ANALISIS WACANA KRITIS AWK BERDASARKAN U
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK)
BERDASARKAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TEHADAP SURAT KONTRAK
KERJA KARYAWAN
Oleh:
Yola Merina, S.S., M. Hum.
NIDN. 1014058502
SEKOLAH TINGGI ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
0
Analisis Wacana Kritis (AWK) Berdasarkan UU no 13 Tahun 2003 Tehadap
Surat Kontrak Kerja Karyawan
Yola Merina, S.S., M.Hum
STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected]
Wacana bukan saja merupakan rangkaian kata atau proposisi dalam
sebuah tek akan tetapi sesuatu yang memproduksi suatu yang lainnya yang
tentunya mempertimbangkan peristiwa bahasa dari segi referensi dan makna.
Makalah ini membahas tentang efek, fungsi, dan solusi Analisis Wacana Kritis
menurut pandangan Fairclough yang muncul pada teks dan wacana pada surat
kontrak kerja karyawan di sebuah perusaan di Kota Padang. Hasil dari analisis
tergambar bahwa terdapat efek negatif atau merugikan pihak karyawan dan
positif bagi pihak perusahaan pada Analisis Wacana Kritis karena masih
terdapanya kekaburan yang terselubung dalam penulisan teks pada kontrak yang
dibuat perusahaan dalam artian produsen.
Kata Kunci: Wacana, AWK, Kontrak Kerja
I. Latar Belakang
Wacana atau yang kerap disebut diskursus (discourse) menjadi istilah
umum yang dipakai dalam berbagai disiplin. Semua ucapan atau teks yang
memiliki makna dan pengaruh yang nyata serta sekelompok statement yang dapat
diindividualisasikan dianggap sebagai diskursus atau wacana (Foucault, 1972).
Wacana dapat berupa lisan maupun tulisan. Dalam bentuk lisan wujud wacana
seperti percakapan dan dialog sedangkan dalam bentuk tulisan wujud wacana
dapat berupa teks yang terdiri dari beberapa kalimat atau paragraph yang utuh.
Wacana tidak dipahami sebagai serangakaian kata atau preposisi teks, tetapi
adalah sesuatu yang memproduksi yang lain seperti gagasan, konsep atau praktik.
Kajian wacana sekarang ini sudah menjadi kajian yang kritis. Kajian wacana ini
disebut dengan CDA atau Critical Discourse Analysis yang dalam bahasa
Indonesianya adalah Analisis Wacana Kritis (AWK).
Analisis Wacana Kritis merupakan analisis wacana yang mempelajari
tentang kekuasaan yang di dalam kekuasaan itu munculnya kekerasan sosial,
dominasi dan ketidak setaraan yang dibentuk dan diproduksi dengan teks atau
semacam pembicaraan dalam konteks sosial dan politik. Oleh karena itu persoalan
utama wacana adalah siapa yang memproduksi wacana dan apa efek yang muncul
dari produksi wacana tersebut. Dengan kata lain setiap produksi wacana selalu ada
efek yang terpinggirkan. Sehingga wacana berkaitan dengan kuasa (power).
Sebagaimana yang dikatakan oleh Fairclough (2010) Analisis Wacana
Kritis diantaranya tertuju pada masalah sosial, politik, kekuasaan, masyarakat,
budaya, pemerintahan, ideology dan lainnya. Pada makalah singkat ini akan
membahas bagaimana keterkaitan Analisis Wacana Kritis (AWK) yang dikaitkan
UU ketenaga kerjaan No. 13 Tahun 2003 sehingga makalah ini menghubungkan
AWK dengan politik dan pemerintahan serta efek kekuasaan yang muncul disini.
1
Yang menjadi sumber data dalam makalah ini adalah surat keputusan karyawan
kontrak pada perusahaan yang bergerak dibidang pendidikan di Kota Padang
yakni dinamai dengan perusahaan X. Di dalam surat kontrak yang dikeluarkan
oleh perusahaan X ada teks tentang surat keputusan pengangkatan karyawan
kontrak yang diterima karyawan. Berdasarkan surat keputusan yang diterima oleh
karyawan itu maka secara persfektif politik dan kekuasaan adalah cara suatu
institusi untuk mengkontrol prilaku, kinerja dan aturan serta kewajiban dan hak
dari karyawan itu sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas yang menjadi batasan
masalah dalam makalah sederhana ini adalah bagaimana efek, fungsi serta solusi
analisis wacana kritis menurut Fairclough yang muncul pada teks dan wacana
pada surat kontrak karyawan.
II. Pembahasan
Analisis wacana yang dimaksudkan dalam makalah sederhana ini, adalah
sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari surat keputusan pada
karyawan kontrak di institusi yang bergerak dibidang pendidikan yang
mengemukakan suatu pernyataan secara tertulis pada suarat keputusan.
Pengungakapan ini dilakukan dengan melihat teks dan dikaitkan dengan UU
ketenagakerjaan no 13 tahun 2003 dan bagaimana prosedur, efek dan fungsi yang
ditulis pada surat keputusan pada karyawan kontrak.apakah dalam surat keputusan
itu sesuai dengan aturan atau ada hal yang tersembunyi yang tidak dipahami oleh
karyawan sehinga merugikan karyawan tersebut sebagai bentuk kekuasaan
(power) dari perusahan atau instittusi tersebut. Jadi berdasarkan hal tersebut
wacana dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam pembentukan
subyek dan berbagai tindakan representasi.
Analisis wacana kritis (CDA) adalah wacana tidak dipahami semata-mata
sebagai obyek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan untuk menganalisis teks.
Bahasa tidak dipandang dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dalam
analisis wacana kritis selain pada teks juga pada konteks bahasa sebagai alat yang
dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu yang dapat menyibak serta mengkuak
apa yang terselubung, tersembunyikan dan tidak namapak dengan jelas.
