KONSEP MANUSIA MENURUT agama ISLAMm

BAB I
PENDAHULUAN
Kajian tentang manusia merupakan kajian yang sangat menarik, karena di samping dapat
didekati dari berbagai aspek, hal ini juga menyangkut kita sendiri sebagai manusia. Kajian
tentang manusia ini sudah cukup lama dilakukan sejak zaman para filosof kuno di Yunani.
Mereka sudah mulai berbicara tentang manusia, di samping juga berbicara tentang Tuhan dan
alam semesta. Pengkajian tentang manusia ini juga pada akhirnya melahirkan berbagai disiplin
ilmu, seperti sosiologi, antropologi, biologi, psikologi, dan ilmu-ilmu yang lain.
Bersamaan dengan banyaknya kajian tentang manusia, pada bagian ini akan dipaparkan suatu
kajian tentang manusia berdasarkan ketentuan-ketentuan Allah Swt. dalam al-Quran. Mengkaji
manusia berdasarkan ayat-ayat al-Quran menjadi sangat penting, terutama bagi umat Islam,
mengingat begitu banyaknya kajian tentang manusia dengan pendekatan lain. Kajian ini untuk
memberikan informasi yang jelas dan benar dan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang sudah digariskan oleh al-Quran yang diakui sebagai sumber kebenaran yang hakiki.
Pada bagian ini juga akan dikaji permasalah lain yang sangat terkait dengan permasalahan
manusia, yakni permasalahan agama. Agama merupakan suatu bagian yang tidak dapat
dilepaskan dari manusia, mengingat sejak manusia lahir ke dunia sebenarnya sudah dibekali oleh
Allah dengan agama (QS. al-A’raf [7]: 172). Karena itulah, keterkaitan antara manusia dan
agama akan dijelaskan pada bagian ini sehingga menjadi jelas bahwa agama merupakan
kebutuhan mutlak bagi manusia dan manusia tidak dapat hidup dengan teratur dan sejahtera
di dunia ini tanpa agama. Dengan kata lain, fitrah manusia adalah beragama, sehingga ketika

manusia mengaku tidak beragama berarti ia telah membohongi dirinya dan sekaligus telah
berbuat zhalim terhadap dirinya.
Kajian ini akan mengurai bagaimana konsep manusia menurut pandangan Islam, khususnya
berdasarkan al-Quran. Di samping itu, kajian ini juga akan menganalisis keterkaitan antara
manusia dengan agama dan sejauhmanakah manusia membutuhkan agama dalam hidup dan
kehidupannya sebagai bekal
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia Dalam Agama Islam
Dalam al-Qur’an, kitab suci umat islam, ada empat kata yang digunakan untuk
menunjukkan arti manusia dengan berbagai implikasinya, yaitu kata al-insân atau an-nâs,
jamaknya unâs, al-basyar dan bani âdam.
1. al-insân
kata al-insân dalam al-Qur’an dipakai untuk manusia tunggal. Sedangkan untuk
jamaknya dipakai kata an-nâs, unâsi, insiya, anasi. Kata al-insân sebagaimana
disepakati jumhur ulama adalah makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah
dari Allah SWT dengan merujuk pada surat al-Ahzab [33]:72.


Artinya : “ sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan

gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab[33]: 72)
kata al-insân ini terulang dalam al-Qur’an sebanyak 70 kali dengan berbagai
konteksnya, yaitu :
a. Menjelaskan tentang Manusia, sebagai berikut :
1) Asal kejadian manusia dari tanah terdapat : al-Hijr[15]:26, al-Muminun[23]:12, as-sajadah[32]:7, al-Rahman[55]:14. Sebagai contoh dalam
surat tersebut dalam surat al-Hijr [15]:26:

4

Artinya : “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia (Adam) dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
(QS.Al-Hijr[15]:26)
2) Kejadian Manusia dari setetes air mani (nutfah), terdapat dalam surat anNahl[16]:4, Yain[36]:77, al-Qiyamah[75]:36, al-insan[76]:1-2 abasa [80]:17
dan at-tariq[86]:5. Sebagai contoh dalam surat an-Nahl[16]:4 :


Artinya : “dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi
pembantah yang nyata.” (QS.al- Nahl[16]:4)
3) Kejadian manusia dari segumpal darah, terdapat dalam surat al-Alaq[96]:2

