekatan Saintifik
2.1.2.1 Pengertian Pendekatan Saintifik
Menurut Daryanto (2014:51), pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Daryanto menyebutkan pendekatan saintifik sebagai proses pembelajaran
yang tersusun secara sistematis berdasarkan tahapan-tahapan ilmiah. Menurutnya

ada tujuh tahapan pendekatan saintifik, dimulai dari tahap mengamati,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan temuan.
Permendikbud dalam Fauziah (2013:166) menjelaskan tentang pengertian
pendekatan saitifik sebagai berikut ini.
Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik yang memiliki kriteria pendekatan
saintifik sebagai berikut: (1) Materi pembelajaran berbasis pada

11

fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata. (2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan
interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang
serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis. (3) Mendorong dan menginspirasi peserta
didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran. (4) Mendorong dan

menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran. (5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik
mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran. (6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris
yang dapat dipertanggungjawabkan. (7) Tujuan pembelajaran
dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajianya.
Pengertian

pendekatan

saintifik

berdasarkan

permendikbud

diatas

menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan beberapa
kriteria yang menjadi ciri khasnya yaitu: materi pembelajaran berbasis fakta,
penjelasan guru maupun respon siswa memiliki alur yang logis, memotivasi dan
menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis dan tepat, mendorong dan
menginspirasi

siswa

sehingga

mampu

memahami,

menerapkan

dan

mengembangkan pola pikir rasional dan objektif, berbasis pada fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan tujuan pembelajaran dirumukan sederhana, jelas dan
menarik.
Hosnan (2014:34) menyebutkan bahwa pendekatan saintifik dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Berdasarkan pendapat Hosnan, pendekatan saintifik membantu siswa
memahami berbagai materi dengan menggunakan pendekatan ilmiah, memberi
pemahaman bahwa informasi terdapat dimana saja, dan kapan saja,
Dari beberapa penjelasan mengenai pendekatan saintifik, dapat kita
simpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan suatu kegiatan pembelajaran

12

yang berpusat pada siswa yang dirancang secara sistematis berdasarkan
pendekatan ilmiah sehingga menggasilkan siswa yang produktif, inovatif, kreatif
dan aktif.
2.1.2.2. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik
Menurut Susilana (2013:186), dalam pendekatan saintifik ada beberapa
tahap/kegiatan, yaitu: Observing, Questioning, Associatting, Experimenting,
Processing, Conclusing, Presenting. Observing adalah proses mengamati suatu
fakta. Queestioning adalah proses menanyakan atau membuat hipotesis segala
sesuatu seputar fakta yang diamati. Associating adalah menalar atau melakukan
asosiasi antara yang diketahui sebelumnya dengan dengan apa yang baru
diketahui. Experimenting adalah menguji pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis
yang muncul dalam questioning. Processing adalah kegiatan yang dilakukan
untuk merumuskan pengetahuan yang diperoleh dari empat proses sebelumnya.
Conclusing adalah merumuskan atau menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh.
Presenting adalah menyajikan pengetahuan yang diperoleh kepada orang lain.
Berdasarkan

Permendikbud

Nomor

81

A

Tahun

2013

tentang

Implementasi Kurikulum pada lampiran IV seperti dijelaskan dibawah ini.
Pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan
melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan,
melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan
secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, dibaca, atau dilihat. Guru perlu
membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan...
Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin
dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk
mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang
ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber
yang tuggal sampai sumber yang beragam.
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagi
cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih

13

banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau
bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul
sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan
berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan
pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai
kesimpulan dari pola yang ditemukan.
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan
di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik
atau kelompok peserta didik tersebut.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Melalui mengamati, peserta didik dapat secara langsung menceritakan kondisi
sebagaimana yang dituntut dalam kompetensi pembelajaran. Peserta didik tidak
mudah menanya apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru
harus mampu menginspirasi peserta didik untuk mau dan mampu menanya. Pada
saat guru mengajukan pertanyaan, guru harus membimbing dan memandu peserta
didik menanya dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan, guru mendorong
peserta didik menjadi penyimak yang baik. Pertanyaan guru dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Mengumpulkan informasi dilakukan dengan
proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Mengasosiasi
dilakukan dengan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori dalam
otak dan pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak berinteraksi
dengan pengalaman sebelumnya. Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik
dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun secara bersamasama dalam kelompok dan/atau secara individu. Guru dapat memberikan
klarifikasi agar peserta didik mengetahui dengan tepat apakah yang telah
dikerjakan

sudah

benar

atau

ada

yang

harus

diperbaiki.

mengkomunikasikan dapat diarahkan sebagai kegiatan konfirmasi.