Menurut Fairclough praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologis
artinya wacana dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang
antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas
dimana perbedaan itu direpresentasikan dalam praktik sosial. Lebih lanjut,
Fairclough berpendapat bahwa analisis wacana kritis adalah bagaimana bahasa
menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan mengajukan ideologinya
masing-masing. Bardasarkan hal ini ada kreteria yang dikemukan Fairclough
dalam Analisis Wacana Kritis yakni diantaranya:
1. Tindakan. Wacana dapat dipahami sebagai tindakan (actions) yaitu
mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Sesorang berbicara,
menulis, menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan
dengan orang lain. Wacana dalam prinsip ini, dipandang sebagai
sesuatu yang betujuan apakah untuk mendebat, mempengaruhi,
membujuk, menyangga, bereaksi dan sebagainya. Selain itu wacana
2
dipahami sebagai sesuatu yang di ekspresikan secara sadar, terkontrol
bukan sesuatu di luar kendali atau diekspresikan secara sadar.
2. Konteks. Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari
wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana dipandang
diproduksi dan di mengerti dan di analisis dalam konteks tertentu. Tiga
hal sentaralnya adalah teks (semua bentuk bahasa, bukan hanya katakata yang tercetak dilembar kertas, tetapi semua jenis ekspresi
komunikasi). Konteks (memasukan semua jenis situasi dan hal yang
berada dilar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, situsai dimana
teks itu diproduksi serta fungsi yang dimaksudkan). Wacana dimaknai
sebagai konteks dan teks secara bersama. Titik perhatianya adalah
analisis wacana menggambarkan teks dan konteks secara bersamasama dalam proses komunikasi.
3. Historis, menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu dan tidak
dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks.
4. Kekuasaan. Analisis wacana kritis mempertimbangkan elemen
kekuasaan. Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun tidak
di pandang sebagai sesuatu yang alamiah wajar dan netral tetapi
merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan yang
dimaksudkan adalah salah satu kunci hubungan anatara wacana dan
masyarakat.
Fairclough (1995, 93) mengartikan analisis wacana bertujuan untuk secara
sistimatik sering menyelidiki kekaburan hubungan dari kausalitas (sebab akibat)
dan determinasi (penentuan) antara:
1. Praktek wacana, peristiwa, dan teks
2. Sosial yang luas dan struktur budaya, hubungan dan proses;
a. Untuk menyelidiki bagaimana praktek, peristiwa dan teks
terungkap dan secara ideology dibentuk oleh hubungan
kekuasaan, pertarungan kekuasaan
b. Untuk menyelididiki keburaman hubungan antara wacana dan
masyarakat itu sendiri sebuah faktor pengaman kekuasaan dan
hegemoni.
Sebagaimana yang dijelaskan Fairclough di atas bahwasanya analisis
wacana kritis dapat menganailis kekaburan yang terdapat pada suatu teks dan
wacana. Kalau dihubungkan dengan analisis wacana didalam surat keputusan
pada instansi X tersebut terdapat pernyataan yang terkesan sudah sesuai dengan
cara pembuatan surat keputusan di suatu perusahaan atau instansi. Di dalam surat
keputusan ini tersusun layaknya surat keputusan yang benar. Namun, perlu
ditelaah apakah teks tersebut sudah sesuai dengan aturan perundang- undangan
yang disusun oleh abdi Negara demi melindungi tenaga kerja Indonesia dari para
penguasa yang mengunakan power atau kekuasaanya. Pada pembahasaan ini
menelaah Analisis Wacana Kritis Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tehadap
surat kontrak kerja karyawan pada instansi X ini diantaranya adalah:
1. Pada teks ‘menimbang’ yang ditulis pada surat keputusan ini tercantum
seperti berikut:
3
“Bahwasanya nama yang tercantum di dalam Surat Keputusan ini
dipandang memenuhi syarat untuk diangkat menjadi karyawan kontrak
dengan masa 1 tahun”
Perrnyataan di atas jelas sekali memberikan efek negatif pada karyawan
yang bekerja di instansi X ini dan merugikan pihak karyawan kontrak karena
pernyataan yang menyatakan “untuk diangkat menjadi karyawan kontrak dengan
masa 1 tahun”. Dari pernyataan itu tidak ada kesepakatan untuk memperpanjang
kontrak karyawan walaupun karyawan tesebut memiliki dedikasi, loyalitas yang
tinggi terdahap perusaahan serta berkualitas dan memiliki kualifikasi yang baik di
posisinya tetapi perusahan bisa saja memberhentikan karyawan dengan mudahnya
dengan munculnya pernyataan tersebut. Pada posisi ini instansi X ini mengambil
posisi aman dengan penyataan ini sehingga karyawan tidak mampu
memperkarakan pihak instansi sebagai pemegang kuasa (power) pada pengadilan
seandainya perusahan tidak menginginkan untuk memperpanjang kontrak kerja.
Pernyataan ini memiliki fungsi yang melindungi pihak perusahaan atau
instansi karena pernyaan pada teks tersebut memperkuat kekuasaan pada instansi
X sehingga jika perusahaan ini memutus kontrak setelah masa kerja 1 tahun, pihak
perusahan tidak dapat dituntut ke pengadilan karena hal tersebut tertulis pada surat
kontrak tersebut. Alasan perusahaan ini menurut saya untuk mengurangi beban
perusahanan untuk mengangkat karyawan menjadi tanaga kerja tetap sehingga
mengeluarkan baget yang tinggi untuk mengaji karyan tersebut. Solusi pada
karyawan yang diberlakukan seperti kontak ini adalah seorang karyawan harus
mempersiapkan diri untuk dikeluarkan pada waktunya dan mempersiapkan diri
untuk menacari pekerjaan baru.