Artinya : “dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS.alAlaq[96]:2)
4) Kejadian manusia dalam susah payah, terdapat dalam surat al-Balad[90]:4 dan
at-Tin/95:4

Artinya : “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah
payah (QS. al-Balad[90]:4 dan at-Tin/95:4)
B. Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia
Tidak pandai bersyukur dan putus asa atas nikmat Allah, seperti terdapat dalam surat : azzumar[39]:49,hud [11]:9, ibaahim[14]:34, al-isra [17]:67,83, al-Haji [22]:66,fushshilat
[41]:49,51, as-syura[42]:48, az-zukhruf[43]:15, al-fajr[89]:15, dan al-adiyat[100]:6.
Sebagai contoh dalam surah hud [11]:9:

5

Artinya : “Dan jika kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari kami,
kemudian rahmat itu kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak
berterima kasih.” (QS. hud [11]:9)

1) Pragmatis terhadap Allah (ingat ketika kesulitan dan lupa ketika kelapangan),
seperti dalam surat yunus [10]:12, az-zumar [39]:8, 49 dan fushshilat [41]:51.
Sebagai contoh dalam surat yunus [10]:12 :

Artinya : “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dari dia berdoa kepada kami
dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan
bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah
dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah
menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik
apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. yunus [10]:12)
2) Kikir dan suka keluh kesah dan tergesa-gesa, seperti terdapat dalam surat: al-Isra
[17]:11,100 dan al-Ma-arij [70]:19, al-Anbiya [21]:37 . Sebagai contoh surat alMa-arij [70]:19 :

Artinya : “sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS.
al- Ma-arij [70]:19)
3) Suka membantah, zalim dan melampui batas, seperti terdapat pada surat al-kahfi
[18]: 54 , al-ahzab [33]: 72, al-qiyamah [75]: 5, al-alaq [96]: 26, sebagai contoh
surah al-ahzab [33]: 72

6


Artinya “sesumgguhmya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi,
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikulah amanta itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh QS al-ahzab [33]: 72.
Kata insan digunakan al-quran untuk menunjukkan kepada manusia dengan
seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda natara seseorang
dengan yang lain adalah akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan. 1 Kata
insan jika dilihat dari asalnya nasiya yang artinya lupa, menunjukkan adanya
kiatan dengan kesadaran diri. Umtuk itu, apabila manusia terhadap sesuatu hal,
disebabkan karena kehilangan kesadaaran terhadap hal tersebut. Maka dalam
kehidupan agama, jika seseorang lupa sesuatu kewajiban yang seharusnya
dilakukannya, maka ia tidak berdosa, karena ia kehilangan kesadaran terhadap
kewajiban itu.
Tetapi hal ini berbeda dengan seseorang yang sengaja lupa terhadap sesuatu
kewajiban. Sedangkan kata insan untuk penyebutan manusia yang terambil dari
akar kata al-uns atau anisa yang berarti jinak dan harmonis, karena manusia pada
dasarnya dapat menyeseuaikan dengan realitas hidup dan lingkungannya.
Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik

perubahan social maupun alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik, sopan
santun, dan sebagai makhluk yang berbudaya, ia tidak liar secara social ataupun
alamiah.2
1. Al-basyar
Al-basyar ini mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung,
kulit, tampak luar. Bentuk lain dari kata adalah mubasysyir atau basyir yang
1

M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung:Mizan,1996),h.280

2

Musya Asy’arie,Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Qur’an, (Lembaga Studi Filsafat Islam,1992),h.20

7

berarti

pembawa kabar gembira. Kata al-basyar disebut dalam al-quran


sebanyak 26 kali dalam berbagai konteksnya, sebagaimana dijelaskan sebagai
berikut:
a. Sebagai manusia baiasa yang memerlukan makan, minum, pakaian,
tempat dan diakhir dengan kematian, seperti terdapat dalam surah almaidah [5]: 18, yusuf [12]: 31, al-anbiya [21]:34, ali-imran [3]: 47, hud
[11]: 27, Ibrahim [14]: 10-11, an-nahl [16]: 103, al-isra [17]: 93, maryam
[19]: 20, al-muminun [23]: 24, 33, 34,47. Sebagai contoh dalam surat hud
[11]: 27 :