Kegiatan

14

Menurut Hosnan (2014), langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).
Langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi: menggali
informasi melalui observing/pengamatan, questioning/bertanya,
experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
dilajutkan dengan menganalisis, associating/menalar, kemudian
menyimpulkan,
dan
menciptakan
serta
membentuk
jaringan/networking.
Hosnan menyebutkan ada delapan langkah dalam pendekatan saintifik,
yaitu menggali informasi, bertanya, percobaan, mengolah data, menganalisis data,
menalar, menyimpulkan, menciptakan dan membentuk jaringan.
2.1.3 Tematik Integratif
2.1.3.1 Pengertian Tematik Integratif
Menurut Kurniawan (2014:95) Pembelajaran tematik integratif merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
beberapa mata pelajaran ke dalam sebuah tema. Tujuan dari adanya tema ini
bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran akan
tetapi juga keterkaitannya dengan konsep dari mata pelajaran lain. Pembelajaran
tematik juga dapat diartikan sebagai pola pembelajaran mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, kemahiran, nilai dan sikap pembelajaran dengan
menggunakan tema.
Menurut Muhammad Nuh, yang tercantum pada salinan Permendikbud
materi guru mengenai implementasi kurikulum 2013 (2013:3), pembelajaran
tematik

integratif/terpadu

merupakan

pendekatan

pembelajaaran

yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam
berbagai tema tertentu saja kompetensi yang harus dicapai siswa harus memnuhi,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
T.R. Joni dalam Sekar (2013:69), mengartikan pembelajaran tematik
sebagai suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep
serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran temati

15

akan terjadi apabila perintiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi tema maka siswa
akan sekaligus belajar tentang proses dan isi beberapa mata pelajaran secara
serempak.
Menurut Hadi Subroto dalam Sekar (2013:69), pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan
dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang
dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau
lebih dan dengan beragam pengalaman belajar sehingga pembelajaran menjadi
semakin bermakna. Nana Syaodih Sukmadinata dalam Sekar (2013:69)
memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan
fokus pada bahan ajar. Bahan ajar disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam
bentuk tema-tema pembelajaran.
Menurut Sukandi dkk dalam Sekar (2013:70), pembelajaran tematik pada
dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan memadukan materi
dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema. Dengan demikan, pelaksanaan
dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa
materi pelajaran yang disajikan dalam satu pertemuan.
Dari beberapa pengertian tentang pendekatan integratif diatas, dapat
disimpulkan

bahwa

pembelajaran

tematik

integratif

adalah

pendekatan

pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran ke dalam berbagai tema.
2.1.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik Integratif
Berdasarkan dokumen Kemendikbud tahun 2013, langkah-langkah
mengelola pembelajaran tematik integratif diawali dari menginventarisir tema dan
dipilih dari tema yang paling sederhana, dekat dengan lingkungan, sesuai dengan
usia dan perkembangan siswa. Setelah penetapan tema dibuatlah matrik yang
menggambarkan hubungan antara mata pelajaran, kompetensi dasar dan indikator
yang disatukan dalam sebuah tema. Kalender tematik dibuat setelah matrik,
kalender tematik berisi informasi agenda (jadwal) pembelajaran tematik. Setelah
itu mempelajari silabus dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
sekaligus penilaiannya.