2. Pada teks memutuskan menjelaskan tentang penetapan pada karyawan
kotrak tersebut (lihat lampiran)
Menurut pasal 54 UU No. 13 tahun 2003 ketenaga kerja poin 1 menyatakan:
perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya memuat :
a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
c. jabatan atau jenis pekerjaan;
d. tempat pekerjaan;
e. besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
pekerja/buruh;
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dani. tanda tangan para
pihak dalam
Namun pada kenyataannya dalam surat keputusan tersebut ada poin yang
tidak lengkap dicantumkan diantaranya jenis kelamin dan alamat pekerja. Hal
tersebut memang tidak terlalu signifikan buruknya tetapi jika surat kontrak ini
dipertanyakan dan diperkarakan bisa saja jenis kelamin perempuan diganti dengan
laki- laki serta juga tidak adanya alamat pekerja sehinga bisa saja jika hal terburuk
terjadi pada perusahaan yang dilakukan oleh pekerja atau karyawannya pada
4
perusahaan. Maka pada posisi ini perusahaan bisa saja dilemahkan karna ketidak
lengkapan data.
Efek yang muncul pada surat keputusan seperti ini pada perusahaan/
instansi adalah perusahaan ini dianggap perusahaan yang tidak berkopetensi dan
belum terorganisir dengan baik atau bisa saja bukan perusahaan atau instansi yang
salah pada posis ini namun pihak SDM yang berperan dalam pengaturan surat
menyurat yang teledor atau belum berpengalaman serta tidak memiliki skil atau
kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya. Efek negatif lainnya perusahaan
belum professional dalam memilih tenaga kerja sehingga dalam membuat kontrak
kerja saja masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh SDMnya.
3. Pada poin pertama tentang memutuskan, instansi X ini menyatakan:
“Apa bila dalam jangka waktu yang telah disepakati tidak mencapai
target, maka kontrak kerja akan berakhir dengan sendirinya”
Pada teks ini, instansi tidak menjelaskan secara rinci target apa yang harus
dicapai oleh pekerja secara tertulis. Efek negatif dari teks ini adalah instansi dapat
semena-mena memberhentikan karyawannya secara subjektif dengan berkilah
karyawan tidak mencapai target kerja yang sesuai dengan yang pimpinan dari
instansi inginkan dan karyawan tidak bisa melakukan pembelaan walaupun
karyawan bekerja dengan aturannya. Karyawan juga tidak akan mendapatkan
pesangon seakan-akan karyawan diperlakukan tidak sewajarnnya.
4. Pada kolom lampiran ada hak dan kewajiban yang dicantumkan
perusahaan di surat keputusan ini. Instansi X ini memberikan upah
dibawah upah minimum. (lihat lampiran)
Pada bab VI tentang penempatan tenaga kerja dalam UU no 13 tahun 2003
pasal 31 yang isinya: “setiap mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang
layak dalam atau luar negri”
Sesuai dengan pasal ini, tentu saja maksudnya pemberian upah atau gaji
pada setiap tenaga kerja harus sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang
sudah diatur oleh pemerintah daerah sesuai dengan aturan upah minimum yang
sudah ditetapkan.namun pada kenyataannya dalam surat kontrak ini upah
minimum yang diberikan tidak sesuai dengan peraturn yang sudah di tetapkan
pemerintah daerah. Namun, pada hal ini karyawan tidaklah dibohongi namun
dengan kondisi ini nampak sekali bahwasanya instansi ini adalah instansi X yang
tidak berkembang dengan baik atau perusahan ini pada posisi yang tidak stabil
sehinga belum mampu mengaji karyawannya sesuai dengan aturan perundangundangan yang berlaku.
Efek yang dimunculkan pada teks ini ada negatif dan positifnya bagi
istansi x ini. Efek positifnya tidak mengeluarkan baget yang tinggi untuk mengaji
namun effek negatifnya jika pihak berwenang mengetahui kondisi ini perusahaan
ini bisa saja di cekal dan effek negative lainnya karyawan yang bekerja disini
hanyalah untuk mencari pengalaman semata bukan untuk memajukan perusahaan
dikarnakan upah atau gaji yang tidak sesuai. Dan perusahaan ini hanyalah sebagai
persingahan sementara bagi setiap karyawannya sehinga perusahaan atau instansi
ini tidak berkembang dengan pesat sebab karyawannya mudah bergonta ganti
sehinga setiap karyawan baru yang masuk butuh penyesuaian dan pelatihan lagi.
5
Akibatnya bukan peningkatan mutu dan kualitas serta kinerja karyawan namun
perusahaan sibuk untuk mengajarkan dan memberikan pelatihan pada karywan
baru. Selain ini effek negatifnya yang dapat dibaca adalah perusahaan ini pada
posisi yang tidak berkembang atau perushaan /instansi ini adalah perushaan
/instansi yang tidak prosuktif.
Selain itu menurut pasal 60 ayat 2 mengatakan: “dalam masa percobaan
kerja sebagai mana disebut dalam ayat 1, pengusaha dilarang membayar upah di
bawah upah minimum yang beraku”. Walaupun aturan dalam UU No. 13 tahun
2003 telah mengukuhkan aturannya, instansi ini malahan memberikan upah di
bawah upah minimum dan itu bukan utuk masa percobaan 3 bulan manun untuk
kontrak 1 tahun. Dari persfektif ini jelas nampak bahwa perusahaan ini adalahan
perusahan yang tidak memiliki progress yang baik dan dapat dikatakan
perusahaan yang idak berkembang.