Artinya “maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya:”
kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia
(biasa)seperti kami, dan kami melihat orang-orang yang mengikuti kamu,
melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya
saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas
kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.”
(QS. hud [11]: 27 ).
b. Sebagai penerima wahyu dan penyampai agama Allah, seperti terdapat
dalam surat : al-kahfi[18]:110, al-syura[42]:51, ali imran[3]:79, al-syu’ara
[26]:154,186,yasin [36]:15, fushshilat[41]:6, al-qamar [54]:24 dan althaghabun [64]:6, sebagai contoh dalam surat al-kahfi[18]:110 :

8


Artinya : “katakanlah: sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku:”bahwa sesungguhnya tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya.” (QS. al-kahfi[18]:110)
c. Dalam konteks penciptaan manusia dari tanah dan air, seperti terdapat
dalam surat shad[38]:71, ar-rum[30]:20 dan al-furqan[25]:54, sebagai
contoh surat shad[38]:71 dan al-furqan[25]:54:

Artinya : “(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
“sesungguhnya aku ciptakan manusia dari tanah.” (QS. shad[38]:71)

Artinya : “dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia
jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah
Tuhanmu Maha Kuasa.” (QS. al-furqan[25]:54)
Kata al-basyar digunakan untuk menyebut semua manusia baik laki-laki
ataupun perempuan, baik satu ataupun banyak. Al-Qur’an menggunakan
kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk
mutsanna (dua) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriyahnya serta

persamaanya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad
SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa “Aku adalah basyar
(manusia) seperti kamu yang diberi wahyu” (QS. Al-Khaf[18]:110). Pada
konteks lain banyak ayat-ayat al-Qur’an menggunakan kata al-basyar yang
mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia melalui tahapan-tahapan
sehingga mencapai tahapan kedewasaan. Firman Allah (QS. Ar9

Rum[3]:20)”dan diantara tanda-tanda kekuasaanya (Allah) menciptakan
kamu dari tanah, ketika kamu menjadi basyar kamu bertebaran”.
Bertebaran disini bisa diartikan berkembang biak akibat hubungan seks
atu bertebaran mencari rezeki.3
Penggunaan kata basyar disini “dikatikan dengan kedewasaan dalam
kehidupan manusia, yang menjadikannya mampu memikul tanggung
jawab. Dan Karena itu pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada
basyar, perhatikan (QS.al-Hijr[15]:28), yang menggunakan kata basyar,
dan QS. Al-baqarah [2]:30 yang menggunakan kata khalifah,keduanya
mengandung memberitahukan Allah kepada malaikat tentang manusia.
Manusia dalam pengertian basyar tergantung sepenuhnya pada alam,
pertumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang
dimakan. Sedangkan manusia dialam pengertian insan mempunyai

pertumbuhan dan perkembangan yang sepenuhnya tergantung pada
kebudayaan,pendidikan,penalaran,kesadaran,dan sikap hidupnya. Untuk
itu, penggunaan kedua kata insan dan basyar untuk menyebut manusia 4
mempunyai pengertian yang berbeda. Insan digunakan untuk menunjuk
pada kualitas pemikiran dan kesadaran (aspek ruhaniah), sedangkan
basyar dipakai untuk menunjukkan pada dimensi alamianya (jasmaniah),
yang

menjadi

ciri

pokok

manusia

pada

umumnya,


makan,minum,berkembang biak,dan mati.
Dari pengertian insan dan basyar dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia
merupakan

makhluk

yang

dibekali

oleh Allah

dengan

potensi

fisik,maupun psikis untuk berkembang.
2. Bani Adam
Bani adam terdiri dari dua kata yaitu bani dan adam. Kata bani berarti anak
cucu atau keturunan, dan kata adam berarti Adam, manusia pertama yang
diciptakan oleh Allah. Jadi bani adam mengandung arti manusia sebagai
keturunan Adam yang diciptakan dari campuran unsur tanah dan air, bukan

3

M.Quraisyh Shihab, Wawasan al-Qur’an, h.279.