16

Langkah-langkah pembelajaran terdiri dari: (1) Kegiatan pendahuluan:
merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan
membangktkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik agar siap
mengikuti proses pembelajaran. (2) Kegiatan inti: merupakan proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik utnuk berpartisifatif aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemudian
sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
kegiatan inti dilakukan melalui proses ekslorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Ketiga
proses tersebut dirancang secara terpadu melalui kegiatan mengamati, menanya,
mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan membaca. (3) Kegiatan
penutup: merefleksikan kegiatan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian, refleksi,
umpan balik, dan tindak lanjut berupa penugasan terstruktur dan atau kegiatan
mandiri tidak terstruktur.
2.1.4 Efektivitas Pembelajaran
Sebuah kegiatan pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat memenuhi
beragam kriteria yang telah ditetapkan. Melalui studinya, Ornstein dan Levine
(1985:522) menetapkan beberapa aspek yang dapat digunakan untuk mengukur
keefektifan sebuah kegiatan pembelajaran yaitu manajemen kelas, aktivitasaktivitas pembelajaran yang diinstruksikan guru, dan pengelompokan siswa.
Kegiatan pembelajaran yang efektif merupakan hasil dari manajemen kelas yang
efektif. Hal ini diwujudkan oleh guru melalui beragam strategi yang dapat
meningkatkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam diri siswa misalnya disiplin,
antusias, aktif, kreatif, produktif, dan lain sebagainya. Aktivitas-aktivitas
pembelajaran di kelas mulai dari kegiatan awal sampai dengan akhir diharapkan
mampu membantu siswa memahami materi pembelajaran yang disampaikan,
misalnya menggunakan kegiatan apersepsi yang mendukung, menggunakan media
yang cocok bagi materi pembelajaran tersebut, memberikan tugas-tugas mandiri
dan lain sebagainya. Cara pengelompokkan siswa pun turut andil dalam
terciptanya pembelajaran yang efektif. Diskusi dalam kelompok-kelompok kecil

17

yang heterogen sebelum mengerjakan tugas individu dapat membantu siswa untuk
mendapatkan inspirasi dari teman sekaligus membiasakan siswa memberikan
pendapat dan menghargai pendapat orang lain.
Ketiga aspek keefektifan pembelajaran yang dipaparkan oleh Ornstein dan
Levine di atas dapat dicapai melalui model pembelajaran yang efektif. Manajemen
kelas, aktivitas pembelajaran siswa dan cara pengelompokkan siswa merupakan
beberapa

aspek

yang

terdapat

di

dalam

komponen-komponen

model

pembelajaran.
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menjelaskan agar pembelajaran
tertentu dapat mencapai hasil belajar yang maksimal, maka proses pembelajaran
baik melalui model dan metode pembelajaran harus dilaksanakan dengan efektif.
Keefektifan pembelajaran ditengarai dari proses dan hasil pembelajaran yang
dicapai oleh siswa. Muara dari proses pembelajaran yang efektif tersebut adalah
hasil pembelajaran yang ditandai oleh ketuntasan hasil belajar siswa yang
mencapai minimal dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Berdasarkan beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu
pembelajaran dapat dikatakan efektif bila aspek-aspek proses pembelajaran dan
hasil pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik. Aspek dalam proses
pembelajaran yang dimaksud adalah manajemen kelas, aktivitas-aktivitas
pembelajaran yang diinstruksikan guru, dan pengelompokan siswa. dengan
terpenuhinya aspek-aspek tersebut, maka hasil belajar siswa dapat tuntas atau
mencapai KKM.
2.1.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar siswa biasanya dipengaruh oleh beberapa faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat menyebabkan peningkatan
maupun menurunan hasil belajar siswa. Menurut Slameto (2013:54) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan ke dalam dua golongan yaitu
faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor eksternal yang
bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau
intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan

18

kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari ligkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan pendapat Slameto yang telah diuraikan diatas, ada dua faktor
yang mempengaruhi belajar siswa yakni faktor intern yang berasal dari dalam diri
siswa dan faktor extern yang berasal dari dalam diri siswa.
Mudzakir dan Sutrisno (1997: 155-168) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri
manusia) meliputi: (1) Faktor fisiologi, yang meliputi karena sakit, karena kurang
sehat, karena cacat tubuh. (2) Faktor psikologi, yang meliputi intelegensi (IQ),
perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik.
Adapun faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang
meliputi: (1) Lingkungan keluarga, (2) Lingkungan sekolah, (3) Lingkungan
masyarakat.
Mudzakir dan Sutrisno juga mengelompokkan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologi, sedangkan faktor
eksternalnya meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
Berdasarkan beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri
siswa meliputi faktor-faktor yang bersifat fisiologis dan psikologis. Sedangkan
faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor-faktor lingkungan
keluarga, sekolah, dan lingkungan paling luas yaitu masyarakat.
2.2

Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian pengembangan dari Kustiah (2011) yang berjudul

“Pengembangan Buku Ajar dan Lembar Aktivitas Siswa untuk Membelajarkan
Materi Pecahan Kelas V SD”. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan: (1)
Hasil validasi ahli dan guru bidang studi terhadap draf buku ajar yang
dikembangkan dinilai layak digunakan. Hal ini dibuktikan pada presentase format
I adalah 84,99%, format II sebesar 82,56% dan 88, 72% dengan kategori sangat

19

layak, (2) Penilaian validator terhadap lembar aktivitas siswa, pada instrumen
penilaian diperoleh nilai rata-rata persentase 86,11% yang berarti sangat layak,
dan (3) proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan buku ajar
dan lembar aktivitas siswa berada pada kategori baik dilihat dari nilai rata-rata
persentase 86,36% dan terjadi ketuntasan hasil belajar serta peningkatan sebesar
24,14%.
Hasil penelitian pengembangan dari Farah Diba, Zulkardi, Trimurti Saleh
(2009) yang berjudul “Pengembangan Materi Pembelajaran Bilangan Berdasarkan
Pendidikan Matematika Realistik untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Siswa
memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika yang dilihat dari
komentar mereka, serta tes kemampuan mereka yang menunjukkan hasil baik
dengan rata-rata 79,79 dimana 34 orang siswa (82,93%) memperoleh nilai ≥ 66.
Oleh karena itu, prototipe ketiga buku siswa yang peneliti disain mempunyai
potensial efek untuk siswa kelas V SD Negeri 117 Palembang dan dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran bilangan.
Hasil penelitian pengembangan dari Retno Ningtyas, Tri Nova Hasti
Yunianta dan Wahyudi (2014) yang berjudul “Handout Pembelajaran Tematik
untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas III”. Pembelajaran dengan menggunakan
produk ini menjadi lebih menyenangkan dan membuat siswa menjadi aktif. Selain
berisi gambar-gambar yang sesuai dengan tema yang berkaitan dengan
lingkungan rumah, produk ini juga menyajikan proses terbentuknya suatu rumus
sehingga siswa dapat belajar secara runtut dengan rumus yang diperoleh.
Hasil penelitian M. Minan Chusni dan Widodo (2013) yang berjudul
“Pengembangan LKS Sains Berbasis Kerja Laboratorium untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Siswa SMP Muh Muntilan”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa; 1) pengembangan LKS sains berbasis kerja
laboratorium melalui beberapa tahapan yang meliputi studi pendahuluan,
perencanaan, penyusunan LKS, validasi oleh ahli, evaluasi, ujicoba terbatas,
evaluasi dan perbaikan, ujicoba diperluas, evaluasi dan penyempurnaan produk, 2)
dari hasil validasi ahli terhadap LKS sains berbasis kerja laboratorium diperoleh
nilai yang sangat baik, 3) dari hasil ujicoba diperluas menunjukkan bahwa

20

keterampilan proses dan hasil belajar sains siswa yang menggunakan LKS sains
berbasis kerja laboratorium lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan LKS sains berbasis kerja laboratorium lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang menggunakan LKS sains dari sekolah dengan Sig.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

A DESCRIPTIVE STUDY ON THE TENTH YEAR STUDENTS’ RECOUNT TEXT WRITING ABILITY AT MAN 2 SITUBONDO IN THE 2012/2013 ACADEMIC YEAR

5 197 17

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

IbM Pemanfaatan Biopestisida untuk Mengendalikan Hama Uret (Lepidiota stigma) Pada Tanaman Tebu

8 129 1

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Integrated Food Therapy Minuman Fungsional Nutrafosin Pada Penyandang Diabetes Mellitus (Dm) Tipe 2 Dan Dislipidemia

5 149 3