Berdasarkan contoh teks yang ada pada surat keputusan pada karyawan
kontrak di perusahaan x ini jika dianalisis dengan Analisis Wacana Kritis (AWK)
menurut Fairclough (1995)adalah untuk mengungkap kekaburan informasi dan
maksud terselubung yang ada pada teks. Kekaburan pada surat keputusan kerja
pada instansi X ini adalah tidak menjelaskan sejelas mungkin tentang aturan
perusaahaan dan kekuasaan. Surat keputusan ini betitik berat pada poin ke empat
dari Analisis Wacana Kritis menurut Fairclough yakni kekuasaan (power).
perusahaan bertitik berat pada element kekuasaan yang menunjukan kekuatan
yang dipunyainya sebagai pihak produser.
Jika dilihat dari tahapan teks, prosedur, konsumen target, effect dan solusi,
teks yang ada pada setiap beberapa contoh teks di atas nampak jelas bahwa teks
tersebut dipermainkan oleh pihak produser. Ketika dilihat dari JUKNIS (juru
teknis) dari aturan instansi ini semua terpapar seperti aturan UU NO. 13 tahun
2003 yang semestinya. Instansi ini sudah memiliki 49 cabang seluruh Indonesia
tentunya aturan surat kontrak pekerjaan sudah terorganizir dengan baik. Dapat
dikatakan pihak pricursor di instansi ini adalah cabang pusat yakni investor
terbesar dan sekaligus orang yang memperkasai perusahan ini pertama kalinya
yakni Mr. Y yang berada di Jakarta. Dan yang menjadi instigator adalah investor
di setiap cabang. Distributor yang berperan adalah Branch Manager di setiap
cabang. Singkatnya walaupun aturan dari instansi ini sudah disusun dan dirancang
dari pusat sesuai aturan undang- undang tenaga kerja namun ada hak yang
dimiliki oleh setiap Branch Manager (BM) yang mengakibatkan perubahan
terhadap peraturan tersebut. Pada kenyataannya terdapatlah teks yang terselubung
yang merugikan pihak karyawan dan menguntungkan instansinya. Sesuai dengan
analisis wacana kritis surat kontrak semacam ini masih jauh dari penjelasan yang
tegas dan menguntungkan kedua belah pihak. Kekuatan hukumnya masih
diragukan. Efek negatif banyak diperoleh pada karyawan yang sangat dirugikan.
Efek positif untuk karyawan adalah jika karyawan mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik dengan gaji yang lebih tinggi, karyawan dapat dengan mudah
meninggalkan tanpa ada kekuatan hukum yang kuat dari perusahan dikarnakan
surat keputusannya tidak ditulis dengan bentuk yang terrinci danjelas. Selanjutnya
efek positif dari perusahan atau instansi ini adalah BM dengan semena-mena bisa
mengeluarkan karyawannya dengan penilaian objektif dan subjektif.
6
Pendapat Faiclough (1995) tentang analisis wacana kritis disini adalah
bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan
mengajukan ideologinya masing-masing. Yang bertarung disini adalah karyawan
dan pihak instansi yang nantinya memunculkan efek negatif dan positif. Sehingga
wacana bisa jadi menampilkan efek sebuah kepercayaan (ideologis) artinya
wacana dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas
sosial, tenaga kerja baik laki-laki maupun wanita, kelompok mayoritas dan
minoritas dimana perbedaan itu direpresentasikan dalam praktik sosial.
Singkatnya fungsi wacana kritis mengungkap hal yang kabur tersebut agar tidak
banyak kaum atau kolompok yang termarjinalkan atau tertindas dengan genre
bahasa yang dipakai dalam teks dan wacana tersebut.
III.
Kesimpulan
Analisis Wacana Kritis (AWK) merupakan analisis wacana yang
mempelajari tentang kekuasaan yang di dalam kekuasaan itu munculnya
kekerasan sosial, dominasi, dan ketidak setaraan yang dibentuk dan diproduksi
dengan teks atau semacam pembicaraan dalam konteks sosial dan politik. Analisis
Wacana melihat pemakaian bahasa tutur dan tulisan sebagai praktik sosial. Praktik
sosial dalam analisis wacana dipandang menyebabkan hubungan yang saling
berkaitan antara peristiwa yang bersifat melepaskan diri dari dari sebuah realitas,
dan struktur sosial. Dalam memahami wacana (naskah/teks) tidak akan pernah
dapat telepaskan dari konteksnya. Yang dibahas disini adalah Analisis Wacana
Kritis pada surat keputusan karyawan kontrak di instansi X di kota Padang yang
bergerak pada Pendidikan. Pada surat kontrak yang dibaca terdapat kekaburan
yang terselubung dalam kontrak tersebut. Selain itu juga tidak terdapat beberapa
aturan yang dituangkan dalam Undang-Undang tenaga kerja No 13 Tahun 2003.
Secara Analisis Wacana Kritis pada analisis ini terlihat pikah instansi
memarjinaklan pekerja pada contoh yang dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya. Sehingga dari penjelasan sebelumya nampak jelas secara teks yang
tertuliskan dalam surat kontrak tersebut bahwa instansi ini di bawah distributornya
yakni BM mempergunakan kekuasaan (powernya) dalam menyusun surat kontrak
agar tidak merugikan pihaknya dalam urusan peraturan, gaji dan kewajiban dan
hak karyawan. Namapak juga instansi ini belum berada pada posisi sukses atau
berkembang karena gaji dan aturan instansi ini masih dibawah standar aturan
perundang-undangan serta SDM yang berkaita dengan karyawan belum cukup
memiliki kualifikasi yang baik disebabkan dalam surat keputusan ada poin
penting yang tidak dituliskan di surat keputusan kontrak karyawan yang sesuai
dengan aturan perundang- undangan Tenaga Kerja No 13 Tahun 2003.
7
Daftar Pustaka
Fairclough, Norman.1995. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of
Language. London and New York: Longman.
Nunan, David. 1993. Introducing Discourse Analysis.Penguin: English
Renkema, Jan. 1993. Discourse Studies: An Introductory Textbook. Amsterdam:
John Benjamins Publising Company.