10

proses evolusi dari kera seperti teori evolusi Darwin. Kata bani adam terulang
sebanyak 8 kali dalam berbagai konteks:
a. Manusia memerlukan makan,minum,dan berpakaian. Seperti dalam surat :
al-Araf[7]:26,27 dan 31. Sebagai contoh pada ayat 26 disebutkan :

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
(QS. al-Araf[7]:26)
b. Makhluk yang dimuliakan daripada ciptaan Allah yang lain sebagaimana
terdapat dalam surat al-isra [17]:70:

Artinya : “ Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan mahkluk yang telah kami ciptakan.” (QS. al-isra [17]:70)
c. Manusia sebagai makhluk yang bersyahadat sejak di alam ruh dan karena
itu ia sanggup menerima risalah agama yang dibawa para rasul, seperti
dalam surat al-A’raf [7]:35 dan 172 : al-maidah [5]:27, inilah perjanjian
primordial manusia dengan Allah.

11

Artinya : “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan dan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “bukankah aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab :”Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi.”
(kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak
mengatakan : “sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (QS. al-A’raf [7]: 172)
Abdurrahman an-nahlawi (1995) mengatakan, manusia menurut pandangan islam meliputi: (1)
manusia sebagai makhluk yang dimuliakan, artinya islam tidak memposisikan manusia dalam
kehinaan, kerendahan, atau tidak dihargai seperti binatang, benda mati atau makhluk lainnya
(QS. Al-isra [17]:70 dan al-hajj [22]: 65 ). (2) manusia sebagai makhluk istimewa dan terpilih.
Salah satu anugrah Allah yang diberikan kepada manusia adalah menjadikan manusia mampu
membedakan kebaikan dan kejahatan atau kedurhakaan dan ketakwaan. Allah telah menanamkan
kesiapan dan kehendak untuk melakukan kebaikan atau keburukan sehingga manusia mampu
memilih antara jalan yang menjerumuskannya pada kebinasaan dan kebaikan takwa. Dengan
jelas Allah menyebutkan bahwa dalam hidupnyya, manusia harus berupaya menyucikan,
mengembangkan, dan meninggalkan diri agar manusia terangkat dalam keutamaan (QS. Assyams [91]: 7-10). (3) manusia sebagai makhluk yang dapat di didik Allah telah melengkapi
manusia dengan kemampuan belajar, dalam surat al-alaq [96]: 3 dan 5, Allah telah menganugrahi
manusia sarana untuk belajar, seperti penglihatan, pendengaran dan hati. Dengan kelengkapan
saran tersebut, Allah selalu bertanya kepada manusia dalam firmannya: “afala ta’kilun” (apakah
engkau tidak menggunakan akalmu?), “afala tatafakkarun” (apakah engkau tidak berpikir?), dan
kalimat-kalimat yang lain-lain. Pertanyaan Allah kepada manusia tersebut menunjukkan bahwa
manusia mempunyai potensi untuk belajar.
Al-quran menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan tuhan, sebagai khalifahnya dimuka
bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi-duniawi. Di dalam diri manusia ditanamkan
sifat-sifat: mengakui tuhan, bebas memilih, terpercaya, memiliki rasa tanggung jawab trhadap
dirinya maupun alam semesta, serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi.
Manusia dibekali juga dengan kecenderungan jiwa kearah kebaikan maupun kejahatan.
Keberadaan manusia dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan yang kemudian bergerak
12

kearah kekuatan. Semua kondisi itu tak akan mengganggu ketenangan psiki/jiwa manusia jika
mereka senantiasa dekat dengan tuhan dan selalu mengingat-Nya.4
Untuk itu, manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling baik, mampu
mengembangkan dan menggunakan potensi yang dimilikinya, yaitu dengan mengaktualisasikan
potensi iman kepada Allah, menguasai ilmu pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh.
Dengan penggunaan potensi tesebut, manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia dan
makhluk yang berkualitas dimuka bumi ini sesuai dengan fitrahnya.