8
BERDASARKAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TEHADAP SURAT KONTRAK
KERJA KARYAWAN
Oleh:
Yola Merina, S.S., M. Hum.
NIDN. 1014058502
SEKOLAH TINGGI ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
0
Analisis Wacana Kritis (AWK) Berdasarkan UU no 13 Tahun 2003 Tehadap
Surat Kontrak Kerja Karyawan
Yola Merina, S.S., M.Hum
STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected]
Wacana bukan saja merupakan rangkaian kata atau proposisi dalam
sebuah tek akan tetapi sesuatu yang memproduksi suatu yang lainnya yang
tentunya mempertimbangkan peristiwa bahasa dari segi referensi dan makna.
Makalah ini membahas tentang efek, fungsi, dan solusi Analisis Wacana Kritis
menurut pandangan Fairclough yang muncul pada teks dan wacana pada surat
kontrak kerja karyawan di sebuah perusaan di Kota Padang. Hasil dari analisis
tergambar bahwa terdapat efek negatif atau merugikan pihak karyawan dan
positif bagi pihak perusahaan pada Analisis Wacana Kritis karena masih
terdapanya kekaburan yang terselubung dalam penulisan teks pada kontrak yang
dibuat perusahaan dalam artian produsen.
Kata Kunci: Wacana, AWK, Kontrak Kerja
I. Latar Belakang
Wacana atau yang kerap disebut diskursus (discourse) menjadi istilah
umum yang dipakai dalam berbagai disiplin. Semua ucapan atau teks yang
memiliki makna dan pengaruh yang nyata serta sekelompok statement yang dapat
diindividualisasikan dianggap sebagai diskursus atau wacana (Foucault, 1972).
Wacana dapat berupa lisan maupun tulisan. Dalam bentuk lisan wujud wacana
seperti percakapan dan dialog sedangkan dalam bentuk tulisan wujud wacana
dapat berupa teks yang terdiri dari beberapa kalimat atau paragraph yang utuh.
Wacana tidak dipahami sebagai serangakaian kata atau preposisi teks, tetapi
adalah sesuatu yang memproduksi yang lain seperti gagasan, konsep atau praktik.
Kajian wacana sekarang ini sudah menjadi kajian yang kritis. Kajian wacana ini
disebut dengan CDA atau Critical Discourse Analysis yang dalam bahasa
Indonesianya adalah Analisis Wacana Kritis (AWK).
Analisis Wacana Kritis merupakan analisis wacana yang mempelajari
tentang kekuasaan yang di dalam kekuasaan itu munculnya kekerasan sosial,
dominasi dan ketidak setaraan yang dibentuk dan diproduksi dengan teks atau
semacam pembicaraan dalam konteks sosial dan politik. Oleh karena itu persoalan
utama wacana adalah siapa yang memproduksi wacana dan apa efek yang muncul
dari produksi wacana tersebut. Dengan kata lain setiap produksi wacana selalu ada
efek yang terpinggirkan. Sehingga wacana berkaitan dengan kuasa (power).
Sebagaimana yang dikatakan oleh Fairclough (2010) Analisis Wacana
Kritis diantaranya tertuju pada masalah sosial, politik, kekuasaan, masyarakat,
budaya, pemerintahan, ideology dan lainnya. Pada makalah singkat ini akan
membahas bagaimana keterkaitan Analisis Wacana Kritis (AWK) yang dikaitkan
UU ketenaga kerjaan No. 13 Tahun 2003 sehingga makalah ini menghubungkan
AWK dengan politik dan pemerintahan serta efek kekuasaan yang muncul disini.
1
Yang menjadi sumber data dalam makalah ini adalah surat keputusan karyawan
kontrak pada perusahaan yang bergerak dibidang pendidikan di Kota Padang
yakni dinamai dengan perusahaan X. Di dalam surat kontrak yang dikeluarkan
oleh perusahaan X ada teks tentang surat keputusan pengangkatan karyawan
kontrak yang diterima karyawan. Berdasarkan surat keputusan yang diterima oleh
karyawan itu maka secara persfektif politik dan kekuasaan adalah cara suatu
institusi untuk mengkontrol prilaku, kinerja dan aturan serta kewajiban dan hak
dari karyawan itu sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas yang menjadi batasan
masalah dalam makalah sederhana ini adalah bagaimana efek, fungsi serta solusi
analisis wacana kritis menurut Fairclough yang muncul pada teks dan wacana
pada surat kontrak karyawan.
II. Pembahasan
Analisis wacana yang dimaksudkan dalam makalah sederhana ini, adalah
sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari surat keputusan pada
karyawan kontrak di institusi yang bergerak dibidang pendidikan yang
mengemukakan suatu pernyataan secara tertulis pada suarat keputusan.
Pengungakapan ini dilakukan dengan melihat teks dan dikaitkan dengan UU
ketenagakerjaan no 13 tahun 2003 dan bagaimana prosedur, efek dan fungsi yang
ditulis pada surat keputusan pada karyawan kontrak.apakah dalam surat keputusan
itu sesuai dengan aturan atau ada hal yang tersembunyi yang tidak dipahami oleh
karyawan sehinga merugikan karyawan tersebut sebagai bentuk kekuasaan
(power) dari perusahan atau instittusi tersebut. Jadi berdasarkan hal tersebut
wacana dilihat dari bentuk hubungan kekuasaan terutama dalam pembentukan
subyek dan berbagai tindakan representasi.
Analisis wacana kritis (CDA) adalah wacana tidak dipahami semata-mata
sebagai obyek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan untuk menganalisis teks.
Bahasa tidak dipandang dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dalam
analisis wacana kritis selain pada teks juga pada konteks bahasa sebagai alat yang
dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu yang dapat menyibak serta mengkuak
apa yang terselubung, tersembunyikan dan tidak namapak dengan jelas.
Menurut Fairclough praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologis
artinya wacana dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang
antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas
dimana perbedaan itu direpresentasikan dalam praktik sosial. Lebih lanjut,
Fairclough berpendapat bahwa analisis wacana kritis adalah bagaimana bahasa
menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan mengajukan ideologinya
masing-masing. Bardasarkan hal ini ada kreteria yang dikemukan Fairclough
dalam Analisis Wacana Kritis yakni diantaranya:
1. Tindakan. Wacana dapat dipahami sebagai tindakan (actions) yaitu
mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Sesorang berbicara,
menulis, menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan
dengan orang lain. Wacana dalam prinsip ini, dipandang sebagai
sesuatu yang betujuan apakah untuk mendebat, mempengaruhi,
membujuk, menyangga, bereaksi dan sebagainya. Selain itu wacana
2
dipahami sebagai sesuatu yang di ekspresikan secara sadar, terkontrol
bukan sesuatu di luar kendali atau diekspresikan secara sadar.
2. Konteks. Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari
wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana dipandang
diproduksi dan di mengerti dan di analisis dalam konteks tertentu. Tiga
hal sentaralnya adalah teks (semua bentuk bahasa, bukan hanya katakata yang tercetak dilembar kertas, tetapi semua jenis ekspresi
komunikasi). Konteks (memasukan semua jenis situasi dan hal yang
berada dilar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, situsai dimana
teks itu diproduksi serta fungsi yang dimaksudkan). Wacana dimaknai
sebagai konteks dan teks secara bersama. Titik perhatianya adalah
analisis wacana menggambarkan teks dan konteks secara bersamasama dalam proses komunikasi.
3. Historis, menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu dan tidak
dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks.
4. Kekuasaan. Analisis wacana kritis mempertimbangkan elemen
kekuasaan. Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun tidak
di pandang sebagai sesuatu yang alamiah wajar dan netral tetapi
merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan yang
dimaksudkan adalah salah satu kunci hubungan anatara wacana dan
masyarakat.
Fairclough (1995, 93) mengartikan analisis wacana bertujuan untuk secara
sistimatik sering menyelidiki kekaburan hubungan dari kausalitas (sebab akibat)
dan determinasi (penentuan) antara:
1. Praktek wacana, peristiwa, dan teks
2. Sosial yang luas dan struktur budaya, hubungan dan proses;
a. Untuk menyelidiki bagaimana praktek, peristiwa dan teks
terungkap dan secara ideology dibentuk oleh hubungan
kekuasaan, pertarungan kekuasaan
b. Untuk menyelididiki keburaman hubungan antara wacana dan
masyarakat itu sendiri sebuah faktor pengaman kekuasaan dan
hegemoni.
Sebagaimana yang dijelaskan Fairclough di atas bahwasanya analisis
wacana kritis dapat menganailis kekaburan yang terdapat pada suatu teks dan
wacana. Kalau dihubungkan dengan analisis wacana didalam surat keputusan
pada instansi X tersebut terdapat pernyataan yang terkesan sudah sesuai dengan
cara pembuatan surat keputusan di suatu perusahaan atau instansi. Di dalam surat
keputusan ini tersusun layaknya surat keputusan yang benar. Namun, perlu
ditelaah apakah teks tersebut sudah sesuai dengan aturan perundang- undangan
yang disusun oleh abdi Negara demi melindungi tenaga kerja Indonesia dari para
penguasa yang mengunakan power atau kekuasaanya. Pada pembahasaan ini
menelaah Analisis Wacana Kritis Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tehadap
surat kontrak kerja karyawan pada instansi X ini diantaranya adalah:
1. Pada teks ‘menimbang’ yang ditulis pada surat keputusan ini tercantum
seperti berikut:
3
“Bahwasanya nama yang tercantum di dalam Surat Keputusan ini
dipandang memenuhi syarat untuk diangkat menjadi karyawan kontrak
dengan masa 1 tahun”
Perrnyataan di atas jelas sekali memberikan efek negatif pada karyawan
yang bekerja di instansi X ini dan merugikan pihak karyawan kontrak karena
pernyataan yang menyatakan “untuk diangkat menjadi karyawan kontrak dengan
masa 1 tahun”. Dari pernyataan itu tidak ada kesepakatan untuk memperpanjang
kontrak karyawan walaupun karyawan tesebut memiliki dedikasi, loyalitas yang
tinggi terdahap perusaahan serta berkualitas dan memiliki kualifikasi yang baik di
posisinya tetapi perusahan bisa saja memberhentikan karyawan dengan mudahnya
dengan munculnya pernyataan tersebut. Pada posisi ini instansi X ini mengambil
posisi aman dengan penyataan ini sehingga karyawan tidak mampu
memperkarakan pihak instansi sebagai pemegang kuasa (power) pada pengadilan
seandainya perusahan tidak menginginkan untuk memperpanjang kontrak kerja.
Pernyataan ini memiliki fungsi yang melindungi pihak perusahaan atau
instansi karena pernyaan pada teks tersebut memperkuat kekuasaan pada instansi
X sehingga jika perusahaan ini memutus kontrak setelah masa kerja 1 tahun, pihak
perusahan tidak dapat dituntut ke pengadilan karena hal tersebut tertulis pada surat
kontrak tersebut. Alasan perusahaan ini menurut saya untuk mengurangi beban
perusahanan untuk mengangkat karyawan menjadi tanaga kerja tetap sehingga
mengeluarkan baget yang tinggi untuk mengaji karyan tersebut. Solusi pada
karyawan yang diberlakukan seperti kontak ini adalah seorang karyawan harus
mempersiapkan diri untuk dikeluarkan pada waktunya dan mempersiapkan diri
untuk menacari pekerjaan baru.