C. Konsep Manusia dalam Agama Kristen (Katolik)
Agama katolik yang dimaksudkan adalah sebutan untuk agama Kristen yang berpusat di
Vatikan, Roma. Disebut katolik (katholikos: Yunani) karena ajarannya tersebar ke seluruh
dunia atau dapat diterima di seluruh dunia atau mengkaitkannya dengan perkembangan
gereja pada zaman awal serta solidaritas sosial yang kuat di antara sesamanya. Pengertian
lain dari “katolik” adalah nama bagi ajaran gereja yang dipandang “benar”, atau
kepercayaan ortodoks sebagai lawan dari ajaran-ajaran bid’ah (menyimpang) yang muncul
pada waktu itu. Doktrin kepercayaan “katolik” itu adalah sebagaimana tercantum dalam
kredo Nicea hasil Konsili Nicea tahun 325 M dan konsili konstantinopel tahun 381 M.
Namun sejak reformasi oleh Martin Luther dan John Calyin, pengertian katolik mencakup
semua orang Kristen. Akhirnya, gereja protestan memakai kata Kristen.
Sejalan dengan pertumbuhan gerakan Oikumenis pada abad ke-20, para pemimpin Protestan
dan Ortodoks Yunani menekankan arti gereja katolik pada hasil perbuatan gereja-gereja
secara bersama-sama dalam mencapai kerajaan Allah yang hanya dapat diwujudkan melalui
keutuhan gereja. Keutuhan gereja telah banyak dikaburkan oleh berbagai corak kekristenan.
Pengertian katolik hanya dapat diwujudkan apabila keutuhan gereja dapat direalisasikan
dalam praktik.
Menurut agama katolik, manusia adalah makhluk Tuhan yang pada mulanya diciptakan
sesuai dengan gambar Allah. Makhluk pertama, Adam, ditempatkan dalam sebuah taman
4

Rif’at Syauqi Nawawi, konsep Manusia Menurut al-Qur’an, dalam Rendra k (penyunting), Metodologi Psikologi
Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2000), h,11.

13

yang subur dan indah dengan ketentuan agar memelihara dan mengelolanya, disertai
peringatan : “Dari sekalian pohon di taman ini boleh kau makan, tapi dari pohon
pengetahuan baik dan jahat ini tak boleh kau makan buahnya; apabila kau makan
daripadanya kau mesti mati.” (Gen. I 26:2,15)
Tubuh dan jiwa manusia diciptakan pula oleh Tuhan. Dengan jiwa itu manusia memperoleh
kehidupan. Jiwa manusia itu berakal, dapat mengetahui, berkehendak dan dapat memilih
dengan bebas seperti malaikat. Karena jiwa itu berwujud ruh, maka tidak dapat mati. Ruh
manusia sebagai ciptaan Tuhan lebih tinggi kedudukan daripada ciptaan-ciptaan lainnya.
Ruh manusia menyerupai Tuhan. Itu berarti Tuhan mengasihi manusia agar ia kelak hidup
kekal, dan Tuhan memberi kebahagiaan kehidupan Tuhan yang disebut kehidupan berahmat.
Inilah yang disebut “anugerah”. Karena kehidupan berahmat itu pulalah maka manusia
pertama, yaitu Adam dan Hawa, menjadi anak Allah dan serupa dengan Allah.
Dikisahkan pada awalnya, Adam dan Hawa sebagai makhluk manusia pertama, hidup di
taman firdaus dalam keadaan yang menyenangkan, namun dalam perkembangannya, karena
tekena bujuk rayu syetan, manusia jatuh ke dalam dosa. Makna perbuatan Adam dan Hawa
itu ialah bahwa manusia ingin menyamai Tuhan, bukan semata-mata dalam dalam arti
mereka melanggar larangan Tuhan, tetapi manusia ingin membuktikan bahwa ia mempunyai
kebebasan, kemampuan dan kekuasaan. Mereka telah berdosa besar karena melawan Tuhan.
Akibatnya mereka bukan lagi menjadi anak Allah, dan kehidupan berahmat yang mereka
miliki selama ini menjadi hilang.
Mereka harus keluar dari taman firdaus dan terkena mati serta memiliki kecenderungan
bebuat jahat. Namun, sekalipun manusia telah berbuat dosa besar, tuhan masih mengasihi
manusia dengan member rahmat berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali
dosanya, dan kalau kemapuan ini dilaksanakan oleh manusia maka tuhan akan mengampuni
kesalahannya. Bagaimanapun juga tuhan menanggungkan “beban hidup di dunia” sebagai
karunia, ujian, sekaligus sebagai hukuman bagi manusia.