2. Pada teks memutuskan menjelaskan tentang penetapan pada karyawan
kotrak tersebut (lihat lampiran)
Menurut pasal 54 UU No. 13 tahun 2003 ketenaga kerja poin 1 menyatakan:
perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya memuat :
a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
c. jabatan atau jenis pekerjaan;
d. tempat pekerjaan;
e. besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
pekerja/buruh;
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dani. tanda tangan para
pihak dalam
Namun pada kenyataannya dalam surat keputusan tersebut ada poin yang
tidak lengkap dicantumkan diantaranya jenis kelamin dan alamat pekerja. Hal
tersebut memang tidak terlalu signifikan buruknya tetapi jika surat kontrak ini
dipertanyakan dan diperkarakan bisa saja jenis kelamin perempuan diganti dengan
laki- laki serta juga tidak adanya alamat pekerja sehinga bisa saja jika hal terburuk
terjadi pada perusahaan yang dilakukan oleh pekerja atau karyawannya pada
4
perusahaan. Maka pada posisi ini perusahaan bisa saja dilemahkan karna ketidak
lengkapan data.
Efek yang muncul pada surat keputusan seperti ini pada perusahaan/
instansi adalah perusahaan ini dianggap perusahaan yang tidak berkopetensi dan
belum terorganisir dengan baik atau bisa saja bukan perusahaan atau instansi yang
salah pada posis ini namun pihak SDM yang berperan dalam pengaturan surat
menyurat yang teledor atau belum berpengalaman serta tidak memiliki skil atau
kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya. Efek negatif lainnya perusahaan
belum professional dalam memilih tenaga kerja sehingga dalam membuat kontrak
kerja saja masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh SDMnya.
3. Pada poin pertama tentang memutuskan, instansi X ini menyatakan:
“Apa bila dalam jangka waktu yang telah disepakati tidak mencapai
target, maka kontrak kerja akan berakhir dengan sendirinya”
Pada teks ini, instansi tidak menjelaskan secara rinci target apa yang harus
dicapai oleh pekerja secara tertulis. Efek negatif dari teks ini adalah instansi dapat
semena-mena memberhentikan karyawannya secara subjektif dengan berkilah
karyawan tidak mencapai target kerja yang sesuai dengan yang pimpinan dari
instansi inginkan dan karyawan tidak bisa melakukan pembelaan walaupun
karyawan bekerja dengan aturannya. Karyawan juga tidak akan mendapatkan
pesangon seakan-akan karyawan diperlakukan tidak sewajarnnya.
4. Pada kolom lampiran ada hak dan kewajiban yang dicantumkan
perusahaan di surat keputusan ini. Instansi X ini memberikan upah
dibawah upah minimum. (lihat lampiran)
Pada bab VI tentang penempatan tenaga kerja dalam UU no 13 tahun 2003
pasal 31 yang isinya: “setiap mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang
layak dalam atau luar negri”
Sesuai dengan pasal ini, tentu saja maksudnya pemberian upah atau gaji
pada setiap tenaga kerja harus sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang
sudah diatur oleh pemerintah daerah sesuai dengan aturan upah minimum yang
sudah ditetapkan.namun pada kenyataannya dalam surat kontrak ini upah
minimum yang diberikan tidak sesuai dengan peraturn yang sudah di tetapkan
pemerintah daerah. Namun, pada hal ini karyawan tidaklah dibohongi namun
dengan kondisi ini nampak sekali bahwasanya instansi ini adalah instansi X yang
tidak berkembang dengan baik atau perusahan ini pada posisi yang tidak stabil
sehinga belum mampu mengaji karyawannya sesuai dengan aturan perundangundangan yang berlaku.
Efek yang dimunculkan pada teks ini ada negatif dan positifnya bagi
istansi x ini. Efek positifnya tidak mengeluarkan baget yang tinggi untuk mengaji
namun effek negatifnya jika pihak berwenang mengetahui kondisi ini perusahaan
ini bisa saja di cekal dan effek negative lainnya karyawan yang bekerja disini
hanyalah untuk mencari pengalaman semata bukan untuk memajukan perusahaan
dikarnakan upah atau gaji yang tidak sesuai. Dan perusahaan ini hanyalah sebagai
persingahan sementara bagi setiap karyawannya sehinga perusahaan atau instansi
ini tidak berkembang dengan pesat sebab karyawannya mudah bergonta ganti
sehinga setiap karyawan baru yang masuk butuh penyesuaian dan pelatihan lagi.
5
Akibatnya bukan peningkatan mutu dan kualitas serta kinerja karyawan namun
perusahaan sibuk untuk mengajarkan dan memberikan pelatihan pada karywan
baru. Selain ini effek negatifnya yang dapat dibaca adalah perusahaan ini pada
posisi yang tidak berkembang atau perushaan /instansi ini adalah perushaan
/instansi yang tidak prosuktif.
Selain itu menurut pasal 60 ayat 2 mengatakan: “dalam masa percobaan
kerja sebagai mana disebut dalam ayat 1, pengusaha dilarang membayar upah di
bawah upah minimum yang beraku”. Walaupun aturan dalam UU No. 13 tahun
2003 telah mengukuhkan aturannya, instansi ini malahan memberikan upah di
bawah upah minimum dan itu bukan utuk masa percobaan 3 bulan manun untuk
kontrak 1 tahun. Dari persfektif ini jelas nampak bahwa perusahaan ini adalahan
perusahan yang tidak memiliki progress yang baik dan dapat dikatakan
perusahaan yang idak berkembang.