D. Konsep Manusia dalam Agama Yahudi
14

Agama yahudi dianggap sebagai salah satu agama monoteis, yang menyatakan dirinya
sebagai agama tertua di dunia ini dan berasal dari nabi Ibrahim AS. Pandangan lain
mengartikan agama yahudi sebagai sistem keyakinan yang dihubungkan dengan ide
ketuhanan serta perwujudan suatu bangsa tertentu sebagai pilihan tuhan. Orang islam
cenderung mengartikan sebagai “agama yang diturunkan kepada nabi Musa AS sebagai nabi
agama ini dan taurat sebagai kitab sucinya”. Akan tetapi selain dari Musa, bangsa yahudi,
yang dikenal juga dengan Bani Israel, masih memiliki banyak nabi yang disebut nabi-nabi
Israel dan memiliki sistem kependetaan (rabbi atau rahib). Dengan definisi yang paling tepat
untuk agama yahudi adalah “agama yang dihasilkan oleh proses perkembangan sejarah bani
Israel yang sudah melalui masa sekian lama, ditumbuhkan dari taurat, Talmud, dan watak
pembawaan bangsa Israel itu sendiri.”5
Memang tidak mudah memberikan definisi yang tepat mengenai agam yahudi.walaupun
demikian ada dua perinsip utama yang dapat dijadikan patokan; pertama, agama yahudi
mempercayai keesaan tuhan. Kedua, yahudi meyaini bahwa Israel adalah bangsa pilihan
tuhan. Selain itu agama yahdui juga memberikan pernghargaan yang tinggi pada hukum
yang tertulis (taurah she-be khetabah) dan hukum yang tidak tertulis (taurah she-be
khetabah). Maksud hukum tertulis adalah hukum yang diturunkan tuhan kepada musa di
gunung Sinai yang berisi perintah dan larangan yang tidak terperinci. Orang yang menganut
kepercayaan demikian dapat disebut sebagai bangsa yahudi atau biasa juga dikenal dengan
sebutan lainnya sebagai bangsa ibrani dan Israel.
Agama yahudi mempunyai pemikiran penting mengenai manusia. Letak pentingnya manusia
bukan hanya mengenai fakta keberadaannya, akan tetapi lebih jauh dari itu, yaitu
memperoleh pengertian mengenai keadaan hidup manusia agar adapat mengarahkan
kemampuan keratinya hingga memperoleh hasil optimal yang dapat dicapai oleh manusia.
Oleh sebab itu, pengungkapan mengenai manusia bukan hanya mengungkapkan sisi-sisi
kelemahan manusia, akan tetapi juga mnegenai keunggulan yang dimiliki oleh manusia.
Mengenai “keterbatasan” manusia, misalnya, dikemukakan bahwa dibandingkan dengan
kemuliaan surgawi, manusia adalah “debu” ; dibandingkan dengan kekuatan-kekuatan alam

5

Burhanudin Daya, “Agama Yahudi” dalam Djam’annuri(ed), Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta:PT
Hanindita,1998),h,296.

15

yang mengelilinginya, ia amat lemah. Bahkan pada saat-saat manusia sangat bangga akan
dirinya, ia dihantui kesaddaran akan kekurangannya.
Manusia hidup dimuka bumi sangat singkat. Ibarat rumput yang tumbuh dan berbunga
diwaktu pagi, “diwaktu sore ia dibabat dan layu.” (maz. 90:7). Bahkan usia yang singkat ini
saling berkatian dengan kesusahan yang menyebabkan kita “menjalani hidup kita ini ibarat
keluhan panjang belaka” (maz. 90:9). Tidak hanya sekali, tetapi berulang-ulang. Orang
yahudi terpaksa mengajukan pertanyaan yang bersifat teroris ini: “apakah manusia itu
sehingga tuhan sendiri perlu mengingatnya?” (maz. 8:4). Namun demikian, manusia juga
memiliki keunggulan yang merupakan unsure kebesaran manusia, sebagaimana disebutkan,
“karena engkau telah menciptakannya sedikit lebih rendah derajatnya dibawah para
malaikat” (maz. 8:6); “manusia adalah makhluk tuhan yang dimahkotai dengan keunggulan
dan kegemilangan” (maz. 8:6).
Lebih jauh disebutkan, manusia bukan saja memiliki kelemahan akan tetapi juga penuh
dengan dosa, “sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanak, dalam dosa aku di kandung
ibuku” (maz. 51:7). Kata “dosa” disini berarti “menyimpang dari tujuan”. Maksudnya,
walaupun dari segi asal usul manusia itu luhur, bersifat mulia, lebih tinggi dari hewan,
namun dalam kehidupan sehari-hari sering kali manusia jauh dari sifat seperti itu, manusia
merosot, sehingga tidak lebih dari hewan.
Persoalannya, darimana datangnya “penyimpangan” itu? Hal itu jelas berasal dari manusia,
bukan dari luar yang dipaksakan terhadap diri manusia. Bagi orang yahudi, adanya
kebebasan tidak pernah dipersoalkan. Perbuatan pertama manusia yang tercatat dalam
sejarah adalah perbuatan yang dilakukannya atas kehendak nya sendiri. Dalam memakan
buah terlarang ditanga firdaus memang benar bahwa adam dan hawa dibujuk oleh seekor
ular, tetapi mereka mempunyai kekuatan untuk menolak bujukan tersebut. Jelas bahwa ular
hanya merayu mereka dan hak itu jelas sekali merupakan kisah dari kebebasan manusia.
Benda-benda yang tidak bisa mengubah dirinya sendiri setelah diciptakan mereka
melakukan apa yang telah ditentukan oleh kodratnya. Namun, manusia sekali diciptakan,
lantas membangun dan mengembangkan ataupun merusak dirinya sendiri. Ia menciptakan