Berdasarkan contoh teks yang ada pada surat keputusan pada karyawan
kontrak di perusahaan x ini jika dianalisis dengan Analisis Wacana Kritis (AWK)
menurut Fairclough (1995)adalah untuk mengungkap kekaburan informasi dan
maksud terselubung yang ada pada teks. Kekaburan pada surat keputusan kerja
pada instansi X ini adalah tidak menjelaskan sejelas mungkin tentang aturan
perusaahaan dan kekuasaan. Surat keputusan ini betitik berat pada poin ke empat
dari Analisis Wacana Kritis menurut Fairclough yakni kekuasaan (power).
perusahaan bertitik berat pada element kekuasaan yang menunjukan kekuatan
yang dipunyainya sebagai pihak produser.
Jika dilihat dari tahapan teks, prosedur, konsumen target, effect dan solusi,
teks yang ada pada setiap beberapa contoh teks di atas nampak jelas bahwa teks
tersebut dipermainkan oleh pihak produser. Ketika dilihat dari JUKNIS (juru
teknis) dari aturan instansi ini semua terpapar seperti aturan UU NO. 13 tahun
2003 yang semestinya. Instansi ini sudah memiliki 49 cabang seluruh Indonesia
tentunya aturan surat kontrak pekerjaan sudah terorganizir dengan baik. Dapat
dikatakan pihak pricursor di instansi ini adalah cabang pusat yakni investor
terbesar dan sekaligus orang yang memperkasai perusahan ini pertama kalinya
yakni Mr. Y yang berada di Jakarta. Dan yang menjadi instigator adalah investor
di setiap cabang. Distributor yang berperan adalah Branch Manager di setiap
cabang. Singkatnya walaupun aturan dari instansi ini sudah disusun dan dirancang
dari pusat sesuai aturan undang- undang tenaga kerja namun ada hak yang
dimiliki oleh setiap Branch Manager (BM) yang mengakibatkan perubahan
terhadap peraturan tersebut. Pada kenyataannya terdapatlah teks yang terselubung
yang merugikan pihak karyawan dan menguntungkan instansinya. Sesuai dengan
analisis wacana kritis surat kontrak semacam ini masih jauh dari penjelasan yang
tegas dan menguntungkan kedua belah pihak. Kekuatan hukumnya masih
diragukan. Efek negatif banyak diperoleh pada karyawan yang sangat dirugikan.
Efek positif untuk karyawan adalah jika karyawan mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik dengan gaji yang lebih tinggi, karyawan dapat dengan mudah
meninggalkan tanpa ada kekuatan hukum yang kuat dari perusahan dikarnakan
surat keputusannya tidak ditulis dengan bentuk yang terrinci danjelas. Selanjutnya
efek positif dari perusahan atau instansi ini adalah BM dengan semena-mena bisa
mengeluarkan karyawannya dengan penilaian objektif dan subjektif.
6
Pendapat Faiclough (1995) tentang analisis wacana kritis disini adalah
bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan
mengajukan ideologinya masing-masing. Yang bertarung disini adalah karyawan
dan pihak instansi yang nantinya memunculkan efek negatif dan positif. Sehingga
wacana bisa jadi menampilkan efek sebuah kepercayaan (ideologis) artinya
wacana dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas
sosial, tenaga kerja baik laki-laki maupun wanita, kelompok mayoritas dan
minoritas dimana perbedaan itu direpresentasikan dalam praktik sosial.
Singkatnya fungsi wacana kritis mengungkap hal yang kabur tersebut agar tidak
banyak kaum atau kolompok yang termarjinalkan atau tertindas dengan genre
bahasa yang dipakai dalam teks dan wacana tersebut.
III.
Kesimpulan
Analisis Wacana Kritis (AWK) merupakan analisis wacana yang
mempelajari tentang kekuasaan yang di dalam kekuasaan itu munculnya
kekerasan sosial, dominasi, dan ketidak setaraan yang dibentuk dan diproduksi
dengan teks atau semacam pembicaraan dalam konteks sosial dan politik. Analisis
Wacana melihat pemakaian bahasa tutur dan tulisan sebagai praktik sosial. Praktik
sosial dalam analisis wacana dipandang menyebabkan hubungan yang saling
berkaitan antara peristiwa yang bersifat melepaskan diri dari dari sebuah realitas,
dan struktur sosial. Dalam memahami wacana (naskah/teks) tidak akan pernah
dapat telepaskan dari konteksnya. Yang dibahas disini adalah Analisis Wacana
Kritis pada surat keputusan karyawan kontrak di instansi X di kota Padang yang
bergerak pada Pendidikan. Pada surat kontrak yang dibaca terdapat kekaburan
yang terselubung dalam kontrak tersebut. Selain itu juga tidak terdapat beberapa
aturan yang dituangkan dalam Undang-Undang tenaga kerja No 13 Tahun 2003.
Secara Analisis Wacana Kritis pada analisis ini terlihat pikah instansi
memarjinaklan pekerja pada contoh yang dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya. Sehingga dari penjelasan sebelumya nampak jelas secara teks yang
tertuliskan dalam surat kontrak tersebut bahwa instansi ini di bawah distributornya
yakni BM mempergunakan kekuasaan (powernya) dalam menyusun surat kontrak
agar tidak merugikan pihaknya dalam urusan peraturan, gaji dan kewajiban dan
hak karyawan. Namapak juga instansi ini belum berada pada posisi sukses atau
berkembang karena gaji dan aturan instansi ini masih dibawah standar aturan
perundang-undangan serta SDM yang berkaita dengan karyawan belum cukup
memiliki kualifikasi yang baik disebabkan dalam surat keputusan ada poin
penting yang tidak dituliskan di surat keputusan kontrak karyawan yang sesuai
dengan aturan perundang- undangan Tenaga Kerja No 13 Tahun 2003.
7
Daftar Pustaka
Fairclough, Norman.1995. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of
Language. London and New York: Longman.
Nunan, David. 1993. Introducing Discourse Analysis.Penguin: English
Renkema, Jan. 1993. Discourse Studies: An Introductory Textbook. Amsterdam:
John Benjamins Publising Company.
8