16

nasibnya sendiri melalui kemampuannya untuk melakukan pilihan. “berhentilah berbuat
jahat belajarlah berbuat baik”. Demikianlah bunyi ayat yang hanya berlaku untuk manusia. 6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki unsur
dan jiwa yang arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT.
Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera
yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu,
kalbu, dansebagainya.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 1214)
Manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain, salah satu buktinya adalah kepatuhan
manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan
sedangkan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak
6

Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indnesia,1985),h.311.

17

memiliki hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah) seharusnyalah
kita senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya, Karen asalah satu kunci
kesuksesan adalah bersyukur.
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka di
darat dan dilaut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan,
dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).
Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya sebgai khalifah
sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu belajar, mengajarkan ilmu,
dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai khalifah yang berarti wakil Allah
adalah mewujudkan kemakmuran di mukabumi, mengelola dan memeliharabumi.
Sebenarnya Al- Quran sudah membahas semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab
manusia. Oleh karena itu manusiawi wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat
memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawab nya sebagai manusia, sehingga dapat
menjalani kehidupan dengan penuh makna.

18

Daftar Pustaka

Burhanudin Daya, “Agama Yahudi” dalam Djam’annuri(ed), Agama-Agama di Dunia,
(Yogyakarta:PT Hanindita,1998),h,296.
Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indnesia,1985),h.311.
M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung:Mizan,1996),h.280
Musya Asy’arie,Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Qur’an, (Lembaga Studi Filsafat
Islam,1992),h.20
M.Quraisyh Shihab, Wawasan al-Qur’an, h.279.
Rif’at Syauqi Nawawi, konsep Manusia Menurut al-Qur’an, dalam Rendra k (penyunting),
Metodologi Psikologi Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2000), h,11.

19

Dokumen yang terkait

ALOKASI WAKTU KYAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI YAYASAN KYAI SYARIFUDDIN LUMAJANG (Working Hours of Moeslem Foundation Head In Improving The Quality Of Human Resources In Kyai Syarifuddin Foundation Lumajang)

1 46 7

ANALISIS KONSEP KEANEKARAGAMAN HEWAN PADA BUKU TEKS BIOLOGI SLTP KELAS I

1 76 13

ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN HAMKA TENTANG KONSEP ETIKA GURU DAN MURID

9 85 38

ANALISIS TENTANG STATUS HUKUM MACAM- MACAM HARTA PERKAWINAN DALAM KAITANNYA DENGAN PERCERAIAN MENURUT HUKUM ADAT JAWA

3 28 18

KAJIAN YURIDIS PENGAWASAN OLEH PANWASLU TERHADAP PELAKSANAAN PEMILUKADA DI KOTA MOJOKERTO MENURUT PERATURAN BAWASLU NO 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

1 68 95

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar pendidikan agama islam siswa kelas V di sdn kedaung kaliangke 12 pagi

6 106 71

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA KONSEP KELISTRIKAN BERBASIS VIDEO LIVE

8 69 67

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59